Anda di halaman 1dari 11

IMPLEMENTASI KEWENANGAN LOKAL BERSKALA DESA

DI DESA KOPANG REMBIGA KECAMATAN KOPANG

KABUPATEN LOMBOK TENGAH

Disusun untuk memenuhi Ujian Tengah Semester III


Mata Kuliah : Pemerintahan Desa
Dosen Pengampu : Arwanto Harimas Ginting, S, STP, M. Si.

Oleh :

Lalu Artha Dinata Alvin

31.0744
KELAS A 4

PROGRAM STUDI : POLITIK INDONESIA TERAPAN

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

KAMPUS JATINANGOR

2021
PENDAHULUAN

Wewenang (dalam kamus Besar bahasa Indonesia, 1995) adalah kekuasaan membuat
keputusan, memerintah, dan melimpahkan tanggung jawab kepada orang lain. Wewenang
adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu tindakan hukum publik atau kemampuan
bertindak yang diberikan oleh undang-undang yang berlaku untuk melakukan hubungan-
hubungan hukum. Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat dan tidak berbuat.
Dalam hukum “wewenang”, berarti pula hak dan kewajiban (rechteren plichter). Dalam kaitan
dengan otonomi daerah, hak mengandung pengertian kekuasaan untuk mengatur sendiri (self
regular) dan mengelola sendiri (self bestur).
Kewenangan secara umum merupakan lingkup kekuasaan yang dimiliki seseorang atau
kelompok untuk memerintah, mengatur, dan menjalankan tugas di bidangnya masing-masing.
Kewenangan merupakan unsur dari kekuasaan yang dimiliki seseorang. Dalam berkuasa
biasanya seorang pemegang kuasa berwenang untuk menjalankan kekuasaannya sesuai
dengan wewenang yang diberikan kepadanya. Kewenangan juga bisa dipahami sebagai
instrumen administratif untuk mengelola urusan. Dengan demikian, kewenangan akan
memperkuat posisi dan eksistensi subyek pemilik kewenangan itu untuk menjadi subyek
hukum yang leluasa dan otonom dalam bertindak. Kewenangan akan membuat otonomi, dan
bahkan skala yang lebih tinggi akan membuat kedaulatan.
Desa adalah suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat yang
berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri. Desa terjadi dari hanya satu tempat kediaman
masyarakat saja ataupun terjadi dari satu induk desa dan beberapa tempat kediaman sebagian
dari masyarakat hukum yang terpisah yang merupakan kesatuan-kesatuan tempat tinggal
sendiri. Desa dan hukum adat adalah dua hal bagian yang tidak dapat dipisahkan. Memahami
desa, maka tidak terlepas dari memahami hukum adat yang hidup dalam masyarakat desa dan
berkembang serta dilestarikan oleh masyarakat desa sebagai bagian kehidupan masyarakat
desa. Pengakuan terhadap desa dan hukum adat sejatinya tercermin dengan lahirnya peraturan
pemerintah tentang desa dan kemudian diatur kembali oleh aturan yang lebih tinggi yaitu
peraturan perundang-undangan.

Pelaksanaan kewenangan yang ditugaskan dan pelaksanaan kewenangan tugas lain dari
Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota diurus
oleh Desa. Dalam penyelenggaraan kewenangan desa berdasarkan asal usul dan kewenangan
lokal berskala desa didanai oleh APBDes. Penyelenggaraan kewenangan lokal berskala desa
selain didanai oleh APBDes, juga dapat didanai oleh APBN dan APBD. Penyelenggaraan
kewenangan desa yang di tugaskan oleh pemerintah didanai oleh APBN yang dialokasikan
pada bagian anggaran kementerian/lembaga dan disalurkan melalui satuan kerja perangkat
daerah

Pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala desa
diatur dan diurus oleh desa. Pelaksanaan kewenangan yang ditugaskan dan pelaksanaan
kewenangan tugas lain dari Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota diurus oleh Desa. Dalam penyelenggaraan kewenangan desa berdasarkan
asal usul dan kewenangan lokal berskala desa didanai oleh APBDes. Penyelenggaraan
kewenangan lokal berskala desa selain didanai oleh APBDes, juga dapat didanai oleh APBN
dan APBD. Penyelenggaraan kewenangan desa yang di tugaskan oleh pemerintah didanai
oleh APBN yang dialokasikan pada bagian anggaran kementerian/lembaga dan disalurkan
melalui satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota. Penyelenggaraan yang ditugaskan oleh
Pemerintah Daerah didanai oleh APBD

