Etika Komunikasi Antar Budaya Dan Massa
Etika Komunikasi Antar Budaya Dan Massa
DISUSUN OLEH :
2020
Kata Penghantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Etika Komunikasi Antar Budaya Dan Masa
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
A. Simpulan …………………………………………………… 4
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebelum melakukan komunikasi antar budaya, ada baiknya kita memiliki penilaian
yang jujur terkait dengan gaya komunikasi, keyakinan, dan prasangka yang dimiliki.
Hal ini dikarenakan sikap yang kita miliki terhadap perbedaan budaya dapat
berpengaruh pada cara kita berkomunikasi dengan orang lain.
Manusia diciptakan dengan berbagai macam perbedaan latar belakang seperti suku
bangsa, ras, dan lain-lain. Ketika kita berkomunikasi dengan orang lain sejatinya kita
sedang belajar mengenai berbagai hal dari orang lain. Keberagaman yang kita miliki
memberikan peluang lebih banyak bagi kita untuk belajar. Untuk itulah, kita perlu
menyediakan waktu untuk mempelajari budaya orang lain.
4. Menghindari stereotype
Ketika kita berkomunikasi dengan orang lain yang memiliki perbedaan budaya
dengan kita, ada baiknya kita menghindari membuat generalisasi atau asumsi-asumsi
tentang latar belakang budaya orang lain. Lebih baik kita mencari tahu melalui orang
yang bersangkutan.
5. Menghindari etnosentrisme
Kode kepekaan merujuk pada kemampuan untuk menggunakan bahasa verbal dan
bahasa nonverbal yang sesuai dengan norma budaya seseorang yang menjadi lawan
bicara. Semakin banyak kita mengetahui tentang budaya orang lain maka akan
semakin mudah bagi kita untuk beradaptasi.
Salah satu kunci untuk mencari kode bersama adalah bersedia untuk berpikiran
terbuka mengenai perbedaan dan di saat yang bersamaan kita menentukan gaya
komunikasi yang akan digunakan agar dapat beradaptasi selama komunikasi antar
budaya.
Hal tersulit yang kita lakukan saat berkomunikasi dengan orang lain adalah bersedia
mendengarkan apa yang dikatakan orang lain. Orang yang memiliki kekuasaan
cenderung tidak memiliki motivasi untuk mau mendengarkan orang lain.
Mendengarkan tidak hanya sekedar menanyakan sesuatu kepada orang lain
melainkan mendidik diri kita sendiri. Jangan sampai kita menunggu orang lain untuk
mendidik diri kita.
Hipotesis Whorfrian
Yang terpenting dari bahasa dalam mempengaruhi sebuah budaya adalah poin
penting dari teori relativitas linguistik dari Edward Sapir (1958, 1964) dan muridnya
Benjamin Lee Whoff (1956). Hipotesis Whorfian menunjukkan bahwa bahasa
membentuk kebudayaan dan pola pikir individu. Sebagai contoh, di Inggris kita dapat
mengatakan “brother” atau “sister” ketika berbicara dengan saudara kandung. Kita
tidak perlu menspesifikasikan umur kecuali kalau kita ingin membedakan antara dua
saudara perempuan atau untuk menekankan umur hubungan, seperti “older sister”.
Akan tetapi, di Mandarin, Cina, tidak ada istilah umum untuk “brother,” “sister,”
“uncle” atau “aunt.” Mungkin disebabkan oleh yang lebih penting dari hubungan
keluarga tertentu dalam budaya cina. Satu-satunya kata yang belaku untuk kerabat
yang menentukan hubungan yang tepat seperti “big (kakak tertua) /older sister”,
“small (lahir setelah kakak pertama tetapi masih lebih tua dari yang mengatakan)
older sister,” “younger brother” dan “uncle on my mother’s side.”
Hipotesis Worfian mengindikasikan bahwa bahasa mempengaruhi cara komunikator
melihat dunia. Karena orang Cina harus membuat perbedaan hubungan mental untuk
berbicara bahasa Mandarin, mereka cenderung lebih peka terhadap perbedaan-
perbedaan dalam hubungan keluarga tertentu daripada komunikator yang berbehasa
Inggris. Namun, karena orang Inggris memiliki banyak kata untuk warna daripada
Cina, Cina jadi lebih cenderung melihat nuansa warna dari komunikator
Inggris.sebagai contoh, pikirkan seluruh kata yang merupakan sinonim dari merah
atau merupakan jenis-jenis dari merah: pink, pale pink, salmon pink, dan lain-lain.
Mandarin hanya memiliki satu kata untuk merah, dengan tambahan sebutan untuk
nuansa terang atau gelap.
Lambang Nonverbal
Ada banyak cara yang dapat digunakan untuk memulai interaksi nonverbal,
memperjelas hubungan, percakapan langsung, ekspresi untuk menunjukan emosi,
mengakhiri percakapan secara substansial dari budaya ke budaya. Contoh di bawah
ini akan menjelaskan secara singkat beberapa area penting dari perbedaan
komunikasi nonverbal yang bervariasi dengan budaya yang berbeda.
Ekman dan Friesen (1969) mengatakan lima tipe gerakan tubuh adalah emblem,
ilustrator, mempengaruhi tampilan, adaptor, dan regulaor. Emblem adalah gerakan
yang memiliki tujuan atau arti yang sama dengan kata, dan dengan mudah terjadi
kesalahpahaman (Ekman & Friesen, 1969). Sebagai contoh, saat orang Amerika ingin
memanggil teman mereka, mereka melambaikan tangan (membuka dan menutup
telapak tangannya). Sebagai tambahan orang Amerika selalu menggenggam tangan
mereka diantara bahu dan pinggang ketika teman-teman memanggil, sementara
orang Cina memegang tangan mereka dengan lurus sehingga tangan mereka berada
dibawah pinggang.
Ilustrator – isyarat yang menyertai kata-kata untuk penekanan – juga bervariasi dari
busaya ke budaya. Jakobson (1972) mendiskusikan kesulitan tentara Rusia dan
Bulgaria selama perang di Turkey pada 1877-78 dalam menyampaikan gerakan yang
menandakan “iya”. Saat ilustrator digunakan sebagai emblem untuk menggantikan
kata-kata, tentara Bulgaria tidak akan pernah yakin apakah saat tentara Rusia
menggelengkan kepala berarti “iya” atau “tidak.”
Perubah penampilan – gerakan tubuh yang mengekspresikan emosi - mungkin lebih
mirip antara budaya dari jenis-jenis gerakan (Condon & Yosef, 1975), tetapi bahkan
perubahan penampilan bisa mengindikasikan arti yang berbeda. Tersenyum dapat
mengindikasikan bahwa orang Cina sedang mencoba menutupi malu. Morsbach
(1982) mencatat bahwa orang Jepang juga menggunakan senyum dan tertawa untuk
menutupi kemarahan, kesedihan, atau kekecewaan.
Kategori lain dari perilaku nonverbal yang juga sering dikategorikan adalah kontak
mata. Di Amerika, orang yang menghindari kontak mata bisa diperkirakan malu atau
bahkan menghindar dan tidak dapat dipercaya. Orang Jepang, mengajarkan anak-
anak mereka untuk melihat atasan tidak pada mata karena memandang orang Jepang
langsung di mata kemungkinan menghasilkan efek membuat mereka sangat tegang,
karena kebudayaan tabu telah dilanggar (Morsbach, 1982).
Elemen nonverbal dari bahasa termasuk nada, stres, dan kualitas suara yang
menyediakan sumber tambahan dari perbedaan antar budaya. Sebuah bahasa adalah
salah satu yang bergantung pada kombinasi nada, stres, dan pola suara untuk
mengindikasikan antar suara. Sebagai contoh, di Mandarin Cina, mai dengan nada
tinggi berarti “membeli” sedangkan mai dengan nada rendah berarti “menjual.”
Bahasa nada seperti Mandarin, Taiwan, dan Kanton berbicara dengan variasi vokal
dibandingkan dengan bukan bahasa nada seperti Inggris.
Disamping lambang lisan dan tak lisan, kelompok anggota mempelajari kelakuan
yang dianggap tugas dan peraturan untuk menggunakan simbol-simbol tersebut.
Tugas seorang isteri atau suami di Amerika pastilah sekarang sangat-sangat berbeda
sekarang jika dibandingkan dengan tiga puluh tahun yang lalu ketika sebagian besar
wanita mengasuh anak di rumah dan sebagian besar pria menjadi satu-satunya tulang
punggung keluarga dalam sisi ekonomi. Budaya yang berbeda tentang bagaimana
para anggota diharapkan dapat memnuhi perannya untuk mencapai harapan yang
diinginkan.Beberapa kebudayaan dan tugas memperbolehkan kelonggaran dari pada
yang lainnya. Walaupun peran isteri telah berubah di Amerika Serikat, peran ibu
harus tetap sama dengan tiga puluh tahun yang lalu, menciptakan fenomena
"Superwoman" atau ”Supermom," wanita berusaha untuk memenuhi kedua tersebut
yaitu peran tradisional ibu dan peran perempuan baru dalam bisnis maupun
eksekutif. Ketik peran berganti atau tidak jelas, hal ini menimblukan atau
menciptakan stres bagi orang yang mencoba mengadopsi peran ini. Di dalam situasi
komunikasi antar budaya, pribadi dari kebudayaan lain mungkin akan berpikiran
jelek karena mereka tidak tahu perilaku yang ada dan berbeda dengan perilaku
mereka.
c.Menambah Pengetahuan
2. Fungsi Sosial
a.Pengawasan
b. Menjembatani
c.Sosialisasi Nilai
d.Menghibur
3.Mengurangi Ketidak-pastian
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar kesadaran diri (mindfulness) para
partisipan selama komunikasi. Ini mempunyai konsekuensi positif dan negatif.
Positifnya, kesadaran diri ini barangkali membuat kita lebih waspada. ini mencegah
kita mengatakan hal-hal yang mungkin terasa tidak peka atau tidak patut. Negatifnya,
ini membuat kita terlalu berhati-hati, tidak spontan, dan kurang percaya diri.
Komunikasi yang melibatkan multietnik tentu saja memerlukan strategi yang khusus
agar komunikasi yang dijalankan benar-benar memberikan pemahaman bagi pihak
yang terlibat dalam komunikasi. Berikut ini disampaikan beberapa strategi untuk
menghasilkan komunikasi antarbudaya yang efektif.
Prinsip-prinsip etika dan norma-norma yang relevan dalam bidang lain juga berlaku
bagi komunikasi antar budaya. Prinsip-prinsip etika social seperti misalnya
solidaritas, sub sidiaritas, keadilan dan kesamaan, serta pertanggung jawaban dalam
menggunakan sumber-sumber umum dan pelaksanaan peranan usaha-usaha umum
selalu bisa diterapkan. Komunikasi harus selalu penuh kebenaran, karena kebenaran
adalah hakiki bagi kebebasan individu dan demi komunitas yang otentik antara
pribadi-pribadi.
Etika dalam komunikasi antar budaya menyangkut bukan hanya apa yang adil,
dengan apa yang nampak dalam media, tapi sebagian besar juga diluar itu semua.
Dimensi etika tidak hanya menyangkut isi komunikasi (pesan) dan proses
komunikasi (bagaimana komunikasi dilakukan) tapi juga struktur fundamental dan
persoalan-persoalan yang menyangkut sistem, yang kerap kali menyangkut
persoalan-persoalan besar mengenai kebijakan yang berkaitan dengan pembagian
tehnologi yang canggih serta produknya, siapayang akan kaya informasi dan yang
akan miskin informasi. Persoalan-persoalan ini menunjuk ke persoalan lain yang
mempunyai implikasi ekonomi dan politik untuk kepemilikan dan kontrol.
