W UMUR 18 TAHUN
GI P0 A0 USIA KEHAMILAN 38 MINGGU 3 HARI INPARTU
KALA I FASE AKTIF DENGAN HEPATITIS B
DI KLINIK AHBS PAPUA
Disusun oleh :
NAMA
Kusmawati Hasanah Marianti
Petronela Wilemfrida
Nipelina Soll Yopina
Naomi Kansai Yuliana P. Kim
Martha Wally Helena Mansawan
1
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN NY.E.W UMUR 18 TAHUN
GI P0 A0 USIA KEHAMILAN 38 MINGGU 3 HARI INPARTU
KALA I FASE AKTIF DENGAN HEPATITIS B
DI KLINIK AHBS PAPUA
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta
hidayahNya kepada kita semua. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
kelompok yang berjudul “Asuhan kebidanan pada ibu bersalin Ny. E.W umur 18 tahun
GIP0A0 usia kehamilan 38 minggu 3 hari inpartu kala I fase aktif dengan hepatitis B ”
makalah ini di buat bertujuan untuk menambah wawasan di bidang kesehatan khususnya
kesehatan ibu dan anak terutama dalam asuhan kebidanan bersalin serta sebagai tugas
Dalam penyusunan makalah ini kami mendapat arahan dan bimbingan dari berbagai
2. Eftyaningrum Dwi Wahyu Astutik, M.Tr.Keb sebagai ketua Prodi D-III Kebidanan.
5. Dokter Christian Maxy SpOG selaku dokter penanggung jawab pelayanan di klinik AHBS
PAPUA
6. Sisilia Dian Septiningsih Samber, A.Md.keb selaku Bidan Koordinator Klinik AHBS
Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu kritik dan saran
kekurangan dalam penyusunan atau penulisan makalah ini kami ucapkan mohon maaf
yang sebesar-besarnya
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii
KATA PENGANTAR.........................................................................................iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................iv
BAB 1. PENDAHULUAN...................................................................................5
A. Latar belakang...........................................................................................5
B. Rumusan masalah......................................................................................6
C. Tujuan........................................................................................................6
D. Manfaat......................................................................................................6
BAB II. TINJAUAN TEORI ..............................................................................7
A. Konsep Dasar Persalinan........................................................................7
1. Pengertian persalinan..........................................................................7
2. Sebab-sebab mulainya persalinan.......................................................7
3. Tahapan persalinan..............................................................................8
4. Factor-faktor yang mempengaruhi persalinan..................................10
5. Tanda-tanda persalinan......................................................................11
6. Perubahan fisiologis persalinan........................................................12
7. Perubahan psikologis persalinan.......................................................20
8. Partograph.........................................................................................20
9. Asuhan persalinan.............................................................................23
B. Konsep Dasar Hepatitis B.....................................................................34
1. Pengertian hepatitis...........................................................................34
2. Jenis-jenis hepatitis...........................................................................35
3. Penyebab dan cara penularan hepatitis.............................................39
4. Gejala hepatitis B..............................................................................39
5. Diagnosa hepatitis B.........................................................................41
6. Pencegahan.......................................................................................41
7. Penatalaksanaan................................................................................43
8. Pengobatan........................................................................................45
BAB III. TINJAUAN KASUS...........................................................................46
BAB IV. PEMBAHASAN..................................................................................68
BAB V. PENUTUP.............................................................................................74
4
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Persalinan normal menurut World health organization (WHO) adalah persalinan
dengan presentase janin belakang kepala yang berlangsung secara spontan dengan lama
persalinan dalam batas normal, beresiko rendah sejak awal persalinan hingga partus pada
usia cukup bulan yaitu 37-42 minggu. Tujuan asuhan persalinan normal yaitu
mengupayakan kelangsungan hidup serta mencapai derajat Kesehatan yang tinggi bagi
ibu dan bayinya melalui berbagai upaya yang terintergrasi dan lengkap serta intervensi
minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga secara optimal
(Jamilah dan Madinah, 2021).
Penyakit hepatitis merupakan masalah Kesehatan masyarakat di dunia termasuk
Indonesia. Indonesia merupakan negara dengan endemisitas tinggi hepatitis B terbesar
kedua dinegara South East Asian Region (SEAR) setelah Myanmar. Virus Hepatitis B
telah menginfeksi sejumlah 2 miliar orang di dunia. Ibu hamil beresiko mengalami
kematian, di dunia dan negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. Data statistic
menyebutkan bahwa 99% ibu meninggal karena kehamilan dan persalinan. Salah satu
Infeksi yang dapat menyerang ibu hamil adalah hepatitis B.
Data Riskesdas tahun 2018 menunjukan Persentase Ibu hamil HBsAg reaktif yaitu
sebanyak 2,21 %, dengan wilayah yang tertinggi yaitu Nusa tenggara barat (6,15%),
kemudian Nusa Tenggara Timur (5,26%) dan papua (3,92%.) (kemenkes, 2018).
Penularan dari ibu ke bayi sebagian besar dapat di cegah dengan imunisasi. Pemerintah
telah menaruh perhatian besar terhadap penularan vertical virus hepatitis B dengan
pembuatan program pemberian vaksinasi hepatitis B bagi semua bayi yang lahir di
fasilitas pemerintah, tanpa mengetahui bayi tersebut lahir dari ibu dengan HbsAg positif
atau tidak (Prawirohardjo, 2018).
Rendahnya pemeriksaan atau skrining hepatitis B pada wanita hamil dapat
meningkatkan risiko penularan secara vertikal. Penularan infeksi VHB dapat terjadi
dengan 2 cara, yaitu penularan horizontal dan vertikal. Penularan horizontal VHB dapat
melalui penularan perkutan, melalui selaput lendir atau mukosa. Penularan vertikal atau
mother-to-child-transmission (MTCT) terjadi jika ibu hamil penderita hepatitis B akut
atau pengidap persisten HBV menularkan ke bayi yang dikandungnya atau
dilahirkannya. Penularan HBV vertikal dapat dibagi menjadi penularan VHB in-utero,
5
penularan perinatal, dan penularan postnatal. Mekanisme penularan VHB in-utero
sampai sekarang belum diketahui pasti, karena salah satu fungsi plasenta adalah proteksi
terhadap bakteri atau virus. Bayi dikatakan mengalami infeksi inutero jika dalam 1 bulan
postpartum sudah menunjukkan HBsAg positif dan DNA VHB.
Penularan perinatal adalah penularan yang terjadi pada saat persalinan. Sebagian
besar ibu dengan HbsAg positif akan menularkan infeksi Hepatitis B vertikal kepada
bayi yang dilahirkannya sedangkan ibu yang antiHBV positif tidak akan menularkannya.
Penularan postnatal terjadi setelah bayi lahir misalnya melalui ASI yang diduga tercemar
oleh HBV lewat luka kecil dalam mulut bayi. Pada kasus persalinan lama cenderung
meningkatkan penularan vertikal (lebih dari 9 jam)
B. Rumusan masalah
Bagaimana melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin Ny. E.W umur 18 tahun
GIP0A0 usia kehamilan 38 minggu inpartu kala I fase aktif dengan hepatitis melalui
pendekatan manajemen 7 langkah varney dan SOAP sebagai data perkembangan
C. Tujuan
a. Tujuan umum
Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin Ny.E.W umur 18 tahun
GIP0A0 usia kehamilan 38 minggu inpartu kala I fase aktif dengan hepatitis B melalui
manajemen asuhan kebidanan menurut 7 langkah varney dan SOAP sebagai data
perkembanganya
b. Tujuan khusus
Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan metode manajemen asuhan
kebidanan 7 langkah varney dan SOAP sebagai data perkembanganya.
D. Manfaat
a. Bagi mahasiswa
Sebagai penerapan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan dan mendapatkan
pengalaman dalam melaksanakan asuhan kebidanan secara langsung kepada ibu
bersalian Ny.E.W dengan hepatitis B
b. Bagi klinik AHBS PAPUA
Dapat menjadi sumber informasi dalam pengelola Kesehatan khususnya dalam asuhan
kebidanan bersalin dengan hepatitis B Klinik AHBS PAPUA
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
berada dalam Rahim ibunya, dengan diikuti keluarnya plasenta dan selaput janin
dari tubuh ibu. Persalinan spontan adalah persalinan yang berlangsung dengan
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
menurun
b. Teori Oxytocin
Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu, timbul
c. Ketegangan otot-otot
7
mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan Rahim, maka dengan majunya
d. Pengaruh Janin
dari biasa
e. Teori Prostaglandin
3. Tahapan Persalinan
a. Kala I
dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan cervix menjadi
lengkap.
a) Fase latent, yaitu fase pembukaan yang sangat lambat ialah dari 0 sampai
b) Fase aktif, yaitu fase pembukaan yang lebih cepat membutuhkan waktu
8
3) Fase Deselerasi (kurangnya kecepatan), dari pembukaan 9 cm
b. Kala II
dari pembukaan lengkap (10cm) sampai lahirnya bayi. Proses ini berlangsung
2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. Pada kala ini his lebih
cepat dan kuat, kurang lebih 2-3 menit sekali. Dalam kondisi normal kepala
c. Kala III
Kala III atau Kala Uri adalah periode persalinan yang dimulai dari
lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
Setelah bayi lahir uterus teraba keras dan fundus uteri agak diatas pusat.
d. Kala IV
masa nifas (puerperium), mengingat pada masa ini sering timbul perdarahan.
c) Kontraksi uterus
9
e) Observasi kandung kemih kandung kemih
1. Power (Kekuatan)
Power adalah tenaga atau kekuatan yang mendorong janin dapat keluar
Terdiri atas panggul ibu, yaitu bagian tulang keras, dasar panggul, vagina dan
introitus
Adalah cara janin bergerak disepanjang jalan lahir merupakan akibat intraksi
beberapa factor seperti ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan
posisi janin
4. Psikis
Adalah perasaan positif ini berupa kelugaan hati leolah-olah pada saat itulah
benar-benar terjadi realita (kewanitaan sejati) yaitu muncul rasa bangga bisa
5. Penolong
dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin, dalam
6. Faktor Position
10
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Posisi
5. Tanda-Tanda Persalinan
c) Sering buang air kecil atau sulit berkemih karena kandung kemih
semu)
a) Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan
teratur
11
b) Keluar lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak
Perubahan fisiologi yang terjadi pada persalinan kala I, kala II, kala III dan kala
IV adalah :
1. Kala I
kontraksi. Jika ibu dalam keadaan sangat takut, mungkin rasa takut itulah
b) Perubahan metabolisme
12
c) Perubahan suhu badan
Kenaikan dianggap normal jika tidak melebihi 0,5-1⁰. Suhu badan yang
naik sedikit merupakan keadaan yang wajar, tetapi bila keadaan ini
e) Pernapasan
perasaan pusing.
f) Perubahan renal
13
plasma ke renal. Polyuria tidak begitu kelihatan dalam posisi terlentang,
kandung kemih harus sering dikontrol (setiap 2 jam) yang bertujuan agar
Protein dalam urin (+1) selama persalinan merupakan hal yang wajar,
tetapi protein urin (+2) merupakan hal yang tidak wajar, keadaan ini
lebih sering pada ibu primipara, anemia, persalinan lama, atau pada
g) Perubahan gastrointestinal
makan terlalu banyak atau minum berlebihan, tetapi makan dan minum
h) Perubahan hematologis
Jumlah sel darah putih akan meningkat secara progresif selama kala I
pembukaan lengkap, gula darah akan turun selama persalinan dan akan
14
persalinan lama, hal ini disebabkan karena kegiatan uterus dan otot-otot
kerangka tubuh.
i) Perubahan endokrin
j) Perubahan Integument
k) Perubahan muskuloskeletal
cairan tubuh, dan darah sehingga menambah terjadinya kram pada kaki.
suhu menyertai aktivitas otot yang mencolok. Nyeri punggung dan nyeri
sendi (tidak berkaitan dengan posisi janin) terjadi sebagai akibat semakin
l) Sistem Reproduksi
15
menjalar ke bawah, fundus uteri bekerja kuat dan lama untuk mendorong
lembek dan membuka. Kerja sama antara uterus bagian bawah dan
2. Kala II
Kontraksi ini dikendalikan oleh saraf intrinsic, tidak disadari, tidak dapat
diatur oleh ibu bersalin, baik frekuensi maupun lama kontraksi, sifat
khusus :
punggung bawah.
b. Uterus
16
2) Segmen bawah : terdiri atas uterus dan serviks, merupakan daerah
3. Kala III
Kala III dimulai sejak bayi lahir sampai lahirnya plasenta. Persalinan
kala III disebut juga kala uri. Kala III merupakan periode waktu dimana
plasenta menjadi berlipat, menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus
atau ke dalam vagina. Kala III ini tidak kalah pentingnya dengan kala I dan
kala II. Kelainan dalam memimpin kala III dapat mengakibatkan kematian
karena perdarahan. Rata-rata lama kala III berkisar 15-30 menit, baik pada
depan dan belakang korpus uteri atau dinding lateral. Sangat jarang terdapat
17
dalam kelahiran plasenta, didapat 2 tingkat atau fase yaitu :
a. Pelepasan plasenta
abdomen).
