Anda di halaman 1dari 57

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KLIEN P3 A0 DENGAN POST MARSUPIALISASI ATAS INDIKASI


KISTA BARTHOLINI DI RUANG KANA RS.WONOSARI

STASE KEPERAWATAN MATERNITAS

Untuk Memenuhi Tugas Laporan Praktik Keperawatan Maternitas


Dosen Pembimbing : Yusniarita., S.Kep., Ns., M.Kep

Disusun oleh:

Muhammad Sidik

P07120521032

POLTEKKES KEMENKES YOGYAKARTA


PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN III
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktik Klinik Keperawatan Profesi Ners


Stase Keperawatan Maternitas
Asuhan Keperawatan Pasien Ny. M dengan Diagnosa Medis Kista Bartholini di
ruang Kana RSUD Wonosari

Disusun Oleh :

Muhammad Sidik (P07120521032)

Telah disetujui pada : 10 November 2021

Hari/Tanggal : 10 November 2021

Pembimbing Lapangan Pembimbing Pendidikan

Retnawati., A.MK Yusniarita., S.Kep., Ns., M.Kep

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih
dan karuniaNya saya dapat menyelesaikan penyusunan laporan pendahuluan dan
asuhan keperawatan klien P3A0 dengan Marsupialisasi Kista Bartholini di ruang
Kana RSUD Wonosari. Saya juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada pembimbing akademik, pembimbing lapangan, kepala ruangan,
dan seluruh perawat Kana yang sudah memberikan kritik dan saran selama
penyusunan laporan ini. Sekiranya laporan ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan didalamnya, untuk itu saya memohon kepada pembaca untuk
memberikan kritik dan saran agar laporan ini bisa diperbaiki untuk menjadi lebih
baik. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wonosari,10 November 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................2
A. Latar Belakang.....................................................................................................2
B. Rumusan Masalah................................................................................................3
C. Tujuan...................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI...........................................................................................4
A. Pengertian.............................................................................................................4
B. Anatomi pada Kelenjar Bartholini.....................................................................4
C. Etiologi..................................................................................................................5
E. Pemeriksaan Fisik pada Kista Bartholini.........................................................10
F. Pencegahan Pada Kista Bartholini....................................................................10
G. Tanda dan Gejala...............................................................................................13
H. Penatalaksanaan dan Pengobatan....................................................................14
I. Pengkajian Fokus...............................................................................................17
J. Konsep Asuhan Keperawatan...........................................................................17
K. Implementasi......................................................................................................27
L. Evaluasi...............................................................................................................27
BAB III...........................................................................................................................28
A. PENGKAJIAN...................................................................................................28
A. ANALISA DATA................................................................................................38
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASAR PRIORITAS..........................39
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN...............................................................40
D. PELAKSANAAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN................................43
E. CATATAN PERKEMBANGAN.......................................................................38
BAB IV KESIMPULAN................................................................................................43
A. KESIMPULAN...................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................45

iii
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bagi kebanyakan wanita, kehamilan adalah keadaan normal dan sehat.


Tapi, kehamilan juga bisa membuat wanita lebih rentan terhadap infeksi
tertentu. Lebih lanjut lagi, kehamilan dapat membuat infeksi yang lebih
parah bahkan infeksi ringan dapat menyebabkan penyakit yang serius.
Kehamilan mempengaruhi setiap sistem fisiologis dalam tubuh. Perubahan
fungsi kekebalan dan keseimbangan hormon dapat membuat ibu hamil
lebih rentan terhadap infeksi dan komplikasi serius.
Organ kelamin wanita terdiri atas organ genitalia interna dan organ
genitalia eksterna. Kedua bagian besar organ ini sering mengalami
gangguan, salah satunya adalah infeksi, infeksi dapat mengenai organ
genitalia interna maupun eksterna dengan berbagai macam manifestasi dan
akibatnya. Tidak terkecuali pada glandula vestibularis major atau dikenal
dengan kelenjar bartolini. Kelenjar bartolini merupakan kelenjar yang
terdapat pada bagian bawah introitus vagina. Bartolinitis adalah Infeksi
pada kelenjar bartolin atau bartolinitis juga dapat menimbulkan
pembengkakan pada alat kelamin luar wanita. Bartolinitis disebabkan oleh
infeksi kuman pada kelenjar bartolin yang terletak di bagian dalam vagina
agak keluar.

Berdasarkan latar belakang diatas, untuk memperoleh gambaran dan


pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien
Kista Bartholini dengan menggunakan metode proses keperawatan penulis
tertarik untuk melakukan “Asuhan Keperawatan pada Ny. M dengan Kista
Bartholini di Ruang Kana RSUD Wonosari Kabupaten Gunung Kidul”
3

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang dijelaskan, maka rumusan masalah dalam


penulisan ini adalah “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Ny.M P3A0
dengan Marsupialisasi Kista Bartholini di Ruang Kana RSUD Wonosari?

