Anda di halaman 1dari 77

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NY.E.

W UMUR 18 TAHUN
GI P0 A0 USIA KEHAMILAN 38 MINGGU 3 HARI INPARTU
KALA I FASE AKTIF DENGAN HEPATITIS B
DI KLINIK AHBS PAPUA

Disusun oleh :

NAMA
 Kusmawati Hasanah  Marianti
 Petronela  Wilemfrida
 Nipelina Soll  Yopina
 Naomi Kansai  Yuliana P. Kim
 Martha Wally  Helena Mansawan

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) JAYAPURA


PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDNAAN
TAHUN AJARAN 2022/2023

1
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NY.E.W UMUR 18 TAHUN
GI P0 A0 USIA KEHAMILAN 38 MINGGU 3 HARI INPARTU
KALA I FASE AKTIF DENGAN HEPATITIS B
DI KLINIK AHBS PAPUA

Disahkan dan disetujui


Oleh :

Pembimbing Akademik pembimbing Lahan/CI

(Wiwit Vitania, S.ST.,M.keb) (Sisilia Samber, A.md.keb)


NIDN. 1409108002 NIP. 199309072020102001

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta

hidayahNya kepada kita semua. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah

kelompok yang berjudul “Asuhan kebidanan pada ibu bersalin Ny. E.W umur 18 tahun

GIP0A0 usia kehamilan 38 minggu 3 hari inpartu kala I fase aktif dengan hepatitis B ”

makalah ini di buat bertujuan untuk menambah wawasan di bidang kesehatan khususnya

kesehatan ibu dan anak terutama dalam asuhan kebidanan bersalin serta sebagai tugas

kelompok dalam praktek klinik kebidanan (PKK) III

Dalam penyusunan makalah ini kami mendapat arahan dan bimbingan dari berbagai

pihak oleh karena itu kami ucapkan terima kasih kepada :

1. Ns. Viertianingsih Patunggo,S.Kep.,MSN sebagai ketua STIKES Jayapura

2. Eftyaningrum Dwi Wahyu Astutik, M.Tr.Keb sebagai ketua Prodi D-III Kebidanan.

3. Wiwit Vitania, S.ST.,M.Keb selaku pembimbing akademik

4. Rachel De Fretes Manoach, S.Pd.,M.Si selaku Direktur Klinik AHBS PAPUA

5. Dokter Christian Maxy SpOG selaku dokter penanggung jawab pelayanan di klinik AHBS

PAPUA

6. Sisilia Dian Septiningsih Samber, A.Md.keb selaku Bidan Koordinator Klinik AHBS

Papua sekaligus sebagai pembimbing lahan

Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu kritik dan saran

di harapkan untuk membangun kesempurnaan makalah ini. Demikian, bila ada

kekurangan dalam penyusunan atau penulisan makalah ini kami ucapkan mohon maaf

yang sebesar-besarnya

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iv
BAB 1. PENDAHULUAN...................................................................................5
A. Latar belakang...........................................................................................5
B. Rumusan masalah......................................................................................6
C. Tujuan........................................................................................................6
D. Manfaat......................................................................................................6
BAB II. TINJAUAN TEORI ..............................................................................7
A. Konsep Dasar Persalinan........................................................................7
1. Pengertian persalinan..........................................................................7
2. Sebab-sebab mulainya persalinan.......................................................7
3. Tahapan persalinan..............................................................................8
4. Factor-faktor yang mempengaruhi persalinan..................................10
5. Tanda-tanda persalinan......................................................................11
6. Perubahan fisiologis persalinan........................................................12
7. Perubahan psikologis persalinan.......................................................20
8. Partograph.........................................................................................20
9. Asuhan persalinan.............................................................................23
B. Konsep Dasar Hepatitis B.....................................................................34
1. Pengertian hepatitis...........................................................................34
2. Jenis-jenis hepatitis...........................................................................35
3. Penyebab dan cara penularan hepatitis.............................................39
4. Gejala hepatitis B..............................................................................39
5. Diagnosa hepatitis B.........................................................................41
6. Pencegahan.......................................................................................41
7. Penatalaksanaan................................................................................43
8. Pengobatan........................................................................................45
BAB III. TINJAUAN KASUS...........................................................................46
BAB IV. PEMBAHASAN..................................................................................68
BAB V. PENUTUP.............................................................................................74

4
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Persalinan normal menurut World health organization (WHO) adalah persalinan
dengan presentase janin belakang kepala yang berlangsung secara spontan dengan lama
persalinan dalam batas normal, beresiko rendah sejak awal persalinan hingga partus pada
usia cukup bulan yaitu 37-42 minggu. Tujuan asuhan persalinan normal yaitu
mengupayakan kelangsungan hidup serta mencapai derajat Kesehatan yang tinggi bagi
ibu dan bayinya melalui berbagai upaya yang terintergrasi dan lengkap serta intervensi
minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga secara optimal
(Jamilah dan Madinah, 2021).
Penyakit hepatitis merupakan masalah Kesehatan masyarakat di dunia termasuk
Indonesia. Indonesia merupakan negara dengan endemisitas tinggi hepatitis B terbesar
kedua dinegara South East Asian Region (SEAR) setelah Myanmar. Virus Hepatitis B
telah menginfeksi sejumlah 2 miliar orang di dunia. Ibu hamil beresiko mengalami
kematian, di dunia dan negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. Data statistic
menyebutkan bahwa 99% ibu meninggal karena kehamilan dan persalinan. Salah satu
Infeksi yang dapat menyerang ibu hamil adalah hepatitis B.
Data Riskesdas tahun 2018 menunjukan Persentase Ibu hamil HBsAg reaktif yaitu
sebanyak 2,21 %, dengan wilayah yang tertinggi yaitu Nusa tenggara barat (6,15%),
kemudian Nusa Tenggara Timur (5,26%) dan papua (3,92%.) (kemenkes, 2018).
Penularan dari ibu ke bayi sebagian besar dapat di cegah dengan imunisasi. Pemerintah
telah menaruh perhatian besar terhadap penularan vertical virus hepatitis B dengan
pembuatan program pemberian vaksinasi hepatitis B bagi semua bayi yang lahir di
fasilitas pemerintah, tanpa mengetahui bayi tersebut lahir dari ibu dengan HbsAg positif
atau tidak (Prawirohardjo, 2018).
Rendahnya pemeriksaan atau skrining hepatitis B pada wanita hamil dapat
meningkatkan risiko penularan secara vertikal. Penularan infeksi VHB dapat terjadi
dengan 2 cara, yaitu penularan horizontal dan vertikal. Penularan horizontal VHB dapat
melalui penularan perkutan, melalui selaput lendir atau mukosa. Penularan vertikal atau
mother-to-child-transmission (MTCT) terjadi jika ibu hamil penderita hepatitis B akut
atau pengidap persisten HBV menularkan ke bayi yang dikandungnya atau
dilahirkannya. Penularan HBV vertikal dapat dibagi menjadi penularan VHB in-utero,

5
penularan perinatal, dan penularan postnatal. Mekanisme penularan VHB in-utero
sampai sekarang belum diketahui pasti, karena salah satu fungsi plasenta adalah proteksi
terhadap bakteri atau virus. Bayi dikatakan mengalami infeksi inutero jika dalam 1 bulan
postpartum sudah menunjukkan HBsAg positif dan DNA VHB.
Penularan perinatal adalah penularan yang terjadi pada saat persalinan. Sebagian
besar ibu dengan HbsAg positif akan menularkan infeksi Hepatitis B vertikal kepada
bayi yang dilahirkannya sedangkan ibu yang antiHBV positif tidak akan menularkannya.
Penularan postnatal terjadi setelah bayi lahir misalnya melalui ASI yang diduga tercemar
oleh HBV lewat luka kecil dalam mulut bayi. Pada kasus persalinan lama cenderung
meningkatkan penularan vertikal (lebih dari 9 jam)

B. Rumusan masalah
Bagaimana melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin Ny. E.W umur 18 tahun
GIP0A0 usia kehamilan 38 minggu inpartu kala I fase aktif dengan hepatitis melalui
pendekatan manajemen 7 langkah varney dan SOAP sebagai data perkembangan

C. Tujuan
a. Tujuan umum
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin Ny.E.W umur 18 tahun
GIP0A0 usia kehamilan 38 minggu inpartu kala I fase aktif dengan hepatitis B melalui
manajemen asuhan kebidanan menurut 7 langkah varney dan SOAP sebagai data
perkembanganya
b. Tujuan khusus
Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan metode manajemen asuhan
kebidanan 7 langkah varney dan SOAP sebagai data perkembanganya.

D. Manfaat
a. Bagi mahasiswa
Sebagai penerapan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan dan mendapatkan
pengalaman dalam melaksanakan asuhan kebidanan secara langsung kepada ibu
bersalian Ny.E.W dengan hepatitis B
b. Bagi klinik AHBS PAPUA
Dapat menjadi sumber informasi dalam pengelola Kesehatan khususnya dalam asuhan
kebidanan bersalin dengan hepatitis B Klinik AHBS PAPUA

6
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Persalinan

1. Pengertian

Persalinan adalah rangkaian peristiwa keluarnya bayi yang sudah cukup

berada dalam Rahim ibunya, dengan diikuti keluarnya plasenta dan selaput janin

dari tubuh ibu. Persalinan spontan adalah persalinan yang berlangsung dengan

adanya kekuatan ibu melalui jalan lahirnya

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang

terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi

baik pada ibu maupun pada janinnya

2. Sebab-sebab Mulainya Persalinan

a. Penurunan kadar Progesterone

Pada saat 1-2 minggu sebelum persalinan dimulai terjadi penurunan

kadar hormone estrogen dan progesterone. Dan akan menyebabkan

kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesterone

menurun

b. Teori Oxytocin

Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu, timbul

kontraksi otot-otot Rahim

c. Ketegangan otot-otot

Seperti halnya dengan kandung kemih dan lambung bila dindingnya

teregang karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk

7
mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan Rahim, maka dengan majunya

kehamilan makin teregang otot-otot Rahim makin rentan

d. Pengaruh Janin

Hipofisis dan kelenjar-kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga

memegang peranan karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama

dari biasa

e. Teori Prostaglandin

Prostaglandin dihasilkan oleh desidua,meningkat sejak usia kehamilan

15 minggu. Peningkatan kadar prostaglandin dapat memicu kontraksi otot

Rahim saat kehamilan sehingga dapat menimbulkan persalinan

3. Tahapan Persalinan

a. Kala I

Persalinan kala I atau Kala pembukaan adalah periode persalinan yang

dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan cervix menjadi

lengkap.

Berdasarkan kemajuan pembukaan maka kala I dibagi menjadi :

a) Fase latent, yaitu fase pembukaan yang sangat lambat ialah dari 0 sampai

3 cm yang membutuhkan waktu 8 jam.

b) Fase aktif, yaitu fase pembukaan yang lebih cepat membutuhkan waktu

6 jam yang terbagi lagi menjadi :

1) Fase Akselerasi (fase percepatan), dari pembukaan 3 cm sampai 4

cm yang dicapai dalam 2 jam

2) Fase Dilatasi Maksimal, dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm yang

dicapai dalam 2 jam

8
3) Fase Deselerasi (kurangnya kecepatan), dari pembukaan 9 cm

sampai 10 cm yang dicapai dalam 2 jam

b. Kala II

Kala II atau kala pengeluaran adalah periode persalinan yang dimulai

dari pembukaan lengkap (10cm) sampai lahirnya bayi. Proses ini berlangsung

2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. Pada kala ini his lebih

cepat dan kuat, kurang lebih 2-3 menit sekali. Dalam kondisi normal kepala

janin sudah masuk dalam rongga panggul

c. Kala III

Kala III atau Kala Uri adalah periode persalinan yang dimulai dari

lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

Setelah bayi lahir uterus teraba keras dan fundus uteri agak diatas pusat.

Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan

plasenta dari dindingnya

d. Kala IV

Kala IV merupakan masa 1-2 jam setelah plasenta lahir. Dalam

klinik,atas pertimbangan-pertimbangan praktis masih diakui adanya kala IV

persalinan meskipun masa setelah plasenta lahir adalah masa dimulainya

masa nifas (puerperium), mengingat pada masa ini sering timbul perdarahan.