Dalam komunikasi antar budaya, bagi orang yang mempunyai kehendak baik
sekalipun tidak selalu segera menjadi jelas bagaimanakah menerapkan prinsip-
prinsip etika serta norma-norma. Misalnya saja dalam kasus-kasus khusus seperti
refleksi, diskusi dan dialog diperlukan penerapan etika dan norma tersebut lebih
mendalam. Hal tersebut dikarenakan dialog semacam itu merupakan dialog yang
menyangkut antara komponen komunikasi atau para pembuat kebijakan mengenai
komunikasi, para komunikator profesional, para ahli etika dan moral, para penerima
komunikasi, dan orang-orang lain yang terkait.
Kekurangan:
1. Perbedaan latar belakang kultural dalam menafsirkan pesan, karena tidak ada
bahasa universal baik verbal maupun nonverbal, serta kesalahan dalam persepsi
sosial yang disebabkan oleh perbedaan-perbedaan budaya yang mempengaruhi
proses persepsi.
2.Nilam W. Juga menyatakan bahwa dalam komunikasi antardua pihak yang berbeda
budaya terdapat etnosentrisme, yaitu kecenderungan menganggap salah satu budaya
lebih baik atau lebih unggul dari budaya lain.
Kelebihan:
1. Membuka diri memperluas pergaulan;
4. Memperoleh kapasitas untuk benar-benar terlibat dengan anggota dari budaya lain
untuk menciptakan hubungan yang langgeng dan memuaskan orang tersebut.
5. Membantu memahami budaya sebagai hal yang menghasilkan dan memelihara
semesta wacana dan makna bagi para anggotanya
Selain itu, semakin cepatnya perubahan dan kompetisi yang terjadi dalam dunia
komunikasi massa membuat para insan media dapat dengan mudah kehilangan
pandangannya tentang implikasi etika dari apa yang mereka kerjakan. Sebagaimana
telah kita pahami bersama bahwa media massa memiliki pengaruh terhadap persepsi
budaya dan sikap khalayak. Oleh karena itu, adalah penting bagi para kreator isi
media maupun pemilik media untuk memperhatikan isu-isu etika dalam komunikasi
massa.
Pengertian
Untuk mengetahui apa itu etika komunikasi massa, ada baiknya kita pahami kembali
arti etika yang telah dikemukakan oleh para ahli. Beberapa diantaranya adalah
sebagai berikut :
Dengan potensi pesan komunikasi massa yang dapat mencapai khalayak yang sangat
luas, maka potensi pesan dalam komunikasi massa berkonsekuensi positif atau
negatif melebihi pesan komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi,
komunikasi kelompok, atau komunikasi publik. Oleh karena itu, saat membahas
komunikasi massa dan media, kita harus memperhatikan segala sesuatu yang terkait
erat dengan etika. Komunikasi melalui media massa yang etis merupakan hal yang
paling mendasar bagi pemikiran yang bertanggung jawab, pengambilan keputusan,
dan pengembangan hubungan dengan masyarakat di dalam konteks maupun antar
konteks baik budaya, media atau saluran komunikasi, dan media
Dibandingkan dengan etika yang memiliki jejak sejarah yang sangat panjang, etika
dalam komunikasi massa pertama kali muncul pada kisaran abad 20 sebagai bentuk
reaksi perlawanan terhadap ekses atau dampak adanya kebebasan yang ekstrim dari
Teori Pers Liberal atau Libertarian.
Cakupan
Etika komunikasi massa terkait dengan peraturan kepemilikan media, media dan
globalisasi, dan representasi keragaman. Etika komunikasi massa mencakup
beberapa bidang, diantaranya adalah etika jurnalistik serta etika media.
1.Etika jurnalistik
Etika jurnalistik merupakan bagian dari etika komunikasi massa. Konsep awal etika
jurnalistik adalah untuk melayani kemanusiaan dibandingkan mencapai tujuan
jurnalis sendiri. Yang dimaksud dengan etika jurnalistik adalah cabang filsafat yang
membantu para jurnalis untuk menentukan bahwa apa yang dilakukannya adalah
benar dan memberikan standar bagi para jurnalis dimana ia dapat menilai berbagai
tindakan adalah benar atau salah, baik atau buruk, bertanggung jawab atau tidak
bertanggung jawab. Lebih jauh, etika jurnalistik didefinisikan sebagai jurnalistik yang
baik atau jurnalistik yang buruk serta berbagai kewajiban yang dimiliki para jurnalis
sebagai sebuah profesi.
2. Etika media
Media massa diatur dengan hukum dan sebuah sistem etika. Tanpa adanya hukum
dan etika maka media massa dapat disalahgunakan atau dimanfaatkan oleh pihak-
pihak yang tidak bertanggung jawab dan memiliki kepentingan tertentu. Yang
dimaksud dengan etika media adalah cabang filsafat yang membantu para profesional
media untuk memiliki standar moral.
Etika media membantu siapapun yang terlibat dalam kegiatan jurnalistik untuk
memutuskan apakah jurnalistik yang baik dan apakah jurnalistik yang buruk, apa
yang dapat diterima dan apa yang tidak dapat diterima melalui kinerja jurnalis dalam
meliput, memproses, dan menyebarkan beragam pesan yang dirancang sebagai
pencerahan dan hiburan bagi masyarakat. Etika media juga dapat didefinisikan
sebagai aturan yang memandu para jurnalis dan organisasi berita agar apa yang
mereka kerjakan tidak merusak citra profesi dan citra media yang bersangkutan.
a. Pengambilan Keputusan
Yang dimaksud dengan pengambilan keputusan yang etis adalah proses yang harus
dilalui oleh para praktisi media massa dalam membuat keputusan yang etis. Kode etik
wartawan telah menyuguhkan pedoman yang jelas bagi para praktisi media massa
ketika mereka dihadapkan dengan dilema etis. Para ahli berpendapat bahwa terdapat
dua hal yang dibutuhkan oleh para praktisi media massa untuk membuat keputusan
yang baik, yaitu :
Pemahaman yang baik tentang etika dan konsep serta proses pengambilan
keputusan yang etis
Seperangkat aturan untuk membuat keputusan
b. Dilema
Yang dimaksud dengan dilema etis adalah sebuah situasi dimana seorang individu
atau sebuah organisasi media berita harus memilih antara dua atau lebih akibat
tindakan, yang masing-masing menyajikan konflik dalam nilai-nilai dan/atau tidak
ada kesepakatan mengenai proses atau hasil yang diinginkan bersifat etis.
Dalam media, kode etik seringkali mengurangi ambiguitas para profesional media
massa ketika berkonfrontasi dengan sebuah situasi yang melibatkan etika. Misalnya
saja berbohong adalah salah satu bentuk pelanggaran bagi semua kode etik
jurnalistik. Banyak sekali hal lain yang berada dalam ranah abu-abu yaitu :
A. Sensor
B. Ujaran kebencian
Hal ini sebenarnya marak di berbagai Negara tak terkecuali Indonesia. Haruskah
media berita mempublikasikan atau menyiarkan isi berita yang mengandung ujaran
kebencian atau informasi yang salah? Beberapa media massa menolak untuk
menerbitkan surat yang mengandung ujaran kebencian karena khawatir akan
menyakiti kelompok atau golongan tertentu. Namun, beberapa jurnalis memiliki
pandangan yang berbeda.
