Anda di halaman 1dari 18

78 Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 5, No. 1, Oktober 2020, hlm.

78-95

Monitoring dan evaluasi humas pemerintah dalam penggunaan


media sosial untuk memerangi hoaks
Kurniati 1, Muhammad Munir2, Lilik Hamidah3, Annisa Shah Rizky4
1,2,3,4
Univertas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, Indonesia

ABSTRAK

Monitoring dan evaluasi komunikasi merupakan bagian penting dari manajemen komunikasi Humas
Pemerintah dalam menyampaikan informasi pada masyarakat. Humas Pemerintah pada dasarnya sebagai
manajemen dan supaya organisasi bisa beradaptasi, berubah atau memelihara lingkungan supaya sejalan
dengan target tujuan organisasi. Terutama yang berkenaan dengan wabah hoaks yang hingga saat ini geliatnya
masih ada. Digunakannya YouTube sebagai salah satu pilihan dan saluran penyampai informasi adalah tepat
mengingat YouTube menduduki peringkat terbanyak di media online Indonesia. Hal ini didukung oleh data
baik dari dalam bentuk peneletian literatur maupun survey. Banyaknya pengguna YouTube tidak serta merta
berimbas pada salah satu video anti hoaks yang diunggah Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik
(Ditjen IKP) lewat akun resminya. Fokus dari penelitian ini ingin mengetahui bagaimana proses kerja Ditjen
IKP dalam menentukan pemilihan media sosial, dan bagaimana respons masyarakat terhadap pilihan video
tersebut. Penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dan teori sistem, teori sistem memandang bahwa
komunikasi yang dilakukan Humas terjadi dalam suatu sistem yang saling berhubungan dan berpengaruh.
teknik pengumpulan data dengan melakukan wawancara mendalam terhadap beberapa informan serta teknik
youtube analytics. Berdasarkan hasil penelitian, pada dasarnya Ditjen IKP sebagai humas pemerintah telah
melaksanakan sesuai dengan prosedur manajemen komunikasi, tepat menjatuhkan pilihan pada Youtube dan
tepat memilih judul yang aktual. Namun dalam implementasinya masih kurang optimal yang disebabkan
karena kualitas unggahan yang kurang menarik, sehingga ini berakibat pada minimnya jumlah viewers
maupun subscribers yang menjadi kendala terhadap informasi yang ingin disampaikan pada masyarakat.

Kata-kata Kunci: Monitoring; evaluasi; humas pemerintah; Youtube; hoaks

Government public relations’ monitoring and evaluating in using social


media to fight hoax
ABSTRACT

Monitoring and evaluating of communication is an important part of the management of Government Public
Relations communication in conveying information to the public. Government PR is basically as management
and so that the organization can adapt, change, or maintain the environment so that it is in line with the goals of
the organization. Especially with regard to the hoax outbreak which until now still stretching. Using YouTube
as an option and an information channel is appropriate considering YouTube ranks the most in online media
in Indonesia. This is supported by data both in the form of literature research and surveys. A large number
of YouTube users do not necessarily affect one of the anti-hoaks videos uploaded by the Directorate General
of IKP through its official account. The focus of this research is to find out how the Directorate General of
IKP’s work processes in determining social media selection, and how the community’s response to the video
choice. This study uses descriptive qualitative and system theory, system theory views that communication
by PR occurs in a system that is interconnected and influential. data collection techniques by conducting in-
depth interviews with several informants and youtube analytics techniques. Based on the research results,
basically the Directorate General of IKP as government public relations has carried out in accordance with
communication management procedures, the right to choose YouTube, and the right to choose the actual title.
However, the implementation is still less than optimal due to the unattractive upload quality.

Keywords: Monitoring; evaluation; government public relations; Youtube; hoax

Korespondensi: Kurniati Muhajirin, S.Sos.I. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel. Jl. Ahmad Yani No.117,
Jemur Wonosari, Kec. Wonocolo, Surabaya, Jawa Timur 60237. Email: kurniamuhajirin16@gmail.com

Submitted: June 2020, Accepted: October 2020, Published: October 2020


ISSN: 2548-3242 (printed), ISSN: 2549-0079 (online). Website: http://jurnal.unpad.ac.id/manajemen-komunikasi
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 5, No. 1, Oktober 2020, hlm. 78-95 79

PENDAHULUAN Kurniasih yang berpendapat, bahwa terdapat

empat komponen penggunaan media sosial


Humas pemerintah sebagai alat
oleh PR pemerintah, yaitu; pertama, media
penyelenggara negara mempunyai kewajiban
sosial dibentuk sedemikian rupa dengan tujuan
memberikan layanan kepada publik, dalam
menjaga dan menaikan citra lembaga di mata
rangka menjalankan fungsinya sebagai pelayan
publik serta menggali seluruh aspirasi yang
masyarakat. Pelayanan informasi adalah salah
public berikan. Kedua, media sosial adalah
satu hak yang dimiliki publik sebagai akses
media interaktif, di mana PR selain dapat
untuk mendapatkan informasi tentang berbagai
berkomunikasi langsung juga dapat lebih
produk pemerintah dan laporan tentang program
dekat kepada publik, selalu up to date (berita
pemerintahan yang telah dilakukan.
/ informasi terbaru) serta responsive (merespon
Hal tersebut berdasarkan pada UU No. 18
dengan tanggap bila mendapat pertanyaan
pada Tahun 2008 yang menjelaskan Keterbukaan
dari publik). Ketiga, media sosial merupakan
Informasi Publik (KIP), yang mengatur hak
dokumentasi online, perekam digital yang
warga negara dalam pemenuhan kebutuhan akan
berkekuatan hukum. Untuk itu, PR harus
informasi. Dalam menjalankan komunikasi
paham informasi apa yang layak yang harus
publik, beragam disiplin ilmu atau studi
disampaikan dan bagaimana menyampaikannya
meletakkan media sosial sebagai platform bagi
kepada public. Keempat, media sosial memiliki
Public Relation. Public Relation mempunyai
jangkauan yang sangat luas melewati teritorial
otoritas dalam menganalis profil pengguna
tanpa batas. Untuk itu PR perlu memahami
maupun melakukan update (pembaruan) media
bagaimana cara dalam menyampaikan informasi
sosial dalam berinteraksi dengan beragamnya
tanpa melanggar etika budaya sekitar (Huang,
seluruh stakeholder (pemilik kepentingan)
2001).
(Yang & Taylor, 2015), sedangkan pada studi
Kegiatan media sosial lembaga pemerintah
yang lain media sosial ditempatkan sebagai
dalam hal ini bidang informasi dan komunikasi
sarana berkomunikasi yang strategis. Pada
publik, tidak cukup hanya menayangkan dan
tataran praktis, penggunaan teknologi informasi
menyebarluaskan konten, dalam hal ini juga
dan komunikasi dalam mengelola kehumasan
perlu dibarengi monitoring dan evaluasi. Tujuan
menjadi acuan dari munculnya istilah Public
dari monitoring tidak lain adalah memantau
Relation 2.0 (R Kriyantono, 2015).
agar kegiatan konten yang ada dan berjalan
Hal tersebut ditekankan kembali oleh
efektif dan efisien (Rachmat Kriyantono, 2018).
Monitoring dan evaluasi humas pemerintah dalam penggunaan media sosial untuk memerangi hoaks
(Kurniati , Muhammad Munir, Lilik Hamidah, Annisa Shah Rizky)
80 Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 5, No. 1, Oktober 2020, hlm. 78-95

Evaluasi responsive untuk melihat sejauh secara kelompok / organisasi yang tidak dapat

mana tingkat respons masyarakat terhadap dipertanggungjawabkan kebenarannya atau

informasi yang telah disampaikan. Sehingga terindikasi hoaks (Suryani, 2013).

tujuan besar yang ingin diharapkan dapat Hoaks adalah sebuah fenomena yang

tercapai. Dengan semangat kebebasan dalam tersebar melalui informasi yang tersebar luas

bermedia sosial, humas pemerintah diharapkan tanpa ada lesensi pertanggungjawabannya,

dapat memilih dan memilah beragam media tidak adanya lesensi itu karena belum ada

sosial yang dapat menjadi saluran untuk bukti kuat terjadinya suatu fenomena tersebut.

mengirim dan menerima informasi bagi Membedakan berita yang fakta dan tidak

masyarakat luas, tidak hanya publik internal sangatlah sulit karena semua orang berlomba

(yang berada dalam struktur pemerintahan) untuk mengirimkan informasi tersebut supaya

namun juga publik eksternal (R Kriyantono, dianggap orang yang pertama memviralkan

2012). (Yunita, 2017). Survey Mastel yang dicoba

Teknologi komunikasi dan informasi kepada 1.146 responden, atau setara dengan

berkembang mengikuti perkembangan zaman 44,3% sering menerima berita hoaks setiap hari

dengan adanya beragam media termasuk dan 17,2% menerima berita hoaks lebih dari

media online. Kemudahan serta efisiensi yang 1 kali perhari. Media menjadi arus utama dan

ditawarkan media online dalam penggunaannya terpercaya sebagai media tetapi tidak menutup

menjadikan media ini menjadi wadah kemungkinan terhindar dari penyebaran hoaks

penyebaran informasi yang sangat berpengaruh (Hasil Survey Wabah HOAX Nasional 2017).

pada masyarakat. Media berfungsi sebagai arus utama

Media online tidak hanya mengubah cara dalam penyebaran berita hoaks, yang terinci

penyampaian informasi tetapi juga mengubah sebagai berikut; Radio, 1,20%, media cetak

cara masyarakat mengkonsumsi informasi 5% dan televisi 8,70%. Tidak hanya sebagai

tersebut. Saat ini penyebaran informasi atau arus utama media, tetapi hoaks sangat banyak

berita melalui media online tidak hanya beredar di masyarakat melalui media online.

dilakukan oleh situs berita yang sudah Hasil penelitian Mastel mengungkapkan bahwa

dikenal oleh masyarakat, namun oleh siapa saluran yang paling sering dilakukan untuk

saja pengguna internet dapat berperan dalam penyebaran hoaks adalah situs web dengan

penyebaran suatu informasi. Sayangnya banyak persentase 34,90%, media chatting dengan

informasi atau berita tersebar secara independen, presentase 62,80%, dan media sosial dengan

Monitoring dan evaluasi humas pemerintah dalam penggunaan media sosial untuk memerangi hoaks
(Kurniati , Muhammad Munir, Lilik Hamidah, Annisa Shah Rizky)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 5, No. 1, Oktober 2020, hlm. 78-95 81

presentase 92,40% . Dari data yang dipaparkan di Dunia Maya”. Internet dipandang sebagai

oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika dunia dalam bentuk lain (maya) karena hampir

sebanyak 800 ribu situs di Indonesia sudah seluruh aspek kehidupan di dunia nyata ada di

terdeteksi sebagai penyalur berita hoaks dan internet, misalnya, bisnis, hiburan, olahraga,

ujaran kebencian (Hasil Survey Wabah HOAX politik, dan lain sebagainya (Rachman, 2017).

Nasional 2017). Dilansir dari halaman Kominfo (Desember,

Fenomena hoaks di Indonesia ini 2016) dalam mengenal generasi milenial,

dipandang menimbulkan beragam masalah. terdapat beberapa penelitian mengenai itu.

Kemunculannya semakin banyak pada saat Pertama, penelitian Ericsson yang khusus

Dewan Pers Indonesia menilai hoaks telah meneliti pergeseran perilaku dimana teknologi

memasuki tahap serius. Apalagi hoaks memiliki justru mengikuti gaya hidup masyarakat

rentang yang sangat luas, mulai dari yang satir milineal. Survey ini menggunakan 4000

untuk menyindir sampai yang dipublikasikan responden yang tersebar pada 24 negara.

melalui berbagai channel informasi. Mulanya Kedua, perubahan gaya hidup yang dimaksud

masyarakat mencari suatu fakta melalui media adalah streaming native (layanan streaming

mainstream, tetapi saat ini hoaks telah masuk video), menghabiskan waktu 3 jam/hari di

ke dalam lingkup lain di media sosial dan depan perangkat mobile, mengandalkan media

teradopsi secara bebas di media mainstream sosial dalam mencari informasi, apalagi bila

tanpa ada sebuah pengamatan. terjadi suatu peristiwa teraktual, misalnya

Masyarakat saat ini, baik generasi milenial peristiwa pemboman, maka konsumsi mereka

maupun generasi sebelumnya yang sudah terhadap streaming video mencapai 3 kali lipat

‘melek’ digital banyak berinteraksi dengan (Fitra Nurani, 2019). Ketiga, adalah penelitian

jejaring internet, seperti jejaring sosial (social dari Norton Cyber Security yang mengeluarkan

networking), surat elektronik (e-mail), bank Insight Report November 2016. Menurut

internet (e-banking), maupun buku internet Director Asia Consumer Business Norton by

(e-book) yang dianggap lebih simpel, praktis Symantec Chee Choon Hong, bahwa perubahan

dan ekonomis. perilaku generasi ini adalah kebiasaan keamanan

Hampir semua bidang kehidupan tidak daring yang mengendur yang justru membuka

terlepas dari internet. Pendapat ini sesuai dengan ancaman siber bagi pengguna internet. Terdapat

penelitian R.F Rahman dalam review buku yang 28% pengguna tidak mengenali jenis malware

berjudul “Menelaah Riuh Budaya Masyarakat yang dapat meretas akun email dan 20%
Monitoring dan evaluasi humas pemerintah dalam penggunaan media sosial untuk memerangi hoaks
(Kurniati , Muhammad Munir, Lilik Hamidah, Annisa Shah Rizky)
82 Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 5, No. 1, Oktober 2020, hlm. 78-95

pengguna membagi kata sandi dengan senang tersebut, terkecuali beberapa informasi yang

hati. Hal ini berdasarkan penelitian yang bersifat rahasia dan terbatas sebagai bentuk

dilakukan secara daring pada 20.907 responden perlindungan terhadap kepentingan yang lebih

di 21 negara. Keempat, penelitian dari besar.

Infografis Indonesia menyimpulkan bahwa usia Kata hoaks itu sangat populer dalam

milenial di Indonesia, sebanyak 80 juta orang media sosial yang bisa memberikan suatu

dengan rentang kelahiran dari tahun 1976- dampak yang menimbulkan keprihatinan

2001. Perilaku Milenial rata-rata mengalihkan kepada masyarakat. Telah banyak upaya dan

perhatiannya dari berbagai kegiatan, seperti di usaha yang dilakukan oleh pemerintah dalam

laptop, handphone dan televisi kurang lebih memerangi tersebarannya berita hoaks, akan

27 kali/jamnya. Angka tersebut meningkat tetapi berbagai masalah hoaks seakan tetap

dari 17 kali dari generasi sebelumnya. Dalam menjadi pertikaian antarsuku, agama, dan ras,

bidang pekerjaan, milenial lebih memiliki seperti yang terjadi saat ini misalnya pertikaian

pada pekerjaan bermanfaat dari pada fee yang antara etnis Jawa dan Papua yang dipicu karena

besar. Dalam dunia hiburan, rata-rata milenial adanya berita yang tidak benar dan belum

menikmati 18 jam/hari hanya untuk menonton dilakukannya olah lapangan tentang kejadian

film, game online, atau hanya menonton berita yang sebenarnya sehingga menjadikan kedua

di televisi. belah pihak terpisah, bahkan terpecah-belah

Berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor (Kusumaningrum, 2015).

61 tahun 2010 definisi informasi publik Berita hoaks dapat menghasilkan

adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, utilitas untuk beberapa konsumen, tetapi

dikelola, dikirim, dan/atau diterima oleh juga membebankan biaya pribadi dan sosial

suatu badan publik yang berkaitan dengan dengan mempersulit konsumen untuk

penyelenggara dan penyelenggaraan negara menyimpulkan keadaan dunia yang sebenarnya

dan/atau penyelenggara dan penyelenggaraan misalnya, dengan mempersulit pemilih untuk

badan publik lainnya sesuai dengan Undang- menyimpulkan calon pemilih mana yang

Undang tentang keterbukaan informasi mereka sukai (Allcott & Gentzkow, 2017).

publik serta informasi lain yang berkaitan Kelompok manusia yang memanfaatkan

dengan kepentingan publik. Dari hal di atas hoaks tidak segan dengan hanya berkampanye

dapat dipahami bahwa setiap orang memiliki negatif tapi juga berkampanye hitam.

kesempatan yang sama dalam mendapatkan hak Secara legal, kampanye negatif tidak

Monitoring dan evaluasi humas pemerintah dalam penggunaan media sosial untuk memerangi hoaks
(Kurniati , Muhammad Munir, Lilik Hamidah, Annisa Shah Rizky)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 5, No. 1, Oktober 2020, hlm. 78-95 83

dilarang karena bertujuan menginformasi ke meskipun belum sepenuhnya berhasil. Menurut

masyarakat tentang sisi kekurangan dari para survey Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet

kandidat. Selanjutnya, hoaks juga berpotensi Indonesia (APJII) pada tahun 2012 bahwa

menghambat pembangunan. Pembangunan pengguna internet sebanyak 63 juta orang,

disini, bukan hanya pembangunan secara fisik lalu pada tahun 2013 meningkat menjadi 82

(infrastruktur) namun juga pembangunan secara juta orang (Asosiasi Penyelenggara Jasa

non fisik, seperti: pengembangan sumber daya Internet Indonesia, 2020). Survey APJII

manusia baik secara skill maupun intelektual, 2017 memaparkan bahwa pengguna intenet

kesejahteraan masyarakat hingga keadilan meningkat hingga 54,68% dari total penduduk

sosial bagi seluruh masyarakat (Hasil Survey Indonesia atau lebih dari 100 juta orang.

Wabah HOAX Nasional 2017). Banyaknya jumlah pengguna internet di atas

Sehubungan dengan banyaknya dapat menjadi peluang dan potensi yang dapat

bermunculan kanal yang tidak terpercaya dimanfaatkan Humas Pemerintah.

yang justru menjadi rujukan mayarakat, Latar belakang masalah berawal dari Video

Kementerian Komunikasi dan Informasi ‘Deklarasi Anti Hoaks” yang diunggah oleh

sudah melakukan tindakan preventif dengan seorang reuploader di channel youtubenya,

memblokir 11 situs yang diputuskan memiliki subscriber dan penontonnya tergolong sedikit,

kandungan bernuansa negatif dan ujaran serta meski demikian hal tersebut membuka jalan

ajakan kebencian. Kesebelas situs itu adalah: kepada khalayak luas untuk mengakses

voa-islam.com; nahimunkar.com; kiblat. video tersebut dan tentunya hal itu tetap akan

net; bisyarah.com; dakwahtangerang.com; meninggalkan jejak digital. Disisi lain, beberapa

islampos.com; suaranews.com; izzamedia.com; penelitian dari berbagai sumber baik dalam

gensyiah.com; muqawamah.com; abuzubair.net bentuk literatur, survey maupun bimbingan

(Islami, 2017). teknologi yang dilakukan langsung oleh

Hal tersebut bertujuan agar masyarakat Ditjen IKP menyatakan bahwa youtube adalah

terhindar dari pemberitaan-pemberitaan hoaks media sosial yang paling diminati masyarakat

yang dapat memicu dan memecah belah Indonesia.

keharmonisan masyarakat dalam bernegara Namun, judul yang menarik ternyata

serta dalam rangka menyampaikan informasi tidak dapat memberikan dorongan lebih pada

yang validitasnya terpercaya. Upaya seperti pengguna internet untuk menonton, ataupun

ini terus dilakukan secara berkesinambungan memberi komentar, meskipun ada argumentasi
Monitoring dan evaluasi humas pemerintah dalam penggunaan media sosial untuk memerangi hoaks
(Kurniati , Muhammad Munir, Lilik Hamidah, Annisa Shah Rizky)
84 Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 5, No. 1, Oktober 2020, hlm. 78-95

yang menyatakan bahwa saat ini ditemukan menyampaikan pesan atau informasi terlebih

mesin atau alat yang dapat meningkatkan kepada para generasi muda yang banyak

jumlah follower secara instan. Tetap saja jumlah menggunakan media sosial ini sebagai tempat

viewers maupun subscribers menjadi salah satu mencari informasi dan berita (Pratama &

indikator dari keberhasilan sebuah unggahan Sihombing, 2019).

dapat di youtube. Penelitian di atas menjelaskan secara

Penelitian ini berangkat dari penelitian umum media sosial yang digunakan oleh

sebelumnya yang dilakukan oleh Ekky Dwi Kemenkominfo, maka fokus dari penelitian ini

Pratama yang berjudul “Strategi Komunikasi adalah Ditjen IKP Kemenkominfo dan media

Kominfo dalam Menghadapi Fenomena sosial yang digunakan yaitu channel youtube

Penyebaran Ujaran Kebencian” yang dalam menayangkan video Deklarasi Anti

memaparkan bahwa dalam konteks menghadapi Hoaks. Monitoring dan evaluasi komunikasi

fenomena penyebaran ujaran ini media yang merupakan bagian dari manajemen komunikasi

digunakan sebagai sarana penyebaran pesan untuk itu kami juga tertarik untuk mengetahui

oleh Kementrian Komunikasi dan Informasi bagaimana proses kerja Ditjen IKP dalam

adalah media online, media sosial dan media menentukan pemilihan media sosial, hingga

konvensional mengadaptasi pendekatan media timbul keinginan lebih jauh untuk mengetahui

convergence, karena target sasaran pesan yang bagaimana respon masyarakat terhadap pilihan

akan disampaikan sangat banyak dan luas maka video tersebut. Monitoring dan evaluasi

penggunaan berbagai bentuk media untuk pada humas pemerintah dalam memilih dan

menyampaikan pesan menjadi sangat relevan. menggunakan channel youtube dengan gugahan

Pemerintah dalam hal ini Kemenkominfo videonya yang berjudul “Deklarasi Anti Hoaks”.

menggunakan berbagai media baik online Pada akhirnya hasil dari penelitian ini menjadi

maupun konvensional yang berskala nasional masukan positif bagi pemerintah khususnya

maupun lokal untuk menyampaikan pesan dan Ditjen IKP dan bagi masyarakat secara luas

informasi kepada publik, seperti menggunakan mengingat fenomena hoaks masih berpotensi

media televisi nasional, koran nasional, radio untuk muncul kembali.

nasional, portal berita nasional dan begitu Penelitian lain juga mengungkapkan

pula dengan media lokal. Selain menggunakan gencarnya penyebaran berita bohong semakin

media-media tersebut Kemenkominfo juga merajalela. Survei Mastel 2017 mengatakan

memanfaatkan media sosial sebagai sarana bahwa banyak menerima hoax yang melebih

Monitoring dan evaluasi humas pemerintah dalam penggunaan media sosial untuk memerangi hoaks
(Kurniati , Muhammad Munir, Lilik Hamidah, Annisa Shah Rizky)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 5, No. 1, Oktober 2020, hlm. 78-95 85

kadarnya yaitu lebih dari satu kali per hari. Penggunaan teori dalam penelitian ini

Dalam hal ini media sosial ada media yang adalah teori sistem komunikasi Humas / Public

paling banyak digemari dalam melakukan Relations (PR). Teori ini diadopsi dari teori

penyebaran hoaks. Keraguan masyarakat sistem sosial di mana humas dalam beraktifitas

dalam menerima berita dan informasi karena pasti melibatkan masyarakat disekitarnya baik

adanya fenomena hoaks yang terjadi di negara dalam hal budaya, ekonomi maupun politik.

Indonesia. Pemanfaatan ini digunakan oleh Menurut Owens, teori sistem mempunyai dua

kelompok yang tidak bertanggungjawab untuk konsep dasar yaitu yang pertama adalah konsep

meluncurkan fitnah dan kebencian kepada subsistem yang melihat hubungan antar bagian

kelompok lainnya. sebagai hubungan sebab akibat dan yang

Penelitian ini akan meneliti interaksi dan kedua adalah hubungan yang saling berkaitan,

komunikasi yang tercipta dengan dinamis maksudnya adalah tiap bagian merupakan

dari kelompok yang mengirim atau menerima kumpulan yang tiap subnya mempunyai

pesan hoaks yaitu mereka yang tidak senang keterkaitan. Teori ini digunakan untuk

dengan pemerintah. Orang yang menerima menganalisa alur proses humas pemerintah

pesan adalah pihak tidak terima dengan kinerja dalam hal ini adalah Ditjen IKP Kominfo

pemerintah dengan bantahan hoaks sebagai sebagai sub bagian dari Kemenkominfo

support pada pemerintah. Adanya hoaks (Rachmat Kriyantono, 2018).

lebih tertuju pada motif politik dan hal ini Teori sistem komunikasi humas, menurut

sangat kental di dalam kasus hoaks dan lebih Kriyanto adalah teori sistem yang memandang

prioritas untuk menjatuhkan kepemerintahan bahwa komunikasi yang dilakukan humas

yang sedang memimpin atau secara garis terjadi dalam suatu sistem saling terhubung

besar untuk menggagalkan Ahok mencalonkan dan saling terpengaruh, komunikasi ini

gubernur DKI Jakarta. Tersebarnya hoaks yang penting bagi lancarnya operasional seluruh

bertubi-tubi digunakan di media sosial dapat sistem operasional seluruh sistem organisasi,

menciptakan pendapat publik tentang semua karena komunikasi mengintegrasikan semua

berita adalah benar. Terdapat tiga pendekatan elemen dalam bentuk koordinasi dan terjalin

penting dalam memerangi penyaluran hoaks kerja sama sehingga bisa menjaga stabilitas

di lingkungan masyarakat yaitu pendekatan sistem. Dengan kata lain, menurut teori sistem,

kelembagaan, teknologi dan edukasi (literasi) humas memiliki kemampuan memengaruhi

(Juditha, 2018). berfungsinya keseluruhan sistem organisasi


Monitoring dan evaluasi humas pemerintah dalam penggunaan media sosial untuk memerangi hoaks
(Kurniati , Muhammad Munir, Lilik Hamidah, Annisa Shah Rizky)
86 Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 5, No. 1, Oktober 2020, hlm. 78-95

(Rachmat Kriyantono, 2015). ini menggunakan metode penelitian dengan


Berdasarkan latar belakang tersebut pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk
maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan dan mencari, mengumpulkan,
mengetahui rancangan komunikasi yang mengolah dan menganalisis data hasil penelitian.
terjadi di media sosial serta bagaimana cara Menurut Bogdan dan Taylor, penelitian
mengatasinya. kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan

jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan


METODE PENELITIAN
data, menelaahnya dengan terinci yang

Metode penelitian ini adalah penelitian dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari

kualitatif. Prosedur penelitian yang ditetapkan dan mencipatkan pola, mendapatkan hal

dalam penelitian ini yaitu yang menghasilkan yang penting sehingga bisa dipelajari, dan

data deskriptif yaitu perkataan, tulisan serta menghilangkan hal yang salah serta tidak boleh

perilaku perlu diamati dari manusia yang diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2013).

menjadi objek dari segala sesuatu. Penelitian Definisi di atas didasari sebuah kesimpulan

dilakukan dengan melakukan pendekatan bahwa langkah pertama dari analisis data

pada pengalaman subjektif dari berbagai adalah mengumpulkan fakta, data yang ada,

jenis dan tipe subjek yang ditemui, sehingga serta menyusun secara lengkap, selanjutnya

untuk mendapatkan data, peneliti harus terjun mengelola dan menganalisisnya.

ke lapangan dengan melakukan pendekatan Dalam pengumpulan data ada beberapa

langsung kepada subjek penelitian. teknik yang dapat dilakukan dengan dua cara,

Penelitian ini hanya dilakukan terhadap yaitu data primer dan data sekunder. Data primer

Ditjen IKP Kominfo yang memiliki fungsi dan diperoleh dari wawancara para informan yang

tugas antara lain, memonitoring dan pemilihan berkompeten dibidangnya untuk membahas

agenda prioritas pemerintah, mengelola konten respon terkait video ‘Deklarasi Anti Hoaks’

dan perencanaan media komunikasi publik. Di yang ditonton lewat channel youtube. Peneliti

era yang sudah terbuka dan arus informasi yang mengirimkan para informan link untuk dilihat

semakin mudah diakses, Humas Pemerintah kemudian peneliti melakukan wawancara yang

dihadapkan pada kondisi persaingan dalam pertanyaannya sudah disusun terkait dengan

memberikan informasi dalam bentuk pesan penelitian ini. Informan yang dipilih harus

yang menarik dan mudah diterima sesuai memiliki kriteria yang mumpuni, berprofesi

segmen masyarakat yang dituju. Penelitian sebagai mahasiswa dan influencer serta

Monitoring dan evaluasi humas pemerintah dalam penggunaan media sosial untuk memerangi hoaks
(Kurniati , Muhammad Munir, Lilik Hamidah, Annisa Shah Rizky)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 5, No. 1, Oktober 2020, hlm. 78-95 87

memiliki kepedulian dan pemerhati terhadap Objek dalam penelitian ini adalah

perkembangan hoaks saat ini. video deklarasi hoaks yang diunggah oleh

Teknik youtube analytics merupakan bagian reuploader. Video deklarasi anti hoaks ini

dari alat analisis media sosial (Social Media menginformasikan sekaligus mengedukasi

Analytics Tools) memiliki indikator dalam masyarakat luas mengenai tindakan untuk

pengukuran youtube di media sosial. Elemen lebih peduli terhadap berita yang beredar luas

dari indikator tersebut meliputi, jangkauan pesan di tengah masyarakat. Video ini menghimbau

untuk mengukur seberapa jauh jangkauan pesan masyarakat untuk menyaring setiap berita yang

mencapai khalayaknya, antara lain jumlah tautan mereka terima. Sumber data di klasifikasikan

(link) yang merujuk pesan yang disampaikan, menjadi tiga bagian, yaitu sumber data yang

frekuensi dan lalu-lintas percakapan untuk berupa orang (person), sumber data yang

mengukur frekuensi (kuantitas), pengaruh berupa tempat atau benda (place), dan sumber

percakapan digunakan sejumlah tolok ukur, data berupa simbol (paper), yang cocok untuk

seperti jumlah kunjungan, jumlah pengunjung, penggunaan metode dokumentasi. Sumber

unsur yang perlu diperhatikan untuk mengukur penelitian ini didapat dari kalangan milenial

pengaruh dampak media sosial adalah yang notabene lebih aktif menggunakan media

banyaknya diskusi mengenai isi atau pesan sosial dan juga bertindak sebagai influencer

tertentu yang disampaikan seperti komentar, yang memberikan pengaruh terhadap followers

dan efek penyebarluasan informasi (komunikasi mereka, dan juga dari hasil kegiatan penelitian

viral); misalnya, melalui re-tweet, sharing, dan yang dilakukan oleh peneliti. Bagaimana

tagging percakapan. Alat ini digunakan untuk mereka melihat dan menaggapi konten video

menentukan keberhasilan pemanfaatan media yang dibuat oleh Ditjen IKP Kemenkominfo.

sosial, keberlanjutan jumlah kunjungan kembali Setelah data dikumpulkan teknik

ke situs, dan tingkat keterlibatan (engagement) pengumpulan data dapat dilakukan dengan

khalayak. observasi (pengamatan), interview (wawancara),

Selain data primer, penelitian ini juga kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan

menggunakan data sekunder sebagai penunjang dari keempatnya. Analisis data dilakukan

data primer. Dalam penelitian ini data sekunder dengan cara coding data berdasarkan kategori

diperoleh dari berbagai sumber literature, baik penelitian yang dicari. Hasil pengumpulan data

yang berasal dari media online maupun media tersebut kemudian dianalisis secara deskriptif.

mainstream serta kajian pustaka dan jurnal. Triangulasi juga dilakukan dalam penelitian
Monitoring dan evaluasi humas pemerintah dalam penggunaan media sosial untuk memerangi hoaks
(Kurniati , Muhammad Munir, Lilik Hamidah, Annisa Shah Rizky)
88 Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 5, No. 1, Oktober 2020, hlm. 78-95

ini untuk memperkaya hasil analisis dengan harus diimplementasikan dalam cara-cara yang
mengkomparasikan hasil penelitian dengan telah diatur dalam perencanaan (direncanakan
konsep dan teori-teori serta hasil penelitian- semula). Tahap terahkir adalah unsur anggaran
penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan. (budget) yang harus direncanakan agar terwujud

suatu strategi program kerja manajemen humas.


HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemilihan komunikator yang dimaksud

Indikator kinerja kunci dari sub urusan di sini adalah Ditjen IKP yang mempunyai

informasi dan komunikasi publik dalam kredibilitas, wewenang serta kepentingan

pengelolaan konten dan perencanaan media dalam menyampaikan informasi dan memberi

komunikasi publik, adalah: a) merumuskan pemahaman kondisi hoaks dan memberi

tujuan dalam penyusunan strategi komunikasi peringatan agar waspada akan akibat atau

publik, b) memilih target khalayak dalam bahaya hoaks pada publik.

penyusunan strategi komunikasi publik, c) Hasil Survey Wabah HOAX Nasional

menetapkan materi pesan, d) menentukan media 2017 memaparkan bahwa bentuk hoaks yang

dalam pengemasan konten, dan e) memproduksi paling banyak diterima masyarakat adalah

pesan. bentuk tulisan sebanyak 62,10%, saluran

Manajemen memiliki beberapa tahapan, penyebarannya ada pada media sosial 92,40%

dimana di dalam tahapan tersebut tersimpan dan frekuensi waktu terbanyak adalah setiap hari

fungsi-fungsi manajemen. Tahap yang pertama sejumlah 44,30% (Mastel, 2017). Berdasarkan

adalah penetapan sebuah tujuan (objektif) indikator dan data survey yang ada, maka penulis

yang akan dicapai dalam sebuah kegiatan melalui penelitian ini mencoba menggali lebih

atau organisasi, tempat atau dimensi tertentu dalam bagaimana monitoring dan evaluasi yang

yang ingin tercapai dalam perencanaan dan dilakukan Ditjen IKP dengan fokusnya pada

diperhitungkan dengan baik oleh elemen-elemen alur proses ketika memutuskan memilih media

yang ada dalam manajemen suatu organisasi sosial youtube dan mengangkat judul bertema

tertentu. Tahap selanjutnya adalah strategi “apa anti hoaks sebagai bagian dari informasi dan

yang terkandung di dalam sebuah perencanaan edukasi bagi masyarakat.

dan bagaimana cara memperolehnya”. Dari gambar 1 diperoleh data sebagai

Perencanaan digunakan untuk mendapatkan berikut: rentang waktu video 3.25 detik,

sebuah target organisasi atau lembaga. viewers masih minim hanya 23 orang, komentar

Selanjutnya, action plan adalah kegiatan yang penonton tidak ada, thumb up 1 tidak ada

Monitoring dan evaluasi humas pemerintah dalam penggunaan media sosial untuk memerangi hoaks
(Kurniati , Muhammad Munir, Lilik Hamidah, Annisa Shah Rizky)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 5, No. 1, Oktober 2020, hlm. 78-95 89

Sumber: Youtube, 2018

Gambar 1 Video YouTube Deklarasi Anti Hoaks

thumb down, subscribe 3 orang, dan belum instutusi lain. Dalam hal fokus pembangunan,

ada yang membagikan video. Selanjutnya hasil pemerintah Indonesia berupaya agar kedaulatan

dari informan: Pertama, menurut Rio oliver pangan tercapai, energi tercukupi, sumber

pekerjaan MC atau presenter. Kedua, menurut daya maritim dan kelautan terkelola dengan

Meirani pekerjaan sebagai influencer media bijak, pembangunan infrastruktur, percepatan

sosial. Ketiga, menurut Mada pekerjaan sebagai pembangunan di daerah perbatasan, pariwisata

content creator. Berdasarkan hasil dari di atas, dan industri meningkat, yang tentunya dilandasi

dapat ditarik kesimpulan, bahwa video yang dengan sumber daya manusia yang mumpuni

disajikan memang sangat kurang dilihat oleh (kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi).

pengguna Youtube hal itu karena sifatnya yang Selain renstra besar di atas, sebagai leading

informatif namun kurang atraktif, sehingga sektor, Kemenkominfo juga mempunyai tujuan

kesannya hanya menyampaikan sebuah sector yang memiliki fokus pada pembangunan

informasi kegiatan. telekomunikasi, tata kelola internet, dan

Renstra (rencana strategi) Kemenkominfo digitalisasi siaran televisi. Terdapat sebuah

yang tertuang dalam nawacita dan agenda target strategis tentang sebuah pembangunan

pembangunan nasional bertujuan untuk di dalam komunikasi dan informatika meliputi

memberikan manfaat yang signifikan bagi terwujudnya ketersediaan dan meningkatnya

masyarakat dan negara. Sistem organisasi kualitas layanan komunikasi dan informatika

kemenkominfo tidak dapat berdiri sendiri, untuk mendukung fokus pembangunan

namun saling berkaitan dengan instansi dan pemerintah sebagai wujud kehadiran negara
Monitoring dan evaluasi humas pemerintah dalam penggunaan media sosial untuk memerangi hoaks
(Kurniati , Muhammad Munir, Lilik Hamidah, Annisa Shah Rizky)
90 Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 5, No. 1, Oktober 2020, hlm. 78-95

dalam menyatakan kedaulatan dan pemerataan pandangan dalam pemikiran dan perasaan.

pembangunan. Tersedianya akses broadband Saluran menjadi jalur utama dalam melakukan

nasional, internet dan penyiaran digital yang kegiatan keorganisasian kepada khalayak.

merata dan terjangkau untuk meningkatkan Organisasi pada dasarnya berhubungan dengan

pertumbuhan ekonomi, pendidikan, sosial, berbagai macam khalayak. Secara umum,

budaya, pertahanan, dan keamanan. khalayak humas terbagi atas khalayak internal,

Terselenggaranya tata kelola komunikasi dan seperti karyawan, organisasi buruh. Dan

informatika yang efisien, berdaya saing, dan khalayak eksternal, seperti, badan atau instansi

aman. Terciptanya budaya pelayanan, revolusi pemerintah. Selanjutnya, humas merupakan

mental, reformasi birokrasi dan tata kelola fungsi mamajemen, humas berfungsi membantu

Kemenkominfo yang berintegritas, bersih, manajemen dalam menetapkan tujuan yang akan

efektif, dan efisien. dicapai tetapi juga harus bisa menyesuaikan

Menurut Dominic humas harus memiliki diri dari lingkungan tidak diketahui iklimnya.

kaitan erat dengan opini publik, karena pada satu Rutinitas humas sebenarnya memberikan

sisi praktisi humas berusaha dan berupaya untuk saran evaluasi atas kegiatan dan manajemen

memengaruhi publik agar memberikan opini dalam sebuah organisasi, memiliki sebuah

yang positif bagi organisasi atau perusahaan program yang terencana dengan baik, mampu

(Morissan, 2008). Namun pada sisi lain humas mengorganisir dan mengarahkan dirinya untuk

harus berupaya mengumpulkan informasi dari mencapai tujuan tertentu.

khalayak, menginterpretasikan informasi itu dan Struktur organisasi Kemenkominfo berdasar

melaporkan pada manajemen jika informasi itu pada PM No.1/2016 SOTK Kemkominfo,

memiliki pengaruh pada manajemen. Kemudian menjelaskan bahwa Ditjen IKP berada di bawah

humas harus memiliki kaitan erat dengan kementerian dan sejajar dengan Direktorat

komunikasi, praktisi humas bertanggungjawab Jenderal Aplikasi Informatika (disingkat Ditjen

menjelaskan tindakan perusahaan terhadap Aptika) merupakan unsur pelaksana tugas

khalayak yang berkepentingan dengan dan fungsi di bidang aplikasi informatika

organisasi atau perusahaan. yang berada di bawah dan bertanggungjawab

Khalayak yang berkepentingan akan kepada Menteri Komunikasi dan Informatika

selalu suka dangan kegiatan yang ada di Indonesia, Direktur Jenderal Sumber Daya dan

suatu perusahaan. Implementasi kerja humas Perangkat Pos dan Informatika (Ditjen SDPPI),

kepada khalayak seharusnya memberikan Balitbang SDM, Setjen, Direktorat Jenderal

Monitoring dan evaluasi humas pemerintah dalam penggunaan media sosial untuk memerangi hoaks
(Kurniati , Muhammad Munir, Lilik Hamidah, Annisa Shah Rizky)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 5, No. 1, Oktober 2020, hlm. 78-95 91

Penyelenggaraan Pos dan Informatika (Ditjen tersebut di kalangan pengguna media sosial @

PPI) yang mempunyai tugas merumuskan serta kemkominfo dan @DJIKP selama Tahun 2017.

melaksanakan kebijakan dan standardisasi Cara pengukurannya dilakukan dengan survei

teknis di bidang penyelenggaraan pos dan melalui kanal di kalangan pengguna media

informatika, serta Inspektorat Jenderal. sosial yaitu Facebook, Twitter, Instagram dan

Pembagian urusan bidang komunikasi dan Line @kemkominfo dan @DJIKP.

informatika sesuai Lampiran UU No. 23 tahun Hasil dari pelaksanaan survei ini

2014 tentang Pemerintahan Daerah, adalah diharapkan dapat menjadi potret kondisi terkini,

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bahan evaluasi dan pengembangan program

bidang komunikasi dan informatika untuk komunikasi publik pemerintah kedepannya.

membantu presiden dalam menyelenggarakan Jumlah total populasi pengikut atau penyuka

pemerintahan negara. Salah satu fungsi dasar laman media sosial @kemkominfo dan @

sub urusan IKP, penyediaan informasi publik DJIKP adalah 921.877 orang, dengan tingkat

pemerintah daerah adalah perumusan kebijakan kepercayaan 95% dan margin error 2. Dalam

teknis pengelolaan informasi publik, monitoring survei ini didapatkan total sampel sebanyak

opini dan aspirasi publik, monitoring dan 2.855 responden yang dapat diolah. Dari 2.855

pemilihan agenda prioritas pemerintah, responden, sebanyak 80,21% menyatakan puas

pengelolaan konten dan perencanaan media terhadap layanan informasi mengenai kebijakan

komunikasi publik, pengelolaan media dan program prioritas pemerintah, sedangkan

komunikasi publik, penguatan kapasitas sumber sisanya 19,79% menyatakan tidak puas atas

daya pengelola informasi publik. Selanjutnya informasi tentang kebijakan dan program

untuk memonitor lebih jauh, dibawah ini adalah prioritas pemerintah. Selain itu, berdasarkan

laporan yang berasal dari Pejabat Pengelola hasil survey masyarakat memperoleh informasi

Informasi dan Dokumentasi yang merupakan tentang program kebijakan pemerintah dominan

perintah dari pelaksanaan UU No,.14/2008 bersumber dari media online sebanyak 98,1%,

tentang Keterbukaan Informasi Publik. media sosial 96,8% dan televisi 93,7%.

Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Dari kelompok media cetak dan elektronik,

juga melakukan survei untuk mengidentifikasi media televisi dan surat kabar atau koran masih

informasi dan kebijakan pemerintah yang dominan digunakan oleh responden untuk

diketahui publik dan saluran komunikasi mengakses informasi tentang kebijakan dan

yang digunakan untuk mengakses informasi program prioritas pemerintah. Media online
Monitoring dan evaluasi humas pemerintah dalam penggunaan media sosial untuk memerangi hoaks
(Kurniati , Muhammad Munir, Lilik Hamidah, Annisa Shah Rizky)
92 Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 5, No. 1, Oktober 2020, hlm. 78-95

dalam bentuk website atau portal dominan lalu yang menempatkan pemerintah Indonesia

digunakan untuk mengakses informasi publik. masuk kedalam 5 (lima) negara yang ada di

Adapun media interaktif dan below the line level terpercaya.

yang banyak digunakan responden mengetahui Pengaduan masyarakat terhadap konten

informasi kebijakan dan program prioritas siaran dilihat dari data pola aduan atau

pemerintah adalah media tatap muka yang data terkait dengan jumlah laporan yang

berupa dialog interaktif. terealisasikan menurut variasinya menunjukkan

Alur kerja pengelolaan komunikasi publik bahwa 5.759 jumlah laporan yang ada

dengan adanya Inpres Nomor 9 Tahun 2015, disampaikan melalui saluran yang beragam.

Kemkominfo diharapkan dapat melaksanakan Ada tujuh jenis saluran yang digunakan pada

tugas dan fungsi koordinasi kehumasan periode Januari - Desember 2017. Email

pemerintah (Government Public Relations adalah sebuah fitur yang paling banyak

“GPR”) sehingga, penyampaian informasi dipakai dengan persentase pemakaian 2,678

kepada masyarakat diharapkan dapat dilakukan (46,5%), kemudian twitter dengan presentase

dengan cepat, tepat, dan berkualitas baik. Selain pemakaian 1,467 (25,5%), facebook dengan

itu, penyusunan narasi tunggal sebagai agenda presentase pemakaian 572 (9,9%), sms dengan

setting akan memberikan informasi pemerintah presentase pemakaian 434 (7,5%), surat masuk

yang konsisten, sehingga terdapat informasi / tatap muka dengan presentase pemakaian

yang berimbang terhadap kinerja pemerintah 303 (5,2%), instagram dengan presentase

sebagai perimbangan opini yang dibentuk oleh pemakaian 170 (2,9%), dan telepon sebanyak

arus pemberitaan media yang cenderung kritis 15 (0,2%). Data yang berbentuk apresiasi baik

(negatif) terhadap pemerintah. dari apresiasi kelembagaan penyiaran maupun

Tingkat literasi atau pengetahuan Komisi Penyiaran Indonesia dengan presentase

masyarakat terhadap program-program pemakaian 120 (2,3%) apresiasi atau masukan.

pemerintah berbanding lurus dengan tingkat Monitoring dan evaluasi komunikasi

kepercayaan publik kepada pemerintah. Hal merupakan elemen dari manajemen komunikasi

tersebut tercermin dalam release terbaru dari yang mengantarkan suatu program atau kegiatan

Edelman Trust Barometer tahun 2018 dimana mencapai tujuan. Monitoring dapat memantau

tingkat kepercayaan publik terhadap pemerintah bila ada perubahan merupakan sebuah proses

Indonesia mendapatkan skor yang tinggi yaitu yang rutin dari pengumpulan dan pengukuran

73. Terdapat kenaikan 2 poin dari skor tahun data untuk kemajuan suatu program atau

Monitoring dan evaluasi humas pemerintah dalam penggunaan media sosial untuk memerangi hoaks
(Kurniati , Muhammad Munir, Lilik Hamidah, Annisa Shah Rizky)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 5, No. 1, Oktober 2020, hlm. 78-95 93

kegiatan secara objektif. Monitoring bertugas manusia dan anggaran dalam hal ini adalah

menyediakan data dasar untuk menjawab pegawai internal yang berada di lingkup Ditjen

permasalahan yang timbul, sedangkan evaluasi IKP dalam mengevaluasi beberapa video di

adalah menyusun dan memposisikan data-data youtube ketika jumlah viewersnya minim.

tersebut dapat digunakan secara optimal dan Menambah jumlah pegawai dan membuat

diharapkan memberi nilai lebih pada perubahan konten menarik memerlukan biaya lebih dan hal

baru. Monitoring dan evaluasi berjalan tersebut pasti berdampak pada APBN, sehingga

beriringan, karena tanpa monitoring, evaluasi keputusan menambah pegawai dan anggaran

tidak dapat dilakukan karena tidak memiliki membutuhkan koordinasi antarlembaga.

data dasar untuk dilakukan analisis, yang justru Perangkat infrastruktur yang masih terus

dikhawatirkan akan mengakibatkan spekulasi. dibangun menjadi hambatan tersendiri, arus

Dengan melihat data di atas, bahwa media informasi yang sangat kuat, lebih cepat

sosial memiliki nilai persentase yang paling berkembang belum dapat terbendung seluruhnya

tinggi. Beberapa penelitian sebelumnya seperti oleh Ditjen IKP. Segmentasi target khalayak

APJII 2017, survey Hooutsuite 2019, hingga yang sangat beragam juga menimbulkan

Bimtek Ditjen IKP di Surabaya (MMC Kalteng- hambatan, terkait pengimplementasian strategi

Surabaya, 2019) menempatkan youtube di komunikasi.

tempat teratas. Maka berdasarkan hal tersebut


SIMPULAN
dipilihnya youtube sebagai salah satu media

dalam menyampaikan informasi adalah pilihan Berdasarkan penelitian yang dilakukan


yang tepat. maka peneliti mengambil simpulan bahwa
Hal ini sekaligus menjawab pertanyaan dan Ditjen IKP sebagai humas pemerintah telah
permasalahan pada bagian pendahuluan bahwa melakukan monitoring dan evaluasi komunikasi
alur proses dipilihnya youtube oleh Ditjen IKP dari suatu program atau kegiatan guna mencapai
telah sesuai dengan SOP. Untuk video youtube, tujuan yang telah ditetapkan. Ditjen IKP sebagai
judul sudah menarik namun tidak dimbangi humas pemerintahan telah melaksanakan
dengan kualitas video yang baik sehingga tidak fungsinya sesuai dengan prosedur manajemen
menarik viewer untuk men-like ataupun men- komunikasi, dimana Ditjen IKP telah tepat
share-nya. memilih youtube sebagai media informasi
Hambatan serta tantangan yang dihadapi dan juga memilih judul yang tepat dan aktual.
oleh Ditjen IKP adalah kurangnya sumber daya Namun dalam implementasinya, tugas humas
Monitoring dan evaluasi humas pemerintah dalam penggunaan media sosial untuk memerangi hoaks
(Kurniati , Muhammad Munir, Lilik Hamidah, Annisa Shah Rizky)
94 Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 5, No. 1, Oktober 2020, hlm. 78-95

pemerintahan ini masih kurang optimal. Hal penyajian akan semakin banyak iklan yang

tersebut disebabkan karena kualitas unggahan masuk, iklan di sini sangat dibutuhkan oleh

yang kurang menarik, sehingga ini berakibat instansi-instansi lain dalam mempromosikan

pada minimnya jumlah viewers maupun hasil pekerjaan mereka sehingga timbul etos

subscribers yang menjadi kendala terhadap dan semangat kerja yang sehat dan kompetitif.

informasi yang ingin disampaikan pada


DAFTAR PUSTAKA
masyarakat.

Berdasarkan penelitian itu ditemukan Allcott, H., & Gentzkow, M. (2017). Social
Media and Fake News in the 2016 Election.
beberapa upaya perbaikan dan adaptasi teknis
Journal of Economic Perspectives,
yang dapat dilakukan untuk perbaikan unggahan 31(2), 211–236. https://doi.org/10.1257/
yaitu (1) perbaikan kualitas unggahan hal tersebut jep.31.2.211
Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
dikarenakan keunggulan media sosial memiliki
Indonesia. (2020, June 2). Retrieved from
sirkulasi waktu yang singkat, sepersekiandetik Klik disini untuk download file survei
orang bisa menyerap informasi, maka konten APJII
Fitra Nurani, A. (2019, January 30). Survei
yang bermutu adalah konten menarik dan
Penggunaan Gadget, 79 Persen Milenial
singkat, (2) menghindari kesalahan dalam Buka Ponsel 1 Menit Setelah Bangun Tidur.
penulisan (spelling and grammar check), hal ini Retrieved from https://jatim.tribunnews.
com/2019/01/30/survei-penggunaan-
ini sangat menarik tetapi sederhana, akan tetapi
gadget-79-persen-milenial-buka-ponsel-1-
dapat menggaitkan kesan yang berkualitas dan menit-setelah-bangun-tidur
profesionalitas, haruslah yang relevan pada Hasil Survey Wabah HOAX Nasional 2017.
(2017, February 13). Retrieved from
hari itu, dan harus menghindari pembuatan
https://mastel.id/hasil-survey-wabah-hoax-
hashtag yang berlebihan dan tidak berfaedah, nasional-2017/
(3) memperbaiki engagement, pola pikir bahwa Huang, Y.-H. (2001). Values of Public
Relations: Effects on Organization-
konten hebat yang bisa memperbanyak viewers,
Public Relationships Mediating Conflict
likes, favorites, share, re-tweet, komentar, Resolution. Journal of Public Relations
balasan, dan apapun yang digunakan untuk Research, 13(4), 265–301. https://doi.
org/10.1207/S1532754XJPRR1304_01
memviralkan sebuah konten, dimana agar
Islami, N. (2017, Agustus). Duh! Kominfo Blokir
berhasil di media sosial, harus dapat menerima 6.000 Situs & Akun, Ini Penjelasannya.
fakta bahwa untuk mencapainya diperlukan Retrieved from https://kominfo.go.id/
content/detail/10440/duh-kominfo-blokir-
biaya (uang untuk beriklan dan meningkatkan
6000-situs-akun-ini-penjelasannya/0/
efektivitas kampanye). Semakin bagus konten sorotan_media
Monitoring dan evaluasi humas pemerintah dalam penggunaan media sosial untuk memerangi hoaks
(Kurniati , Muhammad Munir, Lilik Hamidah, Annisa Shah Rizky)
Jurnal Manajemen Komunikasi, Volume 5, No. 1, Oktober 2020, hlm. 78-95 95

Juditha, C. (2018). Interaksi Komunikasi Hoax Pratama, E. D., & Sihombing, A. (2019). Strategi
di Media Sosial serta Antisipasinya Hoax Komunikasi Kominfo Dalam Menghadapi
Communication Interactivity in Social Fenomena Penyebaran Ujaran Kebencian.
Media and Anticipation. Vol 3(No 1 April 16.
2018), 31–44. Rachman, R. F. (2017). Menelaah Riuh Budaya
Kriyantono, R. (2012). Public relations writing: Masyarakat di Dunia Maya. Jurnal Studi
Teknik produksi media public relations dan Komunikasi (Indonesian Journal of
publisitas media. Jakarta: Prenada Media. Communications Studies), 1(2). https://doi.
Kriyantono, R. (2015). Public relations, org/10.25139/jsk.v1i2.131
issue & crisis management: Pendekatan Suryani, A. (2013). Analisis Resepsi Penonton
critical public relations, etnografi kritis, & Atas Popularitas Instan Video Youtube
kualitatif. Jakarta: Prenada Media. Keong Racun Sinta dan Jojoe. Vol 5(No 1
Kriyantono, Rachmat. (2015). Perspektif- (2013)), 39–45.
Perspektif Public Relations. 14. UU 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan
Kriyantono, Rachmat. (2018). Meneropong Informasi Publik. (2019, November 11).
praktik public relations di Indonesia dengan Retrieved from https://www.jogloabang.
teori dan riset: Disertai contoh-contoh riset com/pustaka/uu-14-2008-keterbukaan-
kontemporer (Cetakan pertama). Malang, informasi-publik
Indonesia: UB Press. Yang, A., & Taylor, M. (2015). Looking Over,
Kusumaningrum, A. (2015). Pengaruh Looking Out, and Moving Forward:
Continuance Motivation dan Perilaku Positioning Public Relations in Theorizing
Berbagi terhadap YouTube Stickiness Organizational Network Ecologies:
pada Mahasiswa Program Studi Ilmu Positioning Public Relations in Theorizing
Komunikasi S1 Reguler Fakultas Ilmu Organizational Network Ecologies.
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Communication Theory, 25(1), 91–115.
Maret Angkatan 2012-2014 (Skripsi). https://doi.org/10.1111/comt.12049
Universitas sebelas maret, Surakarta. Yunita. (2017, 01). Ini Cara Mengatasi Berita
Moleong, L. J. (2013). Metode penelitian “Hoax” di Dunia Maya. Retrieved from
kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Sorotan Media | yunita website: https://
Morrisan. (2008). Manajemen public relations, kominfo.go.id/content/detail/8949/ini-
strategi menjadi humas profesional. cara-mengatasi-berita-hoax-di-dunia-
Jakarta: Kencana Prenada Media maya/0/sorotan_media

Monitoring dan evaluasi humas pemerintah dalam penggunaan media sosial untuk memerangi hoaks
(Kurniati , Muhammad Munir, Lilik Hamidah, Annisa Shah Rizky)

Anda mungkin juga menyukai