Anda di halaman 1dari 38

PENATALAKSANAAN TEKNIK PEMERIKSAAN OSSA CLAVICULA

DENGAN KLINIS FRAKTUR DI RUMAH SAKIT TK.IV 02.07.04


BANDAR LAMPUNG

Diajukan Sebagai Syarat Kelulusan PKL 1

DISUSUN OLEH:

DISUSUN OLEH :

Putri Wulan Febriyanti

1901016040

AKADEMI TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DA RADIOTERAPI

PATRIOT BANGSA LAMPUNG

TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kehadirat allah SWT karena berkat limpah

dan rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan laporan study kasus

ini dengan judul “Penatalaksanaan Teknik Pemeriksaan Ossa Clavicula Dengan

Klinis Fraktur Di Rumah Sakit Tk.Iv 02.07.04 Bandar Lampung”. Laporan study

kasus ini di ajukan sebagian salah satu syarat kelulusan praktek kerja lapangan 1

pada akademi teknik radiodiagnostik dan radioterapi Dalam menyususn makalah

ini,tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang penulis alamai,namaun berkat

dukungan, dorongan dan semngat dari orang terdekatat,sehingga penulis mampu

menyelesaikannya. Oleh karena itu penulis pada kesempatan ini mengucapkan

terima kasih sedalam- dalamnya kepada:

1. Ibu Irma Rahmania, S.ST., M.Kes. Selaku direktur ATRO Patriot Bangsa

Lampung

2. Budiman, A.md,Rad. selaku kepala ruangan radiologi di Rumah Sakit Tk.Iv

02.07.04 Bandar Lampung

3. Novita wijaya,Amd. Rad selaku penanggung jawab PKL.

4. Seluruh staf dan Dosen ATRO Patriot Bangsa Lampung.

5. Seluruh radiografer dan staff di Rumah Sakit Tk.Iv 02.07.04 Bandar

Lampung

6. Teman-temen seperjuangan pada praktek kerja lapangan (PKL1) Di Instalasi

Radiologi Rumah Sakit Tk.Iv 02.07.04 Bandar Lampung

Semoga allah SWT memberi rahmat dan balasan kebaikan kepada semua

pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan kasus ini. Dan semoga

ii
pula laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi pembaca,khususnya bagi mahasiswa

DIII ATRO Patriot Bangsa Lampung.Penulis menyadari bahwa masih ada

kekurangan dalam penyusunan laporan kasus ini. Untuk itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan

kasus ini.

Bandar Lampung, 31 Agustus 2021

Penulis

Putri Wulan Febriyanti

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Clavicula................................................................................4
2.2 Patologi ................................................................................................6
2.3 Teknik Pemeriksaan Os Clavicula........................................................10
BAB III HASIL PEMBAHASAN
3.1 Hasil Pemeriksaan Radiografi Os Clavicula.........................................24
3.2 Teknik Pemeriksaan Proyeksi AP (Antero –Posterior ).......................26
3.3 Hasil gambaran radiografi ....................................................................27
3.4 Hasil Ekspertise Dokter........................................................................28
3.5 Pembahasan ..........................................................................................28
BAB IV PENUTUP
4.1.Kesimpulan............................................................................................29
4.2 Saran ......................................................................................................29\
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ilmu pengetahuan di bidang kesehatan semakin berkembang yaitu dengan

ditemukan alat dan metode yang dapat digunakan untuk menegakan suatu

diagnosa terhadap penderita dilakukan berbagai cara antara lain : pemeriksaan

fisik pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan secara radiologis Wilhelm

conrad roentgen seorang ahli fisika di Universitas Wurzburg Jerman ,pertama kali

menemukan sinar rontgen pada tahun 1895 sewaktu melakukan eksperiman

sengan sinar katoda. Rontgen dalam penyelidikan selajutnya segera menemukan

segera hampir semua sifat sinar-sinar roentgen merupakan sinar yang dapat

tembus dalam pemeriksaan organ manusia.

Di indonesia penggunaan sinar rontgen cukup laa ,menurut laporan ,alat rontgen

sudah digunakan sejak tahun 1898 oleh tentara colonial belamdadalam perang di

Aceh dan Lombok . Selajutnya pada awal abad ke-20 ini, sinar rontgen digunakan

di rumah sakit militer dan rumah aakit pendidikan dokter di jakarta dan surabaya .

