Anda di halaman 1dari 3

Sengketa Klaim Asuransi Umum – Media Asuransi edisi Maret 2011

PROSES UNDERWRITING YANG TERABAIKAN

Fakta dan Data


Seorang Tertanggung mengasuransikan rumah tinggal termasuk isinya kepada salah
satu perusahaan asuransi pada tahun 2007 dengan kondisi polis Property All Risks
dan pada tahun itu terjadi klaim banjir yang diselesaikan dengan baik.

Pada tahun 2008 polisnya tidak diperpanjang tetapi Tertanggung memindahkan


asuransi rumahnya kepada perusahaan asuransi lain. Ia membeli polis yang serupa
dengan jumlah pertanggungan yang sama pula. Pada tahun 2008 itu terjadi lagi banjir
yang lebih besar dari pada klaim banjirnya di tahun 2007. Tertanggung mengajukan
klaim yang jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan dengan klaim tahun 2007
kepada perusahaan asuransi yang lain tersebut.

Perusahaan asuransi, setelah menerima tuntutan klaim dari Tertanggung, langsung


menunjuk Loss Adjuster untuk mensurvey dan menilai kerugiannya. Dalam
melakukan tugasnya, Loss Adjuster segera mengetahui bahwa obyek pertanggungan
ini adalah obyek pertanggungan dengan Tertanggung yang sama yang klaim
kerugiannya ia tangani pada kejadian banjir di tahun 2007. Loss Adjuster yang
ditunjuk perusahaan asuransi sekarang adalah Loss Adjuster yang ditunjuk oleh
perusahaan asuransi yang menutup terdahulu, di tahun 2007.
Loss Adjuster dalam laporannya menyimpulkan bahwa klaim harus ditolak karena
sebagian besar isi rumah yang diklaim ganti ruginya sekarang adalah isi rumah
(perabotan rumah tangga) yang rusak oleh banjir yang diklaim ganti ruginya pada
tahun 2007 dan telah dibayar tunai oleh Penanggung saat itu tetapi Tertanggung tidak
memperbaikinya.

Proses Mediasi
Tertanggung tidak dapat menerima alasan ini; akibatnya terjadi perdebatan dan
persengketaan mengenai besarnya ganti rugi dan Tertanggung akhirnya membawa
sengketa ini ke BMAI.
Tertanggung tetap bersikukuh pada pendiriannya dan menuntut Penanggung
membayar klaim yang diajukan berjumlah kira -kira 3 kali lebih besar dari yang
ditawarkan Penanggung.

Mediator meminta kesediaan loss adjuster mengeluarkan data (termasuk photo) klaim
tahun 2007 dan bersama dengan Penanggung dan Loss Adjuster mengunjungi toko
tempat Tertanggung membeli furniture mahal yang dituntut ganti ruginya itu.

Hasil Mediasi
Setelah pembuktian dilakukan oleh perusahaan asuransi dan Loss Adjuster,
Tertanggung mau menerima apa yang ditawarkan oleh Penanggung.

Analisis
Wuaah…. !! Begitu mudah Penanggung dicoba dicurangi oleh Tertanggung.
Mungkin benar kata orang bahwa bisnis asuransi adalah sebuah bisnis yang dengan
sadar membuka dirinya untuk ditipu oleh orang lain akibat respeknya terhadap azas
“Utmost Goodfaith”.
Penanggung memang harus patuh terhadap azas yang dianutnya itu, tetapi
Penanggung harus disiplin melakukan proses seleksi penerimaan risiko dengan
memanfaatkan sarana baku yang selalu dipraktekan oleh para underwriter..
Penanggung juga harus memberlakukan prasyarat dan syarat yang memadai agar
risiko yang ditanggungnya menjadi terukur dan ia tidak mudah dicurangi oleh
siapapun.
.
Surat Permohonan Penutupan Asuransi (SPPA) adalah sarana. Wawancara, cek dan
ricek adalah sarana. Survey risiko adalah sarana utama.
Jika risiko sudah diidentifikasi, dinilai dan diputuskan untuk diterima
pertanggungannya, Penanggung harus menetapkan suku premi dan memberlakukan
prasyarat dan syarat yang memadai. Usulan Perbaikan Risiko (Risk Improvement
Recommendation) adalah prasyarat. Keharusan Memperbaiki Risiko (Risk
Improvement Requirement) adalah prasyarat, demikian juga Janji untuk melakukan
atau tidak melakukan sesuatu (Warrranty). Ketentuan-ketentuan polis dan klausul-
klausul yang dilekatkan padanya adalah syarat.

Seandainya semua proses disebut diatas telah dilaksanakan, niscaya Penanggung


terakhir sudah mengetahui bahwa Tertanggung pernah berasuransi dan pernah
mengklaim kerugian akibat banjir sebelum polisnya diterbitkan. Penanggung terakhir
juga tentu telah mengetahui bahwa obyek pertanggungan terletak di daerah rawan
banjir. Dan dengan demikian ia pasti telah menentukan sikapnya untuk menerima
atau menolak asuransi yang diusulkan kepadanya. Jika diterima, ia tentu telah
menetapkan syarat dan prasyarat yang sesuai.

Seseorang tidak dapat menamakan dirinya Underwriter, jika ia tidak melakukan


proses underwrting risiko dengan benar dan penuh kehati-hatian. Underwriting risiko
adalah suatu keharusan, terutama dalam situasi persaingan pasar yang amat keras
dewasa ini.

Semoga tidak benar keluhan sebagian orang bahwa : ”Standar underwriting


kebanyakan perusahaan asuransi di negeri ini adalah standar underwriting pintu
sebelah”.

Apa yang harus dilakukan


 Lakukanlah proses underwriting yang benar. (Dewasa ini proses underwriting
yang benar dan sehat jarang dilakukan, kalau tidak mau dikatakan tidak ada).
 Gunakanlah Formulir Permohonan Penutupan Asuransi (SPPA) selalu, karena
dengan demikian, selain risiko yang dihadapi dapat diketahui dengan baik,
ketentuan Mukadimah (Preambul) polis tidak akan menjadi slogan hampa.
 Surveylah risiko yang dimohonkan asuransinya untuk mengetahui kebih baik
risiko yang dihadapi agar dapat menentukan syarat dan prasyarat yang
memadai. Surveyor adalah mata dan telinga dari Underwriter.

Catatan :
Dalam kasus sengketa ini, jika Penanggung mrnghendaki, ia boleh saja menolak
klaim yang diajukan, karena terdapat unsur fraud dari pihak Tertanggung.
FL. 07/02/11

Anda mungkin juga menyukai