C. Tujuan

Untuk memperoleh gambaran dan pengalaman nyata dalam melaksanakan


asuhan keperawatan pada pasien Kista Bartholini dengan menggunakan
metode proses keperawatan.
Adapun tujuan pada penulisan asuhan keperawatan ini adalah :
1. Tujuan Umum
Untuk menggambarkan asuhan keperawatan Pada Ny.M dengan
Kista Bartholini
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada pasien Ny.M dengan Kista
Bartholini
b. Mampu menegakkan diagnosis keperawatan asuhan
keperawatan pasien Ny.M dengan Kista Bartholini
c. Mampu menyusun perencanaan keperawatan asuhan
keperawatan pasien Ny.M dengan Kista Bartholini.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan asuhan
keperawatan pasien Ny.M dengan Kista Bartholini.
e. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan pasien Ny.M
dengan Kista Bartholini
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Kista Bartholini adalah penyumbatan pada kelenjar Bartholini yang ada di
vagina sehingga menyebabkan cairan lubrikasi pada vagina tidak keluar (Baradero,
2006).
Kista Bartholini adalah tumor kistik jinak yang ditimbulkan akibat saluran
kelenjar Bartholini yang mengalami sumbatan yang biasanya disebabkan oleh infeksi
kuman Neisseria gonorrhoeae (Widjanarko, 2007).
Kista Bartholini adalah penyumbatan pada kelenjar Bartholini yang ada di
vagina sehingga menyebabkan cairan lubrikasi pada vagina tidak keluar.
Penyumbatan pada kelenjar Bartholini biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri
(Baradero, 2006).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Kista Bartholini
adalah penyumbatan kelenjar bartholini karena terinfeksi oleh bakteri sehingga
cairan lubrikasi vagina tidak keluar dan menimbulkan benjolan (Baradero, 2006).
B. Anatomi pada Kelenjar Bartholini
Kelenjar Bartholini terdapat pada sepertiga bagian bawah vagina, dibalik bibir
kemaluan, disebelah kiri dan kanan. Kelenjar ini berfungsi untuk menghasilkan
cairan yang membasahi vagina terutama pada waktu bersenggama (Baradero, 2006).
Kelenjar Bartholini terletak posterolateral dari vestibulum arah jam 4 dan 8, mukosa
kelenjar dilapisi oleh sel-sel epitel kubus, panjang saluran pembuangannya sekitar
2,5 cm dan dilapisi oleh sel-sel epitel transisional. Saluran pembuangan ini berakhir
diantara labia minor dan hymen dan dilapisi sel- sel epitel skuamus (Amiruddin,
2004). Apabila kelenjar ini terinfeksi (salah satu atau kedua duanya), salurannya
dapat tersumbat karena melengket akibatnya cairan yang dihasilkan oleh kelenjar
tersebut akan menumpuk didalam rongganya. Kelenjar menjadi besar, dan teraba
menonjol sebagai Kista Bartholini (Rahman, 2008.
C. Etiologi
Sampai sekarang ini penyebab dari Kista Bartholini belum sepenuhnya dimengerti,
tetapi beberapa teori menyebutkan adanya gangguan pada pembentukan estrogen
(Mast, 2010). Faktor penyebab kista meliputi :
a. Umur
Kista Bartholini bisa menyerang pada umur berapapun, masalah kista sering
ditemui pada wanita muda, umumnya terjadi pada wanita usia 20- 35 tahun
terutama mereka yang belum pernah hamil atau baru hamil sekali tapi
sifatnya tidak ganas dimana pada usia reproduksi sangat rentang terjadi kista.
Dimana hormon estrogen pada usia reproduksi mulai berfungsi dengan baik.
Pada usia puberitas dan anak-anak jarang ditemukan dikarenakan hormon
estrogen belum berfungsi dengan baik namun kadang kista terjadi karena
pengaruh genetik atau keturunan. Lain halnya dengan kista pada wanita
menopause, yang biasanya mengarah pada kanker dan perlu dilakukan
tindakan operatif secepatnya. (Baradero, 2009).
b. Paritas
Kista Bartholini umumnya terjadi pada wanita yang belum pernah hamil dan
pernah hamil namun sekali, namun sifat kista ini tidak ganas. Penyebab pasti
belum diketahui namun, studi epidemiologi menyatakan beberapa faktor
resiko terjadinya kista, antara lain tidak menikah, tidak punya atau sedikit
anak, nulipara. Kista sangat erat kaitannya dengan wanita yang angka
melahirkannya rendah dan infertil atau tingkat kesuburannya rendah (Salim,
2009).
c. Riwayat Kista Bartholini Sebelumnya
Wanita yang pernah menderita Kista Bartholini sebelumnya memiliki resiko
terulangnya kista ini 20-40%. Tidak ada jaminan Kista Bartholini tidak akan
kambuh lagi setelah dilakukan pengobatan. Sebab tanpa memperhatikan
personal hygiene serta kurangnya pemeriksaan tentang kesehatan alat
reproduksi kista dapat timbul atau muncul kembali. Hal ini merupakan bagian
dari kista yang belum terpecahkan (Djuanda, 2007).
d. Jumlah pasangan seksual
Kista bisa terjadi pada wanita yang memiliki pasangan seks lebih dari satu.
Bila berhubungan seks hanya dengan pasangannya, dan pasangannya pun tak
melakukan hubungan seks dengan orang lain, maka tidak akan
mengakibatkan kista. Namun, bila memiliki pasangan lebih dari satu, hal ini
terkait dengan kemungkinan tertularnya penyakit kelamin, salah satunya
Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini akan mengubah sel-sel di
permukaan mukosa hingga membelah menjadi lebih banyak. Apabila terlalu
banyak dan tidak sesuai dengan kebutuhan, tentu akan menyebabkan
timbulnya penyakit, misalnya Kista Bartholini (Salim, 2009).
e. Gaya hidup yang tidak sehat
1) Mengkonsumsi makanan yang berlemak dan kurang sehat
Makanan merupakan sumber energi bagi tubuh agar semua organ tubuh
dapat berfungsi secara optimal. Pola makan yang sehat dapat menjadikan
tubuh kita sehat, sebaliknya dengan pola makan yang tidak sehat maka
tubuh kita rentang terhadap berbagai penyakit Ada beberapa hal yang
harus kita perhatikan agar kita mempunyai pola makan yang sehat, yaitu
jumlah makanan yang kita komsumsi, jenis makanan , dan jadwal makan.
Jenis makanan yang kita komsumsi harusnya mempunyai proporsi yang
seimbang antara karbohidrat, protein dan lemaknya. Komposisis yang
disarankan adalah 55-65% karbohidrat, 10-15% protein, 25-35% lemak.
Memilih jenis makanan yang hendak dikomsumsi perlu diperhatikan
komposisi atau kadar gizinya, hidangan direstoran seperti junk food yang
termasuk makanan berkelas dan bermutu namun banyak mengandung
lemak dan kolesterol. Makanan yang mengandung lemak dan kolesterol
dapat memicu terjadinya kista.
2) Kurang olahraga
jarang berolahraga dan gerakan fisik. Bekerja dalam jangka waktu yang
panjang, jika bukan dalam bentuk dokumen pasti hampir menghabiskan 10
jam waktunya di hadapan komputer, saking sibuknya bahkan untuk
mengangkat kepala sejenak saja tidak sempat. Dan bekerja dengan sistem
duduk lama atau hidup dengan sistem horizontal, mudah mengakibatkan
tulang keropos dan penyakit lain. Kerja otak yang tegang dapat
menyebabkan penyelarasan cairan sistem saraf menjadi tidak normal,
menyebabkan metabolisme berupa minyak menjadi tidak teratur, dan
kolestrol darah meningkat.
3) Terpapar dengan polusi
Faktor pemicu kista saat ini banyak sekali, diantaranya pencemaran udara
akibat debu dan asap pembakaran kendaraan atau pabrik. Asap kendaraan,
misalnya, mengandung dioksin yang dapat memperlemah daya tahan
tubuh, termasuk daya tahan seluruh selnya. Kondisi ini merupakan pemicu
munculnya kista
4) Personal hygiene
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang
perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
perawatan kebersihan untuk dirinya, alat genitalia rentan dengan
terjangkitnya bakteri selain pada anus. Untuk itu sangat penting untuk
menjaga kebersihan diri terutma alat genitalia supaya tidak terinfeksi
bakteri yang bias saja memicu terjadinya kista bartholini. Selain Kista
Bartholini, kurangnya kesadaran akan personal hygiene juga dapat memicu
terjadinya penyakit infeksi kelamin, seperti kanker serviks (Setya, 2010).
4) Faktor genetic

Dalam tubuh kita terdapat gen-gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu
protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya makanan yang bersifat
karsinogen, polusi atau terpapar zat kimia tertentu karena radiasi,
protoonkogen ini dapat berubah menjadi onkogen yaitu gen pemicu kanker
(Setya, 2010).

D. Patofisiologi

Kelenjar Bartholini terus menerus menghasilkan cairan, maka lama kelamaan


sejalan dengan membesarnya kista, tekanan didalam kista semakin besar. Dinding
kelenjar/kista mengalami peregangan dan meradang. Demikian juga akibat
peregangan pada dinding kista, pembuluh darah pada dinding kista terjepit
mengakibatkan bagian yang lebih dalam tidak mendapatkan pasokan darah sehingga
jaringan menjadi mati (Setyadeng, 2010).

Infeksi oleh kuman, maka terjadilah proses pembusukan, bernanah dan


menimbulkan rasa sakit. Karena letaknya di vagina bagian luar, kista akan terjepit
terutama saat duduk dan berdiri menimbulkan rasa nyeri yang terkadang disertai
dengan demam. Pasien berjalan ibarat menjepit bisul di selangkangan (Djuanda,
2007).
Faktor presipitasi:
Infeksi mikroorganisme: Faktor predisposisi:

a. Virus a. Kebersihan area genitalia dan anus


b. Jamur b. Hubungan seksual yang tidak sehat
c. Bakteri c. Daya tahan tubuh menurun

Menginfeksi Vulva

Menyumbat dan menghambat


Kuman menginfeksi vestibula pengeluaran cairan lubrikasi ke Cairan pelumas tetap diproduksi
sepanjang ductus drainase
permukaan labia minor dan mayor

Penumpukan cairan dan peningkatan


Pembedahan
Kerusakan jaringan tekanan dimuara lubrikasi.
+ proses inflamasi
Penurunan suplay darah ke
jaringan sekitar Tekanan pada pembuluh Luka post op
darah genitalia eksternal
Cemas

Perangsangan Proteksi kurang


reseptor nyeri
Sintesis
Protaglandin
Infeksi bakteri
Pelepasan Histamin, Nyeri
Vasokonstriksi perifer
Bradikinin, dan Serotonin Resiko Infeksi

Gangguan
Mobilitas Fisik
Peningkatan set point temperatur Hipotermi
E. Pemeriksaan Fisik pada Kista Bartholini
a. Pemeriksaan fisik

1. Inspeksi

Pada vulva tampak benjolan yaitu pertumbuhan Kista Bartholini, bentuknya bundar
menyerupai kelereng, berwarna kemerahan
2. Palpasi

Pada vulva teraba benjolan atau pembengkakan pada kelenjar Bartholini


b. Pemeriksaan penunjang

1. Pap smear

Untuk mengetahui kemungkinan adanya kanker / kista (mast, 2010)

2. Hitung darah lengkap

Penurunan Hb (Hemaglobin) dapat menunjukkan anemia kronis sementara penurunan


Ht (Hematokrit) menduga kehilangan darah aktif, peningkatan SDP (Sel darah putih)
dapat mengindikasikan proses inflamasi / infeksi (salim, 2009).
3. CA 125

Titer CA 125 serum sering membantu membedakan antara massa yang benigna dan
maligna. Terutama pada pasien pasca menopause (Widjanarko, 2007).

F. Pencegahan Pada Kista Bartholini


Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan
harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang.
Kebersihan itu sendiri dangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang
sangat berpengaruh itu di antaranya kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan, persepsi
seseorang terhadap kesehatan, serta tingkat perkembangan.
Penyebab dari Kista Bartholini adalah karena penyumbatan pada saluran kelenjar
Bartholini yang menyebabkan akumulasi cairan. Penyebab penyumbatan diduga akibat
infeksi atau adanya pertumbuhan kulit pada penutup saluran kelenjar Bartholini. kista dapat
terinfeksi, membentuk abses. Kurangnya kebersihan diri menyebabkan sejumlah bakteri
dapat masuk dan menyebabkan infeksi, termasuk bakteri yang umum, seperti Escherichia
coli (E. coli), serta bakteri yang menyebabkan penyakit menular seksual seperti gonore dan
klamidia (Stevania, 2012).
Alat kelamin sangat rentan dengan terjangkitnya bakteri selain dari anus. Untuk itu
sangat disarankan seorang wanita untuk menjaga dan merawat alat genitalianya agar tidak
terkena infeksi dan terjangkit oleh bakteri agar terhindar dari penyakit infeksi. Adapun cara
untuk menjaga personal hygiene khususnya kebersihan genitalia dapat dilakukan dengan cara
mengubah gaya hidup menjadi gaya hidup bersih yaitu :
a. Mencuci hingga bersih bagian genitalia setelah buang air kecil atau buang air besar
Usahakan untuk selalu mencuci bagian luar alat kelamin dengan air. Untuk wanita, siram
dengan air dengan arah depan ke belakang. Hal ini untuk mencegah masuknya kuman
dari dubur ke vagina.
b. Menjaga kebersihan pakaian dalam