5) Pengeluaran plasenta
18
Plasenta yang sudah lepas dan menempati segmen bawah rahim,
vagina
4. Kala IV
Kala IV adalah masa 2 jam setelah plasenta lahir. Dalam kala IV ini,
Pada keadaan ini atonia uteri masih mengancam. Oleh karena itu, kala IV
darah ke plasenta
setelah pasca persalinan dan dalam empat minggu uterus sudah sekecil
keluarnya sekret vagina yang dikenal sebagai lokia (lochea). Setelah itu,
kehidupan seks non gravid yang normal. Setelah kelahiran bayi, kadar basal
berikutnya. Akan tetapi, setiap ibu yang menyusui bayinya, isyarat saraf dari
19
putting susu ke hipotalamus menyebabkan gelora sekresi prolactin hamper
sepuluh kali lipat yang berlangsung sekitar satu jam, sebaliknya prolaktin
berikutnya
susu dari alveoli ke ductus. Jadi, dalam 30 detik sampai 1 menit setelah bayi
ejeksi susu atau pengeluaran susu yang disebabkan oleh gabungan refleks
8. Partograf
Partograf adalah alat bantu yang digunakan untuk memantau kemajuan kala I
persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik44 Observasi yang ketat
harus dilakukan selama kala I persalinan untuk keselamatan ibu, hasil observasi
20
dicatat di dalam partograf. Partograf membantu bidan mengenali apakah ibu
masih dalam kondisi normal atau mulai ada penyulit. Dengan selalu
dan tepat sehingga dapat terhindar dari keterlambatan dalam pengelolaan ibu
a. Penggunaan partograf
1. Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan bagian penting
masuk dalam fase aktif. Untuk menyatakan ibu sudah masuk dalam fase
21
komponen yang harus diobservasi menggunakan partograf meliputi :
a) Nama, umur
d) Tanggal dan waktu mulai dirawat (jika di rumah, tangga dan waktu
2) Kondisi janin :
3) Kemajuan persalinan :
a) Pembukaan serviks
22
a) Waktu mulainya fase aktif persalinan
5) Kontraksi uterus :
a) Oksitosin dan
7) Kondisi ibu :
di lembar ini. Data ini penting jika tiba-tiba ibu mengalami penyulit di
9. Asuhan Persalinan
23
2) Jika ibu tampak gelisah/kesakitan :
3) Izinkan ibu untuk mandi atau membasuh kemaluannya setelah buang air
kecil/besar.
bayi baru lahir, suhu ruangan minimal 25⁰C dan semua pintu serta
dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut sebagai kala
pengeluaran :
vaginanya.
c) Perineum menonjol.
24
d) Vulva-vagina dan spingter anal membuka
tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan
5) Memakai satu sarung tangan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan
dalam.
dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum, atau
25
selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap,
lakukan amniotomi.
yang masih memakai sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%
10) Memeriksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk
11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin bayi.
keinginannya.
temuan-temuan.
meneran.
12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.
(pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan
13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat
untuk meneran :
26
1. Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan
untuk meneran.
pada ibu.
8. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera
dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau
posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit,
10. Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera
14) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
15) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
17) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan
27
18) Saat kepala bayi membuka vulva dengan di diameter 5-6 cm, lindungi
perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain tadi, letakkan
tangan yang lain di kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan
19) Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung bayi dengan kain
20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika
bayi :
1. Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat
21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan
22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan
dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul dibawah arkus pubis dan
kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk
23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi
28
dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian
24) Setelah tubuh dari lengan lahir,menelusurkan tangan yang ada diatas
punggung dan kaki lahir. Memegang kedua mata kaki dengan hatihati
bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah
dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat
resusitasi.
26) Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan
Intramuskular (IM).
27) Menjepit tali pusat menggunakan klem Kirakira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan
28) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting
bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian
29
30) Membiarkan bayi ke pada ibu dan menganjurkan ibu untuk memeluk
31) Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen
oksitosin 10 unit IM di gluteus atau 1/ atas paha kanan ibu bagian luar,
Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada I perut ibu, tepat di atas
35) Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik
Tarik pusat kea rah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurva
b) Jika tali pusat tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat
selama 15 menit :
30
2. Menilai kandung kemih dan dilakukan kateterisasi kandung
berikutnya.
tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan
yang tertinggal
37) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase
38) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun
31
40) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera
43) Menempatkan klem tali pusat disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau
44) Mengikat satu lagi simpul mati dibagian pusat yang berseberangan
0,5%.
32
b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
sesuai
52) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15
menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit
dekontaminasi.
yang sesuai
33
56) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI.
yang diinginkan.
1. Pengertian
Hepatitis berasal dari Bahasa Yunani Kuno “Hepar” yang berarti hati (Liver),
dan akhiran -it is yang berarti peradangan hati. Hepatitis adalah istilah umum yang
berarti peradangan sel-sel hati, yang bisa di sebabkan oleh infeksi (Virus, bakteri, dan
berlebihan dan penyakit autoimun. Hepatitis dapat disebabkan oleh berbagai macam
virus seperti virus hepatitis A (HAV), hepatitis B (HBV), hepatitis C (HCV), hepatitis
Hepatitis adalah infeksi sistemik yang dominan menyerang hati. Hepatitis virus
adalah istilah yang digunakan untuk infeksi hepar oleh virus disertai nekrosis dan
imflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan perubahan klinis, biokomia
34
Penyakit hepatitis B merupakan jenis hepatitis yang paling sering ditemukan
dengan manifestasi infeksi berupa peradangan kronis pada hati. Prevalensi penyakit
2. Jenis-jenis Hepatitis
a. Hepatitis A
Virus hepatitis A terutama menyebar melalui feses yang berasal dari sisa
metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui anus. Penyebaran ini terjadi akibat
b. Hepatitis B
ditularkan melalui darah atau produk darah. Biasanya terjadi di antara para
pemakai obat yang menggunakan jarum suntik bersama-sama atau di antara mitra
Didaerah Timur jauh dan Afrika beberapa kasus hepatitis B berkembang menjadi
c. Hepatitis C
35
seksual, Untuk alasan yang masih belum jelas, penderita penyakit hati dan
d. Hepatitis D
Hanya terjadi sebagai rekan infeksi dari virus hepatitis B dan virus
e. Hepatitis E
Penyakit hepatitis ini disebabkan oleh virus yang sampai kini semakin banyak
a. Penyebab hepatitis A
jalur fekal- oral, yang berarti melalui makanan dan minum yang tercermar dengan
virus ini, atau berhubungan erat dengan penderita. Ini berarti infeksi yang sering
terjadi terdapat pada lingkungan yang kumuh, dimana lalat dan kecoa banyak
ditemukan
b. Penyebab hepatitis B
darah atau kontak dengan cairan tubuh seperti cairan sperma dan lender kemaluan
36
c. Penyebab hepatitis C
melalui jarum suntik yeng tercemar atau setelah 9 mendapat transfuse darah atau
d. Penyebab hepatitis D
e. Penyebab hepatitis E
melalui air minum yang terkontaminasi (water borne NHANBH), kadang melalui
makanan sehingga disebut juga penularan secara enteric. Infeksi dengan virus ini
terutama terjadi pada daerah-daerah dengan sanitasi dan tingkat kesehatan yang
buruk.
