0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
18 tayangan10 halaman
1. Dokumen tersebut membahas tentang generasi Alpha dan perkembangan otak anak.
2. Ia menjelaskan bahwa otak anak terdiri dari tiga bagian yaitu otak reptil, otak emosi, dan otak rasional yang berkembang secara bertahap hingga usia dewasa.
3. Perilaku anak sering bersumber dari otak emosi yang belum terkendali oleh otak rasional yang masih dalam proses perkembangan.
1. Dokumen tersebut membahas tentang generasi Alpha dan perkembangan otak anak.
2. Ia menjelaskan bahwa otak anak terdiri dari tiga bagian yaitu otak reptil, otak emosi, dan otak rasional yang berkembang secara bertahap hingga usia dewasa.
3. Perilaku anak sering bersumber dari otak emosi yang belum terkendali oleh otak rasional yang masih dalam proses perkembangan.
1. Dokumen tersebut membahas tentang generasi Alpha dan perkembangan otak anak.
2. Ia menjelaskan bahwa otak anak terdiri dari tiga bagian yaitu otak reptil, otak emosi, dan otak rasional yang berkembang secara bertahap hingga usia dewasa.
3. Perilaku anak sering bersumber dari otak emosi yang belum terkendali oleh otak rasional yang masih dalam proses perkembangan.
perilaku anak jadi kita akan lebih detail memahami terutama perilaku-perilaku yang sering memicu emosi dan hari-hari ini. Ketika semua kegiatan anak masih berada di rumah apalagi kita sudah mendengar kemungkinan besar selama daerah kita adalah redzone maka persekolahan atau pendidikan belajar masih akan dilakukan di rumah. Jadi kita masih akan berinteraksi dengan anak-anak kita mungkin satu semester kedepan nah semakin sering berinteraksi kemungkinan besar untuk miss behaviornya anak dan memancing emosi kita nih juga berpeluang terjadi. Oleh sebab itu, saya akan mengantarkan sebelum kita berdiskusi dan bertanya jawab saya menawarkan sebuah perspektif ya bapak ibu, perspektif tentang bagaimana kita bisa melihat prilaku anak kita dari cara yang berbeda supaya tidak hanya salah terus gagal jadi anak tuh enggak hanya kita anggap salah terus enggak hanya kita anggap berulah trus kitanya juga emosi melulu gitu ya. Oke saya akan sedikit dua slide ini menyambung dari yang pertemuan pertama. Jadi bapak ibu saudara jelaskan bahwa kita itu perlu mempersiapkan anak-anak kita menjadi orang kreatif menjadi pencipta dan menjadi navigator dunia maya. Navigator dunia maya itu membutuhkan kemampuan berpikir kritis, jadi dia masih bisa membedakan yang sekarang lagi populer nih apakah akan related dengan tujuan yang diinginkan capai karena dunia maya akan menyediakan jutaan milyaran informasi jadi sudah menjadi banjir informasi. Nah, kalau anak-anak kita tidak punya tujuan mau ngapain maka mereka akan mudah sekali terbawa kemana-mana itu namanya bukan navigator itu akhirnya dia hanya tenggelam dan tersesat di dunia maya. Oleh sebab itu bisa mulai terbayang ya Ibu bagaimana kita mendampingi anak-anak kita supaya menjadi pribadi yang mandiri, tahu apa yang dimau lalu bisa mengelola. Kalau saya mau menuju ke arah A saya perlu apa. Nah, dia bisa gunakan internet untuk mencapai tujuan itu dia bisa menggunakan dunia maya untuk itu. Oke, ini sekilas saya ingatkan ini beda dengan zaman dimana kita dibesarkan bapak ibu. Kita itu dulu masih bisa menjadi orang dewasa yang mengikuti jejak orang sebelumnya jadi kita mengikuti misalnya kita bekerja di satu posisi tertentu, Kita tinggal pelajari aja tuh posisi itu minta kita melakukan apa, kita ikuti saja kita kayak copi aja copas aja. Nah, anak-anak kita nanti nggak bisa begitu bapak ibu karena mereka akan menghadapi situasi masalah yang berbeda mereka harus menjadi problem solver mereka harus kritis. Oleh sebab itu seperti yang kemarin saya sempat singgung pola asuh pendampingan kita tidak lagi bisa satu arah otoriter, tidak juga bisa memanjakan saja semua maunya anak diikuti waduh hilang sudah anak kita nanti atau mengabaikan sudah pasti tidak. Nah yang saya sarankan adalah kita memberlakukan atau kita memfasilitasi anak kita balanced antara respon emosi. Jadi kita berusaha memahami berusaha berempati pada situasi anak tapi kita tetap menetapkan batasan. Materi hari ini akan lebih banyak memberi sudut pandang Bagaimana supaya bapak ibu bisa berempati, bisa memberi respon emosi yang pas dengan perilaku anak yang seakan-akan melanggar tapi sebetulnya kalau kita mencoba pahami dibalik perilaku melanggar itu ada sebuah pesan emosi yang dia berusaha sampaikan. Hal ini yang saya cermati sering terjadi miskomunikasi antara orangtua dan anak itu di poin ini. Oke kita lihat. Mulai dulu paparan saya dengan mengajak bapak ibu untuk memahami bahwa anak yang kita besarkan anak yang kita asuh itu tidak hanya fisik saja. Kita mungkin tidak perlu diajari kalau soal memberikan makanan sehat, rumah yang baik, pakaian yang baik kita sudah mampu melakukan itu. Tetapi Ketika kita go deeper ketika kita bersyukur ya hari-hari ini neuro science membantu kita sekali. Kita jadi mengerti otak manusia yang merupakan pusat kendali dari perilaku-perilaku manusia itu sebetulnya beroperasinya seperti apa. Kita belum mengerti 100% tapi kita sudah mulai dapat clue gitu ya petunjuk-petunjuk bagaimana otak seorang anak itu berkembang. Nah, saya masuk dulu dari situ sebelum kita memahami perilaku. Kenapa karena pusat kendali perilaku ada diotak. Nah, bapak-ibu anak-anak kita itu punya tiga seakan- akan ada tiga bagian otak yang pertama kalau ijinkan saya untuk ini saya keluarkan dulu oke. Reptilian Brain, otak reptil jadi memang ini sama dengan otaknya pada reptil gitu ya. Nah, Reptilian brain itu mengatur bagian hal yang terkait dengan perilaku bertahan hidup bertahan hidup Survival rasa lapar, mencerna makanan, bagaimana bernafas, bagaimana sirkulasi di dalam tubuh oksigen, bagaimana suhu tubuh, bagaimana bergerak postur keseimbangan dan juga reaksi kalau menghadapi bahaya. Nah itu ada di bagian otak reptil disini di bagian bawah. bapak ibu jadi kalau kalau di aslinya tuh ditengkuk sini. Itu sebabnya kalau bapak ibu pernah misalnya kalau naik kendaraan bermotor kenapa sih harus pakai helm gitu ya, kenapa ini bahaya kalau sampai terapat terhantam sesuatu karena bagian bernafas disitu bagian apa fisik bersirkulasi jdi itu bahaya sekali makanya harus dilindungi. Yang kedua adalah otak emosi ,nah otak emosi letaknya ada di tengah sini bapak ibu di bagian limbik ini bagian otak emosi diatur lah atau dikendalikan lah reaksi-reaksi emosi manusia. Sejak masih kanak-kanak masih bayi itu sudah mulai aktif jadi sejak dia lahir kan kalau bapak ibu lihat bayi misalnya lahir tidak nyaman menangis jadi rasa emosi itu sudah born ada ya .Jadi reaksi-reaksi emosi dikendalikan oleh otak emosi di sini ada emosi takut, murka cemas karena berpisah, pernah lihat kalau anak dibawa sekolah ke TK lalu waduh nangis nggak mau nggak mau pisah dari mamanya karena baru pertama kali gitu ya , ingin berteman kemampuan