Ahli radiologi Belanda yang bekerja pada fakultas Kedokteran di Jakarta pada

tahun sebelum perang dunia ke-2 adalah prof.B.J Van Derplts yang juga mulai

melakukan radioterapi di samping radiodiagostik.

Salah satu alasan dilakukan foto rontgen adalah karena terjadinya

kecelakaan lalu lintas (KLL).Kecelakaan lalu lintas dapat menyebabkan cedera

1
fraktur.fraktur merupakan suatu kondisi dimana terjadi diintegrasi

tulang .penyebab terbanyak fraktur adalah kecelakaan,baik itu kecelakaan kerja

kecelakaabn lalu lintas dan sebaginya ,tetapi fraktur juga bisa terjadinya akibat

faktor lain,seperti proses degenerative dan patologi.Selama melaksanakan PKL 1

di instalasi radiologi RS TK IV 02.07.04 Kami telah melakukan beberapa jenis

pemeriksaan ,dan salah satu pemeriksaan yang kami temukan beberapa jenis

pemeriksaan, dan salah satu pemeriksaan yang kami temukan adalah pasien yang

mengalami fraktur clavicula karena kecelakaan lalu lintas. Pemeriksaan ini kami

angkat sebagai kasus untuk di sajikan dalam bentuk laporan yang berjudul

“PENATALAKSANAAN TEKNIK PEMERIKSAAN OSSA CLAVICULA

DENGAN KLINIS FRAKTUR DI RUMAH SAKIT TK.IV 02.07.04

BANDAR LAMPUNG”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang akan di bahas adalah sebagai

berikut :

“Bagaimanahkah penatalaksanaan pemeriksaan clavicula pada klinis fraktur ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.3.1Tujuan umum

2
Untuk mengetahui penatalaksanaan pemeriksaan os clavicula pada klinis fraktur

dan mendapatkan pengalaman nyata dalam melaksanakan teknik pemeriksaan

tersebut .

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui teknik pemeriksaan clavicula dengan klinis fraktur.

2. Untuk mengetahui hasil gambaran dari pemeriksaan clavicula dengan

klinis fraktur.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.4.1 Bagi instalasi radiologi

Menambah dan memperluas wawasan radiogrefer pada pemeriksaan clavicula.

1.4.2 Bagi instituasi Atro Patriot Bangsa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi dan tambahan ilmu

bagi mahasiswa Atro Patriot Bangsa.

1.4.3 Bagi Penulis

Untuk menambah wawasan dan ilmu pengathuan tentang teknik pemeriksaan

clavicula pada kasus fraktur di instalasi radiologi RS TK.IV.02.07.04 Bandar

Lampung.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 .Anatomi Clavicula

Gambar II.1. Os Clavicula dilihat dari arah superior dan inferior

(Sumber:Atlas of Human Anatomy Sobotta Vol I, Johannes Sobotta,2001,Hal 167)

Os klavikula ( tulang selangka ) berhubungan dengan os sternum di sebelah

medial dan di lateral tulang ini berhuungan dengan os scapula pada acrromion

yang dapat diraba sebagi tonojolan di bahu bagian lateral .tulang ini termasuk

jenis tulang pipa yang pendek ,walapun bagian lateral tulanng ini tampah

pipih .bentuknya seperi huruf S terbalik ,dengan bagian medial yang melekung jke

depan ,dan bagian lateral agak melengkung ke belakang. Permukaan atasnya

relatif lebih halus disbanding dengan permukaan inferior. Ujung medial atau

4
ujung sterna mempunyai facies articularis sternalis yang berhubungan dengan

articularis sendi narticulatio streno klavikularis menururt (Paryana W,dkk 2009 )

fungsi clavicula yaitu sebagai:

1. Pengganjal untuk menjauhi anggota gerak atas dri bagian dada supaya lengan

dapat bergerak leluasa .

2. Meneruskan goncengan dari anggota gerak atas kerangka tubuh (aksial)

Melihat dari segi fungsi, clavicula juga memiliki beberapa kelainan

diantaranya fraktur dan dislokasi (menurut Lampignano and Kendrick, 2018).

