Anda di halaman 1dari 10

TOLERANSI SEBAGAI ALAT PEMERSATU BANGSA

Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. SITI NUR HADIPA
2. NEUFAL FERDEKO
3. RAFLI TRIA ZAIMUNGKAS
4. LATIFUL AZARI WIRMA
5. SYIFA MUTIARA

Kelas XI IPA 2

SMA NEGERI 2 MERANGIN

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Salah satu agenda besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah menjaga
persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Tantangan untuk
mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa tersebut salah satunya adalah masalah kerukunan
umat beragama dan kerukunan bangsa. Kerukunan intern beragama, kerukunan antarumat
beragama, dan kerukunan antarumat beragama dengan pemerintah. Kerukunan itu bukan barang
gratis. Ada penggalan sejarah kelam di mana kerukunan pernah terkoyak di negeri ini.

Bukan hanya harta benda yang hilang terbakar, tetapi banyak nyawa manusia tak bersalah
juga melayang. Kita sebagai masyarakat terpelajar harus berperan serta dalam menjaga keutuhan
bangsa dan negara, menjaga keharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat, dan berpartisipasi
dalam menjaga kerukunan di mana saja kita berada dan kapan saja waktunya.

Akhir – akhir ini, nilai kerukunan yang dijaga dengan baik oleh masyarakat mulai
terkikis, mengalami degradasi. Semboyan bhineka tunggal ika sudah mulai luntur dalam
pemahaman dan pengalaman masyarakat.

Ini bisa dilihat dari berbagai konflik yang terjadi di berbagai daerah Indonesia seperti
kasus Poso, Ambon, Sampang yang mengatasnamakan
agama. Konflik – konflik yang mengatasnamakan agama ini
bahkan disinyalir telah mengancam terjadinya disintegrasi bangsa. Manusia adalah makhluk
indiviudu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial tentunya manusia
dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain dalam rangka memenuhi
kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam masyarakat, seorang individu akan
dihadapkan dengan kelompok-kelompok yang berbeda warna dengannya salah satunya
adalah perbedaan agama.

Dalam menjalani kehidupan sosialnya tidak bisa dipungkiri akan ada gesekan-gesekan
yang akan dapat terjadi antar kelompok masyarakat, baik yang berkaitan dengan ras maupun
agama. Dalam rangka menjaga keutuhan dan persatuan dalam masyarakat maka diperlukan sikap
saling menghormati dan saling menghargai, sehingga gesekan-gesekan yang dapat menimbulkan
pertikaian dapat dihindari. Masyarakat juga dituntut untuk saling menjaga hak dan kewajiban
diantara mereka antara yang satu dengan yang lainnya.

Dalam pembukaaan UUD 1945 pasal 29 ayat 2 disebutkan bahwa “Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agamanya dan kepercayaannya itu.” Olehnya itu kita sebagai warga Negara sudah
sepatutnya menjunjung tinggi sikap saling toleransi antar umat beragama dan saling
menghormati antar hak dan kewajiban yang ada diantara kita demi keutuhan Negara.
Kebebasan beragama pada hakikatnya adalah dasar bagi terciptanya kerukunan antar
umat beragama. Tanpa kebebasan beragama tidak mungkin ada kerukunan antar umat beragama.
Kebebasan beragama adalah hak setiap manusia. Hak untuk menyembah Tuhan diberikan oleh
Tuhan, dan tidak ada seorang pun yang boleh mencabutnya.

Demikian juga sebaliknya, toleransi antarumat beragama adalah cara agar kebebasan
beragama dapat terlindungi dengan baik. Kebebasan dan toleransi tidak dapat diabaikan. Namun
yang sering kali terjadi adalah penekanan dari salah satunya, misalnya penekanan kebebasan
yang mengabaikan toleransi dan usaha untuk merukunkan dengan memaksakan toleransi dengan
membelenggu kebebasan. Untuk dapat mempersandingkan keduanya, pemahaman yang benar
mengenai kebebasan beragama dan toleransi antar umat beragama merupakan sesuatu yang
penting dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat.

2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Toleransi?


2. Mengapa Toleransi penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?
3. Mengapa kita harus menghindarkan diri dari perilaku tindak kekerasan?
4. Apa manfaat toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara?
5. Bagaimana contoh perilaku yang menunjukkan toleransi?

3. Tujuan

1. Mengetahui makna kata Toleransi.


2. Mengetahui seberapa penting Toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
3. Mengetahui alasan mengapa kita harus menghindarkan diri dari perilaku tindak kekerasan.
4. Mengetahui apa saja manfaat toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
5. Mengetahui contoh perilaku yang menunjukkan toleransi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Toleransi

Toleransi berasal dari bahasa latin “Tolerare” yang berarti dengan sabar membiarkan
sesuatu. Jadi pengertian toleransi adalah suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak
menyimpang dari aturan, di mana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang
orang lain lakukan. Toleransi juga dapat dikatakan istilah dalam konteks sosial budaya dan
agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok
– kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat.
Contohnya adalah toleransi beragama dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat
mengizinkan keberadaan agama – agama lainnya. Istilah toleransi juga digunakan dengan
menggunakan definisi “kelompok” yang lebih luas, misalnya partai politik, orientasi seksual, dan
lain-lain. Hingga saat ini masih banyak kontroversi dan kritik mengenai prinsip-prinsip toleransi
baik dari kaum liberal maupun konservatif. Jadi toleransi antar umat beragama berarti suatu
sikap manusia sebagai umat yang beragama dan mempunyai keyakinan, untuk menghormati dan
menghargai manusia yang beragama lain.

Dalam masyarakat berdasarkan pancasila terutama sila pertama, bertaqwa kepada tuhan
menurut agama dan kepercayaan masing-masing adalah mutlak. Semua agama menghargai
manusia maka dari itu semua umat beragama juga wajib saling menghargai. Dengan demikian
antar umat beragama yang berlainan akan terbina kerukunan hidup.

B. Pentingnya Toleransi

“Dan di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepadanya (Al Quran), dan di antaranya
ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang
orang- orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. Yunus/10 : 40)

“Dan jika mereka (tetap) mendustakan kamu (Muhammad), maka katakanlah: "Bagiku
pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan
akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan".” (Q.S. Yunus/10 : 41)

Dari ayat tersebut dapat disimpulkan hal – hal berikut:

1. Umat manusia yang hidup setelah diutusnya Nabi Muhammad SAW. terbagi menjadi 2
golongan, ada umat yang beriman terhadap kebenaran kerasulan dan kitab suci yang
disampaikannya dan ada pula golongan orang yang mendustakan kerasulan Nabi Muhammad
SAW. dan tidak beriman kepada Al-Qur’an.
2. Allah SWT. Maha Mengetahui sikap dan perilaku orang – orang beriman yang selama hidup di
dunia senantiasa bertaqwa kepada-Nya, begitu juga orang kafir yang tidak beriman kepada-Nya.
3. Orang beriman harus tegas dan berpendirian teguh atas keyakinannya. Ia tegar meskipun hidup
di tengah – tengah orang yang berbeda keyakinan dengan dirinya.
4. Ayat di atas juga menjelaskan perlunya menghargai perbedaan dan toleransi. Cara menghargai
perbedaan dan toleransi dengan tidak mengganggu aktivitas keagamaan orang lain.