bermain lalu juga keinginan untuk kalau ada lingkungan baru dia ingin mengeksplor itu ya .Hasrat kalau nangis gak besar hawa nafsu ada disitu ketika sudah puber .Ini semua di bagian otak emosi. Nah ini yang seru bapak ibu otak rasional, otak bagian depan disini ya otak bagian depan ini sel-sel syarafnya akan connect satu sama lain dan menjadi matang berproses itu tidak sebentar tapi sepanjang masa kanak-kanak sampai dia usia sekitar 20 ada referensi yang mengatakan sampai 25 bahkan. Itu baru terjadi pematangan otak rasional yang komplit, apa sih gunanya otak rasional otak rasional bicara soal berpikir logis memecahkan masalah imajinasi. Dia bisa mengetahui self awareness jadinya bisa tahu apa sih yang saya rasakan sekarang ini kenapa kalau saya bad mood kok saya misalnya mukanya jadi nyebelin gitu ya. Juga bicara tentang kebaikan, bicara empati, care for others. Intinya kalau kalau bapak ibu lihat kualitas-kualitas yang membuat manusia layak disebut manusia ya jadi karakter, akal budi, itu semua di bagian otak rasional. Memang nanti kalau sudah dewasa bapak ibu diharapkan manusia tuh begini, bukan dikendalikan semata-mata oleh emosi tapi emosinya bisa diregulasi dikendalikan oleh rasionya. Jadi pada akhirnya antara otak rasional dan otak emosional ini akan bekerja bersama- sama yang akan mengendalikan perilaku-perilaku yang tampil. Nah kalau tadi saya beritahu kepada anda fakta bahwa Otak rasional ini ya gambarnya di semakin warna biru ini artinya koneksi antar sel sarafnya semakin padat, semakin banyak. Nah Bapak Ibu coba lihat ini usia 5 tahun masih banyak yang kuning ya yang matang duluan otak bagian belakang gitu ya, yang otak bagian rasional ngasih sedikit bawana birunya. Nanti makin lama yang tengah dulu yang lebih banyak ya nanti makin lama otak rasional baru akan makin membiru makin banyak connection connectionnya kalau di brain image keliatan membiru. Baru di usia 20-an jadi area eksekutif namanya saja area eksekutif kalau bapak itu diperusahaan tuh ya eksekutif itu kan orang- orang yang memimpin yang mengeksekusi. Nah sama ,kira-kira kalau di dalam otak anak pematangan otak eksekutif itu nanti baru sampai usia 20-25. Ready poin ini Bapak Ibu bisakah kita mulai mengerti pelan-pelan mulai mengerti ya kalau anak berulah terus kadang-kadang kita itu sebagai orangtua bilang gini kok kamu nggak pakai mikir gitu misalnya. Misalnya anak melakukan sesuatu jalan enggak lihat misalnya gitu nabrak, atau memilih misalnya misalnya sekarang situasi lagi pandemi ya kita udah ingatkan nak di luar sana tuh ada virus covid yang bisa nempel dimana-mana, makanya kamu kalau main tuh jangan pegang ini pegang itu pegang ini gitu ya. Tapi kalau pernah lihat anak- anak, apalagi kalau masuk usia dini atau SD kecil begitu kelas 1 kelas 2. Begitu keluar lihat sesuatu yang menarik apa misalnya ada ada tanaman atau ada binatang atau ada benda yang menarik tangan ini akan langsung bergerak untuk memegang ingin merasakan. Artinya, keinginan hasrat tadikan di otak emosi muncul itu enggak diproses dulu di otak rasional yang tadi sudah dimasukin memori oleh orangtua nak ada virus nak gitu ya langsung aja megang. Ketemu temen nih langsung aja meluk misalnya karena udah kangen lama dari emosi cross langsung ke perilaku makanya kita seorang dewasa suka bilang kok gak pake dipikir sih, kok enggak pakai logika sih gitu ya. Padahal kita sekarang diberitahu, memang usia anak otak logika otak