Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Kedokteran Nanggroe Medika

TINJAUAN PUSTAKA e-ISSN: 2615-3874 | p-ISSN: 2615-3882

Diagnosis dan Tatalaksana Serangan Asma Derajat Ringan


dan Sedang pada Anak

Rismawati
Rumah Sakit Avicenna Bireuen, Aceh

ABSTRAK
Serangan asma adalah episode peningkatan yang progresif (perburukan) dari
Kata Kunci: gejala-gejala batuk, sesak napas, wheezing, rasa dada tertekan, atau berbagai
Serangan Asma, kombinasi dari gejala-gejala tersebut. Derajat serangan asma bermacam-macam,
tata laksana asma, mulai dari serangan ringan sedang sampai berat, hingga serangan yang disertai
agonis β2 kerja ancaman henti nafas. Tata laksana serangan asma dibagi menjadi dua, yaitu tata
pendek, laksana di rumah dan di fasilitas kesehatan (fasyankes)/RS. Tujuan tata laksana
nebulisasi asma pada anak adalah mencapai asma yang terkendali dengan frekuensi
serangan asma seminimal mungkin. Untuk tata laksana serangan asma ringan
sedang, sebagai tindakan awal pasien diberikan agonis β2 kerja pendek lewat
nebulisasi atau MDI dengan spacer, yang dapat diulang dua kali dalam satu jam,
dengan pertimbangan untuk menambahkan ipratropium bromida pada nebulisasi
ketiga. Kemudian nilai respons pasien, bila keadaan pasien membaik, maka pasien
dapat dipulangkan dan disiapkan untuk berobat jalan. Namun bila memburuk
atau tidak merespons, maka pasien segera dirujuk ke Rumah sakit.

Korespondensi: rismawaty.md@gmail.com (Rismawati)

| J. Ked. N. Med | VOL. 3 | NO. 4 | Desember 2020 | 31


ABSTRACT
An asthma attack is an episode of progressive increase (worsening) of symptoms
Keywords: of cough, shortness of breath, wheezing, chest tightness, or any combination
Asthma attack, of these symptoms. The degree of asthma attack varies, ranging from mild to
ashtma management, moderate attacks, to attacks that are accompanied by the threat of stopping
short-acting β2 breathing. The management of asthma attacks is divided into two, namely
agonist, treatment at home and in health facilities (fasyankes) / hospitals. The goal of
nebulization asthma management in children is to achieve controlled asthma with the lowest
possible frequency of asthma attacks. For the management of mild to moderate
asthma attacks, the patient is given a short-acting β2 agonist by nebulization
or MDI with a spacer, which can be repeated twice an hour, with consideration
of adding ipratropium bromide to the third nebulizer. Then assess the patient's
response, if the patient's condition improves, the patient can be sent home and
prepared for outpatient treatment. However, if it worsens or does not respond,
then immediately refer the patient to the hospital.

PENDAHULUAN tahun terakhir ini meningkat sebesar 50%.5 Maka dari

S
itu, penyakit pernafasan ini merupakan penyebab
erangan asma merupakan episode perburukan tingginya angka kesakitan dan kematian terbanyak
progresif dari gejala episodik berulang berupa di Indonesia.6
batuk, sesak napas, mengi atau wheezing, dan Di Indonesia, asma termasuk ke dalam sepuluh
dada terasa berat atau tertekan, terutama pada besar penyakit yang menyebabkan kesakitan dan
malam hari atau dini hari. 1 Hingga saat sekarang, kematian. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar
penyakit asma masih menjadi masalah kesehatan (RISKESDAS) tahun 2013, prevalensi asma di Indonesia
masyarakat di hampir semua negara didunia, diderita untuk semua umur adalah 4,5%. Jika dibandingkan
oleh anak-anak sampai dewasa. Serangan asma dengan data RISKESDAS tahun 2007, prevalensi
biasanya mencerminkan kegagalan tata laksana asma nasional untuk asma mengalami peningkatan sebesar
jangka panjang, dan atau adanya pajanan terhadap 1%.7 Sulawesi Tengah merupakan provinsi dengan
pencetus dalam jumlah dosis besar. Derajat serangan prevalensi asma tertinggi yaitu 7,8%. Sedangkan
asma dimulai dari serangan ringan-sedang hingga prevalensi asma terendah di Indonesia adalah
serangan berat yang disertai ancaman henti napas, provinsi Lampung sebesar 1,45%. 7 Provinsi Aceh
bahkan dapat mengancam nyawa.2,3 memiliki prevalensi asma yang masih terhitung tinggi
Serangan asma tidak hanya masalah kesehatan yaitu 4,9%. Prevalensi tertinggi di Kabupaten Aceh
masyarakat di negara maju, tetapi juga terjadi Barat, sedangkan prevalensi terendah di Gayo Lues
di negara berkembang. 4 Angka kematian yang dan Sabang. Di Banda Aceh sendiri kasus asma pada
disebabkan oleh penyakit asma diseluruh dunia bulan Maret tahun 2018 berjumlah 78 kasus.7,8
diperkirakan akan meningkat 20% pada 10 tahun
kedepan, jika tidak terkontrol dengan baik. Asma
PATOFISIOLOGI
merupakan lima penyakit terbesar yang menyumbang
kematian di dunia dengan prevalensi mencapai Kejadian utama pada saat serangan asma
17,4%. Prevalensi asma di seluruh dunia dalam 10 adalah obstruksi saluran respiratori yang luas, yang

32 | J. Ked. N. Med | VOL. 3 | NO. 4 | Desember 2020 |


disebabkan oleh kombinasi dari spasme otot polos Hipoksia dan asidosis dapat menyebabkan
bronkus, edema mukosa karena inflamasi saluran vasokonstriksi pulmonal, namun jarang terjadi
respiratori, dan sumbatan mukus atau sekresi yang komplikasi corpulmonale. Hipoksia dan vasokonstriksi
berlebihan.9 Sumbatan tidak terjadi secara merata dapat merusak sel alveoli sehingga produksi
di seluruh paru, sehingga dapat terjadi atelektasis surfaktan berkurang sampai sangat rendah, sehingga
segmental atau subsegmental. Perubahan tahanan meningkatkan risiko terjadinya atelektasis.5
saluran respiratori yang juga tidak merata di seluruh
bronkus, menyebabkan tidak padu padannya ventilasi
dengan perfusi (ventilation-perfusion mismatch).
Ventilasi (V) berkurang, sedangkan perfusi (Q) tetap
berlangsung yang mengakibatkan rasio V/Q rendah,
kurang dari 0,8.10,14
Penyempitan saluran respiratori menyebabkan
peningkatan tahanan saluran respiratori, (a) Paru Normal (b) Paru dalam Serangan
Asma
terperangkapnya udara (air trapping), dan distensi
paru yang berlebihan (hiperinflasi). Adanya Gambar 1. Struktur anatomi bronkus normal (a) dan
hiperinflasi paru dapat menyebabkan penurunan saat terjadi serangan asma (b).12
compliance paru sehingga terjadi peningkatan kerja
napas. Tekanan intrapulmonal meningkat karena DIAGNOSIS
ekspirasi tertahan melalui saluran respiratori yang
menyempit dan hal ini dapat makin mempersempit Sampai saat ini, belum ada satupun alat atau
atau menyebabkan penutupan dini saluran baku emas yang dapat digunakan untuk mendiagnosis
respiratori, sehingga meningkatkan risiko terjadinya asma pada anak dengan pasti. 13 Diagnosis asma
pneumotoraks akibat distensi alveoli yang berlebihan. mengikuti alur klasik yang ditentukan berdasarkan
Tekanan intratorakal yang meningkat mungkin kombinasi dari adanya gejala yang khas melalui
memengaruhi arus balik vena dan mengurangi curah anamnesis, pemeriksaan fisik, respons terhadap
jantung, yang kemudian bermanifestasi sebagai bronkodilator dan telah disingkirkan kemungkinan
pulsus paradoksus.5,6 penyebab yang lain.5 Anamnesis memegang peranan
Perubahan pada gas darah terjadi akibat sangat penting mengingat diagnosis asma pada anak
ventilasi-perfusi yang tidak padu padan, hipoventilasi sebagian besar ditegakkan secara kinis. Keluhan
alveolar, dan peningkatan kerja napas. Untuk wheezing dan atau batuk berulang merupakan
mengkompensasi hipoksia, pada awal serangan, manifestasi klinis yang diterima luas sebagai titik
terjadi hiperventilasi sehingga kadar PaCO 2 akan awal diagnosis asma. Gejala respiratori asma berupa
turun dan dijumpai alkalosis respiratori. Selanjutnya, kombinasi dari batuk, wheezing, sesak napas, rasa
pada obstruksi saluran respiratori yang lebih dada tertekan, dan produksi sputum. Chronic
berat, akan terjadi kelelahan otot respiratori dan recurrent cough (batuk kronik berulang, BKB) dapat
hipoventilasi alveolar sehingga terjadi hiperkapnia menjadi petunjuk awal untuk membantu diagnosis
dan asidosis respiratori. Jika dijumpai kadar PaCO2 asma. Gejala dengan karakteristik yang khas
yang cenderung naik, walau nilainya masih dalam diperlukan untuk menegakkan diagnosis asma.
rentang normal, harus diwaspadai sebagai tanda Karakteristik yang mengarah ke asma adalah
kelelahan dan ancaman gagal napas (respiratory gejala timbul secara episodik berulang.14,15 Terdapat
failure). Selain itu, akibat hipoksia jaringan dan variabilitas, yaitu intensitas gejala bervariasi dari
produksi asam laktat oleh otot respiratori, dapat waktu ke waktu, bahkan dalam 24 jam. Biasanya
terjadi asidosis metabolik.8,11 gejala lebih berat pada malam hari (nokturnal).

| J. Ked. N. Med | VOL. 3 | NO. 4 | Desember 2020 | 33


Pada sisi lain, juga ditemukan reversibilitas, yaitu kekurangan oksigen dalam darah dan kelebihan
gejala dapat membaik secara spontan atau dengan karbondioksida. Untuk menilai kekurangan oksigen
pemberian obat pereda asma.16 ini, maka beberapa pemeriksaan penunjang dapat
Gejala asma timbul bila ada faktor pencetus. digunakan untuk diagnosis serangan asma, yaitu:
Diatara faktor pencetus tersebut, biasanya berupa: pemeriksaan saturasi oksigen dan pemeriksaan
paparan bahan iritan: asap rokok, asap bakaran fungsi paru dengan menggunakan spirometri.
sampah, asap obat nyamuk, suhu dingin, udara
kering, makanan minuman dingin, penyedap rasa, Saturasi Oksigen
pengawet makanan, pewarna makanan. Alergen, Pemeriksaan saturasi oksigen dengan pulse
seperti: debu, tungau debu rumah, rontokan hewan, oximetry dilakukan sebelum diberikan terapi oksigen
serbuk sari, juga dapat menjadi pemicu terjadinya atau 5 menit setelah terapi oksigen dihentikan.
serangan asma. Faktor lain yang menjadi pemicu Pasien dengan serangan asma harus dimonitor
adalah adanya infeksi respiratori akut karena virus, ketat saturasi oksigennya, terutama pada anak yang
salesma, common cold, rinofaringitis. Aktivitas fisis, tidak dapat dilakukan pemeriksaan PEF.10 Saturasi
seperti berlarian, berteriak, menangis, atau tertawa oksigen normal pada anak adalah >95%. Saturasi
berlebihan, juga menjadi pemicu serangan asma. oksigen kurang dari <92% merupakan prediktor
Adanya riwayat alergi pada pasien atau keluarganya, diperlukannya rawat inap, sedangkan saturasi
menjadi salah satu hal penting dalam membuat oksigen <90% merupakan tanda serangan berat yang
diagnosis asma.16 memerlukan tindakan agresif.8,10
Klasifikasi asma juga dapat dinilai berdasarkan
derajat keparahan serangan, yang terbagi menjadi Spirometri
serangan ringan sedang, serangan berat, dan Pemeriksaan uji fungsi paru dengan
serangan asma dengan ancaman henti napas. 11 spirometri merupakan salah satu pemeriksaan
Seorang pasien asma persisten dapat hanya yang direkomendasikan pada serangan asma.
mengalami serangan asma derajad ringan-sedang. Permasalahan yang terjadi adalah belum semua
Kriteria untuk menentukan derajat keparahan rumah sakit di Indonesia mempunyai alat spirometri
serangan asma ringan sedang pada anak, berupa:17 untuk anak. Pada sisi lain, jika tersedia pun,
pemeriksaan fungsi paru dengan spirometri ini belum
Bicara dalam kalimat
 rutin dikerjakan.14,18
Lebih senang duduk daripada berbaring

TATA LAKSANA
Tidak gelisah

Ada beberapa obat yang digunakan untuk
Frekuensi napas meningkat

serangan asma ringan-sedang, antara lain: agonis β2
Frekuensi nadi meningkat
 kerja pendek, ipratorium bromida, steroid sistemik
Retraksi minimal
 dan adrenalin. Penggunakan obat-obat tersebut
mengacu pada kondisi klinis dan tingkat perbaikan
SpO2 (udara kamar): 90-95% dan PEF > 50% pre-
 setelah terapi awal dengan agonis β2 kerja pendek.
diksi atau terbaik.
Agonis β2 Kerja Pendek
Gejala asma serangan ringan-sedang
PEMERIKSAAN PENUNJANG
memberikan respons yang cepat terhadap inhalasi
Asma merupakan penyakit yang menyebabkan agonis β2 kerja pendek tunggal sehingga obat ini
terjadinya penyempitan saluran pernafasan, menjadi pilihan utama bagi asma serangan ringan-
yaitu di daerah bronkhus. Akibatnya, akan terjadi sedang yang terjadi di rumah maupun di fasyankes.

34 | J. Ked. N. Med | VOL. 3 | NO. 4 | Desember 2020 |


Obat ini juga diberikan sebagai premedikasi untuk kgBB/hari dengan dosis maksimum sampai 40 mg/
serangan asma yang dipicu latihan (exercise induced hari, maksimal 1 kali dalam 1 bulan. Lama pemberian
asthma). Contoh agonis β2 kerja pendek adalah 3-5 hari tanpa tappering off.5,14
salbutamol, terbutalin, dan prokaterol.19
Pada serangan asma, agonis β2 kerja pendek Adrenalin
diberikan secara inhalasi diberikan lewat DPI, MDI Apabila tidak tersedia obat-obatan lain,
dengan/tanpa spacer, atau nebuliser dengan dosis dapat digunakan adrenalin. Epinefrin (adrenalin)
sesuai beratnya serangan dan respons pasien. intramuskular diberikan sebagai terapi tambahan
Agonis β2 kerja pendek harus diberikan dengan pada asma yang berhubungan dengan anafilaksis dan
dosis terendah dan frekuensi terkecil, yaitu hanya angioedema dengan dosis 10 ug/kgBB (0,01 ml/kgBB
bila diperlukan. Tremor dan takikardia sering dialami adrenalin 1:1.000), dengan dosis maksimal 500 ug
pasien yang menggunakan agonis β2 kerja pendek (0.5 ml). Obat ini tidak diindikasikan untuk serangan
pertama kali, namun biasanya kemudian efek asma lainnya. Namun demikian, di fasyankes yang
tersebut cepat ditoleransi.5,19 tidak tersedia alat inhalasi, dapat diberikan injeksi
adrenalin untuk serangan asma.19
Ipratropium Bromida
Ipratropium bromida terbukti memberikan efek STRATEGI TATALAKSANA
dilatasi bronkus lewat penurunan tonus parasimpatis
dalam inervasi otonom di saluran napas. Pemberian Pada pasien yang memenuhi kriteria gejala
kombinasi agonis β2 kerja pendek dan ipratropium klinis untuk asma serangan ringan-sedang, sebagai
bromida (antikolinergik) pada inhalasi ke-3 saat tindakan awal pasien diberikan agonis β2 kerja
serangan asma menurunkan risiko rawat inap dan pendek lewat nebulisasi atau MDI dengan spacer,
memperbaiki PEF dan FEV1 dibandingkan dengan yang dapat diulang hingga 2 kali dalam 1 jam, dengan
agonis β2 saja.5 Sebaiknya, kombinasi agonis β2 kerja pertimbangan untuk menambahkan ipratropium
pendek dan ipratropium bromida diberikan hanya di bromida pada nebulisasi ketiga. Pasien diobservasi
bawah pengawasan dokter (fasyankes/UGD RS).5,14 sambil memperhatikan perbaikan klinis. Jika setelah
nebulisasi pasien akan memperlihatkan klinis yang
Steroid Sistemik membaik, maka pasien dapat dipulangkan.14 Apabila
Pemberian steroid sistemik dapat mempercepat pasien tidak membaik dengan 3 kali pemberian
perbaikan serangan dan mencegah kekambuhan, dan inhalasi agonis β2, maka tatalaksana lebih lanjut
direkomendasikan untuk diberikan pada semua jenis adalah mempertimbangkan pemasangan jalur
serangan. Jika memungkinkan, steroid oral diberikan parenteral dan pasien dirawat inap.5,14
dalam 1 jam pertama.20 Tata laksana serangan asma menurut GINA (The
Pemberian steroid sistemik peroral sama Global Initiative for Ashtma) terbagi menjadi dua,
efektifnya dengan pemberian secara intravena. yaitu tata laksana di rumah dan fasilitas pelayanan
Keuntungan pemberian peroral adalah lebih murah kesehatan (fasyankes)/RS. Tata laksana di rumah
dan tidak invasif. Pemberian secara oral memerlukan dilakukan oleh pasien (atau orang tuanya) sendiri
waktu sekitar 4 jam untuk memberikan perbaikan di rumah, dengan dasar memiliki pendidikan yang
klinis. Pemberian secara intravena direkomendasikan cukup dan sebelumnya telah menjalani terapi dengan
bila pasien tidak dapat menelan obat (misalnya teratur.5
terlalu sesak, muntah atau pasien memerlukan Edukasi diberikan kepada semua pasien/orang
intubasi).8 tua dari anak dengan penyakit asma. Edukasi yang
Steroid sistemik berupa prednisolon atau dimaksud adalah tentang bagaimana memantau
prednison diberikan peroral dengan dosis 1-2 mg/ gejala asma, gejala-gejala serangan asma dan rencana

| J. Ked. N. Med | VOL. 3 | NO. 4 | Desember 2020 | 35


tata laksana asma yang diberikan tertulis (ashtma oral (lanjutkan 3-5 hari). Pasien disarankan untuk
action plan, APP), harus disampaikan dengan jelas, kontrol ulang ke rumah sakit dalam 3-5 hari
termasuk tentang jenis obat dan dosisnya serta setelah dipulangkan. Bila respons tidak membaik
kapan orang tua harus segera membawa anaknya atau memburuk, maka pasien segera dirujuk ke
ke fasilitas pelayanan kesehatan. Namun pada rumah sakit. Sambil menunggu rujukan ke rumah
beberapa kondisi, pasien harus segera dibawa ke sakit, dapat dilanjutkan terapi dengan nebulisasi
fasyankes terdekat, tidak menunggu respons terapi agonis β2 kerja pendek dan ipratropium promida,
yang diberikan di rumah.13 steroid sistemik (prednisolon/prednison): 1-2
Jika anak yang mengalami serangan asma ringan mg/kgBB/hari, maksimal 40 mg iv. Oksigen tetap
datang ke pasilitas pelayanan kesehatan, maka diberikan senyak 2 liter/menit/nasal.20 Bila tidak
tindakan medis yang dilakukan adalah mengatasi tersedia obat-obatan lain, gunakan adrenalin
kekurangan oksigen dan berupaya melebarkan untuk asma yang berhubungan dengan anafilaksis
saluran pernafasan (bronkhus) yang mengalami dan angioedema, dosis 10ug/KgBB (0,01 mgKgBB
penyempitan. Secara lengkap, tatalaksana yang adrenalin 1:1.000), maksimal 500ug (0,5 ml).5,6,14,20
diberikan adalah sebagai berikut:5
1. Terapi awal: Segera memberikan oksigen, KESIMPULAN
bronkhodilator dan steroid sistemik. Oksigen
diberikan sebanyak 2 liter/menit jika SpO2 Serangan asma merupakan episode perburukan
<94%. Obat bronkhodilator yang diberikan progresif dari gejala-gejala batuk, sesak napas,
adalah agonis β2 kerja pendek (salbutamol), mengi, dada rasa tertekan, atau berbagai kombinasi
secara nebulizer atau via MDI dan spacer (4- dari gejala-gejala tersebut yang timbul secara kronik
10 semprot). Nebulisasi dapat diulang sampai dan atau berulang, cenderung memberat pada
3 kali tiap 20 menit dalam 1 jam. Untuk malam atau dini hari, dan biasanya timbul jika ada
nebulisasi ketiga, perlu dipertimbangkan untuk pencetus. Serangan asma pada anak dapat dibagi
memberikan kombinasi agonis β2 kerja pendek menjadi derajad ringan-sedang, berat, dan ancaman
(salbutamol) dan ipratropium promida. Pada henti nafas.
saat serangan dapat dberikan steroid sistemik Tatalaksana serangan asma derajad ringan-
(prednisolon/prednison), dengan dosis: 1-2 mg/ sedang terbagi dua, yaitu di rumah dan di fasyankes/
KgBB/hari, maksimal 40 mg per oral (bila tidak RS dengan memberikan respons yang cepat terhadap
memungkinkan, berikan secara intravena). Jika inhalasi agonis β2 kerja pendek tunggal sehingga
diperlukan, karena belum ada perbaikan, maka obat ini menjadi pilihan utama. Obat lainnya adalah
dapat dilajutkan terapi dengan agonis β kerja steroid inhalasi (prednison/prednisolon). Lalu nilai
pendek. 17 keberhasilan terapi, bila membaik maka pasien dapat
dipersiapkan terapi untuk berobat jalan. Namun bila
2. Penilaian hasil terapi dan tindak lanjut. Nilai
memburuk, maka pasien segera di rujuk ke rumah
respons terapi dalam 1 jam berikutnya (atau
sakit terdekat.
lebih cepat).13 Bila respons membaik, maka
lakukan penilaian sebelum dipulangkan.5 Kondisi
pasien dikatakan membaik jika gejala membaik, DAFTAR KEPUSTAKAAN
SpO2 >94% (udara kamar), PEF membaik, dan 60-
1. Hoch HE, Houin PR, Stillwell PC. 2019. Ashtma
80% nilai prediksi terbaik. Pasien dipersiapkan
in Children: A Brief Review for Primary Care
untuk rawat jalan, dengan membekali: Obat
Providers. Pediatr Ann. 2019 Mar 1;48(3).
pereda (lanjut sampai gejala reda/hilang), obat
pengendali (dimulai, dilanjutkan, dinaikkan 2. Dharmayanti I, Hapsari D, Azhar K. Asma pada
sesuai dengan derajat kekerapan asma), steroid anak di Indonesia: penyebab dan pencetus. J Kes

36 | J. Ked. N. Med | VOL. 3 | NO. 4 | Desember 2020 |


Masy Nas. 2015 Mei; 9(4): p. 320-6. periostin in respiratory disorders. Am J Respir Crit
Care Med. 2016;193(9):949-956.
3. UKK Emergenci dan Rawat Intensif Anak.
Advanced Pediatric Resusciation Course. IDAI: 13. Cahill KN, Katz HR, Cui J, et al. KIT inhibition
2019. by imatinib in patients with severe refractory
asthma. N Engl J Med. 2017;376(20):1911-1920.
4. WHO (2016) World Health Statistics 2016.
14. Global Initiative for Asthma. Global Strategy for
5. UKK Respirologi PP Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Asthma Management and Prevention, 2018.
Pedoman Nasional Asma Anak Edisi Ke-2 Cetakan
Available from: www.ginasthma.org
ke-2. Jakarta: 2016.
15. Nurmagambetov T, Kuwahara R, Garbe P. The
6. Grossman NL, Doros GD, Fandino N, et al.
economic burden of asthma in the United States,
Susceptibility to exacerbations in black adults
2008-2013. Ann Am Thorac Soc. 2018;15(3):348-
with asthma. J Asthma. 2018:1-20.
356.
7. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
16. Castro M, Corren J, Pavord ID, et al. Dupilumab
(2013) ‘Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013’,
efficacy and safety in moderate-to-severe
Laporan Nasional 2013, pp. 1-384. doi: 1 Desember
uncontrolled asthma. N Engl J Med. 2018;378(26):
2013. Jakarta. Available at: http://www.depkes.
2486-2496.
go.id/resources/general/HasilRiskesdas2013.pdf.
17. Corren J, Parnes JR, Wang L, et al. Tezepelumab
8. Kliegman RM, St Geme III, Blum NJ, Shah SS,
in adults with uncontrolled asthma. N Engl J
Tasker RC, Wilson KM, Behrman RE, editor.
Med. 2017;377(10):936-946.
Nelson textbook of Pediatrics. Edisi 21. Elsevier,
2019. 18. Fitzpatrick AM, Moore WC. Severe asthma
phenotypes—how should they guide evaluation
9. Dharmayanti I, Hapsari D, Azhar K. Asma pada
and treatment? J Allergy Clin Immunol Pract.
anak di Indonesia: penyebab dan pencetus. J Kes
2017;5(4):901-908.
Masy Nas. 2015 Mei; 9(4): p. 320-6.
19. Bateman ED, Guerreros AG, Brockhaus F, et al.
10. Kliegman RM, St Geme III, Blum NJ, Shah SS,
Fevipiprant, an oral prostaglandin DP2 receptor
Tasker RC, Wilson KM, Behrman RE, editor.
(CRTh2) antagonist, in allergic asthma uncontrolled
Nelson textbook of Pediatrics. Edisi 21. Elsevier,
on low-dose inhaled corticosteroids. Eur Respir
2019.
J. 2017;50(2).
11. Haktanir Abul Mehtap, Phipatanakul Wanda.
20. Nyenhuis SM, Krishnan JA, Berry A, et al.
2019. Severe asthma in children: Evaluation and
Race is associated with differences in airway
Management. Epub: 14 Jan 2019.
inflammation in patients with asthma. J Allergy
12. Izuhara K, Conway SJ, Moore BB, et al. Roles of Clin Immunol. 2017;140(1):257-265.e211.

| J. Ked. N. Med | VOL. 3 | NO. 4 | Desember 2020 | 37

Anda mungkin juga menyukai