Dalam pengelompokannya, kewenangan yang dimiliki desa meliputi: kewenangan


dibidang penyelenggaraan pemerintah desa, kewenangan dibidang pelaksanaan Pembangunan
desa, kewenangan dibidang pembinaan kemasyarakatan desa, dan kewenangan dibidang
pemberdayaan masyarakat desa yang berdasarkan masyarakat, atau yang berdasarkan hak asal
usul dan yang berdasarkan adat istiadat desa. kewenangan berdasarkan hak asal usul;
Kewenangan desa sebagaimana tertuang dalam Pasal 19 Undang-Undang No. 6 Tahun 2014
tentang Desa, diuraikan sebagai berikut:

1. kewenangan berdasarkan hak asal usul;

2. kewenangan lokal berskala desa;

3. kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau


Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;

4. kewenangan lain yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dari empat kewenangan tersebut pada dua kewenangan pertama yaitu kewenangan
asal usul dan kewenangan lokal berskal desa terdapat beberapa prinsip penting yang dimiliki
desa. Dimana kewenangan yang dimiliki oleh desa tersebut bukanlah kewenangan sisa
(residu) yang dilimpahkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota sebagaimana pernah diatur dalam
UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan PP No. 72 Tahun 2005 tentang
Pemerintahan Desa. Melainkan, sesuai dengan asas rekognisi dan subsidiaritas. Dan kedua
jenis kewenangan tersebut diakui dan ditetapkan langsung oleh undang-undang dan
dijabarkan oleh peraturan pemerintah.

Di dalam Undang Undang No. 6 Tahun 2014 pasa 19 disebutkan salah satu kewenangan
desa adalah kewenangan lokal berskala desa. Kewenangan lokal berskala desa adalah
kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat desa yang telah
dijalankan oleh desa atau mampu dan efektif dijalankan oleh desa, atau yang muncul karena
perkembangan desa dan prakarsa masyarakat desa. Pelaksanaan kewenangan berdasarkan hak
asal usul dan kewenangan lokal berskala desa diatur dan diurus oleh desa.

Pemerintah Desa Kopang Rembiga dalam mengimplementasikan kewenangan local


berskala desa yang sudah di atur dalam Undang Undang No. 6 Tahun 2014 masih belum
diterapkan secara optimal. Pemerintah Desa Kopang Rembiga dalam menjalankan
kewenangannya selama ini hanya melakukan pengelolaan sampah masyarakat desa kopang
rembiga.

Pengelolaan sampah di desa kopang rembiga menjadi fokus utama pemerintah desa saat
ini. Dengan jumlah penduduk sebanyak 14.821 jiwa (sumber; badan pusat statistic Lombok
tengah 2018) tentu menghasikan sampah yang banyak. Sehingga pemerintah desa berinisiatif
untuk segera mengurus pengelolaan sampah. Sampah yang belum dikelola menjadi urgensi
pemerintah desa yang harus segera di selesaikan. Dalam menyelasikan masalah sampah,
pemerintah desa melaksanakan kewenangan local berskala desa berupa pengelolaan sampah
di desa kopang rembiga.

METODE.

Penelitian ini dilaksanakan dengan pendekatan kualitatif deskriptif, dimana pada


pendekatan ini mengutamakan entitas yang di teliti. Penelitian kualitatif memanfaatkan data
deskriptif, berupa kata tertulis atau lisan dari pelaku yang diamati. Analisis kualitatif dimulai
dari tahap pengumpulan data, reduksi dan kategorisasi data, display data, dan penarikan
kesimpulan.

Metode kualitatif deskriptif menyesuaikan pendapat antara peneliti dengan informan.


Pemilihan metode ini dilakukan karena peneliti lebih mendeskripsikan segala fenomena yang
ada dimasyarakat secara jelas.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, yaitu menggali informasi
secara mendalam dari objek penelitian. Wawancara yang kami lakukan melalui sambungan
telpon dengan Sekertaris Desa Kopang Rembiga. Selama proses pengumpulan data, peneliti
juga menggunakan data sekunder, yaitu karya ilmiah, artikel, serta dokumen yang berkaitan
dengan penelitian.

MASALAH DALAM MENJALANKAN KEWENANGAN DESA

Berlakunya Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa berdampak terhadap


lahirnya kewenangan desa yang sebelumnya belum diatur secara lengkap. Kewenangan desa
yang dimaksud adalah kewenangan desa yang berasal dari hak asal usul dan kewenangan
lokal berskala desa, karena kedua bentuk kewenangan desa tersebutlah yang merupakan ruh
otonomi desa.

Dalam pasal 19 huruf b UU No. 6 Tahun 2014 disebutkan bahwa salah satu
kewenangan desa adalah kewenangan local berskala desa. Dalam hal ini Pemerintah Desa
Kopang Rembiga hanya mengimplementasikan Undang Undang ini dalam bentuk
Pengelolaan Sampah di Desa Kopang Rembiga.

Pengelolaan Sampah oleh desa dapat dikatakan berjalan dengan baik hingga saat ini.
Namun tetap saja masih terdapat masalah masalah yang yang harus segera di selesaikan oleh
pemerintah desa guna berjalan optimalnya pengelolaan sampah di desa Kopang Rembiga.

Masalah yang hingga kini belum teratasi pemerintah desa kopang rembiga ialah lokasi
tempat pembuangan sampah sementara. Pemerintah desa dalam melaksanakan pengelolaan
sampah di desa Kopang Rembiga masih sebatas pelayanan pengumpulan sementara sampah
saja.

Pengelolaan sampah di desa Kopang Rembiga menggandeng Dinas Lingkungan


Hidup Kapubaten Lombok Tengah. Kerja sama antara pemerintah desa dengan dinas
lingkungan hidup di mulai sejak awal berjalanya program pengelolaan sampah oleh
pemerintah desa. Pemerintah desa dalam pengelolaan sampah di desa kopang rembiga hanya
melakukan pengumpulan sampah saja di suatu tempat yang sudah di tentukan. Setelah itu
tanggung jawab sampah di berikan kepada dinas lingkungan hidup tombok tengah. Dalam hal
ini dinas lingkungan hidup melakukan pengangkutan terhadap sampah yang telah di
kumpulkan untuk di bawa ke tempat pembuangan akhir yang di miliki oleh pemerintah
kabupaten Lombok tengah.
Selain masalah lokasi, pemerintah desa juga terkendala dengan armada pengangkut
sampah yang dimiliki oleh pemerintah desa. Saat ini pemerintah desa kopang rembiga
memiliki armada sebanyak 4 buah yang berupa kendaraan roda tiga. Dengan minimnya
armada pengangut sampah yang dimiliki berdampak pada terbatasnya dusun yang tersentuh
program pengelolaan sampah. Saat ini program pengelolaan sampah baru menyentuh 9 dusun
dari 17 dusun yang ada di desa kopang rembiga.

Karena sifatnya pengelolaan sampah yang dilakukan oleh desa kopang rembiga saat
ini hanya berupa pengumpulan sampah sementara, maka di butuhkan container sampah yang
cukup banyak untuk memudahkan pengangkutan dan sampah tidak berserakan. Saat ini
pemerintah desa hanya memiliki 2 buah container sampah. Dengan banyak nya sampah yang
tiap tahunnya meningkat beriringan dengan naiknya jumlah penduduk masyarakat desa
kopang rembiga keberadaan container sampah yang dimiliki saat ini tidak cukup untuk
mengakomodir sampah masyarakat desa kopang rembiga.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kewenangan Lokal Berskala Desa

Kewenangan lokal berskala desa sebagaimana Pasal 1 ayat (4) Peraturan Menteri
Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Trasmigrasi Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal-Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa
memberikan pengertian.

“Kewenangan lokal berskala desa adalah kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat desa yang telah dijalankan oleh desa atau mampu dan efektif
dijalankan oleh desa atau yang muncul karena perkembangan desa dan prakarsa masyarakat
desa”

Kewenangan lokal berskala desa haruslah kewenangan yang muncul dari prakarsa
masyarakat sesuai dengan kemampuan, kebutuhan dan kondisi lokal desa. Hal itu supaya
kewenangan tersebut sejalan dengan kepentingan masyarakat sehingga akan bisa diterima dan
dijalankan. Hanya saja, kewenangan yang terkait dengan kepentingan masyarakat secara
langsung ini mempunyai cakupan yang relatif kecil dalam lingkup desa.

Jenis kewenangan lokal berskala desa ini merupakan turunan dari konsep
subsidiaritas, sehingga masalah atau urusan berskala lokal yang sangat dekat dengan
masyarakat sebaik mungkin diputuskan dan diselesaikan oleh organisasi lokal (dalam hal ini
adalah desa), tanpa harus di tangani oleh organisasi yang lebih tinggi. Menurut konsep
subsidiaritas, urusan yang terkait dengan kepentingan masyarakat setempat atas prakarsa desa
dan masyarakat setempat, disebut dengan kewenangan lokal berskal desa. Pelaksanaan
kewenangan lokal tersebut berkonsekuensi terhadap masuknya program-program pemerintah
ke ranah desa.

Pengelolaan sampah

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang


Pengelolaan Sampah, yang dimaksud sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia
dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah ini dihasilkan manusia setiap melakukan
aktivitas sehari-hari. Pengelolaan sampah menerapkan paradigma baru yaitu pengelolaan
sampah secara holistik dari hulu sampai hilir.
 
Untuk meminimalisir permasalahan sampah maka harus ada pengelolaan sampah sejak
dari sumbernya. Pengelolaan sampah merupakan kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Pengelolaan sampah
perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan manfaat
secara ekonomi, sehat bagi masyarakat dan aman bagi lingkungan serta dapat mengubah
perilaku masyarakat.

Jenis Sampah Berdasarkan Sifatnya 


1. Sampah Organik (Degradable); Pengertian sampah organik adalah sampah yang dapat
membusuk dan terurai sehingga bisa diolah menjadi kompos. Misalnya, sisa makanan,
daun kering, sayuran, dan lain-lain.
2. Sampah Anorganik (Undegradable); Pengertian sampah anorganik adalah sampah
yang sulit membusuk dan tidak dapat terurai. Namun, sampah anorganik dapat didaur
ulang menjadi sesuatu yang baru dan bermanfaat. Misalnya botol plastik, kertas bekas,
karton, kaleng bekas, dan lain-lain

Berdasarkan bentuknya, sampah dapat dibagi menjadi beberapa kelompok, diantaranya:


 
1. Sampah Padat: Sampah pada merupakan material yang dibuang oleh manusia (kecuali
kotoran manusia). Jenis sampah ini diantaranya plastik bekas, pecahan gelas, kaleng
bekas, sampah dapur, dan lain-lain.
2. Sampah Cair: Sampah cair merupakan bahan cair yang tidak dibutuhkan dan dibuang
ke tempah sampah. Misalnya, sampah cair dari toilet, sampai cair dari dapur dan
tempat cucian.

Pengelolaan Sampah yang Dilakukan Pemerintah Desa Kopang Rembiga

Pengelolaan sampah didesa kopang rembiga sudah berjalan selama 5 tahun. Program
ini di mulai sejak kepala desa terpilih periode 2017 – 2022 menjabat. Program ini merupakan
aspirasi masyarakat desa kopang rembiga yang sudah lama dinanti. Letak desa kopang
rembiga yang di lewati jalan nasional dan terdapat pasar yang cukup besar membuat program
ini sangat sesuai dengan yang di lakukan oleh pemerintah desa.

Untuk mendukung program pengelolaan sampah, pemerintah desa membuat peraturan


desa yang mengatur terkait pengelolaan sampah di desa kopang rembiga. Perarturan itu ialah
Peraturan Desa No. 6 Tahun 2018 tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan Peraturan
Kepala Desa No. 1 Tahun 2019 tentang prilaku hidup bersih dan sehat.

Pengelolaan sampah oleh pemerintah desa pada awalnya hanya mampu melayani 6
dusun yaitu dusun jelojok, dusun lauk rurung I, dusun lok, dusun kopang II, dusun gubuk
alang, dusun kopang I. dalam dua tahun terakhir, pelayanan pengelolaan sampah oleh desa
bertambah tiga dusun dari 11 dusun yang belum tersentuh, yaitu dusun pendagi, dusun
pengkores dan dusun bore. 9 dusun yang sudah di sentuh program pengelolaan sampah oleh
desa di harapkan menjadi stimulan bagi dusun yang lain agar bisa merapikan dan menata
sampahnya sendiri.

Pengangkutan sampah di tiap dusun di jadwalkan 3 kali dalam satu minggu, yaitu hari
senin, rabu, dan sabtu. Untuk penganggkutan sampah yang dilakukan oleh dinas lingkungan
hidup dari TPS desa kopang kermbiga menuju TPA di jadwalkan 1 dalam seminggu tepatnya
pada hari minggu

SOLUSI DAN STRATEGI YANG DILAKUKAN PEMERINTAH DESA

Dalam perjalanan program pengolahan sampah yang dilakukan oleh penmerintah desa
kopang rembiga selama ini, terdapat beberapa masalah yang menganggu jalannya program
tersebut. Salah satunya masalah mengenai lokasi tempat pembuangan sampah sementara di
desa kopang rembiga.

