Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Pengertian, Wawasan Umum dan Ruang Lingkup


Ahlus Sunnah Wal Jama’ah
Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Aswaja
Dosen Pengampu : Dr. Agus Salim, M.Pd

 Disusun oleh:
Muhammad Abbas Hasbulloh
Lisvia Wati
Suryatul Hisni
Miftahussa’diyah
Alfiatus Sholikha
Vika Anjana

FAKULTAS ILMU KEISLAMAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS RADEN RAHMAT KEPANJEN MALANG
2021
KATA PENGANTAR
 

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan segala kenikmatan
dan kesempurnaan kepada kita. Shalawat rangkaian salam kepada junjungan Nabi Muhammad
SAW yang telah merubah pola pikir manusia menjadi pola pikir yang islami.
Adapun makalah ini berjudul “AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH yang merupakan
kewajiban pemakalah untuk menyusunnya dalam rangka proses perkuliahan.
Penulis menyadari sepenuhnya dalam penulisan makalah ini masih begitu banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat
pemakalah  butuhkan untuk perbaikan penulisan agar lebih baik lagi nantinya.

Malang, 30 September 2021


Penyusun

  Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................iii
BAB.............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................................................................1
1. Latar Belakang................................................................................................................................1
2. Rumusan Masalah..........................................................................................................................1
BAB II..........................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................2
A. Pengertian dan Wawasan Umum Ahlus Sunnah Wal Jama’ah........................................................2
B. Ruang Lingkup Ahlussunnah Waljama’ah.......................................................................................4
BAB III.........................................................................................................................................................7
PENUTUP....................................................................................................................................................7
A. Kesimpulan.....................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................................8

iii
BAB
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari – hari kita sering kali mendengar kata “ Ahlus Sunnah Wal
Jama’ah “ dan banyak dari kalangan orang awam yang belum memahami apa arti dan
pengertian dari kata tersebut. Maka, bukan suatu hal yang asing lagi untuk di dengar dan
dalam faktanya banyak dari berbagai golongan mengaku bahwa bolongannya lah yang
merupakan “ Ahlus Sunnah Wal Jama’ah “ yang benar menurut mereka.
Namun dalam kenyataan nya belum tentu apa yang mereka anggap benar merupakan
kebenaran yang sesungguhnya. Maka dari itu disini kami akan menyampaikan tentang apa
pengertian “ Ahlus Sunnah Wal Jama’ah “ menurut berbagai pendapat para Ulama dan
berbagai pendapat lainnya.

2. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian Ahlus Sunnah Wal Jama’ah ?
b. Bagaimana Wawasan Umum Ahlus Sunnah Wal Jama’ah ?
c. Apa Ruang Lingkup Ahlus Sunnah Wal Jama’ah ?

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Wawasan Umum Ahlus Sunnah Wal Jama’ah

Arti Ahlus sunnah wal jama’ah ialah penganut sunnah nabi, sedangkan jama’ah berarti
sahabat nabi. Jadi arti Ahlus sunnah wal Jama’ah ialah golongan penganut i’tikat/sunnah nabi
dan para sahabat beliau.

Kata “Ahlus-Sunnah” mempunyai dua makna. Pertama, mengikuti sunah-sunah dan


atsar-atsar yang datangnya dari Rasulullah shallallu a’laihi wa sallam dan para sahabat
radhiyallahu ‘anhum, menekuninya, memisahkan yang shahih dari yang cacat dan melaksanakan
apa yang di wajibkan dari perkataan dan perbuatan dalam masalah aqidah dan ahkam.

Kedua, lebih khusus dari makna pertama, yaitu yang dijelaskan oleh sebagian ulama di
mana mereka menamakan kitap mereka dengan nama As-sunnah, seperti Abu Ashim, Al-imam
Ahmad bin Hanbal, Al-Imam Abdullah bin Ahmad bin Hanbal, Al-Khalal dan lain-lain. Mereka
maksudkan (As-Sunnah) itu i’tiqad shahih yang ditetapkan dengan nash dan ijma.

Dalam kitab Al-mausu’ah al-arabiyah al-muyassarah sebuah enslikopedi ringkas


memberikan devinisi bahwa Ahlus sunnah adalah mereka yang mengikuti dengan konsisten
semua jejak Langkah yang berasal dari Nabi Muhammad s.a.w. dan membelanya. Mereka
mempunyai pendapat tentang masalah agama baik yang fundamental ( ushul ) atau divisional
( furu ). Sebagai bandingan syiah. Diantara mereka ada yang disebut “ salaf “ yaitu generasi
awal mulai dari para sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in. dan ada juga diantara mereka yang
toleransi luas akan peran akal dan ada juga membatasi peran akal dengan ketat. Serta ada juga
yang bersifat reformatif ( mujaddidun ) dan ada yhang bersifat kenservatif ( muhafidhzun ).
Golongan ini merupakan mayoritas ummat Islam.

Dari definisi ini maka dapat ditarik kesimpuloan bahwa Ahlus sunnah wal jama’ah bukan
hanya terdiri dari satu kelompok aliran, namun ada beberapa sub-aliran. Maka dari itu Dr. Jalal
M. Musa mengatakan, bahwa istilah Ahlus sunnah wal jama’ah menjadi rebutan banyak
kelompok, masing-masing mengklaim bahwa merekalah Ahlus sunnah wal jama’ah. Dan
dimasukkanlah kata “ Al-jama’ah “ dalam istilah ini oleh Abdul Mudhofir Isfarayani diberikan
alas an karena mereka menggunakan “ ijma’ “ dan “ Qiyas “ sebagai dalil-dalil syar’iyah yang
fundamental, disamping Kitabullah ( Al-Qur’an ) dan Sunnah Rasul.

1
Dalam kajian Ilmu Kalam, istilah Ahlussunnah Wal Jama’ah ini sudah banyak dipakai
sejak masa sahabat, sampai generasi-generasi berikutnya. Penyebutan Ahlussunnah Wal
Jama’ah ini juga digunakan untuk membedakan kelompok ini dari kelompok lain seperti Syi’ah,
Khowarij, Murji’ah dan Mu’tazilah. Dan Imam Madzhab Fiqih; seperti Imam Abu Hanifah,
Imam Malik bin Anas, Imam As-Syafi’I dan Imam Ibnu Hambal dekenal sebagai tokoh
Ahlussunnah, sebelum munculnya Imam Al-Asy’ariyah, Imam Al-Maturidi dan Imam At-
Thohawi sebagai tokoh Mutakallimin ( ahli Ilmu Kalam ) dari kalangan Ahlussunnah pada abad
ke-3 H. sumber dari istilah Ahlussunnah Wal Jama’ah diambul dari hadits Nabi s.a.w. yang
menerangkan tentang perpecahan umat Islam menjadi 73 golongan, yaitu Hadits yang
diriwayatkan oleh Ibnu Majah dab At-Turmudzi :

‫اقون‬DD‫دة والب‬DD‫ا واح‬DD‫ة منه‬DD‫ الناجي‬. ‫ة‬DD‫بعين فرق‬DD‫تي على ثالث وس‬DD‫تفترق أم‬DD‫ س‬: ‫لم‬DD‫ه وس‬DD‫لى هللا علي‬DD‫أخبر النبي ص‬
‫ه‬DD‫ا علي‬DD‫ا ان‬DD‫ م‬: ‫ال‬DD‫ة ؟ ق‬DD‫ من اهل السنة والجماع‬: ‫ قيل‬. ‫ اهل السنة والجماعة‬: ‫ ومن الناجية ؟ قال‬: ‫ قيل‬. ‫هلكى‬
D.‫واصحابي‬

“ Nabi s.a.w. memberitahu : bahwa ummatku akan terpecah menjadi 73 golongan, yang
selamat hanya satu, lainnya binasa, beliau ditanya : siapa yang selamat ? . Beliau menjawab :
Ahlussunnah Wal Jama’ah. Ditanya lagi : Siapa itu Ahlussunnah Wal Jama’ah ?. Beliau
menjawab : Ynag mengikuti apa yang saya lakukan beserta para sahabatku “.