Dalam sehari, minimal mengganti pakaian dalam sebanyak dua kali untuk menjaga
kebersihan. Selain itu pilihlah bahan celana dalam yang dapat mudah menyerap keringat,
karena jika tidak jamur bisa menempel di alat kelamin. Hindari untuk saling bertukar
pakaian dalam dengan orang lain bahkan itu keluarga sendiri, karena setiap orang
memiliki kondisi kelamin yang berbeda.
c. Menggunakan toilet umum

Sebaiknya gunakan selalu air yang keluar melalui keran atau tissu dan hindari
penggunaan dari bak/ember, karena menurut penelitian air yang tergenang di toilet umum
mengandung 70% jamur (penyebab keputihan dan rasa gatal pada vagina).
d. Merawat rambut yang tumbuh di sekitar alat genitalia

Hindari membersihkan bulu di daerah kemaluan dengan cara mencabut karena akan ada
lubang pada bekas bulu kemaluan tersebut dan menjadi jalan masuk bakteri, kuman, dan
jamur. Selanjutnya dapat menimbulkan iritasi dan penyakit kulit. Perawatan bulu itu
disarankan untuk dirapikan saja dengan memendekkan, dengan gunting atau dicukur
tetapi sebelumnya menggunakan busa sabun terlebih dahulu dan menggunakan alat cukur
khusus yang lembut, dan sudah dibersihkan dengan sabun dan air panas. Perlu diketahui
setelah menggunakan simpan dalam tempat yang bersih dan kering, jangan di tempat
yang lembab dan jangan menggunakannya secara bergantian bahkan dengan suami/isteri.
Rambut-rambut tersebut berfungsi untuk kesehatan alat kelamin, yaitu berguna untuk
merangsang pertumbuhan bakteri baik yang melawan bakteri jahat serta menghalangi
masuknya benda asing kecil ke dalam vagina, menjaga alat kelamin tetap hangat dan
merupakan bantalan ketika berhubungan seksual dan melindungi dari gesekan. Sehingga
perlu rajin menjaganya agar tidak menjadi sarang kutu dan jamur.
e. Pemakaian pantyliner

Pemakaian pantyliner tidak dianjurkan digunakan setiap hari, sebaiknya pantyliner hanya
digunakan ketika keputihan. Akan lebih baik jika membawa celana dalam pengganti
daripada menggunakan pantyliner tiap hari.
f. Hindari menggunakan celana dalam dan celana jeans yang sangat ketat

Memakai celana dalam dan celana jeans yang terlalu ketat di wilayah selangkangan dapat
menyebabkan kulit susah untuk bernafas dan akhirnya dapat menyebabkan daerah
tersebut berkeringat, lembab, mudah terkena jamur dan teriritasi. Pemakaian celana ketat
itu bagi pria dapat membuat peredaran darah yang tidak lancar dan membuat penis serta
testis dalam keadaan panas. Panas yang berlebihan oleh suhu, keringat dan pakaian yang
terlalu ketat, dapat menurunkan kualitas sperma.
g. Mengganti pembalut

Bagi para wanita yang sedang menstruasi/haid agar tidak malas mengganti pembalut
karena ketika menstruasi kuman-kuman mudah untuk masuk dan pembalut yang telah
ada gumpalan darah merupakan tempat berkembangnya jamur dan bakteri. Usahakan
untuk mengganti setiap 4 jam sekali, 2-3 kali sehari atau sudah merasa tidak nyaman.
Jangan lupa bersihkan vagina sebelumnya ketika mengganti pembalut.
h. Lakukan pemeriksaan rutin

Usahakan untuk selalu melakukan pemeriksaan rutin pada alat kelamin,Jika terdapat
sesuatu yang tidak seperti biasanya dan tidak terasa nyaman seperti munculnya benjolan
kecil di sekitar alat kelamin, segera konsultasikan ke dokter juga. dan Jika ada perubahan
warna, kadang disertai bau yang kurang sedap dan gatal-gatal pada alat kelamin,
segeralah berkonsultasi ke dokter (Anita, 2012).
G. Tanda dan Gejala
Pada saat kelenjar bartholini terjadi peradangan maka akan membengkak, merah dan
nyeri tekan. Kelenjar bartholini membengkak dan terasa nyeri bila penderita berjalan dan
sukar duduk (Djuanda, 2007). Kista bartholini tidak selalu menyebabkan keluhan akan tetapi
kadang dirasakan sebagai benda yang berat dan menimbulkan kesulitan pada waktu koitus.
Bila kista bartholini berukuran besar dapat menyebabkan rasa kurang nyaman saat berjalan
atau duduk. Tanda kista bartholini yang tidak terinfeksi berupa penonjolan yang tidak nyeri
pada salah satu sisi vulva disertai kemerahan atau pambengkakan pada daerah vulva disertai
kemerahan atau pembengkakan pada daerah vulva (Amiruddin, 2004).
Adapun jika kista terinfeksi maka dapat berkenbang menjadi abses bartholini dengan
gajala klinik berupa (Amiruddin, 2004) :
a. Nyeri saat berjalan, duduk, beraktifitas fisik atau berhubungan seksual.

b. Umunnya tidak disertai demam kecuali jika terifeksi dengan organisem yang ditularkan
melaui hubungan seksual.
c. Pembengkakan pada vulva selam 2-4 hari.

d. Biasanya ada secret di vagina.

e. Dapat terjadi rupture spontan.

Tanda dan gejala yang dapat dilihat pada penderita kista bartolini adalah:

1. Pada vulva : perubahan warna kulit,membengkak, timbunan nanah dalam kelenjar, nyeri
tekan.
2. Pada Kelenjar bartolin: membengkak, terasa nyeri sekali bila penderia berjalan atau
duduk,juga dapat disertai demam.
Kebanyakkan wanita penderita kista bartolini, datang ke rumah sakit dengan keluhan
keputihan dan gatal, rasa sakit saat berhubungan dengan pasangannya, rasa sakit saat buang
air kecil, atau ada benjolan di sekitar alat kelamin dan yang terparah adalah terdapat abses
pada daerah kelamin. Pada pemeriksaan fisik ditemukan cairan mukoid berbau dan
bercampur dengan darah
H. Penatalaksanaan dan Pengobatan
Penatalaksanaan kista bartholini tergantung pada beberapa faktor seperti gejala
klinik nyeri atau tidak, ukuran kista, dan terinfeksi tidaknya kista. Jika kistanya tidak besar
dan tidak menimbulkan ganguan tidak perlu dilakukan tindakan apa-apa. Pada kasus jika
kista kecil hanya perlu diamati beberapa waktu untuk melihat ada tidaknya pembesaran
(Wiknjosastro, 2007).
Kista bartholini tidak selalu menyebabkan keluhan, akan tetapi kadang-kadang
dirasakan sebagai benda berat dan menimbulkan kesulitan pada saat coitus. Jika kistanya
tidak besar dan tidak menimbulkan gangguan, tidak perlu dilakukan tindakan apa-apa.
Dalam hal ini perlu dilakukan tindakan pembedahan, tindakan itu terdiri atas ekstirpasi,
akan tetapi tindakan ini bisa menyebabkan perdarahan. Akhir-akhir ini dianjurkan
marsupisialisasi sebagai tindakan tanpa resiko dan dengan hasil yang memuaskan. Pada
tindakan ini setelah diadakan sayatan dan isi kista dikeluarkan, dinding kista yang terbuka
dijahit pada kulit yang terbuka pada sayatan Tapi kalau kistanya besar dan menyebabkan
keluhan atau terinfeksi menjadi bisul (abses) terapi definitifnya berupa operasi kecil
(marsupialisasi). (Wiknjosastro, 2007)
Marsupialisasi yaitu sayatan dan pengeluaran isi kista diikuti penjahitan dinding
kista yang terbuka pada kulit vulva yang terbuka. Tindakan ini terbukti tidak beresiko dan
hasilnya memuaskan. Insisi dilakukan vertical pada vestibulum sampai tengah kista dan
daerah luar cincin hymen. Lebar insisi sekitar 1,5 – 3 cm, tergantung besarnya kista
kemudian kavitas segera dikeringkan. Kemudian dilakukan penjahitan pada bekas irisan.
Bedrest total dimulai pada hari pertama post operatif (Salim, 2009).

a. Konservatif

Sejumlah tindakan konservatif dapat dilakukan untuk membantu meringankan secara


sementara rasa nyeri yang berat sehubungan dengan infeksi kelenjar atau saluran
bartholini. Misalnya, anjurkan pasien untuk mencuci vulva engan air hangat beberapa
kali sehari. Berikan obat analgesik jika diperlukan. Setelah mengambil kultur,
pertimbangkan untuk memberikan antibiotik spekttrum luas yang efektif melawan
organisme yang tersering ditemukan pada infeksi ini seperti bakteri koliform, klamidia
dan gonokokus.

b. Marsupialisasi

Kadang merupakan terapi terpilih untuk pasien dibawah umur 40 tahun jika tidak di
indikasi eksisi kista. Selain itu marsupialisasi ditujukan untuk mencegah kekambuhan
dimasa mendatang.7

Marsupialisasi kista Bartholini.(I)

Kelenjar Bartholini kanan sangat membesar dan kritik.


Sulkus interlabianya hilang. Suatu insisi dibuat pada
sisi dalam labium minus di perbatasan sepertiga tengah
dan sepertiga posterior (Salim, 2009).

Marsupialisasi kista Bartholini (II)

Setelah kista dikosongkan, pelapisnya dijahit


ke kulit labium minus dengan jahitan terputus halus
sepanjang pinggir luka. Sepotong kasa dimasukkan
ke dalam ostium yang baru dibentuk (Salim, 2009)
c. Mengeksisi Kista Bartholini

Pada saat ini jarang ada keperluan mengeksisi kista Bartholini kecuali jika diduga
karsinoma kelenjar Bartholini, eksisi bisa menjelaskan diagnosis histologi.

Kulit labium minus diinsisi dan tepi luka


ditegangkan. Kemudian dinding kistanya
dikeluarkan secara tajam dengan scalpel (Salim,
2009).

d. Kateter Word

Kateter word biasanya digunakan untuk penanganan kista saluran bartolini dan abses.
Batang karet kateter ini memiliki panjang 1 inchi dan diameter no.10 french foley
catheter. Balon kecil yang ditiup di ujung kateter dapat menahan sekitar 3 ml larutan salin
atau garam. Setelah persiapan steril dan anestesi local, dinding kista atau abses dijepit
dengan forsep kecil, dan mata pisau no 11 digunakan untuk membuat sayatan 5 mm
(menusuk) kedalam kista atau abses. Sayatan harus berada dalam introitus hymenalis
eksternal terhadap daerah dilubang saluran. Jika sayatan terlalu besar, kateter word akan
jatuh keluar. Setelah dibuat sayatan, kateter word dimasukkan, dan ujung balon di
kembangkan dengan 2-3 ml larutan garam yang disuntikkan melalui pusat kateter yang
memungkinkan balon kateter untuk tetap berada di dalam rongga kista atau abses. Ujung
bebas kateter dapat di tempatkan dalam vagina. Untuk memungkinkan ephitelialisasi dari
pembedahan saluran di ciptakan, kateter word dibiarkan pada tempatnya selama empat
sampai enam minggu, meskipun epithelialisasi dapat terjadi segera setelah tiga sampai
empat minggu. Jika kista bartolini atau abses terlalu dalam, penempatan kateter tidak
praktis, dan pilihan laian harus di pertimbangkan (Mast, 2010).
I. Pengkajian Fokus
a. Wawancara

Identitas klien, keluhan utama (nyeri), riwayat obstetrik, riwayat ginekologi, riwayat
perkawinan, pekerjaan, pendidikan, keluhan sejak kunjungan terakhir, pengeluaran
pervaginam, riwayat kehamilan, riwayat persalinan.
b. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)

Tanda-tanda vital: Tekanan darah normal, nadi meningkat (> 100 x/mnt), suhu
meningkat (> 370C), RR normal (16 – 20 x/mnt)
Genitalia: Nyeri pada area genitalia, adanya benjolan lunak dan supel berisi cairan
berwarna kuning dan berbau, adanya perubahan warna kulit, udem pada labia mayor
posterior, adannya pengeluaran cairan pada kelenjar bartolini
c. Pemeriksaan Diagnostik

1) Pemeriksaan darah

2) Pemeriksaan urin

3) Pemeriksaan kultur cairan vagina

d. Terapi

Pemberian antibiotik spektrum luas


J. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian Keperawatan

1) Data biografi pasien

2) Riwayat kesehatan saat ini, meliputi : keluhan utama masuk RS, faktor pencetus, lamanya
keluhan, timbulnya keluhan, faktor yang memperberat, upaya yang dilakukan untuk
mengatasi, dan diagnosis medik.
3) Riwayat kesehatan masa lalu, meliputi : penyakit yang pernah dialami, riwayat alergi,
imunisasi, kebiasaan merokok,minum kopi, obat-obatan dan alkohol
4) Riwayat kesehatan keluarga

5) Pemeriksaan fisik umum dan keluhan yang dialami. Untuk pasien dengan kanker servik,
pemeriksaan fisik dan pengkajian keluhan lebih spesifik ke arah pengkajian obstretri dan
ginekologi, meliputi :
a) Riwayat kehamilan, meliputi : gangguan kehamilan, proses persalinan, lama
persalinan, tempat persalinan, masalah persalinan, masalah nifas serta laktasi, masalah
bayi dan keadaan anak saat ini
b) Pemeriksaan genetalia

c) Pemeriksaan payudara

d) Riwayat operasi ginekologi

e) Pemeriksaan pap smear

f) Usia menarche

g) Menopause

6) Masalah yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi

a) Kesehatan lingkungan/higiene

b) Aspek psikososial meliputi : pola pikir, persepsi diri, suasana hati,


hubungan/komunikasi, kebiasaan seksual, pertahanan koping, sistem nilai dan
kepercayaan dan tingkat perkembangan.
7) Data laboratorium dan pemeriksaan-pemeriksaan penunjang lain

a) Terapi medis yang diberikan

b) Efek samping dan respon pasien terhadap terapi

8) Persepsi klien terhadap penyakitnya

b. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan inkontinitus jaringan sekunder

2) Cemas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses atau tindakanoperasi.

3) Resiko perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan distress
emosional, ketetihan, control nyeri buruk
4) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma pada kulit atau tindakan operasi.

5) Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakit;


keterbatasan kognitif
6) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan dan perubahan perkembangan
penyakit

c. Intervensi Keperawatan

Diagnos Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)


a
1) Nyeri akut NOC : Kontrol Nyeri Setelah  Kaji secara
berhubungan dengan dilakukan komphrehensif tentang nyeri,
pemberian asuhan meliputi: lokasi,
kerusakan inkontinitus keperawatan selama 3x24 jam, karakteristik, durasi,
jaringan sekunder diharapkan respon nyeri frekuensi, kualitas,
pasien dapat intensitas/beratnya nyeri,
terkontrol dengan kriteria hasil dan faktor-faktor
sebagai berikut : pencetus
 Klien mampu mengenal faktor-  observasi isyarat-isyarat
faktor penyebab nyeri, verbal dan non verbal dari
beratnya ringannya nyeri, durasi ketidaknyamanan, meliputi
nyeri, frekuensi dan letak bagian ekspresi wajah, pola tidur,
tubuh yang nyeri nasfu makan, aktifitas dan
 Klien mampu melakukan hubungan sosial.
tindakan pertolongan non-  Kolaborasi pemberian
analgetik, seperti analgetik sesuai dengan
napas dalam, relaksasi dan anjuran.
distraksi  Gunakan komunikiasi
 Klien melaporkan gejala- gejala terapeutik agar pasien dapat
kepada tim kesehatan mengekspresikan nyeri
 Klien mampu  Kaji pengalaman masa lalu

mengontrol nyeri individu tentang nyeri


 Ekspresi wajah klien rileks  Evaluasi tentang
 Klien melaporkan keefektifan dari tindakan
adanya penurunan tingkat mengontrol nyeri yang telah
nyeri dalam rentang sedang digunakan
(skala nyeri: 4 sampai 6) hingga  Berikan dukungan
nyeri ringan (skala nyeri : 1 terhadap pasien dan keluarga
sampai 3)  Berikan informasi
 Klien melaporkan dapat tentang nyeri, seperti:
beristirahat dengan nyaman penyebab, berapa lama
 TTV dalam batas normal terjadi, dan tindakan
pencegahan
 Ajarkan penggunaan teknik
non-farmakologi (seperti:
relaksasi, guided imagery,
terapi musik, dan distraksi)
 Modifikasi tindakan
mengontrol nyeri
berdasarkan respon
pasien
 Anjurkan klien untuk
meningkatkan tidur/istirahat
 Anjurkan klien untuk
melaporkan kepada
tenaga kesehatan jika
tindakan tidak berhasil atau
terjadi keluhan lain

2) Cemas berhubungan NOC: Kontrol Cemas Setelah


NIC:Menurunkan cemas
dengan kurang dilakukan asuhan keperawatann
informasi tentang  Tenangkan pasien dan kaji
kepada pasien
proses atau tingkat kecemasan pasien
tindakanoperasi. selama3x24 jam,
 Jelaskan seluruh
diharapkan pasien
prosedur tindakan kepada
dapat mengkontrol cemas
pasien dan perasaan yang
dengan kriteria hasil sebagai
mungkin muncul pada saat
berikut:
melakukan tindakan
 Perawat memonitor
 Berusaha memahami
tingkat kecemasan pasien
keadaan pasien (rasa empati)
 Klien mampu
 Berikan informasi
menurunkan penyebab- penyebab
tentang diagnosa,
kecemasan
prognosis dan tindakan
 Perawat dan keluarga dapat
dengan komunikasi yang
menurunkan
baik
stimulus lingkungan ketika
 Mendampingi pasien
pasien cemas
untuk mengurangi
 Klien mampu mencari informasi
kecemasan dan
tentang hal-hal yang dapat
meningkatkan kenyamanan
dilakukan untuk menurunkan
 Dorong pasien untuk
kecemasan
menyampaikan tentang isi
 Klien mampu
perasaannya
menggunakan strategi koping
 Ciptakan hubungan
yang efektif
saling percaya
 Klien melaporkan
kepada perawat  Bantu pasien
penurunan kecemasan menjelaskan keadaan yang
 Klien mampu bisa menimbulkan
menggunakan teknik kecemasan
relaksasi untuk  Bantu pasien untuk
menurunkan cemas mengungkapkan hal hal
 Klien mampu yang membuat cemas dan
mempertahankan hubungan dengarkan dengan penuh
social, dan konsentrasi perhatian
 Klien melaporkan kepada  Ajarkan pasien teknik
perawat tidur cukup, tidak ada relaksasi
keluhan fisik akibat kecemasan,  Anjurkan pasien untuk
dan tidak ada perilaku yang meningkatkan ibadah dan
menunjukkan kecemasan berdoa
 Kolaborasi dengan
dokter untuk pemberian
obat-obatan yang
NOC : mengurangi kecemasan
Status nutrisi : intake makanan pasien
3) Resiko perubahan
nutrisi dan minuman Setelah dilakukan
: kurang dari asuhan keperawatann NIC :

kepada pasien selama 3x24 1) Manajemen Nutrisi


kebutuhan tubuh
jam, diharapkan status  Kaji adanya alergi

nutrisi meliputi intake makanan


berhubungan dengan
 Kolaborasi dengan ahli
distressemosional, makanan dan minuman
membaik dengan gizi untuk menentukan
ketetihan, control nyeri
jumlah nutrisi yang sesuai
buruk kriteria hasil sebagai
dengan keadaan
berikut:
pasien
 Adanya peningkatan berat
 Anjurkan pasien
badan sesuai
untuk meningkatkan
intake Fe, protein,
dengan tujuan karbohidrat, dan
 Klien mampu vitamin C
mengidentifikasi kebutuhan  Berikan diet yang
nutrisi mengandung tinggi serat
 Tidak ada tanda tanda malnutrisi untuk mencegah
 Tidak terjadi penurunan berat konstipasi
badan yang berarti  Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi pasien
2) Monitoring nutrisi
 Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
 Berikan lingkungan yang
nyaman dan bersih selama
makan
 Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak selama
jam makan
 Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
 Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
 Monitor mual dan muntah
 Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
 Kaji makanan
kesukaan
 Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
 Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
oral.
 Monitor variasi
makanan yang
dikonsumsi pasien

4) Resiko tinggi infeksi NOC: Pengetahuan:Kontrol infeksi


NIC
berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan
Kontrol Infeksi
trauma pada kulit atau keperawatan kepada pasien selama
 Bersikan lingkungan setelah
tindakan operasi. 3x24 jam, diharapkan pasien dapat
digunakan oleh pasien
menjelaskan kembali cara
 Ganti peralatan pasien setiap
mengkontrol infeksi dengan kriteria
selesai tindakan
hasil sebagai berikut:  Batasi jumlah
 Mampu menerangkan cara-cara pengunjung
penyebaran infeksi  Ajarkan cuci tangan untuk
 Mampu menerangkan factor- menjaga kesehatan individu
faktor yang  Anjurkan pasien untuk cuci
berkontribusi dengan penyebaran tangan dengan tepat
 Mampu menjelaskan tanda-tanda  Gunakan sabun
dan gejala antimikrobial untuk cuci
 Mampu menjelaskan
tangan
 Anjurkan pengunjung untuk
mencuci tangan sebelum dan
setelah
aktivitas yang dapat meninggalkan ruangan
meningkatkan resistensi terhadap pasien
infeksi  Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
pasien
 Gunakan universal
precautions
 Lakukan perawatan
aseptic pada semua jalur IV
 Lakukan teknik
perawatan luka dengan
memperhatikan prinsip
septik dan aseptik
 Anjurkan istirahat
 Kolaborasi pemberian terapi
antibiotik
 Ajarkan pasien dan keluarga
tentang tanda- tanda, gejala
dari infeksi dan cara
pencegahan infeksi

NIC
1) Pembelajaran : proses
NOC
5) Kurang pengetahuan
penyakit
Pengetahuan: proses
berhubungan dengan
penyakit  Kaji tingkat
kurangnya informasi Pengetahuan : prosedur pengetahuan klien tentang
tentang perawatan
penyakit
Setelah dilakukan asuhan
keperawatann kepada pasien  Jelaskan nama
penyakit; keterbatasan selama 3x24 penyakit, proses
kognitif jam, diharapkan pasien dapat penyakit, faktor
menjelaskan kembali tentang
penyebab atau faktor
proses penyakit dan prosedur
perawatan dengan kriteria
hasil sebagai berikut: pencetus, tanda dan gejala, cara
 Pasien mengenal nama
meminimalkan perkembangan
penyakit,
penyakit, komplikasi penyakit dan
proses
cara mencegah komplikas
penyakit,
 Berikan informasi tentang
kondisi perkembangan klien
faktor penyebab atau
 Anjurkan klien untuk melaporkan
faktor pencetus, tanda
tanda dan gejala kepada petugas
dan gejala,
kesehatan
cara
2) Pembelajaran :
meminimalkan
prosedur/perawatan
perkembangan
 Informasikan klien waktu
penyakit, komplikasi pelaksanaan prosedur/perawatan
penyakit dan cara  Informasikan klien lama
waktu
mencegah komplikasi pelaksanaan prosedur/perawatan
 Pasien mengetahui  Kaji pengalaman klien dan tingkat
prosedur perawatan, pengetahuan klien tentang prosedur
tujuan perawatan dan yang akan dilakukan
manfaat tindakan.  Jelaskan tujuan
prosedur/perawatan
 Instruksikan klien utnuk
berpartisipasi selama
28

K. Implementasi
Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan
yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Potter &
Perry, 2010). Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan
implementasi harus berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-faktor lain
yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti & Muryanti, 2017).

L. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan.
Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan
melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya (Padila,
2012). Menurut Setiadi (2012) dalam buku Konsep & penulisan Asuhan
Keperawatan, Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan
terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan pasien,
keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.
29

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN P3 A0 DENGAN POST MARSUPIALISASI
ATAS INDIKASI KISTA BARTHOLINI

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
JURUSAN KEPERAWATAN

Hari/Tanggal : Selasa, 26 Oktober 2021


Jam : 12.00 WIB
Tempat : Ruang Kana
Oleh : Muhammad Sidik S.Tr.Kep
Sumber data : klien, keluarga klien, rekam medik, tim kesehatan lain
Metode : wawancara, pemeriksaan fisik, observasi, studi dokumen

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
a. Nama : Ny. M
b. Umur : 40th 9bln
c. Tempat/Tanggal lahir : Gunungkidul/04-01-1981
d. Agama/kepercayaan : Islam
e. Suku Bangsa : Jawa/Indonesia
f. Pendidikan : SLTP/Sederajat
g. Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga
h. Alamat : Bansari 07/04 Kepek Wonosari
2. Identitas Penanggungjawab
a. Nama : Tn. M
b. Umur : 47th
c. Tempat/Tanggal lahir : Gunungkidul/17-11-1974
d. Agama/kepercayaan : Islam
e. Suku Bangsa : Jawa/Indonesia
f. Pendidikan : SLTP/Sederajat
g. Pekerjaan : Buruh Harian Lepas
h. Hubungan dengan klien : Suami
i. Alamat : Bansari 07/04 Kepek Womosari
30

3. Kesehatan Pasien
a) Keluhan Utama saat Pengkajian
Saat dilakukan pengkajian tanggal 26 Oktober 2021, klien
merasakan nyeri dan tidak nyaman pada luka post op saat bergerak dan saat
mika miki. Pasien mengatakan nyeri pada vagina, nyeri hilang timbul, nyeri
seperti ditusuk-tusuk, skala 6 (nyeri sedang). Klien mengatakan takut
bergerak terlalu banyak karena dapat meningkatkan rasa nyerinya.
Keadaan umum cukup baik, compos mentis, tampak gelisah,
meringis dan menahan nyeri, TD:127/74 mmHg, Nadi:83 x/m, Suhu:
36,4oC, RR:20 x/m. Terpasang infus Ringer Lactac. Tanpa oksigen.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
- Alasan masuk RS :
Klien datang melalui IGD atas rujukan dari Puskesmas dengan keluhan
merasakan ada benjolan di area vagina kurang lebih 1 minggu.
- Riwayat Kesehatan Pasien :
Klien mengalami benjolan dan klien didiagnosa Kista Bartholini
- Riwayat penyakit terdahulu
Klien mengatakan tidak ada riwayat penyakit sebelumnya
c) Genogram