Pada tahun tahun awal program pengolahan sampah ini berjalan, pemerintah desa
pernah mecoba untuk menaruh container sampah di beberapa titik di dusun dusun yang
terkena program pengolahan sampah. Namun muncul masalah baru yang di temukan, yaitu
para warga dari desa lain turut membuang sampah nya di container sampah pemerintah desa
kopang rembiga. Pemerintah desa telah memperhitungkan jumlah sampah yang ada di dusun
tersebut, namun dengan adanya tambahan sampah dari desa lain membuat sampah di
container tersebut membludak.
Container sampah yang telah di siapkan pemerintah desa agar masyarakat dapat
membuang sampahnya di satu tempat sehingga pemukiman warga nampak bersih tidak dapat
terealisasikan. Beban sampah yang di hasilkan masyarakat kopang sudah berat, ditambah lagi
dengan sampah masyarakat dari luar desa membuat masalah ini kian rumit.

Tanah ulayat yang dimiliki desa menjadi salah satu opsi untuk dijadikan lokasi
container. Namun tanah ulayat yang dimiliki tidak ada yang berlokasi di desa kopang
rembiga, semua nya berada di kecamatan lain. Hal ini membuat pemerintah desa mengambil
langkah untuk sementara waktu container sampah di taruh di lingkungan kantor desa kopang
rembiga. Saat ini pemerintah desa mencoba untuk mencari lokasi yang cocok untuk
digunakan sebagai tempat pembuangan semantara.

Dalam pengelolaan sampah yang telah berjalan selama ini, pemerintah desa hanya
berifat mengumpulkan sampah saja lalu di bawa ke TPA kabupaten Lombok tengah.
Pemerintah desa tidak ingin program pengolahan sampah berjalan sepreti itu saja kedepannya.
Saat ini pemerintah desa telah membuat tempat pembuangan sampah 3R (reuse, reduce,
recycle). Tempat sampar 3R ini mengolah menjadi barang yang bermanfaat. Kini sampah
yang dihasilkan tidak semuanya di buang ke TPA, melainkan di bawa juga ke tempat sampah
3R yang dimiliki desa kopang rembiga. Tempat sampar 3R ini terbilang cukup kecil sehingga
hanya dapat mengolah sebagian kecil sampah masyarakat desa kopang rembiga. Kedepannya
pemerintah desa berusaha untuk memperbesar tempat sampah ini agara semua sampah
masyarakat desa kopang rembiga dapat diolah menjadi barang yang bermanfaat

Pemerintah desa menyadari armada penganggkut sampah yang dimiliki saat ini masih
kurang untuk melayani program pengolahan sampah di wilayah desa kopang rembiga. Untuk
menangani masalah ini pemerintah desa telah menyiapkan anggaran pada APBDes tahun
2022 untuk pengadaan 1unit truck, 1 kontainer, dan 2 unit roda tiga.

KESIMPULAN DAN SARAN

Pemerintah Desa Rembiga di kecamatan kopang telah melakukan program guna


memperbaiki perkondisian sampah di desa, dalam hal ini berarti pemerintah desa Rembiga
telah berusaha melaksanakan salah satu kewenangannya sesuai Undang Undang No. 6 Tahun
2014 pasal 19 walaupun belum menerapkan kawenangan secara optimal. Program
pengelolaan sampah masih mempunyai beberapa kendala yang membuat program pemerintah
desa Rembiga ini masih kurang maksimal.
Dalam menyikapi kondisi seperti ini pemerintah desa rembiga kecamatan kopang harus
melakukan beberapa penyesuaian untuk meningkatkan kan pengelolaan sampah yang ada di
desa kopang rembiga. Diantaranya ialah memperbanyak armada pengangkut sampah,
memperbesar dan memkasimalkan tempat sampah 3R yang sudah dimiliki dan membuat bank
sampah agar masyarakat desa kopang rembiga terbantu dari segi okonominya. kaitannya
dengan pengelolaan sampah yang berjalan kedepanya, pemerintah desa harus rutin monitoring
permasalahan persampahan dan pengelolaannya, kondisi TPS dari aspek lingkungan,
pengembangan penerapan teknologi yang ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Wulan Suci, 2019. “Pelaksanaan Kewenangan Lokal Berskala Desa Di Desa Air Genting
Berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan Transmigrasi
Nomor 1 Tahun 2015”. Skripsi.Sumatra : Universitas Sumatra Utara

Anda mungkin juga menyukai