Observasi yang harus dilakukan kala IV adalah :

a) Tingkat kesadaran ibu bersalin

b) Pemeriksaan TTV: TD,nadi,suhu,respirasi

c) Kontraksi uterus

d) Terjadinya perdarahan,perdarahan dianggap masih normal jika

jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc

9
e) Observasi kandung kemih kandung kemih

4. Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

1. Power (Kekuatan)

Power adalah tenaga atau kekuatan yang mendorong janin dapat keluar

rahim. Kekuatan tersebut meliputi his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi

diafragma dan aksi dari ligament

2. Passage (Jalan Lahir)

Terdiri atas panggul ibu, yaitu bagian tulang keras, dasar panggul, vagina dan

introitus

3. Passanger (janin dan plasenta)

Adalah cara janin bergerak disepanjang jalan lahir merupakan akibat intraksi

beberapa factor seperti ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan

posisi janin

4. Psikis

Adalah perasaan positif ini berupa kelugaan hati leolah-olah pada saat itulah

benar-benar terjadi realita (kewanitaan sejati) yaitu muncul rasa bangga bisa

melahirkan atau memproduksi anak

5. Penolong

Adalah peran dari penolong atas berlangsungnya persalinan untuk mengatasi

dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin, dalam

hal ini tergantung dari kemampuan dan kesiapan penolong dalam

menghadapi proses persalinan

6. Faktor Position

10
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Posisi

tegak memberi sejumlah keuntungan. Mengubah posisi membuat rasa lebih

hilang,memberi rasa nyaman dan melancarkan sirkulasi darah. Posisi tegak

meliputi posisi berjalan,beridir, jongkok, duduk. Posisi tegak memungkinkan

gaya gravitasi untuk penurunan bagian terendah janin

5. Tanda-Tanda Persalinan

tanda persalinan dibagi menjadi 2 yaitu sebagai berikut :

a. Tanda-tanda permulaan persalinan

tanda persalinan dibagi menjadi 2 yaitu sebagai berikut :

1. Tanda-tanda permulaan persalinan

a) Lightening atau setting, yaitu kepala turun memasuki pintu atas

panggul, terutama pada primigravida. Sedangkan pada multipara hal

tersebut tidak begitu jelas.

b) Perut terlihat lebih melebar dan fundus uteri turun

c) Sering buang air kecil atau sulit berkemih karena kandung kemih

tertekan oleh bagian bawah janin.

d) Rasa nyeri diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi-kontraksi

lemah uterus, kadang disebut fase labour pains (fase persalinan

semu)

e) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah

dan mungkin bercampur darah (bloody show)

2. Tanda-tanda pasti persalinan

a) Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan

teratur

11
b) Keluar lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak

karena robekan-robekan kecil pada serviks.

c) ketuban pecah dengan sendirinya.

d) Serviks mendatar dan telah ada pembukaan pada pemeriksaan dalam.

6. Perubahan Fisiologis Persalinan

Perubahan fisiologi yang terjadi pada persalinan kala I, kala II, kala III dan kala

IV adalah :

1. Kala I

perubahan fisiologis pada kala I meliputi :

a) Perubahan tekanan darah

Tekanan darah meningkat dalam kontraksi uterus dengan kenaikan

sistolik rata-rata sebesar 10-20 mmHg dan kenaikan diastolik rata-rata 5-

10 mmHg. Di antara kontraksi uterus, tekanan darah akan turun seperti

sebelum masuk persalinan, sehingga untuk memastikan tekanan darah

yang sesungguhnya diperlukan pengukuran di antara kontraksi/di luar

kontraksi. Jika ibu dalam keadaan sangat takut, mungkin rasa takut itulah

yang menyebabkan kenaikan tekanan darah, sehingga diperlukan asuhan

yang mendukung yang dapat menimbulkan ibu rileks.

b) Perubahan metabolisme

Selama persalinan metabolisme karbohidrat naik secara perlahan.

Kenaikan ini Sebagian disebabkan oleh kecemasan serta kegiatan otot

kerangka tubuh. Kegiatan metabolisme yang meningkat tercermin

dengan kenaikan suhu badan, denyut nadi, pernapasan, kardiak output

dan kehilangan cairan.

12
c) Perubahan suhu badan

Selama persalinan suhu badan akan sedikit meningkat, suhu

mencapai tertinggi selama persalinan dan segera turun setelah kelahiran.

Kenaikan dianggap normal jika tidak melebihi 0,5-1⁰. Suhu badan yang

naik sedikit merupakan keadaan yang wajar, tetapi bila keadaan ini

berlangsung lama, kenaikan ini mengindikasikan adanya dehidrasi.

d) Perubahan denyut jantung

Denyut jantung di antara kontraksi sedikit tinggi dibanding selama

periode persalinan atau sebelum masuk persalinan. Hal ini

mencerminkan kenaikan dalam metabolisme yang terjadi selama

persalinan. Denyut jantung yang sedikit naik merupakan keadaan yang

normal, meskipun normal peril dikontrol secara periode untuk

mengidentifikasi adanya infeksi.

e) Pernapasan

Pernapasan terjadi sedikit kenaikan dibanding dengan sebelum

persalinan, kenaikan pernapasan ini dapat disebabkan karena adanya rasa

nyeri, kekhawatiran serta penggunaan Teknik pernapasan yang tidak

benar. Untuk itu diperlukan Tindakan untuk mengendalikan pernapasan

(untuk menghindari hiperventilasi) yang telah ditandai oleh adanya

perasaan pusing.

f) Perubahan renal

Poliuria sering terjadi selama persalinan, hal ini disebabkan oleh

kardiak output yang meningkat, serta filtrasi glomerulus serta aliran

13
plasma ke renal. Polyuria tidak begitu kelihatan dalam posisi terlentang,

yang mempunyai efek mengurangi aliran urin selama kehamilan.

kandung kemih harus sering dikontrol (setiap 2 jam) yang bertujuan agar

tidak menghambat penurunan bagian terendah janin dan trauma pada

kandung kemih serta menghindari retensi urin setelah melahirkan.

Protein dalam urin (+1) selama persalinan merupakan hal yang wajar,

tetapi protein urin (+2) merupakan hal yang tidak wajar, keadaan ini

lebih sering pada ibu primipara, anemia, persalinan lama, atau pada

kasus pre eklampsia.

g) Perubahan gastrointestinal

Kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan makanan padat

berkurang, yang akan menyebabkan pencernaan hamper selama

persalinan dan menyebabkan konstipasi. Lambung yang penuh dapat

menimbulkan ketidaknyamanan, oleh karena itu ibu dianjurkan tidak

makan terlalu banyak atau minum berlebihan, tetapi makan dan minum

semuanya untuk mempertahankan energy dan hidrasi.

h) Perubahan hematologis

Hb akan meningkat 1,2 gr/100 ml selama persalinan dan kembali

ke tingkat pra persalinan pada har pertama setelah persalinan apabila

tidak terjadi kehilangan darah selama persalinan,waktu koagulasi

berkurang dan akan mendapatkan tambahan plasma selama persalinan.

Jumlah sel darah putih akan meningkat secara progresif selama kala I

persalinan sebesar 5000 s/d 15000 WBC sampai dengan akhir

pembukaan lengkap, gula darah akan turun selama persalinan dan akan

menurun secara mencolok pada persalinan yang mengalami penyulit atau

14
persalinan lama, hal ini disebabkan karena kegiatan uterus dan otot-otot

kerangka tubuh.

i) Perubahan endokrin

Sistem endokrin akan diaktifkan selama persalinan dimana terjadi

penurunan kadar progesteron dan peningkatan kadar estrogen,

prostaglandin dan oksitosin.

j) Perubahan Integument

Adaptasi sistem integumen khususnya distensibilitas yang besar

pada introitus vagina yang terbuka. Derajat distensibilitas bervariasi

pada ibu yang melahirkan. Walaupun tanpa episiotomi atau laserasi,

robekan kecil pada kulit sekitar introitus vagina mungkin terjadi.

k) Perubahan muskuloskeletal

Perubahan metabolisme dapat mengubah keseimbangan asam basa,

cairan tubuh, dan darah sehingga menambah terjadinya kram pada kaki.

Sistem muskuloskeletal mengalami stress selama persalinan.

Diaphoresis, keletihan, proteinuria (+1), dan kemungkinan peningkatan

suhu menyertai aktivitas otot yang mencolok. Nyeri punggung dan nyeri

sendi (tidak berkaitan dengan posisi janin) terjadi sebagai akibat semakin

renggangnya sendi pada masa aterm.

l) Sistem Reproduksi

Kontraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada otot polos

uterus dan penurunan hormone progesteron yang menyebabkan

keluarnya hormon oksitosin. Kontraksi uterus dimulai dari fundus uteri

15
menjalar ke bawah, fundus uteri bekerja kuat dan lama untuk mendorong

janin ke bawah, sedangkan uterus bagian bawah pasif hanya mengikuti

tarikan dari segmen atas rahim, akhirnya menyebabkan serviks menjadi

lembek dan membuka. Kerja sama antara uterus bagian bawah dan

uterus bagian atas disebut polaritas.

2. Kala II

perubahan fisiologis pada kala II meliputi :

a. Kontraksi, dorongan otot-otot dinding

Kontraksi pada persalinan mempunyai sifat tersendiri. Kontraksi

menimbulkan nyeri, merupakan satu-satunya kontraksi normal muskulus.

Kontraksi ini dikendalikan oleh saraf intrinsic, tidak disadari, tidak dapat

diatur oleh ibu bersalin, baik frekuensi maupun lama kontraksi, sifat

khusus :

1) Rasa dari fundus merata ke seluruh uterus sampai berlanjut ke

punggung bawah.

2) Penyebab rasa nyeri belum diketahui secara pasti. Beberapa penyebab

lainnya antara lain :

a. Pada saat kontraksi terjadi kekurangan O2 pada myometrium

b. Penekanan ganglion saraf di serviks dan uterus bagian bawah

c. Peregangan serviks akibat dari pelebaran serviks

d. Peregangan peritoneum sebagai organ yang meyelimuti uterus

b. Uterus

Terjadi perbedaan pada bagian uterus yaitu :

1) Segmen atas : bagian yang berkontraksi, bila dilakukan palpasi akan

teraba keras saat kontraksi.

16
2) Segmen bawah : terdiri atas uterus dan serviks, merupakan daerah

yang teregang, bersifat pasif. Hal ini mengakibatkan pemendekan

segmen bawah uterus.

3) Batas antara segmen atas dan segmen bawah uterus membentuk

lingkaran cincin retraksi fisiologis. Pada keadaan kontraksi uterus

inkoordinasi akan membentuk cincin retraksi patologis yang

dinamakan cincin band.

4) Perubahan bentuk : bentuk uterus menjadi oval yang disebabkan

adanya pergerakan tubuh janin yang semula membungkuk menjadi

tegap, sehingga uterus bertambah Panjang 5-10cm.

3. Kala III

Kala III dimulai sejak bayi lahir sampai lahirnya plasenta. Persalinan

kala III disebut juga kala uri. Kala III merupakan periode waktu dimana

penyusutan volume rongga uterus setelah kelahiran bayi. Penyusutan volume

rongga uterus setelah kelahiran bayi. Penyusutan ukuran ini menyebabkan

berkurangnya ukuran tempat perlengketan plasenta. Oleh karena tempat

perlengketan menjadi kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah, maka

plasenta menjadi berlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus

atau ke dalam vagina. Kala III ini tidak kalah pentingnya dengan kala I dan

kala II. Kelainan dalam memimpin kala III dapat mengakibatkan kematian

karena perdarahan. Rata-rata lama kala III berkisar 15-30 menit, baik pada

primipara maupun multipara. Tempat implantasi plasenta sering pada dinding

depan dan belakang korpus uteri atau dinding lateral. Sangat jarang terdapat

pada fundus uteri

17
dalam kelahiran plasenta, didapat 2 tingkat atau fase yaitu :

a. Pelepasan plasenta

Setelah bayi lahir uterus masih mengadakan kontraksi yang

mengakibatkan penciutan kavum uteri, tempat implantasi plasenta. Hal

ini mengakibatkan plasenta lepas dari tempat implantasinya.

Tanda-tanda pelepasan plasenta :

1) Perubahan bentuk uterus

Bentuk uterus yang semula discoid menjadi globuler (bundar) akibat

dari kontraksi uterus.

2) Semburan darah tiba-tiba

Semburan darah ini disebabkan karena penyumbat retroplasenter

pecah saat plasenta lepas.

3) Tali pusat memanjang

Hal ini disebabkan karena plasenta turun ke segemn uterus yang

lebih bawah atau rongga vagina

4) Perubahan posisi uterus

Setelah plasenta lepas dan menempati segmen bawah Rahim, maka

uterus muncul pada rongga abdomen (uterus naik di dalam

abdomen).

5) Pengeluaran plasenta

18
Plasenta yang sudah lepas dan menempati segmen bawah rahim,

kemudian melalui serviks, vagina dan dikeluarkan ke introitus

vagina

4. Kala IV

Kala IV adalah masa 2 jam setelah plasenta lahir. Dalam kala IV ini,

penderita masih membutuhkan pengawasan yang intensif karena perdarahan.