Walapun dikelompokan dalam tulang panjang, clavicula adalah tulang satu

satunya yang tidak memiliki rongga sumsum tulang seperti pada tulang panjang

lainya clavicula tersusun dari tulang tulang spons. Otot otot dan ligamentum yang

belekatan pada clavicula Permukaan superior. Otot deltodeus pada bagian

tuberculum deltodeius

2.1.1 Otot trapezius

Permukaan inferior

1. Ligamentum conoideum ( bagian medial dari ligamentum coracoclaviculare )

pada tuberculum conoideum

2. Ligantum trapzoideum ( bagian lateral dari ligamentum corococlviculare pada

linea trapezoidea

Batas Anterior

1. Otot pectroralis mayor.

2. Otot deltodeius,

3. Otot strenocleidomastiod.

5
4. Otot sternohyodeius,

5. Otot trapezius

2.2 Patologi

Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan gambaran anatomis untuk

mendukung diagnosa kelainan pada tulang. Untuk itu pemeriksaan ossa clavicula

ditujukan untuk indikasi patologis sebagai berikut:

a. Fraktur .

Fraktur adalah Patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.

Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri, dan jaringan

lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap

atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah,

sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang.

Berikut ini jenis- jenis fraktur sebagai berikut :

1. Fraktur komplit

yaitu patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas sehingga tulang

terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke

sisi lain serta mengenai seluruh kerteks.

2. Fraktur inkomplit

yaitu patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis patah tidak

menyeberang, sehingga tidak mengenai korteks (masih ada korteks yang

utuh).

3. Fraktur tertutup

yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang tidak menonjol

malalui kulit.

6
4. Fraktur terbuka

yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya hubungan dengan

lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi infeksi.

5. Greenstick

fraktur dimana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya membengkok.

6. Transversal

fraktur sepanjang garis tengah tulang.

7. Oblique

fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.

8. Spiral

fraktur memuntir seputar batang tulang.

9. Komunitif

Fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.

10. Depresi

fraktur dengan frakmen patahan terdorong ke dalam (sering terjadi pada tulang

tengkorak dan wajah

11. Kompresi

fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang).

12. Patologi

Fraktur yang terjadi pada daerah tulang berpenyakit (kista tulang, paget,

metastasis tulang, tumor).

13. Avulsi

tertariknya fragmen tulang oleh ligamen atau tendo pada prlekatannya.

14. Impaksi

fraktur dimana fragmen tulang terdorong ke fragmen tulang lainnya.

7
15. Fisura

Fisura adalah retak tulang.

16. Dislokasi

Dislokasi adalah tulang keluar dari mangkok sendi.

17. Luksasi

Luksasi lebih ringan dari dislokasi.

18. Ruptur

Ruptur adalah sobeknya jaringan ikat.

Gambar 1.4. jenis-jenis fraktur

8
2.2.2 Dislokasi

Dislokasi adalah adalah keadaan dimana tulang – tulang yang membentuk

sendi tidak lagi berhubungan secara anatomis (tulang lepas dari sendi). Dislokasi

ini merupakan suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera.

Pada os clavicula dapat terjadi dislokasi pada dua bagian yaitu dislokasi pada

sendi acromioclavicularis dan sendi sternoclavicularis.

2.2.3 Benda asing ( corpus alienum ).

Benda yang tidak seharusnya ada dalam system fisiologi, masuknya tidak

disengaja atau menyalahi prinsip fisiologi, dan mengganggu sirkulasi tubuh atau

system fisiologi tubuh. Benda asing pada gambaran radiograf bisa berwarna lusen

atau opaq. Berwarna lusen bila berasal dari non logam, nomor atomnya lebih

rendah seperti kayu, duri, plastic, dan lain lain. Berwarna opac bila berasal dari

logam, nomor atom nya lebih tinggi dari jaringan seperti paku, jarum ,peluru, dan

lain-lain.

2.2.4 Distal Clavicular Osteolysis (DCO)

Merupakan penyakit yang sering terjadi pada atlet angkat besi yaitu pada

bagian sendi acromioclavicular joint karena tekanan yang tinggi pada pertemuan

clavicula dengan acromion. Ultrasonografi medis menggambarkan penyakit ini

merupakan resorpsi distal clavicula sebagai erosi korteks yang tak teratur,

sedangkan acromion tetap utuh. Yang mungkin terjadi pada penderita penyakit ini

adalah pembengkakan jaringan lunak, ketidakstabilan sendi dan pembengkakan

tulang sendi.

9
2.2.5 Degenerasi Tulang Clavicula

Merupakan penipisan tulang yang abnormal pada os clavicula yang

ditandai oleh berkurangnya massa dan mineral tulang sehingga menyebabkan

kondisi tulang menjadi rapuh, keropos, dan mudah patah. Degenerasi tulang ini

termasuk penyakit gangguan metabolisme, dimana tubuh tidak mampu menyerap

dan menggunakan bahan-bahan untuk proses pertulangan secara normal, seperti

zat kapur = kalsium, phospat, dan bahan-bahan lainnya.

2.3 Teknik Pemeriksaan Os Clavicula

1. Persiapan Pasien

Pada pemeriksaan os clavicula tidak memerlukan persiapan khusus, namun

pasien diharuskan melepaskan benda – benda logam yang berada di sekitar

area pemeriksaan (clavicula) seperti kalung, peniti, dan pakaian dalam wanita

(bra).

1. Persiapan Alat

a. Pesawat sinar-X

b. IP (Imaging Plate) ukuran 35 x 43 cm

c. Marker R dan L

d. Alat proteksi radiasi

e. CR

f. Grid

2. Teknik Radiografi

Proyeksi AP (Antero-Posterior)

10
3. Posisi Pasien

a. Pasien supine di meja pemeriksaan atau berdiri di depan bucky stand

menghadap ke arah tabung sinar-X.

b. Jika pasien tidak kooperatif atau mengalami fraktur pada bagian

clavicula sehingga tidak bisa berdiri, gunakan posisi supine untuk

mengurangi kemungkinan luka tambahan.

4. Posisi Objek

a. Posisikan pertengahan clavicula pada pertengahan IP atau bucky stand.

b. Tangan di samping tubuh dan bahu rileks pada ketinggian yang sama.

c. Central Ray (CR) : horisontal tegak lurus (AP erect)

atau vertikal tegak lurus (AP supine)

d. Central Point (CP) : pada pertengahan clavicula.

e. Focus Film Distance (FFD) : 100 cm

f. Film : 24 x 30 cm, melintang,

menggunakan grid.

Gambar II.3. Proyeksi AP erect Gambar II.4. Proyeksi AP supine

11
5. Kriteria Radiograf

a. Keseluruhan clavicula berada pada pertengahan gambar.

b. Bagian lateral clavicula berada di atas scapula dan bagian medial

superimposisi dengan thoraks.

Gambar II.5. Radiograf clavicula AP

Proyeksi PA (Postero-Anterior)

1) Posisi Pasien

a. Pasien duduk atau berdiri di depan bucky stand membelakangi tabung

sinar-X.

2) Posisi Objek

b. Posisikan pertengahan clavicula pada garis tengah bucky stand.

c. Tangan di samping tubuh dan bahu rileks pada ketinggian yang sama.

3) Central Ray (CR) : horisontal tegak lurus

4) Central Point (CP) : keluar melalui pertengahan clavicula

5) Focus Film Distance (FFD) : 100 cm

6) Film : 24 x 30 cm, melintang, menggunakan

grid

12
Gambar II.6. Proyeksi PA

7) Kriteria Radiograf

a. Keseluruhan clavicula berada pada pertengahan gambar.

b. Bagian lateral clavicula berada di atas scapula dan bagian medial

superimposisi dengan thoraks.

Gambar II.7. Radiograf clavicula PA

Proyeksi AP axial (Lordotic position)

1) Posisi Pasien

a. Berdiri atau duduk satu langkah di depan bucky stand, dengan menghadap

ke arah tabung sinar-X.

13
b. Jika pasien tidak memungkinkan untuk berdiri dalam posisi lordotic,

posisikan pasien supine di meja pemeriksaan.

2) Posisi Objek

a. (posisi lordotic) pasien menyandar ke belakang pada bucky stand

dalam posisi lordotic, dan letakkan leher dan bahu pada bucky stand.

Leher berada dalam posisi fleksi. Posisikan clavicula pada pertengahan

IP.

b. (posisi supine) posisikan clavicula pada pertengahan IP. Respirasi:

tahan nafas pada saat full inspirasi untuk menaikkan clavicula.

3) Central Ray (CR) : 0o-15o cephalad (posisi lordotic), 15°-30°

cephalad (posisi supine)

4) Central Point (CP) : pertengahan clavicula

5) Focus Film Distance (FFD) : 100 cm

6) Film : 24 x 30 cm, melintang, menggunakan grid.

Gambar II.7. Radiograf clavicula PA Gambar II.9. Clavicula AP axial, posisi supine

14
7) Kriteria Radiograf

a. Sebagian besar clavicula terproyeksi di atas costae dan scapula dengan

bagian medial overlapping dengan costae pertama atau kedua.

b. Clavicula dalam posisi horisontal.

c. Nampak keseluruhan clavicula dari acromioclavicular joint sampai

sternoclavicular joint.