Pada daerah endemis, hepatitis B biasanya menyebar melalui ibu ke anak pada
saat persalinan (transmisi perinatal) atau melalui transmisi horizontal (terpajan darah
terinfeksi), terutama dari ibu yang terinfeksi ke anak yang tidak terinfeksi pada 5
tahun pertama kehidupan. Perkembangan infeksi kronik sering terjadi dari ibu ke bayi
atau sebelum umur 5 tahun (WHO, 2019). Transmisi ibu ke janin dapat terjadi
intrauterin, saat persalinan dan setelah persalinan. Resiko transmisi hepatitis b dari ibu
dengan HbsAg positif ke janin tanpa adanya imunisasi aktif dan pasif sebesar 90%.
Resiko ini berkurang secara signifikan dengan adanya vaksinasi dan profilaksis
37
imunoglobulin hepatitis B (HBIG) pada bayi baru lahir. Faktor resiko paling penting
transmisi ibu ke janin adalah HbeAg positif dan atau HBV DNA ibu yang tinggi.ada 3
rute utama yang memungkinkan untuk penularan dari ibu ke bayi yaitu penularan
imunoprofilaksis pasif dan aktif dalam mencegah penularan ibu ke bayi, meskipun
peningkatan resiko infeksi intrauterine, factor resiko utama untuk infeksi HBV
intrauterine adalah HBsAg positif pada serum ibu, titer HBV DNA yang tinggi,
dengan ditemukanya virus pada sel endotel kapiler vili yang melapisi bagian foetal di
bandingkan dengan bagian plasenta. Penularan HBV intrauterine terjadi melalui dua
jalur yaitu :
plasenta dan mungkin merupakan rute utama penularan infeksi. Pelepadan darah
ini mungkin disebabkan oleh rupturnya pembuluh darah ibu dan kerusakan barrier
plasenta juga merupakan rute utama transmisi vertical infeksi hepatitis B (Maria
Desiana, 2017).
2) Mekanisme transmisi kedua adalah transport seluler melalui jaringan plasenta yang
terinfeksi oleh titer HBV tinggi pada darah ibu, secara perlahan-lahan mencapai
dikaitkan dengan amnosentesis jika HBV DNA ibu lebih dari 108 kopi/ml. rute lain
mungkin dari penularan intrauterine HBV bisa melalui sel germinal, tergantung
38
Transmisi HBV selama persalinan diakui sebagai rute penularan dari ibu ke bayi
yang paling penting di daerah endemic untuk infeksi HBV sebagai akibat dari paparan
sekresi serviks ibu dan darah ibu yang mengandung HBV. Saat persalinan dapat
terjadi mikotransfusi darah ibu ke bayi, bayi yang menelan darah robekan plasenta
atau cairan amnion, atau sekresi vagina saat persalinan. Korioamnionitis, ancaman
persalinan prematur, dan penggunaan alat bantu persalinan juga dapat meningkatkan
risiko transmisi hepatitis B, Pada kasus persalinan lama (lebih dari 9 jam) cenderung
Tidak ada konsensus mengenai efek dari mode transmisi penularan dari ibu ke
menunjukkan bahwa operasi caesar dapat mengurangi risiko penularan dari ibu ke
bayi, penelitian lain menyatakan bahwa cara persalinan tidak mempengaruhi tingkat
penularan HBV selama semua bayi menerima vaksin hepatitis B dan imunoglobulin
hepatitis B (HBIG) saat lahir. Meskipun penanda HBV terdeteksi dalam ASI dari
wanita yang positif HBsAg, tidak ada bukti bahwa menyusui adalah faktor risiko
untuk infeksi HBV jika bayi menerima vaksin hepatitis B dan HBIG. Menurut
rekomendasi WHO dan American Academy of Pediatrics, pada bayi yang menerima
imunoprofilaksis penuh, menyusui pada ibu dengan HBsAg positif bukan merupakan
4. Gejala-gejala Hepatitis B
Semua hepatitis virus mempunyai gejala yang hamper tidak mungkin dibedakan satu
sama lain, sehingga secara klinis hampir tidak mungkin dibedakan satu sama lain.
gejala penderita hepatitis virus mula mula badanya terasa panas, mual dan kadang-
kadang muntah, setelah beberapa hari air seninya berwarna seperti teh tua, kemudian
39
matanya terlihat kuning, dan akhirnya seluruh kulit tubuh menjadi kuning. Sebagian
besar penderita hepatitis B akan sembuh sempurna, tetapi sebagian kecil (kira-kira
10%) akan mengalami kronis (menahun) atau meninggal. Penderita hepatitis B yang
dan ada pula yang berubah menjadi kanker hati. Terdapat 3 stadium pada semua jenis
hepatitis yaitu :
a) Stadium prodromal
Disebut periode praikterus, dimulai setelah periode masa tunas virus selesai dan
praikterus karena ikterus belu muncul. Antibodi terhadap virus biasanya belum
Malese umum
Anoreksia
Sakit kepala
Rasa malas
Rasa Lelah
Nyeri otot
b) Stadium icterus
Dapat berlangsung 2-3 minggu atau lebih, pada Sebagian besar orang stadium ini
40
Splenomegia (pembesaran pada organ limpa akibat penyaki
Gatal-gatal di kulit
c) Stadium pemulihan
5. Diagnosa Hepatitis B
Langkah pertama dalam menilai seorang wanita yang datang pada setiap tahap
kehamilan dengan infeksi HBV akut atau kronis harus sama dengan pasien tidak
laboratorium yang harus mencakup penilaian aktivitas penyakit hati dan fungsi hati,
penanda replikasi HBV, dan tes koinfeksi dengan virus hepatitis C. diagnose
kehamilan dengan hepatitis tidak berbeda dengan diagnose hepatitis akut pada
populasi umum.
neuropatiperifer
6. Pencegahan
memasukkan kuman yan telah lemah atau dimatikan kedalam tubuh yan diharpkan
41
dapat menghasilkan zat antibody yang pada saatnya nanti digunakan untuk melawan
kuman atau bibit penyakit yang menyerang tubuh. Hepatitis B dapat dicegah dengan
imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif adalah istilah yang digunakan untuk proses
dimana anda membangun perlindungan jangka panjang terhadap infeksi yang baru
dari produksi antibody. Antibody ini dapat dikembang sacara alami ketika anda
menderita penyakit ini, atau secara artificial setelah menerima vaksin. Imunisasi pasif
perlindungan jangka pendek terhadap infeksi yang baru. Perlindungan pasif dapat
berkembang ketika :
a. Seorang bayi yang belum lahir menerima suntikan antibody dari ibunya
b. Seorang bayi yang baru lahir menerima antibody dari kolostrum, ASI pertama
c. Suatu vaksin yang mengandung antibody yang disuntikan ke dalam tubuh ada dua
jenis vaksin yang kini tersedia untuk imunisasi aktif terhadap hepatitis B yakni :
(yeast). Vaksin ini sangat aman dan efektif. Vaksin ini memberikan sekitar
Vaksin yang diperoleh dari plasma : vaksin ini diperoleh dari darah yang
Vaksin yang diperoleh dari plasma sama amannya dan efektifnya dengan
42
Untuk mencegah terjadinya penularan dari ibu ke anak perlu dilakukan tindakan
sebagai berikut :
Sebaiknya pemberian HBIG ini sebelum 12 jam, akan tetapi bila ibu diketahui
terkena hepatitis B setelah masa itu, maka pemberian masih tetap dianjurkan
jika bayi berlum berumur 6 hari. Tata cara pemberian asalah dengan
dilengan atas.
