Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENYUSUNAN SKALA PSIKOLOGI

Life Satisfaction PADA (KELOMPOK/SAMPEL/TARGET)

Disusun oleh:
Kelompok 2D

Nama Anggota NIM Anggota


Masyia Hutagalung 191301141
Stephanie Pardosi 191301161
Galoper Reminiscere 191301224
Cristin Daniyati Batubara 191301226
Muhammad Aiman Kamil 191301227
Ar Rizqon Fadhlan 191301238
Miranda Anisya Ramadhani 200701029

M.K. KONSTRUKSI ALAT UKUR


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
DATA KONTRIBUSI ANGGOTA KELOMPOK

=contoh=

No. Nama Persentas Keterangan


e (dari awal-
laporan
akhir)

● Tujuan pembuatan alat ukur,


● Membuat blue print
● Definisi operasional dari konstruk,
1. 20% ● Validitas,
● Hasil validitas,
● Narahubung expert judgement,
● Membuat aitem alat ukur.

● Memberi ide mengenai konstruk


yang ingin diukur,
● Menyusun blue print
● Mencari dimensi,
2. 20% ● Membuat indikator dari konstruk,
● Melakukan analisis aitem uji coba,
● Membuat aitem alat ukur,
● Menjelaskan kekurangan pada alat
ukur,
● Pengarah tata letak.
● Latar belakang,
● Mengolah data di,
3. 20%
● Menyusun blue ptint
● Melakukan pemilihan aitem,
● Menghitung,
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Life satisfaction atau bisa juga disebut kepuasan hidup adalah cara orang
menunjukkan emosi, perasaan dan bagaimana mereka mendeskripsikan perasaan
maupun emosi yang sedang mereka rasakan, hal ini juga mengukur terkait dengan
kesejahteraan psikologis yang dinilai dari segi suasana hati, kepuasan dengan
hubungan, tujuan yang dicapai, konsep diri, dan kemampuan yang dirasakan
sendiri untuk mengatasi kehidupan sehari-hari, Kepuasan hidup juga merupakan
bagian penting dari subjective well-being (Gilman, R., & Huebner, S. (2003).

Pembuatan alat ukur ini didasarkan pada rendahnya awareness terhadap


life satisfaction pada kelompok orang di usia 18-25 tahun, atau kelompok orang-
orang ini disebut dengan emerging adulthood (Arnett, 1988) dan hal tersebut
juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Kurniawan, D.A, 2014) dimana
orang-orang dikalangan tersebut memiliki skor persentase yang rendah yakni
hanya berkisar 35,2% sehingga memunculkan ide bagi kami untuk membuat alat
ukur baru yang lebih ramah terhadap penggunaan bahasa, alat ukur ini juga
sudah disesuaikan dengan penggunaan bahasa yang mungkin sehari-hari
digunakan oleh kalangan di usia 18-25 tahun, atau biasa disebut anak millenial,
sehingga alat ini diharapkan dapat memunculkan ketertarikan pada life
satisfaction pada kalangan usia 18-25 tahun tersebut dan dengan alasan tersebut
juga diharapkan alat ini juga dapat menjadi alat yang rendah terhadap bias
budaya karena hal tersebut sudah disesuaikan dengan bahasa yang “generasi
milenial” temui dalam kehidupannya sehari-hari.

Selanjutnya karna penelitian dan pengembanga alat ukur terkait life


satisfaction cukup sedikit, terutama yang berbahasa Indonesia maka kami
berupaya menciptakan alat baru sebagai kontribusi terhadap keilmuan
khususnya di bidang psikometri dengan membuat alat ukur yang menyasar
kalangan usia emerging adulthood dengan menyesuaikan bahasa agar tidak
terjadi bias bahasa ketika dilakukan pengujian menggunakan Satisfaction With
Life Scale (SWLS) milik Ed Diener, dkk yang disajikan dengan menggunakan
bahasa Inggris sehingga alat tersebut dapat digunakan dengan akurat serta
bebas dari bias budaya.

Seperti yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya, tingkat kepuasan


hidup dan awareness terhadap atribut tersebut di kalangan emerging adulthood
di Indonesia cukup rendah. Terlebih lagi, belum ada alat ukur kepuasan hidup
yang mengukur atribut tersebut dalam rentang usia emerging adulthood (18-25)
secara spesifik. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan alat ukur yang dapat
mengukur individu berusia dalam rentang tersebut secara valid dan akurat.

Selanjutnya, beberapa ahli dan penelitian memperlihatkan bahwa SWLS


ini memiliki social desirability yang cukup tinggi (Carstensen & Cone, 1983). Hal
ini dapat meningkatkan kemungkinan responden menjawab item dengan
jawaban yang umumnya dipandang baik oleh orang lain. Hal tersebut bisa
memiliki dampak terhadap validitas dari skala kepuasan hidup ini.