rasionalnya baru akan matang di usia 20-an. Nah, semoga sampai di point ini Bapak Ibu bisa mulai memahami mulai bisa lebih toleran bahwa memang usia anak masih dalam usia pematangan, jadi kalau kita orang tua mengharap mereka berperilaku seperti orang dewasa yang sudah bisa menimbang, sudah bisa memutuskan, tidak membuat kesalahan yang bodoh, rasa-rasanya kitalah yang ekspektasinya enggak pas itu ya makanya sering saya bilang kalau anak kita suruh memahami orang tua itu seakan-akan kita meminta mereka melakukan sesuatu yang mereka belum pernah nyampe ke sana. Kita Bapak Ibu orang tua kita pernah jadi kanak-kanak. Mestinya kita yang bisa turun gitu mencoba untuk memahami mereka ya Oke. Ini pengertian dasarnya dulu Bapak Ibu jadi secara neuro science kita sudah diberitahu bahwa anak- anak kita memang sedang dalam masa pematangan otak rasional jadi hendaknya kita cukup realistis di dalam memberikan harapan atau ekspektasi terutama terkait dengan kematangan berpikir mengambil keputusan bernalar. Jadi boleh dikata ya Bapak Ibu kalau anak-anak kita bertindak melakuka sesuatu berbasis pada emosi digerakkan lebih banyak oleh emosi maka itu memang masih masanya. Justru kehadiran kita sebagai guru sebagai orang tua kitalah yang sedang punya tanggung jawab untuk memberikan masukan-masukan, pertimbangan-pertimbangan, cara menalar cara berpikir kepada mereka. Sehingga mereka punya bahan yang diolah di otak rasionalnya Nah, dengan situasi kenormalan baru ini boleh saya katakan bahwa rumah dan keluarga, sekarang perannya menjadi besar sekali lebih besar dibandingkan dengan sebelum pandemi. Karena kalau sebelum pandemi ketika anak dititipkan ke sekolah orangtua pergi bekerja ada sedikit break ya anda bisa break sebentar sekolah yang kemudian banyak mengambil tanggungjawab . Tapi dengan sekarang semua aktivitas anak kebanyakan di rumah maka rumah dan keluarga menjadi pusat kehidupan. Saya membayangkan dengan situasi seperti itu maka kemungkinan kemungkinan akan terjadi anak berperilaku salah, orang tua terpancing emosi ini menjadi lebih banyak. Ketika ini menjadi lebih banyak otomatis kita sebagai orangtua butuh cara pikir, perspektif, pola pandang pola pikir yang positif terhadap anak kita supaya kita nggak isinya nanti terus marah-marah, kita omel omelin anak terus , anak semakin tidak betah di rumah tapi nggak bisa keluar biasanya salah satu pelarian anak adalah online entah di sosmed entah di game. Karena dia merasa rumah tidak memberikan kenyamanan tidak memberikan happiness akhirnya dia mencari kenyamanan dan mencari happiness online. Nah, problemnya dengan dunia online adalah bapak ibu seperti yang saya katakan kemarin dunia online ada yang baik tapi juga kita tidak bisa menutup mata ada jebakan-jebakan yang bisa mengarah kepada perilaku-perilaku kecanduan, ada orang-orang jahat di dunia maya juga. Jadi makanya saya memberikan konteks ini supaya kita bisa mengerti betapa penting untuk kita sebagai orangtua, sebagai pendidik berusaha menciptakan suasana rumah, suasana lingkungan sosial anak yang sekarang terbatas banget di rumah ini suasana yang positif sehingga anak kita enggak merasa tidak bahagia, depresi cemas, lalu mencari di dunia maya yang kita belum bisa menjamin keamanannya. Oke, sekarang kita fokus pada miss behavior atau perilaku yang keliru. Saya masuk ke pertanyaan. Kenapa sih anak itu kok berperilaku salah? kenapa sih saya sudah ajarin kalau habis makan piring kotor diletakkan di di tempat cuci piring, tapi kok habis makan dia ngeloyor aja bu jengkel saya. Kenapa anak berperilaku salah? nah, saya tawarkan perspektif ini bapak ibu anak itu punya kebutuhan psikis bapak ibu. Kalau kebutuhan fisik kita semua tahu deh sandang pangan papan. Tapi ternyata aspek psikis, aspek jiwa, aspek mental ,anak itu juga punya kebutuhan. Jika kebutuhan psikis anak tidak dipenuhi maka sama halnya seperti kalau orang lapar mencari makanan di akan lakukan apapun tuk cari makanan, kebutuhan psikis ini kalau sampai tidak terpenuhinya juga akan bergerak mencari cara untuk memenuhi meskipun caranya itu jadi salah, salah tuh gimana caranya itu bisa jadi cara yang bikin kita naik darah, naik pitam kita jengkel sebagai orang tua. Tapi maksud saya mari kita pahami kalau anak berperilaku sesuatu sebetulnya itu menyampaikan ada sebuah kebutuhan psikis yang dia merasa kurang dan dia perlu untuk dipenuhi. Apa sih kebutuhan psikis anak? sebelum masuk kebutuhan psikisa anak apa tanggung jawab orang tua? memenuhi kebutuhan psikis anak pasti ya ini tadi yang makanya saya katakan kita itu kalau kalau soal kebutuhan fisik saya yakin kita semua tuh sudah bisa gitu sediakan makanan, sediakan rumah yang layak, sediakan pakaian bersih we do that. Tapi bagaimana dengan kebutuhan psikis ini yang sering terbengkalai ya bapak ibu. Tapi tanggungjawab kita sebagai orang tua atau orang dewasa kita penuhi kebutuhan psikis anak kita pahami jika anak merasa kebutuhan psikisnya tidak terpenuhi. Apa saja kebutuhan psikis anak? Mari kita lihat ,belong itu seperti punya akar. Keluarga adalah akar buat anak bapak ibu.Coba kita renung ya .Keluarga adalah akar buat anak, ketika anak tahu siapa papa saya, siapa ibu saya ,siapa kakek saya, saya ini asalnya dari mana. Makanya kalau budaya kita itu kan ada momen-momen dimana pertemuan-pertemuan keluarga masih diminta untuk dilakukan gituya itu baik juga bapak ibu. Baik kenapa? karena membuat anak kita tahu akarnya dia dimana, saya beberapa kali menemukan di klien-klien yang adalah anak adopsi dan kemudian dia tidak diberitahu tidak atau dia tahu by accident. Jadi ada anak itu kan ketika sudah sampai level logika tertentu terjadi bertanya-tanya misalnya dia tahu gini papa mama menikahnya kapan? saya lahirnya kapan? mereka do the calculation kan mereka hitung kok nggak match yah? kok nggak pas ya? atau atau misalnya kalau casenya satu anak diadopsi satu anak kandung. Tapi jarak diantara keduanya ini nggak masuk akal untuk untuk menjadi saudara kandung atau secara tampilan fisik tuh dia beda sama orang tuanya. Nah seringkali yang saya temukan anak-anak seperti ini kemudian merasa Did not belong. Jadi di keluarga itu dia tuh kalau mereka ngomong rasanya kayak ngak pas saja bu kayak bukan bagian dari keluarga itu. Some how to merasa kayak I'm not belong there, kebutuhan psikis anak yang pertama dia butuh akar dia butuh ada di keluarga yang dia tahu asal-usulnya siapa, dia merasa dia dibutuhkan dan dikasihi dan diinginkan ada ditempat itu. Kebutuhan kedua dia dikasih ini wajar sekali bapak ibu, tidak ada satu manusiapun yang tidak tidak butuh dicintai, tidak butuh dikasihi. Lalu yang ketiga ini, anak apalagi anak sekarang. Mereka butuh ruang untuk mereka merasa mampu melakukan sesuatu. Bapak Ibu kalau ingat anak bahkan diumur dua setengah tahun hingga dua tahun aja kalau anaknya cerdas itu ya, mulai ketika anda suapin makan lalu dia bilang ini. Aku