Anda di halaman 1dari 31

BAB IV

PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum
Penyusunan Bisnis Model kanvas dengan judul “Analisa Bisnis Model
Kanvas Terhadap Produk Kue Pukis Sob” ini telah melalui tahap penelitian
dengan teknik pengumpulan data yakni observasi dan wawancara. Penelitian
dilakukan pada bulan Mei-Juli 2019 yang menghasilkan 30 responden dengan
klasifikasi sebagai berikut:
Tabel 4.1 Jumlah dan Klasifikasi Responden
No Klasifikasi Jumlah Responden
1. Mahasiswa 10
2. Karyawan 10
3. Ibu rumah tangga 10
Total Responden 30
Sumber: Diolah Penulis, 2019

Tahapan penelitian dalam penyususnan Bisnis Model Kanvas ini


terdiri dari dua tahapan pengujian, yakni uji masalah dan uji solusi. Hasil dari
kedua tahap pengujian tersebut akan menjadi bahan yang akan dijadikan
simpulan dari penelitian ini.

4.2 Sejarah Berdirinya Perusahaan


Perusahaan akan didirikan di Kota Bogor pada tahun 2019. Lokasi
produksi yang dipilih yaitu kecamatan produk kue pukis di distribusikan
kepada para reseller disekitar sehingga konsumen lebih mudah untuk
mendapatkan produk kue pukis sob. Rencana bisnis produk ini adalah
pendirian perusahaan yang memproduksi kue pukis yang bergerak dibidang
kuliner.
4.2.1 Visi dan Misi
Visi Rencana Perusahaan
“Menyediakan produk kue yang berkualitas tinggi dengan harga
yang terjangkau dan bersaing serta memeberikan pelayanan yang
memuaskan kepada konsumen”
Misi Rencana Perusahaan
1. Terus berinovasi dan menjaga kualitas

53
54

2. Meningkatakan mutu dan kualitas serta mengedepankan proses dalam


pengolahan produksi yang terjamin baik dari bahan yang berkualitas tinggi
3. Membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat
4.2.2 Logo Kue Pukis Sob

Gambar 4.1 Logo Kue Pukis Sob


Sumber: Penulis 2019

Logo sebagai identitas perusahaan yang dapat mengubah suatu image


perusahaan. Untuk itu logo amat penting dalam membangun citra perusahaan
tersebut (Gernadi, 2017). Setiap logo pada perusahaan terdapat makna baik,
maka kue pukis sob memiliki rencana logo dengan kandungan makna sebagai
berikut:
1. Sob memiliki arti yang berarti kawan, teman sahabat yang mempunyai
makna bahwa produk kue pukis sob selalu akrab dengan para pelanggannya.
2. Pada kue pukis sob terdapat gambar kue pukis berkarakter senyum dengan
harapan bahwa customer yang sudah membeli produk kue pukis sob dapat
menikmati kuenya dengan perasaan bahagia.

4.3 Analisis Industri


Analisis industri akan berfokus pada bahasan mengenai analisis
pesaing dan analisis produk, hal ini dilakukan agar penulis dapat
mengorganisis perusahaan lebih baik.
55

4.3.1 Analisis SWOT Pesaing


Analisa industri pada penenlitian digunakan analisa SWOT sebagai
acuan utama. Analisis SWOT merupakan identifikasi berbagai faktor secara
sistematis yang membandingkan antara kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman untuk merumuskan strategi perusahaan (Putong, 2003). Pada
analisa industri diambil tiga pesaing sebagai pembanding sekaligus untuk
mengetahui sejauh mana bisnis kue pukis sob dapat bertahan dan bersaing di
pasaran diantaranya adalah kue balok mbah gendut dan roti kurokuy.
1. Kue Balok Mbah Gendut
Perusahaan kue balok mbah gendut merupakan perusahaan yang
bergerak dibidang kuliner kue yang memiliki banyak varian rasa.
Perusahaan ini didirikan oleh pak Eno pada bulan Juni 2019. Sasaran utama
bisnis ini yaitu orang perkantoran, namun produk ini juga cocok untuk
dinikmati oleh semua kalangan dan usia dari anak-anak hingga dewasa
ataupun lansia. Berikut analisis SWOT terhadap produk kue balok mbah
gendut.

Tabel 4.2 SWOT Kue Balok Mbah Gendut

Kelebihan Kekurangan
- Memiliki banyak varian rasa - Lokasi yang kurang strategis
- Memiliki bentuk yang menarik - Kendala pengiriman jarak jauh
- Bahan baku mudah dicari - Sistem perusahaan yang belum
- Manajemen sistematis memenuhi standar
- Harga produk bersaing

Ancaman Peluang
- Daya beli menurun karena - Harga Bersaing
faktor ekonomi - Menggait konsumen dengan promo
- Kenaikan bahan baku (topping) - Adanya jaminan kontinyuitas bahan
- Bnayaknya kompotitor bisnis baku
jenis usaha kue
Sumber: Penulis 2019

2. Roti Kuro Kuy


Perusahaan roti kuro kuy merupakan perusahaan baru yang bergerak
dibidang kuliner khususnya roti. Perusahaan ini didirikan oleh bapak Irfan
yang berlokasi di jalan arzimar no 22 Bogor. Ide lahirnya usaha roti kurokuy
karna terinspirasi roti kukus yang ada di sosial media yaitu di youtube, pak
56

Irfan menginginkan roti kukus dapat diinovasi lebih baik lagi walupun
usaha yang dijalankan baru 2 bulan. Sasaran utama dari bisnis ini yaitu
semua usia dari anak-anak hingga orang dewasa. Perusahaan ini bersekala
menengah, berikut analisis SWOT terhadap produk roti kuro kuy adalah:

Tabel 4.3 SWOT Roti Kuro Kuy


Kelebihan Kekurangan
- Memiliki komposisi gizi yang baik- - Promosi yang dilakukan masih
serta menyehatkan - kurang efektif
- Cocok dikonsumsi oleh semua usia - - Belum mempunyai jangkauan
- Mudah untuk mendapatkan bahan- yang luas untuk memasarkan
baku, langsung didapatkan dari - produk roti kuro kuy
pemasok lokal secara rutin sehingga- - Tempat usaha kurang strategis
mendapatkan bahan baku yang-
berkualitas
Ancaman - Peluang
- Banyaknya kompetitor bisnis jenis- - Kenaikan permintaan pasar
usaha cemilan - - Adanya jaminan kontinyuitas
- Kenaikan bahan baku - bahan baku dari pemasok
Sumber: Penulis 2019

4.3.2 Analisis SWOT Kue Pukis Sob


Kue pukis sob merupakan sebuah produk kue tradisional yang bercita
rasa manis yang memiliki banyak varian rasa dari rasa original hingga rasa
kekinian seperti rasa hazelnut, tiramisu dan lainnya. Hampir semua
kalangan menyukai kue pukis dari anak kecil hingga orang dewasa. Kue
pukis sob diharapkan mampu menjawab kebutuhan dan keinginan
konsumen. Berikut analisis SWOT terhadap perusahaan Kue Pukis Sob :
Tabel 4.4 SWOT Kue Pukis Sob
Kelebihan Kekurangan
- Dapat dikonsumsi oleh anak- - Masih kurangnya pengalaman pengusaha
anak hingga dewasa dalam pembuatan kue pukis
- Memiliki banyak varian rasa - Proses pengolahan masih sederhana
- Bisa dibeli secara online - Produk tidak tahan lama pada jangka
waktu tertentu
Ancaman Peluang
- Banyaknya kompetitor bisnis - Pangsa pasar masih luas
jenis usaha makanan/cemilan - Harga bersaing
- Produk mudah ditiru
- Kenaikan harga bahan baku
Sumber: Penulis 2019
57

4.4 Analisis Ukuran Pasar


Besaran pasar berisi sejumlah konsumen atau pengguna aktif, dengan
pertumbuhan yang jelas dan terdapat peluang yang menarik konsumen dan
pengguna aktif itu (hermawan, 2014). Besaran pasar itu dapat dibagi menjadi
tiga yaitu:
1. TAM ( Total Avaliable Market), yaitu seberapa banyak populasi pengguna
2. SAM ( Seved Avaliable Market), yaitu berapa banyak yang dapat
dijangkau dengan model bisnis yang di rancang.
3. TM (Target Market), merupakan siapa yang akan menjadi pembeli produk
kita

Gambar 4.2 Diagram Market Size


Sumber: Penulis 2019

a. Total Avaliable Market (TAM)


Total Avaliable Market adalah jumlah populasi yang berpotensi
mengkonsumsi produk kue pukis sob. Badan Pusat Statistik (BPS)
menyatakan bahwa jumlah penduduk kabupaten dan kota Bogor mencapai
6,796,081 jiwa, data tersebut didapat dari data kependudukan tahun 2017
(BPS, 2017).
b. Served Available Market (SAM)
Served Available Market (SAM), yaitu kemampuan yang dapat dijangkau
dengan menggunakan bisnis model yang telah di rencanakan.Berdasarkan
58

jumlah populasi masyarakat kota Bogor maka diputuskan bahwa served


avaliable market dari pukis sob adalah mahasiswa, pekerja dan masyarakat
kota Bogor yang berusia 10-50 tahun. Market yang dituju dengan jumlah
penduduk 1.081.009 jiwa.
c. Target Market (TM)
Target Market adalah siapayang menjadi target sasaran pembelian produk
yang kita jual berdasarkan jumlah SAM bahwa segmentasi pasar produk
kue pukis sob berjumlah 1.081,009 juta jiwa, peneliti mengasumsikan
target pasar yang disasar sebesar 50% dari jumlah SAM atau sekitar
540,504 jiwa.

4.5 Uji Masalah


Dalam tahap ini penulis akan melakukan uji masalah untuk menguji
hipotesis kanvas model bismis awal. Penulis terlebih dahulu melalukan
pengujian terhadap customer segment dan value proposition, yang dikenal
dengan istilah uji maslah. Penelitian uji masalah ini dilakukan dengan teknik
wawancara kepada 30 responden yang telah ditentukan kriterianya.
Berdasarkan data penelitian diperoleh hasil data sebaran responden sebgai
berikut:
1. Klasifikasi Responden

Mahasiswa

33% 34% Pekerja

33% Ibu Rumah


Tangga

Gambar 4.3 Diagram Klasifikasi Responden


Sumber: Penulis, 2019
Jumlah responden berdasarakan persentase sesuai dengan kategori
customer segment. Jumlah responden mahasiswa sebnayak 10 responden
atau 34%, para pekerja sebnyak 10 responden atau 33% dan ibu rumah
tangga sebanyak 10 responden atau % dari keseluruhan total responden
sebanyak 30 responden. Dari 30 responden yang terlibat dalam penelitian
59

ini, berikut penulis sajikan sebaran dari jenis kelamin responden yang
diwawancarai untuk tahap uji masalah ini.
2. Jenis Kelamin

40% Laki-laki
60% Perempuan

Gambar 4.4 Diagram Jenis Kelamin


Sumber: Penulis, 2019
Berdasarkan jenis kelamin, diperoleh bahwa responden yang
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 12 responden atau sebesar 40% dan
yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 18 responden atau 60 % .
Mayoritas responden yang menyetujui untuk diwawancara adalah
perempuan, karakter jenis kelamin perempuan lebih suka memakan kue
dibankding jenis kelamin laki-laki.
3. Usia Responden

15-25
23%
26-35
7% 57% 36-45
46-55
13%

Gambar 4.5 Diagram Usia Responden


Sumber: Penulis, 2019
Rentang usia responden yang terlibat dalam penelitian ini terbagi
kedalam empat kelas usia, yaitu rentang usia 15-25 tahun sebanyak 17
responden atau sebanyak 57%, rentang usia 26-35 tahun sebanyak 4
responden atau sebanyak 13%, rentang usia 36-45 tahun sebanyak 2
responden atau sebanyak 7%, rentang usia 46-55 tahun sebanyak 7
responden atau sebanyak 23%.
60

Dapat terlihat bahwa responden terbanyak adalah responden


dengsn rentang usia 15-25 tahun yang mewakili klasifikasi responden.
4. Pekerjaan Responden

20% Ibur Rumah Tangga


33%
Mahasiswa
47% Pekerja

Gambar 4.6 Diagram Pekerjaan Responden


Sumber: Penulis, 2019

Berdasarkan data jenis responden diatas dengan total 30 responden


dapat dilihat bahwa sebanyak 6 responden atau sebesar 20% berprofesi
sebagai Ibu Rumah Tangga, sebanyak 14 responden atau sebesar 47%
berprofesi sebagai mahasiswa dan responden berprofesi sebagai pekerja ...
sebanyak 10 .responden atau sebesar 33% .
5. Pendapatan Responden

< Rp. 1.000.000

33% 40% Rp. 1.000.000- Rp.


3.000.000
27% > Rp. 3000.000

Gambar 4.7 Diagram Pendapatan Responden


Sumber: Penulis, 2019
Dari data diatas dapat dilihat bahwa dari total 30 responden,
sebesar 40% atau sebanyak 12 responden berpenghasilan < Rp. 1.000.000
perbulan. Sebesar 27% atau sebanyak 8 responden berpenghasilan dari Rp.
1.000.000- Rp. 3.000.000 perbulan. Sebesar 33% atau sebanyak 10
responden berpenghasila > Rp. 3.000.000 perbulan.

4.5.1 Customer Segment


Tahap penelitian ini dilakukan untuk membantu penulis dalam
memperoleh data konsumen potensial, maka penulis melakukan pengujian
61

terhadap responden mengenai produk kue pukis sob. Pengujian masalah di


elemen customer segment ada beberapa hal yang akan dibahas sebagi
berikut:
1. Perilaku Konsumen

0%

iya
tidak
100%

Gambar 4.8 Diagram Minat Responden Terhadap Kue


Sumber: Penulis, 2019
Dari diagram diatas dapat dilihat dari total 30 responden sebesar
100% responden menyukai kue. Hal ini menunjukan bahwa besarnya
peluang untuk mengenbangkan bisnis kue.

10% Kue Kering

40% Kue Basah


50%
Kue kering dan kue
basah

Gambar 4.9 Diagram Minat Responden


Terhadap Jenis Olahan Kue
Sumber: Penulis, 2019
Pada data diatas dapat dilihat bahwa dari 30 responden, sebanyak 3
responden atau sebesar 10% menyukai olahan kue kering, sebanyak 15
responden atau sebesar 50 % menyukai olahan kue basah, sebanyak 12
responden atau sebesar 40% menyukai olahan kue kering dan basah
Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden menyukai
jenis olahan kue basah karenaolahan kue basah memiliki tekstrur lembut
dan mudah untuk dimakan untuk berbagai usia.
62

30%
1-2 kali/seminggu
3-4 kali/seminggu
70%

Gambar 4.10 Diagram Intensitas Responden Membeli Kue


Sumber: Penulis 2019
Pada data diatas dapat dilihat bahwa data dari 30 responden,
sebanyak 21 responden atau sebesar 70% mengkonsumsi kue sebanyak
1-2 kali/seminggu, sebanyak 9 responden atau sebesar 30%
mengkonsumsi kue sebanyak 3-4 kali/seminggu.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden
mengkonsumsi kue sebanyak 1-2 kali/minggu dengan alasan memakan
kue bukan sebagai bahan makanan pokok yang harus dikonsumsi
sesering mungkin.

0%

pernah
tidak
100%

Gambar 4.11 Diagram Minat Responden


Membeli Kue Tradisional
Sumber: penulis, 2019
Pada data diatas dapat dilihat bahwa dari 30 responden yang telah
diwawancarai penulis, sebanyak 30 responden atau sebesar 100%
responden pernah membeli kue tradisional dan sebanyak 0 responden
atau sebesar 0% responden tidak pernah membeli kue tradisonal.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas konsumen pernah membeli
kue tradisional dan menyukainya dengan alasan kue tradisional memiliki
rasa yang khas dibanding kue lainnya.
63

5%

23% < Rp 10.000


Rp 11.000-Rp. 20.000
72% > Rp 20.000

Gambar 4.12 Diagram Alokasi Dana Responden


Untuk Membeli Produk Kue Tradisonal
Sumber: Penulis, 2019
Dari data diatas dapat dilihat bahwa sebesar 23% atau sebanyak 6
responden mengalokasikan dana sebesar <Rp. 10.000, sebesar 72% atau
sebanyak 19 responden mengalokasikan dana sebesar Rp.11.000-20.000,
dan sebanyak 5 responden atau 5% mengalokasikan dana sebesar
>Rp.20.000.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden
mengalokasikan dana sebesar Rp. 11.000 sampai Rp.20.000 Untuk
membeli produk kue tradisional.
2. Persepsi Konsumen

keluarga

46% 40% teman


media online
pedagang
7% 7%
Gambar 4.13 Diagram Sumber Informasi
Sumber: Penulis, 2019
Dari diagram tersebut dapat dilihat bahwa bahwa sebesar 40.% atau
sebanyak 12 responden mengetahui informasi produk kue tradisional dari
keluarga, sebesar 7% atau sebanyak 2 responden mengetahui informasi
produk kue tradisional dari teman, sebesar 46% atau sebanyak 14
responden mengetahui informasi produk kue tradisional dari pedagang,
dan sebesar 7% atau sebanyak 2 responden mengetahui informasi
produk kue tradisional dari media online.
64

Dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden mengetahui


informasi kue tradisional dari pihak pihak pedagang 46% yang
memberitahu berjualan kue tradisional sehingga banyak masyarakat yang
tahu, disusul dari pihak keluarga, teman dan media online.

17% kualitas ( tahan lama)


kemasan
13%
60% harga
rasa
10%

Gambar 4.14 Diagram Pertimbangan Membeli Kue Tradisional


Sumber: Penulis, 2019
Pada diagram diatas dapat dilihat bahwa hal yang paling
diperhatikan oleh responden ketika membeli kue tradisional antara lain
sebesar 17% responen memperhatikan kualitas, sebesar 13% responden
memperhatikan kemasan, sebesar 10% responden memperhatikan harga
dan 60 % responden memperhatikan rasa.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hal yang paling
diperhatikan oleh konsumen ketika membeli produk kue tradisional
adalah rasa sehingga penulis harus lebih memperhatikan kualitas rasa
dari suatu rencana produk.
3. Keputusan Konsumen

33% Berpengaruh
67% Tidak Berpengaruh

Gambar 4.15 Diagram Pengaruh Harga Terhadap


Keputusan Pembelian
Sumber: Penulis, 2019
Dari diagram tersebut menunjukan bahwa 67% atau sebanyak 20
responden menyatakan bahwa harga mempengaruhi keputusan pembelian
65

dan 33% atau sebanyak 10 responden menyatakan bahwa harga tidak


mempengaruhi keputusan pembelian.

0%

langsung
online
100%

Gambar 4.16 Diagram Media Penjualan yang Disukai


Sumber: Penulis, 2019
Dari data 30 responden, sebanyak 30 responden atau 100%
responden lebih menyukai pembelian kue secara langsung dan 0
responden atau sebesar 0% responden membeli kue secara online (tidak
langsung).
Dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden membeli kue
secara langsung dengan tanggapan agar dapat melihat dan memilih secara
langsung produk kue yang akan dikonsumsinya dan tidak membutuhkan
waktu pengiriman lama.

Kualitas Pengemasan

20%
40% produk tidak tahan
lama
40%
Kepercayaan Rendah

Gambar 4.17 Diagram Pertimbangan Membeli


Kue Secara Online
Sumber: Penulis, 2019
Diagram data diatas menunjukan bahwa pertimbangan yang
dihadapi responden ketika ingin membeli kue secara online yaitu
sebanyak 40.% atau sebanyak 12 responden menyatakan adanya
pertimbangan pada kualitas pengemasan, sebanyak 40% responden
menyatakan adanya pertimbangan karena produk tidak tahan lama,
66

sebanyak 20% responden menyatakan adanya pertimbangan kepercayaan


yang rendah saat membeli kue secara online.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas konsumen memiliki
pertimbangan untuk membeli produk kue secara online dipertimbangkan
dari kualitas pengemasan dan produk tidak tahan lama.

3% 4%
Stok habis

20%
harga tidak
terjangkau
73%
lokasi penjualan
jauh

Gambar 4.18 Diagram Hambatan Konsumen


Sumber: Penulis, 2019
Diagram data diatas menunjukan bahwa hambatan yang dihadapi
responden ketika ingin membeli kue yaitu sebanyak 4% responden
menyatakan adanya hambatan karena stok habis, sebanyak 20%
responden menyatakan adanya hambatan dari harga tidak terjangkau,
sebanyak 73% responden menyatakan adanya hambatan dari lokasi
penjualan yang jauh, dan sebanyak 3% responden menyatakan tidak ada
hambatan ketika membeli kue secara online.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas konsumen
mengalami hambatan pada lokasi penjualan jauh dengan alasan jika
lokasi penjualan yang jauh kualitas pada kue pun akan berubah
contohnya perubahan pada bentuk rasa dan kemasan.

4.5.2 Value Propositin


Pada elemen value proposition pengujian masalah didasarkan pada
beberapa hal sebagai berikut:
67

1. Kue Pukis Cita Rasa Modern

43% sudah
57% belum

Gambar 4.2 Diagram Persepsi Responden Terhadap Kue


Tradisional
Sumber: Penulis, 2019
Diagram data tersebut menunjukan bahwa sebesar 57% atau
sebanyak 17 responden menyatakan kue tradisional dipasaran sudah
memenuhi keinginannya dan sebesar 43 % atau sebanyak 13 responden
menyatakan bahwa kue tradisional belum memenuhi keinginannya,
sebagian besar responden menyatakan kue tradisional sudah memenuhi
keinginannya sehingga apresiasi terhadap kue tradisional cukup bagus di
mata masyarakat.

7%

Setuju
Tidak Setuju
93%

Gambar 4.20 Diagram Persepsi Responden Terhadap


Kue Tradisional Dengan Berbagai Varia Rasa
Sumber: Penulis, 2019
Diagram data tersebut menunjukan bahwa sebesar 93% atau
sebanyak.24 responden menyatakan tertarik pada kue tradisional dengan
banyak varian rasa, sebesar 7 % lainnya atau sebanyak 6 responden tidak
tertarik atau tidak setuju dengan alasan karena responden tidak menyukai
kue tradsional dengan banyak varian rasa.
68

10% Rp. 5.000- Rp.


10.000
Rp. 11.000-Rp.
30%
20.000
60%
> Rp. 20.000

Gambar 4.21 Diagram Kisaran Harga


Sumber: Penulis, 2019
Diagram data diatas menunjukan bahwa kisaran harga yang
duharapkan responden untuk produk kue tradisional menurut responden
adalah Rp. 5000- Rp.10.000 sebesar 60% atau sebanyak 18 responden,
Rp. 11.000-Rp.20.000 sebesar 30 % atau sebanyak 9 responden, dan
>Rp. 20.000 sebesar 10% atau sebanyak 3 responden.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kisaran harga yang diharapkan
responden untuk produk kue tradisional dengan varian rasa adalah dari
kisaran harga Rp. 5.000 - Rp.10.000.
2. Kemasan

13%
berpengaruh
tidak berpengaruh
87%

Gambar 4.22 Diagram Pengaruh Kemasan Terhadap


Pembelian Produk
Sumber: penulis, 2019
Diagram data tersebut menunjukan bahwa sebesar 87% atau
sebanyak 24 responden menyatakan bahwa kemasan mempengaruhi
pembelian produk dan 13% atau sebnyak 6 responden menyatakan
kemasan tidak mempengaruhi terhadap pembelian produk.
69

20% Unik
40% simpel
13%
ramah lingkungan

27% rapih

Gambar 4.23 Diagram Minat Responden Terhadap


Kemasan Kue Tradisional
Sumber: Penulis, 2019
Diagram diatas menunjukan kemasan yang diinginkan konsumen
untuk produk kue tradisional yaitu sebesar 20 % atau sebanyak 6
responden menginginkan kemasan yang unik, sebesar 13 % atau
sebanyak 4 responden menginginkan kemasan yang simpel, sebesar 27 %
atau sebanyak 8 responden menginginkan kemasan yang ramah
lingkungan dan sebesar 40% atau sebanyak 12 responden menginginkan
kemasan yang rapih.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas konsumen
menginginkan kemasan yang rapih tidak terbuka sehingga aman untuk
dikonsumsi dan terjaga kebersihannya,

17%

Plastik mika
Kertas ivori

83%

Gambar 4.24 Diagram Persepsi Responden Terhadap


Bentuk Kemasan Pada Produk Kue
Sumber: Penulis, 2019
Diagram data tersebut menunjukan bahwa sebesar 17 % atau
sebanyak 5 responden memilih kemasan dengan menggunakan plastik
mika dan sebesar 83% atau sebanyak 25 responden memilih kemasan
dengan menggunakan kertas ivori. Menurut hasil wawancara, responden
70

memilih kemasan plastik mika karena terlihat lebih simpel, sedangkan


responden yang memilih kemasan dengan menggunakan kertas ivori
karena kemasan kertas lebih cepat terurai dibandingkan plastik.
3. Varian Rasa

20%
Setuju
Tidak setuu
80%

Gambar 4.25 Diagram Persepsi Responden Terhadap


Varian Rasa Kue Tradisional Bercita Rasa Manis
Sumber: Penulis, 2019
Diagram data tersebut menunjukan bahwa sebesar 80% atau
sebanyak 24 responden menyatakan bahwa rasa manis merupakan rasa
yang banyak disukai oleh responden, sedangkan 20% atau sebanyak 6
responden menjawab tidak setuju karena kue tradisional tidak hanya
bercita rasa manis saja namun ada rasa asin dan lainnya.

Varian rasa buah


18% 15%
Rasa coklat, keju,
vanila
67%
Rasa gula merah

Gambar 4.26 Diagram Minat Responden Terhadap Varian


Rasa yang Diharapkan Pada Kue Tradisional
Sumber: Penulis, 2019
Diagram diatas menunjukan varian rasa yang diinginkan konsumen
untuk produk kue tradisional yaitu sebesar 15% atau sebanyak 6
responden menginginkan varian rasa kue tradisional dengan varian rasa
buah, sebesar 67% atau sebanyak 27 responden menginginkan varian
rasa kue tradisional yang memiliki varian rasa coklat, keju, vanila,
71

sebesar 18% atau sebanyak 7 responden menginginkan varian rasa kue


tradisional dengan rasa gula merah.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas konsumen
menginginkan varain rasa seperti coklat, keju dan vanila pada kue
tradisional yang ada dipasaran.

20%
rendah gula
harga terjangkau
53%
27% enak dinikmati

Gambar 4.27 Diagram Persepsi Responden Terhadap


Kualitas Produk Kue Tradisional
Sumber: Penulis, 2019
Diagram diatas menunjukan kualitas kue yang diinginkan
konsumen untuk produk kue tradisional yaitu sebesar 20% atau sebanyak
6 responden menginginkan kemasan kualitas produk yang rendah gula,
sebesar 27 % atau sebanyak 8 responden menginginkan kualitas produk
kue dengan harga terjangkau, sebesar 53.% atau sebanyak 16 responden
menginginkan kualitas produk kue yang enak dinikmati.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa mayoritas konsumen
menginginkan kualiatas produk kue yang enak dinikmati.

3%

Berpengaruh
Tidak berpengaruh
97%

Gambar 4.28 Diagram Pengaruh Logo Halal Terhadap


Keputusan Pembelian
Sumber: Penulis, 2019
72

Diagram data pada gambar 2,28 meunjukan bahwa sebesar 97%


atau sebanyak 29 rsponden menyatakan bahwa logo halal menjadi
pertimbangnnya dalam pembelian produk, dan sebesar 3% atau sebesar
1 responden menyatakan logo halal tidak menjadi pertimbangan dalam
membeli produk kue.

4.5.3 Perbaikan Model Bisnis I


Hasil dari pengujian masalah yang telah disajikan diatas, selanjutnya,
penulis sesuaikan dengan kanvas model bisnis yang telah dibuat. Tujuan
dilakukan perbaikan pada kanvas model bisnis ini untuk memenuhi
kebutuhan konsumen nantinya. Berikut ini adalah perbaikan model bisnis
kanvas setelah wawancara adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5 Pembaharuan Model Bisnis 1
No Model Bisnis Awal Pembaharuan Model bisnis
1.Customer Segment Customer Segment
- - Mahasiswa - Mahasiswa dengan penghasilan > Rp.
- - Karyawan 1.000.000 perbulan
- -Ibu rumah tangga - Karyawan usia 40-50 tahun dengan
penghasilan diatas Rp. 3.000.000
- Ibu rumah tangga
2.Value Proposition Value Proposition
- Kue pukis dengan aneka - Kue pukis dengan aneka varian rasa yang
varian rasa tidak hanya manis, tetapi juga asin
- Kemasan Plastik Mika - Kemasan dari kertas ivori yang lebih
menarik.
Sumber: Penulis, 2019

Dilihat dari tabel perbaikan model bisnis kanvas, terdapat beberapa


perubahan pada customer segment dan value proposition. Pada bagian
customer segment, terjadi perubahan urutan pertama adalah customer
segment yang menjadi konsumen utama dikarenakan permintaan lebih
banyak datang dari segment tersebut. Semakin rendah urutan maka
permintaan semakin rendah. Selain itu, pada element customer segment
karyawan diganti dengan karyawan usia 40-50 tahun dengan penghasilan >
Rp. 3.000.000 perbulan yang didapatkan berdasarkan hasil wawancara.
Pada element mahasiswa diganti dengan mahasiswa yang memiliki
penghasilan > Rp.1.000.000 karena mereka lebih tertarik dengan kue
tradisional atau kue pukis.
73

Sedangkan untuk perbaikan model kanvas bagian value proposition,


terdapat dua perubahan dari tiga value proposition sebanyak 40% responden
menginginkan kemasan yang rapih dan unik beda dari produk lain. Jika
diurutkan perubahan perbaikan model bisnis kanvas bagian value
proposition yaitu kue pukis atau kue tradisional dengan banyak varian rasa,
kemasan dari kertas ivori yang lebih menarik. Dari hasil pengujian masalah
yang dilakukan, beberapa masalah yang ditemukan oleh penulis dari
responden. Permasalahan yang pertama yaitu sebanyak 40% responden
menyatakan kemasan produk belum rapih atau belum menjaga isinya.
Masalah kedua yaitu media penjualan sebanyak 100% responden lebih
menginginkan melakukan pembelian produk makanan secara langsung
dibanding online karena banyaknya yang dipertimbangkan seperti produk
tidak tahan lama.
Tabel 4.6 Perbaikan Model Bisnis 1
Key partner Key Value Customer Customer
- Reseller Aktivities Proposition Relationsip Segmen
- Jasa - Mengatur - Kue pukis - Pelayanan - Mahasiswa
Pengiri bahan dengan yang dengan
man baku varian rasa mudah dan penghasila
- Membuat - Kemasan dari terjangkau n > Rp.
kue pukis kertas ivori 1.000.000
- Membuat yang lebih perbulan
Kemasan menarik - Karyawan
- Mengatur usia 40-50
sistem tahun
penjualan dengan
penghasila
n diatas
Rp.
3.000.000
- Ibu Rumah
tangga

Key Channels
Resaurces - Facebook
- SDM - Instagram
- Alat - Whatsapp
produksi - Pameran
- Bahan
Cost Stucture Revenue Stram
Fix Cost Online sales
Variabel Cost Penjualan melalui media sosial
Offline sales
74

Penjualan ditoko atau diaacara


pameran
Sumber: Penulis, 2019

4. 6 Uji Solusi
Dari hasil pengujian masalah yang telah dilakukan, beberapa masalah
yang dapat ditemukan oleh penulis dari responden adalah pada kue tradisional
yang beredar belum memenuhi keinginan responden, kemasan kue tradisional
dan media penjualan kue. Sebagaimana dijelaskan dalam tabel berikut:
Tabel 4.7 Masalah Responden
No Variabel Masalah
1 Rasa dan kualiatas kue tradisisonal Rasa dan kualitas kue tradisional
dipasaran belum memenuhi
keinginan responden, sebagian
responden berpendapat bahwa rasa
kue tradisional tidak berinovasi
sehingga membuat bosan untuk
mengkonsumsinya
2 Kemasan Kemasan yang digunakan masih
terbuka dan tidak rapi maka tidak
bisa dijamin bersih produknya
3 Media penjualan Media penjualan yang responden
sukai adalah media jualan secara
langsung bukan online
Sumber: Penulis,2019

Oleh karena itu, penulis mencoba menawarkan solusi dengan membuat


kue tradisional salah satunya kue pukis dengan banyak varian rasa, dari pukis
dengan rasa keju hingga pukis dengan rasa matcha, membuat kemasan yang
rapi dan tertutup sehingga mampu menjaga isinya dari kerusakan dan
pengaruh lingkungan lain, solusi yang penulis tawarkan mengenai masalah
rasa dan kualitas kue tradisional maka akan dibuat seenak mungkin dengan
banyak varian rasa dan memiliki nilai jual yang tinggi. Setelah melakukan
perbaikan model bisnis kanvas yang pertama, tahapan selanjutnya yang akan
dilakukan penulis adalah pengujian solusi. Penulis melakukan survei kembali
untuk menguji solusi terhadap permasalahan responden hasil dari pengujian
tersebut disajikan dalam bentuk diagram berikut:
75

1. Kue Pukis Sob

10%

Suka

90% Tidak Suka

Gambar 4.29 Diagram Minat Responden Terhadap Kue pukis Sob


Sumber: Penulis, 2019
Dari data diagram diatas menunjukan bagaimana tanggapan
responden terhadap kue pukis sob, hasilnya adalah 90% atau sebanyak 27
responden menyukai kue pukis sob dan sebesar 10% atau sebanyak 3
responden tidak menyukai kue pukis sob. Mayoritas responden yang
menyukai kue pukis sob karena pukis dengan banyak varian rasa sehingga
cita rasa berbeda disetiap potongan pukisnya.
2. Kemasan Kertas Ivori

7%

Tertarik
DAFTAR PUSTAKA Tidak tertarik
93%

Gambar 4. 30 Diagram Persepsi Responden Terhadap


Kemasan Kertas Ivori
Sumber: penulis, 2019
Dari data diatas menunjukan bahwa bagaimana tanggapan
responden jika kemasan kue pukis sob yaitu dari kertas ivori. Hasilnya
sebesar 93% atau sebanyak 28 responden setuju jika kemasan kue pukis
sob menggunakan kertas ivori dengan tanggapan tidak terlalu mencemari
lingkungan, dan sebesar 7% atau sebanyak 2 responden tidak setuju jika
kemasan kue pukis sob menggunakan kertas ivori dengan tanggapan
kemasan sudah terlalu banyak digunakan penjual lainnya.
76

3. Reseller Kue Pukis Sob

Setuju
Tidak setuju

100%

Gambar 4.31 Persepsi Responden Terhadap Reseller


Sumber: Penulis, 2019
Diagram data tersebut menunjukan bahwa 100% responden setuju
jika kue pukis sob memiliki peluang reseller dengan tanggapan konsumen
mudah mendapatkan kue pukis sob di seluruh Bogor bahkan seluruh
Indonesia.
4. Jasa Pengiriman Grab Food Yang Digunakan

13%

Setuju
tidak setuju
87%

Gambar 4.32 Persepsi Responden Terhadap


Pengiriman Oleh Grabfood
Sumber: Penulis.2019
Diagram data tersebut menunjukan bahwa 87% atau sebanyak 26
responden menyatakan setuju melakukan pengiriman kue pukis sob
dengan grabfood dengan alasan tidak usah jauh-jauh keluar untuk membeli
kue pukis sob dan sebanyak 13% atau sebanyak 4 orang menyatakan tidak
setuju karena dengan alasan takut jika diantar menggunakan grabfood kue
menjadi rusak.
77

5. Kisaran Harga Produk Kue Pukis Sob Sebesar Rp. 10.000-Rp.20.000

0%

Setuju
Tidak setuju
100%

Gambar 4.33 Diagram Kisaran Harga


Sumber: Penulis, 2019
Diagram data tersebut menunjukan bagaimana tanggapan
responden terhadap kisaran harga Rp. 10.000- Rp.20.000, hasilnya sebesar
100% atau sebanyak 30 responden (semua responden) menyetujuinya.
Tabel 4.8 Hasil Uji Solusi
No Produk Masalah Solusi Hasil
1. Rasa dan kualiatas kue Rasa dan Muncul varian Valid
tradisisonal kualitas kue rasa yang
tradisional banyak seperti
dipasaran kue pukis
belum rasa coklat,
memenuhi keju dan
keinginan matcha
responden
2. Kemasan Kemasan yang Kemasan dari Valid
digunakan kertas ivori
masih terbuka yang tertutup
dan tidak rapi dengan rapih
maka tidak sehingga
bisa dijamin didak merusak
bersih kueyang ada
produknya didalamnya
3. Media penjualan Media Mengadakan Valid
penjualan yang reseller
responden diberbagai
sukai adalah kota sehingga
media jualan dekat untuk
secara dikunjungi
langsung pembeli
bukan online
Sumber: Penulis 2019
78

4.7 Sembilan Blok Bisnis Model Kanvas Kue Pukis Sob


a. Customer Segment
Customer segment dari produk kue pukis sob yaitu masyarakat umum
yang berada di Bogor. Maka dari itu segmen pasar dikerucutkan kembali
menjadi lebih sfesifik seperti mahasiswa dengan penghasilan > Rp.
1.000.000 perbulan, laki-laki dan wanita berusia 40-50 tahun dengan
penghasilan diatas Rp. 3.000.000 dan ibu rumah tangga.
a. Value Proposition
Value proposition merupakan nilai lebih yang akan diberikan kue pukis
sob kepada konsumen, sehingga konsumen merasa puas. Adapun value
proposition dari produk kue pukis sob adalah:
1. Kue pukis dengan banyak varian rasa
Penulis menetapkan kue pukis dengan banyak varian rasa baru seperti
pukis rasa coklat, pukis rasa keju, pukis rasa matcha dan lainnya.
Konsumen dapat menikmati kue pukis dengan banyak rasa, sehingga
bukan rasa original saja yang bisa dinikmati tapi varian rasa lainnya.
2. Kemasan dari kertas ivori yang unik
Setelah melakukan verifikasi model bisnis, maka penulis menetapkan
kemasan kue pukis dengan menggunakan kertas ivori kemasan kue
pukis sob juga merupakan kemasan yang responden inginkan pada
tahap pengujian masalah.
3. Label halal pada kemasan
Label halal pada kemasan merupakan suatu hal penting yang menjadi
pertimbangan konsumen dalam mengambil keputusan pembelian
sehingga penulis menambah label halal pada element value proposition
dimana belum ditetapkan pada rancangan bisnis sebelumnya.
b. Channels
Penjualan produk kue pukis sob dilakukan dengan cara online dan
offline. Penjualan online dilakukan melalui media sosial. Media sosial yang
digunakan yaitu watshap, instagram dengan cara memasang iklan produk
kue pukis sob beserta informasi lainnya, agar pelanggan dapat mengetahui
dengan mudah dan lebih cepat mengenai produk kue pukis sob. Penjualan
secara offline dialkukan melalui penjualan langsung di acara pameran atau
79

penjualan di outlet kue pukis sob agar konsumen dapat melihat dan membeli
langsung produknya selin itu kue pukis sob membuka peluang reseller di
seluruh Bogor. Dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan jumlah
penjualan dan konsumen dapat menemukannya dengan mudah.
c. Customer Segment
Hubungan baik dengan pelanggan sangat diperhatikan oleh kami yang
memproduksi kue pukis sob, memainkan peran admin dari berbagai akun
resmi penjualan kue pukis sob dan tim pemasaran yang memberikan
pelayanan terbaik kepada konsumen mengambil keputusan pembelian.
Selain itu adanya potongan harga dan give away yang dilakukan secara
berkala untuk konsumen yang loyal terhadap produk ini.
d. Key Resources
Sumber daya yang dibutuhkan dalam bisnsi ini mengenai 2 hal yaitu
sumber daya alam dan sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang
dibutuhkan pada kue pukis sob adalah marketer dan pegawai, Marketer
sangat diperlukan untuk membantu perusahaan dalam berinteraksi secara
langsung kepada pembeli dan mengatur segala bentuk pemasaran agar
terkoordinir dengan baik. Pegawai sangat dibutuhkan dalam hal
memproduksi kue pukis sob. Sumber daya alam yang dibutuhakan dalam
memproduksi kue pukis sob yaitu bahan baku yang digunakan berupa
tepung, gula dan topping. Selain itu, alat produksi juga sangat dibutuhkan
seperti panci, kompor dan cetakan untuk membuat pukis, packaging yang
bagus dan menarik juga menjadi komponen penting yang menjadi
pertimbangan konsumen dalam membeli sebuah produk.
e. Key Activities
Semua proses yang terlibat dalam penciptaan produk kue pukis sob
dilakukan secara beraturan dengan resep yang jelas dan telah ditentukan
sebelumnya sehingga sampai ketangan konsumen. Proses pembuatan kue
pukis sob dimualai dengan pembelian bahan baku, mengolah bahan baku,
proses packaging, proses pemasaran melalui sosial media dan market place
hingga mendistribusikan produk ketangan konsumen sebagaimana yang
telah dijelaskan pada proses pembuatan kue pukis sob.
80

f. Key Partnership
Kue pukis sob membangun kemitraan dan jaringan pemasok untuk
kebutuhan produksi serta menjamin pasokan yang dapat diandalkan seperti
supplier bahan baku tepung dan topping, reseller serta jasa ekspedisi.
Supplier untuk bahan baku tepung adalah
Reseller juga menjadi mitra kerja kue pukis sob yang membantu daya jual
dan pemasaran produk keberbagai daerah. Reseller akan mendapatkan
pemotongan harga sebagai harga khusus penjualan dengan syarat dan
ketentuan yang berlaku. Pengontrolan resellser yang telah mendaftar dan
memenuhi syarat melalui grup-grup media sosial berupa whatsapp. Dalam
pross pengiriman produk kue pukis sob menggunakan jaa pengiriman grab
food atau gpfood.
g. Cost Structure
Semua biaya yang dikeluarkan untuk mengoperasikan model bisnis ini
digambarkan dalam sebuah struktur biaya (cost strukture). Biaya-biaya ini
dikelompokan menjadi invesment cost, fixed cost, dan variable cost.
1. Invesment cost
Lama pemakian untuk setiap inventaris sesuai masa ekonomis tiap
barang. Maka dihitung nilai penyusutan untuk inventaris adalah sebagai
berikut:

Tabel 4.9 Investasi Awal

Nilai
Harga Total Masa
No Keterangan Jlh Satuan Penyusutan
Satu Unit Harga Ekonomis
(Rp/Bulan)

1 Kompor Gas 1 Unit 300.000 300.000 5 Tahun 5.000


2 Tabung Gas 1 Unit 150.000 150.000 5 Tahun 2.500
3 Regulator 1 Unit 100.000 100.000 5 Tahun 1.667
Cetakan
4 2 Unit 150.000 300.000 5 Tahun 5.000
Pukis
5 Mixer 1 Unit 250.000 250.000 3 Tahun 6.944
6 Oven 2 Unit 250.000 500.000 5 Tahun 8.333
7 Baskom 2 Unit 7.500 15.000 2 Tahun 625
8 Wajan 1 Unit 150.000 150.000 5 Tahun 2.500
9 Spatula 2 Unit 20.000 20.000 2 Tahun 1.666
81

Parutan
10. 2 Unit 10.000 20.000 5 Tahun 333
keju/coklat
Total Nilai Penyusutan 34.569
Sumber : Diolah Penulis, 2019
2. Fixed Cost
Biaya tetap merupakan pengeluaran yang jumlahnya tetap tanpa
memperhatikan kegiatan dalam tingkat yang elevan. Baiya ini tidak
dipengaruhi oleh banyak sedikitnya produk atau jasa yang dihasilkan,
nialinya tetap dan tidak berubah. Berikut rincian biaya tetap kue pukis
sob:

Tabel 4.10 Fixed Cost

Total Biaya Produksi


No Keterangan Jml Satuan
Per Bulan Per Tahun
1 Kuota internet 16 Gb 120.000 1.440.000
2 Kasir 1 Orang 700.000 8.400.000
4 Transportasi 1 Bulan 500.000 6.000.000
5 listrik + Air 1 Bulan 120.000 1.440.000
6 Sewa tempat produksi 1 Tahun 500.000 6.000.000
7 Nilai Penyusutan 1 Bulan 34.569 414.828
8. Jasa pegawai 2 Bulan 1.500.000 18.000.000
Total Fixed Cost 3.474.569 41.694.828
Sumber: Penulis,2019

3. Variable Cost
Merupakan pengeluaran yang tidak tetapdan dipengaruhi jumlah
produksi setaip bulannya.

Tabel 4.11 Variable Cost


Harga Total Biaya Produksi
No Keterangan Jml Satuan
satuan Per Bulan Per Tahun
1 Gula Pasir 11.000 36 Kg Rp 396.000 Rp 4.752.000
2 Tepung Terigu 9.000 40 Kg Rp 360.000 Rp 4.320.000
3 Telur Ayam 20.000 40 Kg Rp 800.000 Rp 9.600.000
4 Margarin 12.000 4 Kg Rp 48.000 Rp 576.000
82

5 Santan 20.000 20 Kg Rp 400.000 Rp 4.800.000


6 Vanili 2.500 160 Kantong Rp 400.000 Rp 4.800.000
8 Ragi 4.000 80 Kantong Rp 320.000 Rp 3.840.000
Campuran Dasar
2 Perasa greeentea 15.000 10 Botol Rp 150.000 Rp 1.800.000
3 Perasa red velvet 15.000 10 Botol Rp 150.000 Rp 1.800.000
Topping
1. Coklat Goldenfil 40.000 3 Kg Rp 120.000 Rp 1.440.000
3 Grentea Glaze 50.000 3 Kg Rp 150.000 Rp 1.800.000
4 Hazelnut Glaze 50.000 3 Kg Rp 150.000 Rp 1.800.000
5 Taro Glaze 50.000 3 Kg Rp 150.000 Rp 1.800.000
6 Tiramisu Glaze 50.000 3 Kg Rp 150.000 Rp 1.800.000
7 Choco Chip 50.000 1 Kg Rp 50.000 Rp 600.000
8 Cheese Kraft 50.000 1 Kg Rp 50.000 Rp 600.000
9 Crispy Ball 50.000 1 Kg Rp 50.000 Rp 600.000
Total Variabel Cost Rp 3.894.000 Rp 46.728.000
Sumber : Diolah Penulis
Rumus Harga Pokok Penjualan (HPP):
Total Cost = Total Fixed Cost + Total Variable Cost
= Rp 3.474.569+ Rp 3.894.000
= Rp 7.368.569 (per bulan)
HPP = Total Cost / jumlah produksi
= 7.368.569 / 500
= Rp 14.737
h. Revenue Stream
Aliran pendapatan dari bisnis ini didapat dari penjualan produk kue
pukis sob itu sendiri. Penjualan produk ini dilakukan sesara pnline maupun
sosial media dan offline melalui tempat produksi kue pukis sob tersebut.

Tabel 4.12 Total Omset


Kuantitas/box Harga/box Total Harga
500 20.000 10.000.000
Sumber : Penulis, 2019
Untuk menganalisis target omset kue pukis sob selama satu bulan, maka
penulis melakukan perhitungan sebagai berikut:
83

1. Selisih Harga Jual


Selisih Harga Jual = Harga jual - HPP
= 20.000- 14.737
= Rp 5.263
2. Revenue (Pendapatan) :
Revenue = Harga jual x jumlah produk yang terjual
= Rp20.000 x 500
= Rp 10.000.000
3. Net Income (Laba Bersih) :
Net Income = Selisih harga jual x jumlah produk yang terjual
= Rp5.263 x 500
= Rp 2.631.500
Penghitungan Break Event Point (BEP)
Break Even Point (BEP) ini digunakan untuk membuat analisis proyeksi titik
impas atau kembali modal dengan menghitung sejauh mana jumlah unit yang
harus di produksi dan julah uang yang diterima.
1. BEP Unit
Rumus : Biaya tetap / (Harga Produk – Biaya variabel per unit)
= 3.474.569/ (20.000-3.894) = 215

= Total Break Event Point (BEP)= 215

2. BEP per Rupiah


Rumus : Biaya tetap / (Harga Produk – Biaya Variabel per Unit) x Harga Jual
=3.474.569/ (20.000-3,894) x20.000

= 4.300.000

Anda mungkin juga menyukai