2) Pemberian vaksin hepatitis B pada usia 0 (pada saat yang sama dengan injeksi
jauh-jauh hari sebelum persalinan bila ibunya diketahui HbsAg (+) pada TM
III. Pada kondisi ini ibu diberikan antivirus yang diperbolehkan untuk wanita
saat ini mulai dilirik sebagai metode yang lebih baik daripada pemberian
4) Tidak ada larangan pemberian ASI eksklusif pada bayi dengan ibu HbsAg
positif terutama bayi telah divaksinasi dan diberi HBIG setelah lahir.
7. Penatalaksanaan
merekomendasikan skrining VHB pada wanita hamil. Nilai HBsAg dan antibodi
43
harus diperiksa pada pemeriksaan prenatal. Apabila HBsAg dan anti-HBsAg negatif,
vaksin VHB dapat diberikan pada pasien risiko tinggi. Jika hasil pemeriksaan HBsAg
positif, maka harus dilakukan pemeriksaan HBV DNA kuantitatif pada minggu ke-28.
ACOG merekomendasikan untuk merujuk pasien jika titer virus >20.000 IU/mL, ALT
> 19 IU/mL, atau HbeAg positif. Apabila DNA HBV lebih dari 1 jutra kopi (200.000
IU/mL, tetapi antiviral dapat diberikan jika memiliki gejala hepatitis B virus aktif dan
sirosis. Pada Wanita HBV kronik tidak hamil dan dalam tentang usia subur, tujuan
terapi adalah untuk mengetahui tingkat keparahan dan menentukan terapi yang tepat.
Pasien HBV kronik yang ingin hamil tidak diterapi antivirus karena risiko gangguan
organogenesis. Pasien dengan gejala virus hepatitis B yang signifikan, seperti fibrosis
dan sirosis, harus diterapi antivirus untuk mencegah kambuh saat hamil. Interferon-
pegylated merupakan terapi utama untuk infeksi HBV kronik. Pasien harus menunggu
18 bulan (12 bulan terapi dan 6 bulan untuk respons terapi) sebelum mencoba hamil.
tujuan utama terapi antivirus pasien hamil adalah untuk mengurangi resiko
transmisi virus secara vertical. Antivirus ini pertama yang direkomendasikan adalah
indeks viremik tinggi saat usia kehamilan 28-32 minggu. Pada pada sebuah percobaan
prospektif, telbivudine 600mg/hari diberikan pada ibu usia kehamilan 20-32 minggu
dengan indeks viremik tinggi, terdapat penurunan Viral load yang signifikan, berarti
penularan hepatitis dari ibu ke janin. Durasi pengobatan postpartum bervariasi 0-3
bulan, bergantung pada inisiasi awal pengobatan, positif HBsAg dan menyusui.
44
Penghentian obat perlu memperhatikan resiko kekambuhan akibat efek obat antivirus
dalam 6 bulan.
Jika persalinan lebih dari 14 jam pada ibu hamil dengan titer HBV tinggi (3,5
pg/mL) atau HbsAg positif, lebih baik dilakukan SC. Persalinan normal diusahakan
dengan trauma sekecil mungkin dan rawat Bersama ahli penyakit dalam. Pada pasien
dengan titer DNA HBV <1 juta kopi/mL, persalinan normal tidak beresiko secara
pasien dengan DNA VHB > 1 juta kopi/ mL, tidak dijumpai perbedaan signifikan
8. Pengobatan
Semua Wanita hamil wajib diperiksa HBsAg saat pemeriksaan setiap kehamilan
status HBsAg ibu dan menentukan saat profilaksis untuk bayi. Semua wanita hamil
dengan HBsAg positif wajib diperiksa nilai DNA VHB, untuk menentukan terapi
antiviral. Wanita hamil dengan faktor risiko infeksi VHB (memiliki pasangan seksual
lebih dari satu dalam 6 bulan terakhir, infeksi saluran kemih, menggunakan narkotika
status HBsAg ibu saat melahirkan. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif mendapat 0,5
mL HBIg dan 5 mcg (0,5 mL) vaksin rekombinan di ekstremitas bawah yang berbeda
12 jam setelah lahir. Pada bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2000 g, dosis
vaksin pertama tidak dianggap sebagai bagian dari paket vaksin karena potensi
45
vaksinasi selesai, dilakukan pemeriksaan anti-Hbs dan HBsAg pada usia 9 – 12 bulan
untuk menilai konsentrasi anti-Hbs. Pemeriksaan tidak boleh sebelum usia 9 bulan
untuk mencegah deteksi pasif anti-Hbs dari HBIG yang diberikan saat lahir dan untuk
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN DATA
A. Data Subyektif
1. Identitas/biodata
46
Umur : 18 tahun umur : 22 tahun
2. Keluhan/alasan kunjungan
Ibu mengatakan sakit pada perut bagian bawah tembus tulang belakang sejak
3. Tanda-tanda persalinan
4. Riwayat menstruasi
a. Menarche : 13 tahun
b. Teratur/tidak : teratur
c. Lamanya : 6 hari
5. Riwayat pernikahan
c. Seksualitas : 1-2x/bulan
47
d. Perkawinan ke :1
Mas
Persalinan Keadaan bayi Komplik
N Umur a
asi/ ket
o. anak lakta
penyulit
Jenis Usia Penolo si
Tempat BB PB Jk
persalinan persalinan ng
1. Hamil ini
a. HPHT : 19-07-2022
b. HPL : 26-04-2023
48
Perdarahan : tidak ada
h. Imunisasi
BAK
5x sehari 3x
Frekuensi
Cair Cair
Konsentrasi
Kuning terang Kuning terang
Warna
Khas Khas
Bau
Tidak ada Tidak ada
Keluhan
c. Pola aktivitas
Olahraga - -
49
Keluhan Tidak ada Gelisah karena sakit
pada perut tembus
tulang belakang
e. Personal Hygiene
Frekuensi mandi 2x/hari 1x
Gosok gigi 2x/hari 1x
Keramas 4x/minggu 1x
Potong kuku 2x/minggu Belum potong kuku
Ganti pakaian dalam 2x/hari 1x
8. Riwayat KB
Jenis
Mulai memakai Berhenti/ganti cara
Kontrasepsi
Tangga Tangga
l Oleh Tempat keluhan l oleh tempat Keluhan
Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan kontrasepsi apapun
Kehadiran bayinya
50
b. Dukungan keluarga : ibu mengatakan suami dan keluarga
merawat bayinya
B. Data Obyektif
d. Tanda-tanda vital
N : 90 kali/menit S : 36,7 ⸰c
e. LILA : 24 cm
f. TB : 153 cm
g. BB sebelum hamil : 48 kg
h. BB saat hamil : 65 kg
i. Kenaikan BB : 17 kg
48 48
j. IMT : = = 16,55
1,48 x 1,48 2,190
51
c. Mulut : Lembab, bersih, tidak ada stomatitis
d. Gigi/gusi : Tidak ada caries, tidak ada karang gigi
e. Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen, tidak ada nyeri
tekan
f. Leher : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran
kelenjar Tyroid, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe, tidak ada pembesaran vena jugularis
g. Payudara : Simetris, tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan,
areola hiperpigmentasi, sudah ada pengeluaran
ASI/colostrum
h. Abdomen
Leopold I : Teraba bulat, lunak dan tidak melenting (bokong)
TFU : 31 cm
Leopold II : Bagian kanan perut ibu teraba lurus, Panjang, keras
seperti papan (punggung), pada sisi kiri perut ibu
teraba bagian terkecil janin (ekstremitas)
Leopold III : Bagian terendah janin teraba bulat keras melenting
(kepala)
Leopold IV : Bagian terendah janin sudah masuk PAP
i. Kontraksi uterus : Frekuensinya 3x/10m/durasinya 35 detik
j. Pergerakan janin : Aktif
k. TBJ : (31-11)x 155 = 3.100gram
l. DJJ : 138x/m
m. Pemeriksaan pervaginam
Warna : Merah segar
Bau : Khas darah
n. Pemeriksaan dalam
indikasi : Melihat kemajuan persalinan
Dinding vagina : Tidak ada luka parut
Portio : Tebal, lunak
Pembukaan : 6 cm
Ketuban : Utuh
Presentasi : Kepala
Denominator : UUK (ubun-ubun Kecil)
Hodge : I
o. Pemeriksaan anus : Tidak ada hemoroid
p. Ekstremitas
Atas : Tidak dilakukan pemeriksaan
Bawah : Tidak dilakukan pemeriksaan
52
minggu 3 hari inpartu kala I fase aktif dengan Hepatitis B
DS :
a. Ibu mengatakan sakit pada perut bagian bawah sampai tembus ketulang belakang
DO :
N : 90x/m S : 36,7ᵒC
LILA : 24 cm
TB : 153 cm
BB sebelum hamil : 48 kg
BB saat hamil : 65 kg
Kenaikan BB : 17 kg
48 48
IMT : = = 16,55
1,48 x 1,48 2,190
Pemeriksaan kebidanan
TFU : 31 cm
Leopold II : bagian kanan perut ibu teraba lurus panjang keras seperti
Papan (punggung), pada sisi kiri perut ibu teraba bagian terkcil janin
(ekstremitas)
Melenting (kepala)
53
Leopold IV : bagian terendah janin sudah masuk pintu
atas panggul
Pemeriksaan pervaginam
Pemeriksaan dalam
Pembukaan serviks: 6 cm
Ketuban : utuh
Presentasi : kepala
Hodge :I
Bayi : jika tidak segera dilakukan penanganan, resiko penularan pada bayi akan
lebih besar
Ibu : tetap melakukan kunjungan masa nifas dan akan dilakukan pemeriksaan
54
darah lengkap
Bayi : lakukan asuhan pada bayi baru lahir, penyuntikan HB 0 dan 12 jam
V. PLANING/PERENCANAAN
2. Beritahu ibu rasa sakit pada perut bagian bawah sampai tembus tulang belakang
merupakan keadaan yang normal pada ibu yang akan memulai persalinan
3. Lakukan observasi keadaan umum ibu, tingkat kesadaran, tanda-tanda vital tiap 4 jam,
5. Ciptakan rasa nyaman pada ibu dengan mengajak ibu berbicara dan beri support pada
ibu
R/Agar ibu merasa nyaman dan tenang untuk menghadapi proses persalinan
55
9. Siapkan alat-alat partus dan obat-obatan
R/Agar selalu siap pada saat ibu akan bersalin dan pada saat obat dibutuhkan
R/Agar ketika bayi sudah lahir dan ibu sudah selesai bersalin dalam keadaan siap pakai
11. Pemeriksaan DJJ, HIS, pemeriksaan dalam, tanda-tanda vital, isi pada
partograf
R/Agar selalau mengetahui keadaan ibu dan janin dalam batass normal
VI. IMPLEMENTASI/PELAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan dirinya, secara umum keadaan ibu dalam keadaan
baik, tidak terdapat luka parut, portio lunak tipis, pembukaan serviks 5 cm, ketuban
2. Memberitahu ibu rasa sakit pada perut bagian bawah sampai tembus tulang belakang
disertai keluarnya lendir bercampur darah merupakan keadaan yang normal pada ibu
3. Melakukan observasi keadaan umum ibu, tingkat kesadaran, tanda-tanda vital setiap 4
jam, HIS tiap 30 menit dan DJJ setiap 30 menit untuk memantau keadaan ibu dan
janin
4. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum, dengan begitu ibu memiliki tenaga untuk
56
5. Menciptakan rasa nyaman pada ibu dengan mengajak ibu berbicara dan beri support
8. Menganjurkan ibu Teknik pernapasan yang efektif seperti Tarik Panjang dari hidung
9. Menyiapkan alat-alat pratus seperti partus set dan hecting set serta obat-obatan
oksitosin
11. Pemeriksaan DJJ, HIS, pemeriksaan dalam, Tanda-tanda Vital, isi pada lembar
partograf
VII. EVALUASI
57
11. Sudah di lakukan Pemeriksaan DJJ, his, pemeriksaan dalam, tanda-tanda vital, dan isi
Pemeriksaan dalam
Keadaa
Jam TTV HIS DJJ dan tanda gejala kala
n umum
2
16.33 Baik TD: 108/99 mmHg 3x/10menit/20-25detik 138x/m Vt : v/v tidak ada
N : 90x/m kelainan, portio tebal
R : 23x/m lunak, pembukaan 6
S : 36ᵒC cm, ketuban utuh,
preskep, H-I, kespang
cukup.
