Anda di halaman 1dari 16

UJIAN AKHIR SEMESTER

PERKEMBANGAN KARAKTER IKAL DALAM FILM


LASKAR PELANGI

Disusun Oleh :
Yunio Miki
19.03.52.0062

UNIVERSITAS STIKUBANK

SEMARANG

2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kita ucapkan. Atas
karunia-Nya berupa nikmat iman dan kesehatan ini akhirnya penulis bisa
menyelesaikan artikel bertema "Teori Belajar Behaviorisme". Tidak lupa shawalat
serta salam tercurahkan bagi Baginda Agung Rasulullah SAW yang syafaatnya akan
kita nantikan kelak.

Artikel berjudul “Perkembangan Karakter Ikal dalam Film Laskar Pelangi”


merupakan sedikit contoh implementasi teori behaviorisme. Isi Artikel ini membahas
teori mengajar behaviorisme dan hasilnya pada murid bernama Ikal di SD
Muhammadiyah Belitung. SD yang sudah lama berdiri ini dipimpin oleh seorang
kepala sekolah yang menerapkan teori behaviorisme untuk membimbing peserta
didik.

Adapun penulisan artikel bertema "Teori Belajar Baehaviorisme" ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Peserta Didik. Penulis akan membahas konteks
teori pendidikan behaviorisme secara detail dan menyeluruh.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung serta
membantu penyelesaian artikel. Harapannya, semoga artikel ini dapat memberikan
manfaat bagi pembaca sekaligus menumbuhkan keinginan untuk terus belajar.

Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada ketidaksesuaian kalimat
dan kesalahan. Meskipun demikian, penulis terbuka pada kritik dan saran dari
pembaca demi kesempurnaan artikel.

Wassalamualaikum wr.wb

Jepara, 5 Januari 2022

Yunio Miki

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................................... 3
BAB II Dasar Teori ......................................................................................................................................................... 5
BAB III Analisa............................................................................................................................................................... 7
BAB IV Penutup ........................................................................................................................................................... 14
Daftar Pustaka ............................................................................................................................................................... 15

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Laskar Pelangi merupakan film tentang pendidikan di tempat terpencil di pulau Belitung.
Film ini menceritakan bagaimana anak - anak miskin memperoleh pendidikan mereka.
Anak - anak buruh dan nelayan miskin berjuang mengenyam pendidikan untuk merubah
nasib. Mereka bersekolah di satu tempat, yakni SD Muhammadiyah. SD yang fasilitasnya
tidak memadai, atau mungkin bisa dikatakan tidak ada. Bangunan SD ini hanya kayu reyot,
dan genteng yang bocor sana sini. Meski begitu, pengajar di sekolah ini berdedikasi tinggi.
Ibu Mus dan Pak Harfan, guru terbaik di sekolah ini.

Berkat dedikasi Ibu Mus dan Pak Harfan, murid di sekolah ini memiliki masa depan yang
sukses. Salah satu contohnya adalah Ikal, ia berhasil menempuh pendidikan hingga ke
Paris. Tentu hal ini disebabkan oleh bimbingan yang baik dari guru di sekolah. Meski Ikal
berasal dari keluarga dan lingkungan yang miskin, motivasi belajarnya tinggi berkat
bimbingan dari Bu Mus. Lingkungan yang anak mudanya banyak menghabiskan waktu
menjadi buruh tambang, tak menyudutkan Ikal atau membuatnya rendah diri.

Seperti diketahui, potret pendidikan dalam film Laskar Pelangi masih banyak terjadi di
Indonesia. Pendidikan dan pembangunan yang tidak merata membuat beberapa daerah
tertinggal. Warga yang tinggal di pedalaman atau daerah terpencil umumnya minim
pendidikan. Banyak generasi bangsa yang menikah di usia dini, bekerja serabutan, bahkan
pengangguran. Tanpa adanya pendidikan, warga di tempat terpencil tak akan mampu
merubah nasib.

Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana cara pembelajaran
dalam film Laskar Pelangi. Teori belajar apa yang digunakan guru dalam film dan
bagaimana penerapannya. Jika penerapan teori belajar dalam laskar pelangi dapat
diimplikasikan dalam kehidupan nyata, Indonesia pasti jadi negara paling maju 10 tahun
kedepan. Untuk itulah penulis membuat analisis mengenai perkembangan Ikal dalam film

3
laskar pelangi.

1.2 TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, dapat diketahui tujuan untuk membuat proposal
ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui teori yang digunakan Bu Mus untuk mengajar
2. Untuk mengetahui hasil dari implikasi teori yang diterapkan terhadap karakter Ikal.

4
BAB II
Dasar Teori

“Gage dan Berliner menyatakan bahwa menurut teori behavioristik belajar adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman” (Maziatul, 2009). Pada intinya, teori
behavioristik menekankan pada pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal
penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan perilaku yang tampak sebagai hasil
belajar. Seorang siswa dianggap telah belajar sesuatu jika siswa yang bersangkutan dapat
menunjukkan perubahan pada tingkah lakunya. Menurut teori ini kegiatan belajar yang
penting adalah input yang berupa stimulus atau apa saja yang diberikan guru kepada siswa
dan output yang berupa respon atau reaksi/tanggapan siswa terhadap stimulus yang
diberikan oleh guru tersebut.

Faktor yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan
(reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila
penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat, begitu
juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement) responpun akan tetap dikuatkan.
Skinner yang merupakan tokoh behavoristik menganggap bahwa reinforcement merupakan
faktor terpenting dalam proses belajar dan berpendapat, bahwa tujuan psikologi adalah
meramal dan mengontrol tingah laku.

Aplikasi teori behavioristik dalam proses pembelajaran untuk memaksimalkan tercapainya


tujuan pembelajaran (siswa menunjukkan tingkah laku / kompetensi sebagaimana telah
dirumuskan), guru perlu menyiapkan dua hal, sebagai berikut: (1) Menganalisis
Kemampuan Awal dan Karakteristik Siswa Siswa sebagai subjek yang akan diharapkan
mampu memiliki sejumlah kompetensi sebagaimana yang telah ditetapkan dalam standar
kompetensi dan kompetensi dasar, perlu kiranya dianalisis kemampuan awal dan
karakteristiknya. Hal ini dilakukan mengingat siswa yang belajar di sekolah tidak datang
tanpa berbekal apapun sama sekali (mereka sangat mungkin telah memiliki sejumlah
pengetahuan dan keterampilan yang di dapat di luar proses pembelajaran). Selain itu, setiap
siswa juga memiliki karakteristik sendiri-sendiri dalam hal mengakses dan atau merespons
sejumlah materi dalam pembelajaran.

Kelebihan Teori Behavioristik: (1) Membisakan guru untuk bersikap jeli dan peka terhadap

5
situasi dan kondisi belajar. (2) Guru tidak membiasakan memberikan ceramah sehingga
murid dibiasakan belajar mandiri. Jika murid menemukan kesulitan baru ditanyakan pada
guru yang bersangkutan. (3) Mampu membentuk suatu prilaku yang diinginkan
mendapatkan pengakuan positif dan prilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan
negative yang didasari pada prilaku yang tampak. (4) Dengan melalui pengulangan dan
pelatihan yang berkesinambungan, dapat mengoptimalkan bakat dan kecerdasan siswa yang
sudah terbentuk sebelumnya. Jika anak sudah mahir dalam satu bidang tertentu, akan lebih
dapat dikuatkan lagi dengan pembiasaan dan pengulangan yang berkesinambungan tersebut
dan lebih optimal. (5) Bahan pelajaran yang telah disusun hierarkis dari yang sederhana
sampai pada yang kompleks dengan tujuan pembelajaran dibagi dalam bagian-bagian kecil
yang ditandai dengan pencapaian suatu ketrampilan tertentu mampu menghasilakan
suatuprilaku yang konsisten terhadap bidang tertentu. (6) Dapat mengganti stimulus yang
satu dengan stimulus yang lainnya dan seterusnya sampai respons yang diinginkan muncul.
(7) Teori ini cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan
pembiasaan yang mengandung unsur-unsur kecepatan, spontanitas, dan daya tahan. (8)
Teori behavioristik juga cocok diterapakan untuk anak yang masih membutuhkan dominasi
peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru, dan suka dengan
bentuk-bentuk penghargaan langsung

6
BAB III
Analisa
3.1 Teori Pembelajaran yang Diterapkan Bu Mus

Bu Mus adalah guru yang berperan sebagai fasilitator dan motivator. Ia memfasilitasi
dengan mendidik muridnya sesuai dengan bakat mereka masing-masing. Selain itu, ia
juga memotivasi muridnya serta memberi mereka stimulus agar tetap semangat belajar.

Bu Mus memperlakukan setiap siswa dengan perlakuan yang sama meskipun setiap
murid memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda. Sebagai contoh, perlakuan Bu Mus
pada Lintang dan Harun. Apabila Lintang diberi pertanyaan dan ia menjawab dalam
sekejap maka Bu Mus akan langsung memberikan pujian. Namun untuk Harun, saat
Bu Mus memberikan pertanyaan, Bu Mus akan memberi jeda waktu yang lama untuk
Harun berpikir. Ini dikarenakan Harun merupakan anak berkebutuhan khusus. Jika
Harun telah menemukan jawaban, maka Bu Mus akan memberinya pujian dan tepuk
tangan.

Tak hanya memberikan pujian, Bu Mus juga memberi hukuman jika muridnya berbuat
salah. Sebagai contoh, saat dimana Flo dan Mahar nilainya menurun drastis. Bu Mus
menegur mereka di kelas dan meminta mereka untuk memperbaiki nilainya. Pujian dan
hukuman seperti ini merupakan bagian dari metode pendidikan.

Dalam psikologi behavioristik, reward & punishment dikenal dengan istilah


reinforcement. Skinner yang merupakan tokoh behavoristik menganggap bahwa
reinforcement merupakan faktor terpenting dalam proses belajar dan berpendapat,
bahwa tujuan psikologi adalah meramal dan mengontrol tingah laku. Bentuk
reinforcement ini ada dua bentuk, yaitu reinforcement positif (reward) dan
reinforcement negatif (punishment). Seorang peserta didik dapat memperoleh reward
ataupun punishment sesuai dengan apa yang dilakukannya. Kedua hal ini dapat
memacu peserta didik untuk tetap konsisten melakukan suatu perbuatan ataupun
meninggalkannya.

Bu Mus selalu mendorong peserta didiknya untuk mengembangkan bakatnya masing-


masing. Seperti Mahar, ia pandai dalam bidang seni. Bu Mus memberinya tanggung
jawab penuh untuk membuat pertunjukan di hari karnaval 17 Agustus. Bu Mus
membiarkan Mahar memimpin event itu sendiri. Mahar menjadi terbiasa mengasah
7
bakat seninya dengan membuat pertunjukannya sendiri. Ini adalah satu contoh
penerapan teori behavioristik, dimana anak berbakat terus diasah bakatnya melalui
pengulangan dan kesinambungan sehingga kemampuan anak menjadi lebih optimal.

Bu Mus memperhatikan dengan jeli setiap muridnya. Seperti Kucai, murid yang tidak
pandai dalam akademis namun pandai berkomunikasi dan menjalin relasi. Untuk itu,
Bu Mus memberinya tanggung jawab sebagai ketua kelas. Saat Kucai merasa tak
mampu mengatur teman - temannya, Bu Mus dengan sabar menasihati Kucai bahwa
pemimpin merupakan hal yang mulia dan ia harus memiliki hati yang sabar untuk itu.

Peserta didik memiliki kemerdekaan untuk mengembangkan bakat masing - masing.


Sebagai contoh, Lintang. Ia memiliki kecerdasaan dalam bidang menghitung. Hal ini
membuatnya mengikuti lomba cerdas cermat. Bu Mus berperan melatih Lintang belajar
untuk cerdas cermat, teman - teman sekelasnya berperan sebagai penyemangat bagi
Lintang. Sebelum lomba berlangsung, Lintang dilatih bakatnya secara terus menerus
sehingga ia mampu menghitung lebih cepat dan percaya diri dengan kemampuannya.

Perlakuan Bu Mus pada Lintang, Mahar dan Kucai sesuai dengan penerapan teori
behaviorisme. Dimana Bu Mus menganalisa lebih dulu kemampuan setiap peserta
didik dan memahami karakter mereka. Dengan demikian, Bu Mus tau bagaimana cara
memberikan stimulus yang tepat bagi masing - masing murid.

Stimulus dan rangsangan positif yang diberikan Bu Mus, disertai dengan latihan dan
praktik terus menerus membuat siswa terbiasa. Mereka terbiasa hingga memiliki unsur-
unsur kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, dan daya tahan.

Tak hanya pendidikan dalam kelas, Bu Mus juga pernah mengajar di luar kelas atau
biasa disebut outdoor. Metode outdoor atau juga dikenal dengan pembelajaran di luar
kelas diartikan sebagai aktivitas luar sekolah yang berisi kegiatan di luar kelas/sekolah
dan di alam bebas lainnya, seperti: bermain di lingkungan sekolah, taman,
perkampungan pertanian/nelayan, berkemah, dan kegiatan yang bersifat
kepetualangan, serta pengembangan aspek pengetahuan yang relevan.

Proses pembelajaran yang dilakukan di luar kelas atau di luar sekolah, memiliki arti
yang sangat penting untuk perkembangan peserta didik, karena proses pembelajaran
yang demikian dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Pengalaman
langsung memungkinkan materi pelajaran akan semakin kongkrit dan nyata yang
8
berarti proses pembelajaran akan lebih bermakna.

Contoh lain penerapan teori behaviorisme adalah membiarkan siswa belajar mandiri,
tidak hanya mendengarkan apa yang guru sampaikan. Dalam beberapa adegan film
dapat dilihat bahwa murid membaca buku dan menambah ilmu pengetahuan karna
inisiatif mereka sendiri. Selain itu, mereka sering mengajari satu sama lain. Seperti
Sahara yang mengajari Harun menghitung. Contoh lain, Ikal belajar dari Lintang
mengenai beberapa puisi.

Bu Mus menganggap semua muridnya istimewa. Ia menilai murid bukan berdasarkan


dari nilai matematika saja, melainkan juga melihat bakat minat dan perkembangan
mereka. Hal ini membuat lingkup pendidikan SD Muhammadiyah menjadi positif.
Tidak ada murid yang iri satu sama lain, berbohong, atau mencontek demi mendapat
nilai yang baik. Sebaliknya, murid bisa belajar satu dengan yang lain. Lingkungan yang
positif dan guru yang berdedikasi tinggi merupakan faktor eksternal keberhasilan
belajar seorang murid.

Sekolah Dasar Muhammadiyah adalah sekolah yang mengedepankan Akhlakul


Karimah atau sopan santun. Para murid dibiasakan dengan menghormati orang yang
lebih tua, selalu tertib, dan rendah hati. Dalam beberapa scene ditunjukkan bahwa
mereka selalu berbicara secara sopan pada siapapun. Mereka selalu tertib saat antri
wudhu. Lalu saat mereka menang di karnaval dan cerdas cermat, mereka tak berubah
menjadi sombong. Semua ini tentu karna kebiasaan Bu Mus yang mengedepankan
sopan santun di sekolah. Selain itu, kepala sekolah yakni Pak Harfan juga membantu
dengan memberi stimulus pada siswa melalui cerita cerita kepahlawanan.

Saat bercerita Pak Harfan selalu memilih kisah kepahlawanan atau kisah Nabi dan
Rasul. Kisah yang mengandung hikmah yang positif. Pak Harfan memperhatikan dan
bersikap selektif dalam memilih tema atau materi yang akan dijadikan bahan cerita baik
dalam mempertimbangkan perkembangan peserta didik maupun unsur cerita itu
sendiri. Pemilihan tema cerita ini akan sangat menentukan dalam pembentukan
perilaku anak.

Pemilihan cerita Nabi dan Rasul membuat peserta didik mendapat stimulus mengenai
sikap rendah hati dan sopan santun. Seperti diketahui bahwa Rasulullah merupakan suri
tauladan bagi seluruh umat manusia. Tentu peserta didik yang telah terbiasa mendengar
9
cerita tentangnya akan meniru sikap - sikapnya.

3.2 Perkembangan Karakter Ikal

Ikal merupakan seorang anak bungsu dari tiga bersaudara. Ayahnya seorang buruh
timah dan ibunya ibu rumah tangga biasa. Lingkungan Ikal dipenuhi dengan orang
miskin dan tak berpendidikan. Anak kecil sudah banyak yang bekerja sebagai buruh
kopra atau jadi buruh nelayan. Anak muda dan orang tua disekitarnya tak jauh beda.
Mereka kebanyakan bekerja sebagai buruh timah.

Saat Ikal berangkat sekolah, ia bahkan diledek oleh beberapa orang dilingkungannya.
Mereka berkata untuk apa sekolah jika akhirnya jadi buruh juga. Namun, kedua orang
tua Ikal sadar akan pendidikan dan mereka bersungguh - sungguh menyekolahkan
ketiga anaknya. Tentu bukan hal yang mudah, namun mereka berhasil melakukannya.
Ikal bersekolah SD dan kedua kakaknya sudah di bangku SMP.

Di hari pertama Ikal sekolah, ia diantar oleh sang ayah. Sang Ayah cuti kerja demi
mengantar sang anak di hari pertamanya. Ibunya, sama antusiasnya dengan sang ayah.
Sejak pagi sang ibu sudah menyiapkan sarapan serta pakaian untuk Ikal. Walaupun
semua perlengkapan sekolah yang dikenakan Ikal adalah bekas sang kakak, paling
tidak ia terlihat layak pergi ke sekolah.

Di hari pertama sekolah, Bu Mus mengatur tempat duduk Ikal satu meja dengan
Lintang. Meski terlihat mereka dijadikan sebangku karna memiliki bentuk rambut yang
sama, namun ternyata Ikal dan Lintang memiliki banyak kesamaan. Ikal juga mendapat
banyak keuntungan dari adanya Lintang disampingnya.

Menurut teori Gardner's, Ikal memiliki kecerdasan linguistik. Kecerdasan linguistik


adalah kecerdasan tentang penggunaan bahasa seperti menulis, dan merangkai kata.
Kecerdasan ini paling menonjol dari Ikal sejak pertama dia masuk sekolah. Tentu ia
tak begitu bodoh di mata pelajaran lain. Ia cukup pandai dalam matematika dan seni.

Di tahun - tahun pertama pembelajaran, Ikal menerima banyak stimulus dari Pak
Harfan. Cerita yang ia dengarkan dari Pak Harfan menjadi inspirasinya dalam bertutur
kata maupun bersikap. Kepada Bu Mus Ikal selalu menjadi anak yang patuh dan sopan.

Di tahun - tahun berikutnya, Lintang lah yang selalu membuat Ikal kagum. Anak pesisir
itu naik sepeda berjam - jam ke sekolah, dan masih tersenyum riang meski tubuhnya

10
penuh keringat saat sampai sekolah. Lintang punya semua jawaban dari pertanyaan
Ikal. Apapun masalah Ikal, Lintanglah orang pertama yang ia datangi untuk ditanyai
pendapat. Tak hanya pribadi, Ikal juga belajar tentang matematika atau sastra dari
Lintang.

Ikal pandai menulis puisi untuk mengekspresikan perasaannya. Ia juga cukup baik
dalam menyanyi meski tak sebaik Mahar. Tentu hal ini di dukung oleh Bu Mus
sepenuhnya. Ikal bebas berbicara dan mengutarakan pendapat dalam kelas.
Pendapatnya pun dihargai oleh Ibu Mus. Hal seperti ini yang membuatnya dapat
percaya diri dalam membuat puisi puisinya.

Tak hanya stimulus agar Ikal percaya diri, Bu Mus juga terkadang memberi contoh -
contoh puisi pada Ikal. Membuatnya semakin mahir karna pengalaman membaca
banyak puisi. Selain itu, terkadang Ikal membaca buku hasil meminjam dari teman atau
buku lama yang ada di sekolah.

Karena kepercayaan diri dan kecerdasannya mengolah kata, Ikal cukup pandai dalam
berbicara. Ia pandai membuat kata kata indah baik saat berbicara maupun menulis. Hal
ini terbukti saat ia jatuh cinta pada Aling. Ia membuat puisi - puisi indah untuk Aling.
Setiap bait puisinya memiliki makna yang indah, pemilihan kata yang tepat, dan tidak
berlebihan. Aling pun mengakui bahwa puisi yang ditulis Ikal sangatlah indah, ia kerap
menulis kembali puisi Ikal dan menyimpannya.

Bukan hanya pintar membuat puisi, Ikal memiliki kepribadian yang baik. Ia patuh dan
sopan pada orang tua dan guru. Ia mampu menjadi teman serta pendengar yang baik.
Ia mendukung apapun bakat temannya. Seperti bakat Mahar, Ikal selalu ikut serta
dalam pementasan Mahar. Begitu pula dengan bakat Lintang, ia adalah orang yang
paling tak sabar ketika cerdas cermat akan dimulai. Ia juga selalu menemani Lintang
saat ia belajar.

Ikal adalah orang yang gigih dan rajin. Saat Bu Mus tidak berangkat sekolah karena
sedih atas meninggalnya Pak Harfan, Ikal tetap berangkat sekolah dan belajar disana.
Semangat Lintang yang tak pernah padam menular pada Ikal, sehingga ia mengikuti
apapun jejak Lintang. Ia juga ada dibarisan depan saat memanggil teman - temannya
untuk kembali bersekolah.

Ikal menjadi salah satu murid yang sukses ketika ia dewasa. Ia berhasil mengenyam
11
pendidikan hingga ke Paris. Tentu ini sulit bagi seorang anak buruh untuk sekolah
sampai ke benua Eropa. Namun kegigihan Ikal dan semangat yang ia dapat dari Lintang
membuatnya tak pernah menyerah. Bahkan kata menyerah itu sendiri tak pernah ada
dalam benak Ikal.

Sikap Ikal yang gigih berasal dari teori behaviorisme yang diterapkan oleh Bu Mus.
Teori behavoristik menganggap bahwa reinforcement merupakan faktor terpenting
dalam proses belajar dan berpendapat, bahwa tujuan psikologi adalah meramal dan
mengontrol tingah laku. Bentuk reinforcement ini ada dua bentuk, yaitu reinforcement
positif (reward) dan reinforcement negatif (punishment). Seorang peserta didik dapat
memperoleh reward ataupun punishment sesuai dengan apa yang dilakukannya. Kedua
hal ini dapat memacu peserta didik untuk tetap konsisten melakukan suatu perbuatan
ataupun meninggalkannya.

Berkat penerapan ini, ikal menjadi pribadi yang tekun. Dalam setiap kemenangan, ia
selalu mendapat apresiasi dari Bu Mus. Seperti saat menang dalam karnaval, ia diberi
pujian oleh Bu Mus. Tak hanya dalam kemenangan, Ikal juga mendapat pujian atas
kemampuannya dikelas. Saat ia mampu menjawab pertanyaan - pertanyaan Bu Mus, ia
juga mendapat pujian. Hal ini yang membuatnya terpacu untuk tetap konsisten tentang
mimpinya. Mimpi pergi ke Paris, hingga mampu mewujudkannya.

“Gage dan Berliner menyatakan bahwa menurut teori behavioristik belajar adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman” (Maziatul, 2009). Sikap dan
kecerdasan Ikal merupakan hasil dari pengalamannya. Kepiawaiannya menulis puisi
semakin terasah karna terbiasa membaca puisi dan memiliki kesempatan untuk
mengutarakan puisinya. Ia memiliki wadah untuk mengembangkan bakatnya di SD
Muhammadiyah dengan bimbingan Bu Mus. Hasilnya, Ikal menjadi anak yang pandai
menulis puisi indah dan memiliki attitude yang baik.

Ikal layak dikatakan sebagai contoh keberhasilan dari penerapan toeir behavioristik.
Teori behavioristik menekankan pada pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu
hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan perilaku yang tampak
sebagai hasil belajar. Seorang siswa dianggap telah belajar sesuatu jika siswa yang
bersangkutan dapat menunjukkan perubahan pada tingkah lakunya.

Ikal memenuhi semua tolak ukur keberhasilan teori behavioristik. Ia mampu merespon
12
stimulus yang diberikan oleh Pak Harfan dan Bu Mus dengan positif. Sehingga ia
terbiasa belajar dan berlatih, ini menjadikannya pribadi yang tangguh, tekun, kuat,
namun tetap sopan dan rendah hati.

13
BAB IV
Penutup
Kesimpulan dan saran

Dari Analisa dapat disimpulkan bahwa teori behavioristik berdampak positif bagi
tumbuh kembang Ikal. Pemberian stimulus dari Bu Mus direspon dengan positif
sehingga menghasilkan output yang maksimal. Penerapan teori behavioristik dengan
memerhatikan karakter dan kecerdasan Ikal, lalu mengasah kecerdasannya serta
melatih karakternya membuahkan hasil seorang anak yang cerdas dan memiliki attitude
baik.

Teori behavioristik sudah terbukti ampuh dalam mengembangkan kecerdasan anak.


Ikal adalah salah satu bukti konkrit. Ia berhasil menempuh pendidikan hingga ke Eropa.
Meski dia berasal dari keluarga miskin di pulau terpencil di Belitung.

Penulis berharap teori ini dapat diterapkan dilebih banyak sekolah, sehingga kita dapat
mencetak Ikal - Ikal yang lain. Utamanya di daerah pelosok Indonesia, dimana sekolah
adalah hal yang sulit untuk digapai. Diharapkan para guru berdedikasi seperti Bu Mus
dan Pak Harfan sehingga mampu mencetak generasi bangsa yang lebih baik dan
membuat negara ini lebih maju dan makmur.

14
Daftar Pustaka
Hasanudin. 2017. Biopsikologi Pembelajaran Teori dan Aplikasi. Aceh : Syiah Kuala
University Press.

15

Anda mungkin juga menyukai