C. Terorisme
Hal ini berkaitan dengan apakah media harus menerbitkan transkrip atau
menyiarkan video yang dibuat oleh teroris. Tentu kita pernah melihat video
pernyataan teroris melalui televisi atau media online. Di Amerika Serikat, beberapa
pihak menyatakan bahwa menyiarkan atau menerbitkan pernyataan yang
dilancarkan oleh teroris merupakan salah satu bentuk propaganda. Dan karenanya,
dapat memicu kebencian dan dapat membahayakan keamanan warga. Namun, tidak
sedikit pula jurnalis yang tidak sepakat dengan hal ini. Mereka yang sepakat dengan
penerbitan atau penayangan pernyataan teroris berpendapat bahwa masyarakat
berhak tahu apa yang dikatakan oleh teroris. Dengan menahan atau tidak
mempublikasikan informasi semacam itu maka orang akan mengalami kesulitan
untuk melindungi diri mereka sendiri dan memahami pokok permasalahan yang
sebenarnya
D. Sumber anonim
F. Kata-kata kasar
Apakah jurnalis dapat menggunakan identitas palsu dan kamera tersembunyi dalam
rangka untuk melakukan penyamaran atau kegiatan yang tidak sah? Beberapa
jurnalis berpendapat bahwa kedua hal itu tidak boleh dilakukan karena dapat
mengurangi kepercayaan publik terhadap jurnalistik sebagai institusi. Sementara itu,
jurnalis lain berpendapat bahwa kedua hal itu boleh dilakukan sepanjang tidak ada
lagi cara lain yang dapat dilakukan selain menyamar untuk memperoleh kisah berita.
Apakah iklan berisi klaim yang berlebihan? Beberapa praktisi iklan berpendapat
bahwa iklan tidak seharusnya berlebihan dalam menampilkan suatu produk atau
layanan. Beberapa praktisi lainnya berpendapat bahwa sebagian besar iklan memang
berisi klaim yang berlebihan dan hal itu tidak menjadi masalah sepanjang masyarakat
dapat menerima klaim tersebut sebagai bagian dari industri perikalanan.
Apakah pemilik media berita juga memiliki bisnis lain di luar media dalam
masyarakat? Apakah pemilik media dapat menggunakan perusahaan media berita
untuk mengakomodasi kepentingan pribadinya? Beberapa jurnalis berpendapat
bahwa pemilik media sebaiknya tidak memiliki bisnis lain karena dapat menyulitkan
organisasi media yang bersangkutan dalam memberikan pelaporan secara obyektif
kepada publik. Sebagian besar jurnalis berpendapat bahwa pemilik media tidak
menggunakan perusahaan media untuk kepentingan pribadi karena dapat merusak
kepercayaan publik dan tradisi jurnalistik yang mandiri. Sementara itu, jurnalis lain
berpendapat bahwa pemilik media berita dimungkinkan untuk memiliki investasi di
bidang lain dan tidak peduli bagaimana investasi itu dapat berdampak pada peliputan
berita.
L. Gambar-gambar sensitif
M. Merekam pembicaraan
Apakah media berita dapat merekam pembicaraan sumber tanpa diketahui oleh yang
bersangkutan untuk melindungi diri mereka sendiri melawan hukum? Beberapa
jurnalis berpendapat bahwa merekam pembicaraan tanpa sepengetahuan yang
bersangkutan merupakan bentuk pelanggaran privasi sumber. Pendapat lain
menyatakan bahwa hal itu tidak masalah. Perlu dipahami pula bahwa perekaman
yang dilakukan oleh pihak ketiga adalah perbuatan ilegal atau tidak sah.
Apakah media berita memperoleh sebagian besar berita dan informasi dari sumber
elit atau haruskah jurnalis memperoleh berita dari kelompok lain selain kelompok
elit? Beberapa peneliti dan praktisi berpendapat bahwa hal itu adalah tidak etis
dilakukan oleh media berita. Mereka berpendapat bahwa jurnalis hendaknya juga
mengumpulkan lebih banyak berita dari kelompok-kelompok yang tidak
menguntungkan seperti kelompok minoritas dan kelompok miskin. Peneliti lain
berpendapat bahwa jurnalistik sipil atau jurnalistik publik adalah salah satu metode
untuk memecahkan masalah ini dan jurnalisme masa kini lebih sensitif untuk
memenuhi kelompok ini dibandingkan sebelumnya.
Kesimpulan