Pemeriksaan Penunjang
a. X-ray: menentukan
lokasi/luas fraktur.
b. Scan tulang:
memperlihatkan fraktur
lebih jelas,
mengidentifikasi
kerusakan jaringan
lunak.
c. MRI
d. Arteeiogram: dilakukan
untuk memastikan ada
tidaknya kerusakan
vascular.
e. Pemeriksaan
Laboraturium :
- Hitung darah
lengkap:
hemokonsentrasi
mungkin meningkat,
menurun pada
perdarahan;
peningkatan leukosit
sebagai respon
terhadap
peradangan.
- Kretinin: trauma
otot meningkatkan
beban kretinin untuk
klirens ginjal.
- Pemeriksaan urin
lengkap tujuan nya
untuk mengetahui
hipovolemik syok.
- Alkali fostatase
(ALP) untuk
mengidentifikasi
penyakit tulang.
Meningkat pada
kanker tulang,
penyakit paget,
penyembuhan
fraktur, artritis
rheumatoid,
osteoporosis (nilai
normal 42-136
unit/L ALP1 dan 20-
130 unit/L ALP2).
- Kalsium (Ca) untuk
memonitor kadar
kalsium dan
mendeteksi
ketidakseimbangan
kalsium. Menurun
dengan kekurangan
kalsium dan asupan
vitamin D, dan
malabsorpsi dari
saluran
gastrointestinal
meningkat pada
kanker ulang dan
fraktur multiple
(nilai normal 4,5-5,5
mEq/L atau 9-11
mg/dL serum).
- Fosfor (P), Fosfat
(PO4) untuk
mengkaji kadar
fosfor. Meningkat
pada tumor tulang
dan penyembuhan
fraktur (nilai normal
1,7-2,6 mEq/L atau
2,5-4,5 mg/dL).
Masalah Keperawatan
- D.0077 (SDKI) Nyeri akut
berhubungan dengan agen
injuri fisik Hal 172
- D.0009 (SDKI) Perfusi
perifer tidak efektif
berhubungan dengan
penurunan suplai darah
kejaringan Hal 37
- D.0129 (SDKI) Gangguan
integritas kulit berhubungan
dengan fraktur terbuka Hal
282
- D.0054 (SDKI) Gangguan
mobilitas fisik berhubungan
dengan nyeri, terapi,
restriktif imobilisasi Hal
124 ( PPNI, 2016)
Intervensi
Tekanan sumsum
Pergeseran Spasme otot
tulang lebih tinggi
fragmen tulang
dari kapiler
Peningkatan
tekanan kapiler Melepaskan
Deformitas
katekolamin
Pelepasan
histamin
Gangguan fungsi Metabolisme
eksterimitas asam lemak
Protein plasma
hilang Bergabung dengan
Gangguan trombosit
mobilitas fisik Edema
Emboli
Laserasi kulit
Penekanan pembuluh
darah Menyumbat
pembuluh darah
Putus Kerusakan integritas
vena/arteri kulit Resiko infeksi
1.
Perdarahan Kehilangan volume Ketidakefektifan perfusi
cairan jaringan perifer
Resiko syok
(hipovolemik)
Intervensi
Teraputik
- Berikan terapi teknik
nonfarmalogis untuk
mengurangi nyeri (mis.
Teknik relaksasi, terapi
musik,dll)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
- Fasilitasi istirahat tempat
tidur
Edukasi
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
- Anjurkan monitor nyeri
secara mandiri
Kolaborasi
Kolaborasi dalam pemberian
analgetik
Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan Observasi
efektif berhubungan tidakan keperawatan - Monitor TTV
dengan penurunan 3x24 jam diharapkan - Periksa sirkulasi perifer
suplai perfusi jaringan (mis. nadi perifer, edema,
kembali efektif dengan pengisian kapiler, warna,
kriteria hasil: suhu, ankle- brachial
- TTV dalam batas index)
normal - Identifikasi faktor risiko
- Tidak ada edema gangguan sirkulasi (mis.
dan pembengkakan diabetes, perokok, orang
pada daerah fraktur tua, hipertensi dan kadar
- CRT dalam batas kolesterol tinggi)
normal - Monitor panas,
kemerahan, nyeri, atau
bengkak pada ekstremitas
- Monitor terjadinya
parestesia, jika perlu
Monitor perubahan kulit
- Monitor adanya
tromboflebitis dan
tromboemboli vena
Kolaborasi
Pernberian analgesik, jika
perlu Kolaborasi pemberian
kortikosteroid, jika perlu
Gangguan integritas Setelah dilakukan Observasi
kulit behubungan tidakan keperawatan - Pantau peningkatan suhu
dengan faktor 3x24 jam diharapkan - Identifikasi penyebab
mekanis (fraktur) intergritas kulit teratasi gangguan integritas kulit
dengan kriteria hasil: (mis. Gangguan sirkulasi,
- Integritas kulit yang penurunan mobilitas.dll)
baik bisa - Monitor tanda-tanda
dipertahankan infeksi
(sensasi, elastisitas, Terapeutik
temperature, - Ubah posisi tiap 2 jam
hindrasi, jika tirah baring
pigmentasi) tidak - Beri tempat tidur khusus
ada luka/lesi sesuai indikasi.
- Menyatakan Edukasi
ketidaknyamanan Anjurkan meningkatkan
mereda. asupan nutrisi
Daftar Pustaka
Black, J dan Hawks, J. 2014. Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen Klinis untuk
Hasil yang Diharapkan. Dialihbahasakan oleh Nampira R. Jakarta: Salemba Emban
Patria.
http://eprints.umpo.ac.id/5390/3/3.%20BAB%202.pdf
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC.