Disusun oleh:
Kelompok 2D
=contoh=
Life satisfaction atau bisa juga disebut kepuasan hidup adalah cara orang
menunjukkan emosi, perasaan dan bagaimana mereka mendeskripsikan perasaan
maupun emosi yang sedang mereka rasakan, hal ini juga mengukur terkait dengan
kesejahteraan psikologis yang dinilai dari segi suasana hati, kepuasan dengan
hubungan, tujuan yang dicapai, konsep diri, dan kemampuan yang dirasakan
sendiri untuk mengatasi kehidupan sehari-hari, Kepuasan hidup juga merupakan
bagian penting dari subjective well-being (Gilman, R., & Huebner, S. (2003).
SWLS dan skala kepuasan hidup lainnya cenderung mengukur atribut life
satisfaction terfokus pada kondisi saat ini dari subjek atau kondisi saat
responden mengerjakan skalanya. Hal ini tidak sesuai dengan hasil-hasil
penelitian dan literatur yang menyatakan bahwa kemampuan coping dan
ekspektasi terhadap masa depan yang dimiliki berpengaruh besar terhadap
kepuasan hidup seseorang (Maddux, 2018).
BAB II
TINJAUAN TEORITIK
Life satisfaction atau kepuasan hdup merupakan penilaian secara kognitif tentang
seberapa baik dan memuaskan hal-hal yang sudah dilakukan individu dalam
kehidupannya secara menyeluruh. Life satisfaction ini adalah suatu proses tentang
bagaimana seseorang memaknai kehidupannya secara objektif dengan penilaian
yang sifatnya positif.
Life satisfaction atau kepuasan hidup merupakan bagian dari subjective well-being.
Subjective well-being sendiri merupakan suatu analisa ilmiah tentang bagaimana
orang mengevaluasi kehidupan mereka baik pada masa sekarang maupun masa
yang akan datang dapat berupa reaksi emosional orang terhadap suatu peristiwa,
suasana hati, dan penilaian yang mereka bentuk tentang life satisfaction,fulfillment,
dan kepuasan dominan lainnya.
1. Emotion reappraisal
Emotion reappraisal adalah perubahan kognitif dari dampak emosional
dengan mengkonstruksi situasi yang berpotensi menarik perasaan seseorang
(Wang, Li, Sun, Cheng, & Zhang, 2017). Contohnya, pengemudi bisa frustasi saat
terjebak di kemacetan. Namun, jika pengemudi mengevaluasi kembali situasi saat
itu dan menganggap kemacetan itu sebagai kesempatan untuk menikmati
pemandangan, pengemudi akan merasa lebih baik. Oleh karena itu, individu yang
secara aktif menggunakan emotion reappraisal lebih kecil kemungkinannya untuk
depresi dan lebih besar kemungkinannya untuk memiliki tingkat kepuasan hidup
yang tinggi (Gross, 1998; Gross & John, 2003). Individu dengan emotional appraisal
yang baik dapat dilihat dari bagaimana cara seseorang tersebut menghadapi
sesuatu. Jika seseorang mampu melihat suatu masalah bukan hanya dari satu sisi,
namun melalui beberapa pandangan, terutama yang positif. Maka individu tersebut
memiliki emotional reappraisal yang baik.
2. Perception of successful agency
Perception of successful agency adalah perasaan determinasi dan kemauan
untuk bisa sukses dalam meraih tujuan yang kita inginkan. Perception of successful
agency ini berhubungan dengan kepuasan hidup dikarenakan persepsi ini akan
memberikan makna dan tujuan bagi seseorang (Wang et al., 2017). Individu yang
merasa bahwa dirinya memiliki tujuan hidup dan hidupnya lebih bermakna akan
memiliki tingkat kepuasan hidup yang lebih tinggi daripada individu yang merasa
bingung tentang dirinya (Wang et al., 2017). Individu dengan Perception of
successful agency dapat memandang hidupnya sebagai kehidupan yang penuh
dengan makna (meaningful), optimisme, well-being yang baik.
3. Intrapersonal Factors
Intrapersonal factors meliputi kesadaran diri, introspeksi, dan refleksi diri.
