Anda di halaman 1dari 2

Pendekatan Antropologi Melihat Agama

Pendekatan antropologis dalam memahami agama dapat diartikan upaya memahami


agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam
masyarakat.
Pendekatan antropologis seperti itu diperlukan adanya, sebab banyak berbagai hal yang
dibicarakan agama hanya bisa dijelaskan dengan tuntas melalui pendekatan antropologis.
Dalam Al-Qur’an, sebagai sumber utama ajaran Islam misalnya kita memperoleh informasi
tentang kapal Nabi Nuh di gunung Arafat, kisah Ashabul Kahfi yang dapat bertahan
hidup dalam gua lebih dari tiga ratus tahun lamanya. Di mana kira-kira bangkai kapal
itu ; di mana kira-kira gua itu; dan bagaimana pula bisa terjadi hal yang menakjubkan
itu; ataukah hal yang demikian merupakan kisah fiktif. Tentu masih banyak lagi contoh
lain yang hanya dapat dijelaskan dengan bantuan ahli geografi dan arkeologi.
Di Aceh Hukom Lage Zat Ngen Sifeut

Ciri fundamendal cara kerja pendekatan antropologi

1. Descriptive Pendekatan antropologi bermula dan diawali dari kerja lapangan


(field work), berhubungan dengan orang, masyarakat, kelompok setempat yang
diamati dan diobservasi dalam jangka waktu yang lama dan mendalam. Inilah
yang biasa disebut dengan thick description (pengamatan dan observasi di
lapangan yang dlakukan secara serius, terstuktur , mendalam dan
berkesinambungan). Thick description dilakukan dengan cara antara lain Living
in , yaitu hidup bersama masyarakat yang diteliti, mengikuti ritme dan pola
hidup sehari-hari mereka dalam waktu yang cukup lama. Snouck hugronjo di
Aceh
2. local practices Praktik hidup yang dilakukan sehari-hari. Ritus-ritus atau amalan-
amalan apa saja yang dilakukan untuk melewati peristiwa-peristiwa penting dalam
kehidupan tersebut. Persitiwa kelahiran, perkawinan, kematian, penguburan
3. connections across social domains selalu mencari keterhubungan dan keterkaitan
antar berbagai domain kehidupan secara lebih utuh. Bagaimana hubungan antara
wilayah ekonomi, sosial, agama, budaya dan politik. Kehidupan tidak dapat
dipisah-pisah. Keutuhan dan kesalingterkaitan antar berbagai domain kehidupan
manusia. Hampir-hampir tidak ada satu domain wilayah kehidupan yang dapat
berdiri sendiri, terlepas dan tanpa terkait dan terhubung dengan lainnya.
4. Comparative pendekatan antropologi memerlukan perbandingan dari berbagai
tradisi, sosial, budaya dan agama-agama. Cliffort Geertz pernah memberi contoh
bagaimana dia membandingkan kehidupan Islam di Indonesia dan Marokko.
Bukan sekedar untuk mencari kesamaan dan perbedaan, tetapi yang terpokok
adalah untuk memperkaya perspektif dan memperdalam bobot kajian.

Antropologi mempelajari tentang manusia dan segala perilaku mereka untuk dapat
memahami perbedaan kebudayaan manusia.
Nurcholish Madjid mengungkapkan bahwa pendekatan antropologis sangat penting untuk
memahami agama Islam, karena konsep manusia sebagai “khalifah” (wakil Tuhan) di bumi,
misalnya, merupakan simbol akan pentingnya posisi manusia dalam Islam. Posisi penting
manusia dalam Islam juga mengindikasikan bahwa sesungguhnya persoalan utama dalam
memahami agama Islam adalah bagaimana memahami manusia. Persoalan-persoalan yang
dialami manusia adalah sesungguhnya persoalan agama yang sebenarnya. Pergumulan dalam
kehidupan kemanusiaan pada dasarnya adalah pergumulan keagamaannya.

Menurut Geertz dalam penelitiannya di Mojokerto kebudayaan Jawa memiliki struktur-


struktur sosial yang berlainan. Struktur-struktur sosial itu adalah Abangan(berpusat di
pedesaan), Santri (berpusat di perdagangan atau pasar), dan Priyai (berpusat di kantor
Pemerintahan, di kota). Pandangan Geertz yang mengungkapkan tentang adanya trikotomi
abangan, santri dan priyayi didalam masyarakat Jawa, ternyata telah mempengaruhi banyak
orang dalam melakukan analisis baik tentang hubungan antara agama dan budaya, ataupun
hubungan antara agama dan politik.

Anda mungkin juga menyukai