C. Manfaat Toleransi Dan Cara Menerapkan Toleransi

Kondisi bangsa Indonesia yang berbhineka ini harus kita pertahankan demi ketentraman
dan kedamaian penduduknya. Salah satu cara mempertahankan kebhinekaan ini adalah dengan
toleransi atau saling menghargai.
Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, kerukunan hidup antarsuku, ras, golongan dan
agama harus selalu dijaga dan dibina. Kita tidak ingin bangsa Indonesia terpecah belah saling
bermusuhan satu sama lain karena masalah di atas.
Berikut perilaku – perilaku toleransi yang harus dibina sesuai dengan ajaran Islam.
1. Saling menghargai adanya perbedaan keyakinan. Kita tidak boleh memaksakan kehendak
pada orang lain agar mereka mengikuti keyakinan kita. Orang yang berkeyakinan lain pun
tidak boleh memaksakan keyakinannya pada kita. Dengan memperlihatkan perilaku
berakhlak mulia, insyaallah orang lain akan tertarik. Rasulullah SAW. selalu
memperlihatkan akhlak mulia kepada siapa pun termasuk kepada musuh – musuhnya.
Banyak orang kafir yang tertarik pada akhlak Rasulullah SAW. lalu masuk Islam karena
kemuliaannya.
2. Saling menghargai adanya perbedaan pendapat. Manusia diciptakan dengan membawa
perbedaan. Kita mencoba menghargai perbedaan tersebut.
3. Belajar empati, yaitu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, lalu bantulah orang
yang membutuhkan. Sering terjadi tindak kekerasan disebabkan hilangnya rasa empati.
Ketika mau mengganggu orang lain, kita harus sadar bahwa mengganggu itu akan
menyakitkan. Bagaimana kalau itu terjadi pada diri kita? Tentu kita juga akan merasa risih
jika diganggu oleh orang lain.
4. Islam mengajarkan menolong siapa pun, baik orang miskin maupun orang yang sakit.
Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫جر‬Dَ‫فى ك ك رط ة أ‬
ِ
‫' ل ِب َب‬
‫ٍد‬
“Menolong orang sakit yang masih hidup akan mendapatkan ganjaran pahala.” (HR.Bukhari
no. 2363 dan Muslim no. 2244).
Lihatlah Islam masih mengajarkan peduli sesama.
5. Tetap menjalin hubungan kerabat pada orang tua atau saudara non muslim.
Allah Ta’ala berfirman,

‫طعهما‬
‫م َفال ت‬
‫على أ ن ك م س ل ك ع ْل‬ ‫و ِإن جا‬
‫ُتشر ِبي ا‬ ‫هدَ‬
‫ب‬ ‫ل‬ ‫اك‬
‫ه‬ ‫ْي‬
‫ي معروفًا‬ ‫وصاح ْب ه‬
‫الد‬ ‫ما‬
‫ُ ْن َيا‬
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak
ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (QS. Luqman: 15).
Dipaksa syirik, namun tetap kita disuruh berbuat baik pada orang tua.
Lihat contohnya pada Asma’ binti Abi Bakr radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,
“Ibuku pernah mendatangiku di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
keadaan membenci Islam. Aku pun bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallamuntuk
tetap jalin hubungan baik dengannya. Beliau menjawab, “Iya, boleh.” Ibnu
‘Uyainah mengatakan bahwa tatkala itu turunlah ayat,

‫ى ال ِد'ين‬
‫َقا ك‬Dُ‫ْم ي‬ ‫الَ َي ْن هاك لَّ ُال عن اله ِذين‬
Dُ ‫م‬
‫ِتل و ْ م‬
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang
yang tiada memerangimu….” (QS. Al Mumtahanah: 8) (HR. Bukhari no. 5978).
6. Boleh memberi hadiah pada non muslim.
Lebih-lebih lagi untuk membuat mereka tertarik pada Islam, atau ingin mendakwahi mereka,
atau ingin agar mereka tidak menyakiti kaum muslimin.
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata,

– ‫'ى – صلى هلال عليه وسلم‬


‫حله ع َل ى رجل ََفقال للنه ِب‬ ‫رأَى عم‬
‫ع‬ ‫ت َبا‬Dُ ‫ًة‬ ‫ر‬
. ‫جاءك ا ْل َو ْف ُد‬ ‫حلهَة َت َْلب سها ْوم ا ْلجم ة و‬ ‫ا ْبَتع ه ِذ‬
َ ِ
‫إذا‬ ‫ِه ا ْل‬
‫َفقال « نهما ْل َبس‬
– ‫ َفأُ ِتى رسولل َِّال‬. » ‫خر‬ ‫ ِفى اآل‬Dُ‫ال خالَق ه‬ َ ‫ه َذا من‬
. ‫صلى هلال عليه وسلم – م ْنها لَحل فَأَ ْر سل َلى عمر م ْنها حلهة‬
‫ ْلت قَال‬Dُ‫ََفقال عمر ك ْيف أَ ْل َبسها َوقد ُق ْل ت ِفيها ما ق‬
» ‫ َِتبيعُها أَ ْو َتكسوها‬، ‫لت َْلبسها‬
َ ‫« ِن'ى َل ْم أَكسكها‬
‫خ َلهُ من َأهل مكةَ قَ ْبل َأ ن س ِلم‬ ٍ َ‫ها َلى أ‬ ‫ َفأَ ْرسل‬.
‫ي‬ ‫عمر‬
“’Umar pernah melihat pakaian yang dibeli seseorang lalu ia pun berkata pada
Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam, “Belilah pakaian seperti ini, kenakanlah ia pada hari
Jum’at dan ketika ada tamu yang mendatangimu.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallampun
berkata, “Sesungguhnya yang mengenakan pakaian semacam ini tidak akan mendapatkan
bagian sedikit pun di akhirat.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam didatangkan beberapa pakaian dan beliau pun memberikan sebagiannya pada
‘Umar. ‘Umar pun berkata, “Mengapa aku diperbolehkan memakainya sedangkan engkau
tadi mengatakan bahwa mengenakan pakaian seperti ini tidak akan dapat bagian di
akhirat?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Aku tidak mau mengenakan
pakaian ini agar engkau bisa mengenakannya. Jika engkau tidak mau, maka engkau jual
saja atau tetap mengenakannya.” Kemudian ‘Umar menyerahkan pakaian tersebut kepada
saudaranya di Makkah sebelum saudaranya tersebut masuk Islam. (HR. Bukhari no. 2619).
Lihatlah sahabat mulia ‘Umar bin Khottob masih berbuat baik dengan memberi pakaian
pada saudaranya yang non muslim.

Berikut Manfaat Toleransi Dalam Pandangan Islam :

 Menghindari Terjadinya Perpecahan


 Memperkokoh Silaturahmi dan Menerima Perbedaan
 Pembangunan berjalan dengan lancar
 Masyarakat menikmati hasil-hasil pembangunan
 Kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Toleransi berasal dari kata “ Tolerare ” yang berasal dari bahasa latin yang artinya adalah
: "dengan sabar membiarkan sesuatu". Jadi secara harafiah pengertian dari Toleransi beragama
ialah dengan sabar membiarkan orang menjalankan agama-agama lain. Harus bisa lebih kita
maknai dan lebih bisa kita definisikan toleransi beragama. Toleransi dalam beragama bukan
berarti kita harus hidup dalam ajaran agama lain. Namun toleransi dalam beragama yang
dimaksudkan disini adalah menghormati agama lain. Dalam bertoleransi janganlah kita
berlebih- lebihan sehingga sikap dan tingkah laku kita mengganggu hak-hak dan kepentingan
orang lain. Lebih baik toleransi itu kita terapkan dengan sewajarnya. Jangan sampai toleransi
itu menyinggung perasaan orang lain. Toleransi juga hendaknya jangan sampai merugikan kita,
contohnya ibadah dan pekerjaan kita.

Dari paparan di atas dapat dilihat bahwa Islam bersikap sangat terbuka dengan
kemajemukan. Bahkan, Islam memandangnya sebagai salah satu dari sunnatullah di alam ini.
Keanekaragaman yang telah menjadi kehendak Allah tersebut, tentu saja bukan untuk
dipertentangkan dan membawa kepada perpecahan. Akan tetapi dengan meyikapi secara positif
dan konstruktif, pluralisme justru akan membawa manfaat yang besar terhadap kemaslahatan
kehidupan manusia.

Toleransi dapat dikatakan sebagai jalan keluar yang dicetuskan islam untuk menyikapi
pluralisme. Banyak sekali ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi Muhammad SAW. yang dapat
dijadikan referensi dalam menikmati hidup bertoleransi. Secara umum, Al-Qur’an dan sunnah
Nabi SAW menekankan pentingnya keadilan, kasih sayang dan kemanusiaan yang semuanya
merupakan pilar
– pilar toleransi. Hanya saja Islam menggaris bawahi bahwa toleransi hanya akn efektif jika masing
– masing pihak tetap berjalan di atas relnya dan tidak merongrong eksistensi pihak lain. Jika
terjadi pengkhianatan terhadap nilai – nilai toleransi, maka Islam mengharuskan umat Islam
bersikap tegas dengan memerangi pihak – pihak yang telah merusak harmoni ritme kehidupan
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai