Anda di halaman 1dari 23

ETIKA KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN MASSA

MATA KULIAH : ETIKA KOMUNIKASI

DOSEN PEMBIMBING : DRS.YUSRI,M.L.I.S

DISUSUN OLEH :

INTAN NOVITA RAHMAH (200401082)

FAKULTAS DAKWA DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY BANDA ACEH

2020
Kata Penghantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul  Etika Komunikasi Antar Budaya Dan Masa

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk


memenuhi tugas pada mata kuliah Etika Komunikasi . Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan Etika
Komunikasi Antar Budaya Dan Masa bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Drs.Yusri,M.L.I.S selaku


dosen saya di mata kuliah Etika Komunikasi yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini. 
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………… 1

KATA PENGANTAR ………………………...…………… 2

DAFTAR ISI ……………………………………….………… 3

BAB I PENDAHULUAN ……………………………….… 4

A. Latar Belakang ………………………………………….. 4

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………5

 Etika Komunikasi Antar Budaya …………….. 5


 Etika Komunikasi Antar Massa………………..15

BAB III PENUTUP …………………………………………..

 A. Simpulan …………………………………………………… 4

DAFTAR PUSTAKA …………………………………….… 5


BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Mengembangkan kemampuan berkomunikasi sangatlah penting, karena dalam dua


dasawarsah belakangan perkembangan teknologi begitu hebatnya. Sehingga telah
memberi dampak yang menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia. Salah satu hal
yang berkembang sangat pesat dan menjadi pemicu dari perkembangan yang ada
adalah komunikasi. Karena itu, tidak aneh kalau akhir-akhir ini banyak orang yang
tertarik untuk mempelajari dan mengembangkan kemampuan (kompetensi)
berkomunikasi. Kemampuan berkomunikasi memang merupakan suatu hal yang
sangat fundamental bagi kehidupan manusia, Dengan mampu berkomuniksi dengan
baik kita bisa membentuk saling pengertian, menumbuhkan persahabatan,
memelihara kasih sayang mengembangkan karier, Sebaliknya dengan kemampuan
berkomunikasi yang buruk, kita juga memupuk perpecahan, menanamkan kebencian
dan menghambat kemajuan. Kualitas hidup, hubungan kita dengan orang lain, bahkan
peluang dan usaha serta karier dapat ditingkatkan dengan dengan cara memperbaiki
cara-cara dan kemampuan berkomunikasi terutama jika berhadapan dengan manusia
yang berbeda budaya.

Konsep kompetensi komunikasi digunakan sebagai alat untuk mengukur kualitas


komunikasi seseorang atau sekelompok orang. "Keberhasilan" (effectiveness) dan
kelayakan (appropriateness) adalah dimensi yang digunakan untuk menilai
kompetensi komunikasi. Jadi, kompetensi komunikasi antarbudaya melihat
keberhasilan dan kelayakan komunikasi dan interaksi antara orang-orang dari
budaya yang berbeda. Keberadaan seseorang pada budaya yang berbeda menuntut
dirinya untuk beradaptasi, dan yang mendasari proses adaptasi yang dialaminya
adalah proses komunikasi. Melalui komunikasi yang berhasil dan layak, seseorang
dapat meningkatkan kontrol terhadap perilakunya dan lingkungannya. Tiga buah
dimensi, yaitu the affective process, the cognitive process dan the behavioral process,
digunakan untuk "mengukur" kompetensi komunikasi antarbudaya sekaligus
digunakan untuk menganalisisnya.
BAB II
PEMBAHASAN

KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA (KAB)

Defenisi Komunikasi Antar Budaya (KAB)

Hamid Mowlana menyebutkan komunikasi antar budaya sebagai human flow


across national boundaries. Misalnya dalam keterlibatan suatu konfrensi
internasional dimana bangsa-bangsa dari berbagai negara berkumpul dan
berkomunikasi satu sama lain. Sedangkan Fred E. Jandt mengartikan komunikasi
antarbudaya sebagai interaksi tatap muka di antara orang-orang yang berbeda
budayanya.
Guo-Ming Chen dan William J. Sartosa mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya
adalah proses negosiasi atau pertukaran sistem simbolik yang membimbing perilaku
manusia dan membatasi mereka dalam menjalankan fungsinya sebagai kelompok.
Selanjutnya komunikasi antarbudaya itu dilakukan dengan negosiasi untuk
melibatkan manusia di dalam pertemuan antarbudaya yang membahas satu tema
(penyampaian tema melalui simbol) yang sedang dipertentangkan. Simbol tidak
sendirinya mempunyai makna tetapi dia dapat berarti ke dalam satu konteks dan
makna-makna itu dinegosiasikan atau diperjuangkan; melalui pertukaran sistem
simbol yang tergantung daripersetujuan antarsubjek yang terlibat dalam komunikasi,
sebuah keputusan dibuat untuk berpartisipasi dalam proses pemberian makna yang
sama; sebagai pembimbing perilaku budaya yang tidak terprogram namun
bermanfaat karena mempunyai pengaruh terhadap perilaku kita; menunjukkan
fungsi sebuah kelompok sehingga kita dapat membedakan diri dari kelompok lain
dan mengidentifikasinya dengan pelbagai cara.

Adapun etika komunikasi antar budaya adalah sebagai berikut :

1. Jujur pada diri sendiri

Sebelum melakukan komunikasi antar budaya, ada baiknya kita memiliki penilaian
yang jujur terkait dengan gaya komunikasi, keyakinan, dan prasangka yang dimiliki.
Hal ini dikarenakan sikap yang kita miliki terhadap perbedaan budaya dapat
berpengaruh pada cara kita berkomunikasi dengan orang lain.

2. Menerapkan perilaku komunikasi yang suportif


Berbagai macam perilaku suportif dapat meningkatkan tingkat efektivitas
komunikasi antar budaya.  Salah satu contoh perilaku komunikasi yang suportif
adalah sikap empati terhadap orang lain. Yang dimaksud dengan empati adalah
memahami perspektif orang lain dari sudut pandang yang bersangkutan. Dengan
bersikap empati, maka kita tidak akan gegabah dalam memberikan penilaian
terhadap orang lain.

3. Mengembangkan kepekaan terhadap keberagaman

Manusia diciptakan dengan berbagai macam perbedaan latar belakang seperti suku
bangsa, ras, dan lain-lain. Ketika kita berkomunikasi dengan orang lain sejatinya kita
sedang belajar mengenai berbagai hal dari orang lain. Keberagaman yang kita miliki
memberikan peluang lebih banyak bagi kita untuk belajar. Untuk itulah, kita perlu
menyediakan waktu untuk mempelajari budaya orang lain.

4. Menghindari stereotype

Ketika kita berkomunikasi dengan orang lain yang memiliki perbedaan budaya
dengan kita, ada baiknya kita menghindari membuat generalisasi atau asumsi-asumsi
tentang latar belakang budaya orang lain. Lebih baik kita mencari tahu melalui orang
yang bersangkutan.

5. Menghindari etnosentrisme

Masing-masing individu memiliki latar belakang budaya yang berbeda. Tidak


dipungkiri bahwa orang akan merasa bahwa budaya mereka adalah budaya yang
terbaik dibandingkan dengan budaya orang lain. Namun perlu dipahami bahwa suatu
budaya juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Dengan kita mengetahui dan
memahami kelebihan dan kekurangan budaya yang kita miliki dan bersedia
mempelajari budaya orang lain maka kita akan dapat berkomunikasi dengan efektif
dengan orang yang bersangkutan.

6. Mengembangkan kode kepekaan

Kode kepekaan merujuk pada kemampuan untuk menggunakan bahasa verbal dan
bahasa nonverbal yang sesuai dengan norma budaya seseorang yang menjadi lawan
bicara. Semakin banyak kita mengetahui tentang budaya orang lain maka akan
semakin mudah bagi kita untuk beradaptasi.

7. Mencari kode bersama

Salah satu kunci untuk mencari kode bersama adalah bersedia untuk berpikiran
terbuka mengenai perbedaan dan di saat yang bersamaan kita menentukan gaya
komunikasi yang akan digunakan agar dapat beradaptasi selama komunikasi antar
budaya.

8. Menggunakan dan mendorong umpan balik deskriptif


Umpan balik yang efektif dapat mendorong adaptasi dan hal ini sangat penting dalam
komunikasi antar budaya. Partisipan komunikasi harus bersedia untuk menerima
umpan balik dan menampilkan sikap suportif. Umpan balik yang diberikan
hendaknya bersifat segera, jujur, spesifik, dan jelas.

9. Membuka saluran komunikasi

Komunikasi antar budaya tidaklah mudah. Oleh karenanya, kita perlu


mengembangkan sikap sabar selama berinteraksi dengan orang lain agar pemahaman
bersama dapat tercapai.

10. Mau mendengarkan

Hal tersulit yang kita lakukan saat berkomunikasi dengan orang lain adalah bersedia
mendengarkan apa yang dikatakan orang lain. Orang yang memiliki kekuasaan
cenderung tidak memiliki motivasi untuk mau mendengarkan orang lain.
Mendengarkan tidak hanya sekedar menanyakan sesuatu kepada orang lain
melainkan mendidik diri kita sendiri. Jangan sampai kita menunggu orang lain untuk
mendidik diri kita.

Konsep Kunci dalam Komunikasi Antar Budaya (KAB)


 Lambang Verbal
Komunikasi antarbudaya, sebuah studi dari komunikasi antara individu dan
kelompok dengan budaya yang berbeda, melibatkan beberapa area penting dari
eksplorasi. Sebagai anggota sebuah budaya tertentu, seseorang mempelajari pola
tertentu dari memahami dunia melalui sistem lambang seperti bahasa dan perilaku
nonverbal. Sementara seluruh anggota dari sebuah budaya dapat berbicara bahasa
yang sama, anggota dari budaya yang tidak dominan dapat mengembangkan lambang
mereka sendiri. Lambang-lambang ini mempersatukan mereka terhadap budaya
dominan dan memperkuat identitas mereka sebagai anggota dari subbudaya
tersebut. Saat budaya dominan mengadopsi lambang-lambang tersebut, mereka tidak
lagi melayani maksud awal, jadi mereka mengubahnya. Sebagai contoh dari fenomena
ini dapat dilihat dalam perubahan seorang remaja gaul saat mereka diadopsi oleh
orang dewasa.

 Hipotesis Whorfrian
Yang terpenting dari bahasa dalam mempengaruhi sebuah budaya adalah poin
penting dari teori relativitas linguistik dari Edward Sapir (1958, 1964) dan muridnya
Benjamin Lee Whoff (1956). Hipotesis Whorfian menunjukkan bahwa bahasa
membentuk kebudayaan dan pola pikir individu. Sebagai contoh, di Inggris kita dapat
mengatakan “brother” atau “sister” ketika berbicara dengan saudara kandung. Kita
tidak perlu menspesifikasikan umur kecuali kalau kita ingin membedakan antara dua
saudara perempuan atau untuk menekankan umur hubungan, seperti “older sister”.
Akan tetapi, di Mandarin, Cina, tidak ada istilah umum untuk “brother,” “sister,”
“uncle” atau “aunt.” Mungkin disebabkan oleh yang lebih penting dari hubungan
keluarga tertentu dalam budaya cina.  Satu-satunya kata yang belaku untuk kerabat
yang menentukan hubungan yang tepat seperti “big (kakak tertua) /older sister”,
“small (lahir setelah kakak pertama tetapi masih lebih tua dari yang mengatakan)
older sister,” “younger brother” dan “uncle on my mother’s side.”
Hipotesis Worfian mengindikasikan bahwa bahasa mempengaruhi cara komunikator
melihat dunia. Karena orang Cina harus membuat perbedaan hubungan mental untuk
berbicara bahasa Mandarin, mereka cenderung lebih peka terhadap perbedaan-
perbedaan dalam hubungan keluarga tertentu daripada komunikator yang berbehasa
Inggris. Namun, karena orang Inggris memiliki banyak kata untuk warna daripada
Cina, Cina jadi lebih cenderung melihat nuansa warna dari komunikator
Inggris.sebagai contoh, pikirkan seluruh kata yang merupakan sinonim dari merah
atau merupakan jenis-jenis dari merah: pink, pale pink, salmon pink, dan lain-lain.
Mandarin hanya memiliki satu kata untuk merah, dengan tambahan sebutan untuk
nuansa terang atau gelap.