Aku tau saya saya itu sudah merupakan pertanda bahwa sebagai manusia dan nanti ketika kita menjadi manusia dewasa kan kalau anda tidak merasa berdaya dan mampu melakukan sesuatu kita jadi orang dewasa enggak produktif. Apa-apa takut, apa-apa minder, belum mencoba udah takut salah, belum mencoba udah takut malu. Jadi feel not powefull tidak mampu inferior. Nah, bapak-ibu anak-anak punya kebutuhan untuk dia merasa I can do something, I'm able, I Have Power. Seringkali yang terjadi dengan orang tua adalah orang tua lupa anaknya udah mulai besar, orang tua lupa anaknya sudah mulai bisa melakukan sesuatu, orang tua masih tetap yang mau melakukan. Paling gampang anak umur lima tahun bukan berpakaian sendiri sebenarnya udah bisa tapi kita kadang-kadang orang tua gini, aduh biar cepet sini mami pakein aja. Sepatunya mana sepatunya biar cepet .Kita tidak memberi ruang untuk anak itu melatih waktu dia pakai pakaian sendiri, dia pakai sepatu sendiri waktunya lebih lama sih iya tapi kemudian ketika dia bisa dia tuh muncul di dalam psikisnya itu Hei I can do this , saya bisa .Nah itu penting bahwa ibu, yang saya beberapa kali temukan adalah ketika orangtua tidak pernah memberi kesempatan anak untuk melakukan mencoba melakukan sesuatu atau kalau dia mencoba melawan satu terus salah anaknya dikasih punishment dengan tuh kan salah, atau dikritik aduh enggak rapi nih sini mama rapikan lagi. Kita tidak respecting the proses tapi always mengevaluasi hasil. Maka anak kemudian menjadi takut mencoba, anak kemudian menjadi merasa tidak berdaya,apalagi self esteem anak perlu merasa bahwa dia berharga. Biasanya kesalahan kita sebagai orang tua atau orang dewasa kita tuh membandingkan bandingka dia sama kakak adiknya, bandingkan dia dengan sepupunya dengan orang lain ya. Sampai akhirnya dia merasa bahwa tidak cukup berharga kalau bahasanya anak remaja sekarang itu insecure, jadi anak merasa aman dengan siapa dirinya. Lalu kebutuhan lainnya adalah anak butuh untuk punya posisi, punya tempat, di dalam kehidupan seseorang didalam kehidupan keluarganya. Lalu anak juga butuh untuk bereksperimen, butuh untuk mengeksplorasi. Nah di point eksperimen eksplorasi bapak ibu saya tuh beberapa kali menemukan kita ini tidak memberi ruang kegagalan buat anak, kita tidak memberi ruang kesalahan kita, seringkali begitu anak salah dalam proses kita langsung berikan punishment dan setelah itu anak tidak lagi berani mencoba . Sehingga kalau kemudian dia mengalihkan pemenuhan kebutuhan ini dengan mencari hal-hal lain contoh paling gampang di eksperimen dan ekspor di game online yang kemudian setelah dia merasa mampu level 1 level, naik level 1 level lagi, naik 1 level lagi dan dia merasa menemukan eksplorasi menemukan rasa berharga ketika main game online di setelah dia terjebak. Kemudian dia nggak bisa keluar dari game online itu karena di dunia nyata dia merasa powerless, dia merasa apa tidak bisa exploring, dia merasa tidak bisa mencoba karna tiap kali mencoba di kita disalahin. Nah kalau di game online ya salah diulang lagi levelnya. Cari cara cari crack gitu they have power overage sementara di nyata kita sebagai orang dewasa terlalu sering mengatakan salah habis salah dimarahin, dikomentarin gitu ya atau bahkan di punish dan itu membuat mereka akhirnya udahlah saya enggak mau mencoba kalau di dunia nyata mah karena pengalamannya jadi tidak menyenangkan. Nah ini kira-kira gambaran kebutuhan anak ya Bapak Ibu.