SWLS dan skala kepuasan hidup lainnya cenderung mengukur atribut life
satisfaction terfokus pada kondisi saat ini dari subjek atau kondisi saat
responden mengerjakan skalanya. Hal ini tidak sesuai dengan hasil-hasil
penelitian dan literatur yang menyatakan bahwa kemampuan coping dan
ekspektasi terhadap masa depan yang dimiliki berpengaruh besar terhadap
kepuasan hidup seseorang (Maddux, 2018).

Oleh karena hal-hal yang telah dipaparkan diatas, sangatlah diperlukan


suatu alat ukur kepuasan hidup yang dapat memperbaiki dan mengatasi
masalah-masalah yang ada dalam ranah skala kepuasan hidup ini. Maka dari itu,
kami berharap bahwa alat ukur kami yang telah melewati berbagai proses
psikometris ini dapat membantu mengatasi berbagai masalah ini dan dapat
menjadi tambahan serta referensi yang berarti terhadap ruang lingkup skala
psikologis, terkhususnya skala kepuasan hidup.

BAB II

TINJAUAN TEORITIK

2.1 KONSEP TEORI TENTANG KONSTRUK YANG AKAN DIUKUR


2.1.1 Definisi Konseptual

Life satisfaction atau kepuasan hdup merupakan penilaian secara kognitif tentang
seberapa baik dan memuaskan hal-hal yang sudah dilakukan individu dalam
kehidupannya secara menyeluruh. Life satisfaction ini adalah suatu proses tentang
bagaimana seseorang memaknai kehidupannya secara objektif dengan penilaian
yang sifatnya positif.

Life satisfaction atau kepuasan hidup merupakan bagian dari subjective well-being.
Subjective well-being sendiri merupakan suatu analisa ilmiah tentang bagaimana
orang mengevaluasi kehidupan mereka baik pada masa sekarang maupun masa
yang akan datang dapat berupa reaksi emosional orang terhadap suatu peristiwa,
suasana hati, dan penilaian yang mereka bentuk tentang life satisfaction,fulfillment,
dan kepuasan dominan lainnya.

Di antara komponen dari subjective well-being (SWB), kepuasan hidup telah


diidentifikasi sebagai konstruksi yang berbeda yang mewakili evaluasi kognitif
terhadap kualitas hidup seseorang secara keseluruhan. Menurut Diener dan
rekannya (1985), life satisfaction merupakan penilaian secara kognitif mengenai
seberapa baik dan memuaskan hal-hal yang sudah dilakukan individu secara
keseluruhan.

Ada beberapa definisi lain mengenai life satisfaction antara lain ;

1. Kepuasan hidup merupakan kesejahteraan psikologis atau kepuasan terhadap


kehidupan secara keseluruhan (Santrock, 2012)
2. Menurut Argyle (2001) life satisfaction merupakan kesejahteraan subjektif karena
bersifat subjektif sesuai dengan penilaian individu tersebut (Raharja, 2018)
3. Life satisfaction merupakan salah satu konsep yang dianggap mencerminkan
sebuah kondisi kehidupan yang baik. Terdapat dua konsep terkait mengenai life
satisfaction yaitu kepuasan hidup (quality of life) dan kesejahteraan subjektif
(subjective well-being) (Indati et al., 2019,60)
4. Hurlock (1999) mengatakan life satisfaction adalah keadaan sejahtera dan adanya
kepuasan hati yang merupakan kondisi yang menyenangkan yang timbul bila
kebutuhan dan harapan tertentu individu terpenuhi (Indati et al., 2019,62).

Life satisfaction atau kepuasan hidup biasanya menunjukkan proses penilaian di


mana individu secara holistic mengevaluasi kondisi kehidupan mereka berdasarkan
kriteria mereka sendiri yang berbeda dan unik (Pavot & Diener, 2008, 137-152)

2.1.2 Dimensi/Aspek Atribut

1. Emotion reappraisal
Emotion reappraisal adalah perubahan kognitif dari dampak emosional
dengan mengkonstruksi situasi yang berpotensi menarik perasaan seseorang
(Wang, Li, Sun, Cheng, & Zhang, 2017). Contohnya, pengemudi bisa frustasi saat
terjebak di kemacetan. Namun, jika pengemudi mengevaluasi kembali situasi saat
itu dan menganggap kemacetan itu sebagai kesempatan untuk menikmati
pemandangan, pengemudi akan merasa lebih baik. Oleh karena itu, individu yang
secara aktif menggunakan emotion reappraisal lebih kecil kemungkinannya untuk
depresi dan lebih besar kemungkinannya untuk memiliki tingkat kepuasan hidup
yang tinggi (Gross, 1998; Gross & John, 2003). Individu dengan emotional appraisal
yang baik dapat dilihat dari bagaimana cara seseorang tersebut menghadapi
sesuatu. Jika seseorang mampu melihat suatu masalah bukan hanya dari satu sisi,
namun melalui beberapa pandangan, terutama yang positif. Maka individu tersebut
memiliki emotional reappraisal yang baik.
2. Perception of successful agency
Perception of successful agency adalah perasaan determinasi dan kemauan
untuk bisa sukses dalam meraih tujuan yang kita inginkan. Perception of successful
agency ini berhubungan dengan kepuasan hidup dikarenakan persepsi ini akan
memberikan makna dan tujuan bagi seseorang (Wang et al., 2017). Individu yang
merasa bahwa dirinya memiliki tujuan hidup dan hidupnya lebih bermakna akan
memiliki tingkat kepuasan hidup yang lebih tinggi daripada individu yang merasa
bingung tentang dirinya (Wang et al., 2017). Individu dengan Perception of
successful agency dapat memandang hidupnya sebagai kehidupan yang penuh
dengan makna (meaningful), optimisme, well-being yang baik.
3. Intrapersonal Factors
Intrapersonal factors meliputi kesadaran diri, introspeksi, dan refleksi diri.
Intrapersonal dapat digambarkan sebagai bagian dari self-awareness, pengenalan
diri dan pemaknaan hidup terlepas dari faktor-faktor situasional tertentu (Maddux,
2018). Individu yang. Individu dengan Interpersonal Factors mampu menjaga
keberlangsungan hubungan interpersonal yang baik dalam hubungan
kemasyarakatan, menjalin suatu hal dengan baik kepada masyarakat, memiliki
pandangan positif terhadap orang lain, kepedulian, sosial dan empati yang baik pula
terhadap orang lain.
4. Physical and health-related
Memiliki kondisi kesehatan yang baik dapat meningkatkan kepuasan hidup
seseorang. Individu yang merasa bahwa kondisi kesehatannya baik kepuasan
hidupnya akan cenderung lebih tinggi daripada individu yang merasa bahwa kondisi
kesehatannya buruk. Dalam beberapa penelitian diperlihatkan bahwa pernyataan
bahwa diri seseorang individu itu sehat berhubungan positif dengan tingkat
kepuasan hidup (Vinson & Ericson, 2012). Individu dengan kondisi kesehatan dan
fisik yang baik biasanya memiliki tubuh yang sehat dan bugar dan mereka juga lebih
aktif. Berbeda dengan individu yang memiliki kondisi kesehatan yang buruk, mereka
biasanya akan merasa bahwa fisik dan tubuh mereka itu sakit dan lemah.
5. Coping
Ketika remaja merasa puas dalam hidupnya, mereka dapat melakukan
coping perilakunya saat mengalami kecemasan, depresi, dan masalah perilaku
lainnya (State & Kern, 2017). Coping dilakukan ketika seseorang mengalami suatu
kondisi yang mengharuskan melakukan defense terhadap dirinya sendiri akan
masalah yang sedang dihadapinya, seseorang dengan life satisfaction yang baik
mampu melakukan coping dengan tepat pula terhadap permasalahan yang
dihadapinya, mampu meregulasi emosi dengan baik, menghadapi permasalahan
hidup dengan baik, dan memiliki resiliensi yang tinggi
6. Pandangan terhadap masa depan
Individu yang menganggap bahwa masa depan dan hal-hal baru yang akan
dilaluinya akan berlangsung secara baik dan bahagia tentunya akan memiliki
kepuasan hidup yang baik. Berbeda dengan individu yang berpikir bahwa sesuatu
yang akan dihadapinya itu akan selalu berdampak buruk bagi dirinya. Seperti aspek
pertama, kondisi kehidupan, seperti pekerjaan dan kesehatan akan memiliki
dampak yang signifikan pada aspek ini. Individu yang memiliki pandangan terhadap
masa depan yang baik itu tidak akan merasa was-was akan apa yang akan dihadapi
dan dilaluinya, merasa aman dan nyaman akan keadaannya pada saat ini dan
optimisme yang tinggi.

7. Reaksi seseorang terhadap life events

Cara orang menghadapi suatu kejadian itu akan berdampak kepada tingkat
kepuasan hidup seseorang tersebut. Jika seseorang yang mengalami hal yang buruk,
misalnya gagal lulus masuk kampus yang diimpikan. Jika orang itu menerimanya
dengan lapang dada, optimis bahwa ia akan mendapat kesempatan lagi, serta
menganggap bahwa saat ini dia belum pantas untuk lulus dan memandang hal itu
sebagai waktu untuk lebih giat belajar lagi. Maka, orang ini tentunya memiliki
kepuasan hidup yang lebih tinggi dari individu yang berat hati menerima ketidak
lulusannya. Jika seorang individu mengalami musibah dan dia tetap tabah dan tidak
putus asa, maka individu tersebut memiliki reaksi yang baik terhadap life events.
Individu yang menganggap kegagalan itu sebagai pelajaran dan juga sumber
percobaan untuk hal yang lain dan yang baru juga memperlihatkan reaksi yang baik
terhadap life events

8. Rasa cukup (fulfillment)

Rasa cukup merupakan salah satu aspek yang dapat mempengaruhi


kepuasan hidup. Saat seseorang itu puas dan menerima kondisinya saat ini,
tentunya ia akan merasa puas dengan hidupnya saat ini. Berbeda dengan individu
yang tidak pernah merasa puas dengan apa yang dimiliki oleh mereka. Mereka akan
kesulitan mendapatkan kebahagiaan dan ketenangan disebabkan oleh keinginan
mereka untuk memuaskan diri mereka. Orang-orang yang merasa cukup akan
merasa puas dengan apa yang dimilikinya sekarang dan mereka juga cenderung
tidak terlalu menginginkan hal-hal yang terlalu berlebihan dari apa yang ia miliki
sekarang.

2.1.3 Indikator Atribut


Pada delapan dimensi yang telah kelompok buat, terdapat 16 indikator. Dengan
perincian dua indikator per dimensi.
Berikut merupakan pemetaan indikator dan dimensi yang ditentukan :

Tabel 1. Matriks Dimensi dan Indikator

Dimensi Indikator

Emotion Reappraisal ● Mampu melihat masalah dari


berbagai sisi
● Mampu mengubah persepsi
terhadap suatu masalah yang
dihadapi
Perception of Successful Agency ● Memiliki kemauan untuk sukses
meraih tujuan hidup
● Memiliki persepsi tentang
kesuksesan
Intrapersonal Factors ● Memiliki kesadaran diri yang baik
● Memiliki kemampuan untuk
mengintrospeksi diri
Physical and Health-related ● Memiliki kemampuan untuk
menjaga kesehatan fisik dengan
baik
● Sadar akan kondisi tubuh yang
sedang dialami
Coping ● Mampu mengatasi masalah
dengan baik
● Memiliki kemampuan regulasi diri
yang baik
Pandangan Terhadap Masa Depan ● Memiliki pandangan yang optimis
terhadap masa depan
● Tidak menutup diri terhadap hal-
hal baru
Reaksi Seseorang Terhadap Life Events ● Memiliki reaksi yang positif
terhadap peristiwa-peristiwa
dalam hidup
● Mampu memandang peristiwa
negatif sekalipun sebagai
pembelajaran
Rasa cukup (fulfillment) ● Mampu menerima diri sendiri
● Merasa puas dengan kehidupan
saat ini

BAB III
METODE

3.1 DEFINISI OPERASIONAL

=CONTOH=

Self-compassion memiliki hubungan dengan fungsi adaptasi secara psikologi


pada seseorang, mengurangi kecemasan dan depresi, berpengaruh pada
kebijaksanaan dan kecerdasan emosi. (Neff, dkk 2007 dalam (Ramadhani &
Nurdibyanandaru, 2014)). Neff (2012 dalam (Ramadhani & Nurdibyanandaru, 2014))
juga menyatakan bahwa self-compassion dapat membantu seseorang agar ia tidak
terlalu cemas atas kekurangannya. Self-compassion melibatkan pengakuan terhadap
kondisi manusia yang rapuh dan tidak sempurna (R., 2014). Berbeda dengan self-pity
di mana seseorang akan terpuruk pada masalahnya sendiri dan tidak peduli atau
lupa bahwa tidak hanya dia yang mengalami masalah, orang dengan self-
compassion yang tinggi akan memberikan perasaan aman yang ia inginkan dan
dapat terjadi pengalaman relasi diri dengan orang lain (R., 2014).

Tiga komponen dari self-compassion yaitu self-kindness, a sense of common


humanity, dan mindfulness saling berkaitan dan berkombinasi di mana apabila satu
komponen tinggi maka seharusnya komponen lainnya juga akan tinggi.
Kecenderungan self-compassion seseorang tinggi atau rendah dapat disimpulkan
dari hasil skor total pada skala self-compassion. Jika hasil skor total subjek tinggi,
maka kecenderungan self-compassion-nya akan tinggi pula. Begitu pula sebaliknya,
jika hasil skor totalnya rendah maka kecenderungan self-compassion-nya rendah.

Pengukuran ini kami gunakan untuk mengukur self-compassion pada


mahasiswa Jawa Timur menggunakan skala likert. Skala ini terdiri dari pernyataan
dengan lima pilihan jawaban, yaitu skala 1-5 dengan catatan nomor 1 untuk
pernyataan yang sangat tidak sesuai dan nomor 5 untuk pernyataan yang sangat
sesuai.
semkain tinggi ksor maka semakin tinggi apanya
semkain tinggi masuk keldam koleompok
3.2 BLUE PRINT SKALA PSIKOLOGI SEBELUM UJI COBA

Berikut merupakan blueprint dari aitem-aitem yang telah


kami susun. Terdapat delapan dimensi dengan dua indikator per
dimensinya, lalu jumlah aitem uji coba yang telah dibuat terdiri
dari 20 aitem favorable dan 21 aitem unfavorable.
Tabel 2. Blue Print Skala Psikologi

Jumlah
Aitem Uji
Dimensi Indikator Coba Aitem F Aitem UF

F UF

Emotion 1. Mampu 20 21 ● Saya selalu - Saya merasa


Reappraisal melihat dapat belajar semua hal
masalah dari dari kesalahan buruk terjadi
berbagai sisi saya karena
2. Mampu ● Ketika teman kesalahan
mengubah bercerita, saya saya
persepsi bersikap kritis - Saya menolak
terhadap terhadap untuk
suatu masalah ceritanya memahami
yang dihadapi ● Ketika kesal orang lain
dengan teman
saya akan
mencoba
untuk
mengingat
kebaikannya

Perception 1. Memiliki ● Saya menjadi - Saya tidak


of kemauan semangat terlalu
Successful untuk sukses mengenai memikirkan
Agency meraih tujuan masa depan masa depan
hidup ● Keterbatasan - Saya takut
2. Memiliki saya tidak merasakan
persepsi menjadi kegagalan lagi
tentang penghalang - Menurut saya
kesuksesan untuk meraih keberhasilan
impian tidak
● Saya antusias menjamin
melewati kebahagiaan
proses seseorang
kehidupan saya - Saya merasa
untuk khawatir akan
mencapai hari esok
keberhasilan karena
kekurangan
dalam diri
yang saya
miliki

Intraperson 1. Memiliki ● Saya peka - Saya tidak


al Factors kesadaran diri terhadap peduli dengan
yang baik situasi dan apa yang
2. Memiliki kondisi di terjadi di
kemampuan lingkungan sekitar saya
untuk saya - Kerap
mengintrospe ● Saya perilaku saya
ksi diri menyadari menyebabkan
bahwa setiap masalah bagi
tindakan saya saya sendiri
akan maupun
berdampak orang lain
pada diri saya - Saya selalu
maupun orang merasa takut
lain dan khawatir
ketika
mengambil
keputusan
sendiri
- Saya
cenderung
menyalahkan
orang lain
atas peristiwa
tidak
menyenangka
n
Physical 1. Memiliki ● Saya memiliki - Tubuh saya
and Health- kemampuan kondisi fisik terasa lemah
related untuk yang baik dan tidak
menjaga ● Saya rutin bertenaga
kesehatan berolahraga - Saya sering
fisik dengan setiap minggu merasa lelah
baik ● Saya merasa saat
2. Sadar akan bisa melakukan beraktivitas
rasa kondisi banyak hal fisik
tubuh yang tanpa
sedang kelelahan
dialami

Coping 1. Mampu ● Saya tahu apa - Sulit bagi saya


mengatasi yang harus menemukan
masalah dilakukan solusi atas
dengan baik ketika sedang masalah yang
2. Memiliki menghadapi saya hadapi
kemampuan masalah - Ketika
regulasi diri ● Saya mampu mendapat
yang baik mengendalikan masalah, saya
emosi negatif tidak akan
ketika sedang melakukan
memiliki apapun
banyak bahkan hal
masalah yang saya
sukai
sekalipun
- Emosi saya
cenderung
tidak stabil
ketika
menghadapi
suatu
masalah

Pandangan 1. Memiliki ● Saya tidak - Saya merasa


Terhadap pandangan khawatir bila gelisah ketika
Masa yang optimis terjadi sesuatu sedang
Depan terhadap yang tidak memikirkan
masa depan sesuai dengan masa depan
2. Tidak rencana saya - Saya harus
menutup diri ● Saya selalu selalu
terhadap hal- membuat mengikuti
hal baru rencana yang rencana yang
akan saya telah dibuat
lakukan di
masa depan
● Saya percaya
saya akan
sukses berkat
usaha yang
dilakukan saat
ini

Reaksi 1. Memiliki ● Saya mampu - Saya sering


Seseorang reaksi positif mengendalikan merasa
Terhadap terhadap pikiran saya pemikiran
Life Events peristiwa- untuk selalu negatif
peristiwa mengambil sisi memenuhi
dalam hidup positif diri saya.
2. Mampu terhadap hal- - Saya tidak
memandang hal yang terjadi bisa melihat
peristiwa di kehidupan hal negatif
negatif saya dapat
sekalipun ● Saya selalu berguna
sebagai berusaha untuk saya
pembelajaran untuk kedepannya.
mengambil - Saya selalu
hikmah atas mengedepank
apa yang an sisi negatif
terjadi pada saya ketika
saya hal buruk
terjadi pada
saya.

Rasa cukup 1. Mampu ● Saya mampu - Saya selalu


(fulfillment) menerima diri menerima diri membanding-
sendiri saya apa bandingkan
2. Merasa puas adanya, diri saya
dengan termasuk dengan orang
kehidupan kekurangan lain.
saat ini yang saya - Saya merasa
miliki. apapun yang
● Saya puas sudah saya
dengan apapun capai saat ini
yang saya miliki masih belum
saat ini, seperti seberapa
pencapaian dibanding
yang telah saya yang
peroleh. sepantasnya
saya
dapatkan.

3.4. ANALISIS AITEM

jelaskan mengenai korelasi aitem total

3.5. ESTIMASI RELIABILITAS

jelaskan mengenai internal consistency

3.6. ESTIMASI VALIDITAS

internal faktor, cfa

BAB IV
HASIL

4.1. HASIL EVALUASI AITEM KUALITATIF

(berikan uraian pengantar)

Tabel 4. Tabel Blue print setelah evaluasi aitem kualitatif

Dimesi Indikator Jumlah Aitem Aitem Revisi F Aitem Revisi UF


Uji Coba

F UF
Emotion Mampu Melihat 3 2 Saya selalu Saya merasa
Reappraisal Masalah dari dapat belajar hal-hal buruk
berbagai sisi dari kesalahan yang terjadi
yang pernah dalam
saya perbuat kehidupan saya
merupakan
kesalahan saya

Ketika teman Saya menolak


Mampu bercerita, saya untuk
mengubah bersikap kritis memahami
persepsi terhadap orang lain
terhadap suatu ceritanya
masalah yang Ketika kesal
dihadapi dengan teman
saya akan
mencoba untuk
mengingat
kebaikannya

Perception of Memiliki 3 4 Saya menjadi Saya tidak


Successful Agency kemauan untuk semangat ketika terlalu
sukses meraih membicarakan memikirkan
tujuan hidup masa depan masa depan

Memiliki persepsi Keterbatasan Saya takut


tentang saya tidak merasakan
kesuksesan menjadi kegagalan lagi
penghalang
untuk meraih
impian

Saya antusias Menurut saya


dalam menjalani keberhasilan
proses tidak menjamin
kehidupan saya kebahagiaan
untuk mencapai seseorang
keberhasilan Saya merasa
khawatir akan
hari esok
karena
kekurangan
yang saya miliki

Saya tidak
Intrapersonal Memiliki 2 4 Saya peka peduli dengan
Factors kesadaran diri terhadap situasi apa yang terjadi
yang baik dan kondisi di di sekitar saya
lingkungan saya

Memiliki Saya menyadari Kerap perilaku


kemampuan bahwa setiap saya
untuk tindakan saya menyebabkan
mengintrospeksi akan berdampak masalah bagi
pada diri saya saya sendiri
maupun orang maupun orang
lain lain

Saya selalu
merasa takut
dan khawatir
ketika
mengambil
keputusan
sendiri

Saya cenderung
menyalahkan
orang lain atas
peristiwa tidak
menyenangkan

Memiliki Saya memiliki Saya sering


Physical and kemampuan 3 2 kondisi fisik yang merasa lelah
untuk menjaga baik saat beraktivitas
Health-Related kesehatan fisik fisik
dengan baik Saya rutin
berolahraga
setiap minggu

Sadar akan
kondisi tubuh Saya bisa Saya merasa
yang sedang melakukan tubuh saya
dialami banyak hal tanpa lemah
merasa
kelelahan

Coping Mampu 2 3 Saya tahu apa Sulit bagi saya


mengatasi yang harus menemukan
masalah dengan dilakukan ketika solusi atas
baik sedang masalah yang
menghadapi saya hadapi
masalah

Memiliki Saya mampu Ketika


kemampuan mengendalikan mendapat
regulasi diri yang diri dengan baik masalah, saya
baik bahkan ketika tidak akan
sedang memiliki melakukan
banyak masalah apapun bahkan
hal yang saya
sukai sekalipun

Emosi saya
cenderung
tidak stabil
ketika sedang
menghadapi
masalah dan
berpengaruh
terhadap sikap
dan perilaku
saya

Memiliki
Pandangan pandangan yang
terhadap Masa optimis terhadap
Depan masa depan

Tidak menutup
diri terhadap hal-
hal baru

Life Events Memiliki reaksi


yang positif
terhadap
peristiwa-
peristiwa dalam
hidup

Mampu
memandang
peristiwa negatif
sekalipun sebagai
pembelajaran

Mampu
Fulfillment menerima diri
sendiri

Merasa puas
dengan
kehidupan saat
ini

4.2. HASIL EVALUASI AITEM KUANTITATIF

(berikan uraian mengenai tahapan analisis daya beda aitem yang dilakukan, juga kriteria
lulusnya)

Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Daya Beda Aitem

Nomor Nilai Daya Nilai Daya dst jika ada


Urutan Beda Aitem Beda Aitem
Aitem di Running 1 Running 2
Skala Uji
Coba
0,6

1
4.3. HASIL ESTIMASI RELIABILITAS SKALA

(berikan uraian pengantar dan kriteria reliabilitasnya)

Tabel 7. Hasil Reliabilitas Skala

Koefisien Reliabilitas Running Koefisien Reliabilitas Running dst jika ada ...
1 2

4.4. HASIL ESTIMASI VALIDITAS SKALA

(berikan uraian pengantar dan kriteria validitasnya)

Tabel 8. Hasil Validitas Skala


Percobaan 1
Percobaan pertama, dilakukan dengan memasukkan keseluruhan aitem yang telah
dibuat yaitu ada 41 aitem. Namun, saat melakukan analisis faktor ada aitem dari beberapa
aspek yang tidak dapat dilakukan loading factor. Aitem-aitem tersebut seperti aitem 14 dari
aspek intrapersonal factors aitem 28 dari aspek coping, aitem 30 dari aspek pandangan
terhadap masa depan, aitem 34 dan 35 dari aspek reaksi seseorang terhadap life events. Serta,
dari percobaan pertama ini semua aitem-aitem dari salah satu aspek, yaitu aspek rasa cukup
(fulfillment) tidak dapat dilakukan loading factor. Oleh karena itu, pada tabel loading factor
percobaan pertama diatas hanya terdapat 7 aspek dari life satisfaction.

Percobaan 2
Pada percobaan kedua, aitem-aitem yang dimasukkan dalam analisis faktor merupakan
aitem-aitem yang telah lulus daya beda aitem atau reliabilitas. Namun, ditemukan aitem 27
pada aspek coping tidak dapat dilakukan analisis faktor. Juga, beberapa aspek yang semua
aitemnya tidak dapat dilakukan analisis faktor yaitu aspek emotion reappraisal (aitem 1), dan
aspek pandangan terhadap masa depan (aitem 29,30,31 & 32). Oleh karena itu, tabel loading
factor pada percobaan kedua diatas hanya menampilkan 6 aspek dari life satisfaction.

Percobaan 3

Pada percobaan ketiga, hanya tiga aspek yang dilakukan analisis faktor yaitu aspek
emotion reappraisal, coping dan pandangan terhadap masa depan. Aitem-aitem yang
dimasukkan merupakan semua aitem yang telah dibuat sebelumnya dari ketiga aspek tersebut.
Nomor Urutan Aitem Nilai Loading Factor Nilai Loading Factor Nilai Loading Factor
di Skala Uji Coba Running 1 Running 2 Running 3

1 0.655 - 0.480

2 0.263 - 0.533

3 0.353 - 0.437

4 0.022 - -0.319

5 0.465 - 0.311

6 0.709 - -

7 0.592 0.524 -

8 0.802 0.676 -

9 0.497 - -

10 0.458 0.589 -

11 0.174 - -

12 0.324 0.510 -

13 0.454 - -

14 - - -

15 0.181 - -

16 0.412 0.464 -

17 0.327 0.484 -

18 0.753 0.665 -

19 0.558 0.537 -

20 0.591 0.575 -

21 0.641 - -

22 0.889 0.907 -

23 0.794 0.795 -
24 0.803 0.746 0.996

25 0.696 0.683 0.646

26 0.426 0.470 0.248

27 0.322 - 0.157

28 - 0.555 0.300

29 0.938 - 0.519

30 - - -0.677

31 0.328 - -0.035

32 0.102 - 0.088

33 0.782 0.973 -

34 - 0.765 -

35 - 0.271 -

36 0.398 0.235 -

37 0.155 0.464 -

38 - 0.855 -

39 - 0.503 -

40 - 0.591 -

41 - - -

4.5. HASIL SELEKSI AITEM

Setelah dilakukan pengujian reliabilitas dan validitas skala pada 41 aitem yang dibentuk
mendapatkan hasil 8 aitem yang digunakan, dalam tabel 9 dipaparkan aitem-aitem mana saja
yang akan digunakan dalam skala life satisfaction ini.
Aitem-aitem ini diseleksi dengan kriteria:
1. Aitem lulus uji daya beda aitem atau reliabilitas. Aitem yang dipilih memiliki nilai BDA
diatas 0,3.
2. Aitem lulus uji loading factor atau validitas. Aitem yang dipilih memiliki nilai loading
factor mendekati 1.
3. Jika dalam 1 aspek terdapat lebih dari 1 aitem yang telah sesuai pada poin 1 dan poin 2,
maka aitem yang dipilih memiliki nilai BDA dan loading factor yang lebih besar dari
aitem lainnya.

Tabel 9. Seleksi Aitem

Aspek Aitem No. Koefisien Daya Loading Factor Keputusan


Beda Aitem (DIPAKAI/
DIBUANG)

Emotion 1 0,303 0,655 dipakai


Reappraisal

Perception of 7 0,419 0,524 dibuang


Successful Agency
8 0,505 0,676 dipakai

10 0,625 0,589 dibuang

12 0,534 0,510 dibuang

Intrapersonal 16 0,482 0,464 dibuang


Factors
17 0,519 0,484 dibuang

18 0,474 0,665 dipakai

Physical and 19 0,492 0,537 dibuang


Health-Related
20 0,420 0,575 dibuang

22 0,547 0,907 dipakai

23 0,371 0,795 dibuang

Coping 24 0,545 0,746 dipakai

25 0,486 0,683 dibuang

26 0,539 0,470 dibuang


27 0,515 0,322 dibuang

28 0,516 0,555 dibuang

Pandangan 29 0,638 0,938 dipakai


Seseorang
terhadap Masa 31 0,471 0,328 dibuang
Depan

33 0,486 0,973 dipakai


Life Events
34 0,377 0,765 dibuang

35 0,554 0,271 dibuang

36 0,377 0,235 dibuang

37 0,538 0,464 dibuang

Fulfillment 38 0,579 0,855 dipakai

39 0,302 0,503 dibuang

40 0,631 0,591 dibuang

Setelah dilakukan rangkaian uji coba pada aitem skala life satisfaction dan telah mengambil
keputusan aitem mana yang akan dipakai dan dibuang dalam skala life satisfaction ini. Dalam
skala life satisfaction ini terdapat 8 aitem yang digunakan antara lain : A1, A8, A18, A22, A24,
A29, A33 dan A38.
Tabel 10. Blue print sesudah uji coba

Dimensi Indikator Nomor Aitem Jumlah Aitem


per Dimensi
F UF

Emotion A1 1
reappraisal 1. Mampu
melihat
masalah
dari
berbagai
sisi.
2. Mampu
menguba
h
persepsi
terhadap
suatu
masalah
yang
dihadapi.

Perception of A8 1
successful 1. Memiliki
agency kemauan
untuk
sukses
meraih
tujuan
hidup.
2. Memiliki
persepsi
tentang
kesukses
an.

Intrapersonal A18 1
factors 1. Memiliki
kesadara
n diri
yang
baik.
2. Memiliki
kemamp
uan
untuk
mengintr
ospeksi
diri.

Physical and 1. Memiliki A22 1


health-related
kemamp
uan
untuk
menjaga
kesehata
n fisik
dengan
baik.
2. Sadar
akan rasa
kondisi
tubuh
yang
sedang
dialami.

Coping 1. Mampu A24 1


mengata
si
masalah
dengan
baik.
2. Memiliki
kemamp
uan
regulasi
diri yang
baik.

Pandangan 1. Memiliki A29 1


seseorang
pandang
terhadap masa
depan an yang
optimis
terhadap
masa
depan.
2. Tidak
menutup
diri
terhadap
hal-hal
baru

Reaksi seseorang 1. Memiliki A33 1


terhadap life
reaksi
events
positif
terhadap
peristiwa
-
peristiwa
dalam
hidup.
2. Mampu
memand
ang
peristiwa
negatif
sekalipun
sebagai
pembelaj
aran.

Rasa cukup 1. Mampu A38 1


(fulfillment) menerim
a diri
sendiri.
2. Merasa
puas
dengan
kehidupa
n saat ini.

4.6. RANCANGAN NORMA

(berikan uraian pengantar ; menggunakan skor aitem keseluruhan uji coba)

3.8.1. Norma Hipotetik


3.8.2. Norma Empirik
BAB V
PENUTUP

5.1. KESIMPULAN

(nyatakan apakah skala final, sesuai dengan target awal, nyatakan apakah skala psikologi
layak digunakan lebih lanjut)
Skala psikologi yang mengukur atribut kepuasan hidup ini sudah sampai pada tahap
selesai, dalam artian skala ini sudah final. Target item yang ditetapkan pada awal proses
pembuatan alat ukur ini adalah sebanyak 21 aitem , namun item yang lolos melalui uji daya
beda item dan analisis faktor adalah 15 item. Selanjutnya, peneliti memilih untuk menyeleksi
hanya satu item yang memiliki DBA dan loading factor tertinggi dari setiap aspek, hal ini
menghasilkan jumlah item final yang dipakai sebanyak 8 item. Walaupun begitu, item-item yang
lolos dari semua tahap memiliki atribut psikometris yang sangat baik. Dengan kata lain, skala
psikologi yang telah dikonstruksi ini layak untuk dipakai untuk mengukur kepuasan hidup.

5.2. KEUNGGULAN & KELEMAHAN SKALA

5.3. SARAN

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan skala yang kami lakukan seperti
DBA yang mungkin perlu ditingkatkan, pernyataan dalam skala yang cukup panjang sehingga
memunculkan kemungkinan akan mempengaruhi tingkat kebosanan partisipan saat menjawab
pertanyaan dsb. Maka dari itu kami berharap ada umpan balik lanjutan dari penelitian ini dan
menjadikan penelitian serta pembuatan alat ukur ini menjadi lebih berkesinambungan dan
berkelanjutan sehingga menjadi lebih baik kedepannya, kemudian karna fokus penelitian lami
adalah menyasar kelompok usia dikalangan emerging adulthood, kami berharap topik
pengembangan penelitian juga lebih dikhususkan untuk kelompok orang ini terlebih dahulu saja
agar fokus pengembangan alat ukur tetap pada tujuan awal. Kemudian kami memohon atensi
dari pihak institusi untuk selalu membantu kami dalam pengembangan penelitian ini dan
berperan serta dalam membantu memperkenalkan alat ukur yang telah kami biat agar menjadi
lebih berkembang dan mendapatkan banyak simPATI dari masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

1. DATA MENTAH
2. TAUTAN DAN TANGKAPAN LAYAR SKALA UJI COBA
3. TABEL OUTPUT ANALISIS AITEM
4. TABEL OUTPUT RELIABILITAS
5. TABEL OUTPUT VALIDITAS
6. TAUTAN DAN TANGKAPAN LAYAR SKALA FINAL

Anda mungkin juga menyukai