“A” DENGAN
STROKE NON HEMORAGIK/ISKEMIK
DI RS PUSRI PALEMBANG
DISUSUN
OLEH KELOMPOK OKUS :
DOSEN PEMBIMBING:
Ns. APRIADI,S.Kep, M.Kep
Assalamu’alaikum, Wr.Wb..
Dengan memanjatkan puji dan syukur Kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan karuniaNya yang telah di limpahkan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan tugas makalah kelompok ini tepat pada waktunya.
Wassalammu’alaikum wr.wb
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Penyakit stroke sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar
masyarakat. Hal ini diakibatkan oleh cukup tingginya insidensi (jumlah kasus baru)
kasus stroke yang terjadi di masyarakat. Insidensi stroke setiap tahun 15 juta orang
di seluruh dunia mengalami stroke. Sekitar lima juta menderita kelumpuhan
permanen. Dikawasan Asia tenggara terdapat 4,4 juta orang
45 detik terjadi kasus stroke, dan setiap 4 detik terjadi kematian akibat stroke.
Tahun 2010 Amerika Serikat telah meghabiskan 73,7US untuk membiayai
tanggugan medis dan rehabilitasi akibat stroke (Siti.2015)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah
diatas adalah Bagaimana Asuhan Keperawatan Pasien dengan stroke non
hemoragik/iskemik di RS Pusri Palembang
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi
Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal maupun
global, akibat terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan atau sumbatan
dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena; dapat sembuh sempurna,
sembuh dengan cacat, atau kematian (Junaidi, 2011).
Strok iskemik atau non hemoragik adalah stroke yang terjadi akibat adanya
bekuan atau sumbatan pada pembulu darah otak yang dapa disebabkan oleh
tumpukan thrombus pada pembuluh darah otak, sehingga aliran darah ke otak
menjadi terhenti. Stroke iskemik merupakan penyebab kematian jaringan karena
pasokan darah yang tidak adekuat dan bukan disebabkan oleh perdarahan. Stroke
iskemik biasanya disebabkan oleh tertutupnya pembuluh darah otak akibatnya
adanya penumpukan lemak (plak) dalam pembuluh darah besar (arteri karotis),
pembuluh darah sedang (arteri cerebri), atau pembulu darah kecil (Arya, 2011).
B. Etiologi
4. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh darah,
lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang
terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung
cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik.
5. Hypoksia Umum
a. Hipertensi yang parah
b. Cardiac pulmonary arrest
c. CO turun akibat aritmia
6. Hypoksia setempat
a. Spasme arteri serebral yang disertai perdarahan sub aradinoid
b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrant
(Smeltzer C. Suzanne, 2002)
Stroke non hemoragik disebabkan oleh trombosis akibat plak aterosklerosis yang
memberi vaskularisasi pada otak atau oleh emboli dari pembuluh darah diluar otak yang
tersangkut di arteri otak yang secara perlahan akan memperbesar ukuran plak sehingga
terbentuk trombus (Sudoyo, 2007).
Trombus dan emboli di dalam pembuluh darah akan terlepas dan terbawa hingga
terperangkap dalam pembuluh darah distal, lalu menyebabkan pengurangan aliran darah
yang menuju ke otak sehingga sel otak akan mengalami kekurangan nurisi dan juga
oksigen, sel otak yang mengalami kekurangan oksigen dan glukosa akan menyebabkan
asidosis lalu asidosis akan mengakibatkan natrium, klorida, dan air masuk ke dalam sel
otak dan kalium meninggalkan sel otak sehingga terjadi edema setempat. Kemudian
kalsium akan masuk dan memicu serangkaian radikal bebas sehingga terjadi perusakan
membran sel lalu mengkerut dan tubuh mengalami defisit neurologis lalu mati (Esther,
2010).
Ketidakefektifan perfusi jaringan yang disebabkan oleh trombus dan emboli akan
menyebabkan iskemia pada jaringan yang tidak dialiri oleh darah, jika hal ini berlanjut
terus-menerus maka jaringan tesebut akan mengalami infark. Dan kemudian akan
mengganggu sistem persyarafan yang ada di tubuh seperti : penurunan kontrol volunter
yang akan menyebabkan hemiplagia atau hemiparese sehingga tubuh akan mengalami
hambatan mobilitas, defisit perawatan diri karena tidak bisa menggerakkan tubuh untuk
merawat diri sendiri, pasien tidak mampu untuk makan sehingga nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh. Defisit neurologis juga akan menyebabkan gangguan pencernaan
sehingga mengalami disfungsi kandung kemih dan saluran pencernaan lalu akan
mengalami gangguan eliminasi. Karena ada penurunan kontrol volunter maka
kemampuan batuk juga akan berkurang dan mengakibatkan penumpukan sekret sehingga
pasien akan mengalami gangguan jalan nafas dan pasien kemungkinan tidak mampu
menggerakkan otot-otot untuk bicara sehingga pasien mengalami gangguan komunikasi
verbal berupa disfungsi bahasa dan komunikasi.
WOC
STROKE ISKEMIK/ NON HEMORAGIK
Iskemik
Infark serebral
Difisit neurologis
Hemiplagia/
Penumpukan
hemiparese Spinter uretra sekret Disfungsi bahasa
Gangguan
tidak terkontrol & komunikasi
perfusi jaringan
secerbral, Nyeri Kelemahan fisik
akut
Inkontinensia Ketidak efektifan
bersihan jalan
Kekuatan otot
nafas
menurun
Kemampuan
merawat diri
menurun
Reflek mengunya dan
menelan menurun Gangguan
eliminasi
Ganguan
komunikasi
verbal
Nafsu makan menurun
Difisit perawatan
diri
Ketidakseimbangan
Intake tidak
nutrisi kurang dari
adekuat
kebutuhan tubuh
Gangguan
mobilitas fisik
D. Manifestasi klinis
Gejala - gejala CVA muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang disebabkan
oleh terganggunya aliran darah ke tempat tersebut. Gejala itu muncul bervariasi,
bergantung bagian otak yang terganggu.Gejala-gejala itu antara lain bersifat:
1. Sementara
Timbul hanya sebentar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan hilang
sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient Ischemic
Attack (TIA). Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama, memperberat atau
malah menetap.
2. Sementara,namun lebih dari 24 jam
Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini disebut Reversible Ischemic Neurologic
Defisit (RIND)
3. Gejala makin lama makin berat (Progresif)
Hal ini desebabkan gangguan aliran darah makin lama makin berat yang
disebut Progressing Stroke atau Stroke Inevolution
4. Sudah menetap/permanen
Saraf Kranials
I Olfaktorius Sensorik
Dilatasi reaksi pupil normal, terjadi pengecilan pupil ketika ada pantulan cahaya.
V Trigeminalis
Sensorik Motorik Wajah perot Sedikit ada gangguan pada saat mengunyah
VII Fasiali Motorik Terdapat gangguan pada saat bicara, bicara pelo
Anggota badan sebelah kanan suah digerakkan dan dapat mengangkat bahu sebelah kiri
XII Hipoglosus Motorik Respon lidah tidak baik, klien tidak bisa menggerakkan lidah
dari sisi yang satu ke yang lain, terdapat kesulitan dalam menelan.
E. Penatalaksanaan
Prinsip utama terapi stroke iskemik adalah membuka dan melancarkan aliran
darah akibat penyumbatan (trombus/emboli) tanpa menimbulkan komplikasi
perdarahan (Falluji, 2012). Upaya reperfusi ini ditujukan untuk menurunkan
kecacatan dan kematian akibat stroke, dan upaya ini harus dilakukan pada fase akut
(Bahrudin, 2013). Pendekatan terapi pada fase akut stroke iskemik difokuskan pada
restorasi aliran darah otak dengan menghilangkan sumbatan (clots) dan
menghentikan kerusakan seluler yang berkaitan dengan iskemik/hipoksia. Pada fase
akut Therapeutic window yaitu antara 12-24 jam pertama setelah onset dan golden
period : 3–6 jam pertama. Terapi pada periode ini memungkinkan daerah di
sekitar otak yang mengalami iskemik masih dapat diselamatkan (Ikawati, 2009).
Sasaran terapi khusus stroke iskemik adalah untuk menyelamatkan daerah yang
iskemik (penumbra) yang masih dapat disembuhkan. Upayanya dilakukan dengan
memperbaiki mikrosirkulasi dan melakukan usaha untuk melindungi saraf otak
sehingga terhindar dari kerusak an permanen atau infark (Junaidi, 2011).
F.
K
omplikasi
b) Infark miokard
c) Emboli paru: cenderung terjadi 7-14 hari pasca stroke, seringkali pada
saat penderita mulai mobilisasi.
c) Embolisme serebral
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Head CT Scan
Sangat perlu karena insiden penyakit jantung seperti: atrial fibrilasi, MCI (myocard
infark) cukup tinggi pada pasienpasien stroke.
c. Ultrasonografi Dopller
Dopller ekstra maupun intrakranial dapat menentukan adanya stenosis atau oklusi,
keadaan kolateral atau rekanalisasi. Juga dapat dimintakan pemeriksaan ultrasound
khususnya (echocardiac) misalnya: transthoracic atau transoespagheal jika untuk
mencari sumber thrombus sebagai etiologi stroke.
d. Pemeriksaan Laboratorium
b) INR, APTT
c) Serum elektrolit
d) Gula darah
a) Protein C, S, AT III
b) Cardioplin antibodies
c) Hemocystein
e) CSF
H. Pengkajian
b. Defisit Motorik
1) Hemiparese
Kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama. Paralisis wajah (karena lesi
pada hemisfer yang berlawanan)
c. Defisit Verbal
1) Afasia Ekspresif
Tidak mampu membentuk kata yang mampu dipahami, mungkin mampu bicara
dalam respon kata tunggal.
2) Afasia Reseptif
Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mampu bicara tetapi tidak masuk
akal.
d. Defisit Kognitif
Pada penderita stroke akan kehilangan memori jangka pendek dan panjang,
penurunan lapang perhatian, kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi,
perubahan penilaian.
e. Defisit Emosional
I. Diagnosa keperawatan
J. Perencanaan
Diagnosa keperawatan (NANDA 2007-2008) Tujuan dan kriteria hasil (NOC)
Rencana (NIC)
No Dignosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan
(NOC) (NIC)
Monitor tekanan
intrakranial dan respon
neurologis
Komunikasi: kemampuan
penerimaan
Kemampuan interpretasi
meningkat , Mendengar aktif
Pertahankan aktivitas
perawatan diri secara rutin
Evaluasi kemampuan
klien dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
Berikan reinforcement
atas usaha yang dilakukan
dalam melakukan
perawatan diri sehari hari.
Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengan cara
yang tepat
Diskusikan perubahan
gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk
mencegah komplikasi di
masa yang akan datang
dan atau proses
pengontrolan penyakit
Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
Instruksikan pasien
mengenai tanda dan gejala
untuk melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat
BAB III
ANALISA KASUS
A. PENGKAJIAN
Pengkajian
Pengkajian tanggal : 4 Juni 2021 Jam : 08.00 wib
MRS tanggal : 3 Juni 2021 No. RM : 8721
Diagnosa Medis : stroke non hemoragi + dyspnoe
a. Identitas
Nama : Tn. A Penanggung Jawab :
Usia : 65 Tahun Nama : Tn. H
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Muaradua OKUS
Suku : Jawa
Hubungan Keluarga : adik kandung
Agama : Islam
Telepon :-
Pendidikan : SMP
Alamat : Palembang
b. Keluhan Utama
Adik os mengatakan kakaknya sejak tadi subuh bicaranya tidak jelas, kaki dan
tangan sebelah kiri terasa lemah dan susah untuk digerakan, kepala terasa sakit
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Kelemahan sisi kiri dan sush untuk digerakan, bicara pelo namun masih dapat
dimengerti.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat hipertensi sejak 3 tahun yang lalu, tidak terkontrol
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Didalam keluarga, saudara no.3 os mempunyai riwayat hipertensi
f. Pola Fungsi Kesehatan (Gordon)
1.Persepsi dan Manajemen
Os jarang kontrol untuk berobat dengan alasan sibuk berkebun dan jarak jauh
untuk ke rumah sakit
3. Eliminasi
B. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran : Apatis
GCS : E4M5V4 = 13
BB / TB : 65 Kg / 166 Cm
Tanda Vital :
TD : 160/100 mmHg
RR : 25 x/menit
Suhu : 37,5 ˚C
SpO2 : 92 %
C. Pemeriksaan penunjang
Lab (4/6/2021) : Hb : 9,8, leucosit : 5,1, Diff : 0/4/55/30/11, trombosit :
260,000, Ht : 30 %.
Foto thorax (kesimpulan) : Cor dan Pulmo tak tampak kelainan
CT-Scan Kepala (kesan) :Infark di thalamus kiri
D. Therapi pengobatan :
Infus RL gtt 20x/menit
N-asetilsistein 3x200 mg
Aspilet 2x2 tab
CPG 1 x 75 mg
Citicolin inj. 2x250 mg
Mecobalamin inj. 1x1 amp (im)
ANALISA DATA
5 2
CT-Scan Kepala (kesan) :Infark di
thalamus kiri
Diagnosa keperawatan :
2. Gangguan perfusi jaringan cerebral, nyeri akut berhubungan dengan sirkulasi darah
ke otak tidak adekuat.
2) Gangguan perfusi jaringan cerebral, nyeri akut berhubungan dengan sirkulasi darah
ke otak tidak adekuat.
1 Ketidak efektifan bersihan jalan nafas Bersihan jalan napas Monitor TTV Memonitor TTV
berhubungan dengan penumpukam sekret akibat efektif
penurunan fungsi motorik dan menelan. Berikan O2 nasal 3-5 Memberikan O2 nasal
dengan kriteria hasil : liter/menit atau sesuai 3-5 liter/menit atau
order sesuai order
frekuensi pernapasan
16-20x/menit Monitor frekuensi Memonitor frekuensi
dan kedalaman dan kedalaman
batuk efektif, ronchi pernapasan. pernapasan.
-/-, GCS: 15
Monitor kemampuan Memonitor
sputum (-) reflex/kemampuan kemampuan
menelan. reflex/kemampuan
mampu mengelurkan
menelan.
sputum. Tinggikan kepala
tempat tidur/ posisi Meninggikan kepala
SpO2 100%
semi fowler tempat tidur/ posisi
semi fowler
Lakukan suction
dengan ekstra hati- Melakukan suction
hati. dengan ekstra hati-
hati.
Auskultasi suara
paru, perhatikan Mengauskultasi suara
daerah hipoventilasi paru, perhatikan
dan adanya suara- daerah hipoventilasi
suara nafas tambahan dan adanya suara-
yang tidak normal suara nafas tambahan
(seperti; ronchi, yang tidak normal
wheezing dll). (seperti; ronchi,
wheezing dll).
Kaji tanda-tanda
sianosis Mengkaji tanda-tanda
sianosis
Kolaborasi
pemasangan NGT Berkolaborasi
pemasangan NGT
2 Gangguan perfusi jaringan cerebral, nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Kaji status nyeri Mengkaji status nyeri
berhubungan dengan sirkulasi darah ke otak tidak keperawatan, perfusi
adekuat. jaringan serebral adekuat Kaji tingkat kesadaran Mengkaji tingkat
Kriteria hasil : klien kesadaran klien
3 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Joint movement (active) : Exercise therapy Berkolabaorasi
penurunan fungsi motorik sekunder akibat (ambulation) : konsultasi dengan
kerusakan sistem neurologis. Mobility level terapi fisik tentang
Kolabaorasi konsultasi rencana ambulasi
Self care: ADL dengan terapi fisik sesuai kebutuhan
tentang rencana
Transfer performance
ambulasi sesuai Membantu klien untuk
Setelah dilakukan
kebutuhan menggunakan tongkat
tindakan
saat berjalan dan
keperawatan,ganggua Bantu klien untuk cegah terhadap cedera
n mobilitas fisik dapat menggunakan tongkat
teratasi saat berjalan dan Mengajarkan pasien
Kriteria Hasil : cegah terhadap cedera atau keluarga tentang
teknik ambulasi
Klien meningkat Ajarkan pasien atau
dalam aktivitas fisik keluarga tentang Mengkaji kemampuan
teknik ambulasi pasien dalam
Mengerti tujuan dari
mobilisasi
peningkatan mobilitas Kaji kemampuan
pasien dalam Melatih pasien dalam
Memperagakan
mobilisasi pemenuhan kebutuhan
penggunaan alat bantu
ADL secara mandiri
untuk mobilisasi Latih pasien dalam sesuai kemampuan
pemenuhan kebutuhan
ADL secara mandiri Mendampingi dan
sesuai kemampuan bantu pasien saat
mobilisasi dan bantu
Dampingi dan bantu penuhi kebutuhan
pasien saat mobilisasi ADL pasien
dan bantu penuhi
kebutuhan ADL Mengajarkan pasien
pasien dan keluarga dalam
bagaimana merubah
Ajarkan pasien dan posisi
keluarga dalam
bagaimana merubah
posisi
CATATATAN PERKEMBANGAN
P : intervensi (1,2,3,4,6, 7
dan 8) di teruskan
P : intervensi di teruskan
CATATAN PERKEMBANGAN
A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan Asuhan Keperawatan Tn.A dengan stroke non hemorogik
selama 3 hari dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari
: Pengkajian, diagnosa, perencanaan keperawatan, catatan perkembangan
(pelaksanaan dan evaluasi) dan dokumentasi, maka penulis menarik kesimpulan
bahwa kasus stroke non hemoragic dalam memberikan asuhan keperawatan perlu
adanya intervensi.
1. Pengkajian
3. Perencanaan
4. Pelaksanaan
5. Evaluasi
disimpulkan bahwa klien mengatakan dahak berkurang, nyeri pada kepala mulai
berkurang, nyeri skala 3, tangan dan kaki kiri klien masih susah untuk digerakan,
dapat disimpulkan bahwa masalah teratasi sebagian dan intervensi tetap dilanjutkan
B. Saran
1. Bagi pasien
Penulis berharap agar masyarakat atau pasien dapat memahami penyakit dan
melakukan hidup sehat disekitar lingkungan.
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat menambah keluaasan ilmu terapan bidang
keperawatan dalam memberi dan menjelaskan penyakit stroke non hemoragik
3. Penulis
Hasil studi ini diharapkan dapat memperoleh pengalaman dalam melakukan asuhan
keperawatan pada pasien dengan stroke non
hemoragic