Komunikasi Kesehatan
Komunikasi Kesehatan
oleh:
Devi Pratiwi
Safhira Dwidanitri
Sianinda Pasol
Tannia Sembiring
Universitas Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi adalah aspek yang penting dalam kehidupan. Tanpa komunikasi, tidak akan
ada transfer informasi dan pengetahuan antarmanusia. Namun, penyampaian komunikasi
masih merupakan suatu hambatan bagi banyak kalangan, terutama kalangan medis. Menurut
survey yang dilakukan oleh American Society of Clinical Oncology pada tahun 1998, 6,5%
tenaga medis masih merasa kurang kompeten dalam penyampaian berita buruk. Hal paling
sulit yang tenaga medis hadapi adalah menginformasikan hal yang jujur tanpa
menghilangkan harapan pasien untuk kembali sembuh.
Teori-teori mengenai komunikasi ini mungkin tidak akan begitu lama untuk dipahami,
tetapi untuk pengaplikasiannya dibutuhkan waktu bertahun-tahun dan pengalaman yang
cukup.
B. Tujuan
Untuk mengetahui macam cara berkomunikasi, terutama komunikasi kesehatan,
sehingga terjadi proses penyampaian yang efektif dan tidak menimbulkan kesalahpahaman.
BAB II
A. Definisi Komunikasi
Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in
Society, menyimpulkan bahwa proses komunikasi adalah pihak komunikator membentuk
(endcode) pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran kepada pihak penerima yang
menimbulkan efek tertentu.
B. Tingkatan Komunikasi
Secara umum, hubungan komunikasi dibagi menjadi beberapa tingkatan, yaitu:
1. Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communiction) atau komunikasi yang terjadi
dalam diri sesorang melalui panca indra dan sistem saraf manusia
2. Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) atau komunikasi yang
dilakukan dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih
3. Komunikasi kelompok (group communication) atau komunikasi antara beberapa
orang dalam suatu kelompok seperti dalam rapat atau pertemuan
4. Komunikasi organisasi (organization communication) atau pengiriman dan
penerimaan pesan organisasi didalam kelompok formal maupun informal
5. Komunikasi massa (Mass communication) dimana komunikasi ditujukan kepada
sejumlah audiens, heterogen, dan anonim melalui media massa
C. Model Komunikasi
Dalam perkembangannya, komunikasi dikonsepkan menjadi beberapa model,
diantaranya adalah model komunikasi linear (linear communication model), model
interaksional, dan model transaksional.
Linear communication model dikemukakan oleh Claude Shannon dan Warren
Weaver pada tahun 1949 dalam buku The Mathematical of Communication. Model linear
menyatakan bahwa seseorang hanyalah pengerim atau penerima. Pendekatan model ini
terdiri dari beberapa elemen, diantaranya sumber (source), pesan (massage), dan penerima
(receiver). Komunikasi model linear mendeskripsikan proses komunikasi dua orang dengan
satu arah (one way traffic communication). Oleh karena itu, dalam model komunikasi ini
yang aktif hanyalah komunikatornya, sementara komunikan cenderung pasif.
Model interaksional dikembangkan oleh Wilbur Schramm pada tahun 1954, yang
menggambarkan komuniksi dua arah, dimana komunikator dan komunikannya aktif dalam
memberi dan menerima respon. Elemen terpenting dari model komunikasi ini adalah umpan
balik (feedback) terharadap suatu pesan, baik dengan verbal maupun nonverbal, dan sengaja
maupun tidak sengaja. Model transaksional menggarisbawahi pengiriman dan penerimaan
pesan secara terus menerus dalam sebuah episode komunikasi. Komunikasi transaksional
bersifat kooperatif, yang artinya pengirim dan penerima sama-sama bertanggungjawab
terhadap dampak komunikasi yang terjadi.
BAB III
Komunikasi Interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan oleh pihak lain untuk
mendapatkan feedback baik secara langsung maupun dengan media (Burgon, Huffner,
2002). Dalam Komunikasi Interpersonal terdapat beberapa elemen yang bersangkutan yaitu:
Saat komunikasi berlangsung secara psikologi dalam diri komunikan akan terjadi proses
penerimaan pesan hingga respon terhadapnya. Tahapan prosesnya adalah sebagai berikut:
1. Sensasi
2. Persepsi
3. Memori
4. Berpikir
Sensasi merupakan proses dimana pembicaraan yang didengar masuk kedalam otak yang
selanjutnya akan menghasilkan persepsi atau pengertian yang didapat dari pembicaraan yang
kemudian akan selalu diingat dan menjadi bagian dari memori otak. Lalu, dari ketiga proses
tersebut akan muncul keputusan mengenai pikiran atau pertanyaan untuk merespon topik
pembicaraanya.
Bentuk komunikasi interpersonal terdiri dari dua yaitu, Komunikasi Diadik yang berarti
komunikasi antarpribadi atau berlangsung antara dua orang secara tatap muka seperti dialog
atau wawancara atau Komunikasi Triadik yang berarti komunikasi antarpribadi namun
pelakunya terdiri dari tiga orang, satu komunikator dan dua komunikan.
Ada beberapa hal yang harus dan tidak dilakukan ketika melakukan komunikasi
interpersonal diantaranya:
Do:
1. Lakukan komunikasi dua arah, agar komunikan menanggapi hal – hal yang
kurang dimengerti.
2. Gunakan pemilihan kata yang tepat, sesuaikan ragam bahasa yang digunakan
dengan situasi.
3. Lakukan gestur yang tepat jika memang diperlukan, hal ini bertujuan untuk
meyakinkan komunikan dengan informasi yang disampaikan
4. Berikan kesan yang nyaman, agar komunikan tidak merasa bosan dan jenuh.
5. Intonasi penyampaian yang tepat dengan topik yang dibicarakan, agar
suasana tetap terjaga dan tidak terjadi misscommunication.
Don’t:
Berita buruk dapat didefiniskan sebagai segala informasi yang bersifat negatif dan
sangat mempengaruhi pandangan seseorang akan masa depannya. Penyampaian berita butuk
berarti pengkomunikasian berita buruk kepada pasien atau keluarganya oleh tenaga
kesehatan. Hal ini penting karena untuk pemenuhan hak otonomo pasian. Namun, dalam
penyampainnya ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar tidak menyinggung atau
bahkan menimbulkan kesalahpahaman pasien. Salah satu cara untuk mempermudah
penyampaian dan tujuannya pun tercapai adalah dengan menerapkan SPIKES, yaitu:
Dalam menjalankan praktik komunikasi kesehatan, tak jarang tenaga kesehatan harus
berhadapan dengan situasi-situasi khusus yang memerlukan kemampuan komunikasi sedikit lebih
rumit dibandingkan komunikasi pada situasi normal. Beberapa situasi yang digolongkan menjadi
situasi khusus dalam komunikasi kesehatan antara lain:
Geriatri merupakan cabang ilmu kedokteran yang mempelajari tentang penyakit beserta
penanganannya yang dialami oleh orang yang sudah lanjut usia. Saat ini di Indonesia untuk orang
yang sudah berusia lebih dari 60 tahun. Geriatri berasal dari bahasa latin, geron yang berarti “orang
tua” dan iatros yang berarti “penyembuh” alias dokter atau dukun
1. Gangguan pendengaran
• Jangan bicara langsung ke telinga subyek, biasa dilakukan dengan mendistorsi pesan
yang diterima
3. Gangguan penglihatan
Pasien geriatri memiliki masalah dengan penglihatan dimana indra penglihat sudah
tidak berfungsi dengan baik, dan memerlukan kontras dan pencahayaan yang baik.
5. Gangguan psikososial
Semua macam gangguan yang dialami oleh pasien garietri yang mengalami situasi
tersebut menyebabkan pasien geriatri banyak melakukan komplain atas mahalnya biaya,
yang sebenarnya adalah respon karena ketakutan akan penyakit, kematian.
B. Komunikasi dengan Pasien Marah
Dalam menghadapi pasien marah, strategi yang dapat digunakan adalah sebagai
berikut:
Ingat bahwa yang meluapkan emosinya adalah pasien, bukan kamu. Mungkin
ini merupakan hal yang sulit, tergantung pada tempramen diri sendiri. Hal ini
juga bisa terjadi karena kesalahpahaman hal sepele yang dibesar-besarkan.
Jika kamu tahu pasien yang sedang dihadapi adalah pasien yang sangat
pemarah sehingga menyebabkan kontak fisik, lebih baik segera memanggil
petugas keamanan atau perawat. Mereka dapat menjadi saksi atas insiden dan
mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan.
Jangan membiarkan emosi pasien meluap. Kemarahan yang berlanjut akan
menyebabkan konsultasi tidak efektif dan dapat berdampak buruk pada arteri
koroner.
Tetap sabar, kemarahan biasanya tidak berlangsung lama apabila
menanganinya dengan sabar.
Biarkan pasien untuk mencurahkan perasaan marah mereka dengan
mendengarkan apa yang mereka katakan, jika perlu, tinggalkan mereka
sendiri untuk menciptakan kondisi yang tenang pada pasien.
Berempati dan mengeksplor mengapa pasien dapat marah.
Coba untuk tidak memberi saran yang berlebihan.
Dalam melakukan komunikasi dalam situasi khusus seperti pasien yang tidak
komunikatif atau pasif, tenaga kerja kesehatan dapat melakukan beberapa hal. Yang
pertama, tenaga kerja kesehatan harus siap dalam meluangkan waktu lebih lama dalam
melaukan konsultasi. Jangan menunjukkan tanda-tanda marah atau frustasi. Perhatikan
dengan baik dan penuh perhatian sang pasien terutama perlakuan nonverbalnya. Berikanlah
pernyataan yang jelas akan tujuan dari konsultasi atau interview tersebut dan informasi apa
yang diinginkan dari sang pasien. Gunakanlah bahasa yang mudah dimengerti dan gunakan
pertanyaan tertutup bila dibutuhkan.
Menurut Duxbury (2000) ada beberapa cara untuk melakukan intervensi yang
pantas dalam berhadap dengan pasien yang kurang komunikatif atau pasif yaitu :
1. Prescriptive
Tenaga kerja kesehatan mungkin perlu untuk memberikan preskripsi langsung
tentang tindakan yang akan diberikan, terutama pada tahap awal, dan terkadang
bahkan melakukan tindakan langsung terhadap pasien
2. Cathartic
Mungkin akan perlu untuk membantu pasien dalam mengekspresikan perasaanya
atau mengeluarkan emosi yang mempengaruhi perilakunya sehingga pasien dapat
ditangani lebih langsung
3. Catalytic
Tujuannya adalah untuk mengembalikan kesejahteraan dengan memfasilitasi
perbuahan perilaku dan gaya hidung dengan cara membantu pasien dalam
mengembangkan dan menggunakan keterampilan, dan tumbuh dengan
keyakinan.
A. Kesimpulan
Sebagai tenaga medis yang profesional, kita harus memiliki kemampuan untuk
berkomunikasi dengan baik. Kemampuan ini dapat membantu banyak pihak untuk
memahami informasi yang hendak disampaikan, juga memudahkan kita untuk menjalankan
prosedur kesehatan. Oleh sebab itu, tenaga medis diharapkan mempelajari tahapan dan
strategi dalam berkomunikasi.
DAFTAR PUSTAKA