16.48 Baik 3/10menit/20-25detik 136x/m
17.10 Baik 3x/10menit/30detik 133x/m
KALA II
Tanggal : 15-04-2023
a. Subjektif
b. Obyektif
2. Perineum meregang
4. DJJ : 138x/m
59
6. ibu tampak gelisan saat ada HIS
c. Asessmen:
Masalah potensial : Pada kasus persalinan lama (lebih dari 9 jam) cenderung
d. Penatalaksanaan:
1. Mengenali tanda-tanda gejala kala II : Dorongan untuk meneran, tekanan pada anus,
2. Memastikan kembali alat dan obat-obatan serta pakaian ibu dan bayi
3. Memakai APD dari topi, kacamata, masker, celemek, dan sepatu boat
4. Mencuci tangan 6 langkah yaitu, membasahi 2 tangan dengan sabun dan bilas
6. Mengatur posisi ibu yang nyaman dengan berbaring, kaki ditekuk posisi dorsal
recumbent
60
7. Memimpin ibu meneran saat kontraksi dengan cara dagu ibu ketemu daa ibu, tangan
ibu memegang paha, gigi ketemu gigi, mata melihat kearah perut ibu
8. Meletakkan kain bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi saat dilahirkan
9. Melahirkan kepala setelah kepala bayi membuka 5-6 cm, dengan cara melindungi
perineum dengan satu tangan yang di lapisi kain bersih dan kering, tangan yang lain
10. Kepala bayi ekspulsi dan mengusap muka bayi saat melakukan putaran paksi luar
11. Kepala bayi eksplusi dan mengusap muka bayi saat melakukan putaran paksi
12. Memeriksa lilitan tali pusat pada leher bayi dan membiarkan kepala melakukan paksi
luar
13. Melahirkan kedua bahu secara biparietal dengan cara gerakan kepala kearah bawah
untuk melahirkan bahu atas dan Gerakan kepala keatas untuk melahirkan bahu bawah
14. Melahirkan bayi dengan cara sangga susur, maka lahirlah seluruh tubuh bayi diatas
tangan penolong
15. Jam 20.27 WIT bayi lahir spontan, langsung menangis, gerakan aktif, kulit warna
kemerahan, ekstrenitas agak biru, bayi cukup bulan, tidak ada cacat, kaput (-), dan ada
anus (+)
61
KALA III
a. Subjektif
b. Objektif
3. Tanda-tanda vital
TD : 120/93 mmHg
N : 89x/m
62
R : 21x/m
S : 36,8ᵒC
c. Asessment
Diagnosa kebidanan : Ny. E.W umur 18 tahun PIA0 dengan Kala III normal
d. Penatalaksanaan
1. Memeriksa fundus uteri untuk memastikan bahwa janin tunggal dan hasilnya tidak
ada janin ke 2
1
2. Menyuntikan oxytosin 10 unit secara intramuscular paha kanan atas bagian luar,
3
4. Tangan kanan memegang tali pusat 5-10 cm di depan vulva, dan tangan kiri menekan
5. Jam 20.31WIT plasenta ditangkap dengan kedua tangan, pada saat plasenta tampak di
vulva, lalu diputar searah jarum jam, maka lahirlah plasenta lengkap dengan
selaputnya.
6. melakukan masase uterus selama 15 detik pada fundus uteri segera setelah plasenta
lahir. Hasilnya sudah dilakukan masase dan uterus teraba keras dan membulat
a. Bentuk : Bundar/bulat
63
b. Berat : 500 gram
c. Diameter : 20 cm
d. Selaput : Utuh
h. Tebal : 2 cm
8. Memeriksa kontraksi uterus dan mengajarkan ibu cara masase fundus uterus
KALA IV
a. Subjektif:
b. Objektif
64
3. Tanda-tanda vital
TD : 121/90 mmHg
N : 99x/m
R : 23x/m
S : 36,6ᵒC
4. Palpasi
6. Robekan perineum : grat 1 (hecting 2 dibagian dalam putus putus dan 2 pada
bagian
7. Perdarahan : 100 cc
c. Asessment
d. Penatalaksanaan
1) Melakukan hecting pada jalan lahir ibu yang ada robekan 2 jahitan pada bagian dalam
2) Membersihkan lingkungan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan mengganti
undepad baru
3) Mencuci sarung tangan pada larutan klorin dan melepas sarung tangan, mengganti
65
4) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%, rendam selama
5) Membersihkan ibu dengan air DTT dan mengganti pakaian ibu dengan pakaian bersih
dan kering.
Tanda-tanda vital
TD : 121/98 mmHg
N : 97x/m
R : 22x/m
S : 36,5ᵒC
Kontraksi : Keras
TTanda-tanda vital
TD : 121/93 mmHg
N : 99x/m
66
R : 22x/m
Tanda-tanda vital
TD : 120/95 mmHg
N : 91x/m
R : 21x/m
Tanda-tnada vital
TD : 120/99 mmHg
N : 94x/m
R : 21x/m
S : 36,4ᵒC
8) Melakukan observasi 1 jam kedua setiap 30 menit dan hasil observasi kala IV
Tanda-tanda vital
N : 89x/m
R : 21x/m
S : 36,2ᵒC
67
Kontraksi uterus : keras
Tanda-tanda vital
TD : 121/96 mmHg
N : 97x/m
R : 21x/m
S : 36,5ᵒC
9) Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan nifas rutin dan melakukan control
penanganan.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada studi kasus Asuhan Kebidanan Pada ibu bersalin tentang kesesuaian antara teori dan
kenyataan yang terjadi pada Ny.E.W umur 18 tahun GIP0A0 usia kehamilan 38 minggu 3
hari inpartu kala I fase aktif dengan hepatitis B. menggunakan standar Asuhan Kebidanan
yang terdiri dari pengkajian data perumusan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi
a. Pengkajian Data
68
1. Data subyektif
Berdasarkan kasus Ny.E.W pada kuluhan yang ibu rasakan adalah nyeri
perut bagian bawah tembus tulang belakang, menurut penulis nyeri pada perut
bagian bawah tembus tulang belakang merupakan hal yang normal dialami oleh
ibu saat memulai persalinan. Menurut sulfianti, gejala persalianan jika sudah
dekat akan menyebabkan kualitas his semakin sering terjadi dan teratur dengan
lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-robekan kecil pada
serviks. Berdasarkan kejadian diatas keadaan fisik Ny.E.W masih dalam batas
normal
trimester ke tiga ibu melakukan kunjungan ANC sebanyak 3 kali, 1 kali di dokter
SpOG pada usia kehamilan 30 minggu 3 hari. 2 kali yaitu pada usia kehamilan 35
minggu dan 36 minggu satu hari di klinik AHBS PAPUA. Standar kunjungan
ANC berdasarkan buku KIA 2020 adalah sebanyak 6 kali selama hamil yang
terdiri dari 2 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II, dan 3 kali pada
kesenjangan antara teori dan kasus dikarenakan Ny.E.W melakukan ANC selama
mengatakan ingin periksa kehamilan pada saat usia kehamilan sudah 6 bulan
keatas.
2. Data obyektif
69
Berdasarkan kasus hasil pemeriksaan pada Ny.E.W yaitu keadaan umum
dan kesadaran dalam keadaan baik. TTV dalam batas normal, pada pemeriksaan
fisik mata tidak ditemukan icterus, konjungtiva merah muda, pada muka tidak
oedem, mukosa bibir lembab, tidak ada apembesaran kelen payudara bersih tidak
ada pembengkakan dan pengeluaran ASI lancar, abdomen meliputi : TFU 30 cm,
bagian fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting, bagian kiri perut ibu teraba
Panjang keras seperti papan, dibagian kanan perut ibu teraba bagian bagian
terkecil janin, di bagian bawah perut ibu teraba bulat, keras, melenting, kepala
sudah masuk PAP, kontraksi 4x/10menit/40 detik. DJJ 139x/m, genetalia : pada
tidak ada kelainan, portio tebal lunak, ketuban utuh, presentasi kepala,
keadaan yang didapat masih dalam batas normal dan fisiologis terjadi pada ibu
yang akan memulai persalinan. Menurut Alesya Vebriani, pemeriksaan fisik pada
ibu bersalin meliputi muka tidak oedem, konjungtiva merah muda, slera putih,
mukosa bibir lembab, payudara bersih, putting susu menonjol, kolostrus sudah
bersalin meliputi : TFU Mc. Donald (cm) sesuai dengan umur kehamilan,
hal diatas, maka pada kasus Ny. E.W dalam batas normal. Jadi tidak ada
70
In Analisa pada kasus Ny.E.W umur 18 tahun GIP0A0 usia kehamilan 38 minggu 3
hari inpartu kala I fase aktif dengan hepatitis B. menurut Arsinah, Bidan
menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian dan pemeriksaan yang dilakukan.
Analisa pada kasus Ny.E.W umur 18 tahun GIP0A0 usia kehamilan 38 minggu
3 hari inpartu kala I fase aktif dengan hepatitis B. menurut Arsinah, Bidan
menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian dan pemeriksaan yang dilakukan.
c. Masalah Motensial
Berdasarkan Kasus Ny.E.W dari hasil anamnesis dan pemeriksaan yang sudah
dilakukan ibu dengan hepatitis B. diagnosa potensial yang mungkin terjadi pada ibu
bersalin dengan hepatitis B adalah resiko pada bayi akan lebih besar jika tidak
Mengidentifikasi melalui data-data yang ada, seperti data subjektif dan data objektif
yang didapat dari anamnesis dan pemeriksaan. Jadi, tidak ada kesenjangan antara
adalah menganjurkan ibu untuk tetap melakukan kunjungan masa nifas dan
ada dalam tubuh ibu, sedangkan penanganan segera yang dilakukan pada bayi
setelah lahir adalaah penyuntikan vitamin K 0,5 ml dan pemberian salep mata serta 2
Hepatitis B (HBIg). Menurut Varney 2019, Pada tahap ini bidan harus mampu
71
merencanakan asuhan secara menyeluruh atau dapat dikatakan secara komprehensif,
namun disesuaikan dengan keluhan dan kebutuhan klien. Jadi tidak ada kesenjangan
1. Kala I
melakukan observasi tekanan darah, his tiap 30 menit dan VT tiap 4 jam,
menganjurkan ibu teknih relaksasi dan tidak gelisah, menganjurkan ibu untuk
makan dan minum, menganjurkan ibu untuk tidur miring kiri. Menurut
lengkap. Proses ini terjadi dua fase laten selama 8 jam dimana serviks membuka
sampai 3 dan fase aktif selama 7 jam dimana serviks membuka dari 3 cm-10 cm.
kontraksi makin kuat dan sering. Pada his permulaan kala pembukaan
berlangsung tidak begitu kuat sehingga ibu yang sedang bersalin masih dapat
berjalan dan makan minum untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ibu, dan Teknik
relaksasi napas dalam merupakan bentuk asuhan yang mengajarkan kepada klien
bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan napas secara
ini dapat meningkatkan ventilasi paru dan peningkatan oksigen dalam darah.
2. Kala II
bimbingan meneran, pertolongan persalinan dan IMD. menurut penulis halini hal
Wulandari Indah, kala II dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi
72
lahir. Proses ini berlangsung 1-1,5 jam untuk primigravida, pada multigravida 1
jam. Menurut Alesya Vebriani (2021) pada kala II diberikan Asuhan bimbingan
3. Kala III
penyuntikan oxitosin, PTT, dan masase fundus uteri. Menurut penulis hal ini
fisiologis dalam kala III karena tidak ada masalah atau penyulit yang menyertai.
Menurut Wulandari Indah kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai
lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit dengan asuahan
manajemen aktif kala III. Berdasarkan hal diatas tidak ada kesenjangan antara
4. Kala IV
mengatakan nyeri perut, ibu sudah buang air kecil dan belum buang air besar, ibu
sangat senang atas kelahiran bayinya. Asuhan yang diberikan kesadaran ibu baik,
Tanda-tanda vital dalam batas normal, kontraksi baik, TFU 2 jari di bawah pusat,
kandung kemih kosong, robekan grat 2, hecting 2 bagian dalam dan 2 bagian luar
dengan tekhnik putus-putus, perdarahan 100 cc. Menurut penulis hal ini fisiologis
perdarahan dan TTV alam batas normal, pasien telah mendapatkan asuhan yang
sesuai. Menurut Maya Eka Saputri, pada minggu pertama sesudah bayi lahir ibu
ini disebut dengan afterpains, yang ditimbulkan oleh karena kontraksi uterus pada
waktu mendorong gumpalan darah dan jaringan yang terkumpul didalam uterus
73
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
74
Asuhan kebidanan persalinan pada Ny.E.W GIP0A0 dengan persalinan normal
pada kala I ibu merasa sakit perut bagian bawah tembus tulang belakang. Itu merupakan
hal yang fisiologis, pada kala II ibu mengedan dengan baik, bayi lahir spontan, pada kala
III plasenta lahir spontan kurang dari 10 menit dan pada kala IV tidak ada masalah atau
penyulit.
dengan manifestasi infeksi berupa peradangan kronis pada hati. Prevalensi penyakit
selama persalinan diakui sebagai rute penularan dari ibu ke bayi yang paling penting di
daerah endemic untuk infeksi HBV sebagai akibat dari paparan sekresi serviks ibu dan
darah ibu yang mengandung HBV. Saat persalinan dapat terjadi mikotransfusi darah ibu
ke bayi, bayi yang menelan darah robekan plasenta atau cairan amnion, atau sekresi
alat bantu persalinan juga dapat meningkatkan risiko transmisi hepatitis B, Pada kasus
B. Saran
1. Bagi mahasiswa
asuhan kebidanan.
75
Dapat menjadi sumber informasi dalam pengelola program Kesehatan berupa
DAFTAR PUSTAKA
76
Pusdiknas, WHO, JHIPEGO. 2017. Buku III asuhan kebidanan pada ibu infartum. Jakarta
Saifuddin, dkk. (2018). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal & Neonatal.
Rohani, Saswita R, Marisah. 2018. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan. Jakarta:
Salemba Medika Saleha, S. 2019. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: salemba
medika
Saifuddin, dkk.2020. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta Yayasan Bina
Pustak
Sari, E dan Kurnia. 2018. Asuhan Kebidanan Persalinan (Intranatal Care). Jakarta: EGC
Ajeng, D & Putu R.A., 2017.Tatalaksana Persalinan pada Kehamilan dengan Hepatitis B, J
Edison & Prabowo, P, 1989.Infeksi Virus Hepatitis B pada ibu hamil di RSUD Dr Soetomo
Universitas Airlangga.
77