PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Coronary artery disease (CAD) dapat dikarakteristikan sebagai akumulasi dari
plak yang semakin lama semakin membesar, menebal dan mengeras di dalam
pembuluh darah artery. (nactina, 2005).
penyakit pada arteri koroner dimana terjadi penyempitan atau sumbatan pada
liang arteri koroner oleh karena proses atherosklerosis. Pada proses
artherosklerosis terjadi perlemakan pada dinding arteri koroner yang sudah
terjadi sejak usia muda sampai usia lanjut. Proses ini umumnya normal pada
setiap orang. Terjadinya infark dapat disebabkan beberapa faktor resiko, hal
ini tergantung dari individu. (Brunner and Sudarth, 2001).
B. Anatomi Fisiologi
Jantung terdiri dari 3 lapisan: lapisan luar disebut epikardium lapisan
tengah merupakan lapisan otot disebut miokardium, sedangkan lapisan
terdalam yaitu lapisan endotel disebut endokardium.
Ruang jantung bagian atas, atrium, secara anatomi terpisah dari ruangan
jantung sebelah bawah, atau ventrikel, oleh suatu anulus fibrosus. Ke-4 katub
jantung terletak dalam cicin ini. Secara fungsional jantung dibagi menjadi alat
pompa kanan dan kiri. Pembagian fungsi ini mempermudah konseptualisasi
dari urutan aliran darah secara anatomi: vena cava, atrium kanan, ventrikel
kanan, arteri pulmonalis, paru-paru, vena pulmonalis, atrium kiri, ventrikel
kiri, aorta, arteria, arteriola, kapiler, venula, vena, vena kava.
Sebenarnya jantung memutar kekiri dengan apeks terangkat ke depan. Rotasi
ini menempatkan bagian kanan jantung ke anterior di bawah sternum, dan
bagian kiri jantung relatif ke posterior. Apeks jantung dapat dipalpasi di garis
midclavicula pada ruang intercostals ke-4 atau ke-5. (Brunner and Sudarth,
2001.)
C. Etiologi
Penyakit (CAD) ditandai dengana adanya endapan lemak yang
berkumpul di dalam sel yang melapisi dinding suatu arteri koroner dan
menyumbat aliran darah. Endapan lemak (ateroma atau plak) terbentuk secara
bertahap dan tersebar di percabangan besar dari kedua arteri koroner utama,
yang mengelilingi jantung dan menyediakan darah bagi jantung. Proses
pembentukan ateroma disebut ateroklerosis.
Penyebab dari CAD ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu penyebab yang dapat
diubah dan yang tidak dapat diubah:
1. Penyebab yang tidak dapat diubah, yaitu:
Umur
Jenis kelamin
Suku dan kebudayaan
Faktor genetic
2. Penyebab yang dapat diubah yaitu:
Tingginya levaserum lipid
HT
Merokok
Obesitas
Kurang aktifitas
Stress
DM
-
D. Patofisiologi
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang dan Diagnostik CAD adalah :
A. Analisa gas darah (AGD)
B. Pemeriksaan darah lengkap
C. Hb, Ht
D. Elektrokardiogram (EKG)
Pemeriksaan aktifitas listrik jantung atau gambaran elektrokardiogram
(EKG) pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah sudah ada tanda-
tandanya. Dapat berupa serangan jantung terdahulu, penyempitan atau
serangan jantung yang baru terjadi, yang masing-masing memberikan
gambaran yang berbeda.
E. Foto rontgen dada
Dari foto roentgen dada dapat menilai ukuran jantung, ada-tidaknya
pembesaran (Kardomegali). Di samping itu dapat juga dilihat gambaran
paru. Kelainan pada koroner tidak dapat dilihat dalam foto rontgen ini.
Dari ukuran jantung dapat dinilai apakah seorang penderita sudah berada
pada CAD lanjut.
F. Pemeriksaan laboratorium
Dilakukan untuk mengetahui kadar trigliserida sebagai faktor resiko
meningkat. Dari pemeriksaan darah juga diketahui ada-tidaknya serangan
jantung akut dengan melihat kenaikan enzim jantung.
G. Treadmill
Berjalan serupa dengan alat olah raga namun dihubungkan dengan monitor
dan alat rekam EKG. Prinsipnya adalah merekam aktifitas fisik jantung
saat latihan. Dapat terjadi berupa gambaran EKG saat aktifitas, yang
memberi petunjuk adanya CAD. Hal ini disebabkan karena jantung
mempunyai tenaga serap, sehingga pada keadaan sehingga pada keadaan
tertentu dalam keadaan istirahat gambaran EKG tampak normal.
H. Kateterisasi jantung
Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan kateter semacam selang
seukuran ujung lidi. Selang ini dimasukkan langsung ke pembuluh nadi
(arteri). Bisa melalui pangkal paha, lipatanlengan atau melalui pembuluh
darah di lengan bawah. Kateter didorong dengan tuntunan alar rontgen
langsung ke muara pembuluh koroner. Setelah tepat di lubangnya,
kemudian disuntikkan cairan kontras sehingga mengisi pembuluh koroner
yang dimaksud. Setelah itu dapat dilihat adanya penyempitan atau malahan
mungkin tidak ada penyumbatan. Penyempitan atau penyumbatan ini dapat
saja mengenai beberapa tempat pada satu pembuluh koroner. Bisa juga
sekaligus mengenai beberapa pembuluh koroner. Atas dasar hasil
kateterisasi jantung ini akan dapat ditentukan penanganan lebih lanjut.
G. Penatalaksanaan Klinik
a. Non Invasif
G. Konsep Keperawatan
A. Pengkajian
1. Aktivitas dan Istirahat
Kelemahan, kelelahan, ketidakmampuan untuk tidur (mungkin di
dapatkan dan dispnea pada saat beristirahat atau pada saat
beraktivitas).
2. Sirkulasi
Mempunyai riwayat IMA, penyakit jantung koroner, CHF, tekanan
darah tinggi, diabetes melitus. Tekanan darah mungkin normal atau
meningkat, nadi mungkin normal atau terlambatnya capilary refill
time, disritmia. Suara jantung, suara jantung tambahan mungkin
mencerminkan terjadinya kegagalan jantung/ ventrikel kehilangan
kontraktilitasnya. Murmur jika ada merupakan akibat dari insufisensi
katub atau muskulus papilaris yang tidak berfungsi. Heart rate
mungkin meningkat atau menglami penurunan (tachy atau bradi
cardia). Irama jantung mungkin ireguler atau juga normal. Edema:
Jugular vena distension, odema anasarka, crackles mungkin juga
timbul dengan gagal jantung. Warna kulit mungkin pucat baik di bibir
dan di kuku.
3. Eliminasi
Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.
4. Nutrisi
Mual, kehilangan nafsu makan, penurunan turgor kulit, berkeringat
banyak, muntah dan perubahan berat badan.
5. Neuro Sensori
Nyeri kepala yang hebat, Changes mentation
6. Kenyamanan
Timbulnya nyeri dada yang tiba-tiba yang tidak hilang dengan.
beristirahat atau dengan nitrogliserin. Lokasi nyeri dada bagian depan
substerbnal yang mungkin menyebar sampai ke lengan, rahang dan
wajah. Karakteristik nyeri dapat di katakan sebagai rasa nyeri yang
sangat yang pernah di alami. Sebagai akibat nyeri tersebut mungkin di
dapatkan wajah yang menyeringai, perubahan pustur tubuh, menangis,
penurunan kontak mata, perubahan irama jantung, ECG, tekanan darah,
respirasi dan warna kulit serta tingkat kesadaran
7. Respirasi
Dispnea dengan atau tanpa aktivitas, batuk produktif, riwayat perokok
dengan penyakit pernafasan kronis. Pada pemeriksaan mungkin di
dapatkan peningkatan respirasi, pucat atau cyanosis, suara nafas
crakcles atau wheezes atau juga vesikuler. Sputum jernih atau juga
merah muda/ pink tinged.
8. Interaksi sosial
Stress, kesulitan dalam beradaptasi dengan stresor, emosi yang tak
terkontrol.
9. Pengetahuan
Riwayat di dalam keluarga ada yang menderita penyakit jantung,
diabetes, stroke, hipertensi, perokok.
b. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d gangguan sirkulasi.
2. Kurang Pengetahuan tentang modifikasi gaya hidup b.d kurang informasi.
Nyeri
karakteristik nyeri : seperti ditekan, tertimpa benda, terluka, ditusuk
dengan varian skala nyeri (1-10)
Lokasi nyeri : hanya dibagian sternum atas atau tengah
Penyebaran nyeri : leher, tangan, punggung, bahu
Durasi : 2-10 menit
Factor pencetus : aktivitas fisik, terkena cuaca panas/ dingin, makan
makanan berat, hubungan seksual.
Tanda-tanda lain : berkeringat, ansietas, muntah, sesak, takhikardia, dan
meningkatnya tekanan darah
H. Pemeriksaan diagnostic
1. Thoraks foto
2. GDS
3. Hematologi
4. Serum lipid
I. Analisa data
J. Diagnose keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan hipoksia
miocard/miocard infark.
2. Gangguan oksigenasi :difusi dan transportasi berhubungan dengan
menurunya cadiak output
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah