Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Penakiran risiko pengendalian merupakan suatu proses evaluasi efektivitas desain dan
operasi kebijakan dan prosedur sturtur pengendalian intern entitas. Pentingnya konsep penaksiran
risiko pengendalian yakni dalam rangka pencegahan atau pendeteksian salah saji material di dalam
laporan keuangan.
Definisi Penakiran risiko pengendalian mengharuskan seorang auditor agar mengetahu
dengan jelas tahap-tahap yang ditempuh oleh auditor dalam menaksir risiko dan desain pengujian
yang bersangkutan.
Oleh karena itu pentingnya Penakiran risiko dan Desain Pengujian, guna memeperlancar
tugas seorang auditor akan dibahas pada bab II makalah ini.

2. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari Penakiran risiko pengendalian?
2. Mengapa konsep Penakiran risiko pengendalian penting kaitannya terhadap material dalam
laporan keuangan?
3. Bagaimana hubungan antara strategi audit awal, risiko deteksi yang direncanakan dan
tingakat pengujian substantif?
4. Apa saja rerangaka umum yang dapat dipakai untuk acuan dalam pengujian substantif?

BAB II
PEMBAHASAN

1. PENAKSIRAN RISIKO PENGENDALIAN


Penaksiran risiko pengendalian adalah proses evaluasi efektivitas desain dan operasi kebijakan dan
prosedur struktur pengendalian intern entitas dalam rangka pencegahan atau pendeteksian salah saji
material di dalam laporan keuangan.
Kegiatan ini dilakukan oleh auditor pada tahap pemahaman dan pengujian atas struktur
pengendalian intern klien. Adapun tahap-tahapnya sebagai berikut:
1. Pertimbangkan pengetahuan yang diperoleh dari pemahaman atas struktur
pengendalian intern.
2. Lakukan identifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi dalam asersi
entitas.
3. Lakukan identifikasi pengendalian yang diperlukan untuk mencegah atau
mendeteksi salah saji.
4. Lakukan pengujian pengendalian terhedap pengendalian yang diperlukan
untuk menentukan efektivitas desain dan operasi struktur pengenalian
intern.
5. Lakukan evaluasi terhadap bukti dan buat taksiran risiko pengendalian.

2. PENGUJIAN PENGENDALIAN
Pengujian pengendalian adalah prosedur audit yang dlaksanakan untuk menentukan efektivitas
desain dan / atau operasi kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern.
Pengujian pengendalian diterapkan oleh auditor selama perencanaan audit dan dalam pekerjaan
interim. Selain itu pengujian pengendalian juga dapat diterapkan dalam kedua strategi audit yakni
Pendekatan terutama substantif dan pendekatan risiko pengendalian rendah.
1. Pengujian Pengendalian Bersamaan (Current test of control)
Pengujian ini dilakukan oleh auditor bersamaan waktunya dengan usaha pemerolehan pemahaman
atas struktur pengendalian intern. Adapun bukti yang diperoleh dari pengujian ini pada
umumnya hanya menghasilkan taksiran tingkat risiko pengendalian sedikit di bawah maksimum
sampai ke tingkat yang tinggi. Hal ini disebabkan pengujian pengendalian ini dilaksanakan oleh
auditor pada tahap perencanaan auditnya, sehingga auditor tidak dapat menguji konsistensi
penerapan kebijakan dan prosedur pengendalian dalam keseluruhan tahun yang diaudit.

2. Pengujian Pengendalian yang Direncanakan.


Pengujian pengendalian ini dilaksanakan dalam strategi untuk mendapatkan taksiran awal tingkat
risiko pengendalian rendah, Pada pengujian ini dapat memberikan bukti tentang penerapan
semestinya kebijakan dan prosedur pengendalian secara konsisten sepanjang tahun yang
diaudit. pengujian pengendalian ini disebut Adapun tujuannya yakni untuk menentukan taksiran
awal risiko pengendalian moderat atau rendah sesuai dengan tingkat pengujian substantife
yang direncanakan.

3. Pengujian Pengendalian Tambahan


Pengujian yang dilaksanakan oleh auditor jika berdasarkan hasil pengujian pengendalian bersamaan
yang memperlihatkan pengendalian intern yang efektif, auditor kemudian mengubah
strateginya dari pendeketan terutama substantif ke pendekatan risiko penegndalian rendah.

4. Pengujian dengan tujuan ganda


Merupakan pengujian yang desain sedemikian rupa sehingga auditor dapat mengumpulkan bukti
tentang efektivitas struktur pengendalan intern sekaligus dapat mengumpulkan bukti tentang
kekliruan moneter dalam akun.

3. KERJASAMA DENGAN AUDITOR INTERN DALAM PENGUJIAN PENGENDALIAN


Bilamana auditor independen melakukan audit atas laporan keuangan entitas yang memiliki fungsi
audit intern, auditor dapat melakukan:
1. Koordinasi Audit dengan Auditor Intern
Auditor dapat melakukan koordinasi pekerjaan dengan auditor intern dan mngurangi
jumlah lokasi atau divisi perusahaan yang akan diterapi pengujian pengendalian. Auditor
independen harus menguji pekerjaan auditor intern dan menentukan apakah:
 Lingkup pekerjaan auditor intern memadai untuk memenuhi
tujuan pekerjaannya.
 Program audit memadai untuk mencapai tujuan auditnya.
 Kertas kerja yang dibuat memadai untuk mendokumentasikan
pekerjaan yang telah dilaksanakan, termasuk mencerminkan
adanya supervisi dan review atas pekerjaan yang telah
dilaksanakan.
 Kesimpulan dibuat memadai sesuai dengan keadaan.
 Laporan sesuai dengan pekerjaan yang telah dilaksanakan.

2. Auditor Intern menyediakan bantuan langsung dalam audit


Auditor independen dapat meminta auditor intern untuk memberikan bantuan langsung
yang berkaitan dengan pekerjaan yang secara spesifik diminta oleh auditor independen dari
auditor intern untuk menyelesaikan beberapa aspek pekerjaan auditor independen. Dan
apabila bentuan langsung disediakan maka auditor harus:
 Menentukan independensi dan objektivitas auditor intern.
 Memberitahu auditor intern mengenai tanggung jawab auditor
intern tersebut tujuan prosedur yang dilaksanakan oleh auditor
intern.
 Memberitahu auditor intern bahwa semua masalah akuntansi dan
auditing yang signifikan yang ditemukan selama audit harus
diberitahukan kepada auditor independen.

4. PENENTUAN RISIKO DETEKSI


Dalam tahap-tahap audit atas laporan keuangan, penentuan risiko deteksi terletak pada tahap
auditor mendesain pengujian substantif. Gambar berikut menggambarkan letak penentuan risiko deteksi
dalam proses audit, sedangkan pengertian dari risiko deteksi yaitu risiko auditor tidak akan mendeteksi
salah saji material yang ada dalam suatu asersi.

Pemahaman dan
Perencanaan Pelaksanaan Penerbitan
Pengujian Struktur
Audit Pengujian Sustantif Laporan Audit
Pengendalian Intern

Penaksiran risiko Penilaian risiko


Penaksiran Risiko Bawaan Penetapan Risiko Deteksi
Pengendalian Audit

Risiko deteksi dapat dihitung dengan rumus:


RD = risiko deteksi RP = Risiko Pengendalian
RA RA = risiko audit
RB = riko bawaan
RD =

Jika tingkat risiko pengendalian final sama dengan yang


RB x RP
direncanakan. Auditor dapat melanjutkan untuk mendesain
pengujian substantif khusus berdsarkan tingkat pengujian
substantif yang telah direncanakan. Namun jika tingkat risiko pengendalian final tidak sama dengan
yang direncanakan, auditor harus mengubahtingkat pengujian substantif sebelum auditor mendesain
pengujian substantif khusus untuk menampung tingkat risiko deteksi yang dapat diterima.
Hubungan antara strategi audit awal, risiko deteksi yang direncanakan dan tingakat pengujian
substantif yang direncanakan secara ringkas digambarkan sebagai berikut:

Strategi Audit Awal Risiko Deteksi yang Tingkat Pengujian Substantif


Direncanakan yang direncanakan

Pendekatan Terutama
Rendah atau sangat rendah Tingkat tinggi
substantif

Pendekatan taksiran risiko


Moderat atau tinggi Tingkat rendah
Pengendalian rendah

5. DESAIN PENGUJIAN SUBSTANTIF


Pengujian substantif menghasilkan bukti audit tentang kewajaran setiap asersi laporan keuangan
signifikan. Desain pengujian substantif mencakup:

 Sifat Pengujian Substantif


Sifat pengujian substantif mencakup jenis dan efektivitas prosedur audit yang dilakukan oleh auditor.
Jika tingkat risiko deteksi yang dapat diterima adalah rendah, auditor harus menggunakan
prosedut audit yang lebih efektif dan biasanya memerlukan biaya yang lebih tinggi. Sebaliknya
jika tingkat risiko deteksi yang dapat diterima adalah tinggi, auditor dapat menggunakan
prosedur audit yang kurang efektif yang relatif murah.

 Saat Pengujian
Tingkat risiko deteksi yang dapat diterima berdampak terhadap saat pelaksanaan pengujian
substantif. Jika risiko deteksi adalah tinggi, pengujian substantif dapat dilaksanakan beberapa
bulan sebelum akhir tahun yang diaudit. Sebaliknya, jika risiko deteksi untuk asersi tertentu
adalah rendah, pengujian substantif biasanya dilaksanakan oleh auditor pada atau mendekati
tanggal neraca.

 Lingkup Pengujian
Bukti audit diperlukan lebih banyak untuk mencapai tingkat risiko deteksi rendah bila dibandingkan
dengan tingkat risiko deteksi tinggi. Auditor dapat mengubah jumlah bukti audit yang
dikumpulkan dengan mangubah lingkup pengujian substantif yang dilaksanakan. Lingkup
pengujian substantif menunjukkan jumlah pos atau besarnya sampel yang diuji. Auditor dapat
menggunakan pendekatan statistik untuk meng- kuantifikasikan pertimbangan profesionalnya
dalam menentukan besarnya sampel untk mencapai tingkat risiko deteksi tertentu.

6. RERANGKA UMUM PENGEMBANGAN PROGRAM AUDIT UNTUK PENGUJIAN


SUBSTANTIF
Dalam pengembangan program audit untuk pengujian substantif, rerangaka umum yang dapat
dipakai sebagai acuan adalah sebagai berikut;
1. Tentukan Prosedur Audit Awal yang terdiri dari lima langkah berikut:
o Usut saldo pos yang tercantum di dalam neraca ke saldo akun yang bersangkutan di dalam
buku besar.
o Hitung kembali saldo akun yang bersangkutan di dalam buku besar.
o Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting dalam akun
yang bersangkutan.
o Usut saldo awal akun yang bersangkutan ke kertas kerja tahun yang lalu.
o Usut posting pendebitan dan / atau pengkreditan akun tersebut ke dalam jurnal yang
bersangkutan.
o Lakukan rekonsiliasi akun kontrol tersebut dalam buku besar ke buku pembantu yang
bersangkutan.

2. Tentukan prosedur analitik yang perlu dilaksanakan. Dalam Prosedur analitik, auditor menghitung
berbagai ratio, yang untuk selanjutnya dibandingkan dengan harapan auditor. Misalnya ratio tahun
yang lalu, rerata ratio industri, atau ratio yang dianggarkan.

3. Tentukan pengujian terhadap transaksi rinci. Terdiri dari prosedur pengusutan (tracing) dan
pemeriksaan bukti pendukung (vouching) untuk membuktikan asersi keberadaan dan keterjadian.

4. Tentukan pengujian terhadap akun rinci. Auditor menentukan berbagai prosedur audit untuk
membuktikan asersi keberadaan dan keterjadian, kelengkapan, hak dan kewajiban, penilaian atau
alokasi, penyajian dan pengungkapan akun tertentu.

BAB III
KESIMPULAN

Penaksiran risiko pengendalian adalah proses evaluasi efektivitas desain dan operasi kebijakan dan prosedur
struktur pengendalian intern. Berbagai pengujian pengendalian yang dapat dipilih oleh auditor dalam
pelaksanaan auditnya antara lain:
1. Pengujian Pengendalian Bersamaan (Current test of control) yang terdiri dari prosedur pemerolehan
pemahaman atas struktur pengendalian intern
2. Pengujian Pengendalian yang Direncanakan. yang tujuannya yakni untuk menentukan taksiran awal
risiko pengendalian moderat atau rendah sesuai dengan tingkat pengujian substantif yang
direncanakan.

3. Pengujian Pengendalian Tambahan, yang merupakan pengujian yang dilaksanakan oleh auditor jika
berdasarkan hasil pengujian pengendalian bersamaan yang memperlihatkan pengendalian intern
yang efektif.
4. Pengujian dengan tujuan ganda yang merupakan pengujian yang didesain sedemikian rupa
sehingga auditor dapat mengumpulkan bukti tentang efektivitas struktur pengendalan intern.

Adapun rerangka umum pengembangan program audit untk pengujian substantive adalah sebagai
berikut: Tentukan Prosedur Awal Audit, Tentukan prosedur analitik yang perlu dilaksanakan, Tentukan
pengujian terhadap transaksi rinci dan Tentukan pengujian terhadap akun rinci.
DAFTAR PUSTAKA

Puradireja, Kanaka dan Mulyadi. Auditing, Edisi 5, Cetakan ke 1. Jakarta: Penerbit Salemba Empat,
1997.
Halim, Abdul MBA. Akuntansi, Edisi 2. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2001.

Anda mungkin juga menyukai