Pada keadaan ini atonia uteri masih mengancam. Oleh karena itu, kala IV

penderita belum boleh dipindahkan ke kamarnya dan tidak boleh

ditinggalkan bidan. Selama 10-45 menit berikutnya setelah kelahiran bayi,

uterus berkontraksi menjadi ukuran sangat kecil yang mengakibatkan

pemisahan antara dinding uterus dan plasenta, dimana nantinya akan

memisahkan plasenta dari tempat lekatnya. Kontraksi uterus setelah

persalinan bayi menyempitkan pembuluh darah yang sebelumnya menyuplai

darah ke plasenta

Selama empat sampai lima minggu pertama setelah persalinan, uterus

mengalami involusi beratnya menjadi kurang dari setengah berat segera

setelah pasca persalinan dan dalam empat minggu uterus sudah sekecil

seperti sebelum hamil. Selama permulaan involusi uterus, tempat plasenta

pada permukaan endometrium mengalami autolisis, yang menyebabkan

keluarnya sekret vagina yang dikenal sebagai lokia (lochea). Setelah itu,

permukaan endometrium akan mengalami reepitelisasi dan Kembali

kehidupan seks non gravid yang normal. Setelah kelahiran bayi, kadar basal

sekresi prolaktin Kembali ke kadar sebelum hamil dalam beberapa minggu

berikutnya. Akan tetapi, setiap ibu yang menyusui bayinya, isyarat saraf dari

19
putting susu ke hipotalamus menyebabkan gelora sekresi prolactin hamper

sepuluh kali lipat yang berlangsung sekitar satu jam, sebaliknya prolaktin

bekerja atas payudara untuk menyiapkan susu bagi periode penyusuan

berikutnya

Bila bayi mengisap susu, impuls sensoris dihantarkan melalui saraf

somatis ke medulla spinalis dan kemudian ke hipotalamus. Hormon ini

mengalir dalam darah menuju kelenjar mammae menyebabkan sel-sel

miopitel yang mengelilingi dinding luar alveoli berkontraksi dan memras

susu dari alveoli ke ductus. Jadi, dalam 30 detik sampai 1 menit setelah bayi

mengisap kelenjar mammae, susu mulai mengalir. Proses ini dinamakan

ejeksi susu atau pengeluaran susu yang disebabkan oleh gabungan refleks

neurogenic dan hormone oksitosin

7. Perubahan Psikologis Persalinan

perubahan psikologis yang dialami oleh ibu bersalin adalah :

1. Perasaan tidak enak

2. Takut dan ragu akan persalinan yang akan dihadapi

3. Sering memikirkan persalinan apakah berjalan normal

4. Menganggap persalinan sebagai percobaan

5. Khawatir akan sikap penolong persalinan, khawatir akan keadaan bayinya.

6. Cemas akan perannya sebagai ibu

8. Partograf

Partograf adalah alat bantu yang digunakan untuk memantau kemajuan kala I

persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik44 Observasi yang ketat

harus dilakukan selama kala I persalinan untuk keselamatan ibu, hasil observasi

20
dicatat di dalam partograf. Partograf membantu bidan mengenali apakah ibu

masih dalam kondisi normal atau mulai ada penyulit. Dengan selalu

menggunakan partograf, bidan dapat mengambil keputusan klinik dengan cepat

dan tepat sehingga dapat terhindar dari keterlambatan dalam pengelolaan ibu

bersalin. Partograf dilengkapi halaman depan dan halaman belakang untuk

diketahui dengan lengkap proses persalinan kala I sampai dengan IV

a. Penggunaan partograf

1. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan bagian penting

asuhan persalinan. Partograf harus digunakan, baik tanpa penyulit

ataupun adanya penyulit

2. Selama persalinan dan kelahiran disemua tempat (rumah, puskesmas,

klinik bidan swasta, rumah sakit dan lain-lain).

3. Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan

kepada ibu selama persalinan dan kelahiran (Spesialis obgin, bidan,

dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteran). partograf membantu

penolong persalinan dalam memantau, mengevaluasi, dan membuat

keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan

penyulit. Pencatatan pada partograf dimulai pada saat proses persalinan

masuk dalam fase aktif. Untuk menyatakan ibu sudah masuk dalam fase

aktif harus ditandai dengan :

a) Kontraksi yang teratur minimal 3x selama 10 menit

b) Lama kontraksi minimal 40 detik

c) Pembukaan 4 cm disertai penipisan

d) Bagian terendah sudah masuk pintu atas panggul.

b. Komponen yang harus diobservasi

21
komponen yang harus diobservasi menggunakan partograf meliputi :

1) Denyut jantung janin setiap ½ jam

2) Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap ½ jam

3) Nadi setiap ½ jam

4) Pembukaan serviks setiap 4 jam

5) Penurunan setiap 4 jam

6) Tekanan darah dan temperatur tubuh setiap 4 jam

7) Produksi urin, aseton dan protein setiap 2 sampai 4 jam

Lembar partograf halaman depan menyediakan lajur dan kolom untuk

mencatat hasil-hasil pemeriksaan selama fase aktif persalinan termasuk :

1) Informasi tentang ibu :

a) Nama, umur

b) Gravida, para abortus (keguguran)

c) Nomor catatan medis/nomor puskesmas

d) Tanggal dan waktu mulai dirawat (jika di rumah, tangga dan waktu

penolong persalinan mulai merawat ibu).

e) Waktu pecahnya selaput ketuban

2) Kondisi janin :

a) Denyut jantung janin Warna dan adanya air ketuban

b) Penyusupan (molase) kepala janin

3) Kemajuan persalinan :

a) Pembukaan serviks

b) Penurunan bagian terbawah janin atau presentasi janin

c) Garis waspada dan garis bertindak

4) Jam dan waktu :

22
a) Waktu mulainya fase aktif persalinan

b) Waktu aktual saat pemeriksaan atau persalinan

5) Kontraksi uterus :

a) Frekuensi dan lamanya

6) Obat-obatan dan cairan yang diberikan :

a) Oksitosin dan

b) Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang diberikan

7) Kondisi ibu :

a) Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh

b) Urin (volume, aseton atau protein)

c) Asupan cairan dan nutrisi

8) Asuhan pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom

yang tersedia di isi partograf atau dicatat kemajuan persalinan) yaitu

halaman belakang partograf diisi setelah kelahiran berlangsung, semua

proses, Tindakan dan obat-obatan serta observasi yang dilakukan dicatat

di lembar ini. Data ini penting jika tiba-tiba ibu mengalami penyulit di

klinik atau setelah dirumah.

9. Asuhan Persalinan

Asuhan persalinan adalah asuhan yang diberikan selama persalinan, dalam

upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman dengan

memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi

1. Asuhan persalinan kala I

persalinan kala I yaitu :

1) Beri dukungan dan dengarkan keluhan ibu

23
2) Jika ibu tampak gelisah/kesakitan :

a) Biarkan ia berganti posisi sesuai keinginan, tapi jika di tempat tidur

sarankan untuk miring kiri.

b) Biarkan ibu berjalan atau beraktivitas ringan sesuai kesanggupan ibu

c) Anjurkan suami atau keluarga memijat punggung atau membasuh

muka ibu. Ajari Teknik bernapas.

d) Jaga privasi ibu. Gunakan tirai penutup dan tidak menghadirkan

orang lain tanpa seizin ibu.

3) Izinkan ibu untuk mandi atau membasuh kemaluannya setelah buang air

kecil/besar.

4) Jaga kondisi ruangan sejuk. Untuk mencegah kehilangan panas pada

bayi baru lahir, suhu ruangan minimal 25⁰C dan semua pintu serta

jendela harus tutup.

5) Beri minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi.

6) Sarankan ibu berkemih sesering mungkin

7) Pantau kondisi ibu secara rutin dengan menggunakan partograf

2. Asuhan persalinan kala II

Persalinan kala II dimulai Ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10cm)

dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut sebagai kala

pengeluaran :

1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua.

a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan

vaginanya.

c) Perineum menonjol.

24
d) Vulva-vagina dan spingter anal membuka

2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap

digunakan. Mematahkan ampul oksitosin10 unit dan menempatkan

tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set.

3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastic yang bersih.

4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku,mencuci kedua

tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan

tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.

5) Memakai satu sarung tangan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan

dalam.

6) Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik ( dengan memakai

sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril ) dan meletakkan

Kembali dipartus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa

mengkontaminasi tabung suntik).

7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari

depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah

dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum, atau

anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan cara

seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang .Membuang

kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar.

Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi dalam wadah yang benar.

Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung

tangan tersebut dengan benar didalam larutan dekontaminasi).

8) Dengan menggunakan teknik aseptic, Melakukan pemeriksaan dalam

untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila

25
selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap,

lakukan amniotomi.

9) Mendekontaminasi Sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan

yang masih memakai sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%

relama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti diatas).

10) Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk

memastikan bahwa DJJ dalam batas normal(100-180x/menit)

a) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal

b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua

hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.

11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin bayi.

Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan

keinginannya.

1. Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

Melanjutkan pemantauan Kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin

sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan

temuan-temuan.

2. Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat

mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai

meneran.

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.

(pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan

ibu merasa nyaman)

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat

untuk meneran :

26
1. Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan

untuk meneran.

2. Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran

3. Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai dengan

pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang).

4. Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.

5. Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat

pada ibu.

6. Menganjurkan asupan per oral.

7. Menilai DJJ setiap 5 menit

8. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera

dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau

60 menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera. Jika ibu

tidak mempunyai keinginan untuk meneran.

9. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok, atau mengambil

posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit,

anjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi.

kontraksi tersebut dan beristirahat diantara kontraksi

10. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera

setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.

14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,

letakkan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi

15) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.

16) Membuka partus set

17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan

27
18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan di diameter 5-6 cm, lindungi

perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain tadi, letakkan

tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan

tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar

perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.

19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain

atau kasa yang bersih

20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika

hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran

bayi :

1. Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat

bagian atas kepala bayi

2. Jika tali pusat melilit leher dengan erat, mengkelmnya di dua

tempat dan memotongnya

21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara

spontan

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan

di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran

saat kontraksi berikutnya, dengan lembut menariknya ke arah bawah

dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul dibawah arkus pubis dan

kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk

melahirkan bahu posterior

23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi

yang berada di bagian bawah ke arah perineum, membiarkan bahu dan

lengan posterior lahir ke tangan tersebut.mengendalikan kelahiran siku

28
dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian

bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan menggunakan

tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan

anterior bayi saat keduanya lahir.

24) Setelah tubuh dari lengan lahir,menelusurkan tangan yang ada diatas

(anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangga saat

punggung dan kaki lahir. Memegang kedua mata kaki dengan hatihati

membantu kelahiran kaki.

25) Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan

bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah

dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat

yang memungkinkan). Bila bayi mengalami asfiksia, lakukan

resusitasi.

26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan

biarkan kontak kulit ibu-bayi. Lakukan penyuntikan oksitosin secara

Intramuskular (IM).

27) Menjepit tali pusat menggunakan klem Kirakira 3 cm dari pusat bayi.

Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan

memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu)

28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting

dan memotong tali pusat diantara dua klem tersebut.

29) Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti

bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian

kepala bayi membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami

kesulitan bernapas,ambil tindakan yang sesuai

29
30) Membiarkan bayi ke pada ibu dan menganjurkan ibu untuk memeluk

bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.

3. Asuhan Persalinan Kala III

sesuai APN manajemen aktif kala III yaitu :

31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen

untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua

32) Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik

Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan

oksitosin 10 unit IM di gluteus atau 1/ atas paha kanan ibu bagian luar,

setelah mengaspirasinya terlebih dahulu.

33) Memindahkan klem pada tali pusat

Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada I perut ibu, tepat di atas

pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi

dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan

tangan yang lain.

34) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan

ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut.

35) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik

Tarik pusat kea rah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva

jalan lahir sambal meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.

a) Jika tali pusat bertambah Panjang, pindahkan klem hingga berjarak

sekitar 5-10 cm dari vulva

b) Jika tali pusat tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat

selama 15 menit :

1. Mengulangi pemberian oksitosin 10unit secara IM

30
2. Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung

kemih dengan menggunakan tekanan aseptik jika perlu

3. Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan

4. Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit

berikutnya.

5. Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit

sejak kelahiran bayi

36) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran

plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta

dengan dua tangan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput

ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban

tersebut. Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi

tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan

seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forseps

disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput

yang tertinggal

37) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase

uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan uterus

berkontraksi (fundus menjadi keras).

38) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun

janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan

selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam

kantung plastic atau tempat khusus.

39) Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 1

detik mengambil tindakan yang sesuai.

31
40) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera

menjahit laserasi yang mengalami IV perdarahan aktif.

4. Asuhan Persalinan Kala IV

asuhan persalinan kala IV yaitu :

41) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik

42) Mencelupkan kedua tanga yang memakai sarung tangan ke dalam

larutan klorin 0,5% membilas kedua tangan yang masih bersarung

tangan tersebut dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan

mengeringkannya dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan

mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.

43) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau

meningkatkan tali disinfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati

sekelilingi tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.

44) Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang berseberangan

dengan simpul mati yang pertama

45) Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin

0,5%.

46) Menyelimuti Kembali bayi atau menutupi bagian kepalanya.

47) Memastikan handuk atau kainnya bersih atau kering.

48) Menganjurkan ibu untuk melakukan pemberian ASI

49) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan vagina

a) 2- 3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan

32
b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan

c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan

d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik,laksanakan perawatan

yang sesuai untuk penatalaksanaan atonia uterus

e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan

penjahitan dengan anestesia local dan menggunakan Teknik yang

sesuai

50) Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus

dan memeriksa kontraksi uterus.

51) Mengevaluasi kehilangan darah

52) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15

menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit

selama jam kedua pasca persalinan

a) Memeriksa temperatur suhu tubuh sekali setiap jam selama dua

jam pertama pasca persalinan

b) Melakukan tindakan yang sesuai dengan temuan yang tidak normal

53) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk

dekontaminasi (10 menit). Mencuci Dan membilas pakaian setelah

dekontaminasi.

54) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah

yang sesuai

55) Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinfeksi tingkat tinggi.

Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu

memakai pakaian yang bersih dan kering.

33
56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.

Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan

yang diinginkan.

57) Mendekontaminasi daerah yang digunakan dengan larutan klorin 0,5%

dan membilas dengan air bersih.

58) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%

membalikan bagian dalam ke luar untuk merendamnya dalam larutan

klorin 0,5% selama 10 menit.

59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir

60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang).

B. Konsep Dasar Hepatitis B

1. Pengertian

Hepatitis berasal dari Bahasa Yunani Kuno “Hepar” yang berarti hati (Liver),

dan akhiran -it is yang berarti peradangan hati. Hepatitis adalah istilah umum yang

berarti peradangan sel-sel hati, yang bisa di sebabkan oleh infeksi (Virus, bakteri, dan

parasite), obat-obatan (termasuk obat tradisional), konsumsi alcohol, lemak yang

berlebihan dan penyakit autoimun. Hepatitis dapat disebabkan oleh berbagai macam

virus seperti virus hepatitis A (HAV), hepatitis B (HBV), hepatitis C (HCV), hepatitis

D (HDV) dan hepatitis E (HEV) (Ajeng Defriyanti Pusparini, 2017).

Hepatitis adalah infeksi sistemik yang dominan menyerang hati. Hepatitis virus

adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus disertai nekrosis dan

imflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokomia

serta seluler yang khas (Maria Desiana, 2017)

34
Penyakit hepatitis B merupakan jenis hepatitis yang paling sering ditemukan

dengan manifestasi infeksi berupa peradangan kronis pada hati. Prevalensi penyakit

karena hepatitis B diketahui merupakan kejadian terbesar di dunia. Sebagian

penderita hepatitis B akan sembuh sempurna dan mempunyai kekebalan seumur

hidup, tapi sebagian lagi gagal memperoleh kekebalan (Kristina, 2020)

2. Jenis-jenis Hepatitis

Virus Hepatitis juga ada beberapa jenis yaitu :

a. Hepatitis A

Virus hepatitis A terutama menyebar melalui feses yang berasal dari sisa

metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui anus. Penyebaran ini terjadi akibat

buruknya tingkat kebersihan. Di negara-negara berkembang sering terjadi wabah

yang penyebarannya terjadi melalui air dan makanan.

b. Hepatitis B

Penularannya tidak semudah virus hepatitis A. Virus hepatitis B ini

ditularkan melalui darah atau produk darah. Biasanya terjadi di antara para

pemakai obat yang menggunakan jarum suntik bersama-sama atau di antara mitra

seksual baik heteroseksual maupun homoseksual. Ibu hamil yang terinfeksi

hepatittis B bisa menularkan virus kepada bayi selama proses persalinan.

Didaerah Timur jauh dan Afrika beberapa kasus hepatitis B berkembang menjadi

hepatitis menahun, sirosis dan kanker hati.

c. Hepatitis C

Virus hepatitis C paling sering ditularkan melalui pemakai obat yang

menggunakan jarum bersama-sama. Jarang terjadi penularan melalui hubungan

35
seksual, Untuk alasan yang masih belum jelas, penderita penyakit hati dan

alkoholik sering kali menderita hepatitis C.

d. Hepatitis D

Hanya terjadi sebagai rekan infeksi dari virus hepatitis B dan virus

hepatitis D ini menyebabkan infeksi hepatitis B menjadi lebih berat. Yang

memiliki resiko tinggi terhadap virus ini adalah pencandu obat

e. Hepatitis E

Virus hepatitis E kadang menyebabkan wabah yang menyerupai hepatitis

A yang hanya terjadi di negara-negara terbelakang. Sedangkan di Indonesia

sendiri lebih banyak penderita hepatitis B.

3. Penyebab dan Cara Penularan Hepatitis

Penyakit hepatitis ini disebabkan oleh virus yang sampai kini semakin banyak

penderitanya (Maria Desiana, 2017)

a. Penyebab hepatitis A

Penyebab hepatitis A disebabkan karena adanya VHA penularannya melalui

jalur fekal- oral, yang berarti melalui makanan dan minum yang tercermar dengan

virus ini, atau berhubungan erat dengan penderita. Ini berarti infeksi yang sering

terjadi terdapat pada lingkungan yang kumuh, dimana lalat dan kecoa banyak

ditemukan

b. Penyebab hepatitis B

Penyebab hepatitis B disebabkan karena adanya VHB penularannya melaui

darah atau kontak dengan cairan tubuh seperti cairan sperma dan lender kemaluan

wanita (secret vagina)

36
c. Penyebab hepatitis C

Penyebab Hepatitis C disebabkan karena adanya VHC penularannya

melalui jarum suntik yeng tercemar atau setelah 9 mendapat transfuse darah atau

produk darah yang tercemar virus ini.

d. Penyebab hepatitis D

Penyebab Hepatitis D disebabkan karena adanya VHD penularannya sama

dengan hepatitis b, kecuali transmisi vertical. Hubungan seksual merupakan salah

satu cara penularan yang cukup berperan.

e. Penyebab hepatitis E

Penyebab Hepatitis E disebabkan karena adanya VHE penularannya

melalui air minum yang terkontaminasi (water borne NHANBH), kadang melalui

makanan sehingga disebut juga penularan secara enteric. Infeksi dengan virus ini

terutama terjadi pada daerah-daerah dengan sanitasi dan tingkat kesehatan yang

buruk.

Pada daerah endemis, hepatitis B biasanya menyebar melalui ibu ke anak pada

saat persalinan (transmisi perinatal) atau melalui transmisi horizontal (terpajan darah

terinfeksi), terutama dari ibu yang terinfeksi ke anak yang tidak terinfeksi pada 5

tahun pertama kehidupan. Perkembangan infeksi kronik sering terjadi dari ibu ke bayi

atau sebelum umur 5 tahun (WHO, 2019). Transmisi ibu ke janin dapat terjadi

intrauterin, saat persalinan dan setelah persalinan. Resiko transmisi hepatitis b dari ibu

dengan HbsAg positif ke janin tanpa adanya imunisasi aktif dan pasif sebesar 90%.

Resiko ini berkurang secara signifikan dengan adanya vaksinasi dan profilaksis

37
imunoglobulin hepatitis B (HBIG) pada bayi baru lahir. Faktor resiko paling penting

transmisi ibu ke janin adalah HbeAg positif dan atau HBV DNA ibu yang tinggi.ada 3

rute utama yang memungkinkan untuk penularan dari ibu ke bayi yaitu penularan

HBV ptransplasental, penularan selama persalinan, dan penularan pascanatal selama

perawatan anak dan menyusui (Maria Desiana, 2017)

Transmisi HBV intrauterine dianggap sebagai penyebab terpenting kegagalan

imunoprofilaksis pasif dan aktif dalam mencegah penularan ibu ke bayi, meskipun

diduga menyebabkan infeksi HBV DNA >108 kopi/ml berhubungan dengan

peningkatan resiko infeksi intrauterine, factor resiko utama untuk infeksi HBV

intrauterine adalah HBsAg positif pada serum ibu, titer HBV DNA yang tinggi,

Riwayat persalinan premature yang mengancam, infeksi HBV intrauterine berkorelasi

dengan ditemukanya virus pada sel endotel kapiler vili yang melapisi bagian foetal di

bandingkan dengan bagian plasenta. Penularan HBV intrauterine terjadi melalui dua

jalur yaitu :

1) pelepasan darah (hematogen) yang menyebabkan infeksi sel ondotel vascular

plasenta dan mungkin merupakan rute utama penularan infeksi. Pelepadan darah

ini mungkin disebabkan oleh rupturnya pembuluh darah ibu dan kerusakan barrier

plasenta juga merupakan rute utama transmisi vertical infeksi hepatitis B (Maria

Desiana, 2017).

2) Mekanisme transmisi kedua adalah transport seluler melalui jaringan plasenta yang

terinfeksi oleh titer HBV tinggi pada darah ibu, secara perlahan-lahan mencapai

kejanin. Meskipun resiko terkait dengan amniosentesis, transmisi perinatal juga

dikaitkan dengan amnosentesis jika HBV DNA ibu lebih dari 108 kopi/ml. rute lain

mungkin dari penularan intrauterine HBV bisa melalui sel germinal, tergantung

maternal atau paternal.

38
Transmisi HBV selama persalinan diakui sebagai rute penularan dari ibu ke bayi

yang paling penting di daerah endemic untuk infeksi HBV sebagai akibat dari paparan

sekresi serviks ibu dan darah ibu yang mengandung HBV. Saat persalinan dapat

terjadi mikotransfusi darah ibu ke bayi, bayi yang menelan darah robekan plasenta

atau cairan amnion, atau sekresi vagina saat persalinan. Korioamnionitis, ancaman

persalinan prematur, dan penggunaan alat bantu persalinan juga dapat meningkatkan

risiko transmisi hepatitis B, Pada kasus persalinan lama (lebih dari 9 jam) cenderung

meningkatkan penularan vertical (Maria Desiana, 2017)

Tidak ada konsensus mengenai efek dari mode transmisi penularan dari ibu ke

bayi (persalinan pervaginam vs operasi caesar). Sementara beberapa penelitian

menunjukkan bahwa operasi caesar dapat mengurangi risiko penularan dari ibu ke

bayi, penelitian lain menyatakan bahwa cara persalinan tidak mempengaruhi tingkat

penularan HBV selama semua bayi menerima vaksin hepatitis B dan imunoglobulin

hepatitis B (HBIG) saat lahir. Meskipun penanda HBV terdeteksi dalam ASI dari

wanita yang positif HBsAg, tidak ada bukti bahwa menyusui adalah faktor risiko

untuk infeksi HBV jika bayi menerima vaksin hepatitis B dan HBIG. Menurut

rekomendasi WHO dan American Academy of Pediatrics, pada bayi yang menerima

imunoprofilaksis penuh, menyusui pada ibu dengan HBsAg positif bukan merupakan

kontraindikasi (Maria desiana, 2017).

4. Gejala-gejala Hepatitis B

Semua hepatitis virus mempunyai gejala yang hamper tidak mungkin dibedakan satu

sama lain, sehingga secara klinis hampir tidak mungkin dibedakan satu sama lain.

gejala penderita hepatitis virus mula mula badanya terasa panas, mual dan kadang-

kadang muntah, setelah beberapa hari air seninya berwarna seperti teh tua, kemudian

39
matanya terlihat kuning, dan akhirnya seluruh kulit tubuh menjadi kuning. Sebagian

besar penderita hepatitis B akan sembuh sempurna, tetapi sebagian kecil (kira-kira

10%) akan mengalami kronis (menahun) atau meninggal. Penderita hepatitis B yang

menahun setelah 20-40 tahun kemudian ada kemungkinan hatinya mengeras(sirosis),

dan ada pula yang berubah menjadi kanker hati. Terdapat 3 stadium pada semua jenis

hepatitis yaitu :

a) Stadium prodromal

Disebut periode praikterus, dimulai setelah periode masa tunas virus selesai dan

pasien mulai memperlihatkan tanda-tanda penyakit. Stadium ini disebut

praikterus karena ikterus belu muncul. Antibodi terhadap virus biasanya belum

dijumpai, stdium ini berlangsung 1-2 minggu dan ditandai oleh:

 Malese umum

 Anoreksia

 Sakit kepala

 Rasa malas

 Rasa Lelah

 Gejala-gejala infeksi saluran nafas atas

 Nyeri otot

b) Stadium icterus

Dapat berlangsung 2-3 minggu atau lebih, pada Sebagian besar orang stadium ini

ditandai oleh timbulnya ikterus, manifestasi lainnya adalah :

 Memburuknya semua gejala yang ada pada stadium prodromal

 Pembesaran dan nyeri hati

40
 Splenomegia (pembesaran pada organ limpa akibat penyaki

 Gatal-gatal di kulit

c) Stadium pemulihan

 Gejala-gejala mereda termasuk icterus

 Nafsu makan pulih

 Apabila terdapat splenomegaly, akan segera mengecil

5. Diagnosa Hepatitis B

Langkah pertama dalam menilai seorang wanita yang datang pada setiap tahap

kehamilan dengan infeksi HBV akut atau kronis harus sama dengan pasien tidak

hamil: riwayat lengkap, pemeriksaan fisik, pemeriksaan serologis standar, tes

laboratorium yang harus mencakup penilaian aktivitas penyakit hati dan fungsi hati,

penanda replikasi HBV, dan tes koinfeksi dengan virus hepatitis C. diagnose

kehamilan dengan hepatitis tidak berbeda dengan diagnose hepatitis akut pada

populasi umum.

Hepatitis B kronik umumnya asimptomatik, gejala klinis yang mungkin timbul

adalah anoreksia menetap, penurunan berat badan, fatigue, hepatosplenomegaly,

artritis, vasculitis, glomerulonephritis, miokarditis, myelitis transversa, dan

neuropatiperifer

6. Pencegahan

Upaya pencegahan dapat dilakukan melalui program imunisasi. Imunisasi adalah

upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara

memasukkan kuman yan telah lemah atau dimatikan kedalam tubuh yan diharpkan

41
dapat menghasilkan zat antibody yang pada saatnya nanti digunakan untuk melawan

kuman atau bibit penyakit yang menyerang tubuh. Hepatitis B dapat dicegah dengan

imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif adalah istilah yang digunakan untuk proses

dimana anda membangun perlindungan jangka panjang terhadap infeksi yang baru

dari produksi antibody. Antibody ini dapat dikembang sacara alami ketika anda

menderita penyakit ini, atau secara artificial setelah menerima vaksin. Imunisasi pasif

adalah istilah 14 yang digunakan untuk proses dimana anda mengembangkan

perlindungan jangka pendek terhadap infeksi yang baru. Perlindungan pasif dapat

berkembang ketika :

a. Seorang bayi yang belum lahir menerima suntikan antibody dari ibunya

b. Seorang bayi yang baru lahir menerima antibody dari kolostrum, ASI pertama

yang dikeluarkan oleh ibunya yang dikeluarkan ibu setelah persalinan

c. Suatu vaksin yang mengandung antibody yang disuntikan ke dalam tubuh ada dua

jenis vaksin yang kini tersedia untuk imunisasi aktif terhadap hepatitis B yakni :

 Vaksin hepatitis B rekombinan : vaksin ini disentesis di dalam sel-sel khamir

(yeast). Vaksin ini sangat aman dan efektif. Vaksin ini memberikan sekitar

90% perlindungan terhadap infeksi hepatitis b. vaksin ini biasanya lebih

disukai ketimbang vaksin yang diperoleh dari plasma.

 Vaksin yang diperoleh dari plasma : vaksin ini diperoleh dari darah yang

merupakan pembawa virus hepatitis B. ini berarti orang-orang yang

memilikivirus didalam darah mereka tetapi tidak mengalami gejala apapun.

Vaksin yang diperoleh dari plasma sama amannya dan efektifnya dengan

vaksin hepatitis B rekombinan

42
Untuk mencegah terjadinya penularan dari ibu ke anak perlu dilakukan tindakan

sebagai berikut :

1) Pemberian HBIG (hepatitis B immunoglobulin) kepada bayi sedini mungkin.

Sebaiknya pemberian HBIG ini sebelum 12 jam, akan tetapi bila ibu diketahui

terkena hepatitis B setelah masa itu, maka pemberian masih tetap dianjurkan

jika bayi berlum berumur 6 hari. Tata cara pemberian asalah dengan

menyuntikkan HBIG sebanya 0,5 cc secara intramuskuler (kedalam otot)

dilengan atas.

2) Pemberian vaksin hepatitis B pada usia 0 (pada saat yang sama dengan injeksi

HBIG), 1 dan 6 bulan. Tata cara pemberian adalah dengan menyuntikkan

vaksin hepatitis B sebanyak 0,5 cc secara intramuskuler (kedalam otot)

dilengan sisi atas yang lain

3) Sebenarnya pencegahan penularan hepatitis B dari ibu ke anak dapt dicegah

jauh-jauh hari sebelum persalinan bila ibunya diketahui HbsAg (+) pada TM

III. Pada kondisi ini ibu diberikan antivirus yang diperbolehkan untuk wanita

hamil seperti tenofovir dan telbivudin. Pemberian antivirus ini dilaporkan

menurunkan resiko penularan hepatitis B kepada anaknya. Metode inilah yang

saat ini mulai dilirik sebagai metode yang lebih baik daripada pemberian

HBIG dan imunisasi hepatitis B setelah lahir

4) Tidak ada larangan pemberian ASI eksklusif pada bayi dengan ibu HbsAg

positif terutama bayi telah divaksinasi dan diberi HBIG setelah lahir.

7. Penatalaksanaan

The American Congress of Obstetrics and Gynecology (ACOG)

merekomendasikan skrining VHB pada wanita hamil. Nilai HBsAg dan antibodi

43
harus diperiksa pada pemeriksaan prenatal. Apabila HBsAg dan anti-HBsAg negatif,

vaksin VHB dapat diberikan pada pasien risiko tinggi. Jika hasil pemeriksaan HBsAg

positif, maka harus dilakukan pemeriksaan HBV DNA kuantitatif pada minggu ke-28.

ACOG merekomendasikan untuk merujuk pasien jika titer virus >20.000 IU/mL, ALT

> 19 IU/mL, atau HbeAg positif. Apabila DNA HBV lebih dari 1 jutra kopi (200.000

IU/mL, tetapi antiviral dapat diberikan jika memiliki gejala hepatitis B virus aktif dan

sirosis. Pada Wanita HBV kronik tidak hamil dan dalam tentang usia subur, tujuan

terapi adalah untuk mengetahui tingkat keparahan dan menentukan terapi yang tepat.

Pasien HBV kronik yang ingin hamil tidak diterapi antivirus karena risiko gangguan

organogenesis. Pasien dengan gejala virus hepatitis B yang signifikan, seperti fibrosis

dan sirosis, harus diterapi antivirus untuk mencegah kambuh saat hamil. Interferon-

pegylated merupakan terapi utama untuk infeksi HBV kronik. Pasien harus menunggu

18 bulan (12 bulan terapi dan 6 bulan untuk respons terapi) sebelum mencoba hamil.

tujuan utama terapi antivirus pasien hamil adalah untuk mengurangi resiko

transmisi virus secara vertical. Antivirus ini pertama yang direkomendasikan adalah

yang resistensinya rendah (contoh: tenofovir and entecavir), dapat menyebabkan

reaksi resisten dengan oba lain. American College of Gastroenterology (ACG)

merekomendasikan inisiasi antivirus dengan tenofovir dan entecavir pada pasien

indeks viremik tinggi saat usia kehamilan 28-32 minggu. Pada pada sebuah percobaan

prospektif, telbivudine 600mg/hari diberikan pada ibu usia kehamilan 20-32 minggu

dengan indeks viremik tinggi, terdapat penurunan Viral load yang signifikan, berarti

tidak terdeteksi transmisi janin, telbivudine dapat digunakan dalam pencegahan

penularan hepatitis dari ibu ke janin. Durasi pengobatan postpartum bervariasi 0-3

bulan, bergantung pada inisiasi awal pengobatan, positif HBsAg dan menyusui.

44
Penghentian obat perlu memperhatikan resiko kekambuhan akibat efek obat antivirus

dalam 6 bulan.

Jika persalinan lebih dari 14 jam pada ibu hamil dengan titer HBV tinggi (3,5

pg/mL) atau HbsAg positif, lebih baik dilakukan SC. Persalinan normal diusahakan

dengan trauma sekecil mungkin dan rawat Bersama ahli penyakit dalam. Pada pasien

dengan titer DNA HBV <1 juta kopi/mL, persalinan normal tidak beresiko secara

signifikan untuk transmisi kepada anak. Persalinan SC direkomendasikan pada

pasien dengan DNA VHB > 1 juta kopi/ mL, tidak dijumpai perbedaan signifikan

pada luaran bayi yang dilahirkan secara SC dan persalinan pervaginam.

8. Pengobatan

Semua Wanita hamil wajib diperiksa HBsAg saat pemeriksaan setiap kehamilan

trimester pertama, walaupun pernah mendapat vaksinasi untuk mendapat informasi

status HBsAg ibu dan menentukan saat profilaksis untuk bayi. Semua wanita hamil

dengan HBsAg positif wajib diperiksa nilai DNA VHB, untuk menentukan terapi

antiviral. Wanita hamil dengan faktor risiko infeksi VHB (memiliki pasangan seksual

lebih dari satu dalam 6 bulan terakhir, infeksi saluran kemih, menggunakan narkotika

injeksi) wajib divaksinasi. Pemberian imunisasi hepatitis B pada bayi berdasarkan

status HBsAg ibu saat melahirkan. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif mendapat 0,5

mL HBIg dan 5 mcg (0,5 mL) vaksin rekombinan di ekstremitas bawah yang berbeda

12 jam setelah lahir. Pada bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2000 g, dosis

vaksin pertama tidak dianggap sebagai bagian dari paket vaksin karena potensi

immunogenicity hepatitis B rendah, sehingga dosis vaksin total 4 dosis. Setelah

45
vaksinasi selesai, dilakukan pemeriksaan anti-Hbs dan HBsAg pada usia 9 – 12 bulan

untuk menilai konsentrasi anti-Hbs. Pemeriksaan tidak boleh sebelum usia 9 bulan

untuk mencegah deteksi pasif anti-Hbs dari HBIG yang diberikan saat lahir dan untuk

memaksimalkan deteksi infeksi HBV.

BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NY.E.W UMUR 18 TAHUN


GI P0 A0 USIA KEHAMILAN 38 MINGGU 3 HARI INPARTU
KALA I FASE AKTIF DENGAN HEPATITIS B
DI KLINIK AHBS PAPUA

No. register : 23.03.00.153

Tanggal pengkajian : 15-04-2023

Tempat pengkajian : Ruang Cenderawasih 1 AHBS PAPUA

I. PENGKAJIAN DATA

A. Data Subyektif

1. Identitas/biodata

Nama ibu : Ny. E.W nama suami : Tn. Y.W

46
Umur : 18 tahun umur : 22 tahun

Suku/bangsa : Tolikara suku/bangsa : Tolikara

Agama : K.P agama : K.P

Pendidikan : Mahasiswa pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT pekerjaan : swasta

Alamat : Jl. Makendang alamat : Jl. Makendang

No. HP : 085311015403 no. HP : tidak ada

2. Keluhan/alasan kunjungan

Ibu mengatakan sakit pada perut bagian bawah tembus tulang belakang sejak

kemarin tanggal 14-02-2023

3. Tanda-tanda persalinan

Waktu mulainya kontraksi: Tanggal 15-04-2023 jam 11.00 WIT

Lokasi ketidaknyamanan : Perut bagian bawah dan tulang belakang

Pengeluaran pervaginam : lendir bercampur darah 16.00 WIT

4. Riwayat menstruasi

a. Menarche : 13 tahun

b. Teratur/tidak : teratur

c. Lamanya : 6 hari

d. Banyaknya : 4x ganti pembalut/ hari

e. Sifat darah : encer

5. Riwayat pernikahan

a. Umur saat menikah : 17 tahun

b. Lama menikah : 8 bulan

c. Seksualitas : 1-2x/bulan

47
d. Perkawinan ke :1

6. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu GIP0A0

Mas
Persalinan Keadaan bayi Komplik
N Umur a
asi/ ket
o. anak lakta
penyulit
Jenis Usia Penolo si
Tempat BB PB Jk
persalinan persalinan ng
1. Hamil ini

7. Riwayat kehamilan sekarang

a. HPHT : 19-07-2022

b. HPL : 26-04-2023

c. Usia kehamilan : 38 minggu 3 hari

d. Riwayat pemeriksaan ANC

1) Kunjungan ke 1 pada Trimester I : Tidak periksa kehamilan


2) Kunjungan ke 2 pada trimester II : 1x pada usia kehamilan 20
minggu
3) Kunjungan ke 3 pada trimester III : 2x pada usia kehamilan 35
minggu dan pada usia
kehamilan 36 minggu 1 hari

e. Pergerakan janin pertama kali dirasakan:

Ibu mengatakan pada usia kehamilan 5 bulan

f. Pergerakan janin 24 jam terakhir : ± 10x/hari

g. Riwayat keluhan yang dirasaskan

Mual muntah : tidak ada

Sakit kepala : tidak ada

Demam tinggi : tidak ada

48
Perdarahan : tidak ada

Lainya : tidak ada

h. Imunisasi

TT1 : ibu mengatakan sudah di berikan pada usia kehamilan 5 bulan

TT2 : ibu mengatakan tidak pergi suntuk TT2 di puskesmas/posyandu

Pola kehidupan sehari-hari Sebelum hamil Saat Inpartu


a. Pola Nutrisi
 Makan
 Frekuensi/porsi  3x sehari 1x
 Jenis makanan  Nasi, sayur, lauk Nasi, sayur, lauk,
buah
 keluhan  Tidak ada Tidak ada
 minuman
 frekuensi minuman  6-7 gelas/hari 6 gelas
 jenis minuman  Air putih Air putih, the 1 gelas
 keluhan  Tidak ada Tidak ada
b. Pola eliminasi
 BAB
 Frekuensi  1x sehari Belum BAB
 konsentrasi  Lunak -
 Warna  Kuning -
Kecoklatan -
 Bau  Khas fases
 Keluhan  Tidak ada Tidak ada

 BAK
 5x sehari 3x
 Frekuensi
 Cair Cair
 Konsentrasi
 Kuning terang Kuning terang
 Warna
 Khas Khas
 Bau
 Tidak ada Tidak ada
 Keluhan
c. Pola aktivitas
 Olahraga - -

 Aktifitas sehari-hari  Bersih-bersih -


rumah, cuci
pakaian,
memasak.
 Tidak ada  sakit bagian perut
 Keluhan tembus tulang
belakang
d. Pola Istirahat
 Tidur siang  1-2 jam  1 jam
 Tidur malam  8 jam  6 jam

49
 Keluhan  Tidak ada  Gelisah karena sakit
pada perut tembus
tulang belakang

e. Personal Hygiene
 Frekuensi mandi  2x/hari  1x
 Gosok gigi  2x/hari  1x
 Keramas  4x/minggu  1x
 Potong kuku  2x/minggu  Belum potong kuku
 Ganti pakaian dalam  2x/hari  1x

 Keluhan  Tidak ada  Tidak ada


f. Pola seksual
 Aktifitas seksual  4x/minggu  Tidak dilakukan
 Keluhan  Tidak ada  Tidak
g. obat yang dikonsumsi Tidak ada Ibu mengatakan
sedang mengkonsumsi
tablet Fe dan kalsium

8. Riwayat KB

Jenis
Mulai memakai Berhenti/ganti cara
Kontrasepsi
Tangga Tangga
l Oleh Tempat keluhan l oleh tempat Keluhan
Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan kontrasepsi apapun

9. Riwayat Kesehatan/penyakit sistemik dan menular

a. Penyakit yang sedang/pernah di derita ibu : Hepatitis B

b. Penyakit yang pernah/sedang di derita keluarga : tidak ada

c. Alergi : tidak ada

d. Oprasi (Kapan, dimana) : tidak ada

10. Riwayat penyakit keluarga : tidak ada

11. Riwayat keturunan kembar : tidak ada

12. Riwayat psikologis

a. Penerimaan terhadap kelahiran : ibu mengatakan sangat menerima

Kehadiran bayinya

50
b. Dukungan keluarga : ibu mengatakan suami dan keluarga

sangat mendukung dan membantu ibu untuk

merawat bayinya

B. Data Obyektif

Tanggal : 15-04-2023 Jam : 16.38 WIT

1) Pemeriksaan fisik umum

a. Keadaan umum : Baik

b. Tingkat kesadaran : Composmentis

c. Keadaan emosional : Baik

d. Tanda-tanda vital

TD : 108/99 mmHg R : 23x/menit

N : 90 kali/menit S : 36,7 ⸰c

e. LILA : 24 cm

f. TB : 153 cm

g. BB sebelum hamil : 48 kg

h. BB saat hamil : 65 kg

i. Kenaikan BB : 17 kg

48 48
j. IMT : = = 16,55
1,48 x 1,48 2,190

2) Pemeriksaan fisik khusus

a. Kepala : Oval, bersih, warna rambut hitam, tidak ada


benjolan
b. Muka : Sedikit pucat, tidak ada odem, tidak ada chloasma
a. Mata : Simetris, konjungtiva merah muda, sclera putih,
penglihatan jelas
b. Hidung : Bersih, tidak ada secret, tidak ada polip, tidak ada
nyeri tekan

51
c. Mulut : Lembab, bersih, tidak ada stomatitis
d. Gigi/gusi : Tidak ada caries, tidak ada karang gigi
e. Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen, tidak ada nyeri
tekan
f. Leher : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran
kelenjar Tyroid, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe, tidak ada pembesaran vena jugularis
g. Payudara : Simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan,
areola hiperpigmentasi, sudah ada pengeluaran
ASI/colostrum
h. Abdomen
Leopold I : Teraba bulat, lunak dan tidak melenting (bokong)
TFU : 31 cm
Leopold II : Bagian kanan perut ibu teraba lurus, Panjang, keras
seperti papan (punggung), pada sisi kiri perut ibu
teraba bagian terkecil janin (ekstremitas)
Leopold III : Bagian terendah janin teraba bulat keras melenting
(kepala)
Leopold IV : Bagian terendah janin sudah masuk PAP
i. Kontraksi uterus : Frekuensinya 3x/10m/durasinya 35 detik
j. Pergerakan janin : Aktif
k. TBJ : (31-11)x 155 = 3.100gram
l. DJJ : 138x/m
m. Pemeriksaan pervaginam
Warna : Merah segar
Bau : Khas darah
n. Pemeriksaan dalam
indikasi : Melihat kemajuan persalinan
Dinding vagina : Tidak ada luka parut
Portio : Tebal, lunak
Pembukaan : 6 cm
Ketuban : Utuh
Presentasi : Kepala
Denominator : UUK (ubun-ubun Kecil)
Hodge : I
o. Pemeriksaan anus : Tidak ada hemoroid
p. Ekstremitas
Atas : Tidak dilakukan pemeriksaan
Bawah : Tidak dilakukan pemeriksaan

3) Pemeriksaan penunjang : HBsAg+

II. INTERPRETASI DATA DASAR

Diagnosa kebidanan : Ny. E.W umur 18 tahun GIP0A0 usia kehamilan 38

52
minggu 3 hari inpartu kala I fase aktif dengan Hepatitis B

DS :

a. Ibu mengatakan sakit pada perut bagian bawah sampai tembus ketulang belakang

sejak kemarin tanggal 14-04-2023

DO :

Keadaan umum : baik

Tingkat kesadaran : composmentis

Keadaan emosional : baik

Tinda-tanda vital : TD : 108/99 mmHg R : 23x/m

N : 90x/m S : 36,7ᵒC

LILA : 24 cm

TB : 153 cm

BB sebelum hamil : 48 kg

BB saat hamil : 65 kg

Kenaikan BB : 17 kg

48 48
IMT : = = 16,55
1,48 x 1,48 2,190

Pemeriksaan kebidanan

Leopold I : teraba bulat lunak tidak melenting (bokong)

TFU : 31 cm

Leopold II : bagian kanan perut ibu teraba lurus panjang keras seperti

Papan (punggung), pada sisi kiri perut ibu teraba bagian terkcil janin

(ekstremitas)

Leopold III : bagian terendah janin teraba bulat, keras,

Melenting (kepala)

53
Leopold IV : bagian terendah janin sudah masuk pintu

atas panggul

Kontraksi uterus : Frekuensinya 3x/10m/durasinya 35 detik

Pergerakan janin : aktif

TBJ : (31-11)x 155 = 3.100gram

Auskultasi DJJ : 138 kali/menit

Pemeriksaan pervaginam

Warna : merah segar

Bau : khas darah

Pemeriksaan dalam

Indikasi : melihat kemajuan persalianan

Dinding vagina : tidak ada luka parut

Portio : tebal, lunak

Pembukaan serviks: 6 cm

Ketuban : utuh

Presentasi : kepala

Denominator : UUK (ubun-ubun kecil)

Hodge :I

III. DIAGNOSA MASALAH POTENSIAL

Bayi : jika tidak segera dilakukan penanganan, resiko penularan pada bayi akan

lebih besar

IV. ANTISIPASI TINDAKAN SEGERA

Ibu : tetap melakukan kunjungan masa nifas dan akan dilakukan pemeriksaan

54
darah lengkap

Bayi : lakukan asuhan pada bayi baru lahir, penyuntikan HB 0 dan 12 jam

kemudian dilakukan penyuntikan Imuglobin Hepatitis B (HBIg)

V. PLANING/PERENCANAAN

Tanggal : 15-04-2023 jam : 16.44 WIT

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan

R/Agar ibu mengetahui hasil pemeriksaanya

2. Beritahu ibu rasa sakit pada perut bagian bawah sampai tembus tulang belakang

merupakan keadaan yang normal pada ibu yang akan memulai persalinan

R/Agar ibu tidak khawatir dengan keadaan yang ibu rasakan

3. Lakukan observasi keadaan umum ibu, tingkat kesadaran, tanda-tanda vital tiap 4 jam,

His tiap 30 menit dan DDJ setiap 30 menit

R/Agar mengetahui kemajuan persalinan

4. Anjurkan ibu untuk makan dan minum

R/Agar ibu mempunyai tenaga untuk mengedan

5. Ciptakan rasa nyaman pada ibu dengan mengajak ibu berbicara dan beri support pada

ibu

R/Agar ibu merasa nyaman dan tenang untuk menghadapi proses persalinan

6. Anjurkan suami atau keluarga terdekat untuk mendampingi ibu

R/Agar ada yang bemberi support pada ibu

7. Lakukan pemeriksaan dalam setiap 4 jam atau jika ada indikasi

R/untuk mengetahui kemajuan persalinan

8. Anjurkan Teknik pernapasan pada ibu saat ada HIS

R/Agar bayi mendapat oksigen dari ibu

55
9. Siapkan alat-alat partus dan obat-obatan

R/Agar selalu siap pada saat ibu akan bersalin dan pada saat obat dibutuhkan

10. Siapkan pakaian ibu dan bayi

R/Agar ketika bayi sudah lahir dan ibu sudah selesai bersalin dalam keadaan siap pakai

11. Pemeriksaan DJJ, HIS, pemeriksaan dalam, tanda-tanda vital, isi pada

partograf

R/Agar selalau mengetahui keadaan ibu dan janin dalam batass normal

VI. IMPLEMENTASI/PELAKSANAAN

Tanggal : 15-04-2023 Jam : 16.55 WIT

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dirinya, secara umum keadaan ibu dalam keadaan

baik, tidak terdapat luka parut, portio lunak tipis, pembukaan serviks 5 cm, ketuban

utuh, presentasi kepala, petunjuk ubun-ubun kecil.