Keterangan :
Laki-laki Tinggal serumah Pasien

Perempuan
Meninggal

Pisah
31

d) Riwayat Kesehatan Keluarga


Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit yang
menular maupu penyakit yang menurun, dan tidak ada anggota keluarga
yang memiliki penyakit yang sama seperti yang diderita klien.
4. Kesehatan Fungsional (11 Pola Gordon)
a) Nutrisi- metabolic
Sebelum masuk rumah sakit klien makan 3 kali sehari, pada saat masuk
rumah sakit klien makan 3 kali sehari. Sebelum masuk rumah sakit klien
minum 4-5 gelas air mineral dan satu gelas teh sehari dan pada saat sakit
klien minum 3-4 gelas air mineral dalam sehari.
b) Eliminasi
Klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit klien BAB 2 hari sekali dan
pada saat di rumah sakit klien BAB 1-2 hari sekali, pada saat pengkajian
klien mengatakan BAB sudah BAB 1 kali pada pagi hari .BAK sebelum
rumah sakit 2-4 kali sehari dan pada saat masuk rumah sakit klien
menggunakan kateter urine, urine yang tertampung kurang lebih 1.000-1.500
cc.
c) Aktivitas /latihan
- Keadaan aktivitas sehari – hari.
Sebelum masuk rumah sakit klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari
secara mandiri tanpa bantuan keluarga. Pada saat masuk rumah sakit
klien hanya terbaring di tempat tidur.
- Keadaan pernafasan
Saat pengkajian respirasi Normal klien 22x/menit.
- Keadaan Kardiovaskuler
Klien tidak memiliki riwayat penyakit jantung.
 Skala ketergantungan
KETERANGAN
AKTIFITAS 0 1 2 3 4
Bathing 2
Toileting 3
Eating 2
Moving 2
Ambulasi 2
Walking 2
32

Keterangan :
0 = Mandiri/ tidak tergantung apapun
1 = dibantu dengan alat
2 = dibantu orang lain
3 = Dibantu alat dan orang lain
4 = Tergantung total
d) Istirahat – tidur
Sebelum masuk rumah sakit klien tidur 6-7 jam satu hari, pada saat masuk
rumah sakit klien hanya tidur 5-6 jam satu hari.
e) Persepsi, pemeliharaan dan pengetahuan terhadap kesehatan
klien memilih mencari bantuan terhadap masalah kesehatanya kepada
tenaga medis dan berobat ke fasilitas kesehatan terdekat. Klien percaya
dengan pengobatan tenaga medis adalah yang terbaik dan dapat
dipertanggungjawabkan.
f) Pola Toleransi terhadap stress-koping
Klien menyelesaikan masalah dengan berdiskusi dengan anggota keluarga.
Serta beribadah untuk menenangkan pikiran dan hatinya.
g) Pola hubungan peran
Klien mengatakan hubungan peran dan komunikasi klien dengan keluarga,
teman, dan tetangga berjalan baik dan lancar.
h) Kognitif dan persepsi
Klien mengatakan memahami penyakit yang dialaminya sekarang. klien
mengatakan percaya bahwa penyakitnya adalah cobaan dari Tuhan untuk
membuat dirinya lebih kuat dan sabar. Klien juga percaya tenaga kesehatan
mampu menyembuhkan penyakit yang dialaminya sekarang.
i) Persepsi diri-Konsep diri
- Gambaran Diri
Klien mengatakan puas terhadap fisik yang dimilikinya sekarang.
- Harga Diri
Klien mengatakan ia sangat senang puas terhadap dirinya sendiri
- Peran Diri
Klien adalah ibu rumah tangga dikeluarganya, istri dari suaminya, ibu dari
anak-anaknya.
33

- Ideal Diri
Klien mengatakan ingin sembuh dan menjadi ibu sebagai ibu ruamh
tangga di keluarganya dan dapat menjalani aktivitas sehari-harinya dengan
normal.
- Identitas Diri
Klien ibu rumah tangga, mepuanyai 3 anak ( 3 putra )
j) Reproduksi dan kesehatan
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit yang berkaitan dengan
reproduksi, klien memiliki 3 orang anak.
k) Keyakinan dan Nilai
Klien taat beribadah dan memeluk keyakinan agama islam.
b. Discharge Planning/Perencanaan Pulang
1. Mengatur diet sehat dan pola makan yang bergizi
2. Menerapkan konsumsi buah dan sayur
3. Mengurangi konsumsi makanan yang berlemak
4. Rutin kontrol dan minum obat sesuai jadwal yang ditentukan
5. Terapkan gaya hidup sehat seperti rajin berolah raga
c. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Kesadaran : Composmentis
2) Status Gizi :TB = 148cm
BB = 55Kg

IMT = 25,1

(Gizi baik)

3) Tanda Vital : TD = 127/74 mmHg Nadi = 83 x/mnt


Suhu = 36,4 °C RR = 20 x/mnt
34

4) Skala Nyeri (Visual analog) – usia > 8 tahun

Skala Nyeri (Baker Faces) – usia 3-8 th

Tidak sakit Sedikit AgakMengganggu Sangat Nyeri tak


Nyeri menggangu aktivitas menggangu tertahankan

Ket : beri tanda O

b. Pemeriksaan Secara Sistematik (Cephalo – Caudal)


1) Kulit
Kulit tidak tampak kemerahan, tidak terdapat lesi pada kulit, warna kulit
sawo matang.
2) Kepala
Kepala tampak simetris, tidak terdapat bejolan dan lesi di bagian kepala
tidak terdapat nyeri tekan dan inflamasi.
3) Leher
Bentuk leher tampak simetris tidak terdapat kemerahan dan nyeri tekan,
tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid.
4) Tengkuk
Tengkuk tampak normal, tidak terdapat nyeri tekan, lesi dan inflamasi.
5) Dada
a) Inspeksi
Bentuk dada tampak simetris, tidak terdapat lesi dan tidak terdapat
memar/jejas, tidak terdapat bercak-bercak kemerahan.
b) Palpasi
Tidak terdapat massa dan benjolan dan tidak terdapat nyeri tekan
c) Perkusi
35

Tidak terdapat nyeri tekan


d) Auskultasi
Terdengar suara vaskular dan tidak terdapat suara yang tidak normal.
6) Payudara
Payudara tampak simetris, tidak terdapat bercak kemrahan, tidak terdapat
benjolan dan nyeri tekan.
7) Punggung
Punggung tampak simetris, tidak terdpat lesi, jejas dan nyeri tekan.
8) Abdomen
a) Inspeksi
Abdomen tampak tidak terdapat pembesaran, tidak terdapat bercak
kemerahan diseluruh bagian abdomen.
b) Auskultasi
Bunyi peristaltik usus 13 kali per menit
c) Perkusi
Tidak terdapat nyeri tekan
d) Palpasi
Supel, tidak nyeri tekan dan kelainan pada abdomen
9) Anus dan Rectum
Tidak terdapat nyeri tekan dan inflamasi pada anus, tidak terdapat
benjolan pada anus.
10) Genetalia
Genetalia tampak perban dan jahitan post pembedahan, bersih dan terdapat
nyeri tekan pada bagian genetalia, tidak terdapat edema Ekstremitas
a) Atas
Kekuatan otot ektermitas atas 5 kiri 5 kanan (normal) tidak terdapat
atrofi otot ektermitas atas
b) Bawah
Kekuatan otot ektermitas bawah 5 kiri 5 kanan (normal) tidak terdapat
atrofi otot ektermitas atas
36

Pengkajian VIP score (Visual Infusion Phlebithis) Skor visual flebitis


pada luka tusukan infus :

Tanda yang ditemukan Skor Rencana Tindakan


Tempat suntikan tampak sehat 0 Tidak ada tanda flebitis
- Observasi kanula
Salah satu dari berikut jelas: 1 Mungkin tanda dini flebitis
 Nyeri tempat suntikan - Observasi kanula
 Eritema tempat suntikan
Dua dari berikut jelas : 2 Stadium dini flebitis
 Nyeri sepanjang kanula - Ganti tempat kanula
 Eritema
 Pembengkakan
Semua dari berikut jelas : 3 Stadium moderat flebitis
 Nyeri sepanjang kanula  Ganti kanula
 Eritema  Pikirkan terapi
 Indurasi
Semua dari berikut jelas : 4 Stadium lanjut atau awal
tromboflebitis
 Nyeri sepanjang kanula
 Eritema  Ganti kanula
 Indurasi  Pikirkan terapi
 Venous cord teraba
Semua dari berikut jelas : 5 Stadium lanjut tromboflebitis
 Nyeri sepanjang kanula  Ganti kanula
 Eritema  Lakukan terapi
 Indurasi
 Venous cord teraba
 Demam

*)Lingkari pada skor yang sesuai tanda yang muncul

Intervensi pencegahan risiko jatuh (beri tanda Tgl


v)
1. Pastikan bel/phpne mu
2. dah terjangkau atau pastikan V
ada kelaurga yang menunggu
Risiko rendah 3. Roda tempat tidur pada posisi
V
(RR) dikunci
4. Naikan pagar pengaman
V
tempat tidur
5. Beri edukasi pasien V
37

1. Lakukan semua pencegahan


V
risiko jatuh rendah
2. Pasang stiker penanda
berwarna kuning pada gelang V
identifikasi
3. Kunjungi dan monitor setiap
V
Risiko tinggi shif
(RT) 4. Penggunaan
V
kateter/pispot/tolet duduk
5. Strategi mencegah jatuh
dengan penilaian jatuh yang V
lebih detail
6. Libatkan keluarga untuk
V
menunggu pasien
Nama/paraf Sidik

d. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Patologi Klinik
Tabel 3.4 Pemeriksaan laboratorium Tn. M di Ruang Kana di Rumah Sakit
Wonosari Yogyakarta Tanggal 25 Oktober 2021
Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil (satuan) Normal
Pemeriksaan
31 Agustus Lk. 14-18 gr%
2021 Hemoglobin
12,7 Pr. 12- 16 gr%
6600 Lk. 4700-10300/µL
A.Leukosit
Pr. 4300-11400/µL
Eos 0 2-4%
Bas 0 0-1%
Stab 3
Hemogram
Seg 54 50-57%
Limp 41 25-40%
Mon 2 3-7 %
4,5 Lk. 4-5 jt/µL
A.Eritrosit
Pr. 4,4-5,5 jt/µL
Trombosit 186.000 150.000-450.000/µL
HCT/HMT Lk. 44%
38 Pr. 37%
38

Golongan darah AB
Glukosa sesaat 113 80-140 mg/dL
(Sumber Data Sekunder : RM Pasien )
e. Terapi
Tabel 3.6 Pemberian Terapi Pasien Ny.M di Ruang Kana Rumah Sakit Wonosari
Hari / Obat Dosis dan Rute Jam pemberian
Tanggal Satuan
Senin 25 Ceftriaxone 1gr /12jam IV 09.00 & 21.00WIB
Oktober
Ferrous sulfate 200 mg/12 jam PO 10.00 & 22.00 WIB
2021
Vitamin C 250mg/ 12jam PO 10.00 & 22.00 WIB
Ibufrofen 400 mg/8 jam PO 07.00, 15.00 & 23.00
WIB
(Sumber Data Sekunder : RM Pasien)

A. ANALISA DATA
39

Tabel 3.7 Analisa Data


Pasien Ny.M di Ruang Kana Rumah Sakit wonosari

DATA PENYEBAB MASALAH


S:
- klien mengatakan nyeri pada Agen pencedera fisik Nyeri Akut
bagian post op terasa seperti (prosedur pembedahn) (D.0077)
tertusuk-tusuk, nyeri terasa saat
bergerak, skala nyeri 6(nyeri
Sedang).
- klien mengatakan mengubah
posisi kekiri dan terlentang
secara bergantian

D0 :
- Wajah klien tampak
meringis menahan nyeri.
- Tanda-tanda vital
TD = 127/74 mmHg
Nadi = 83x/mnt
Suhu = 36,4 °C
RR = 20 x/mnt
40

DS : Nyeri Gangguan
- Klien mengatakan takut Mobilitas Fisik
bergerak terlalu banyak (D.0054)
karena dapat meningkatkan
rasa nyerinya.
DO :
- klien tampak hanya
berbaring ditempat tidur
dan tampak lemah.
- Terpasang kateter urine
- Terpasang infus dengan
cairan RL( Ringer Lacktat)
- Tanda-tanda vital
TD = 127/74 mmHg
Nadi = 83x/mnt
Suhu = 36,4 °C
RR = 20 x/mnt

Efek Prosedur Invasif Risiko Infeksi


DS : (D.0142)
-
DO :
- Leukosit 6600/µL
- Terdapat luka post oprasi di
bagian vagina
- Klien tampak terbaring
ditempat tidur
- Tanda-tanda vital
TD = 127/74 mmHg
Nadi = 83x/mnt
Suhu = 36,4 °C
RR = 20 x/mnt

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASAR PRIORITAS


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur pembedahan)
(D.0077)
2. Gangguan mobilitas fisik (D.0054)berhubungan dengan nyeri
3. Risiko infeksi (D.0142) berhubungan degan efek prosedur invasif
41

C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
Nama Pasien / NO CM : Ny.M/0020xxxx Ruang: Kana

Hari Perencanaan
Diagnosa Nama Paraf
tgl/jam Tujuan Rencana Tindakan
selasa, Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.08238)
26/10/21 berhubungan keperawatan 3x24 jam, Observasi:
12.00 wib dengan agen diharapkan nyeri yang dirasakan 1. lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
pencedera klien berkurang. kualitas, intensitas nyeri
fisiologis Kriteria Hasil: 2. Identifikasi skala nyeri
(neoplasma) (L.08066) 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
(D.0077) 1. Skala nyeri cukup menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat
dengan skala 3 dan memperingan nyeri
2. Keluhan nyeri cukup 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
menurun tentang nyeri
3. Keluhan tidak nyaman 6. Monitor keberhasilan terapi
menurun komplementer yang sudah diberikan
7. Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik:
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi:
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri Muhammad Sidik
42

2. Jelaskan strategi meredakan nyeri


3. Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
4. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Selasa, Gangguan Setelah dilakukan tindakan Dukungan mobilisasi (I.05173)
26/10/21 mobilitas fisik keperawatan 3x24 jam, Observasi:
13.00 wib berhubungan hambatan mobilitas fisik 1. Identifikasi adanya nyeri dan keluhan
dengan nyeri berkurang, dapat beraktivitas fisik lainnya
(D.0054) secara mandiri. 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
Kriterian Hasil: pergerakan
(l.05042) 3. Monitor kondisi umum selama
1. Nyeri menurun dengan skala melakukan mobilisasi
3 Terapeutik:
2. Gerakan terbatas menurun 1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan
3. kemampuan dalam gerakan alat bantu
fisik dari satu atau lebih 2. Fasilitasi melakukan pergerakan
ekstermitas secara mandiri 3. Libatkan keluarga untuk membantu
klien dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi: Muhammad Sidik
1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
Anjurkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan ( misalkan duduk ditempat tidur,
duduk di sisi tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
Selesa Risiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan Tindakan
26/10/21 berhubunugan keperawatan 3x24 jam, tingkat 1. Monitor tanda tanda infeksi
13.30 dengan Efek infeksi menurun, dapat Terapeutik
WIB prosedur beraktivitas secara mandiri. 1. Berikan suplemen vitamin dan
Invasif Kriterian Hasil: mineral (mis. Vit A, Vit C, Zinc dan
43

(D.0142) 1. Nyeri menurun dengan Asam Mino,jika perlu


skala 3 Edukasi
2. Kultur Area luka 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
membaik 2. Anjurkan mengkonsumsi makanan
tinggi kalori dan protein
3. Ajarkan perawatan luka secara
mandiri
Kolaborasi
1. Kolabosari pemberian antibiotic,jika Muhammad Sidik
perlu
44

D. PELAKSANAAN DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien / NO CM: Ny.M/0020xxxx Ruang : Kana


Hari/ Tgl/ DIAGNOSA
PELAKSANAAN EVALUASI NAMA & PARAF
Jam KEPERAWATAN
Senin, Nyeri akut Manajemen nyeri (I.08238) 1. Klien klien mengatakan lokasi,
26/10/21 berhubungan dengan Observasi: durasi, frekuensi, kualitas, dan
agen pencedera fisik 1. Menanyakan lokasi, karakteristik, durasi, intensitas nyerinya dengan jelas
12.00 wib (prosedur frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 2. Klien mengatakan skala
pembedahan) 2. Mengidentifikasi skala nyeri nyerinya 6
(D.0077) 3. Mengidentifikasi respon nyeri non 3. Klien tampak meringis dan
verbal mengaduh kesakitan
4. Mengidentifikasi faktor yang 4. Klien mengatakan nyeri akan
memperberat dan memperingan nyeri terasa memberat jika dia
Terapeutik: bergerak dan salah posisi
5. Mengatur lingkungan yang nyaman berbaring.
dengan memasang tirai pembatas 5. Klien tampak nyaman saat tirai
Kolaborasi: pembatas dipasang Muhammad Sidik
1. Memberikan terapi farmakologik 6. Klien mengatakan nyerinya
berkurang setelah diberikan
analgetik
terapi.
45

Gangguan mobilitas Observasi: 1. Klien kooperatif saat diberikan


fisik berhubungan 1. Mengidentifikasi toleransi fisik tindakan
dengan nyeri (D.0054) melakukan pergerakan 2. Klien kooperatif saat diberikan
2. Memonitor kondisi umum selama tindakan
melakukan mobilisasi 3. Mendampingi klien saat
Selasa, Terapeutik: melakukan pergerakan
26/10/21 1. Memfasilitasi melakukan pergerakan 4. Keluarga mendampingi klien
2. Melibatkan keluarga untuk membantu selama melakukan aktivitasnya
13.00 wib klien dalam meningkatkan pergerakan 5. Klien mau mendengarkan dan
Edukasi: melakukan apa yang dianjurkan
1. Menganjurkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan ( misalkan duduk
ditempat tidur, duduk di sisi tempat
tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi) Muhammad Sidik
Risiko Infeksi Tindakan 1. Klien kooperatif saat diberikan
berhubunugan dengan 1. Monitor tanda tanda infeksi tindakan
Efek prosedur Invasif Terapeutik 2. Klien kooperatif saat diberikan
(D.0142) 1. Berikan suplemen vitamin dan tindakan
mineral (mis. Vit A, Vit C, Zinc dan 3. Klien mengerti saat di berikan
Asam Mino,jika perlu penjelasan
Selasa,
Edukasi 4. Klien kooperatif dan
26/10/21
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi mendengarkan saat di berikan
2. Anjurkan mengkonsumsi makanan penjelasan
13.30 wib
tinggi kalori dan protein 5. Klien mau mendengarkan dan
3. Ajarkan perawatan luka secara melakukan apa yang dianjurkan
mandiri 6. Klien mengatakan nyerinya
Kolaborasi berkurang setelah diberikan
1. Kolabosari pemberian antibiotic,jika terapi.
perlu Muhammad Sidik
38

E. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien/No. C.M : Ny.M/0020xxxx Ruang : Kana
Hr/
Jam
Tgl/ Jam/ Dx.Kep Pelaksanaan Evaluasi
(Wib) (S O A P)
Shif

Selasa, Dx.1 12.00 1. Menanyakan lokasi, karakteristik, durasi, S:


26/10/21 12.13 frekuensi, kualitas, intensitas nyeri Klien mengatakan nyeri berkurang
2. Mengidentifikasi skala nyeri O:
Pagi 12.20 3. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal 1. Keadaan umum klien tampak baik
12.30 4. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan 2. Kesadaran klien compos mentis
memperingan nyeri 3. Tanda-tanda vital
12.45
5. Mengatur lingkungan yang nyaman dengan TD = 120/78 mmHg
memasang tirai pembatas Nadi = 82 x/mnt
12.50 6. Memberikan terapi farmakologik analgetik Suhu = 35,9 °C
RR = 20 x/mnt
4. Skala nyeri 5
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi :
a. Mengidentifikasi skala nyeri
b. Mengidentifikasi respon nyeri non
verbal
Dx.2 13.00 1. Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan S :
pergerakan Klien mengatakan susah begerak karena
39

13.10 2. Memonitor kondisi umum selama melakukan nyeri


mobilisasi O:
13.20
3. Memfasilitasi melakukan pergerakan 1. Membantu klien untuk miring ke
13.30 4. Melibatkan keluarga untuk membantu klien dalam kiri dan ke kanan
meningkatkan pergerakan 2. Keadaan umum klien tampak baik
3. Kesadaran klien compos mentis
4. Tanda-tanda vital
TD = 120/78 mmHg
Nadi = 82x/mnt
Suhu = 35,9 °C
RR = 20 x/mnt
A:
Masalah belum teratasi
P:
Lanjutkan intervensi:
- Memfasilitasi melakukan
- pergerakan
Dx.3 13.30 1. Memonitor tanda tanda infeksi S:
13.35 2. Memberikan suplemen vitamin dan mineral (mis. - Klien mengatakan masih nyeri di
13.42 Vit A, Vit C, Zinc dan Asam Mino,jika perlu bagian post op
3. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
13.47 - Klien mengatakan belum terlalu
4. Menganjurkan mengkonsumsi makanan tinggi
kalori dan protein paham dengan perawatan luka
13.53 5. Mengajarkan perawatan luka secara mandiri - Klien mengerti tentang tanda dan
14.00 6. Mengkolabosari pemberian antibiotik,jika perlu gejala infeksi
O:
- Tidak ada tampak tanda dan
gejala infeksi
40

- Tampak luka post op di bagian


vagina
A : masalah belum tertasi
P : lanjutkan intervensi
- Memonitor tanda tanda infeksi
- Berikan suplemen vitamin dan
mineral
- Mengajarkan perawatan luka
secara mandiri
- Mengkolaborasi pemberian
antibiotik
Perawat
Muhammad Sidik
Rabu, 27/10/21 Dx.1 10.00 1. Menanyakan lokasi, karakteristik, durasi, S :
10.12 frekuensi, kualitas, intensitas nyeri klien mengatakan nyeri berkurang dan
pagi
2. Mengidentifikasi skala nyeri tidak seperti kemarin saat sehabis op
10.20 3. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal O:
10.30 4. Mengidentifikasi faktor yang memperberat dan 1. Tanda-tanda vital
memperingan nyeri TD = 113/71 mmHg
10.35
5. Mengatur lingkungan yang nyaman dengan Nadi = 85 x/mnt
10.40 memasang tirai pembatas Suhu = 36,5 °C
6. Memberikan terapi farmakologik analgetik RR = 21 x/mnt
2. Keadaan umum klien tampak
membaik dari sebelumnya
3. Skala nyeri 3
A:
Masalah teratasi sebagian
41

P:
Lanjutkan intervensi :
1. Mengidentifikasi skala nyeri
2. Mengidentifikasi respon nyeri non
verbal

Perawat
Muhammad Sidik

Dx.2 11.00 1. Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan S :


pergerakan - Klien mengatakan nyaman
11.05
2. Memonitor kondisi umum selama melakukan bergerak karena nyerinya
11.15 mobilisasi berkurang
3. Memfasilitasi melakukan pergerakan - Klien mengatakan sudah bisa
11.25
4. Melibatkan keluarga untuk membantu klien dalam duduk dan bergerak lebih leluasa
meningkatkan pergerakan dari sebelumnya
O:
1. Klien tampak duduk
2. Tanda-tanda vital
TD = 113/71 mmHg
Nadi = 85 x/mnt
Suhu = 36,5 °C
RR = 21 x/mnt
A : Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi

Perawat
42

Muhammad Sidik

Dx.3 11.30 1. Memonitor tanda tanda infeksi S:


11.35 2. Memberikan suplemen vitamin dan mineral - Klien mengatakan masih nyeri
11.42 (mis. Vit A, Vit C, Zinc dan Asam Mino,jika berkurang dengan skala 3
perlu
11.47 - Klien dan keluarga mengatakan
3. Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
4. Menganjurkan mengkonsumsi makanan tinggi paham dengan perawatan luka
11.53 kalori dan protein mandiri
12.00 5. Mengajarkan perawatan luka secara mandiri O:
6. Mengkolabosari pemberian antibiotik,jika - Tidak ada tampak tanda dan
perlu gejala infeksi
- Tampak luka post op di bagian
vagina
A : masalah teratasi
P : hentikan intervensi

Perawat
Muhammad Sidik
43

BAB IV
KESIMPULAN

A. KESIMPULAN
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan, penulis dapat
menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Setelah melakukan pengkajian terhadap pasien dan keluarga Ny. M,
penulis memperoleh hasil atau data yang mengarah pada masalah Post
Marsupialisasi
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus postpartum ini yaitu:
 Nyeri Akut (D.0077) b.d Agen Pencedera fisik prosedur
pembedahan
 Mobilitas fisik b.d nyeri
3. Dalam menyusun rencana keperawatan Ny. M pada kasus Post
Marsupialisasi, penulis menggunakan format yaitu pengumpulan data,
masalah di mana intervensi yang di terapkan mencakup semua kriteria
dalam penerapan rencana keperawatan sesuai dengan teori.
4. Setelah menyelesaikan tahap evaluasi, maka penulis memilih bahwa
masalah yang dihadapi oleh Ny. M teratasi sebagian sampai pada hari
rawatan ke-3, skala nyeri mengalami penurunan dari skala 6 menjadi
skala 3.
5. Diagnosa Keperawatan yang teratasi selama dirumah sakit: gangguan
mobilitas Fisik dan Risiko Infeksi
6. Diagnosa Keperawatan yang teratasi sebagian selama dirumah sakit:
Nyeri Akut
7. Hasil konsultasi dokter, Keadaan umum baik, tanda-tanda vital
normal, pasien diperbolehkan pulang dengan catatan melakukan
pemeriksaan ke klinik kandungan pada tanggal 01/11/2021. Terapi
yang diberikan saat pulang yaitu:
a. Ibuprofen 400mg 3x1 tiap 8 jam setelah makan
b. Cetirizine 1x1 tiap 24 jam malam setelah makan
44

c. Vitamin C 500mg 1x 1/2 tiap 24 jam setelah makan


d. Furo Fumarat 2x1 tiap 12 jam setelah makan
e. Cefadroxil 500 2x1 tiap 12 jam setelah makan habiskan
f. Asamefenamat 500 3x1 tiap 8 jam setelah makan
45

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Bari Saifuddin. 2011. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan


Maternal Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo

Ai Yeyeh, Rukiyah, dkk. et al. (2010). Asuhan Kebidanan 1. Jakarta: CV. Trans
InfoMedia.

Ambarwati, E, R, Diah, W. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha


Medika

Andarmoyo, Sulistyo. 2013. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta:


Ar-Ruzz Media

Anggraini, Yetti. 2010. Asuhan kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Pustaka


Rihama

APN, (2014). Buku Acuan Persalinan Normal. JNPK-KR: Jakarta

Ari Sulistyawati, (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. ANDI.
Yogyakarta

Akhmad, S.A. 2008. Panduan Lengkap Kehamilan, Persalinan, dan Perawatan


Bayi. Jogjakarta: DIGLOSSIA MEDIA

SDKI, T. Po. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (1st Ed.; PPNI,
Ed.). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat.

SIKI, T. P. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (II). Jakarta: DPP


PPNI.

SLKI, T. Po. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (I). Jakarta: DPP
PPNI

Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice.


Edisi 7. Vol. 3. Jakarta: EGC

Prasetyo, S. N. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta:


Graha Ilmu

Rosyidi, K. 2013. Muskuloskeletal. Jakarta: Trans Info Media.

Marmi. 2012. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas “Peurperium Care”.


Yogyakarta pustaka pelajar.
46

WHO.World Health Statistics 2015: World Health Organization:2015

Anda mungkin juga menyukai