Intrapersonal dapat digambarkan sebagai bagian dari self-awareness, pengenalan
diri dan pemaknaan hidup terlepas dari faktor-faktor situasional tertentu (Maddux,
2018). Individu yang. Individu dengan Interpersonal Factors mampu menjaga
keberlangsungan hubungan interpersonal yang baik dalam hubungan
kemasyarakatan, menjalin suatu hal dengan baik kepada masyarakat, memiliki
pandangan positif terhadap orang lain, kepedulian, sosial dan empati yang baik pula
terhadap orang lain.
4. Physical and health-related
Memiliki kondisi kesehatan yang baik dapat meningkatkan kepuasan hidup
seseorang. Individu yang merasa bahwa kondisi kesehatannya baik kepuasan
hidupnya akan cenderung lebih tinggi daripada individu yang merasa bahwa kondisi
kesehatannya buruk. Dalam beberapa penelitian diperlihatkan bahwa pernyataan
bahwa diri seseorang individu itu sehat berhubungan positif dengan tingkat
kepuasan hidup (Vinson & Ericson, 2012). Individu dengan kondisi kesehatan dan
fisik yang baik biasanya memiliki tubuh yang sehat dan bugar dan mereka juga lebih
aktif. Berbeda dengan individu yang memiliki kondisi kesehatan yang buruk, mereka
biasanya akan merasa bahwa fisik dan tubuh mereka itu sakit dan lemah.
5. Coping
Ketika remaja merasa puas dalam hidupnya, mereka dapat melakukan
coping perilakunya saat mengalami kecemasan, depresi, dan masalah perilaku
lainnya (State & Kern, 2017). Coping dilakukan ketika seseorang mengalami suatu
kondisi yang mengharuskan melakukan defense terhadap dirinya sendiri akan
masalah yang sedang dihadapinya, seseorang dengan life satisfaction yang baik
mampu melakukan coping dengan tepat pula terhadap permasalahan yang
dihadapinya, mampu meregulasi emosi dengan baik, menghadapi permasalahan
hidup dengan baik, dan memiliki resiliensi yang tinggi
6. Pandangan terhadap masa depan
Individu yang menganggap bahwa masa depan dan hal-hal baru yang akan
dilaluinya akan berlangsung secara baik dan bahagia tentunya akan memiliki
kepuasan hidup yang baik. Berbeda dengan individu yang berpikir bahwa sesuatu
yang akan dihadapinya itu akan selalu berdampak buruk bagi dirinya. Seperti aspek
pertama, kondisi kehidupan, seperti pekerjaan dan kesehatan akan memiliki
dampak yang signifikan pada aspek ini. Individu yang memiliki pandangan terhadap
masa depan yang baik itu tidak akan merasa was-was akan apa yang akan dihadapi
dan dilaluinya, merasa aman dan nyaman akan keadaannya pada saat ini dan
optimisme yang tinggi.
Cara orang menghadapi suatu kejadian itu akan berdampak kepada tingkat
kepuasan hidup seseorang tersebut. Jika seseorang yang mengalami hal yang buruk,
misalnya gagal lulus masuk kampus yang diimpikan. Jika orang itu menerimanya
dengan lapang dada, optimis bahwa ia akan mendapat kesempatan lagi, serta
menganggap bahwa saat ini dia belum pantas untuk lulus dan memandang hal itu
sebagai waktu untuk lebih giat belajar lagi. Maka, orang ini tentunya memiliki
kepuasan hidup yang lebih tinggi dari individu yang berat hati menerima ketidak
lulusannya. Jika seorang individu mengalami musibah dan dia tetap tabah dan tidak
putus asa, maka individu tersebut memiliki reaksi yang baik terhadap life events.
Individu yang menganggap kegagalan itu sebagai pelajaran dan juga sumber
percobaan untuk hal yang lain dan yang baru juga memperlihatkan reaksi yang baik
terhadap life events
Dimensi Indikator
BAB III
METODE
=CONTOH=
Jumlah
Aitem Uji
Dimensi Indikator Coba Aitem F Aitem UF
F UF
BAB IV
HASIL
F UF
Emotion Mampu Melihat 3 2 Saya selalu Saya merasa
Reappraisal Masalah dari dapat belajar hal-hal buruk
berbagai sisi dari kesalahan yang terjadi
yang pernah dalam
saya perbuat kehidupan saya
merupakan
kesalahan saya
Saya tidak
Intrapersonal Memiliki 2 4 Saya peka peduli dengan
Factors kesadaran diri terhadap situasi apa yang terjadi
yang baik dan kondisi di di sekitar saya
lingkungan saya
Saya selalu
merasa takut
dan khawatir
ketika
mengambil
keputusan
sendiri
Saya cenderung
menyalahkan
orang lain atas
peristiwa tidak
menyenangkan
Sadar akan
kondisi tubuh Saya bisa Saya merasa
yang sedang melakukan tubuh saya
dialami banyak hal tanpa lemah
merasa
kelelahan
Emosi saya
cenderung
tidak stabil
ketika sedang
menghadapi
masalah dan
berpengaruh
terhadap sikap
dan perilaku
saya
Memiliki
Pandangan pandangan yang
terhadap Masa optimis terhadap
Depan masa depan
Tidak menutup
diri terhadap hal-
hal baru
Mampu
memandang
peristiwa negatif
sekalipun sebagai
pembelajaran
Mampu
Fulfillment menerima diri
sendiri
Merasa puas
dengan
kehidupan saat
ini
(berikan uraian mengenai tahapan analisis daya beda aitem yang dilakukan, juga kriteria
lulusnya)
1
4.3. HASIL ESTIMASI RELIABILITAS SKALA
Koefisien Reliabilitas Running Koefisien Reliabilitas Running dst jika ada ...
1 2
Percobaan 2
Pada percobaan kedua, aitem-aitem yang dimasukkan dalam analisis faktor merupakan
aitem-aitem yang telah lulus daya beda aitem atau reliabilitas. Namun, ditemukan aitem 27
pada aspek coping tidak dapat dilakukan analisis faktor. Juga, beberapa aspek yang semua
aitemnya tidak dapat dilakukan analisis faktor yaitu aspek emotion reappraisal (aitem 1), dan
aspek pandangan terhadap masa depan (aitem 29,30,31 & 32). Oleh karena itu, tabel loading
factor pada percobaan kedua diatas hanya menampilkan 6 aspek dari life satisfaction.
Percobaan 3
Pada percobaan ketiga, hanya tiga aspek yang dilakukan analisis faktor yaitu aspek
emotion reappraisal, coping dan pandangan terhadap masa depan. Aitem-aitem yang
dimasukkan merupakan semua aitem yang telah dibuat sebelumnya dari ketiga aspek tersebut.
Nomor Urutan Aitem Nilai Loading Factor Nilai Loading Factor Nilai Loading Factor
di Skala Uji Coba Running 1 Running 2 Running 3
1 0.655 - 0.480
2 0.263 - 0.533
3 0.353 - 0.437
4 0.022 - -0.319
5 0.465 - 0.311
6 0.709 - -
7 0.592 0.524 -
8 0.802 0.676 -
9 0.497 - -
10 0.458 0.589 -
11 0.174 - -
12 0.324 0.510 -
13 0.454 - -
14 - - -
15 0.181 - -
16 0.412 0.464 -
17 0.327 0.484 -
18 0.753 0.665 -
19 0.558 0.537 -
20 0.591 0.575 -
21 0.641 - -
22 0.889 0.907 -
23 0.794 0.795 -
24 0.803 0.746 0.996
27 0.322 - 0.157
28 - 0.555 0.300
29 0.938 - 0.519
30 - - -0.677
31 0.328 - -0.035
32 0.102 - 0.088
33 0.782 0.973 -
34 - 0.765 -
35 - 0.271 -
36 0.398 0.235 -
37 0.155 0.464 -
38 - 0.855 -
39 - 0.503 -
40 - 0.591 -
41 - - -
Setelah dilakukan pengujian reliabilitas dan validitas skala pada 41 aitem yang dibentuk
mendapatkan hasil 8 aitem yang digunakan, dalam tabel 9 dipaparkan aitem-aitem mana saja
yang akan digunakan dalam skala life satisfaction ini.
Aitem-aitem ini diseleksi dengan kriteria:
1. Aitem lulus uji daya beda aitem atau reliabilitas. Aitem yang dipilih memiliki nilai BDA
diatas 0,3.
2. Aitem lulus uji loading factor atau validitas. Aitem yang dipilih memiliki nilai loading
factor mendekati 1.
3. Jika dalam 1 aspek terdapat lebih dari 1 aitem yang telah sesuai pada poin 1 dan poin 2,
maka aitem yang dipilih memiliki nilai BDA dan loading factor yang lebih besar dari
aitem lainnya.
Setelah dilakukan rangkaian uji coba pada aitem skala life satisfaction dan telah mengambil
keputusan aitem mana yang akan dipakai dan dibuang dalam skala life satisfaction ini. Dalam
skala life satisfaction ini terdapat 8 aitem yang digunakan antara lain : A1, A8, A18, A22, A24,
A29, A33 dan A38.
Tabel 10. Blue print sesudah uji coba
Emotion A1 1
reappraisal 1. Mampu
melihat
masalah
dari
berbagai
sisi.
2. Mampu
menguba
h
persepsi
terhadap
suatu
masalah
yang
dihadapi.
Perception of A8 1
successful 1. Memiliki
agency kemauan
untuk
sukses
meraih
tujuan
hidup.
2. Memiliki
persepsi
tentang
kesukses
an.
Intrapersonal A18 1
factors 1. Memiliki
kesadara
n diri
yang
baik.
2. Memiliki
kemamp
uan
untuk
mengintr
ospeksi
diri.
5.1. KESIMPULAN
(nyatakan apakah skala final, sesuai dengan target awal, nyatakan apakah skala psikologi
layak digunakan lebih lanjut)
Skala psikologi yang mengukur atribut kepuasan hidup ini sudah sampai pada tahap
selesai, dalam artian skala ini sudah final. Target item yang ditetapkan pada awal proses
pembuatan alat ukur ini adalah sebanyak 21 aitem , namun item yang lolos melalui uji daya
beda item dan analisis faktor adalah 15 item. Selanjutnya, peneliti memilih untuk menyeleksi
hanya satu item yang memiliki DBA dan loading factor tertinggi dari setiap aspek, hal ini
menghasilkan jumlah item final yang dipakai sebanyak 8 item. Walaupun begitu, item-item yang
lolos dari semua tahap memiliki atribut psikometris yang sangat baik. Dengan kata lain, skala
psikologi yang telah dikonstruksi ini layak untuk dipakai untuk mengukur kepuasan hidup.
5.3. SARAN
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan skala yang kami lakukan seperti
DBA yang mungkin perlu ditingkatkan, pernyataan dalam skala yang cukup panjang sehingga
memunculkan kemungkinan akan mempengaruhi tingkat kebosanan partisipan saat menjawab
pertanyaan dsb. Maka dari itu kami berharap ada umpan balik lanjutan dari penelitian ini dan
menjadikan penelitian serta pembuatan alat ukur ini menjadi lebih berkesinambungan dan
berkelanjutan sehingga menjadi lebih baik kedepannya, kemudian karna fokus penelitian lami
adalah menyasar kelompok usia dikalangan emerging adulthood, kami berharap topik
pengembangan penelitian juga lebih dikhususkan untuk kelompok orang ini terlebih dahulu saja
agar fokus pengembangan alat ukur tetap pada tujuan awal. Kemudian kami memohon atensi
dari pihak institusi untuk selalu membantu kami dalam pengembangan penelitian ini dan
berperan serta dalam membantu memperkenalkan alat ukur yang telah kami biat agar menjadi
lebih berkembang dan mendapatkan banyak simPATI dari masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. DATA MENTAH
2. TAUTAN DAN TANGKAPAN LAYAR SKALA UJI COBA
3. TABEL OUTPUT ANALISIS AITEM
4. TABEL OUTPUT RELIABILITAS
5. TABEL OUTPUT VALIDITAS
6. TAUTAN DAN TANGKAPAN LAYAR SKALA FINAL