Gambar II.10. Clavicula AP axial dari anak umur 3 tahun,


menampakkan fraktur (panah)
Proyeksi PA axial

1) Posisi Pasien

a. Pasien dalam posisi prone atau berdiri menghadap bucky stand.

2) Posisi Objek

a. Posisikan clavicula pada pertengahan IP. Respirasi : tahan nafas pada saat

full inspirasi kedua.

3) Central Ray (CR) : 15°-30° caudad

4) Central Point (CP) : pertengahan clavicula

5) Focus Film Distance (FFD) : 100 cm

6) Film : 24 x 30 cm, melintang, menggunakan

grid.

15
Gambar II.11. Proyeksi PA axial, posisi prone

7) Kriteria Radiograf

1. Sebagian besar clavicula terproyeksi di atas costae dan scapula dengan

bagian medial overlapping dengan costae pertama atau kedua.

2. Clavicula dalam posisi horisontal.

3. Nampak keseluruhan clavicula dari acromioclavicular joint sampai

sternoclavicular joint.

Gambar II.12. Radiograf proyeksi PA axial

16
b Proteksi Radiasi

Sebagai sarana bantu diagnostik, sinar – X mempunyai daya tembus yang

besar sehingga dapat menimbulkan efek pada jaringan yang terkena radiasi, oleh

karena itu perlu adanya proteksi radiasi.

Usaha proteksi radiasi tersebut sudah diatur ketentuannya, seperti peraturan –

peraturan maupun pedoman kerja yang ditetapkan oleh BATAN.

4. Tujuan Proteksi Radiasi

Sesuai dengan rekomendasi ICRP (International Council of Radiation Protection)

atau NCRP (National Council of Radiation Protection), maka dapat disimpulkan

bahwa tujuan proteksi radiasi adalah sebagai berikut :

a. Membatasi dosis radiasi yang diterima oleh pasien hingga sekecil mungkin

sesuai dengan ketentuan klinik.

b. Membatasi dosis radiasi yang diterima oleh petugas radiasi hingga sekecil

mungkin dan tidak boleh melewati batas yang telah ditentukan.

c. Membatasi dosis yang diterima oleh masyarakat umum agar berada pada

batas normal.

d. Pengawasan, penyimpanan, dan penggunaan sumber radiasi harus

mendapat perhatian yang cukup besar dari pemerintah, begitu pula dengan

transportasi zat radioaktif.

5. Usaha Proteksi Radiasi

a. Proteksi radiasi terhadap pasien

1) Pemeriksaan dengan sinar-X hanya dilakukan atas permintaan dokter.

2) Membatasi luas lapangan penyinaran seluas daerah yang diperiksa.

17
3) Menggunakan faktor eksposi yang tepat, serta memposisikan pasien

dengan tepat sehingga tidak terjadi pengulangan foto.

b. Proteksi radiasi terhadap petugas

1) Petugas selalu menjaga jarak dengan sumber radiasi saat bertugas.

2) Selalu berlindung dibalik tabir proteksi sewaktu melakukan eksposi.

3) Jika tidak diperlukan, petugas sebaiknya tidak berada di area

penyinaran.

4) Jangan mengarahkan tabung ke arah petugas.

5) Petugas menggunakan alat ukur personal radiasi (film badge) sewaktu

bertugas yang setiap bulan dikirimkan ke BPFK guna memonitor dosis

radiasi yang diterima oleh petugas.

c. Tiga prinsip proteksi radiasi untuk petugas radiasi

1) Prinsip jarak

Dalam setiap pemotretan dengan menggunakan sinar-X seorang petugas

radiasi harus senantiasa berada pada jarak yang jauh dari sumber radiasi.

2) Prinsip waktu

Pada pemotretan menggunakan sinar-X, petugas radiasi harus senantiasa

berusaha menggunakan waktu yang singkat pada saat melakukan

penyinaran.

3) Prinsip perisai

Saat pemotretan, petugas radiasi harus senantiasa menggunakan perisai

radiasi.

18
d. Proteksi radiasi terhadap masyarakat umum, diantaranya :

1) Sewaktu pemeriksaan berlangsung, selain pasien jangan ada yang berada

di daerah radiasi.

2) Ketika penyinaran berlangsung pintu ruang pemeriksaan selalu ditutup.

3) Tabung sinar-X diarahkan ke daerah aman.

e. Computer Radiogrtafi ( CR)

Computed radiography adalah satu sistem atau proses untuk mengubah

sistem analog pada konvensional radiografi menjadi digital radiografi,

dengan menggunakan photostimulable untuk mengakuisisi data dan

menampilkan parameter dari gambaran yang akan dimanipulasi oleh

komputer (Balliger, 1999:370) .Computed radiography masih memerlukan

x-ray unit seperti halnya radiografi konvensional sebagai sumber radiasi

untuk mengekspose pasien. .

a. Adapun komponen dari computed radiography yaitu :

1)   Imaging plate (IP).

Imaging plate adalah plat film yang mempunyai kemampuan menyimpan

energi sinar-x, dan energi tersebut dapat di bebaskan atau dikeluarkan

melalui proses scanning dngan menggunakan laser. Imaging plate biasa

digunakan dengan ditempatkan dalam cassette imaging plate. Ukuran

imaging plate yang paling banyak digunakan adalah 18x24, 24x30, 35x35,

dan 35x43 cm. ukuran 30x40 cm tidak ada lagi karena ukuran tersebut akan

digunakan 35x43 cm.imaging plate merupakan media pencatat gambaran

sinar x pada computed radiography, yang terbuat dari bahan

photostimulablephosphor tinggi, BaFX (X=halogen). .

19
Pada penggunaan radiografi konvensional digunakan penggabungan antara

film radiogrfi dan screen, akan tetapi pada computed radiography

menggunakan imaging plate. Walaupun imaging plate terlihat sama dengan

screen konvensional tetapi fungsinya sangatlah jauh berbeda dengan

imaging plate, karena pada imaging plate berfungsi untuk mencatat gambar

sinar-x kedalam foto stimulable phosphor dan menyampaikan informasi

gambar itu kedalam bentuk elektrik.

1. Struktur dari imaging plate adalah : 

a) Protective layer : berukuran tipis & transparent berfungsi untuk

melindungi IP. 

b) Phosphor layer : mengandung barium fluorohalide dalam bahan

pengikatnya. 

c) Reflective layer : terdiri dari partikel yang dapat memantulkan

cahaya. 

d) Conductive layer : terdiri dari Kristal konduktif. Yang berfungsi

untuk mengurangi masalah yang disebabkan oleh electrostatic.

Selain itu ia juga mempunyai kemampuan untuk menyerap cahaya

dan dengan demikian hal tersebut dapat meningkatkan ketajaman

gambaran. 

e) Support layer : mempunyai stuktur dan fungsi yang sama seperti

yang ada pada intensifying screen. 

f) Backing layer : lapisan soft polimer untuk melindungi imaging

plate selama proses pembacaan di dalam image reader. 

20
g) Barcode label :digunakan untuk memberikan nomor seri dan untuk

mengidentifikasi imaging plate tertentu yang kemudian dapat

dihubungkan dengan data pasien  

2) Cassette

Cassette pada computed radiography bagian depan (front side) terbuat

dari carbon fiber dan bagian belakang terbuat dari aliminium.

3) Image reader 

Berfungsi sebagai pembaca, pengolah gambar yang diperoleh dari imaging

plate yang dijalankan dengan menggunakan laser scanner. Dilengkapi

dengan preview monitor untuk melihat apakah pemotretan yang dilakukan

tidak terpotong atau obyeknya bergerak. Pada kasus ini pemotretan harus

diulang. Namun apabila gambar kurang baik karena faktor eksposi

pemotretan tidak perlu diulang pemotretan tersebut, karena gambaran

dapat diperbaiki denganimage console. Semakin besar kapasitas memori

dari image reader semakin cepat waktu yang diperlukan untuk

memproses imaging plate, karena semakin besar memori dari suatu

perangkat komputer maka semakin besar daya simpan dari perangkat

tersebut

4) Image console 

Berfungsi untuk mengolah gambar, berupa komputer dengan software

khusus untuk medical imaging. Gambar dapat diolah tampilannya

sehingga memudahkan memperoleh gambar yang lebih baik. 

Pada image console juga dilengkapi dengan menu yang lebih dari 200

macam pilihan gambar yang sesuai dengan bagian anatomi yang akan

21
difoto pada anatomi tertentu. Karena computed radiography merupakan

bentuk digital, bermacam-macam jenis processing gambar dapat

digunakan untuk menambah dan juga mempertinggi kualitas gambar. 

5) Imager (printer)

Apabila foto dikehendaki untuk dicetak maka gambar dapat dikirim

kebagian imager untuk dicetak sesuai yang diinginkan karena imager itu

sendiri mempunyai fungsi sebagai pencetak gambaran. Pada proses

pencetakan ini tidak memerlukan kamar gelap lagi karena dapat dicetak

langsung didalam dry imager tanpa harus di kamar gelap, dan juga tidak

memerlukan lagi cairan seperti fixer dan developer sehingga tempat kerja

biasa lebih bersih.

c. Prinsip kerja computed radiography 

1) Imaging plate yang terletak didalam kaset, dilakukan eksposi dengan

menggunakan peralatan pembangkit sinar-x. Pada saat sinar-x menembus

objek, akan terjadi attenuasi (perlemahan) akibat dari kerapatan objek

karena berkas sinar-x yang melalui objek tersebut. Kemudian membentuk

bayangan laten. 

2) IP cassete kemudian dimasukkan kedalam image reader. Di dalam image

reader, bayangan laten yang disimpan pada permukaan phosphor,dibaca

dan dikeluarkan menggunakan cahaya infra merah untuk menstimulus

phosphor, sehingga mengakibatkan energi yang tersimpan berubah

menjadi cahaya tampak. 

22
3) Cahaya yang dikeluarkan dari permukaan plate, akan ditangkap oleh

sebuah pengumpul cahaya dan diteruskan ke tabung photomultiplier yang

mengubah energi cahaya tersebut menjadi sinyal listrik analog. 

4) Selanjutnya sinyal analog ini diubah menjadi sinyal digital oleh

rangkaian analog to digital converter (ADC) dan diproses dalam komputer.

5) Setelah proses pembacaan selesai, data gambar pada imaging platedapat

dihapus dengan cara imaging plate dikenai cahaya yang kuat. Hal ini

membuat imaging plate dapat dipergunakan kembali. 

6) Setelah gambaran tampil dilayar monitor, gambaran tersebut dapat

dilakukan rekontruksi atau dimanipulasi pada image console sehingga

mendapatkan gambaran yang diinginkan.

23
BAB III

HASIL PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pemeriksaan Radiografi Os Clavicula

1. Persiapan Pasien

Tidak diperlukan persiapan khusus, hanya saja pasien diminta memakai baju

pasien sehingga memudahkan dalam pengaturan posisi dan melepaskan benda

yang menimbulkan bayangan radioopaq dan radiograf

2. Identitas Pasien

Nama : Tn. R.A

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Umur : 24 Thn

Tanggal pemeriksaan : 13 /08/2021

NO RM :-

NO RONTGEN : 147/IGD

Permintaan Foto : Clavicula

Klinis : Fraktur

3. Persiapan Alat Dan Bahan

Pesawat sinar-X konvesional yang di lengkapi dengan bucky stand

Merk : Toshiba KXO-325

Type : DR- 3724 H

Nomor Seri : 5G457

Kondisi Maximum : 150 kv/500 Mas

24
Gambar 1.5 Pesawat Sinar – X Konvensional

4. Kaset dan film CR ukuran 35x 43 cm

Kaset yang digunakan pada penelitian ini menggunakan kaset CR ukuran 35 x

43 cm dengan imaging plat dan pengeolahan film menggunakan printer laser .

Berikut gambar kaset CR dan perlengkapan CR yang digunakan :

25
Gambar 1.6 ( foto kaset ukuran 35x 43 dan perlengkapan CR )

3.2 Teknik Pemeriksaan Proyeksi AP (Antero –Posterior )

a. Posisi Pasien

1) Pasien dalam posisi supine di meja pemeriksaan atau berdiri di depan

bucky stand mengahadap kearah tabung sinar –X.

2) Jika pasien tidak kooperatif atau mengalami fraktur pada bagian

clavicula sehingga tidak bisa, berdiri ,gunakan posisi supine untuk

mengurangi kemungkinan luka tambahan .

26
b. Posisi Objek

1) Posisikan clavicula pada pertengahan Ip atau bucky stand .

2) Tangan di samping tubuh dan bahu rileks pada ketinggian yang sama

c. Central Ray (CR) : horizontal tegak lurus ( AP erect )

atau vertikal tegak lurus (Ap supine)

d. Central Point (CP) : pertengahan clavicula

e. Focus Film Distance (FFD) : 100 cm

f. Film : 35 x 43 cm, melintang, mengunakan

grid

g. Pengaturan Faktor Ekposi

1.KV : 60

2.MAS : 22

Prosesing Film yang digunakan : CR ( Computer Radiology )

3.3 Hasil gambaran radiografi

27
3.4 Hasil Ekspertise Dokter

Fraktur comminutif midclavicula dextra disertai displacement .

3.5 Pembahasan

Teknik pemeriksaan clavicula di RS TK IV 02.07.04 menggunakan proyeksi

antero posterior .pasien datang ke igd ke adminstrasi untuk mendaftar lalu ia

membawa pengantar melakukan pemeriksaan di instalasi radiologi ,pasien di

posisikan supine atau tiduran dimeja pemeriksaan demi kenyamanan pasien

mengunakan ukuran kaset 35x 43 cm. Namun, karena kondisi pasien tidak

kooperatif sehingga tidak bida berdiri ,gunakan posisi supine untuk mengurangi

kemungkinan, luka tambahan , pasien di haruskan melepas benda-benda logam

seperti kalung dan di sekitran objek pemeriksaan agar hasil tambahan tidak

menimbulkan radiopaq , menggunakan maerker L . lalu atur kolimasi seluas

lapangan objek secukupnya ,dengan batas atas articulation acromioclavicula join

dan batas bawah articulation strenoclavicula joint dengan arah sinar vertikal

vertikal (tegak lurus (AP supine ) center point pada pertengahan clavicula dan

menggunakan kv 60mAs 22 , setelah itu film dicetakan menggunakan CR.

Hasil expertise dokter pada pemeriksaan Tn. R.A umur 24 thn dengan ro – ini

menunujukan terdapat fraktur pada comminutif midclavicula dextra anatomi

clavicula tampak Ap pada hasil gambaran radiograf ,dalam teknik pemeriksaan ini

sudah dapat membantu dokter menegakkan diagnosa .

28
BAB IV

PENUTUP

4.1.Kesimpulan

Dari isi laporan kasus, penulisan mendapat kesimpulan sebagai berikut

1) Teknik pemeriksaan clavicula di instalasi radiologi RS TK. IV 02.07.04

Bandar lampung menggunakan proyeksi AP ( Anterio posterior )

2) Pada pemeriksaan tersebut, penulisan dapat mengetahui hasil gambaran

clavicula yaitu tampak fraktur kominutif bagian medial pada tulang clavicula

dextra

4.2 Saran

1) Sebaiknya apabila terjadi fraktur clavicula untuk mengikat tangan di lipat

kearah dada dan menggunakan kain agar tidak terjadi pergerakan .

2) sebaiknya mengurangi dosis radiasi yang diterima pasien, petugas dan

masyarakat umum,dengan memekaian alat proteksi diri.

29
DAFTAR PUSTAKA

Wibowo DS, Paryana W.

Anggota Gerak Atas. In: Anatomi Tubuh Manusia. Bandung: Graha Ilmu

Publishing, 2009, p.3-4.

Lampignano, J.P.and Kendrick, L.E. (2018)

Bontragers Textbook of Radiographic Positioning and Related Anatomy:

Elsevier.

Ballinger, Phillip, Eugene Frank . 2003.

Merrill’s Atlas of radiograpic Positions & Radiologic Prosedures 10th

Edition volume1. St. Louis, Missouri:Mosby.

Adiyawan.2013

http://adiyawan.blogspot.com/2013/03/proyeksi pemeriksaanclavicula.html?

m=1 Diakses pada tanggal 23 agustus 2021, Pukul 12:00 WIB

Gudangmedis.2015.

http://gudangmedis.blogspot.com/2015/01/teknik-radiografi- clavicula.html?

m=1 Diakses pada tanggal 23 agustus 2021, Pukul 13:00 WIB.

Sobotta,2001

(Atlas of Human Anatomy Sobotta Vol I, Johannes :,(Hal 167) Diakses pada

tanggal 23 agustus 2021, Pukul 13:00 WIB.

Dwnesia,2020

30
https://www.dw.com/id/sinar-x-temuan-kebetulan-r%C3%B6ntgen-yang

merevolusi-dunia-pengobatan/a-55509609 Diakses pada tanggal 24 agustus

2021,pukul 18:00 WIB

Badan tenaga atom Nasional. 1985.

Pedoman Proteksi Radiasi di Rumah Sakit dan Tempat Kerja lainnya.

Jakarta:BATAN.

30

31
LAMPIRAN

32
Surat Permintaan Dokter

33
Isi Lampiran BAB IV

34

Anda mungkin juga menyukai