Makalah Sejarah Kerajaan Melayu
Makalah Sejarah Kerajaan Melayu
Puji syukur kepada Tuhan Yang Masa Esa, karena atas berkat taufik dan
rahmat-Nya, dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Sejarah Kerajaan
Melayu. Penulisan makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
tugas mata pelajaran Sejarah Indonesia.
Penulis menyadarai bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
sangatlah sulit untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat :
(1) Kepala Sekolah SMAN 1 Kedungreja Bapak Drs. H. Kusworo, M.Pd
(2) Guru mata pelajaran Sejarah Indonesia Ujang Arif Hardika, S.Pd
(3) Petugas Perpustakaan SMAN 1 Kedungreja Fitroh
(4) Semua rekan kelas X IPS 2
(5) Bapak dan ibu serta saudara tercinta yang telah memberikan bantuan dan
dukungan baik material maupun moral
Akhir kata, semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga makalah ini membawa manfaat bagi
para pembaca. Aamiin.
Sejarah_Indonesia_Kelas X Page i
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR....................................................................................
i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 1
C. Tujuan ............................................................................................. 1
D. Manfaat............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 3
A. Letak Kerajaan Melayu.................................................................... 3
B. Sumber Sejarah................................................................................ 3
C. Aspek Kehidupan Politik................................................................. 7
D. Struktur Birokrasi............................................................................. 16
E. Kehidupan Sosial dan Budaya Masyarakat...................................... 16
F. Kehidupan Ekonomi......................................................................... 17
G. Faktor Pendorong Masa Kejayaan Kerajaan Melayu....................... 17
H. Faktor Yang Menyebabkan Keruntuhan Kerajaan Melayu.............. 17
BAB III PENUTUP....................................................................................... 19
A. Kesimpulan...................................................................................... 19
B. Saran ................................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 20
Sejarah_Indonesia_Kelas X Page ii
Sejarah_Indonesia_Kelas X Page iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Melayu menurut naskah Salatusaltin pada awalnya merupakan nama
sebuah sungai di Jambi. Namanya sungai Melayu. Penduduk setempat yang
mendiami sungai tersebut kemudian berkembang dan membangun sebuah
peradaban. Puncaknya mereka kemudian berhasil mendirikan sebuah
Kerajaan yang kemudian diberi nama Kerajaan Melayu. Sementara orang dari
Kerajaan ini kemudian dinamakan orang Melayu.
Kerajaan Melayu diperkirakan berpusat di Jambi, yaitu di tepi kanan atau
kiri Sungai Melayu yang kni dikenal dengan sungai Batanghari. Dugaan
tersebut dikarenakan pada Sungai Batanghari ditemukan beberapa
peninggalan purba berupa candi, arca, dan peninggalan lainnya.
Selain kabar dari dalam Negeri yang diperoleh dari penemuan
peninggalan kerajaan melayu. Kabar mengenai Kerajaan ini datang dari
seorang musafir Cina yang bernama I-Tsing, ia mengunjgi Sumatra pada 671-
695 M, dalam kunjunganya itu iamencatat dalam bukunya, bahwa pada abad
ke 7 Masehi secara politik Kerajaan Melayu telah dimasukkan ke dalam
kekuasaan Kerajaan Sriwijaya.Ini berarti pada masa itu Kerajaan Melayu
adalah salah satu kerajaan yang menjadi taklukan Kerajaan Sriwijaya.
Fenomena tersebut menarik penulis untuk menulis makalah berjudul
Sejarah Kerajaan Melayu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana deskripsi kerajaan Melayu?
2. Apakah saja peninggalan kerajaan Melayu?
C. Tujuan
Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka makalah
ini bertujuan untuk mengetahui ;
Sejarah_Indonesia_Kelas X Page 1
1. Deskripsi kerajaan Melayu
2. Peninggalan kerajaan Melayu
D. Manfaat
Sesuai dengan tujuan penulisan makalah, maka makalah ini memiliki
manfaat ;
1. Mendeskripsikan kerajaan Melayu
2. Mejelaskan peninggalan kerajaan Melayu
Sejarah_Indonesia_Kelas X Page 2
BAB II
PEMBAHASAN
Sejarah_Indonesia_Kelas X Page 1
menyebutkan bahwa arca itu merupakan hadiah raja Kertanagara (Singhasari)
kepada raja Melayu.
B. Sumber Sejarah
a. Berita Asing
Salah satu yang menjadi rujukan tentang kerajaan Melayu dari luar
negeri adalah sumber berita berasal dari Cina, dari Dinasti Tang.
Sejarah_Indonesia_Kelas X Page 2
Menyebutkan pertama kalinya tentang datangnya utusan dari negeri
Mo-Lo-Yeu, pada tahun 544-545 (Paul Pelliot). Nama Mo-Lo-Yeu
ini dapat dihubungkan dengan negeri Melayu yang letaknya di pantai
Timur Sumatera dan Pusatnya sekitar Jambi (Sartono, 1975). Berita
I-Tsing 872 menyatakan bahwa dalam perjalanannya dari Kanton
menuju India, singgah di Sriwijaya selama enam bulan untuk belajar
bahasa Tata Bahasa Sangsakerta, kemudian Ia singgah di Melayu
selama dua bulan untuk selanjutnya meneruskan perjalanannya ke
India.
Berita I-Tsing selanjutnya menyatakan bahwa pada abad ke-7
Melayu memegang peranan penting dalam lalu lintas pelayaran dari
India ke negeri-negeri seelah barat selatan Malaka. Demikianlah
bahwa Melayu selain sebagai nama kerajaan juga ibu kota kerajaan
sekaligus sebagai kota pelabuhan. Chau-Yu-liua (1225) dalam
bukunya Chu-Fan-Shih menceritakan bahwa Palembang adalah
daerah taklukan Jambi (Melayu).
b. Prasasti
Prasasti Masjusri
Pada prasasti di atas arca Manjusri dari candi Jago disebutkan bahwa
pada tahun 1343, Adityawarman bersama-sama dengan Gajah mada
menaklukkan Bali.
Prasasti Masjusri
Sejarah_Indonesia_Kelas X Page 3
Prasasti Amoghapasa
Menurut prasasti Amoghapasa yang dikeluarkan oleh raja
Kertanegara pada tahun 1286 atau 1208 Saka yang ditemukan di
daerah Darmasraya (Jambi), bahwa pada abad ke 13 pusat kekuasaan
Melayu berada di Damasraya.
Prasasti Amoghapasa
Sejarah_Indonesia_Kelas X Page 4
Prasasti Padang Roco
Sejarah_Indonesia_Kelas X Page 5
pusat segenap para āryya, śrī mahārāja śrīmat tribhuwanarāja
mauliwarmmadewa”.
Prasasti Kedukan Bukit
Prasasti ini menceritakan penundukan Kerajaan Melayu oleh
Sriwijaya
Ketika pertangahan abad kesebelas Kerajaan Sriwijaya mulai lemah
akibat serbutan dahsyat Colamandala, negeri Malayu memanfaatkan
kesempatan untuk bangkit kembali. Sebuah prasasti yang ditemukan
di Srilanka menyebukan, bahwa pada zaman pemerintahan
Vijayabahu di Srilangka (1055 – 1100), Pangeran Suryanarayana di
Malayaprua (Sumatera). Hal ini menunjukkan bahwa pada
pertengahan abad kesebelas, negeri Malayu – Jambi telah berhasil
memerdekakan dirinya dari kekuasaan Sriwijaya.
Sejarah_Indonesia_Kelas X Page 6
Kertanegara mengirimkan sebuah arca Amoghapasa yang
merupakan hadiah dari raja Kertanegara untuk Sri Maharaja
Mauliwarmadewa. Patung ini ditempatkan di tempat suci
Dharmasraya.
peninggalan Kerajaan Melayu cukup banyak dan umumnya ditemukan di
Kabupaten Dharmasraya. Peninggalan tersebut antara lain:
Candi pulau sawah.
Kompleks candi Padang Roco.
Arca Amoghapasa atau prasasti Padang Roco.
Candi Bukik Awang Moambiak.
Kompleks Candi Muaro Jambi, pada kompleks ini ditemukan 6
candi yakni Candi Tinggi, Candi Kembar, Candi Gumpung, Candi
Gedong I dan II serta candi Astono.
Prasasti Batusangkar
Sejarah_Indonesia_Kelas X Page 7
Sriwijaya yang bergelar Dapunta Hyang (Yang Dipertuan Hyang). Oleh
karena Dapunta Hyang membawa puluhan ribu tentara lengkap dengan
perbekalan, sudah tentu perjalanan itu adalah ekspedisi militer
menaklukkan suatu daerah. Dari prasasti Kedukan Bukit, didapatkan
data-data :
Dapunta Hyang naik perahu tanggal 11 Waisaka 604 (23 April 682).
Dapunta Hyang berangkat dari Minanga tanggal 7 Jesta (19 Mei)
dengan membawa lebih dari 20.000 balatentara. Rombongan lalu
tiba di Muka Upang.
Jadi, penaklukan Malayu oleh Sriwijaya terjadi pada tahun 682.
Pendapat ini sesuai dengan catatan I Tsing bahwa, pada saat berangkat
menuju India tahun 671, Ma-la-yu masih menjadi kerajaan merdeka,
sedangkan ketika kembali tahun 685, negeri itu telah dikuasai oleh Shih-
li-fo-shih.
Pelabuhan Malayu merupakan penguasa lalu lintas Selat Malaka saat
itu. Dengan direbutnya Minanga, secara otomatis pelabuhanpun jatuh ke
tangan Kerajaan Sriwijaya. Maka sejak tahun 682 penguasa lalu lintas
dan perdagangan Selat Malaka digantikan oleh kerajaan Melayu
Sriwijaya.
b. Dari Minanga ke Dharmasraya
Munculnya Wangsa Mauli
Kekalahan kerajaan Sriwijaya akibat serangan Rajendra
Coladewa, raja Chola dari Koromandel telah mengakhiri kekuasaan
Wangsa Sailendra atas pulau Sumatera dan Semenanjung Malaya
sejak tahun 1025. Beberapa waktu kemudian muncul sebuah dinasti
baru yang mengambil alih peran Wangsa Sailendra, yaitu yang
disebut dengan nama Wangsa Mauli.
Prasasti tertua yang pernah ditemukan atas nama raja Mauli
adalah Prasasti Grahi tahun 1183 di selatan Thailand. Prasasti itu
berisi perintah Maharaja Srimat Trailokyaraja Maulibhusana
Warmadewa kepada bupati Grahi yang bernama Mahasenapati
Galanai supaya membuat arca Buddha seberat 1 bhara 2 tula dengan
Sejarah_Indonesia_Kelas X Page 8
nilai emas 10 tamlin. Yang mengerjakan tugas membuat arca
tersebut bernama Mraten Sri Nano.
Prasasti kedua berselang lebih dari satu abad kemudian, yaitu
Prasasti Padang Roco tahun 1286. Prasasti ini menyebut adanya
seorang raja bernama Maharaja Srimat Tribhuwanaraja Mauli
Warmadewa. Ia mendapat kiriman arca Amoghapasa dari atasannya,
yaitu Kertanagara raja Singhasari di pulau Jawa. Arca tersebut
kemudian diletakkan di Dharmasraya.
Dharmasraya dalam Pararaton disebut dengan nama Malayu.
Dengan demikian, Tribhuwanaraja dapat pula disebut sebagai raja
Malayu. Tribhuwanaraja sendiri kemungkinan besar adalah
keturunan dari Trailokyaraja. Oleh karena itu, Trailokyaraja pun bisa
juga dianggap sebagai raja Malayu, meskipun prasasti Grahi tidak
menyebutnya dengan jelas.
Yang menarik di sini adalah daerah kekuasaan Trailokyaraja
pada tahun 1183 telah mencapai Grahi, yang terletak di selatan
Thailand (Chaiya sekarang). Itu artinya, setelah Sriwijaya
mengalami kekalahan, Malayu bangkit kembali sebagai penguasa
Selat Malaka. Namun, kapan kiranya kebangkitan tersebut dimulai
tidak dapat dipastikan, dari catatan Cina disebutkan bahwa pada
tahun 1082 masih ada utusan dari Chen-pi (Jambi) sebagai bawahan
San-fo-ts'i, dan disaat bersamaan muncul pula utusan dari Pa-lin-
fong (Palembang) yang masih menjadi bawahan keluarga Rajendra.
Istilah Srimat yang ditemukan di depan nama Trailokyaraja,
Tribhuwanaraja dan Adityawarman berasal dari bahasa Tamil yang
bermakna ”tuan pendeta”. Dengan demikian, kebangkitan kembali
kerajaan Melayu dipelopori oleh kaum pendeta. Namun, tidak
diketahui dengan jelas apakah pemimpin kebangkitan tersebut adalah
Trailokyaraja, ataukah raja sebelum dirinya, karena sampai saat ini
belum ditemukan prasasti Wangsa Mauli yang lebih tua daripada
prasasti Grahi.
Daerah Kekuasaan Dharmasraya
Sejarah_Indonesia_Kelas X Page 9
Dalam naskah berjudul Zhufan Zhi ( 諸 蕃 志 ) karya Zhao
Rugua tahun 1225 disebutkan bahwa negeri San-fo-tsi memiliki
15 daerah bawahan, yaitu Che-lan (Kamboja), Kia-lo-hi (Grahi,
Ch'ai-ya atau Chaiya selatan Thailand sekarang), Tan-ma-ling
(Tambralingga, selatan Thailand), Ling-ya-si-kia (Langkasuka,
selatan Thailand), Ki-lan-tan (Kelantan), , Ji-lo-t'ing (Cherating,
pantai timur semenanjung malaya), Tong-ya-nong (Terengganu),
Fo-lo-an (muara sungai Dungun, daerah Terengganu sekarang),
Tsien-mai (Semawe, pantai timur semenanjung malaya), Pa-t'a
(Sungai Paka, pantai timur semenanjung malaya), Pong-fong
(Pahang), Lan-mu-li (Lamuri, daerah Aceh sekarang), Kien-pi
(Jambi), Pa-lin-fong (Palembang), Sin-to (Sunda), dan dengan
demikian, wilayah kekuasaan San-fo-tsi membentang dari
Kamboja, Semenanjung Malaya, Sumatera sampai Sunda.
San-fo-tsi
Istilah San-fo-tsi pada zaman Dinasti Song sekitar tahun
990–an identik dengan Sriwijaya. Namun, ketika Sriwijaya
mengalami kehancuran pada tahun 1025, istilah San-fo-tsi masih
tetap dipakai dalam naskah-naskah kronik Cina untuk menyebut
Pulau Sumatra secara umum. Apabila San-fo-tsi masih dianggap
identik dengan Sriwijaya, maka hal ini akan bertentangan
dengan prasasti Tanyore tahun 1030, bahwa saat itu Sriwijaya
telah kehilangan kekuasaannya atas Sumatra dan Semenanjung
Malaya. Selain itu dalam daftar di atas juga ditemukan nama Pa-
lin-fong yang identik dengan Palembang. Karena Palembang
sama dengan Sriwijaya, maka tidak mungkin Sriwijaya menjadi
bawahan Sriwijaya.
Kronik Cina mencatat bahwa pada periode 1079 dan 1088,
San-fo-tsi masih mengirimkan utusan, masing-masing dari
Kien-pi (Jambi) dan Pa-lin-fong (Palembang)
Dalam berita Cina yang berjudul Sung Hui Yao disebutkan
bahwa Kerajaan San-fo-tsi tahun 1082 mengirim duta besar ke
Sejarah_Indonesia_Kelas X Page 10
Cina yang saat itu di bawah pemerintahan Kaisar Yuan Fong.
Duta besar tersebut menyampaikan surat dari raja Kien-pi
bawahan San-fo-tsi, dan surat dari putri raja yang diserahi
urusan negara San-fo-tsi, serta menyerahkan pula 227 tahil
perhiasan, rumbia, dan 13 potong pakaian. Dan kemudian
dilanjutkan pengiriman utusan selanjutnya tahun 1088.
Sebaliknya, dari daftar daerah bawahan San-fo-tsi tersebut
tidak ada menyebutkan Ma-la-yu ataupun nama lain yang mirip
dengan Dharmasraya.
Dengan demikian, istilah San-fo-tsi pada tahun 1225 tidak
lagi identik dengan Sriwijaya, melainkan identik dengan
Dharmasraya. Jadi, daftar 15 negeri bawahan San-fo-tsi tersebut
merupakan daftar jajahan kerajaan Dharmasraya, karena saat itu
masa kejayaan Sriwijaya sudah berakhir.
Jadi, istilah San-fo-tsi yang semula bermakna Sriwijaya
tetap digunakan dalam berita Cina untuk menyebut Pulau
Sumatera secara umum, meskipun kerajaan yang berkuasa saat
itu adalah Dharmasraya. Hal yang serupa terjadi pada abad ke-
14, yaitu zaman Dinasti Ming dan Majapahit. Catatan sejarah
Dinasti Ming masih menggunakan istilah San-fo-tsi, seolah-olah
saat itu Sriwijaya masih ada. Sementara itu, catatan sejarah
Majapahit berjudul Nagarakretagama tahun 1365 sama sekali
tidak pernah menyebut adanya negeri bernama Sriwijaya
melainkan Palembang.
Ekspedisi Pamalayu
Naskah Pararaton dan Kidung Panji Wijayakrama
menyebutkan pada tahun 1275, Kertanagara mengirimkan
utusan Singhasari dari Jawa ke Sumatera yang dikenal dengan
nama Ekspedisi Pamalayu yang dipimpin oleh Kebo Anabrang.
Prasasti Padang Roco tahun 1286 menyebutkan tentang
pengiriman arca Amoghapasa sebagai tanda persahabatan antara
Singhasari dengan Dharmasraya.
Sejarah_Indonesia_Kelas X Page 11
Pada tahun 1293 tim ini kembali dengan membawa serta
dua orang putri Malayu bernama Dara Jingga dan Dara Petak.
Untuk memperkuat persahabatan antara Dharmasraya dengan
Singhasari, Dara Petak dinikahkan dengan Raden Wijaya yang
telah menjadi raja Kerajaan Majapahit mengantikan Singhasari.
Pernikahan ini melahirkan Jayanagara, raja kedua Majapahit.
Sementara itu, Dara Jingga diserahkan kepada seorang “dewa”.
Ia kemudian melahirkan Tuan Janaka yang kelak menjadi raja
Pagaruyung bergelar Mantrolot Warmadewa. Namun ada
kemungkinan lain bahwa Raden Wijaya juga mengambil Dara
Jingga sebagai istri, karena hal ini lumrah sebab Raden Wijaya
pada waktu itu telah menjadi raja serta juga memperistri semua
anak-anak perempuan Kertanagara. Dan ini dilakukan untuk
menjaga ketentraman dan kestabilan kerajaan setelah peralihan
kekuasaan di Singhasari.
Sebagian sumber mengatakan bahwa Mantrolot
Warmadewa identik dengan Adityawarman Mauli Warmadewa,
putra Adwayawarman. Nama Adwayawarman ini mirip dengan
Adwayabrahma, yaitu salah satu pengawal arca Amoghapasa
dalam prasasti Padangroco tahun 1286. Saat itu Adwayabrahma
menjabat sebagai Rakryan Mahamantri dalam pemerintahan
Kertanagara. Jabatan ini merupakan jabatan tingkat tinggi.
Mungkin yang dimaksud dengan “dewa” dalam Pararaton
adalah tokoh ini. Dengan kata lain, Raden Wijaya menikahkan
Dara Jingga dengan Adwayabrahma sehingga lahir
Adityawarman.
Sejarah_Indonesia_Kelas X Page 12
Patung Adityawarman.
Sejarah_Indonesia_Kelas X Page 13
Setelah membantu Majapahit dalam melakukan beberapa penaklukan,
Pada tahun 1343 Adityawarman kembali ke Swarnnabhumi dan ditahun
1347 memproklamirkan dirinya sebagai pelanjut Dinasti Mauli penguasa
Kerajaan Melayu di Dharmasrayadan selanjutnya memindahkan pusat
pemerintahannya ke Suruaso, (daerah Minangkabau), dengan gelar
Maharajadiraja Srimat Sri Udayadityawarman Pratapaparakrama
Rajendra Maulimali Warmadewa. Dengan melihat gelar yang disandang
Adityawarman, terlihat dia menggabungan beberapa nama yang pernah
dikenal sebelumnya, Mauli merujuk garis keturunannya kepada Wangsa
Mauli penguasa Dharmasraya dan gelar Sri Udayadityavarman pernah
disandang salah seorang raja Sriwijaya serta menambahkah Rajendra
nama penakluk penguasa Sriwijaya, raja Chola dari Koromandel. Hal ini
tentu sengaja dilakukan untuk mempersatukan seluruh keluarga penguasa
di Swarnnabhumi.
Dari catatan Dinasti Ming (1368-1644) menyebutkan bahwa di San-
fo-tsi (Sumatera) terdapat tiga orang raja. Mereka adalah Sengk'ia-li-yu-
lan (alias Adityawarman), Ma-ha-na-po-lin-pang (Maharaja Palembang),
dan Ma-na-cha-wu-li (Maharaja Dharmasraya). Dan sebelumnya pada
masa Dinasti Yuan (1271-1368), Adityawarman juga pernah dikirim oleh
Jayanegara sebanyak dua kali sebagai duta ke Cina yaitu pada tahun 1325
dan 1332, dan tentu dengan nama yang sama pada masa Dinasti Ming
masih dirujuk kepada Adityawarman, yang kemudian kembali
mengirimkan utusan sebanyak 6 kali pada rentang tahun 1371 sampai
1377. Dan kemudian dari berita ini dapat dikaitkan dengan penemuan
Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah di Kerinci yang diperkirakan pada
zaman Adityawarman, dimana pada naskah tersebut ada menyebutkan
tentang Maharaja Dharmasraya. Jika dikaitkan dengan piagam yang
dipahat pada bahagian belakang Arca Amoghapasa, jelas Adityawarman
bergelar Maharajadiraja, dan membawahi Dharmasraya dan Palembang.
Berikut ini daftar nama raja Melayu:
Sejarah_Indonesia_Kelas X Page 14
Prasasti, catatan
Nama Raja atau
Tarikh Ibukota pengiriman utusan ke
Gelar
Tiongkok serta peristiwa
Berita China, catatan
perjalanan I-tsing (634-
713). Dan Prasasti Kedukan
671 Minanga
Bukit tahun 682,
penaklukan Minanga oleh
Sriwijaya.
682- Dibawah kekuasaan
1156 Sriwijaya
1157-
Belum ada berita
1182
Prasasti Grahi tahun 1183 di
selatan Thailand, perintah
kepada bupati Grahi yang
Srimat Trailokyaraja
bernama Mahasenapati
1183 Maulibhusana Dharmasraya
Galanai supaya membuat
Warmadewa
arca Buddha seberat 1 bhara
2 tula dengan nilai emas 10
tamlin.
1184-
Belum ada berita
1285
Prasasti Padang Roco tahun
1286 di Siguntur
Srimat (Kabupaten Dharmasraya
1286 Tribhuwanaraja Mauli Dharmasraya sekarang), pengiriman Arca
Warmadewa Amonghapasa sebagai
hadiah Raja Singhasari
kepada Raja Malayu.
Dharmasraya Prasasti Suruaso (Kab.
1316 Akarendrawarman
atau Suruaso Tanah Datar sekarang).
1347 Srimat Sri Suruaso atau Arca Amoghapasa,tahun
Udayadityawarman Pagaruyung 1347 di (Kab. Dharmasraya
Sejarah_Indonesia_Kelas X Page 15
Prasasti, catatan
Nama Raja atau
Tarikh Ibukota pengiriman utusan ke
Gelar
Tiongkok serta peristiwa
sekarang),
Pindah ke Suruaso, Prasasti
Suruaso (Kabupaten Tanah
Pratapaparakrama Datar sekarang),
Rajendra Maulimali Pengiriman utusan ke Cina
Warmadewa sebanyak 6 kali dalam
rentang waktu 1371 sampai
1377 pada masa Dinasti
Ming.
Prasasti Batusangkar (Kab.
1375 Ananggawarman Pagaruyung
Tanah Datar sekarang).
D. Struktur Birokrasi
Di masa Jambi masih menjadi kerajaan merdeka, kerajaan dipimpin oleh
seorang raja. Namun, belum ada kejelasan, apa status pemimpin daerah-
daerah di Jambi, selama negeri ini menjadi bagian dari wilayah kerajaan lain.
F. Kehidupan Ekonomi
Sejarah_Indonesia_Kelas X Page 16
Kehidupan ekonomi dan Kerajaan Melayu menyerupai Kerajaan
Sriwijaya. Sebagai negara maritim, diyakini bahwa perdagangan merupakan
bidang andalan Kerajaan Melayu. Hal ini bisa dilihat dari letak geografisnya
yang berada di tengah−tengah jalur perdagangan antara India dan Cina, dan
perdagangan, rakyat Melayu juga mengandalkan pertanian.
Sejarah_Indonesia_Kelas X Page 17
Aktivitas perdagangan berkurang karena daerah strategis
perdagangan yng dikuasai Sriwijaya jatuh ke kekuasaan raja-raja di
sekitarnya. Sehingga sejak akhir abad ke-13 Sriwijaya menjadi kerajaan
kecil dan wilayahnya terbatas pada daerah Palembang. Kerajaan
Sriwijaya yang kecil & lemah akhirnya dihancurkan oleh kerajaan
Majapahit tahun 1377 M.
BAB III
PENUTUP
Sejarah_Indonesia_Kelas X Page 18
A. Kesimpulan
Kerajaan Melayu merupakan sebuah nama kerajaan yang berada di
Pulau Sumatera. Dari bukti dan keterangan yang disimpulkan dari prasasti
dan berita dari Cina, keberadaan kerajaan yang mengalami naik turun ini
dapat di diketahui dimulai pada abad ke-7 yang berpusat di sekitar Jambi.
B. Saran
1. Kami minta maaf pada pembaca bila isi makalah kami kurang jelas.
2. Agar kita pahami sebab perpindahan Kerajaan Melayu lebih luas kita harus
membaca lebih banyak.
3. Supaya lebih banyak tahu tentang Kerajaan Medang kita harus banyak
bertanya.
DAFTAR PUSTAKA
http://cimahi.iwu.web.id/id3/2710-2604/Melayu_33849_cimahi-iwu.html
Sejarah_Indonesia_Kelas X Page 19
http://www.artikelmateri.com/2015/11/sejarah-kerajaan-melayu-rangkuman-
lengkap.html
Sejarah_Indonesia_Kelas X Page 20