Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk mendukung tercapainya tujuan pembelajaran MDTA itu sendiri,


harus di dukung oleh sarana dan prasarana yang baik. Jadi untuk mendukung itu
semua haruslah ada media atau alat serta evaluasi dalam pembelajaran MDTA itu
sendiri. Dalam pendidikan Islam, tujuan merupakan sasaran ideal yang hendak
dicapai. Dengan demikian kurikulum yang telah dirancang, disusun dan di proses
dengan maksimal diupayakan untuk mencapai tujuan tersebut.

Begitu juga dengan evaluasi. Evaluasi yang baik haruslah didasarkan atas
tujuan yang ditetapkan berdasarkan perencanaan sebelumnya dann kemudian
benar-benar diusahakan oleh guru untuk peserta didik. Didalam evaluasi MDTA
itu sendiri, ada beberapa yang akan dibahas di dalam makalah ini, yaitu prinsip
evaluasi, sasaran evaluasi, fungsi evaluasi, sistem evaluasi dan tahapan evaluasi.
Berikut penjelasannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud media atau alat pendidikan MDTA ?
2. Apa yang dimaksud evaluasi pendidikan MDTA ?
3. Bagaimana prinsip evaluasi pendidikan MDTA ?
4. Bagaimana sasaran evaluasi pendidikan MDTA ?
5. Bagaimana fungsi evaluasi pendidikan MDTA ?
6. Bagaimana sistem evaluasi pendidikan MDTA?
7. Bagaimana tahapan evaluasi pendidikan MDTA ?

C. Tujuan
1. Agar mengetahui pengertian media atau alat evaluasi pendidikan
MDTA.
2. Agar mengetahui pengertian evaluasi pendidikan MDTA.
3. Agar mengetahui prinsip evaluasi pendidikan MDTA.

1
4. Agar mengetahui sasaran evaluasi pendidikan MDTA.
5. Agar mengetahui fungs evaluasi pendidikan MDTA.
6. Agar mengetahui sistem evaluasi pendidikan MDTA.
7. Agar mengetahui tahapan evaluasi pendidikan MDTA.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Media atau Alat Pendidikan MDTA

Media berasal dari bahasa Latin dan bentuk jamak dari medium yang
berarti perantara atau engantar. Jadi, media pendidikan adalah perantara yang
dapat membantu proses pembelajaran yang berfungsi memperjelas makna pesan
yang disampaikan sehingga tujuan proses pembelajaran dapat tercapai dengan
sempurna. Media berperan sebagai perangsang dan dapat menumbuhkan motivasi
belajar sehingga peserta didik tidak bosan dalam meraih tujuan-tujuan
pembelajaran.1

B. Manfaat yang Diperoleh dari Penggunaan Media

Manfaat dari penggunaan media yaitu :2

1. Bahan pembelajaran akan lebih jelas dan mudah dipahami oleh peserta
didik.
2. Metode pembelajaran akan lebih bervariasi dan peserta didik tidak mudah
bosan dengan pelajaran yang disampaikan pendidik.
3. Peserta lebih banyak melakukan kegiatan pembelajaran karena adanya
media yang digunakan dalam pembelajaran .
4. Pembelajaran akan lebih menarik peserta didik.
5. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik.
6. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.

Dengan demikian, apabila pendidikan Islam memanfaatkan dan


mengembangkan alat atau media pengajaran tersebut di dalam pelaksanaan
pendidikan, maka peserta didik akan memiliki pemahaman yang bagus tentag
materi yang didapatkan dan juga akan memiliki moral atau aklah yang tinggi
sehingga besar kemungkinan dengan memperhatikan alat atau media pengajaran
itu tujuan pendidikan Islam akan tercapai secara efektif dan efisien.3
1
Novan Ardy dan Barnawi. Ilmu Pendidikan Islam.( Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012) h.
197
2
Ibid, h. 197-199
3
Ramayulis. Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Kalam Mulia, 2002) h. 191

3
C. Alat-alat Pendidikan

Alat pendidikan (Islam) yaitu segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian maka alat ini mencakup apa saja
yang dapat digunakan termasuk didalamnya metode pendidikan Islam. Alat
pendidikan (Islam) yaitu cara dan segala apa saja yang dapat digunakan untuk
menuntun atau membimbing anak dalam masa pertumbuhannya. Oleh karena itu,
metode dan alat pendidikan harus searah dengan Al-quran dan As-sunnah atau
dengan kata lain tidak boleh bertentangan dengan Al-quran dan As-sunnah.4

Dibawah ini, ada beberapa alat pendidikan Islam yaitu :

1. Pendidikan Melalui Teladan


Pendidikan melalui teladan adalah merupakan salah satu teknik
pendidikan yang efektif dan sukses. Sebagaimana Allah SWT mengutus
Nabi Muhammad SAW menjadi teladan untuk seluruh manusia.
Pendidikan ini membutuhkan ketelitian, keberanian dan pendekatan yang
menyeluruh.
2. Pendidikan Melalui Nasehat
Di dalam jiwa terdapat pembawaan untuk terpengaruh oleh kata-
kata harus diulang-ulang. Nasehat yang terpengaruh oleh kata-kata yang
didengar. Pembawaan itu biasanya tidak tetap dan oleh karena itu kata-
kata harus diulang-ulang nasehat yang berpengaruh membuka jalannya ke
dalam jiwa secara langsung melalui perasaan.
3. Pendidikan Melalui Hukuman
Apabila teladan dan nasehat tidak mempan, maka waktu itu harus
diadakan tindakan tegas yang dapat meletakkan persoalan di tempat yang
benar. Tindakan tegas itu adalah hukuman. Hukuman sesungguhnya tidak
mutlak diberikan. Ada orang-orang yang cukup dengan teladan dan
nasehat saja. Sehingga tidak perlu hukuman baginya. Tetapi manusia itu
tidak sema seluruhnya. Diantara mereka ada yang perlu dikerasi sekali-kali
dengan hukuman.
4. Pendidikan Melalui Cerita

4
Nur Uhbiyati. Ilmu Pendidikan Islam I. (Bandung: Pustaka Setia, 1998) h. 134-140

4
Cerita mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan, sebab
bagaimanapun perasaan, cerita itu pada kenyataannya sudah merajut hati
manusia dan akan mempengaruhi kehidupan mereka. Pembaca atau
pendengar cerita tidak dapat bersikap kerjasama dengan jalan cerita dan
orang-orang yang berada di dalamnya. Sadar atau tidak, ia telah
menggiring dirinya untuk mengikuti jalan cerita menghayalkan bahwa ia
berada di pihak ini atau itu dan sudah menimbang-nimbang posisinya
dengan posisi tokoh cerita yang mengakibatkan ia senang, benci atau
merasa kagum.
5. Pendidikan Melalui Kebiasaan
Kebiasaan mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia,
karena ia menghemat banyak sekali kekuatan manusia, karena sudah
menjadi kebiasaa yang sudah melekat dan spontan agar kekuatan itu dapat
dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan di lapangan seperti untuk bekerja,
memproduksi dan mencipta. Islam mempergunakan kebiasaan ini sebagai
salah satu teknik pendidikan, lalu mengubah seluruh sifat-sifat baik
menjadi kebiasaan, sehingga jiwa dapat menunaikan kebiasaan, tanpa
terlalu payah tanpa kehilangan banyak tenaga dan tanpa menemukan
banyak kesulitan.
D. Pengertian Evaluasi Pendidikan MDTA

Evaluasi (penilaian) pembelajaran adalah suatu usaha untuk


mengumpulkan berbagai informasi secara berkesinambungan, menyeluruh dan
obyektif terhadap proses dan hasil belajar santri yang dijadikan dasar untuk
menentukan langkah-langkah selanjutnya.5

E. Prinsip Evaluasi

5
Panduan Penyelenggaraan di Madrasah Diniyah Takmiliyah. Direktorat Pendidikan
Diniyah dan Pondok Pesantren, Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama RI,
Tahun 2015

5
Prinsip-prinsip evaluasi pembelajaran pada Madrasah Diniyah Takmiliyah
adalah sebagai berikut :

1. Menyeluruh
Evaluasi pembelajaran tidak hanya diarahkan pada aspek
pengetahuan dan pemahaman santri. Pengetahuan santri terhadap mata
pelajaran, tetapi juga kemampuan pengalaman dan perubahan tingkah
lakunya. Oleh sebab tu, seluruh aspek yang bisa dilihat dalam diri santri
haruslah diperhatikan, bak pengetahuan, sikap, perilaku keseharan,
aktifitas pembeljaran dan kreatifitasnya secara individual maupun kolektif.
Substansi penilaian harus mencakup aspek kognitif, psikomotorik dan
afektif.
2. Berkesinambungan
Evaluasi pembelajaran dilakukan secara terencana,bertahap dan
terus menerus untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang
perubahan yang ada pada diri santri sehingga terlihat seberapa tingkat
ketercapaian tujuan pembelajaran yang diikuti.
3. Obyektif
Evaluasi pembelajaran harus dapat menggambarkan kondisi yang
sebenarnya dari seluruh aspek yang dinilai, baik aspek kognitif,
psikomotorik maupun afektif. Penilaian seperti ini sangat tergantung pada
tingkat reliabilitas (keandalan) dan validitas (kesesuaian) instrument atas
alat penilaian yang digunakan. Oleh sebab itu, pembuatan instrument
penilaian harus dibuat secara hati-hati dan memperhatikan perkembangan
aspek-aspek yang dinilai.
F. Sasaran Evaluasi

Sasaran evaluasi pembelajaran meliputi semua komponen yang


menyangkut proses dan hasil belajar santri, baik dalam kegiatan pembelajaran
kurikuler maupun ekstrakurikuler.

G. Fungsi Evaluasi

6
Evaluasi pembelajaran berfungsi untuk :

1. Memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar memperbaiki cara


mengajar, mengadakan perbaikan bagi santri dalam hal cara belajar dan
penggunaan waktu belajar.
2. Menentukan hasil kemajuan belajar santri yang diperlukan untuk laporan
kepada orang tua, penentuan kenaikan kelas atau penentuan lulus tidaknya
santri.
3. Menempatkan santri dalam situasi belajar yang tepat. Fungsi ini
dimanfaatkan untuk mencarikan tempat duduk santri yang sesuai dengan
kondisi fisiknya, menentukan anggota kelompok belajarnya yang serasi.
4. Mengetahui faktor-faktor kesulitan belajar santri dari segi psikologis, fisik,
sosial dan lingkungan dan lain sebagainya. Fungsi ini sebagai dasar untuk
memecahkan masalah kesulitan belajar santri serta dasar untuk melakukan
bimbingan yang sebaik-baiknya.
H. Sistem Evaluasi

Evaluasi dilakukan dalam berbagai bentuk. Menurut tujuan


pelaksanaannya, evaluasi pembelajaran dilakukan dalam bentuk penilaian formatif
dan sumatif. Menurut jenisnya, bisa dilakukan evaluasi test dan nontest, yakni
pengamatan terhadap perilaku dan kinerja siswa. Adapun menurut waktunya,
evaluasi dilaksanakan dalam bentuk ulangan harian, ujian tengah semester, ujian
akhir semester, ujian akhir.

1. Ulangan Harian
Ulangan harian dilakukan mengevaluasi penguasaan santri
terhadap kompetensi dasar yang telah ditentukan dalam silabus mata
pelajaran. Ulangan harian bisa dilakukan dalam bentuk test dan nontest.
Ulangan ini merupkan jenis penilaian formatif, karena digunakan juga
untuk mengevaluasi metode pembelajaran yang sudah dijalankan. Hasil
ulangan harian menjadi dasar untuk perbaikan dan penyesuaian metode
pembelajaran yang digunakan.

2. Ujian Tengah Semester

7
Ujian tengah semester (UTS) juga dilakukan sebagai upaya untuk
melihat hasil belajar santri pada pertengahan semester. UTS merupakan
bentuk penilaian formatif yang dilakukan untuk memperoleh informasi
mengenai perubahan aspek kognitif, psikomotorik dan afektif santri
sebelum santri menyelesaikan seluruh program pembelajaran dalam satu
semester. Ulangan ini bisa dilakukan dalam bentuk test dan nontest.
3. Ujian Akhir Semester
Ujian akhir semester (UAS) dilakukan di akhir program semester
untuk mengetahui perubahan aspek kognitif, psikomotorik dan afektif
santri setelah menyelesaikan seluruh program pembelajaran dalam 1
semester. Hasil penilaian UAS digunakan sebagai acuan tingkat
keberhasilan santri dalam penguasaan standar kompetensi dan kompetensi
dasar seluruh mata pelajaran. Model evaluasi yang digunakan biasanya
berbentuk test. Namun untuk mata pelajaran tertentu yang membutuhkan
praktek, maka dilakukan juga ujian nontest sebagai pelengkap.
4. Ujian Akhir
Ujian akhir diikuti oleh santri tingkat akhir di semua jenjang, naik
MDTA, MDTW maupun MDTU. Yang diujikan meliputi seluruh materi
yang diberikan dari tahapan pertama sampai tahun terakhir. Hasil ujian
akhir menjadi acuan untuk memberikan ijazah kelulusan kepada santri.
I. Tahapan Evaluasi

Evaluasi pembelajaran memiliki beberapa tahapan, yaitu:

1. Tahapan Perencanaan
Tahap perencanaan merupakan tahap dilakukannya penyusunan
kisi-kisi instrument penilaian atau butir soal dengan mengacu pada standar
kompetensi, kompetensi dasar dan indikator pencapaian hasil belajar.
Dalam penyusunan ini harus dipertimbangkan secara matang seluruh
aspek yang terkait dengan proses pembelajaran yang sudah dijalankan,
baik materi, media, sumber, sarana pembelajaran maupun kondisi santri.
Soal yang dibuat hendaknya berurutan, baik dari yang mudah ke yang sulit
atau sebaliknya, dari yang sulit ke yang mudah. Bentuk kalimat dan
istilah-istilah yang digunakan harus mudah dipahami oleh santri dan sesuai

8
dengan apa yang berkembang selama santri mengikuti pembelajaran. Agar
santri dapat mengikut evaluasi dengan tertib dan lancar, perlu pula dibuat
panduan atau petunjuk teknis pengisian yang dibutuhkan.
Sebelum evaluasi dilaksanakan, instrument sebaiknya diuji terlebih dahulu
untuk menganalisis kelemahan yang mungkin terdapat di dalamnya.
2. Tahap Pelaksanaan
Setelah instrument evaluasi disusun dan diuji validitas dan
reliabilitasnya, maka diselenggarakan ujian sebagai bentuk pelaksanaan
evaluasi pembelajaran.
Lingkungan atau suasana ujian hendaknya tenang, nyaman dan bebas dari
gangguan. Jadwal pelaksanaan ujian juga tidak boleh mengganggu jadwal
pembelajaran yang sudah disusun, sehingga tidak menimbulkan
kecemasan atau gangguan psikologis santri ketika melaksanakan ujian.
Evaluasi jenis tes bisa dilakukan bentuk tes tertulis, lisan ataupun praktek.
Sedangkan evaluasi nontest dilakukan dalam bentuk pengamatan
(observasi) terhadap perilaku dan akhlak santri. Karena itu evaluasi nontes
tidak harus dilakukan dalam waktu tertentu, tetapi berjalan sejauh sasaran
penilaian bisa diamati.
3. Tahap Analisis
Setelah evaluasi dilakukan, tahap selanjutnya adalah menentukan
hasilnya. Hasil inilah yang menjadi indikator sejauh mana perubahan yang
terjadi pada diri santri, baik aspek pengetahuan, keteramplan pengmalan,
maupun perilaku dan akhlak.
Ada 2 bentuk nilai yang bisa diberikan, yaitu: nilai kuantitatif dan
kualitatif. Nilai kognitif dan psikomotorik diberikan dengan menggunakan
indikator kuantitatif. Ada dua pilihan pengangkaan, yaitu : rentang satuan
(0 s.d. 10) dan rentang puluhan (0 s.d. 100). Setelah nilai diberikan, maka
ditegaskan derajat dari nilai tersebut yang didasarkan pada pengelompokan
nilai sebagai berikut.

Rentang Nilai Derajat


0 s.d. 10 0 s.d. 100

9
80 - 10 80 – 100 Istimewa
7,0 - 7,9 70 -84 Baik
6,0 – 6,9 60 – 69 Cukup
0 – 5,9 0 - 59 Kurang

Adapun aspek afektif diberi nilai dengan pernyataan berbentuk kalimat


disertai dengan penegasan sifat dengan tingkatan :

1. Sangat baik atau predikat “A”


2. Baik atau predikat “B”
3. Cukup atau predikat “C”
4. Pelaporan Hasil Penilaian

Pelaporan hasil evaluasi diberikan setelah diselesaikannya analisis


terhadap hasil ujian dan pengamatan perilaku. Guru harus mempunyai buku
nilai yang tersusun secara rapi yang merangkum nilai santri, baik nilai
ulangan harian, ujian tengah semester, catatan hasil analisis perilaku dan
sebagainya. Setiap hasil evaluasi dilaporkan kepada siswa sebagai motiasi
bagi proses berikutnya.

Jenis laporan hasil evaluasi hendaknya dibuat dengan mengikuti


standar yang mudah dipahami baik oleh guru, santri maupun orang tua/wali.

Hasil ujian akhir semester dalam bentuk buku rapot dilaporkan


menjelang libur semester kepada orang tua/wali santri di samping santri
sendiri. Ijazah diberikan sebagai tanda kelulusan disertai nilai yang diambil
dari rata-rata pencapaian nilai santri selama mengikuti proses pembelajaran
dari awal hingga akhir pada jenjangnya msing-masing.

Ijazah dikeluarkan oleh Madrasah Diniyah Takmiliyah dan


ditandatangani oleh kepala Diniyah Takmiliyah masing-masing.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Media berasal dari bahasa Latin dan bentuk jamak dari medium yang
berarti perantara atau engantar. Jadi, media pendidikan adalah
perantara yang dapat membantu proses pembelajaran yang berfungsi
memperjelas makna pesan yang disampaikan sehingga tujuan proses
pembelajaran dapat tercapai dengan sempurna.
2. Evaluasi (penilaian) pembelajaran adalah suatu usaha untuk
mengumpulkan berbagai informasi secara berkesinambungan,
menyeluruh dan obyektif terhadap proses dan hasil belajar santri yang
dijadikan dasar untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya.
3. Prinsip Evaluasi MDTA yaitu :
a. Menyeluruh
Evaluasi pembelajaran tidak hanya diarahkan pada aspek
pengetahuan dan pemahaman santri. Pengetahuan santri terhadap
mata pelajaran, tetapi juga kemampuan pengalaman dan perubahan
tingkah lakunya. Oleh sebab tu, seluruh aspek yang bisa dilihat
dalam diri santri haruslah diperhatikan, bak pengetahuan, sikap,
perilaku keseharan, aktifitas pembeljaran dan kreatifitasnya secara
individual maupun kolektif. Substansi penilaian harus mencakup
aspek kognitif, psikomotorik dan afektif.
b. Berkesinambungan
Evaluasi pembelajaran dilakukan secara terencana,bertahap dan
terus menerus untuk memperoleh gambaran menyeluruh tentang
perubahan yang ada pada diri santri sehingga terlihat seberapa
tingkat ketercapaian tujuan pembelajaran yang diikuti.
c. Obyektif
Evaluasi pembelajaran harus dapat menggambarkan kondisi yang
sebenarnya dari seluruh aspek yang dinilai, baik aspek kognitif,
psikomotorik maupun afektif. Penilaian seperti ini sangat
tergantung pada tingkat reliabilitas (keandalan) dan validitas

11
(kesesuaian) instrument atas alat penilaian yang digunakan. Oleh
sebab itu, pembuatan instrument penilaian harus dibuat secara hati-
hati dan memperhatikan perkembangan aspek-aspek yang dinilai.
4. Sasaran evaluasi pembelajaran meliputi semua komponen yang
menyangkut proses dan hasil belajar santri, baik dalam kegiatan
pembelajaran kurikuler maupun ekstrakurikuler.
5. Evaluasi pembelajaran berfungsi untuk :
a. Memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar memperbaiki
cara mengajar, mengadakan perbaikan bagi santri dalam hal cara
belajar dan penggunaan waktu belajar.
b. Menentukan hasil kemajuan belajar santri yang diperlukan untuk
laporan kepada orang tua, penentuan kenaikan kelas atau
penentuan lulus tidaknya santri.
c. Menempatkan santri dalam situasi belajar yang tepat. Fungsi ini
dimanfaatkan untuk mencarikan tempat duduk santri yang sesuai
dengan kondisi fisiknya, menentukan anggota kelompok belajarnya
yang serasi.
d. Mengetahui faktor-faktor kesulitan belajar santri dari segi
psikologis, fisik, sosial dan lingkungan dan lain sebagainya. Fungsi
ini sebagai dasar untuk memecahkan masalah kesulitan belajar
santri serta dasar untuk melakukan bimbingan yang sebaik-
baiknya.
6. Sistem evaluasi MDTA yaitu Evaluasi dilakukan dalam berbagai
bentuk. Menurut tujuan pelaksanaannya, evaluasi pembelajaran
dilakukan dalam bentuk penilaian formatif dan sumatif. Menurut
jenisnya, bisa dilakukan evaluasi test dan nontest, yakni pengamatan
terhadap perilaku dan kinerja siswa. Adapun menurut waktunya,
evaluasi dilaksanakan dalam bentuk ulangan harian, ujian tengah
semester, ujian akhir semester, ujian akhir.
7. Tahapan evaluasi MDTA yaitu :
a. Tahapan perencanaan
b. Tahapan pelaksanaan

12
c. Tahapan analisis
d. Pelaporan hasil penilaian
B. Saran

Kita sebagai pengajar atau pendidik, sebaiknya menerapkan semua


evaluasi yang sudah dipaparkan di atas. Dan sangat berguna bagi kita sebagai
calon pendidik, khususnya pendidik di MDTA.

13

Anda mungkin juga menyukai