2. Memberitahu ibu rasa sakit pada perut bagian bawah sampai tembus tulang belakang

disertai keluarnya lendir bercampur darah merupakan keadaan yang normal pada ibu

yang akan memulai persalinan

3. Melakukan observasi keadaan umum ibu, tingkat kesadaran, tanda-tanda vital setiap 4

jam, HIS tiap 30 menit dan DJJ setiap 30 menit untuk memantau keadaan ibu dan

janin

4. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum, dengan begitu ibu memiliki tenaga untuk

mengedan ketika pembukaan sudah lengkap

56
5. Menciptakan rasa nyaman pada ibu dengan mengajak ibu berbicara dan beri support

pada ibu seperti menganjurkan ibu untuk tetap tenang

6. Menganjurkan suami atau keluarga terdekat untuk mendampingi ibu

7. Melakukan pemeriksan dalam setiap 4 jam atau jika ada indikasi

8. Menganjurkan ibu Teknik pernapasan yang efektif seperti Tarik Panjang dari hidung

keluarkan dari mulut

9. Menyiapkan alat-alat pratus seperti partus set dan hecting set serta obat-obatan

oksitosin

10. Mempersiapkan pakaian bayi yang sudah diberi dari keluarga

11. Pemeriksaan DJJ, HIS, pemeriksaan dalam, Tanda-tanda Vital, isi pada lembar

partograf

VII. EVALUASI

Tanggal : 15-04-2023 Jam : 17.07 WIT

1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan

2. Ibu sudah mengetahui penyebab rasa sakit yang ibu rasakan

3. Observasi sudah dilakukan

4. Ibu bersedia makan dan minum

5. Ibu sudah merasa nyaman dan merasa di support oleh bidan

6. Ibu sudah di damping oleh suami

7. Sudah dilakukan pemeriksaan dalam 4 jam pertama

8. Ibu sudah melakukan teknik pernapasan efektif

9. Alat-alat dan obat-obatan sudah dalam keadaan siap pakai

10. Pakaian Ibu dan bayi sudah di siapka

57
11. Sudah di lakukan Pemeriksaan DJJ, his, pemeriksaan dalam, tanda-tanda vital, dan isi

partograph (dalam batas normal)

LEMBAR OBSERVASI KALA I PERSALINAN

Pemeriksaan dalam
Keadaa
Jam TTV HIS DJJ dan tanda gejala kala
n umum
2
16.33 Baik TD: 108/99 mmHg 3x/10menit/20-25detik 138x/m Vt : v/v tidak ada
N : 90x/m kelainan, portio tebal
R : 23x/m lunak, pembukaan 6
S : 36ᵒC cm, ketuban utuh,
preskep, H-I, kespang
cukup.
16.48 Baik 3/10menit/20-25detik 136x/m
17.10 Baik 3x/10menit/30detik 133x/m

17.40 Baik 3x/10menit/30detik 140x/m


18.10 Baik 138x/m

18.30 Baik TD: 120/81 mmHg 4x/10menit/33detik 142x/m


N : 80x/m
19.00 Baik 139x/m
19.30 Baik 139x/m
58
20.07 Ibu TD: 122/82 mmHg 4x/10menit/43 detik Vt :v/v tidak ada
tampak N: 86x/m kelainan, portio arah
gelisah jam 1 tebal,
pembukaan 9 cm,
ketuban menonjol,
preskep, H-II, kespang
cukup.

KALA II

Tanggal : 15-04-2023

Jam : 20.25 WIT

a. Subjektif

1. Ibu mengatakan rasa buang air besar

2. Ibu mengatakan sakitnya tambah kuat tembus tulang belakang

b. Obyektif

1. Vulva dan anus membuka

2. Perineum meregang

3. His : 5x dalam 10 menit, durasi 45 detik kuat dan teratur

4. DJJ : 138x/m

5. ibu ingin mengedan

59
6. ibu tampak gelisan saat ada HIS

7. VT : pembukaan 10 cm, porsio tidak teraba, preskep, ketuban pecah, penurunan

hodge III, kesan panggul cukup

c. Asessmen:

Diagnosa kebidanan : Ny. E.W umur 18 tahun GIP0A0 usia kehamilan 38

minggu 3 hari dengan kala III normal

Masalah potensial : Pada kasus persalinan lama (lebih dari 9 jam) cenderung

meningkatkan resiko pada bayi.

d. Penatalaksanaan:

Tanggal : 15-04-2023 jam : 20.22 WIT

1. Mengenali tanda-tanda gejala kala II : Dorongan untuk meneran, tekanan pada anus,

perineum menonjol, vulva membuka

2. Memastikan kembali alat dan obat-obatan serta pakaian ibu dan bayi

3. Memakai APD dari topi, kacamata, masker, celemek, dan sepatu boat

4. Mencuci tangan 6 langkah yaitu, membasahi 2 tangan dengan sabun dan bilas

menggunakan air mengalir lalu keringkan dengan handuk bersih

5. Memakai sarungtangan steril

6. Mengatur posisi ibu yang nyaman dengan berbaring, kaki ditekuk posisi dorsal

recumbent

60
7. Memimpin ibu meneran saat kontraksi dengan cara dagu ibu ketemu daa ibu, tangan

ibu memegang paha, gigi ketemu gigi, mata melihat kearah perut ibu

8. Meletakkan kain bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi saat dilahirkan

9. Melahirkan kepala setelah kepala bayi membuka 5-6 cm, dengan cara melindungi

perineum dengan satu tangan yang di lapisi kain bersih dan kering, tangan yang lain

menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala

10. Kepala bayi ekspulsi dan mengusap muka bayi saat melakukan putaran paksi luar

11. Kepala bayi eksplusi dan mengusap muka bayi saat melakukan putaran paksi

12. Memeriksa lilitan tali pusat pada leher bayi dan membiarkan kepala melakukan paksi

luar

13. Melahirkan kedua bahu secara biparietal dengan cara gerakan kepala kearah bawah

untuk melahirkan bahu atas dan Gerakan kepala keatas untuk melahirkan bahu bawah

14. Melahirkan bayi dengan cara sangga susur, maka lahirlah seluruh tubuh bayi diatas

tangan penolong

15. Jam 20.27 WIT bayi lahir spontan, langsung menangis, gerakan aktif, kulit warna

kemerahan, ekstrenitas agak biru, bayi cukup bulan, tidak ada cacat, kaput (-), dan ada

anus (+)

16. Melakukan penundaan pemotongan tali pusat

61
KALA III

Taggal : 15-04-2023 jam : 20.28 wit

a. Subjektif

1. Ibu mengatakan nyeri pada perut

2. Ibu mengatakan sangat senang atas kelahiran bayinya

b. Objektif

1. Keadaan umum : baik

2. Tingkat kesadaran : composmentis

3. Tanda-tanda vital

TD : 120/93 mmHg

N : 89x/m

62
R : 21x/m

S : 36,8ᵒC

4. Plasenta : belum lahir

5. TFU : Setinggi pusat

6. Palpasi : Tidak ada janin ke 2

7. Kandung kemih : Kosong

8. Perdarahan : Kurang lebih 100cc

c. Asessment

Diagnosa kebidanan : Ny. E.W umur 18 tahun PIA0 dengan Kala III normal

d. Penatalaksanaan

Tanggal : 15-04-2023 Jam : 20.28 WIT

1. Memeriksa fundus uteri untuk memastikan bahwa janin tunggal dan hasilnya tidak

ada janin ke 2

1
2. Menyuntikan oxytosin 10 unit secara intramuscular paha kanan atas bagian luar,
3

setelah 2 menit bayi lahir.

3. Melakukan peregangan tali pusat terkendali saat ada kontraksi

4. Tangan kanan memegang tali pusat 5-10 cm di depan vulva, dan tangan kiri menekan

simpisis kearah fundus

5. Jam 20.31WIT plasenta ditangkap dengan kedua tangan, pada saat plasenta tampak di

vulva, lalu diputar searah jarum jam, maka lahirlah plasenta lengkap dengan

selaputnya.

6. melakukan masase uterus selama 15 detik pada fundus uteri segera setelah plasenta

lahir. Hasilnya sudah dilakukan masase dan uterus teraba keras dan membulat

7. memeriksa kelengkapan plasenta:

a. Bentuk : Bundar/bulat

63
b. Berat : 500 gram

c. Diameter : 20 cm

d. Selaput : Utuh

e. Kotiledon : Lengkap, jumlahnya 19 buah

f. Insersio tali pusat : Sentralis (ditengah plasenta)

g. Panjang tali pusat : 45 cm

h. Tebal : 2 cm

i. Kelainan : Tidak ada

8. Memeriksa kontraksi uterus dan mengajarkan ibu cara masase fundus uterus

KALA IV

Tanggal : 15-042023 jam : 22.20 WIT

a. Subjektif:

1. Ibu mengatakan nyeri di perut bagian bawah

2. Ibu mengatakan sudah buang air kecil (BAK)

3. Ibu mengatakan belum Buang air besar (BAB)

4. Ibu mengatakan merasa senang bayinya lahir dengan selamat

b. Objektif

1. Keadaan umum : baik

2. Tingkat kesadaran : composmentis

64
3. Tanda-tanda vital

TD : 121/90 mmHg

N : 99x/m

R : 23x/m

S : 36,6ᵒC

4. Palpasi

Kontraksi uterus : keras

TFU : 2 jari dibawah pusat

5. Kandung kemih : kosong

6. Robekan perineum : grat 1 (hecting 2 dibagian dalam putus putus dan 2 pada

bagian

luar putus putus

7. Perdarahan : 100 cc

c. Asessment

Diagnosa kebidanan : Ny.E.W umur 18 tahun PIA0 dengan kala IV normal

d. Penatalaksanaan

Tanggal : 15-04-2023 Jam : 22.20 WIT

1) Melakukan hecting pada jalan lahir ibu yang ada robekan 2 jahitan pada bagian dalam

dan 2 pada bagian luar dengan tekhnik putus putus

2) Membersihkan lingkungan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan mengganti

undepad baru

3) Mencuci sarung tangan pada larutan klorin dan melepas sarung tangan, mengganti

dengan sarung tangan yang baru.

65
4) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%, rendam selama

10 menit, cuci dan bilas setelah itu sterilkan alat.

5) Membersihkan ibu dengan air DTT dan mengganti pakaian ibu dengan pakaian bersih

dan kering.

6) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan

7) Melakukan observasi 1 jam pertama setiap 15 menit

a. Jam 20.35 WIT (15 menit pertama)

Keadaan umum : baik

Tingakt kesadaran : composmentis

Tanda-tanda vital

TD : 121/98 mmHg

N : 97x/m

R : 22x/m

S : 36,5ᵒC

Kontraksi : Keras

TFU : 2 jari di bawah pusat

Kandung kemih : kosong

Perdarahan : 1x ganti pembalut

b. Jam 20.50 (15 menit ke II)

Keadaan umum : baik

Tingakt kesadaran : composmentis

TTanda-tanda vital

TD : 121/93 mmHg

N : 99x/m

66
R : 22x/m

c. Jam 21.05 WIT (15 menit ke III)

Keadaan umum : baik

Tingakt kesadaran : composmentis

Tanda-tanda vital

TD : 120/95 mmHg

N : 91x/m

R : 21x/m

d. Jam 21.20WIT (15 menit ke IV)

Keadaan umum : baik

Tingakt kesadaran : composmentis

Tanda-tnada vital

TD : 120/99 mmHg

N : 94x/m

R : 21x/m

S : 36,4ᵒC

8) Melakukan observasi 1 jam kedua setiap 30 menit dan hasil observasi kala IV

a. Jam 21.50 WIT (30 menit pertama)

Keadaan umum : baik

Tingakt kesadaran : composmentis

Tanda-tanda vital

TD: 123/88 mmHg

N : 89x/m

R : 21x/m

S : 36,2ᵒC

67
Kontraksi uterus : keras

TFU : 2 jari di bawah pusat

Perdarahan : 2x ganti pembalut

b. Jam 22.20 WIT (30 menit ke II)

Keadaan umum : baik

Tingakt kesadaran : composmentis

Tanda-tanda vital

TD : 121/96 mmHg

N : 97x/m

R : 21x/m

S : 36,5ᵒC

9) Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan nifas rutin dan melakukan control

mengenai penyakit hepatitis yang di derita ibu ke puskesmas agar dilakukan

penanganan.

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada studi kasus Asuhan Kebidanan Pada ibu bersalin tentang kesesuaian antara teori dan

kenyataan yang terjadi pada Ny.E.W umur 18 tahun GIP0A0 usia kehamilan 38 minggu 3

hari inpartu kala I fase aktif dengan hepatitis B. menggunakan standar Asuhan Kebidanan

yang terdiri dari pengkajian data perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi

dilanjukan dengan SOAP sebagai data perkembangan.

A. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin

a. Pengkajian Data

68
1. Data subyektif

Berdasarkan kasus Ny.E.W pada kuluhan yang ibu rasakan adalah nyeri

perut bagian bawah tembus tulang belakang, menurut penulis nyeri pada perut

bagian bawah tembus tulang belakang merupakan hal yang normal dialami oleh

ibu saat memulai persalinan. Menurut sulfianti, gejala persalianan jika sudah

dekat akan menyebabkan kualitas his semakin sering terjadi dan teratur dengan

jarak kontraksi semakin pendek, dengan terjadi tanda-tanda seperti keluarnya

lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada

serviks. Berdasarkan kejadian diatas keadaan fisik Ny.E.W masih dalam batas

normal

Pada Riwayat ANC trimester 1 ibu tidak melakukan pemeriksaan

kehamilan, pada timester 2 ibu melakukan pemeriksaan kehamilan dan

pemeriksaan darah lengkap dipuskesmas dengan hasil HBsAg positif,, pada

trimester ke tiga ibu melakukan kunjungan ANC sebanyak 3 kali, 1 kali di dokter

SpOG pada usia kehamilan 30 minggu 3 hari. 2 kali yaitu pada usia kehamilan 35

minggu dan 36 minggu satu hari di klinik AHBS PAPUA. Standar kunjungan

ANC berdasarkan buku KIA 2020 adalah sebanyak 6 kali selama hamil yang

terdiri dari 2 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, dan 3 kali pada

trimester III. Berdasarkan frekuensi ANC yang dilakukan Ny.E.W ada

kesenjangan antara teori dan kasus dikarenakan Ny.E.W melakukan ANC selama

hamil hanya terhitung 4 kali kunjungan. Pada trimester 1 Ny.E.W tidak

melakukan kunjungan kedokter SpOG maupun ke bidan dikarenakan ibu

mengatakan ingin periksa kehamilan pada saat usia kehamilan sudah 6 bulan

keatas.

2. Data obyektif

69
Berdasarkan kasus hasil pemeriksaan pada Ny.E.W yaitu keadaan umum

dan kesadaran dalam keadaan baik. TTV dalam batas normal, pada pemeriksaan

fisik mata tidak ditemukan icterus, konjungtiva merah muda, pada muka tidak

oedem, mukosa bibir lembab, tidak ada apembesaran kelen payudara bersih tidak

ada pembengkakan dan pengeluaran ASI lancar, abdomen meliputi : TFU 30 cm,

bagian fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting, bagian kiri perut ibu teraba

Panjang keras seperti papan, dibagian kanan perut ibu teraba bagian bagian

terkecil janin, di bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras, melenting, kepala

sudah masuk PAP, kontraksi 4x/10menit/40 detik. DJJ 139x/m, genetalia : pada

pemeriksaan pervaginam keluar lendir bercampur darah, pada pemeriksaan dalam

tidak ada kelainan, portio tebal lunak, ketuban utuh, presentasi kepala,

pembukaan serviks 6 cm, petunjuk ubun-ubun kecil, penurunan Hodge I. pada

pemeriksaan penunjang didapat ibu dengan HBsAg + berdasarkan dari hasil

pemeriksaan laboraturium puskesmas sentani. menurut penulis pemeriksaan dan

keadaan yang didapat masih dalam batas normal dan fisiologis terjadi pada ibu

yang akan memulai persalinan. Menurut Alesya Vebriani, pemeriksaan fisik pada

ibu bersalin meliputi muka tidak oedem, konjungtiva merah muda, slera putih,

mukosa bibir lembab, payudara bersih, putting susu menonjol, kolostrus sudah

keluar, tidak ada bendungan/massa abnormal. Pemeriksaan abdomen pada ibu

bersalin meliputi : TFU Mc. Donald (cm) sesuai dengan umur kehamilan,

pemeriksaan leopold (leopold I-IV) DJJ (normalnya 120-160x/m). genetalia :

melakukan pemeriksaan pervaginam. Pada pemeriksaan penunjang adalah

pemeriksaan untuk mengetahui klien memiliki penyakit atau tidak. Berdasarkan

hal diatas, maka pada kasus Ny. E.W dalam batas normal. Jadi tidak ada

kesenjangan antara teori dan kasus Ny. E.W.

70
In Analisa pada kasus Ny.E.W umur 18 tahun GIP0A0 usia kehamilan 38 minggu 3

hari inpartu kala I fase aktif dengan hepatitis B. menurut Arsinah, Bidan

menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian dan pemeriksaan yang dilakukan.

b. Interpretasi Data Dasar

Analisa pada kasus Ny.E.W umur 18 tahun GIP0A0 usia kehamilan 38 minggu

3 hari inpartu kala I fase aktif dengan hepatitis B. menurut Arsinah, Bidan

menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian dan pemeriksaan yang dilakukan.

c. Masalah Motensial

Berdasarkan Kasus Ny.E.W dari hasil anamnesis dan pemeriksaan yang sudah

dilakukan ibu dengan hepatitis B. diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada ibu

bersalin dengan hepatitis B adalah resiko pada bayi akan lebih besar jika tidak

segera dilakukan penanganan. Menurut Varney 2019, Ketika rumusan diagnosis

sudah diidentifikasi, maka bidan dapat segera mengidentifikasi serta

menginterpretasikan suatu diagnosa potensial atau masalah potensial.

Mengidentifikasi melalui data-data yang ada, seperti data subjektif dan data objektif

yang didapat dari anamnesis dan pemeriksaan. Jadi, tidak ada kesenjangan antara

teori dan kasus Ny.E.W

d. Antisipasi tindakan segera

Berdasarkan Kasus Ny.E.W untuk penanganan pada ibu pasca persalinan

adalah menganjurkan ibu untuk tetap melakukan kunjungan masa nifas dan

melakukan pemeriksaan darah lengkap untuk mengetahui perkembangan virus yang

ada dalam tubuh ibu, sedangkan penanganan segera yang dilakukan pada bayi

setelah lahir adalaah penyuntikan vitamin K 0,5 ml dan pemberian salep mata serta 2

jam kemudian pemberian HB 0, 12 jam kemudian dilakukan penyuntikan Imuglobin

Hepatitis B (HBIg). Menurut Varney 2019, Pada tahap ini bidan harus mampu

71
merencanakan asuhan secara menyeluruh atau dapat dikatakan secara komprehensif,

namun disesuaikan dengan keluhan dan kebutuhan klien. Jadi tidak ada kesenjangan

antara teori dan kasus Ny.E.W

e. Perencanaan dan pelaksanaan

1. Kala I

Pada Ny.E.W diberikan asuhan menganjurkan ibu untuk berkemih,

melakukan observasi tekanan darah, his tiap 30 menit dan VT tiap 4 jam,

menganjurkan ibu teknih relaksasi dan tidak gelisah, menganjurkan ibu untuk

makan dan minum, menganjurkan ibu untuk tidur miring kiri. Menurut

sulistyawati 2015, kala I adalah kala pembukaan 0-10 cm atau pembukaan

lengkap. Proses ini terjadi dua fase laten selama 8 jam dimana serviks membuka

sampai 3 dan fase aktif selama 7 jam dimana serviks membuka dari 3 cm-10 cm.

kontraksi makin kuat dan sering. Pada his permulaan kala pembukaan

berlangsung tidak begitu kuat sehingga ibu yang sedang bersalin masih dapat

berjalan dan makan minum untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ibu, dan Teknik

relaksasi napas dalam merupakan bentuk asuhan yang mengajarkan kepada klien

bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan napas secara

maksimal) dan bagaimana cara menghembuskan napas secara perlahan. Teknik

ini dapat meningkatkan ventilasi paru dan peningkatan oksigen dalam darah.

2. Kala II

Berdasarkan fakta, persalinan kala II Ny. E.W berlangsung selama 5 menit

tidak ada penyulit selama proses persalinan. Pasien mendapatkan asuhan

bimbingan meneran, pertolongan persalinan dan IMD. menurut penulis halini hal

ini fisiologis karena partograph tidak melewati garis waspada. Menurut

Wulandari Indah, kala II dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi

72
lahir. Proses ini berlangsung 1-1,5 jam untuk primigravida, pada multigravida 1

jam. Menurut Alesya Vebriani (2021) pada kala II diberikan Asuhan bimbingan

meneran, pertolongan persalinan, IMD untuk mempercepat proses persalinan.

3. Kala III

Berdasarkan kasus Ny.E.W persalinan kala III berlangsung 5 menit, tidak

ada penyulit atau masalah yang menyertai, pasien mendapatkan asuhan

penyuntikan oxitosin, PTT, dan masase fundus uteri. Menurut penulis hal ini

fisiologis dalam kala III karena tidak ada masalah atau penyulit yang menyertai.

Menurut Wulandari Indah kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai

lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit dengan asuahan

manajemen aktif kala III. Berdasarkan hal diatas tidak ada kesenjangan antara

teori dan kasus Ny.E.W

4. Kala IV

Persalianan Kala IV Ny.E.W berlangsung selama 2 jam pertama, ibu

mengatakan nyeri perut, ibu sudah buang air kecil dan belum buang air besar, ibu

sangat senang atas kelahiran bayinya. Asuhan yang diberikan kesadaran ibu baik,

Tanda-tanda vital dalam batas normal, kontraksi baik, TFU 2 jari di bawah pusat,

kandung kemih kosong, robekan grat 2, hecting 2 bagian dalam dan 2 bagian luar

dengan tekhnik putus-putus, perdarahan 100 cc. Menurut penulis hal ini fisiologis

perdarahan dan TTV alam batas normal, pasien telah mendapatkan asuhan yang

sesuai. Menurut Maya Eka Saputri, pada minggu pertama sesudah bayi lahir ibu

akan mengalami kram/mules pada abdomen yang berlangsung sebentar, periode

ini disebut dengan afterpains, yang ditimbulkan oleh karena kontraksi uterus pada

waktu mendorong gumpalan darah dan jaringan yang terkumpul didalam uterus

73
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

74
Asuhan kebidanan persalinan pada Ny.E.W GIP0A0 dengan persalinan normal

pada kala I ibu merasa sakit perut bagian bawah tembus tulang belakang. Itu merupakan

hal yang fisiologis, pada kala II ibu mengedan dengan baik, bayi lahir spontan, pada kala

III plasenta lahir spontan kurang dari 10 menit dan pada kala IV tidak ada masalah atau

penyulit.

Penyakit hepatitis B merupakan jenis hepatitis yang paling sering ditemukan

dengan manifestasi infeksi berupa peradangan kronis pada hati. Prevalensi penyakit

karena hepatitis B diketahui merupakan kejadian terbesar di dunia. Transmisi HBV

selama persalinan diakui sebagai rute penularan dari ibu ke bayi yang paling penting di

daerah endemic untuk infeksi HBV sebagai akibat dari paparan sekresi serviks ibu dan

darah ibu yang mengandung HBV. Saat persalinan dapat terjadi mikotransfusi darah ibu

ke bayi, bayi yang menelan darah robekan plasenta atau cairan amnion, atau sekresi

vagina saat persalinan. Korioamnionitis, ancaman persalinan prematur, dan penggunaan

alat bantu persalinan juga dapat meningkatkan risiko transmisi hepatitis B, Pada kasus

persalinan lama (lebih dari 9 jam) cenderung meningkatkan penularan vertical

B. Saran

1. Bagi mahasiswa

Sebagai penerapan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan dan mendapatkan

pengalaman dalam melaksanakan asuhan kebidanan secara langsung kepada ibu

bersalin. Sehingga dapat digunakan sebagai bekal penulisan didalam melaksanakan

asuhan kebidanan.

2. Bagi Klinik AHBS PAPUA

75
Dapat menjadi sumber informasi dalam pengelola program Kesehatan berupa

pemberian asuhan kebidanan persalinan dan Kesehatan ibu dan anak.

DAFTAR PUSTAKA

76
Pusdiknas, WHO, JHIPEGO. 2017. Buku III asuhan kebidanan pada ibu infartum. Jakarta

Panduan Praktis Maternal dan Neonatal, WHO, 2016.

Prawiroharjo. Ilmu kebidanan. Yayasan sarwono rawirohardjo Jakarta; 2002.

Saifuddin, dkk. (2018). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal.

Jakarta: JNPKKR. Varney, H. 2019. Varney’s Midwifery. Jakarta: EGC

Rohani, Saswita R, Marisah. 2018. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan. Jakarta:

Salemba Medika Saleha, S. 2019. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: salemba

medika

Saifuddin, dkk.2020. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta Yayasan Bina

Pustak

Sari, E dan Kurnia. 2018. Asuhan Kebidanan Persalinan (Intranatal Care). Jakarta: EGC

Ajeng, D & Putu R.A., 2017.Tatalaksana Persalinan pada Kehamilan dengan Hepatitis B, J

Medula Unila, 7, pp1-5.

Arief, N & Nurhaeni, 2008.Panduan Lengkap Kehamilan Dan Kelahiran Sehat.Yogyakarta :

Dianloka. Ayoub.W.S. & Cohen, 2005.Hepatitis management in the pregnant patient: an

update., USA : J Clin Trans Hepatol.

Edison & Prabowo, P, 1989.Infeksi Virus Hepatitis B pada ibu hamil di RSUD Dr Soetomo

Surabaya,Surabaya : Laboratorium Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran

Universitas Airlangga.

77

Anda mungkin juga menyukai