Pendekatan Metodelogi DED Somber R 01
Pendekatan Metodelogi DED Somber R 01
E.1.1 Transportasi
E-1
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
E-2
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
A. Pengertian Pelabuhan
E-3
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
B. Klasifikasi Pelabuhan
E-4
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
c. Pelabuhan otonom
b. Pelabuhan pantai
E-5
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
C. Fasilitas Pelabuhan
1. Penahan Gelombang
E-6
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
2. Jembatan (Jetty)
E-7
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
Gambar E.3 Salah Satu Contoh Konstruksi Jetty pada bagian trestle
3. Dolphin
E-8
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
5. Tempat Labuh
7. Rambu kapal
8. Gudang
E-9
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
peti kemas. Gudang merupakan bagian yang penting dari suatu pelabuhan
Karena dalam gudang inilah barang yang akan dimuat atau yang telah
dibongkar dari kapal untuk sementara disimpan, kecuali bila muatan
dimuat dalam petikemas.
Jenis gudang dibagi menurut masuk wilayah kepabeanan atau tidak, jenis
barang yang disimpan dan lamanya penyimpanan barang. Sedangkan
fungsi gudang mencakup menyeimbangkan volume barang yang diangkut
oleh kapal dan yang akan atau telah diangkut angkutan darat. Sedangkan
fungsi lainnya untuk memperlancar formalitas administrasi dan
kepaeanan, mencegah kerusakan barang serta sebagai penampungan
sementara untuk barang yang akan diangkut kembali.
Sarana dan prasarana harus memiliki ketergantungan satu dengan yang
lainnyasehingga fasilitas pelabuhan harus memadai dan disesuaikan dengan
perkembangan sarananya. Secara tegas maka sarana dan prasarana keduanya
saling membatasi dan berjalan seiring. Ketidakseimbangan antara sarana dan
prasarana akan berakibat kerugian bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Pemilihan satu jenis sarana angkutan laut harus memperhatikan prasarananya
dan bila perlu diadakan penyesuaian. Untuk mencapai hasil yang maksimal,
maka pengusahaan dan pembangunan pelabuhan, perencanaan dan
perancangannya haruslah dinilai dari segi-segi social, politik, teknis,
manajemen, finansiil/ekonomis dan operasional.
Keputusan Menteri Perhubungan nomor 52 tahun 2004 tentang
penyelenggaraan pelabuhan penyeberangan menetapkan fasilitas-fasilitas
pelabuhan berdasarkan kebutuhan lahan daratan dan perairan dalam rencana
induk pelabuhan penyeberangan.
Fasilitas perairan dan dasar kebutuhan lahan perairan untuk kegiatan
pelayanan jasa/operasional langsung.
1. Panjang dermaga
A ≥ 1,3L
Dimana, L = panjang kapal
E-10
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
A = 1,8L * 1,5L
W = 9B + 30 meter
Dimana, w = Lebar alur
B = Lebar kapal
A=N* * R2
Dimana, A = Luas areal berlabuh,
R = L + 6D + 30 meter
L = Panjang kapal
D = kedalaman air
R = Jari-jari areal untuk berlabuh per kapal
E.1.2 Dermaga
Dermaga adalah satu bangunan pelabuhan yang digunakan untuk merapat dan
menambatkan kapal yang melakukan bongkar dan muat barang dan tempat untuk
menaik – turunkan penumpang. Dimensi dermaga didasarkan pada jenis dan ukuran
kapal yang merapat dan bertambat pada dermaga tersebut. Dalam
mempertimbangkan ukuran dermaga, harus didasarkan pada ukuran-ukuran
minimal sehingga kapal dapat bertambat atau meninggalkan dermaga maupun
melakukan bongkar muat barang dapat dilakukan dengan aman, cepat dan lancar.
(Bambang Triadmodjo,hal 157).
Pada dermaga dilakukan berbagai kegiatan bongkar muat barang dan orang dari dan
ke atas kapal. Di dermaga juga dilakukan kegiatan untuk mengisi bahan bakar untuk
E-11
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
kapal, air minum, air bersih, saluran untuk air kotor/limbah yang akan diproses
lebih lanjut di pelabuhan. Hal yang perlu diingat bahwa dimensi dermaga didasarkan
pada jenis dan ukuran kapal yang merapat dan bertambat pada dermaga tersebut.
Jenis - jenis dermaga berdasarkan jenis barang yang dilayani:
E-12
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
Biasanya di lokasi pantai tidak landai yang sering disebut sebagai pelabuhan
alam sehingga kedalaman yang diinginkan tidak terlalu jauh dari garis pantai.
2. Dermaga Dophin
Dermaga yang berbentuk tempat sandar kapal berupa dolphin di atas tiang
pancang. Biasanya dilokasi dengan pantai yang landai, diperlukan jembatan
trestel sampai dengan kedalaman yang dibutuhkan.
3. Dermaga System Jetty
Dapat berupa dermaga apung umumnya digunakan untuk kapal-kapal
penumpang pada dermaga angkutan sungai/danau yang tidak membutuhkan
konstruksi yang kuat untuk menahan muatan barang yang akan diangkut
dengan kapal.
1. Pelayanan kapal.
a. Jasa labuh : dikenakan terhadap kapal yang menggunakan perairan
pelabuhan.
b. Jasa tambat : setiap kapal yang berlabuh dipelabuhan dan tidak melakukan
kegiatan kecuali kapal perang dan kapal pemerintah akan dikenakan jasa
tambat.
c. Jasa pemanduan terbagi dua yaitu pandu laut yakni pemanduan diperairan
antara batas luar perairan hingga batas pandu Bandar dengan pandu
Bandar yakni pandu yang bertugas memandu kapal dari batas perairan
Bandar hingga kapal masuk dikolam pelabuhan dan sandar didermaga.
Indikator pelayanan untuk kapal yaitu :
1) Rata-rata kedatangan kapal per hari ( arrival rate )
2) Waktu pelayanan ( service time )
3) Tonnage pership ( jumlah tonase barang yang dikerjakan / diangkut
untuk seluruh kapal )
E-13
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
E.1.4 Kapal
A. Ukuran Kapal
Besarnya kapal ditentukan dalam register ton (ton register). Untuk ukuran
besarnya kapal dikenal istilah gross register ton (GRT) dan net register ton
(NRT).
Gross register ton (GRT) adalah jumlah dari semua ruangan kapal yang tertutup
atau yang dapat ditutup secara kedap air, baik yang berada dibawah geladak
E-14
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
maupun yang berada diatasnya. Oleh karena 1 register ton = 100 cft (cubic feet)
dan 100 cft = 2,83 M3 maka besar GRT adalah adalah total ruangan dalam cubic
feet dibagi 100.
Net register ton adalah ruangan yang tersedia untuk barang dan penumpang
atau juga daya angkut kapal yang dinyatakan dalam volume. NRT merupakan
GRT dikurangi dengan :
Salah satu ukuran untuk besar kapal adalah panjang kapal, yang berpengaruh
dalam penyediaan tempat untuk sandar. Panjang kapal dinyatakan dalam length
over all (LOA) dan long between perpendiculars (LBP). LOA adalah panjang
kapal secara keseluruhan yang diukur dari ujung depan (haluan) sampai ujung
belakang (burutan). LBP (panjang garis air) adalah panjang antara kedua ujung
design load water line pada titik perpotongan haluan dan poros kemudi.
Soedjono (2001 hal 41).
B. Jenis Kapal
Sesuai dengan fungsinya, kapal dapat dibedakan menjadi beberapa tipe sebagai
berikut :
1. Kapal penumpang
Bagi Negara kepulauan yang memiliki taraf hidup yang relatif rendah, kapal
penumpang mempunyai peranan yang sangat penting. Jarak antar pulau
yang relative dekat masih bisa dilayani dengan kapal penumpang. Di
Indonesia sendiri, dengan semakin mudahnya hubungan antar pulau
(Sumatra-Jawa-Bali) semakin banyak beroperasi kapal-kapal ferri yang
E-15
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
2. Kapal barang
E-16
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
c. Kapal tanker
1. Laporan Pendahuluan;
Laporan ini berisi tentang gambaran umum lokasi pekerjaan, pendekatan dan
metodologi yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan, serta rencana kerja
dan organisasi pelaksanaan pekerjaan.
2. Laporan Antara;
Laporan ini berisi hasil-hasil survey lapangan berdasarkan situasi terakhir
(pengumpulan data primer dan sekunder), kemudian dianalisis untuk
mendapatkan kerangka atau basic design dari rencana infrastruktur yang akan
dibangun.
E-17
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
Dengan mengacu pada keluaran akhir ini, maka pendekatan yang dilakukan pada
kegiatan ini adalah pendekatan kesisteman, dimana tinjauan dilakukan pada
seluruh komponen yang ada dalam sistem. Dalam hal ini yang dimaksud dengan
sistem dibatasi hanya pada lingkup sistem DED Pengembangan Pelabuhan Somber.
Dengan dasar ini maka dalam pelaksanaannya, pekerjaan ini akan dilakukan dalam
lima tahapan kegiatan, yaitu :
Kelima Tahapan kegiatan ini meskipun merupakan tahapan dengan aspek bahasan
yang berbeda satu dengan lainnya, tetapi dalam pelaksanaannya merupakan aspek
yang terkait secara intens. Dengan demikian, maka dalam pelaksanaannya, kesemua
aspek itu ditinjau secara menyeluruh, dan pelaksanaannya dilakukan secara
mendalam.
E-18
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
Tahapan-tahapan di atas dapat dilihat secara lebih rinci dalam diagram alir yang
diperlihatkan dalam Diagram E.1. Pada diagram tersebut terlihat jelas bahwa
keterkaitan antara setiap aspek kajian sangatlah erat. Untuk masing-masing aspek
kajian rinciannya dilakukan dalam bentuk alur kegiatan dan alur data. Satu kegiatan
dihubungkan dengan kegiatan lainnya dalam bentuk transformasi data ataupun alur
data. Karena keterkaitan antara aspek kajian sangatlah erat, maka pemilahan yang
transparan antara satu aspek kajian dengan aspek kajian lainnya secara diagramatis
sulit dilakukan. Meskipun demikian pemilahan aspek kajian dapat dilihat secara
mudah.
Selanjutnya, jika dikaji lebih dalam, masing-masing tahapan ini merupakan
sekumpulan aktifitas yang cukup beragam dimana uraian dari masing-masing
aktifitas tersebut dapat dilihat pada bagan pada halaman berikut :
E-19
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
E-20
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
Pengertian sasaran di sini adalah suatu target atau kondisi yang ingin dicapai
dan menjadi tolok ukur keberhasilan. Untuk mencapai sasaran tersebut kita
harus menentukan arah, tahapan atau cara (misi) yang akan digunakan sesuai
dengan potensi yang dimiliki. Makin jelas sasaran yang ingin dicapai serta
makin mengetahui potensi yang dimiliki, makin mudah untuk menentukan
arah/cara pencapaiannya karena makin jelas masalah yang dihadapinya.
Proses DED Pengembangan Pelabuhan Somber tersebut disamping
memberikan dampak langsung sesuai dengan tujuan pembangunan, juga akan
memberikan dampak terhadap lingkungan sekitar dimana pembangunan
tersebut terjadi.
Kondisi yang ada merupakan keadaan yang terjadi saat ini terutama yang
dapat mempengaruhi terhadap proses perencanaan dan perancangan sesuai
lingkup pekerjaan, baik secara fisik maupun non fisik.
E-21
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
Koefisien dasar dermaga
Perincian penggunaan lahan, perkerasan, penghijauan dan lain-lain.
Yang dimaksud dengan survey data lapangan di sini adalah pengumpulan data
dan informasi mengenai kondisi fisik lapangan, antara lain berupa konfigurasi
lahan perencanaan dan benda-benda (dermaga) yang terdapat di lahan
perencanaan tersebut, sumber daya yang dapat dimanfaatkan (air, listrik)
serta daya dukung tanahnya. Dalam hal ini data dan informasi tersebut
diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung di lapangan, pengukuran
topografi, penyelidikan tanah, survey bathymetry dan pengujian
laboratorium. Data dan informasi dari hasil survey sebelumnya (data
sekunder) dapat juga digunakan sebagai acuan.
Kondisi fisik lokasi perencanaan yang dapat mempengaruhi terhadap
perencanaan antara lain adalah sebagai berikut :
E-22
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
1) Desain Awal
Dari fakta dan analisa dalam membangun idea berupa usulan bangunan
pelabuhan yang memenuhi kriteria. Kompleksitas fungsi pelabuhan
dipadukan dengan kuatnya karakter site dan sejarah serta diwarnai
dengan pemahaman akan menghasilkan karya bangunan pelabuhan yang
bernilai.
Disain usulan merupakan sintesis yang memperhatikan aspek: fungsional,
karakter site. struktural, budaya, estetika, ekonomi dan lingkungan serta
memasukan unsur inovasi.
Teknik presentasi design usulan dengan bantuan komputer bisa
ditampilkan dalam bentuk animasi, tiga dimensi, ataupun poto futuristik
sehingga tergambar suasana pada kondisi setelah terbangun.
Disain usulan yang memperhatikan aspek seperti diatas disertai dengan
penampilan yang physical dan merupakan jawaban terhadap isu utama
dengan menerapkan sistem terbaru sehingga perwujudannya menjadi
lengkap dan utuh, dipastikan yang demikian akan menjadi arsitektur
futuris dan bernilai.
E-23
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
E-24
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
E-25
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
E-26
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
E-27
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
Selain gambar tiga dimensi eksterior dapat pula ditampilkan tiga dimensi
ruang dalam fasilitas penunjang sehingga tampak suasana prediksi pada
saat pelabuhan telah dibangun dan digunakan.
2) Optimalisasi Disain
Evaluasi di dalam design pelabuhan terjadi pada berbagai skala dan
tahapan, dengan melibatkan pihak-pihak yang terkait. Fokus evaluasi
terhadap semua aspek baik arsitektural, structural, fungsional, financial,
sejarah dan budaya, termasuk peraturan lingkungan, zona peruntukan,
juga dievaluasi terhadap daya dukung dermaga terhadap fungsinya
seiring berjalannya waktu.
Evaluasi dapat dilakukan dengan melihat kembali tiga tahapan proses
sebelumnya, apakah konsisten terhadap tujuan dan kriteria fasilitas
penunjang yang dinginkan. Proses evaluasi sebenarnya terus berulang
selama proses disain.
3) Penyiapan Dokumen
Pada tahap ini aktivitasnya adalah menyiapkan dokumen pelaksanaan
seperti: gambar kerja, Gambar Detail, Rencana Kerja dan Sarat, serta
dokumen lelang.
E-28
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
E-29
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
E-30
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
E-31
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
E-32
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
E-33
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
Dalam setiap tahapan diatas ada hasil kerja dan akan disampaikan kepada
pengguna jasa baik waktu maupun isi laporan sesuai seperti tertuang
dalam KAK ( Kerangka Acuan Kerja ) yang telah kami terima.
E-34
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
E.2 Metodologi
E-35
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
Visi dapat dirinci dalam waktu dimana visi tersebut diharapkan terjadi, dapat
berupa:
Visi ini dapat juga tarkait dengan tujuan atau sasaran pembangunan, atau
E-36
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
Strategi adalah cara untuk mencapai visi, yang dijabarkan dalam rencana atau
rancangan. Perumusan strategi terkait erat dengan perumusan tujuan dan
sasaran bagi strategi tersebut. Jika tujuan (goals) lebih bersifat ultimate serta
tidak langsung, maka sasaran (objectives) lebih bersifat langsung serta
konkret. Tujuan pada dasarnya dapat berupa pemecahan masalah,
pemenuhan kebutuhan, atau pemanfaatan peluang.
E-37
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
E-38
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
3. Data Hidro-Oceanografi
Data-data sekunder Hidro-Oceanografi merupakan data pendukung
sebagai referensi dalam perencanaan terutama pengecekan hasil survei
Hidro-Oceanografi yang akan dilakukan. Kebutuhan data antara lain:
Data pasang surut.
Data arus dan gelombang.
4. Data Meteorologi
Dalam perencanaan dermaga, kebutuhan data meteorologi adalah salah
satu unsur yang sangat penting terutama untuk menentukan layout
rencana. Data meteorologi yang digunakan sebaiknya merupakan hasil
pengamatan dari stasiun yang terdekat sehingga dapat dianggap mewakili
kondisi di lokasi perencanaan. Data meteorologi yang diperlukan adalah:
Data angin harian maksimum stasiun terdekat.
Data curah hujan harian maksimum stasiun terdekat.
Data iklim stasiun terdekat.
5. Data Sosial Ekonomi Penunjang
Parameter sosial dan ekonomi menjadi sangat penting mengingat
peruntukkan dan fungsi dermaga tidak terlepas dari perkembangan sosial
lingkungan dan ekonomi wilayah tersebut. Data-data yang diperlukan
antara lain:
Data kependudukan (Demografi).
Data fasilitas dan utilitas yang tersedia.
Data pendapatan ekonomi wilayah (PDRB/GDP/GRDP).
Data bahan bangunan/material dan upah.
6. Data Eksisting Pelabuhan
Perencanaan pelabuhan maupun rencana pengembangan pelabuhan yang
ada tidak terlepas dari kondisi pelabuhan yang telah ada sebelumnya. Data-
data eksisting pelabuhan yang diperlukan antara lain:
Data fasilitas pelabuhan dan peralatan
Data operasional pelabuhan
Kondisi alur pelayaran
Cakupan wilayah pelayaran yang dilayani
E-39
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
E-40
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
E-41
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
1. Pekerjaan Pengukuran
Pengukuran ini dimasksudkan untuk menetapkan posisi dari titik awal proyek
terhadap koordinat maupun elevasi triangulasi, agar pada saat pengukuran
untuk pelaksanaan (stake out) mudah dilakukan. Data koordinat dan ketinggian
titik triangulasi diperoleh dari studi terdahulu. Referensi ketinggian titik
triangulasi adalah permukaan laut rata-rata, sedangkan data koordinat
triangulasi berupa koordinat geografis lintang dan bujur dalam sistem
koordinat UTM (Universal Transverse Mercator) yang kemudian ditransformasi
ke dalam sistem koordinat Cartesian (x, y).
Setelah dilakukan pengukuran pengikatan untuk menentukan titik awal proyek,
selanjutnya dilakukan pengukuran titik-titik kontrol, baik titik kontrol
horizontal maupun vertikal. Pengukuran titik-titik kontrol (control survey)
adalah pekerjaan pengukuran untuk pemasangan patok-patok yang kelak akan
digunakan sebagai titik-titik dasar dalam berbagai macam pekerjaan
pengukuran. Pengukuran yang dilakukan untuk memperoleh hubungan posisi
di antara titik-titik dasar disebut pengukuran titik-titik kontrol dan hasilnya
akan dipergunakan untuk pengukuran detail.
2. Orientasi Medan
Sebagai langkah awal setelah tim tiba di Base Camp lapangan adalah melakukan
orientasi medan yang meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a. Melacak letak dan kondisi existing BM (BM yang telah terpasang
sebelumnya) dan pilar beton lainnya yang akan dimanfaatkan sebagai titik-
titik kontrol pengukuran.
b. Meninjau dan mengamati kondisi sungai beserta keadaan daerah
sekitarnya.
c. Melacak serta mengamati keadaan di dalam lokasi.
d. Penghimpunan Tenaga Lokal (TL) yang diambil dari penduduk sekitar
lokasi.
e. Melakukan konsolidasi internal terhadap kesiapan personil, peralatan,
perlengkapan, material, serta logistik.
f. Melakukan konsultasi teknis serta meninjau lokasi secara bersama-sama
dengan Pengawas Lapangan.
E-42
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
E-43
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
Pen kuningan
Ø6 cm
20
Pelat marmer 12 x 12 Pipa pralon PVC Ø6 cm
25
Nomor titik
10
100
65
Dicor beton
75
20
Beton 1:2:3
15
10
20
Pasir dipadatkan
20
40
E-44
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
E-45
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
Jarak AB = d1 + d2 + d3
E-46
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
AB
B
AC
A
C
E-47
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
(T) = M + atau T = M + ( T - M )
di mana:
(T) = azimuth ke target
M = azimuth pusat matahari
(T) = bacaan jurusan mendatar ke target
(M) = bacaan jurusan mendatar ke matahari
= sudut mendatar antara jurusan ke matahari dengan jurusan ke
target
U (Geografi)
Matahari
M T
Target
A
E-48
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
Slag 2
Slag 1 b2 m21
b1 m1
Bidang Referensi
D
D
E-49
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
6. Pengukuran Situasi
Dimaksudkan untuk mendapatkan data situasi dan detail lokasi pengukuran.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam pengukuran situasi, yaitu:
Pengukuran situasi detail dilakukan dengan cara Tachymetri.
Ketelitian alat yang dipakai adalah 20”.
Poligon tambahan jika diperlukan dapat diukur dengan metode Raai dan
Vorstraal.
Ketelitian poligon raai untuk sudut 20” n, dimana n = banyaknya titik
sudut.
Ketelitian linier poligoon raai yaitu 1 : 1000.
Kerapatan titik detail harus dibuat sedemikian rupa sehingga bentuk
topografi dan bentuk buatan manusia dapat digambarkan sesuai dengan
keadaan lapangan.
Sketsa lokasi detail harus dibuat rapi, jelas dan lengkap sehingga
memudahkan penggambaran dan memenuhi mutu yang baik dari peta.
Sudut poligon raai dibaca satu seri.
Ketelitian tinggi poligon raai 10 cmD (D dalam km).
Dengan cara tachymetri ini diperoleh data-data sebagai berikut:
Azimuth magnetis.
Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah).
Sudut zenith atau sudut miring.
Tinggi alat ukur.
Berdasarkan besaran-besaran tersebut diatas selanjutnya melalui proses
hitungan, diperoleh Jarak datar dan beda tinggi antara dua titik yang telah
diketahui koordinatnya (X, Y, Z).
7. Perhitungan Hasil Pengukuran
Semua pekerjaan hitungan sementara harus selesai di lapangan sehingga
kalau ada kesalahan dapat segera diulang untuk dapat diperbaiki saat itu
pula.
Stasiun pengamatan matahari harus tercantum pada sketsa.
E-50
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
C. Survey Bathymetri
Survei Bathimetri atau seringkali disebut dengan Pemeruman (sounding)
dimaksudkan untuk mengetahui keadaan topografi dasar laut. Cara yang dipakai
dalam pengukuran ini adalah dengan menentukan posisi-posisi kedalaman laut
pada jalur tegak lurus pantai ke arah laut dan jalur sejajar pantai untuk cross check.
Penentuan posisi-posisi kedalaman dilakukan menggunakan GPS. GPS adalah sistem
radio navigasi dan penentuan posisi menggunakan satelit yang dimiliki dan dikelola
oleh Amerika Serikat. Sistem yang dapat digunakan oleh banyak orang sekaligus
dalam segala cuaca ini, serta didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga
dimensi yang teliti dan juga informasi mengenai waktu secara kontinyu di seluruh
dunia.
Dalam kaitannya dengan aktivitas pemetaan laut, metode penentuan posisi yang
digunakan umumnya adalah metode kinematik diferensial menggunakan data
pseudorange untuk aplikasi-aplikasi yang menuntut ketelitian menengah (level
meter) dan menggunakan data fase untuk ketelitian yang lebih tinggi (level cm).
Penentuan posisi secara kinematik adalah penentuan posisi dari titik-titik yang
bergerak dan receiver GPS tidak dapat atau tidak punya kesempatan untuk berhenti
pada titik-titik tersebut.
Penentuan titik lajur sounding setiap 10 meter (disekitar rencana dermaga) dan 20
meter di luar itu, dilaksanakan dengan cara pengukuran traverse sepanjang
sungai/pantai. Titik lajur sounding ini diikatkan pula dengan jaringan poligon (dari
pekerjaan topografi). Luas area yang akan disurvey 0.5 mil termasuk penelitian
accer fair way selebar 50 meter sejauh 2 mil.
E-51
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
E-52
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
3. Haluan Pemeruman
Haluan Pemeruman yang dilaksanakan semaksimal mungkin tegak lurus garis
pantai, sesuai dengan ketentuan, isobath (isometric-depth) hampir sejajar garis
pantai.
a. Cara Penentuan Fix Point (Posisi Kedalaman)
Penentuan fix point dilakukan dengan cara ikatan kemuka. Untuk cara
ini diperlukan dua buah theodolite yang ditempatkan di darat, pada
titik kerangka dasar peta (poligon), dibantu dengan minimal dua buah
titik referensi.
Seorang surveyor hidro-oceanografi berada di motor boat memberi
aba-aba kepada surveyor topografi melalui handy talky, pada saat yang
bersamaan, di baca sudut jurusan ke arah posisi motor boat.
Satu surveyor memberi tanda pada kertas rekaman sounding.
Dua orang buruh lokal yang memegang bendera di darat pindah ke jalur
selanjutnya sesudah satu jalur selesai.
Untuk pengecekan kedalaman pada jalur sounding, dibuat beberapa
jalur cross sounding atau sounding silang.
Jarak antara ray (jalur) sounding dekat darat sampai perairan di depan
dermaga 10 m dan di laut 25 m.
Sounding dilakukan pulang-pergi, pergi dengan jalur-jalur ganjil dan
pulang dengan jalur-jalur genap.
b. Alat Apung (Kapal Perum atau Sekoci Perum)
Kapal perum yang digunakan diusahakan supaya:
Ruangan cukup untuk peralatan (echosounder, tempat memplot fix
point dan personil),
Kecepatan dapat dipertahankan konstan selama pemeruman
berlangsung,
Untuk lebih jelasnya metoda penentuan posisi fix point dapat
dijelaskan seperti pada
Gambar Berdasarkan gambar tersebut posisi fix point dapat dihitung
berdasarkan rumus sebagai berikut:
E-53
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
D A B D A S D B S
Sin 3 Sin 2 Sin1
D AB Sin 2
D AS
Sin 3
D AB Sin 1
DBS
Sin 3
bergerak
S1 S2
1 1 2 2
D(A-B)
B
A
BS AB 180 2
di mana:
AB = azimuth A ke B
XB XA
ArcTan
YB Y A
AS = azimuth A ke S
BS = azimuth B ke S
Koordinat titik S dihitung dari titik A
Xs.1 = XA + DASSinAS
E-54
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
Ys.1 = YA + DASCosAS
Koordinat titik S dihitung dari titik B
Xs.2 = XB + DBSSinBS
Ys.1 = YB + DBSCosBS
Koordinat titik S rata-rata
X1 X 2 Y Y2
X Rata rata ; YRata rata 1
2 2
Koordinat titik S rata-rata
Untuk mengukur kedalaman akan digunakan echosounder merk Raytheon
atau Furuno. Bersamaan dengan pengukuran kedalaman (sounding)
dilakukan juga pembacaan pasang surut dengan maksud untuk koreksi
kedalaman. Untuk menghitung elevasi titik-titik sounding dipakai elevasi
muka air dari hasil pembacaan pasang surut di lokasi proyek. Untuk harga
kedalaman, diperhitungkan juga koreksi dari hasil bar check (tesbar)
terhadap alat echosounder.
Pembuatan titik tetap utama (referensi benchmark) yang merupakan titik
awal pengukuran arah horizontal dan vertikal. Titik tetap (referensi
benchmark) tersebut ditetapkan dan diikatkan vertikal dengan pengukuran
pasang surut (peilschaal) di perairan yang ditentukan. Benchmark juga
diikatkan dengan menggunakan pengukuran horizontal poligon dan GPS.
Titik ini harus ditempatkan ditempat yang aman dan mudah terlihat. Titik
referensi tersebut diukur berdasarkan sistem koordinat geografis;
Pemeruman (kedalaman air) dengan referensi kedudukan air surut
terendah (LLWS) sesuai dengan pengikatan pasang surut (peilschaal);
Pengukuran dan penggambaran garis pantai berdasarkan kedudukan air
pasang tertinggi (HHWS) dan kedudukan air surut terendah (LLWS);
Penandaan (marking) posisi benda-benda yang dapat mengganggu
pelayaran dalam koordinat geografis;
Pengamatan arus simultan, arus dominan sedimentasi, abrasi sedimen
melayang (suspended sediment);
E-55
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
E-56
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
BT. 2 BT. 1
T.P
Nol Peilscaal
E-57
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
E-58
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
E-59
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
E-60
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
E-61
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
tripod
mesin bor
bagan
stang bor
muka air laut
dasar laut
5. Personel
Ahli Geoteknik, Assisten Ahli dan Tenaga Kerja
6. Peralatan Survey
Dutch Cone Penetrometer
Mesin Bor
Core Barrels
7. Out Put
Bor Log
Grain size analysis
Atterberg limits
Insitu bulk and dry density
Natural moisture content
Consulidation charactaristic
Share strenght charactaristic
E.2.4 Tahapan Analisa Data
E-62
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
X P X A d APSinAP
YP YA d AP Cos AP
E-63
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
12 1A 1
AP A 1 1 180
23 21 1 12 2 180
AP A 1 2 2 180
34 32 3 23 3 180
AP A 1 2 3 3 180
4B 43 4 34 4 180
43 A 1 2 3 4 4 180
Koordinat titik kerangka dasar dihitung dengan perataan metoda Bowdith. Rumus-
rumus yang merupakan syarat geometrik poligon dituliskan sebagai berikut :
di mana:
= sudut jurusan
= sudut ukuran
n = bilangan kelipatan
m
X Akhir X Awal X i 0
i 1
di mana:
X = absis
E-64
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
c) Koreksi ordinat
di
KY fY
di
di mana:
Y = ordinat
SL f X 2
fY 2
KL
f X 2
f Y 2
1 : 5.000
D
di mana:
αM = azimuth matahari
E-65
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
Dalam perhitungan azimuth matahari harga sudut miring (m) atau sudut Zenith (Z)
yang dimasukkan adalah harga definitif sebagai berikut:
Z d Z u r 1 d p i atau
2
m d mu r 1 d p i
2
di mana:
Zd = sudut zenith definitif
Md = sudut miring definitif
Zu = sudut zenith hasil ukuran
Mu = sudut zenith hasil ukuran
R = koreksi refraksi
1/2d = koreksi semidiameter
p = koreksi paralax
I = salah indeks alat ukur
H Akhir H Awal H FH
T 8 D mm
b) Hitungan beda tinggi
H 2 H 1 H 12 KH
di mana:
H = tinggi titik
E-66
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
ΔH = beda tinggi
Btb = benang tengah belakang
Btm = benang tengah muka
FH = salah penutup beda tinggi
KH = koreksi beda tinggi
d
FH
d
T = toleransi kesalahan penutup sudut
D = jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal (kilo meter)
a) Azimuth magnetis
b) Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah)
c) Sudut zenith atau sudut miring
d) Tinggi alat ukur
Untuk menentukan tinggi titik B dari tinggi A yang telah diketahui koordinat (X, Y,
Z), digunakan rumus sebagai berikut :
TB T A H
1
H 100 Ba Bb Sin2m TA Bt
2
Dd = DOCos2m
Dd = 100(Ba - Bb)Cos2m
di mana:
E-67
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
TA = Tinggi alat
Do = jarak optis (100( Ba-Bb) )
m = sudut miring
C= g- m
di mana:
g = azimuth geografis
m = azimuth Magnetis
3. Personil
Ahli Geodesi, Ahli Oceanografi, Surveyor Topografi dan Bathimetri.
4. Output
Peta dasar topografi dan bathimetri skala 1 : 5.000 dan skala 1 : 1.000 dengan
interval kontur 0.5 m.
B. Analisa Hidro-oceanografi
1. Tujuan
Melakukan analisa data hasil survei hidro-oceanogafi sehingga dapat dilihat
gambaran kondisi hidro-oceanogafi dari perairan di sekitar lokasi yang nantinya
akan digunakan untuk perencanaan fasilitas-fasilitas dermaga.
2. Ruang Lingkup
a. Analisa pasang surut.
b. Analisa arus.
c. Analisa angin.
d. Analisa gelombang.
E-68
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
Analisa pasang surut dilakukan untuk menentukan elevasi muka air rencana bagi
perencanaan fasilitas laut, mengetahui tipe pasang surut yang terjadi dan
meramalkan fluktuasi muka air. Aanalisa pasang surut adalah sebagai berikut :
a. Menguraikan Komponen-komponen Pasang Surut
Menguraikan komponen-komponen pasang surut adalah menguraikan fluktuasi
muka air akibat pasang surut menjadi 9 (sembilan) komponen-komponen harmonik
penyusunnya. Besaran yang diperoleh adalah amplitudo dan fasa setiap komponen.
Metode yang biasa digunakan untuk menguraikan komponen-komponen pasang
surut adalah metode Admiralty dan Least Square. Sebelum dilakukan perhitungan,
data hasil pengamatan terlebih dahulu diikatkan pada referensi topografi yang ada.
Tabel E.1. Komponen Harmonik Pasang Surut.
Periode
Komponen Simbol Keterangan
(jam)
Matahari-bulan K1 23.9346
Utama bulan O1 25.8194 Pasang Surut Diurnal
Utama matahari P1 24.0658
E-69
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
Dalam 1 hari terjadi 2 kali air pasang dan 2 kali air surut dengan
F < 0.25 Pasang harian ganda (semidiurnal) ketinggian yang hampir sama dan terjadi berurutan secara teratur.
Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit.
Dalam 1 hari terjadi 2 kali air pasang dan 2 kali air surut dengan
0.25 < F < 1.5 Campuran, condong ke semi diurnal
ketinggian dan periode yang berbeda.
Dalam 1 hari terjadi 1 kali air pasang dan 1 kali air surut dengan
1.5<F<3.0 Campuran, condong ke diurnal ketinggian yang berbeda. Kadang-kadang terjadi 2 kali air pasang
dalam 1 hari dengan perbedaan yang besar pada tinggi dan waktu.
Dalam 1 hari terjadi 1 kali air pasang dan 1 kali air surut. Periode
F < 3.0 Pasang harian tunggal (diurnal)
pasang surut adalah 24 jam 50 menit
MHWS (Mean High Water Spring) Rata-rata muka air tinggi saat purnama.
MHWL (Mean High Water Level) Rerata dari muka air tinggi selama periode 19 tahun.
MSL (Mean Sea Level) Muka air rerata antara muka air tinggi rerata dan muka air rendah rerata.
MLWL (Mean Low Water Level) Rerata dari muka air rendah selama periode 19 tahun.
MLWS (Mean Low Water Spring) Rata-rata muka air rendah saat purnama.
LLWL (Lowest Low Water Level) Air terendah pada saat pasang surut purnama atau bulan mati.
B. Analisa Arus
Data hasil pengukuran arus adalah berupa posisi serta waktu pencapaian dari
pelampung percobaan yang bergerak. Dari data dapat dihitung arah dan besar
kecepatan arus.
C. Analisa Angin
Angin merupakan pembangkit gelombang laut. Oleh karena itu data angin dapat
digunakan untuk memperkirakan tinggi dan arah gelombang di lokasi. Data angin
yang diperlukan adalah data angin maksimum harian tiap jam berikut informasi
mengenai arahnya yang diperoleh dari Badan Geofisika dan Meteorologi setempat.
Data angin diklasifikasikan berdasarkan kecepatan dan arah yang kemudian
dihitung besarnya persentase kejadiannya. Arah angin dinyatakan dalam bentuk
E-70
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
delapan penjuru arah mata angin (Utara, Timur Laut, Timur, Tenggara, Selatan,
Barat Daya, Barat dan Barat Laut). Kecepatan angin disajikan dalam satuan knot, di
mana:
1 knot = 1 mil laut / jam
1 mil laut = 6080 kaki (feet) = 1853,18 meter
1 knot = 0,515 meter / detik
Dalam bentuk tabel angka-angka statistik klasifikasi angin tersebut dapat disajikan
secara visual dalam bentuk windrose. Penyajian statistik total (semua tahun data
yang berhasil dikumpulkan) kadang-kadang tidak mempunyai banyak arti karena
musim angin dari bulan ke bulan bervariasi. Yang justru lebih sering dibutuhkan
adalah statistik angin bulanan untuk mengetahui perilaku angin dan gelombang
yang ditimbulkan menurut bulan kejadiannya.
E-71
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
a. Kecepatan angin.
b. Arah angin.
c. Durasi/waktu bertiupnya angin.
Langkah-langkah analisa gelombang yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Perhitungan Fetch Efektif
Fetch adalah daerah pembentukan gelombang yang diasumsikan memiliki
kecepatan dan arah angin yang relatif konstan. Penghitungan panjang fetch efektif
ini dilakukan dengan menggunakan bantuan peta topografi lokasi dengan skala yang
cukup besar, sehingga dapat terlihat pulau-pulau/daratan yang mempengaruhi
pembentukan gelombang di suatu lokasi. Penentuan titik fetch diambil pada posisi
laut dalam dari perairan yang diamati. Ini karena gelombang laut yang dibangkitkan
oleh angin terbentuk di laut dalam suatu perairan, kemudian merambat ke arah
pantai dan pecah seiring dengan mendangkalnya perairan dekat pantai.
Panjang fetch dihitung untuk 8 arah mata angin dan ditentukan berdasarkan rumus
berikut:
Lfi
Lf .cosα
i i
cosα i
di mana:
Lfi = panjang fetch ke-i
i = sudut pengukuran fetch ke-i
i = jumlah pengukuran fetch
Jumlah pengukuran “i” untuk tiap arah mata angin tersebut meliputi pengukuran-
pengukuran dalam wilayah pengaruh fetch (22,50 searah jarum jam dan 22,50
berlawanan arah jarum jam).
U
BL 22.50 22.50 TL
B T
E-72
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
a) Terbatas Waktu:
Pada pembentukan gelombang terbatas waktu, waktu angin bertiup kurang lama.
Kondisi gelombang yang terbentuk adalah fungsi dari kecepatan angin dan durasi.
Penghitungan parameter gelombang untuk jenis ini menggunakan bantuan grafik.
b) Terbatas Fetch:
Pada pembentukan gelombang terbatas fetch, angin bertiup cukup lama dan
kondisi gelombang yang terbentuk adalah fungsi dari kecepatan dan panjang fetch.
Penghitungan parameter gelombang terbatas fetch ini dapat menggunakan
persamaan berikut ini:
0,42 0,25
gHS gF gTS gF
0,283 tanh 0,0125 ; 1,2 tanh 0,077
v2
2
v 2 πv
2
v
di mana:
HS = tinggi gelombang signifikan (m)
TS = periode gelombang signifikan (m)
v = kecepatan angin (m/det)
E-73
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
c) Pembentukan Sempurna:
Gelombang ini terbentuk bila angin bertiup cukup lama dan dengan kecepatan
yang cukup besar. Persamaan-persamaan yang digunakan untuk kondisi
pembentukan gelombang sempurna adalah:
gH S gTS
0,283 ; 1,2
v2 2 πv
di mana:
HS = tinggi gelombang signifikan (m)
TS = periode gelombang signifikan (m)
v = kecepatan angin (m/det)
Untuk menentukan kondisi pembentukan gelombang di lokasi, dilakukan prosedur
perhitungan sebagai berikut:
d) Gunakan data kecepatan angin maksimum.
e) Tentukan durasi x (untuk Indonesia diambil t = 3 jam).
f) Hitung kecepatan angin untuk durasi 3 jam dengan langkah sebagai berikut:
1609
t
Ut
Ut 45
1,277 0,296 tanh 0,9 log
U 3600 t
UX
0,15 logX 1,5334
U 3600
di mana:
UX = kecepatan angin 3 jam
Ut = kecepatan angin dari data angin
g) Hitung durasi minimum (tmin).
1
2 2
g F gF gF
0,0161 ln 0,3692 ln 2,2024 0,8798 ln 2
2
V V2 V
V
t min 6,5882 e
g
di mana:
v = kecepatan angin = UX
g = percepatan gravitasi
F = panjang fetch efektif
E-74
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
E-75
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
(suspended load). Dari hasil test laboratorium tersebut akan dihasilkan diameter
butiran dan kecepatan endap butiran untuk masing-masing jenis sedimen.
Analisa sedimentasi dilakukan dengan menggunakan berbagai macam metoda
dimana masing-masing metoda mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-
masing. Dalam hal ini keseluruhan metoda yang didetailkan telah terangkum dalam
satu paket program SEDDISCH yang dikembangkan oleh Chih Ted Yang ataupu
program lain seperti SMS ataupun MIKE21.
4. Personil
Ahli Sipil dan Surveyor.
5. Output
Komponen pasang surut dan tipe pasang surut.
Hasil peramalan pasang surut.
Elevasi muka air rencana.
Besar dan arah kecepatan arus.
Besar dan arah kecepatan angin dominan.
Gambar windrose lokasi.
Fetch efektif lokasi.
Tinggi dan periode gelombang rencana.
Gambar waverose lokasi.
Hasil test laboratorium kualitas air.
Hasil test laboratorium sedimentasi.
1. Tujuan
Pekerjaan penyelidikan tanah dilakukan untuk mendapatkan parameter-parameter
tanah yang akan digunakan dalam perencanaan detail desain, khususnya yang
berkaitan dengan perencanaan struktur bawah bangunan.
2. Ruang Lingkup
Pengujian di lapangan.
Pengujian di laboratorium.
E-76
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
3. Metodologi Penyelidikan
A. Pengujian di Lapangan
Pengujian di lapangan dilakukan untuk memperoleh kondisi daya dukung tanah
langsung di lokasi yang nantinya diperkuat dengan hasil analisa laboratorium.
a. Cone Penetrasion Test (CPT)
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk menentukan lapisan-lapisan tanah
berdasarkan tahanan ujung konus qc (kg/cm2) dan nilai lekatan Lf (kg/cm2) setiap
kedalaman pada alat sondir dengan kapasitas 2,5 ton dengan kedalaman penetrasi
20 cm. Analisa perhitungan yang dapat dilakukan adalah:
b. Hambatan lekat:
HL = (JP – PK) Cf
di mana:
JP = jumlah perlawanan
PK = perlawanan penetrasi konus
Cf = faktor koreksi/kalibrasi alat
Cf = A/B
A = tahap pembacaan 20 cm
B = luas konus/luas torak = 10
c. Jumlah hambatan lekat:
JHLi = SHL
i = kedalaman lapisan yang ditinjau
d. Pemboran Inti (Core Drilling)
Tujuan pemboran ini adalah untuk mendapatkan contoh-contoh tanah dasar yang
akan digunakan untuk analisa laboratorium. Pemboran dilaksanakan dengan mesin
bor sistem putaran dan pengambilan sampel dilakukan memakai tabung.
e. Uji Penetrasi Standar (SPT)
Uji Penetrasi Standar (SPT) dilakukan untuk memperoleh nilai N yang dipakai untuk
membuat perkiraan kondisi lapisan tanah bawah untuk perhitungan kapasitas
dukung pondasi. Harga N didefinisikan sebagai jumlah pukulan dengan palu seberat
140 lb (63 kg) yang dijatuhkan bebas setinggi 30 in (75 cm), untuk memasukan
tabung standar (split spoon sampler) sepanjang 24 in (60 cm) kedalaman tanah.
Nilai N dihitung sebagai jumlah 2 x 6 inches pukulan akhir dari 3 x 6 inches
penetrasi. Hasil pengujian SPT ini kemudian digambarkan dalam grafik bor log.
E-77
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
1) Pengujian di Laboratorium
Untuk mendapatkan informasi data perencanaan, maka terhadap contoh-contoh
tanah dilakukan pengujian laboretorium, meliputi hal-hal sebagai berikut :
a) Penetapan Berat Jenis
Pengujian dilaksanakan untuk mendapatkan perbandingan antara berat satuan
butir tanah dengan berat satuan air. Pengujian ini sesuai ASTM D-854.
b) Pengukuran Kadar Air (Natural Water Content)
Pengukuran dilakukan untuk mengetahui kelembaban contoh-contoh tanah.
Pekerjaan dilakukan sesuai ASTM D-2116.
c) Pengukuran Berat Volume ( Bulk Density)
Pengukuran dimaksudkan untuk mendapatkan berat persatuan volume dari contoh
tanah, sesuai ASTM D-29. Berat volume digunakan dalam menghitung daya dukung
tanah, perhitungan stabilitas talud, dll.
d) Pengukuran Batas-batas Konsistensi (Atterberg Limits)
Pengukuran dilakukan sesuai ASTM D-423 dan D-424 dimaksudkan untuk
menetapkan batas cair dan batas plastis tanah yang dipakai pada banyak klasifikasi
tanah, antara lain : USCS, AASHTO, dll.
e) Kuat Geser Tanah dengan Triaxial Test
Pengujian kekuatan tanah dengan triaxial test, ASTM D-2850 ini bertujuan untuk
mendapatkan sudut perlawanan geser dalam dan kohesi tanah. Pengujian dilakukan
atas contoh-contoh tanah dengan kondisi tanpa pengaliran air pori tanah dan tanpa
menunggu proses konsolidasi contoh tanah.
f) Pengujian Konsolidasi (Consolidation test)
Pengujian ini dilakukan dengan alat konsolidometer yang dilengkapi dengan dial
pencatat penurunan, pencatat waktu serta pembebanan, dimaksudkan untuk
mengetahui perilaku pemampatan tanah akibat pembebanan, dan waktu yang
dibutuhkan untuk pemampatan tersebut. Pengujian ini sesuai dengan ASTM D-
2435.
g) Distribusi Ukuran Butir
Dimaksudkan untuk mengetahui ukuran butir dan susunan butir tanah. Pengujian
dilakukan berdasarkan standard ASTM D-421 dan D-422. Untuk contoh tanah
E-78
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
berbutir dilakukan dengan analisa ayakan, sedangkan untuk contoh tanah kohesive
dilaksanakan dengan metode hidrometer.
E-79
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
E-80
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
E-81
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
- Biaya
- Kemudahan pelaksanaan
- Kekuatan
- Kemudahan Pemeliharaan
E-82
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
- Keselamatan Pelayaran;
E-83
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
- Hinterland pelabuhan;
- Alur pelayaran.
2) Prakiraan (forecast) arus lalu lintas dan barang terdiri :
- Volume barang;
- Jumlah penumpang;
Pada prinsipnya seluruh peraturan dan standar berikut ini (edisi terakhir) :
A. Kondisi Perencananaan
E-84
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
Apabila mulut berada antara pemecah gelombang dengan sisi miring maka
lebarnya pada air rendah, yaitu sama dengan lebar yang diperlukan ditambah
dengan lebar karena kemiringan sisi bangunan pada kedalaman tersebut. Jika
lebar mulut adalah 150 m dan mulut tersebut berada antara pemecah
gelombang dengan kemiringan 1 : 3 maka untuk pelabuhan dengan kedalaman
10 m lebar pada muka air rendah adalah 210 m. mulut pelabuhan sesuai dengan
alur pelayaran yaitu lebar sungai merupakan areal yang dapat dilalui oleh kapal.
3. Karakteristik Kapal
Dalam merancang pelabuhan perlu diketahui berbagai sifat dan dan fungsi
kapal, sehingga diketahui ukuran-ukuran pokok dari kapal yang berguna bagi
E-85
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
Bahan material kapal yang dipakai ; kayu, baja, ferro semen, fiberglass dan
sebagainya.
Fungsi kapal sebagai ; kapal penumpang, kapal barang umum, kapal curah,
kapal peti kemas, kapal tangki, kapal tunda, kapal ikan dan sebagainya.
Sistem pengendali dan penggerak ; mekanik, semi otomatik, otomatik,
diesel, dan lain sebagainya.
Daerah operasi dari kapal ; jarak dekat, sedang, dan jauh.
Kapasitas angkut kapal biasanya diukur dengan satuan DWT, yaitu besaran
selisih dari berat air yang dipindahkan akibat terapungnya kapal yang dimuati
penuh dan kapal yang kosong dihitung dalam Ton Metrik. Satuan lain untuk
mengukur besar kapal adalah BRT atau GT, yaitu jumlah isi dari ruang kapal
keseluruhan dalam satuan Regsitered Ton (satu unit Registered Ton adalah 100
cft atau 2,83 m3). Ruang isi kapal ini kegunaannya bermacam-macam, misalnya
terdiri dari kamar mesin, kamar tangki minyak dan air tawar, kamar
kelasi/kapten dan ruang untuk muatan kapal. Satuan untuk mengukur ruang
muat kapal disebut NRT, yaitu kapasitas jumlah isi ruang yang dapat disewakan
untuk dimuati barang sebagai selisih BRT dengan jumlah isi ruang kapal yang
tidak disewakan, misal ruang mesin.
E-86
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
Draft
L (pp) B
L (oa)
Dimensi kapal
Keterangan :
E-87
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
E-88
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
Ada tujuh data pokok yang dibutuhkan untuk dapat mewujudkan suatu
bangunan pelabuhan, data-data tersebut antara lain seperti berikut :
E-89
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
Ketujuh pokok tersebut harus diusahakan saling terkait agar rencana dasar
pelabuhan secara keseluruhan layak. Masalah khusus lain yang biasanya
terdapat dalam melaksanakan perancangan pelabuhan antara lain seperti
berikut :
Ukuran dermaga didasarkan pada perkiraan jenis kapal yang akan berlabuh
pada pelabuhan. Sesuai dengan bentuk-bentuk dermaga yang akan
dibangun, maka untuk merancang dimensinya harus didasarkan pada
ukuran-ukuran minimal demi menjaga agar kapal dapat bertambat atau
meninggalkan dan melakukan bongkar-muat angkutannya dengan aman.
Berikut ini dikemukakan beberapa bentuk dasar secara garis besarnya.
Bentuk dermaga memanjang, muka dermaga sejajar dengan garis
pantai. Kapal-kapal bertambat dengan cara berderet memanjang.
Ukuran panjang dermaga adalah :
Lp = n . Loa + (n+1) . 10% . Loa
Ket:
E-90
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
n = jumlah kapal
Lp = panjang dermaga
25 L 15 L L 25
Dermaga
Jembatan Penghubung
Daratan
E-91
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
Darat / Dermaga
0,80 - 1,00
E-92
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
E-93
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
E-94
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
E-95
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
Nilai yang ada dalam tabel tersebut perlu ditambah dengan angka koreksi
karena adanya salinitas dan kondisi muatan. Angka koreksi minimum
adalah sebesar 0.3 m.
g. Layout Alur Pelayaran
E-96
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
dan pertimbangan ekonomis. Secara garis besar trase alur ditentukan oleh
kondisi lokal dan tipe kapal yang akan menggunakannya. Beberapa
ketentuan berikut ini perlu diperhatikan dalam merencanakan trase alur
pelayaran.
Sedapat mungkin trase alur harus mengikuti garis lurus.
Satu garis lengkung akan lebih baik dari pada sederetan belokan kecil
dengan interval pendek.
Garis lurus yang menghubungkan dua kurva Iengkung harus
mempunyai panjang minimum 10 kali panjang kapal terbesar.
Sedapat mungkin alur tersebut harus mengikuti arah arus dominan,
untuk memperkecil alur melintang.
Jika mungkin, pada waktu kapal terbesar masuk pada air pasang, arus
berlawanan dengan arah kapal yang datang.
Gerakan kapal akan sulit apabila dipengarUhi oleh arus atau angin
melintang. Hal ini dapat terjadi ketika kapal bergerak dari
daerahterbuka ke perairan terlindung. Untuk itu maka lebar alur dan
mulut pelabuhan harus cukup luas.
Pada setiap alur terdapat apa yang disebut titik tidak boleh kembali di
mana kapal tidak boleh berhenti atau berputar, dan mulai dari titik
tersebut kapal-kapal diharuskan melanjutkan sampai ke pelabuhan.
Titik tersebut harus terletak sedekat mungkin dengan mulut pelabuhan
dengan merencanakan atau membuat tempat keluar yang memungkinkan
kapal-kapal yang mengalarni kecelakaan dapat meninggalkan tempat
tersebut, atau dengan membuat suatu lebar tambahan. Apabila terdapat
belokan maka belokan tersebut harus berupa kurva Iengkung. Jari-jari
busur pada belokan tergantung pada sudut belokan terhadap sumbu alur.
Apabila arus melintang tidak ada dan kecepatan berkisar antara 7 dan 9
knot, jari-jari minimum untuk kapal yang membelok tanpa bantuan kapal
tunda adalah seperti pada gambar berikut.
E-97
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
B. Kondisi Tanah
E-98
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
E-99
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
C. Kondisi Klimatologi
(a) Berat Jenis Beton Bertulang yang diambil sebagai acuan pembebanan
adalah 2400 kg/m2
(b) Berat Jenis Beton Rabat untuk finishing = 2200 kg/m2.
(c) Beban Dinding ½ Bata atau setara Con Block = 250 kg/m2.
(d) Beban Dinding/ Partisi Ringan Buatan Pabrik (misalnya Hebel) = 125
kg/m2.
(e) Beban plafon dan M&E (termasuk ducting AC) diambil sebesar 30
kg/m2.
(f) Beban plafon dan M&E (apabila tidak berducting AC) dapat diambil
sebesar 20 kg/m2.
(g) Beban raised floor = 75 kg/m2.
(h) Beban equipment M&E di ruang M&E = 400 kg/m2.
(i) Beban peralatan fitness di ruang fitness = 400 kg/m2.
(j) Beban tanah dan tanaman di atas basement, sesuai dengan ketebalan
tanah, dengan mengambil tanah = 1800 kg/m3.
E-100
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
Beban Hidup untuk trestle sebesar 1,5 ton/m2 dan 2 ton/m2 untuk dermaga.
Beban Hidup untuk gedung dan bangunan fasilitas darat disesuaikan
dengan fungsi dari masing -masing ruangan.
(a) Beban Hidup ruang kantor dan ruang umum lainnya = 250 kg/m2.
(b) Beban Hidup ruang perpustakaan = 400 kg/m2
(c) Beban Hidup ruang Mosholla = 400 kg/m2.
(d) Beban Hidup ruang arsip / gudang = 400 kg/m2.
(e) Beban Hidup Toilet = 200 kg/m2.
(f) Beban Hidup Parkir = 400 kg/m2.
(g) Beban Hidup ruang M&E (personil maintanance) = 100 kg/m2 (Beban
alat dihitung sebagai beban mati).
(h) Beban Hidup atap dak beton = 100 kg/m2.
(i) Beban Hidup koridor = 300 kg/m2.
(j) Beban Hidup tangga = 300 kg/m2.
3. Beban Gempa
E-101
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
4. Kombinasi Pembebanan
Kombinasi pembebanan untuk konstuksi trestle, dermaga, bresthing dan
mooring :
E-102
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
E = Beban Gempa
x,y = Arah Beban Gempa
LR = Beban Hidup tereduksi
G = Beban Gelombang
A = Beban Arus
B = Beban Bresthing
M = Beban Mooring
Pra Rencana Teknis merupakan penjabaran atau visualisasi dari Konsep Rencana
Teknis yang telah dibuat, dalam bentuk perencanaan sistem dermaga secara
menyeluruh, termasuk denah, tampak dan potongan dermaga yang dilengkapi
dengan pemilihan bahan utama, tata letak dan sistem utilitasnya. Untuk
mendapatkan hasil yang maksimal perencanaan tersebut dibuat dalam beberapa
alternatif sehingga dapat dilakukan evaluasi untuk mendapatkan alternatif terpilih
yang optimal. Hasilnya tidak menutup kemungkinan merupakan kombinasi dari
beberapa altenatif yang diajukan. Hasil dari Pra Rencana Teknis dapat digunakan
untuk melakukan proses perijinan yang diperlukan dalam pembangunan.
Disamping itu juga untuk membuat perkiraan biaya tahap awal untuk memberikan
gambaran berapa besar anggaran yang perlu disiapkan. Dalam kondisi pagu
anggaran telah ditentukan, maka perkiraan biaya tersebut dapat digunakan sebagai
bahan evaluasi tindakan apa yang diperlukan agar pagu anggaran tersebut tidak
dilampaui, atau bila secara fungsi hasil pra rencana tersebut perlu dipertahankan,
maka anggaran harus direvisi dan dibuat pentahapan.
Seluruh pekerjaan tersebut praktis dilakukan di studio, dengan melakukan
koordinasi seperlunya antar disiplin untuk mendapatkan hasil perencanaaan yang
menyeluruh (total design), sedangkan koordinasi dengan Pengguna Jasa dilakukan
untuk mendapatkan persetujuan dan arahan pelaksanaan selanjutnya.
Dari hasil kajian sementara, berdasarkan hasil analisis perkiraan kebutuhan fasilitas
yang tercantum dalam KAK, hasil perencanaan yang ada serta berdasarkan hasil
pengamatan di lokasi perencanaan, Pra Rencana Teknis dermaga yang diusulkan
E-103
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
Sesuai dengan konsep perencanaan yang menyeluruh tersebut, pra rencana teknis
ini dilengkapi dengan perkiraan awal biaya pembangunannya.
F. Ijin Perencanaan
Hasil dari Pra Rencana Teknis dapat digunakan untuk melakukan proses perijinan
yang diperlukan dalam pembangunan, dalam hal ini pengurusan ijin perencanaan
atau planning perencanaan. Dasar Hukum Izin peruntukkan penggunaan tanah
adalah Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur.
G. Pengembangan Rencana
Setelah dimensi dari hasil perhitungan tersebut tertentu, maka dapat dilanjutkan
dengan pembuatan denah, tampak dan potongan dengan dimensi yang lebih akurat.
Kemudian dibuat detail prinsip untuk digunakan sebagai pedoman dalam
pembuatan gambar kerja dan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).
E-104
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
Pengembangan rencana ini dilengkapi dengan perkiraan biaya untuk bahan evaluasi
agar arah pelaksanaan perencanaan masih sesuai dengan sasaran yang telah
ditentukan sebelumnya. Dalam tahap ini koordinasi antar tenaga ahli/disiplin perlu
dilakukan lebih intensif karena seluruh hasil kajian masing-masing sudah
menghasilkan dimensi yang lebih akurat sehingga diperlukan gambar koordinasi
yang mengakomodasi seluruh kepentingan disiplin, dalam hal ini biasanya
ditampung dalam gambar. Sedangkan koordinasi dengan Pengguna Jasa untuk
tahap ini hanya dilakukan bila kondisinya diperlukan, misalnya penentuan bahan
utama. Hasil dari pekerjaan ini digunakan untuk perencanaan yang lebih detail,
untuk proses perijinan, serta juga dapat digunakan untuk persiapan proses
prakualifikasi penentuan calon kontraktor pelaksanaan pembangunan.
H. Rencana Detail
Rencana Detail (Detail Rancangan) merupakan gambar kerja dari seluruh disiplin
yang diperlukan untuk digunakan sebagai dokumen pelelangan dan pedoman
pelaksanaan pembangunan di lapangan.
E-105
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
E-106
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
E-107
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
PERIZINAN
PEMBANGUNAN DAN
PENGOPERASIAN
PELABUHAN
DINAS
PERHUBUNGAN
PROVINSI
KALIMANTAN
TIMUR
DED
PENGEMBANGAN
PELABUHAN
SOMBER DI KOTA
BALIKPAPAN
PROVINSI
KALIMANTAN
TIMUR
E - 108
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
E - 109
DED Pengembangan Pelabuhan Somber
DINAS PERHUBUNGAN
KONSULTAN KOTA BALIKPAPAN
PELAKSANA
Direktur
Team Leader
Keterangan:
Tenaga Pendukung
Garis Tugas
Garis Koordinasi
Garis Perintah
Gambar E.36.
Struktur Organisasi Pelaksanaan
E - 110