Menanggapi Hadits ini, para ulama berbeda pendapat, baik terhadap kekuatan hadits itu
itu sendiri, maupun pengertian substansi dari apa yang terungkap dalam hadits tersebut. Maka
dalam perbedaan tersebut ada yang menilai hadits tersebut cukup kuat mengingat haduts tersebut
banyak yang meriwayatkan ( mutawatir ), dan ada juga ulama’ yang tidak menolak juga tidak
menggunakan hadits tersebut dalam karya tulisnya. Serta ada ulama’ yang menganggap hadits
tersebut lemah yang dikarenakan mengandung usur kelemahan jadi bukan hadits shohih.

Umumnya ulama dan kaum Nahdliyin berpendapat sebagai kelompok pertama yakni
menerima hadits itu dab menggunakan sebagai dasar rujukan.

Namun ada hadits lain dari hadits Nabi Muhammad s.a.w. yang lebih menyejukkan yang
di riwayatkan oleh Imam As-sya’roni dalam kitab nya Al-Mizan, dari hadits Ibnu Najjar yang
dinilai shohih oleh Imam Hakim yaitu :

‫ كلها في الجنة اال واحدة‬. ‫ أمتي على نيف وسبعين فرقة‬D‫ستفترق‬

“ Ummatku akan terpecah menjadi lebih dari tujuh puluh golongan, semuanya masuk dalam
surga kecuali satu. “

2
Ada riwayat-riwayat lain uang serupa yang dikutip oleh Imam As-Sya’roni, dari hadits
yang diriwayatkan shahabat Anas bin Malik r.a. dengan menunjukkan golongan Az-Zanadiqoh
( golongan zindiq ) yang akan rusak dan tidak ada harapan masuk surga.

Umumnya para ulama berpendapat, bahwa dalam kajian ilmu kalam, masalah firqoh
yang disebut dalam hadits tersebuit adalah dalam masalah aqidah atau ushuluddin, bukan dalam
masalah fiqhiyah ( furu’iyah ) maupun masalah ijtima’iyah. Meskipun begitu ada keterkaitannya
dengan masalah-masalah diluar aqidah. Sebaia contoh, Syi’ah yang meyakini supremasi
kepemimpinan pada keturunan Nabi Muhammad s.a.w. menganggap bahwa para imam mereka
itu ma’shum, ini jelas akan mempengaruhi dalam maslah ijtima’, utamanya masalah politik dan
pemerintahan. Juga mereka hanya menerima hadits yang sanadnya dari “ ahlul bait “, padahal
Sebagian besar hadits justru dari sumber-sumber diluar ahlul bait. Akibatnya akan banyak
berpengaruh dalam pendangan fiqih nya.

B. Ruang Lingkup Ahlussunnah Waljama’ah

Menurut Abd al-Qahir al-Baghdadi dalam kitabnya, al-Farq Bayn al-Firaq,


Ahlussunnah wal jama’ah terdiri atas  delapan kelompok: Mutakallimun atau Ahli ilmu Tawhid,
Ahli Fiqh aliran al-Ra’y dan al-Hadis, Ahli Hadis, Ahli Ilmu Bahasa, Ahli Qira’at dan Tafsir,
Ahli Tasawwuf, Para Mujahidin, dan Masyarakat awam yang mengikut pegangan ahlussunnah
wal jama’ah.

Sedangkan dalam kitabnya yang berjudul  Ziyadat Ta’liqat (hlm. 23-24), KH. Hasyim


Asy’ari menyebut Ahlussunnah wal jama’ah sebagai kelompok Ahli Tafsir, Ahli Hadis dan Ahli
Fikih. Merekalah yang mengikuti dan berpegang teguh dengan sunnah Nabi SAW dan
sunnah Khulafaur Rasyidin sesudahnya. Mereka adalah kelompok yang selamat (al-firqah al-
najiyah). Mereka mengatakan, bahwa kelompok tersebut sekarang ini terhimpun dalam madzhab
yang empat yaitu Mazhab Hanafi, Syafi’i, Maliki, dan Hanbali.

Ringkasnya, faham Ahlussunah Waljama’ah meliputi tiga ruang lingkup yaitu: Lingkup
akidah, lbadah, dan akhlak. Selanjutnya, untuk membedakan lingkup-lingkup Ahlussunnah
Waljamaah tersebut dengan lingkup-lingkup lain, perlu ditegaskan dengan menyebut masing
masingnya menjadi Akidah Ahlussunnah waljamaah, Ibadah (fikih) Ahlussunnah Waljamaah,
dan Akhlak Ahlussunnah Waljamaah.

3
Namun, mengacu pada hadits iftiraq tersebut di atas, sebenarnya pada
asalnya, ahlussunnah itu hanya dalam lingkup akidah.

Pertama, Akidah Ahlussunnah Waljamaah. Adapun dalam bidang akidah, yang


memenuhi kriteria Ahlussunnah Wal Jama’ah adalah golongan yang dikenal dengan nama
Asy’ariyah (pengikut Imam Abu Hasan al-Asy’ari) dan Maturidiyah (pengikut Imam Abu
Manshur al-Maturidi).

Kedua, Imam tersebut sama-sama mempergunakan akal sebatas untuk memahami naql,
tidak sampai mensejajarkannya apalagi memujanya. Bahkan secara terang-terangan melalui
karya-karyanya, keduanya sama-sama menolak dan menentang logika Mu’tazilah yang terlalu
memuja akal dan nyaris mengabaikan petunjuk naql.

Ke tiga, Fikih Ahlussunnah Waljamaah. Dalam konteks historis, institusi fiqh yang
sejalan dengan konteks substansial paham Ahlussunnah Waljamaah ialah empat mazhab besar
dalam fikih Islam, mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali. 

Tak bisa dipungkiri, bahwasanya di antara keempat fiqh tersebut satu sama lain banyak
ditemui perbedaan di sana sini. Akan tetapi, perbedaan-perbedaan itu masih berada dalam
koridor ikhtilaf-rahmat  (perbedaan yang membawa rahmat). Abu Hanifah yang dikenal
sebagai ahl al-ra’yi (banyak menggunakan akal/logika), tidak mengklaim pendapatnya sebagai
terbenar. Dan ketiga Imam yang lain pun tidak pernah menyalahkan pendapat mazhab yang lain.

Imam Mazhab tersebut sama-sama commited terhadap petunjuk Al-Quran dan as-


Sunnah. sama-sama berpola-pikir Taqdim al-Nas ‘ala al-’aql (mendahulukan petunjuk nas
daripada logika). Dalam berijtihad, mereka tidak mengedepankan akal kecuali sebatas untuk
beristinbat (menggali hukum dan Al-Quran dan al-Hadits), tidak sampai mensejajarkan apa lagi
mengabaikan nas. Dan inilah substansi paham Ahlussunnah Waljamaah.

Dengan demikian, diketahui bahwa dalam masalah fiqh, ahlussunnah wal


jama’ah adalah pengikut mazhab yang empat. Ahlussunnah wal jama’ah mengharuskan
pengikutnya di masa ini untuk bermazhab karena bermazhab merupakan satu-satunya cara yang
menjamin keterkaitan dan kesinambungan kita dengan generasi salaf. Imam Waliyullah al-
Dahlawi memberikan penjelasan sebagai berikut:

Sebenarnya dalam mengikuti madzhab yang empat ini terdapat kemaslahatan yang besar,
dan berpaling darinya akan menimbulkan mafsadah yang besar pula. Hal ini dapat diuraikan
melalui beberapa alasan berikut ini:

1. Kesepakatan umat Islam untuk berpegangan kepada generasi salaf pendahulu mereka
dalam upaya mengetahui syari’ah. Generasi tabi’in berpegangan kepada generasi

4
sahabat. Generasi setelah tabi’in berpegangan kepada generasi tabi’in. Dan demikian
pula dalam setiap generasi, selalu berpegangan kepada generasi sebelumnya.
2. Mengikuti madzhab yang empat tersebut berarti mengikuti sabda Rasulullah
SAW: “Ikutilah kelompok mayoritas (al-sawad al-a’zham).” Hal ini berangkat dari
suatu realitas sosial umat Islam, di mana setelah madzhab-madzhab yang benar telah
punah kecuali madzhab yang empat ini, maka mengikutinya berarti mengikuti
kelompok mayoritas (al-sawad al-a’zham), dan keluar darinya berarti keluar dari
kelompok mayoritas (al-sawad al-a’zham).
3. Setelah masa generasi salaf, yang dikatakan sebagai sebaik-baik generasi, semakin jauh
dari masa kita sekarang dan amanat telah banyak diabaikan, maka kita tidak dibolehkan
berpegangan kepada pendapat para ulama yang jahat seperti para hakim yang curang dan
para mufti yang mengikuti hawa nafsunya, kecuali apabila mereka menisbahkan apa
yang mereka katakan kepada sebagian ulama salaf yang dikenal jujur, agamis dan
amanat, baik penisbahan itu secara eksplisit maupun secara implisit. Demikian pula kita
tidak boleh berpegangan pada pendapat orang yang tidak kita ketahui apakah ia telah
memenuhi syarat-syarat melakukan ijtihad atau tidak.”

Ketiga, Akhlak Ahlussunnah Waljamaah. Adapun lingkup yang ketiga ini,


paham Ahlussunnah Waljamaah mengikuti wacana akhlak (tasawuf) yang dikembangkan oleh
tokoh-tokoh seperti al-Ghazali, al-Junaid, dan tokoh-tokoh lain yang sepaham termasuk Abu
Yazid al-Bustami. 

Diskursus Islam kedalam lingkup akidah, ibadah, dan akhlak ini bukan berarti pemisahan
yang benar-benar terpisah. Ketiga-tiganya tetap Integral dan harus diamalkan secara bersamaan
oleh setiap muslim, termasuk kaum Sunni” (kaum yang berpaham Ahlussunnah Waljamaah).
Maka seorang muslim dan seorang sunni yang baik, harus baik dalam berakidah juga sekaligus
dalam berakhlak. Seseorang baru baik akidah dan ibadahnya saja Ia belum bisa dikatakan baik,
jika akhlaknya belum baik.

Oleh karena itu, maka lingkup akhlak tidak bisa dipandang sebelah mata. Ia justru
teramat penting dan menjadi cerminan ihsan dalam diri seorang muslim. Jika iman
menggambarkan akidah, dan Islam menggambarkan ibadah; maka akhlak akan menggambarkan
ihsan yang sekaligus mencerminkan kesempurnaan iman dan Islam pada diri seseorang. Iman
ibarat akar, dan “Islam” ibarat pohonnya; maka “Ihsan” ibarat buahnya.

Mustahil sebatang pohon akan tumbuh subur tanpa akar dan pohon yang tumbuh subur
serta berakar kuatpun akan menjadi tak bermakna tanpa memberikan buah secara sempurna.
Mustahil seorang muslim beribadah dengan baik tanpa didasari akidah kuat, dan akidah yang
kuat serta ibadah yang baik akan menjadi tak bermakna tanpa terhiasi oleh akhlak mulia.

5
Idealnya, ialah berakidah kuat, beribadah dengan baik dan benar, serta berakhlak mulia.
Beriman kuat, berislam dengan baik dan benar, serta berihsan sejati. Maka yang demikian inilah
wujud insan kamil (the perfect man) yang dikehendaki oleh paham Ahlussunnah waljamaah.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ahlussunnah Wal Jama’ah merupakan golongan orang-orang yang selalu mengikuti apa
yang dikerjakan oleh Nabi Muhammad s.a.w. dan para shahabat serta menerima dan
mengamalkan ijma’ dan qiyah sebagai landasan hukum selain Al-Qur’an dan Hadits Nabi
Sebagai Fundamental Hukum.
Ruang lingkup Ahlussunnah Wal Jama’ah berorientasi pada tiga aspek yaitu, akidah ,
ibadah dan akhlaq yang semuanya berpedoman pada semua madzhab disamping pada Al-Quran
dan Hadits serta juga berpedoman pada ijma’dan qiyas.

6
DAFTAR PUSTAKA

Tholhah Hasan. Muhammad : Ahlussunnah Wal Jama’ah Dalam Persepsi Dan Tradisi NU;
Jakarta, 2015

7
8

Anda mungkin juga menyukai