 Lambang Nonverbal
Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk memulai interaksi nonverbal,
memperjelas hubungan, percakapan langsung, ekspresi untuk menunjukan emosi,
mengakhiri percakapan secara substansial dari budaya ke budaya. Contoh di bawah
ini akan menjelaskan secara singkat beberapa area penting dari perbedaan
komunikasi nonverbal yang bervariasi dengan budaya yang berbeda.
Ekman dan Friesen (1969) mengatakan lima tipe gerakan tubuh adalah emblem,
ilustrator, mempengaruhi tampilan, adaptor, dan regulaor. Emblem adalah gerakan
yang memiliki tujuan atau arti yang sama dengan kata, dan dengan mudah terjadi
kesalahpahaman (Ekman & Friesen, 1969). Sebagai contoh, saat orang Amerika ingin
memanggil teman mereka, mereka melambaikan tangan (membuka dan menutup
telapak tangannya). Sebagai tambahan orang Amerika selalu menggenggam tangan
mereka diantara bahu dan pinggang ketika teman-teman memanggil, sementara
orang Cina memegang tangan mereka dengan lurus sehingga tangan mereka berada
dibawah pinggang.
Ilustrator – isyarat yang menyertai kata-kata untuk penekanan – juga bervariasi dari
busaya ke budaya. Jakobson (1972) mendiskusikan kesulitan tentara Rusia dan
Bulgaria selama perang di Turkey pada 1877-78 dalam menyampaikan gerakan yang
menandakan “iya”. Saat ilustrator digunakan sebagai emblem untuk menggantikan
kata-kata, tentara Bulgaria tidak akan pernah yakin apakah saat tentara Rusia
menggelengkan kepala berarti “iya” atau “tidak.”
Perubah penampilan – gerakan tubuh yang mengekspresikan emosi - mungkin lebih
mirip antara budaya dari jenis-jenis gerakan (Condon & Yosef, 1975), tetapi bahkan
perubahan penampilan bisa mengindikasikan arti yang berbeda. Tersenyum dapat
mengindikasikan bahwa orang Cina sedang mencoba menutupi malu. Morsbach
(1982) mencatat bahwa orang Jepang juga menggunakan senyum dan tertawa untuk
menutupi kemarahan, kesedihan, atau kekecewaan.
Kategori lain dari perilaku nonverbal yang juga sering dikategorikan adalah kontak
mata. Di Amerika, orang yang menghindari kontak mata bisa diperkirakan malu atau
bahkan menghindar dan tidak dapat dipercaya. Orang Jepang, mengajarkan anak-
anak mereka untuk melihat atasan tidak pada mata karena memandang orang Jepang
langsung di mata kemungkinan menghasilkan efek membuat mereka sangat tegang,
karena kebudayaan tabu telah dilanggar (Morsbach, 1982).
Elemen nonverbal dari bahasa termasuk nada, stres, dan kualitas suara yang
menyediakan sumber tambahan dari perbedaan antar budaya. Sebuah bahasa adalah
salah satu yang bergantung pada kombinasi nada, stres, dan pola suara untuk
mengindikasikan antar suara. Sebagai contoh, di Mandarin Cina, mai dengan nada
tinggi berarti “membeli” sedangkan mai dengan nada rendah berarti “menjual.”
Bahasa nada seperti Mandarin, Taiwan, dan Kanton berbicara dengan variasi vokal
dibandingkan dengan bukan bahasa nada seperti Inggris.

Aturan dan Peranan

Disamping  lambang lisan dan tak lisan, kelompok anggota mempelajari  kelakuan 
yang dianggap tugas dan peraturan  untuk menggunakan simbol-simbol tersebut.
Tugas seorang isteri atau suami di Amerika pastilah sekarang sangat-sangat berbeda
sekarang jika dibandingkan dengan tiga puluh tahun yang lalu ketika sebagian besar 
wanita mengasuh anak di rumah dan sebagian besar pria menjadi satu-satunya tulang
punggung keluarga dalam sisi ekonomi. Budaya yang berbeda tentang bagaimana
para anggota diharapkan dapat memnuhi perannya untuk mencapai  harapan yang
diinginkan.Beberapa kebudayaan dan tugas memperbolehkan kelonggaran dari pada
yang lainnya. Walaupun peran isteri telah berubah di Amerika Serikat, peran ibu
harus tetap sama dengan tiga puluh tahun yang lalu, menciptakan fenomena
"Superwoman" atau ”Supermom," wanita  berusaha untuk memenuhi kedua tersebut
yaitu peran tradisional ibu dan peran perempuan baru dalam bisnis maupun
eksekutif.  Ketik peran berganti atau tidak jelas, hal ini menimblukan atau
menciptakan stres bagi orang yang mencoba mengadopsi peran ini. Di dalam situasi
komunikasi antar budaya, pribadi dari kebudayaan lain mungkin akan berpikiran
jelek karena mereka tidak tahu perilaku yang ada dan berbeda dengan perilaku
mereka.

Fungsi-Fungsi Komunikasi Antarbudaya

1. Fungsi Pribadi, adalah fungsi-fungsi komunikasi yang ditunjukkan melalui perilaku


komunikasi yang bersumber dari seorang individu.

a.Menyatakan Identitas Sosial

b.Menyatakan Integrasi Sosial

c.Menambah Pengetahuan

d.Melepaskan Diri atau Jalan Keluar

2. Fungsi Sosial

a.Pengawasan

b. Menjembatani

c.Sosialisasi Nilai

d.Menghibur

Prinsip-Prinsip Komunikasi Antarbudaya (KAB)


1.Relativitas Bahasa

Gagasan umum bahwa  bahasa  memengaruhi pemikiran  dan perilaku paling banyak


disuarakan oleh para antropologis linguistik. Pada akhir tahun 1920-an dan
disepanjang tahun 1930-an, dirumuskan bahwa karakteristik bahasa memengaruhi
proses kognitif kita. Dan karena bahasa-bahasa di dunia sangat berbeda-beda dalam
hal karakteristik semantik dan strukturnya, tampaknya masuk akal untuk
mengatakan bahwa orang yang menggunakan bahasa yang berbeda juga akan
berbeda dalam cara mereka memandang dan berpikir tentang dunia.

2. Bahasa Sebagai Cermin Budaya

Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan budaya, makin perbedaan


komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat nonverbal. Makin besar
perbedaan antara budaya (dan, karenanya, makin besar perbedaan komunikasi),
makin sulit komunikasi dilakukan.Kesulitan ini dapat mengakibatkan, misalnya, lebih
banyak kesalahan komunikasi, lebih banyak kesalahan kalimat, lebih besar
kemungkinan salah paham, makin banyak salah persepsi, dan makin banyak potong
kompas (bypassing).

3.Mengurangi Ketidak-pastian

Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besarlah ketidak-pastian dam


ambiguitas dalam komunikasi. Banyak dari komunikasi kita berusaha mengurangi
ketidak-pastian ini sehingga kita dapat lebih baik menguraikan, memprediksi, dan
menjelaskan perilaku orang lain. Karena letidak-pasrtian dan ambiguitas yang lebih
besar ini, diperlukan lebih banyak waktu dan upaya untuk mengurangi ketidak-
pastian dan untuk berkomunikasi secara lebih bermakna.

4. Kesadaran Diri dan Perbedaan Antarbudaya

Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar kesadaran diri (mindfulness) para
partisipan selama komunikasi. Ini mempunyai konsekuensi positif dan negatif.
Positifnya, kesadaran diri ini barangkali membuat kita lebih waspada. ini mencegah
kita mengatakan hal-hal yang mungkin terasa tidak peka atau tidak patut. Negatifnya,
ini membuat kita terlalu berhati-hati, tidak spontan, dan kurang percaya diri.

5. Interaksi Awal dan Perbedaan Antarbudaya

Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam interaksi awal dan secara berangsur


berkurang tingkat kepentingannya ketika hubungan menjadi lebih akrab. Walaupun
kita selalu menghadapi kemungkinan salah persepsi dan salah menilai orang lain,
kemungkinan ini khususnya besar dalam situasi komunikasi antarbudaya.

6.Memaksimalkan Hasil Interaksi


Dalam komunikasi antarbudaya - seperti dalam semua komunikasi - kita berusaha
memaksimalkan hasil interaksi. Tiga konsekuensi yang dibahas oleh Sunnafrank
(1989) mengisyaratkan implikasi yang penting bagi komunikasi antarbudaya. Sebagai
contoh, orang akan berintraksi dengan orang lain yang mereka perkirakan akan
memberikan hasil positif. Karena komunikasi antarbudaya itu sulit, anda mungkin
menghindarinya. Dengan demikian, misalnya anda akan memilih berbicara dengan
rekan sekelas yang banyak kemiripannya dengan anda ketimbang orang yang sangat
berbeda.
Kedua, bila kita mendapatkan hasil yang positif, kita terus melibatkan diri dan
meningkatkan komunikasi kita. Bila kita memperoleh hasil negatif, kita mulai
menarik diri dan mengurangi komunikasi.
Ketiga, kita mebuat prediksi tentang mana perilaku kita yang akan menghasilkan
hasil positif. dalam komunikasi, anda mencoba memprediksi hasil dari, misalnya,
pilihan topik, posisisi yang anda ambil, perilaku nonverbal yang anda tunjukkan, dan
sebagainya. Anda kemudian melakukan apa yang menurut anda akan memberikan
hasil positif dan berusaha tidak melakkan apa yang menurut anda akan memberikan
hasil negatif.

Strategi Komunikasi Antarbudaya

Komunikasi yang melibatkan multietnik tentu saja memerlukan strategi yang khusus
agar komunikasi yang dijalankan benar-benar memberikan pemahaman bagi pihak
yang terlibat dalam komunikasi. Berikut ini disampaikan beberapa strategi untuk
menghasilkan komunikasi antarbudaya yang efektif.

Teknik komunikasi inklusif di atas dapat mendukung terjadinya komunikasi


antarbudaya yang efektif agar pesan komunikasi yang disampaikan benar
memberikan makna yang positif bagi masyarakat multietnik. Perbandingan teknik
komunikasi diskriminatif dan teknik komunikasi inklusif menunjukkan bahwa
komunikasi diskriminatif cenderung menghasilkan kondisi permusuhan dan konflik
sebab tidak mempertimbangkan perasaan dan sensitifitas kelompok lain. Sedangkan
teknik komunikasi inklusif cenderung mendorong tercipta kondisi damai sebab pihak
yang terlibat dalam komunikasi saling memberikan pengakuan dan penghormatan
terhadap ke
lompok lain yang berbeda dengannya.Untuk membangun komunikasi antarbudaya
yang efektif perlu pula dipahami beberapa konsep dasar yang berkaitan dengan
hubungan antara kelompok yang berbeda:
1. Enkulturasi (enkulturation): proses mempelajari dan menyerap kebudayaan yang
berasal dari satu masyarakat.

2. Akulturasi (acculturation): proses penyesuaian kebudayaan dengan kebudayaan


tempatan dengan mengadopsi nilai, simbol dan/atau perilaku.

3.Etnosentris (ethnocentrism): suatu pandangan yang menganggap bahwa suatu


kebudayaan lebih unggul dari pada kebudayaan lainnya.

4.Relativisme kebudayaan (cultural relativism): pengakuan terhadap perbedaan


budaya dan menerima bahwa setiap kelompok masyarakat mempunyai norma-
norma sendiri.

Keempat konsep di atas berkaitan dengan pandangan seseorang terhadap


kebudayaannya sendiri, kebudayaan orang lain, dan bagaimana menjalin hubungan
dengan orang yang berbeda kebudayaan dengannya.Konsep enkulturasi dan
akulturasi menujukkan pandangan kebudayaan yang bersifat dinamik dan adaptif
karena terjadinya proses penyerapan dan penyesuaian antara satu kebudayaan
dengan kebudayaan lainnya. Konsep etnosentris adalah satu cara pandang yang
bersifat sempit dan kaku karenahanya menganggap kebudayaan mereka yang paling
tinggi dibandingkan kebudayaan lain. Pandangan seperti ini tentu saja akan
menghambat terjadi komunikasi antarbudaya yang efektif. Sebaliknya, konsep
relativisme kebudayaan memberikan pandangan bersifat mengakui dan menghargai
perbedaan kebudayaan sebab setiap kebudayaan mempunyai keunggulan sendiri
sehingga tidak perlu dipertentangkan keunggulan suatu kebudayaan dengan
kebudayaan lainnya. Ini bermakna kearifan lokal yang dimiliki setiap ini itu perlu
diangkat dan penganggatan kearifan lokal itu tidak akan menghasilkan pertentangan
atau permusuhan sebab relativisme kebudayaan telah mengajarkan kepada kita
bahwa setiap kebudayaan memiliki keunggulan masing-masing.

Etika Dan Norma Komunikasi Antar Budaya

Prinsip-prinsip etika dan norma-norma yang relevan dalam bidang lain juga berlaku
bagi komunikasi antar budaya. Prinsip-prinsip etika social seperti misalnya
solidaritas, sub sidiaritas, keadilan dan kesamaan, serta pertanggung jawaban dalam
menggunakan sumber-sumber umum dan pelaksanaan peranan usaha-usaha umum
selalu bisa diterapkan. Komunikasi harus selalu penuh kebenaran, karena kebenaran
adalah hakiki bagi kebebasan individu dan demi komunitas yang otentik antara
pribadi-pribadi.
Etika dalam komunikasi antar budaya menyangkut bukan hanya apa yang adil,
dengan apa yang nampak dalam media, tapi sebagian besar juga diluar itu semua.
Dimensi etika tidak hanya menyangkut isi komunikasi (pesan) dan proses
komunikasi (bagaimana komunikasi dilakukan) tapi juga struktur fundamental dan
persoalan-persoalan yang menyangkut sistem, yang kerap kali menyangkut
persoalan-persoalan besar mengenai kebijakan yang berkaitan dengan pembagian
tehnologi yang canggih serta produknya, siapayang akan kaya informasi dan yang
akan miskin informasi. Persoalan-persoalan ini menunjuk ke persoalan lain yang
mempunyai implikasi ekonomi dan politik untuk kepemilikan dan kontrol.
Dalam komunikasi antar budaya, bagi orang yang mempunyai kehendak baik
sekalipun tidak selalu segera menjadi jelas bagaimanakah menerapkan prinsip-
prinsip etika serta norma-norma. Misalnya saja dalam kasus-kasus khusus seperti
refleksi, diskusi dan dialog diperlukan penerapan etika dan norma tersebut lebih
mendalam. Hal tersebut dikarenakan dialog semacam itu merupakan dialog yang
menyangkut antara komponen komunikasi atau para pembuat kebijakan mengenai
komunikasi, para komunikator profesional, para ahli etika dan moral, para penerima
komunikasi, dan orang-orang lain yang terkait.

Kelebihan dan Kekurangan Komunikasi Antar Budaya

Kekurangan:
1. Perbedaan latar belakang kultural dalam menafsirkan pesan, karena tidak ada
bahasa universal baik verbal maupun nonverbal, serta kesalahan dalam persepsi
sosial yang disebabkan oleh perbedaan-perbedaan budaya yang mempengaruhi
proses persepsi.

2.Nilam W. Juga menyatakan bahwa dalam komunikasi antardua pihak yang berbeda
budaya terdapat etnosentrisme, yaitu kecenderungan menganggap salah satu budaya
lebih baik atau lebih unggul dari budaya lain.

Kelebihan:
1. Membuka diri memperluas pergaulan;

2. Menghadapi teknologi komunikasi

3. Menghadapi era globalisasi.

4. Memperoleh kapasitas untuk benar-benar terlibat dengan anggota dari budaya lain
untuk menciptakan hubungan yang langgeng dan memuaskan orang tersebut.
5. Membantu memahami budaya sebagai hal yang menghasilkan dan memelihara
semesta wacana dan makna bagi para anggotanya

6. Membantu memahami kontak antar budaya sebagai suatu cara memperoleh


pandangan ke dalam budaya sendiri: asumsi-asumsi, nilai-nilai, kebebasan-
kebebasan dan keterbatasan-keterbatasannya.

7. Budaya merupakan landasan komunikasi sehingga bila budaya beraneka ragam


maka beraneka ragam pula praktik-praktik komunikasi yang berkembang

8. Dengan pemahaman mengenai komunikasi antar budaya dan bagaimana


komunikasi dapat dilakukan, maka kita dapat melihat bagaimana komunikasi dapat
mewujudkan perdamaian dan meredam konflik di tengah-tengah masyarakat.
Dengan komunikasi yang intens kita dapat memahami akar permasalahan sebuah
konflik, membatasi dan mengurangi kesalahpahaman, komunikasi dapat mengurangi
eskalasi konflik sosial.

Manfaat Mempelajari Etika Komunikasi Antar Budaya

Mempelajari etika komunikasi antar budaya dapat memberikan beberapa manfaat,


diantaranya adalah :

 Kita mengetahui dan memahami bahwa masing-masing budaya memiliki


standar etika yang berbeda
 Kita dapat mengetahui dan memahami berbagai etika komunikasi antar budaya
secara umum
 Dengan mengetahui dan memahami etika komunikasi antar budaya dapat
meningkatkan efektivitas komunikasi antar budaya
 Kita belajar untuk dapat menangani konflik yang mungkin terjadi
ETIKA KOMUNIKASI MASSA
Salah satu tujuan kita mempelajari ilmu komunikasi terletak pada dimensi
komunikasi yang etis. Etika dapat diartikan sebagai sekumpulan prinsip-prinsip
moral atau nilai-nilai. Standar-standar etika dapat berbeda dari satu disiplin ilmu
dengan disiplin ilmu yang lain. Dalam disiplin ilmu komunikasi, seperangkat etika
komunikasi telah diadopsi ke dalam berbagai konteks komunikasi dan bidang
komunikasi, beberapa diantaranya yang telah kita pahami bersama adalah  etika
komunikasi bisnis, etika komunikasi antar pribadi, dan etika public
relations. Berbagai isu yang terkait dengan etika juga menjadi perhatian dalam
konteks komunikasi massa. Sebagaimana konteks komunikasi lainnya, komunikasi
massa pun tidak dapat dilepaskan dari masalah-masalah etika karena dalam
komunikasi massa berbagai macam sumber daya digunakan untuk mengirimkan
informasi kepada khalayak.

Selain itu, semakin cepatnya perubahan dan kompetisi yang terjadi dalam dunia
komunikasi massa membuat para insan media dapat dengan mudah kehilangan
pandangannya tentang implikasi etika dari apa yang mereka kerjakan. Sebagaimana
telah kita pahami bersama bahwa media massa memiliki pengaruh terhadap persepsi
budaya dan sikap khalayak. Oleh karena itu, adalah penting bagi para kreator isi
media maupun pemilik media untuk memperhatikan isu-isu etika dalam komunikasi
massa.

Pengertian
Untuk mengetahui apa itu etika komunikasi massa, ada baiknya kita pahami kembali
arti etika yang telah dikemukakan oleh para ahli. Beberapa diantaranya adalah
sebagai berikut :

 Menurut H Altschull (1990), etika merupakan sebuah studi berbagai bentuk


nilai-nilai moral dan prinsip-prinsip benar atau salah.
 Menurut Donald K. Wright (2010), etika adalah cabang dari filsafat yang
berkaitan dengan perilaku moral atau seperangkat prinsip-prinsip atau kode etik
moral. (Baca juga : Filsafat Komunikasi – Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi)
 Menurut Dictionary of Media, etika adalah berbagai aturan atau prinsip
perilaku yang ditujukan sebagai pedoman tindakan.
 Menurut Dictionary of Mass Communication and Media Research (2005),
etika merupakan seperangkat peraturan atau prinsip-prinsip untuk memandu
perilaku. Etika atau filsafat moral juga dapat diartikan sebagai sebuah disiplin yang
menekankan pada apa yang baik dan apa yang buruk, apa yang benar dan apa yang
salah. Sedangkan, yang dimaksud dengan moralitas adalah derajat kebenaran atau
kesalahan dari sebuah tindakan. Penggunaan istilah etika dan moralitas dalam
komunikasi massa utamanya menekankan etika sebagai seperangkat prinsip-prinsip
dan bukan sebagai disiplin ilmu.

Dengan potensi pesan komunikasi massa yang dapat mencapai khalayak yang sangat
luas, maka potensi pesan dalam komunikasi massa berkonsekuensi positif atau
negatif melebihi pesan komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi,
komunikasi kelompok, atau komunikasi publik. Oleh karena itu, saat membahas
komunikasi massa dan media, kita harus memperhatikan segala sesuatu yang terkait
erat dengan etika. Komunikasi melalui media massa yang etis merupakan hal yang
paling mendasar bagi pemikiran yang bertanggung jawab, pengambilan keputusan,
dan pengembangan hubungan dengan masyarakat di dalam konteks maupun antar
konteks baik budaya, media atau saluran komunikasi, dan media

Dengan demikian, yang dimaksud dengan etika komunikasi massa adalah


seperangkat moral yang menjadi pedoman bagi para praktisi komunikasi massa
dalam menjalankan tugas dan kewajiban profesionalnya. Etika memaksa para
profesional untuk menyadari prinsip-prinsip dasar dan nilai-nilai, serta kewajibannya
terhadap diri mereka sendiri dan orang lain. Etika memaksa para profesional untuk
memutuskan bagaimana untuk hidup, bagaimana untuk mengawal hubungan antara
dirinya dan orang lain, bagaimana ia berpikir, bertindak, dan beraksi terhadap orang-
orang serta berbagai isu yang ada di sekitar mereka  (Okoye, 2008 : 23).

Dibandingkan dengan etika yang memiliki jejak sejarah yang sangat panjang, etika
dalam komunikasi massa pertama kali muncul pada kisaran abad 20 sebagai bentuk
reaksi perlawanan terhadap ekses atau dampak adanya kebebasan yang ekstrim dari
Teori Pers Liberal atau Libertarian.

Cakupan
Etika komunikasi massa terkait dengan peraturan kepemilikan media, media dan
globalisasi, dan representasi keragaman. Etika komunikasi massa mencakup
beberapa bidang, diantaranya adalah etika jurnalistik serta etika media.

1.Etika jurnalistik

Etika jurnalistik merupakan bagian dari etika komunikasi massa. Konsep awal etika
jurnalistik adalah untuk melayani kemanusiaan dibandingkan mencapai tujuan
jurnalis sendiri. Yang dimaksud dengan etika jurnalistik adalah cabang filsafat yang
membantu para jurnalis untuk menentukan bahwa apa yang dilakukannya adalah
benar dan memberikan standar bagi para jurnalis dimana ia dapat menilai berbagai
tindakan adalah benar atau salah, baik atau buruk, bertanggung jawab atau tidak
bertanggung jawab. Lebih jauh, etika jurnalistik didefinisikan sebagai jurnalistik yang
baik atau jurnalistik yang buruk serta berbagai kewajiban yang dimiliki para jurnalis
sebagai sebuah profesi.

2. Etika media

Media massa diatur dengan hukum dan sebuah sistem etika. Tanpa adanya hukum
dan etika maka media massa dapat disalahgunakan atau dimanfaatkan oleh pihak-
pihak yang tidak bertanggung jawab dan memiliki kepentingan tertentu. Yang
dimaksud dengan etika media adalah cabang filsafat yang membantu para profesional
media untuk memiliki standar moral.
Etika media membantu siapapun yang terlibat dalam kegiatan jurnalistik untuk
memutuskan apakah jurnalistik yang baik dan apakah jurnalistik yang buruk, apa
yang dapat diterima dan apa yang tidak dapat diterima melalui kinerja jurnalis dalam
meliput, memproses, dan menyebarkan beragam pesan yang dirancang sebagai
pencerahan dan hiburan bagi masyarakat. Etika media juga dapat didefinisikan
sebagai aturan yang memandu para jurnalis dan organisasi berita agar apa yang
mereka kerjakan tidak merusak citra profesi dan citra media yang bersangkutan.

Permasalahan dalam Etika Komunikasi Massa


Dalam etika komunikasi massa, terdapat berbagai permasalahan atau isu-isu utama
yang melingkupinya, yaitu terkait dengan pengambilan keputusan dan dilema.
Keduanya diulas sekilas sebagai berikut.

a. Pengambilan Keputusan 

Yang dimaksud dengan pengambilan keputusan yang etis adalah proses yang harus
dilalui oleh para praktisi media massa dalam membuat keputusan yang etis. Kode etik
wartawan telah menyuguhkan pedoman yang jelas bagi para praktisi media massa
ketika mereka dihadapkan dengan dilema etis. Para ahli berpendapat bahwa terdapat
dua hal yang dibutuhkan oleh para praktisi media massa untuk membuat keputusan
yang baik, yaitu :

 Pemahaman yang baik tentang etika dan konsep serta proses pengambilan
keputusan yang etis
 Seperangkat aturan untuk membuat keputusan

Ralph Potter, seorang ahli etika telah mengembangkan proses pengambilan


keputusan yang dikenal dengan sebutan Potter Box. Menurut Potter, terdapat 4
(empat) tahapan yang harus dilalui untuk membuat keputusan yang etis, yaitu :

1. Mendefinisikan situasi, biasanya dengan menjawab sebuah pertanyaan


sederhana misalnya haruskah para jurnalis terikat dengan perilaku.
2. Mengidentifikasi nilai-nilai yang penting.
3. Mengidentifikasi prinsip-prinsip etis formal misalnya Kode Etik Masyarakat
Jurnalis Professional.
4. Memilih setia atau loyal terhadap dirinya sendiri, organisasi media berita,
sumber, dan masyarakat.

b. Dilema 

Yang dimaksud dengan dilema etis adalah sebuah situasi dimana seorang individu
atau sebuah organisasi media berita harus memilih antara dua atau lebih akibat
tindakan, yang masing-masing menyajikan konflik dalam nilai-nilai dan/atau tidak
ada kesepakatan  mengenai proses atau hasil yang diinginkan bersifat etis.

Dalam media, kode etik seringkali mengurangi ambiguitas para profesional media
massa ketika berkonfrontasi dengan sebuah situasi yang melibatkan etika. Misalnya
saja berbohong adalah salah satu bentuk pelanggaran bagi semua kode etik
jurnalistik. Banyak sekali hal lain yang berada dalam ranah abu-abu yaitu :

A. Sensor

Setiap orang sepakat bahwa pemerintah seharusnya tidak melakukan sensor


terhadap media massa kecuali jika hal itu berkenaan dengan keamanan nasional.
Masalah sensor media massa juga diterapkan di dalam media massa itu sendiri
karena media massa secara rutin membuat keputusan tentang apa yang harus
ditayangkan atau dipublikasikan dan apa yang tidak boleh ditayangkan atau
dipublikasikan. Misalnya, penayangan korban bom biasanya dilakukan dengan cara
pemburaman tepat pada gambar

B. Ujaran kebencian

Hal ini sebenarnya marak di berbagai Negara tak terkecuali Indonesia. Haruskah
media berita mempublikasikan atau menyiarkan isi berita yang mengandung ujaran
kebencian atau informasi yang salah? Beberapa media massa menolak untuk
menerbitkan surat yang mengandung ujaran kebencian karena khawatir akan
menyakiti kelompok atau golongan tertentu. Namun, beberapa jurnalis memiliki
pandangan yang berbeda.

C. Terorisme

Hal ini berkaitan dengan apakah media harus menerbitkan transkrip atau
menyiarkan video yang dibuat oleh teroris. Tentu kita pernah melihat video
pernyataan teroris melalui televisi atau media online. Di Amerika Serikat, beberapa
pihak menyatakan bahwa menyiarkan atau menerbitkan pernyataan yang
dilancarkan oleh teroris merupakan salah satu bentuk propaganda. Dan karenanya,
dapat memicu kebencian dan dapat membahayakan keamanan warga. Namun, tidak
sedikit pula jurnalis yang tidak sepakat dengan hal ini. Mereka yang sepakat dengan
penerbitan atau penayangan pernyataan teroris berpendapat bahwa masyarakat
berhak tahu apa yang dikatakan oleh teroris. Dengan menahan atau tidak
mempublikasikan informasi semacam itu maka orang akan mengalami kesulitan
untuk melindungi diri mereka sendiri dan memahami pokok permasalahan yang
sebenarnya

D. Sumber anonim

Apakah media berita harus mempublikasikan informasi dari sumber-sumber


anonim? Beberapa jurnalis berpendapat bahwa sumber-sumber anonim seharusnya
tidak digunakan karena bisa jadi sumber-sumber itu memberikan informasi yang
salah dan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Namun ada juga yang berpendapat
bahwa beberapa berita tidak pernah dapat dilaporkan tanpa sumber-sumber anonim
yang seringkali memberikan alasan sah untuk melindungi identitas mereka

E. Pengungkapan secara utuh


Apakah pejabat humas memiliki hak untuk tidak menyajikan informasi secara utuh
kepada masyarakat yang dapat menyebabkan seseorang atau organisasi mengalami
kerugian atau merasa dirugikan? Beberapa praktisi humas berpendapat bahwa
tujuan humas adalah untuk mempromosikan berbagai aspek positif dari seorang
individu atau sebuah organisasi. Kecuali seorang jurnalis  atau warga bertanya maka
informasi yang besifat negatif tidak akan diberikan. Sementara itu, beberapa pihak
lain berpendapat bahwa para praktisi humas memiliki kewajiban untuk menyediakan
informasi yang utuh jika informasi itu berdampak pada khalayak atau masyarakat.

F. Kata-kata kasar

Apakah media massa dapat mempublikasikan kata-kata kasar? Beberapa pihak


berpendapat bahwa media massa tidak boleh mempublikasikan isi atau konten yang
bersifat menyerang pihak lain walaupun itu sah. Sementara itu, pihak lain
berpendapat bahwa menghapus atau mengedit kata-kata dapat merubah makna dari
sebuah pesan dan berpotensi untuk dipersepsi secara tidak akurat oleh khalayak.

G. Kamera tersembunyi dan memalsukan identitas

Apakah jurnalis dapat menggunakan identitas palsu dan kamera tersembunyi dalam
rangka untuk melakukan penyamaran atau kegiatan yang tidak sah? Beberapa
jurnalis berpendapat bahwa kedua hal itu tidak boleh dilakukan karena dapat
mengurangi kepercayaan publik terhadap jurnalistik sebagai institusi. Sementara itu,
jurnalis lain berpendapat bahwa kedua hal itu boleh dilakukan sepanjang tidak ada
lagi cara lain yang dapat dilakukan selain menyamar untuk memperoleh kisah berita.

H. Klaim iklan yang berlebihan

Apakah iklan berisi klaim yang berlebihan? Beberapa praktisi iklan berpendapat
bahwa iklan tidak seharusnya berlebihan dalam menampilkan suatu produk atau
layanan. Beberapa praktisi lainnya berpendapat bahwa sebagian besar iklan memang
berisi klaim yang berlebihan dan hal itu tidak menjadi masalah sepanjang masyarakat
dapat menerima klaim tersebut sebagai bagian dari industri perikalanan.

I. Nama korban pelecehan seksual

Apakah media berita dapat mempublikasikan nama korban pelecehan seksual?


Beberapa jurnalis berpendapat nama korban tidak perlu disebutkan karena dapat
membuat yang bersangkutan menjadi trauma dan merasa malu. Namun, beberapa
jurnalis berpendapat bahwa nama korban harus secara jelas disebutkan sebagai
bentuk akuntabilitas informasi kepada publik. Mereka meyakini bahwa hal itu dapat
menggiring pelaku kejahatan ke penjara. Sementara itu, pihak yang netral
berpendapat bahwa hal itu perlu ditanyakan kepada pihak korban apakah setuju atau
tidak untuk dipublikasikan.

J. Konflik kepentingan jurnalis


Apakah jurnalis dibolehkan untuk menerima gratifikasi dari sumber berita untuk
memperoleh kisah berita? Beberapa jurnalis berpendapat bahwa sebagai profesional,
jurnalis tidak boleh menerima apapun dari sumber berita walaupun hal itu tidak
berdampak terhadap kisah berita. Mereka percaya bahwa hal itu dapat
mempengaruhi persepsi publik tentang konflik kepentingan yang dapat merusak
kepercayaan publik terhadap profesi jurnalis. Pendapat lain menyatakan bahwa jika
tidak ada cara lain untuk memperoleh kisah berita atau jika sebuah organisasi berita
tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk menutupi kisah yang penting maka hal
itu dapat diterima sepanjang organisasi berita membuat informasi publik.

K. Konflik kepentingan pemilik media

Apakah pemilik media berita juga memiliki bisnis lain di luar media dalam
masyarakat? Apakah pemilik media dapat menggunakan perusahaan media berita
untuk mengakomodasi kepentingan pribadinya? Beberapa jurnalis berpendapat
bahwa pemilik media sebaiknya tidak memiliki bisnis lain karena dapat menyulitkan
organisasi media yang bersangkutan dalam memberikan pelaporan secara obyektif
kepada publik. Sebagian besar jurnalis berpendapat bahwa pemilik media tidak
menggunakan perusahaan media untuk kepentingan pribadi karena dapat merusak
kepercayaan publik dan tradisi jurnalistik yang mandiri. Sementara itu, jurnalis lain
berpendapat bahwa pemilik media berita dimungkinkan untuk memiliki investasi di
bidang lain dan tidak peduli bagaimana investasi itu dapat berdampak pada peliputan
berita.

L. Gambar-gambar sensitif

Apakah organisasi media berita dapat mempublikasikan gambar-gambar berbau


pornografi atau korban pembunuhan atau korban kecelakaan? Beberapa jurnalis
tidak mempermasalahkan hal ini dan pendapat lainnya menyatakan bahwa hal itu
merupakan bentuk pelanggaran terhadap privasi individu atau keluarga.

M. Merekam pembicaraan

Apakah media berita dapat merekam pembicaraan sumber tanpa diketahui oleh yang
bersangkutan untuk melindungi diri mereka sendiri melawan hukum? Beberapa
jurnalis berpendapat bahwa merekam pembicaraan tanpa sepengetahuan yang
bersangkutan merupakan bentuk pelanggaran privasi sumber. Pendapat lain
menyatakan bahwa hal itu tidak masalah. Perlu dipahami pula bahwa perekaman
yang dilakukan oleh pihak ketiga adalah perbuatan ilegal atau tidak sah.

N. Terlalu tergantung pada elit

Apakah media berita memperoleh sebagian besar berita dan informasi dari sumber
elit atau haruskah jurnalis memperoleh berita dari kelompok lain selain kelompok
elit? Beberapa peneliti dan praktisi berpendapat bahwa hal itu adalah tidak etis
dilakukan oleh media berita. Mereka berpendapat bahwa jurnalis hendaknya juga
mengumpulkan lebih banyak berita dari kelompok-kelompok yang tidak
menguntungkan seperti kelompok minoritas dan kelompok miskin. Peneliti lain
berpendapat bahwa jurnalistik sipil atau jurnalistik publik adalah salah satu metode
untuk memecahkan masalah ini dan jurnalisme masa kini lebih sensitif untuk
memenuhi kelompok ini dibandingkan sebelumnya.

Manfaat Mempelajari Etika Komunikasi Massa

Mempelajari etika komunikasi massa dapat memberikan berbagai manfaat,


diantaranya adalah :

 Memahami pengertian etika.


 Memahami pengertian etika komunikasi massa.
 Memahami cakupan etika komunikasi massa.
 Memahami kaitan antara pengambilan keputusan dan etika komunikasi massa.
 Memahami kaitan antara dilema dalam etika komunikasi massa.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai