Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT

LAPORAN EVAPRO

Kekurangan Energi Kronis di Wilayah Puskesmas Sukra

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat dalam Menempuh

Program Dokter Internsip di Puskesmas Sukra Kabupaten Indramayu

Disusun Oleh :

dr. Nuria Nirmala Rustandi


Dokter Internsip Periode II tahun 2021

PROGRAM DOKTER INTERNSIP INDONESIA


PUSKESMAS SUKRA
KABUPATEN INDRAMAYU
2021
1
Daftar Isi

Daftar Isi..........................................................................................................................2
Daftar Tabel.....................................................................................................................3
Daftar Grafik....................................................................................................................4
Daftar Gambar..................................................................................................................5
Bab I Pendahuluan.........................................................................................................5
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................8
1.3 Tujuan dan Masalah.................................................................................................8
Bab II Gambaran Umum...............................................................................................9
2.1 Tinjauan Pustaka......................................................................................................9
2.1.1 Ibu Hamil KEK..................................................................................................9
2.1.2 Peran Program Kelas Ibu Hamil........................................................................16
2.2 Profil Puskesmas.....................................................................................................19
2.2.1. Keadaan Geografi.............................................................................................19
2.2.2. Data Demografi................................................................................................20
2.2.3. Data Ibu Hamil.................................................................................................24
2.2.4 Sasaran Puskesmas............................................................................................25
Bab III Evaluasi Program............................................................................................28
3.1 Alur Pemecahan Masalah.......................................................................................28
3.1.1 Identifikasi Masalah............................................................................................30
3.1.2 Prioritas Masalah................................................................................................32
3.1.2.1 Analisis Masalah dengan Metode USG...................................................32
3.1.2.2 Analisis Masalah dengan Fishbone Analyisis..........................................35
3.1.3 Penetuan Prioritas Masalah Kriteria Matriks.......................................................37
3.1.4 Alternatif Pemecahan Masalah............................................................................37
Bab IV Kesimpulan dan Saran.....................................................................................40
4.1 Kesimpulan...............................................................................................................40
4.2 Saran.........................................................................................................................40
Daftar Pustaka...............................................................................................................41

2
Daftar Tabel

Tabel 1 Distribusi Penduduk berdasarkan kelompok umur Tahun 2020..............21


Tabel 2 Distribusi Penduduk berdasarkan usia sekolah Tahun 2020...................22
Tabel 3 Jumlah Penduduk berdasarkan pekerjaan Tahun 2020............................22
Tabel 4 Jumlah Ibu Hamil di semua Desa PKM Sukra Tahun 2020....................24
Tabel 5 Jumlah Ibu Hamil Risti di semua Desa PKM Sukra Tahun 2020...........24
Tabel 6 Jumlah Ibu Hamil Diagnosis Risti di PKM Sukra Tahun 2020...............24
Tabel 7 Bayi yang lahir dengan komplikasi pada Tahun 2020.............................25
Tabel 8 Indikator Target KIA Tahun 2020...........................................................31
Tabel 9 Data Presentase Komplikasi KIA Tahun 2020........................................24
Tabel 10 Kriteria penentuan prioritas masalah dengan metode USG.............................32
Tabel 11 Penilaian kriteria metode USG................................................................33
Tabel 12 Masalah pokok dalam menentukan prioritas utama.........................................33
Tabel 13 Prioritas Alternatif Penyelesaian Masalah..............................................37

3
Daftar Grafik

Grafik 1 Rekapan Indikator Kesehatan Anak dan Ibu Tahun 2020 di Wilayah Kerja PKM Sukra…30

4
Daftar Gambar

Gambar 1 Pita LILA............................................................................................12


Gambar 2 Peta Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukra............................................... 19
Gambar 3 Alur Pemecahan Masalah....................................................................29

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Angka kematian ibu (AKI) adalah rasio kematian ibu selama masa
kehamilan, persalinan, dan nifas yang disebabkan oleh permasalahan saat
kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya (Kemenkes RI, 2020).
Angka tersebut merupakan salah satu indikator untuk melihat keberhasilan upaya
kesehatan ibu.
Sedangkan upaya kesehatan anak, diukur melalui angka kematian neonatus
(AKN), angka kematian bayi (AKB), dan angka kematian ballita (AKABA)
(Kemenkes RI, 2020).
Dilansir dari WHO (2017), sebanyak 810 wanita meninggal dunia setiap
harinya akibat komplikasi kehamilan dan persalinan, pada tahun 2017. Sekitar
94% dari kematian ini terjadi di tempat dengan sumber daya rendah dan sebagian
besarnya dapat dicegah (WHO, 2017).
Kematian bayi pun tidak kalah tingginya. Secara global. Sebanyak 2,4 juta
bayi meninggal pada bulan pertama kehamilan pada tahun 2019 (WHO, 2020).
Kematian terbanyak terjadi di Afrika, dengan 27 kematian per 1000 kelahiran, dan
diikuti oleh Asia Tengah dan Selatan dengan angka 24 kematian per 1000
kelahiran. Di Indonesia sendiri, AKI terjadi penurunan sepanjang tahun 1991
hingga
2015, yaitu dari 390 menjadi 305 kematian per 100.000 kelahiran hidup.
Meskipun demikian, angka tersebut masih jauh dari target Millenium Development
Goals (MDGs), yang menargetkan 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2015 (Kemenkes RI, 2020). Sedangkan AKN, AKB, dan AKABA di
Indonesia mengalami penurunan yang cukup signifikan sepanjang tahun 1991
hingga 2017. Angka tersebut pada AKN menjadi 15 kematian per 1000 kelahiran,
AKB 24 kematian per 1000 kelahiran, dan AKABA 32 kematian per 1000
kelahiran pada tahun 2017 (Kemenkes RI, 2020).
Penyebab angka kematian yang cukup tinggi, baik pada anak dan ibu,
disebabkan oleh berbagai macam faktor. Pada ibu, lima faktor tersering adalah
perdarahan berat, infeksi, tekanan darah tinggi selama kehamilan (pre-eklampsia

6
dan eklampsia), komplikasi saat persalinan, dan aborsi yang tidak aman (WHO,
2017). Sedangkan beberapa faktor terbanyak pada anak adalah persalinan preterm,
komplikasi intrapartum (asfiksia atau lack of breathing saat lahir), infeksi, dan
cacat lahir (WHO, 2020).
Meski terlihat berbagai macam faktor tersebut, masalah nutrisi di
Indonesia merupakan faktor tidak langsung yang mendasari berbagai komplikasi
diatas (WHO, 2020 dan Restu, 2017). Ibu hamil dengan status gizi yang buruk
atau kekurangan energy kronis (KEK), cenderung melahirkan bayi dengan berat
badan lahir rendah (BBLR). Berat badan yang rendah ini memiliki risiko lebih
besar meningkatkan angka kematian anak dibanding bayi dengan berat badan
lahir normal (Restu, 2017).
Peran kader posyandu dalam mengenali dan mendeteksi dini faktor risiko
tinggi, dalam hal ini deteksi dini status gizi ibu hamil melalui pengukuran lingkar
lengan atas (LiLA) dan deteksi 4T pada ibu hamil sangatlah penting. Hal tersebut
dikarenakan kader posyandu merupakan bagian dari masyarakat itu sendiri yang
dapat membantu meningkatkan status kesehatan masyarakat dari sisi promotif dan
preventif.
Puskesmas Sukra merupakan salah satu puskesmas di kabupaten
Indramayu yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 45.670 Jiwa pada Tahun
2018. Menurut data pada Tahun 2020 jumlah ibu hamil mencapai 700 orang yang
tersebar di desa Tegal Taman, Ujung gebang, Sukra, Sukra Wetan, Bogor,
Sumuradem, Sumuradem Timur, dan Karang Layung.
Desa Sukra adalah desa terbanyak dengan ibu hamil risiko tinggi dengan jumlah
40 orang. Kemudian diikuti oleh Desa Sumur Adem dengan jumlah 34 orang ibu hamil
risiko tinggi, dan Desa Sumur Adem Timur sebanyak 33 orang ibu hamil. Selain itu,
menurut data hingga bulan Desember 2020, jumlah bayi yang lahir dengan komplikasi
akibat hamil risiko tinggi, sebanyak 115 bayi yang tersebar di wilayah kerja puskesmas
Sukra. Masih ada 90 ibu yang mengalami KEK di puskesmas Sukra pada tahun 2020.

Berdasarkan data diatas, KEK pada ibu hamil masih menjadi


permasalahan. Hal tersebut dikarenakan ibu dengan KEK berisiko lebih tinggi
melahirkan bayi dengan BBLR. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan
evaluasi program mengenai KEK pada ibu hamil di desa dengan kasus KEK
terbanyak di wilayah kerja Puskesmas Sukra.

7
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana evaluasi program ibu hamil kurang energi kronik di Puskesmas Sukra
pada tahun 2020 ?

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT

1. Tujuan

A. Tujuan Umum
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data angka kejadian KEK pada
ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Sukra selama tahun 2020.
B. Tujuan Khusus
Meurunkan jumlah angka kejadian KEK di wilayah kerja Puskesmas Sukra

2. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah
a. Manfaat bagi penulis
Menambah informasi dan wawasan bagi penulis mengenai pentingnya
nutrisi bagi ibu hamil dan dapat mendeteksi secara tepat dan dini keadaan
KEK pada ibu hamil.
b. Manfaat bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapakan dapat dijadikan suatu masukan informasi
dalam menyusun suatu kebijakan dan strategi program-program
kesehatan terutama untuk masalah yang dibahas dalam penelitian ini.
c. Manfaat bagi ilmu pengetahuan
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi suatu acuan dan data awal
dalam penelitian selanjutnya.

8
BAB II
GAMBARAN UMUM

2.1 TINJAUAN PUSTAKA


2.1.1 Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK)
Ibu Hamil Kurang Energi Kronis (KEK) adalah kurangnya asupan energi
yang berlangsung lama/kronik dengan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu.
Salah satu cara untuk menilai kualitas bayi adalah dengan mengukur berat bayi
pada saat lahir. Seorang ibu hamil akan melahirkan bayi yang sehat bila tingkat
kesehatan dan gizinya berada pada kondisi yang baik. Sampai saat ini masih
banyak ibu hamil yang mengalami masalah gizi khususnya gizi kurang seperti
Kurang Energi Kronis (KEK) dan Anemia gizi. Ibu hamildengan ukuran Lingkar
Lengan Atas (LILA) < 23,5 cm dinyatakan menderita KEK (Kemenkes RI,
2015).

Kurang Energi Kronik (KEK) pada ibu hamil dimulai sebelum hamil dari
pra nikah (catin) bahkan usia remaja. Kehamilan pada usia remaja akan
menimbulkan masalah antara lain :
a. Terjadi kompetisi kebutuhan zat gizi antara remaja dengan janin yang
dikandungnya.
b. Kekurangan zat gizi akan menyebabkan tubuh rentan terhadap penyakit.

c. Organ reproduksi remaja masih dalam proses tumbuh kembang seperti


panggul belum berkembang maksimal (panggul sempit) yang akan
menyulitkan proses persalinan.
d. Mental remaja yang belum siap menjadi seorang ibu mengakibatkan pola
asuh yang tidak baik.
Saat hamil, kondisi fisiologis ibu berubah, seperti sel-sel darah merah
bertambah, jumlah plasma meningkat, uterus dan payudara membesar serta
berkembangnya janin dan plasenta. Pembentukan dan perkembangan organ-
organ vital janin, termasuk pembentukan kepaladan sel-sel otak, terjadi pada
trimester
1. Selama trimester II dan III, semua fungsi organ janin mengalami pematangan
dan penyempurnaan. Selama masa ini, janin tumbuh sangat cepat, ditandai
dengan pertambahan berat badan ibu yang paling besar.

9
Kekurangan gizi yang terjadi selama ibu hamil trimester II dan III dapat
mengakibatkan pertumbuhan janin terhambat. Oleh karena itu makanan dan
minuman ibu hamil yang dikonsumsi harus dapat memenuhi kebutuhan gizi
untuk menjamin kesehatan ibu dan janin. Beberapa hal penting yang berkaitan
dengan status gizi seorang ibu adalah kehamilan usia muda (kurang dari 20
tahun), kehamilan dengan jarak yang pendek dengan kehamilan sebelumnya
(kurang dari 2 tahun), kehamilan yang terlalu sering dan kehamilan yang terlalu
tua (lebihdari 35 tahun). Ketidaktersediaan pangan secara musiman atau secara
kronis di tingkat rumah tangga, distribusi rumah tangga yang tidak proporsional
dan beratnya beban kerja juga menjadi faktor risiko terjadi kurangnya gizi pada
ibu hamil. Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya
manusia. Peran gizi dalam pembangunan kualitas sumber daya manusia telah
dibuktikan dari berbagai penelitian. Gangguan gizi pada awal kehidupan akan
mempengaruhi kualitas kehidupan berikutnya. Status gizi ibu sebelum dan
selama hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung.
Jika status gizi sebelum dan selama hamil normal maka kemungkinan besar ibu
akan melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal.
Status gizi ibu hamil merupakan faktor prenatal yang sangat menentukan
gizi bayi yang baru lahir. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa sebagian
besar responden memiliki status gizi normal. Status gizi dipengaruhi oleh asupan
zat gizi. Kekurangan berbagai macam zat gizi selama kehamilan akan
mempengaruhi status gizi ibu hamil. Kenaikan berat badan yang rendah selama
kehamilan dan lingkar lengan yang kurang dari 23,5 cm merupakan indikator
kurang gizi pada ibu hamil. Status gizi kurang (underweight) pada ibu hamil juga
berdampak pada berat bayi lahir rendah (BBLR).
Status gizi ibu hamil dipengaruhi oleh berbagai faktor karena pada masa
kehamilan banyak terjadi perubahan pada tubuhnya yaitu adanya peningkatan
metabolisme energi dan juga berbagai zat gizi diperlukan untuk pertumbuhan
dan perkem-bangan janin yang ada dalam kandungannya. Faktor-faktor tersebut
diantaranya adalah jumlah makanan, beban kerja, pelayanan kesehatan, status
kesehatan, pendidikan, absorbsi makanan, paritas dan jarak kelahiran, konsumsi
kafein, dan konsumsi tablet besi. (Yuliastuti,2014).

10
Menurut Kemenkes RI (2015) Ibu hamil dan janin yang sehat perlu memperhatikan 2
hal yaitu asupan makanan dan kenaikan berat badan ibu. Untuk mencapai gizi optimal, asupan
makanan sebaiknya memenuhi prinsip gizi seimbang yaitu :
a. Meningkatkan asupan makanan yang mengandung sumber energi atau tenaga contohnya
nasi, jagung, kentang, ubi, singkong, tepung terigu/beras dan produk olahannya (roti,
biskuit,kue)
b. Sumber protein sebagai zat pembangun yang bisa didapatkan dari : Protein hewani
(ikan, ayam, daging, telur, susu)
Protein nabati (kacang kedelai, tempe, tahu, oncom, kacang merah)

c. Sumber vitamin dan mineral berupa buah-buahan dan sayur-sayuran yang beragam.
d. Minum air paling sedikit 2 liter setiap hari, yaitu sebanyak 8 – 10 gelas sehari.

e. Menghindari mengkonsumsi minuman ringan, soda, alkohol, kopi dan


minuman kemasan lainnya.
f. Menghindari makanan yang banyak mengandung zat pewarna, pengawet
dan penambah rasa atau makanan kemasan.
Memantau kenaikan berat badan ibu selama hamil :
a. Kenaikan berat badan ibu selama hamil menandakan keadaan gizi ibu dan sebagai salah
satu tanda keadaan kesehatan ibu.
b. Kenaikan berat badan ibu hamil yang diharapkan adalah 0,5 kg setiap minggu atau 2 kg
setiap 1 bulan.
c. Jika kenaikan berat badan ibu hamil kurang dari 2 kg dalam 1 blan, harap segera meminta
kedapa bidan atau dokter untuk merujuk ke ahli gizi terdekat, agar segera diperiksa dan
mendapat bantuan terkait masalah gizi ibu.
Salah satu pemantauan status gizi pada ibu hamil adalah dengan mengukur LILA,
Cara mengukur LILA pada ibu hamil :
1) Pengukuran dilakukan di bagian tengah antara bahu dan siku lengankiri.
2) Lengan harus dalam keadaan bebas, artinya otot lengan tidak tegang.
3) Alat ukur tidak kusut (permukaan rata).
4) Tetapkan letak bahu dan letak siku tangan.
5) Tetapkan titik tengah lengan atas. Caranya rentangkan pita dari bahu ke arah siku,
tentukan tengah-tengah lengan atas ibu.
6) Lengkarkan pita ukur tepat pada tengah-tengah lengan atas ibu.
7) Bacalah skalanya secara benar. Bila masih berada di bagian MERAH, maka ibu
tersebut tergolong SANGAT KURUS atau menderita KEK.

1
Gambar 1. Pita LILA ( Kemenkes RI, 2013)

Gambar 1. Cara mengukur LILA (Kemenkes RI, 2013) Penyebab masalah gizi ibu hamil KEK
1. Penyebab langsung
Konsumsi gizi tidak cukup dan penyakit.
2. Penyebab tidak langsung
Persediaan makanan tidak cukup, pola asuh tidak memadai, kesehatan lingkungan dan
pelayanan kesehatan tidak memadai. Kurang pendidikan, pengetahuan dan keterampilan
(Kemenkes RI, 2015).
Dampak ibu hamil KEK berisiko menurunkan kekuatan otot yang membantu proses
persalinan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya partus lama dan perdarahan pasca
salin, bahkan kematian ibu. Risiko pada bayi dapat mengakibatkan terjadi kematian janin
(keguguran), prematur, lahir cacat, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) bahkan kematian
bayi, mengganggu tumbuh kembang janin yaitu pertumbuhan fisik (stunting), otak dan
metabolisme yang menyebabkan penyakit tidak menular di usia dewasa KEK (Kemenkes
RI, 2015). Di dalam tubuh ibu hamil energi dari biskuit yang sudah dimetabolisme
berperan sebagai metabolisme untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru
memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen keseluruh
tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh. Banyaknya energi yang dibutuhkan
bergantung berapa banyak otot yang bergerak, berapa lama dan berapa berat pekerjaan
yang dilakukan. Dalam hal ini, energi merupakan suatu zat gizi yang amat penting bagi

1
tubuh, karena zat ini di samping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga sebagai
zat pembangun dan pengatur. (Rohimah, 2012)
Kemenkes RI (2015) penanggulangan KEK bisa berhasil dengan baik apabila
dilakukan kegiatan meliputi peningkatan asupan makanan yang cukup secara kualitas
(jumlah makanan yang dimakan) serta kualitas (variasi makanan dan zat gizi yang yang
sesuai kebutuhan) serta suplementasi zat gizi yang harus dikonsumsi oleh ibu hamil yaitu
tablet tambah darah berisi zat besi dan asam folat, kalsium, seng, vitamin A, vitamin D,
iodium.
Pengaturan jarak kelahiran, pengobatan penyakit penyerta seperti kecacingan, malaria,
HIV, TBC dan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) yaitu dengan selalu
menggunakan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik
nyamuk seminggu sekali, makan buah dan sayur setiap hari, melakukan aktivitas fisik
setiap hari, tidak merokok di dalam rumah, persalinan oleh tenaga kesehatan, memberi
ASI Eksklusif dan menimbang balita setiap bulan merupakan upaya yang harus dilakukan
dalam rangka mencegah terjadinya KEK pada Wanita Usia Subur dan Ibu hamil. Dalam
rangka penanggulangan KEK pada ibu hamil perlu dilakukan beberapa tahapan kegiatan
yang terintegrasi dengan pelayanan antenatal, yaitu :
A. Pendataan
Pendataan dilakukan pada ibu hamil di wilayah kerja yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan dibantu oleh masyarakat desa atau kader. Pendataan meliputi nama, usia dan
alamat.
B. Pelayanan
Pelayanan gizi dilakukan pada ibu hamil berupa pemeriksaan antropometri
(BB,TB,LILA). Pelayanan gizi pada ibu hamil mengikuti standar antenatal terpadu yang
meliputi timbang berat badan dan ukur tinggi badan, nilai status gizi (ukur LILA),
memberikan Tablet Tambah Darah (TTD), tatalaksana kasus, dan temu wicara atau
konseling. Sedangkan mengukur tekanan darah, mengukur tinggi fundus uteri,
menentukan presentasi janin dan denyut jantung janin, skrining status imunisasi tetanus
dan pemberian imunisasai TT, pemeriksaan laboratorium sederhana dilakukan oleh
tenaga kesehatan lainnya.
Secara rinci pelayanan gizi ibu hamil diuraikan sebagai berikut :
a. Penapisan
Penapisan dilakukan pengukuran LILA, hasil laboratorium dan ada tidaknya
penyakit.
b. Penentuan Status Gizi
- Normal jika LILA ≥ 23,5 cm
- KEK jika LILA < 23,5 cm
Selain status gizi, perlu diperhatikan kondisi ibu hamil yang berisiko. Disebut Ibu
Hamil Risiko Tinggi bila TB < 145 cm dan atau BB < 45 kg pada seluruh usia

1
kehamilan, anemia bila HB <11 g/dl.
c. Pelayanan Gizi
Pelayanan gizi pada ibu hamil terintegrasi di dalam pelayanan Antenatal
terpadu. Pelayanan Antenatal terpadu mencakup pelayanan preventif, promotof
sekaligus kuratif dan rehabilitatif yang meliputi pelayanan KIA, Gizi, Pengendalian
Penyakit Menular, Penyakit Tidak Menular, Ibu hamil yang mengalami kekerasan
selama kehamilan serta program spesifik lainnya sesuai dengan kebutuhan. Setiap
ibu hamil mempunyai risiko mengalami masalah gizi terutama KEK, sehingga semua
ibu hamil harus menerima pelayanan Antenatal yang komprehensif dan terpadu.
Tujuan pelayanan Antenatal terpadu meliputi deteksi dini, pengobatan dan
penanganan gizi yang tepat terhadap gangguan kesehatan ibu hamil termasuk
masalah gizi terutama KEK; Persiapan persalinan dan kesiapan menghadapi
komplikasi akibat masalah kesehatan terutama masalah gizi pada ibu hamil KEK;
Pencegahan terhadap penyakit dan komplikasinya akibat KEK melalui penyuluhan
kesehatan dan konseling.

Pelayanan gizi pada ibu hamil KEK harus ditangani sesuai standar dan kewenangan tenaga
kesehatan termasuk tenaga gizi, dengan mengikuti tahapan :
1. Pengkajian Gizi
Pengkajian gizi dilakukan dengan interpretasi data antropometri, biokimia, klinis
asupan makanan/riwayat gizi dan riwayat personal.
- Interpretasi data antropometri menggunakan LILA ( KEK jika LILA < 23,5 cm ),
IMT pra hamil gizi kurang jika < 18,5 kg/m2.
- Interpretasi data biokimia
Hb (anemia jika Hb < 11 g/dl)
- Interpretasi data klinis Kurus, pucat
- Interpretasi data asupan makan/riwayat gizi
Mendata asupan makan dengan cara menanyakan Food recall 24 jam dengan
menggunakan formulir asuhan gizi.
- Riwayat personal yaitu, sosial ekonomi dan budaya (keyakinan terkait pola makan)
- Membandingkan dengan standar yang ada.
2. Menerapkan Diagnosis Gizi
Diagnosis gizi adalah menentukan masalah gizi berdasarkan Problem, Etiologi, dan
Sign serta symptom (PES). Diagnosis gizi bersifat spesifik serta terkait dengan hal-hal
yang berhubungan dengan malnutrisi dan perilaku makan. Diagnosis gizi berbeda dengan
diagnosis medis.
3. Intervensi Gizi
Strategi intervensi gizi kepada ibu hamil KEK mengacu pada 4 kategori yaitu :
a. Penyediaan makanan
Penyediaan makan diawali dengan perhitungan kebutuhan, pemberian diet (termasuk

1
komposisi zat gizi, bentuk makanan dan frekuensi pemberian dalam sehari).

1
- Perhitungan kebutuhan energi per individu ditambah 500 kkal untuk usia
kehamilan Trimester I,II dan III.
- Pemberian diet sesuai kebutuhan per individu normal yang meliputi kebutuhan
energi dan zat gizi ditambah dengan 500 kkal sebagai penambahan energi
selama kehamilan. Bentuk penambahan energi 500 kkal dapat berpa Pemberian
Makanan Tambahan (PMT) pada ibu hamil KEK. PMT dapat berupa pangan
lokal atau pabrikan dan minuman padat gizi. Untuk PMT ibu hamil pabrikan 500
kkal, 15 gr protein, diberikan 90 hari, dapat berupa biskuit lapis sandwich ( 100
gram ).
b. Konseling gizi
Konseling gizi dilakukan dengan tujuan membantu ibu hamil KEK dalam
memperbaiki status gizinya melalui penyediaan makanan yang optimal agar tercapai
berat badan standar. Tahapan konseling :

- Menentukan prioritas perubahan perilaku yang perlu dilakukan untuk


mencapai kesehatan ibu hamil.
- Mendiskusikan prioritas perubahan perilaku bersama dengan ibu hamil
agar dapat dilakukan sesuai dengan kondisinya.
- Menjelaskan bagaimana prinsip gizi seimbang bagi ibu hamil dan PHBS.

- Menjelaskan tentang pentingnya makanan yang cukup selama kehamilan


terutama penambahan energi sesuai dengan trimesternya.
- Menjelaskan tentang pentingnya pemilihan makanan yang tepat selama
kehamilan dengan cara mengajarkan ibu bagaimana mengganti bahan makanan
dengan bahan makanan yag sejenis ( contoh makanan sumber energi nasi bisa
diganti dengan singkong, mie, roti, jagung, dengan menggunakan Bahan
Makanan Penukar)
- Memberikan contoh pola makan yang tepat terdiri dari makanan pokok, sumber
protein hewani, nabati, sayur dan buah) serta penambahan energi sesuai dengan
trimester dalam bentuk susu atau PMT lain.
- Memberikan contoh menu sehari bergizi seimbang bagi ibu hamil.

- Memberika contoh makanan tambahan sebesar 500 kkal, 15 gr protein (dapat


diberikan dalam bentuk makanan selingan 2-3 kali sehari, dalam bentuk
makanan atau minuman padat gizi).
- Menyarankan ibu hamil untuk mengatasi rasa bosan dari PMT pabrikan, maka
diberikan resep modifikasi PMT pabrikan seperti puding biskuit, puding susu,
biskuit toping coklat, bola-bola biskuit.
- Menyarankan ibu hamil untuk menambah waktu istirahat dengan berbaring 1
jam pada siang hari.
- Melakukan evaluasi konseling yang dilakukan dengan cara menanyakan ulang

1
kepada ibu hamil tentang bagaimana pola makan yang baik bagi ibu hamil.
- Mengatur dan memotivasi kunjungan ulang secara berkala ke pelayanan
kesehatan. Jika belum waktu berkunjung ulang tiba, ibu ada
keluhan/permasalahan yang terkait dengan pemberian makan ibu hamil dapat
menghubungi tenaga gizi atau tenaga kesehatan terdekat.
c. Koordinasi dengan Lintas Sektor terkait Kegiatannya
antara lain :
 Membuat makanan tambahan berbasis bahan makanan local

 Memotivasi ibu hamil KEK untuk meningkatkan asupan makanan sehari-hari


dan mengkonsumsiPMT sesuai kebutuhan
 Memantau pemanfaatan PMT melaluipendampingan kader

 Merujuk ke fasilitas kesehatan bila ada penyulit dan penyakit penyerta


 Memotivasi kesadaran makan ibu hamil

 Mengelola PMT lokal melalui kelas ibu KEK


4. Monitoring dan Evaluasi
Tujuan monitoring dan evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan
kemajuan status gizi ibu hamil KEK dalam melaksanakan praktek pemberian makan ibu
hamil. Indikator monitoring evaluasi meliputi kenaikan BB, peningkatan LILA, dan
peningkatan asupan makanan termasuk asupan makanan dari PMT(Depkes RI, 2011).

2.1.2 Peran Program Kelas Ibu Hamil


a. Pengertian
Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan jumlah peserta masimal 10 orang. Di
kelas ini ibu-ibu hamil akan belajar bersama, diskusi dan tukar pengalaman, tentang kesehatan ibu dan
anak (KIA) secara menyeluruh dan sistematis serta dapat dilaksankan secara terjadwal dan
berkesinambungan. Kelas ibu hamil difasilitasi oleh bidan/tenaga kesehatan dengan menggunakan paket
kelas ibu hamil, yang terdiri atas buku KIA, lembar balik (flip chart), pedoman pelaksanaan kelas ibu
hamil, pegangan fasilitator kelas ibu hamil, dan buku senam ibu hamil. (Kemenkes RI, 2014).
Beberapa keuntungan kelas ibu hamil antara lain :
1. Materi diberikan secara menyeluruh dan terencana sesuai dengan pedoman kelas ibu hamil yang
memuat mengenai :
 pemeriksaan kehamilan agar ibu dan janin sehat,
 persalinan aman, nifas nyaman, ibu selamat, bayi sehat,
 pencegah penyakit, komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas agar ibu dan bayi sehat,
 perawatan bayi baru lahir agar tumbuh kembang optimal serta
 aktifitas fisik ibu hamil.
2. Materi lebih komperhensif sehingga memudahkan petugas kesehatan dalam persiapan pelaksanaan
kelas ibu hamil sebelum penyajian materi.
3. Dapat mendatangkan tenaga ahli untuk memberikan penjelasan mengenai topik tertentu.
4. Waktu pembahasan materi menjadi efektif karena pola penyajian materi terstruktur dengan baik.

1
5. Ada interaksi antara petugas kesehatan dengan ibu hamil pada saat pembahasan materi dilaksanakan.
6. Dilaksanakan secara berkala dan berkesinambungan.
7. Dilakukan evaluasi terhadap petugas kesehatan dan ibu hamil dalam memberikan penyajian materi
sehingga dapat meningkatkan kualitas sistem pembelajaran.
b. Tujuan Kelas Ibu
Hamil Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu agar memahami tentang pemeriksaan
kehamilan agar ibu dan janin sehat, persalinan aman, nifas nyaman, ibu selamat, bayi sehat,
pencegahan penyakit fisik dan jiwa, gangguan gizi dan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas,
serta bayi sehat, perawatan bayi baru lahir agar tumbuh kembang optimal, serta aktivitas fisik ibu hamil
(Kemenkes RI, 2014).
Tujuan Khusus
1) Terjadinya interaksi dan berbagi pengalaman antara peserta (ibu hamil/suami/keluarga/dengan ibu
hamil/suami/keluarga) dan antara ibu hamil/suami/ keluarga dengan petugas kesehatan/ bidan tentang :
 pemeriksaan kehamilan agar ibu dan janin sehat,
 persalinan aman, nifas nyaman, ibu selamat, bayi sehat,
 pencegahan penyakit, komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas agar ibu dan bayi sehat,
 perawaan bayi baru lahir agar tumbuh kembang optimal,
 aktivitas fisik ibu hamil.
2) Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang :
 Pemeriksaan kehamilan agar ibu dan janin sehat (pengertian kehamilan, tanda-tanda kehamilan,
keluhan yang sering dialami ibu hamil, perubahan fisik ibu hamil, perubahan emosional ibu hamil,
pemeriksaan kehamilan, pelayanan kesehatan pada ibu hamil, menjaga ibu dan janin sehat, hal-hal
yang harus dihindari oleh ibu selama hamil, mitos/tabu, dan persiapan menghadapi persalinan.
 Persalinan aman, nifas nyaman, ibu selamat, bayi sehat (tanda tanda awal persalinan, tanda-tanda
persalinan, proses persalinan, inisiasi menyusui dini (IMD), KB pasca persalinan, pelayanan nifas,
menjaga ibu bersalin dan nifas serta bayi seta, hal-hal yang harus dihindari ibu bersalin dan nifas)
 Pencegahan penyakit, komplikasi kehamilan agar ibu dan bayi sehat (penyakit malaria, gejala dan
akibatnya, cara penularan malaria, cara pencegahan malaria, infeksi menular seksual (IMS), gejala
umum, HIV dan AIDS, cara pencegahan HIV/AIDS pada ibu hamil, Kurang energi kronis (KEK),
Preeklampsia, Anemia tanda bahaya pada kehamilan, tanda bahaya pada persalinan, tanda bahaya dan
penyakit pada ibu nifas, dan sindroma pasca melahirkan).
 Perawatan bayi baru lahir agar tumbuh kembang optima (tanda bayi lahir sehat, perawatan bayi baru
lahir, pelayanan neonates (6 jam – 28 hari), tanda bahaya pada bayi baru lahir, cacat bawaan,
perawatan metode kangguru (PMK), posisi dan perlekatan menyusui yang benar, pemberian imunisasi,
menjaga bayi agar sehat, hal-hal yang harus dihindari, mitos dan akta kelahiran).
 Aktivitas fisik ibu hamil (Kemenkes RI, 2014).
c. Sasaran Kelas Ibu Hamil
Peserta ibu hamil sebaiknya semua ibu hamil yang ada di wilayah tersebut, dengan usia kehamilan 4-
36 minggu, atau pada usia kehamilan 22-36 minggu untuk mengikuti kegiatan tambahan dalam kelas ibu
hamil yaitu senam hamil. Pada usia kehamilan tersebut ibu sudah cukup kuat, tidak takut terjadi
keguguran, dan efektif untuk mengikuti senam hamil. Jumlah peserta kelas ibu hamil maksimal sebanyak

1
10 orang setiap kelas. Suami/keluarga ikut serta minimal 1 kali pertemuan sehingga dapat mengikuti
berbagai materi penting, misalnya materi tentang persiapan persalinan atau materi yang lain (Kemenkes
RI, 2014).
d. Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil
Penyelenggaraan kelas ibu hamil dapat dilaksanakan oleh pemerintah, swasta, LSM dan masyarakat.
1. Fungsi dan peran (Provinsi, Kabupaten, dan Puskesmas).
Pelaksanaan kelas ibu hamil dikembangkan sesuai dengan fungsi dan peran pada masing-masing
level yaitu Provinsi, Kabupaten, dan Puskesmas
2. Fasilitator dan Narasumber
Fasilitator kelas ibu hamil adalah bidan atau petugas kesehatan yang telah mendapat pelatihan
fasilitator kelas ibu hamil (melalui on the job training) dan setelah itu diperbolehkan untuk
melaksanakan kelas ibu hamil. Dalam pelaksanaan kelas ibu hamil, fasilitator dapat meminta bantuan
nara sumber untuk menyampaikan materi bidang tertentu. Narasumber adalah tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dibidang tertentu untuk mendukung kelas ibu hamil.
3. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk melaksanakan kelas ibu hamil adalah ruang belajar
untuk kapasitas 10 orang peserta dengan ventilasi dan pencahayaan yang cukup, alat tulis menulis,
buku KIA, lembar balik, buku pedoman pelaksanaan kelas ibu hamil, buku pegangan fasilitator, alat
peraga (KB kit, food model, boneka, dll), tikar/karpet, bantal, kursi, buku senam hamil, dan CD
senam hamil.
4. Tahapan Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil
 Pelatihan bagi pelatih
 Pelatihan bagi fasilitator
 Sosialisasi pada tokoh agama, tokoh masyarakat, dan stakeholder
 Persiapan pelaksanaan kelas ibu hamil
 Pelaksanaan kelas ibu hamil
 Monitoring, evaluasi dan pelaporan
e. Kegiatan Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil
Pertemuan kelas ibu hamil dilakukan minimal 4 kali pertemuan selama hamil atau sesuai kesepakatan.
Pada setiap pertemuan, materi akan disampaikan disesuaikan dengan kebutuhan tetapi tetap
mengutamakan materi pokok. Pada setiap akhir pertemuan dapat dilakukan aktifitas fisik/senam ibu
hamil yang merupakan kegiatan/materi ekstra di kelas ibu hamil, jika dilaksanakan, setelah sampai
dirumah diharapkan dapat dipraktekkan. Waktu pertemuan disesuaikan dengan kesiapan ibu-ibu, bisa
dilakukan pada pagi atau sore hari dengan lama waktu pertemuan 120 menit termasuk senam hamil 15-
20 menit.
f. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dilakukan dalam rangka melihat perkembangan dan pencapaian, serta masalah dalam
pelaksanaan kelas ibu hamil, hasil monitoring dapat dijadikan bahan acuan untuk perbaikan dan
pengembangan kelas ibu hamil selanjutnya. Evaluasi dilakukan untuk melihat keluaran dan dampak baik
positif maupun negatif pelaksanaan kelas ibu hamil. Monitoring dan evaluasi perlu dilakukan secara
berkala dan berkesinambungan untuk menilai dan memantau pelaksanaan kelas ibu hamil. Seluruh
pelaksanaan kegiatan dalam kelas ibu hamil dibuatkan pencatatan dan pelaporan serta dokumentasi.

1
2.2 PROFIL PUSKESMAS
2.2.1 Keadaan Geografi

Puskesmas Sukra berada di wilayah kecamatan Sukra Kabupaten


Indramayu Propinsi Jawa Barat, yang memiliki luas wilayah 4.604,46 hektar
dengan kondisi daratan rendah dan cenderung rata dengan ketinggian antara 0-
20 meter diatas permukaan laut, berada di daerah aliran kali sewo serta
memiliki system pengairan teknis yang baik sehingga cocok untuk lahan
pertanian terutama padi.
Secara administratif Puskesmas Sukra sebagai berikut :
- Jumlah Desa : 8 Desa yaitu, Tegal Taman, Ujung gebang, Sukra, Sukra
Wetan, Bogor, Sumuradem, Sumuradem Timur, dan Karang Layung.
- Jumlah RW : 35 RW
- Jumlah RT : 134 RT
Batas wilayah kerja Puskesmas Sukra yaitu:
- Sebelah Barat : Kabupaten Subang
- Sebelah Timur : Wilayah kerja Puskesmas Patrol Baru
- Sebelah Utara : Laut Jawa
- Sebelah Selatan : Wilayah Kecamatan Anjatan

Gambar 2. Peta Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Sukra

2
2.2.2 DATA DEMOGRAFI
Berdasarkan data statistik dari kecamatan Sukra pada tahun2018 jumlah penduduk dari 8 desa adalah
jumlah laki-laki 23.038 jiwa dan perempuan sejumlah 22.632 jiwa jadi jumlah keseluruhan 45.670 Jiwa.

Tabel 1. Distribusi Penduduk berdasarkan kelompok umur tahun 2020


0-4 5-9 10-14 15-19 20-24

L P L P L P L P L P
DESA
SUKRA 104 116 381 401 343 344 399 398 399 401

SUKRA WETAN 101 114 398 399 351 350 401 399 414 408

BOGOR 44 54 234 241 223 224 261 259 261 260

U. GEBANG 71 88 244 239 230 232 259 257 253 255

T. TAMAN 96 104 261 269 261 266 269 268 256 257

SUMURADEM 66 81 135 132 245 246 252 253 236 237

SUMURADEM TIMUR 101 114 289 299 266 267 277 278 299 301

KR. LAYUNG 43 44 254 251 230 229 236 238 256 249

JUMLAH 626 715 2196 2231 2149 2158 2354 2350 2374 2364

Sumber data dari kec. Sukra 2018

Lanjutan tabel 1
25-29 30-34 35-39 40-44 45-49
L P L P L P L P L P
DESA
SUKRA 401 402 377 378 401 397 399 401 377 379

SUKRA WETAN 314 312 391 399 399 398 389 389 381 380

BOGOR 266 261 233 231 217 229 234 229 217 218

U. GEBANG 259 253 229 231 229 228 230 230 220 229

T. TAMAN 268 269 261 269 231 244 246 251 230 234

SUMURADEM 235 234 233 229 229 228 236 236 216 218

SUMURADEM TIMUR 302 301 267 266 261 289 298 302 271 278

KR. LAYUNG 236 237 231 228 229 229 234 244 238 218

JUMLAH 2046 2269 2222 2231 2196 2242 2266 2282 2150 2154

Sumber data dari kec. Sukra 2019

2
Lanjutan tabel 1
50-54 55-59 60-64 > 65 JUMLAH
L P L P L P L P L P
DESA
SUKRA 201 219 177 178 178 178 101 114 4238 4306

SUKRA WETAN 120 189 191 189 189 189 189 191 4228 4303

BOGOR 71 72 17 17 34 34 81 84 2393 2413

U. GEBANG 69 71 46 48 124 126 118 120 2581 2607

T. TAMAN 140 147 130 131 134 137 170 180 2953 3026

SUMURADEM 244 249 240 239 134 136 140 146 2741 3092

SUMURADEM TIMUR 271 279 278 291 268 278 250 267 3698 3810

KR. LAYUNG 134 130 134 136 140 139 115 113 2710 2685

JUMLAH 1250 1356 1213 1229 1201 1217 1164 1225 25.542 26.242

Sumber data dari kec. Sukra 2019

Dari tabel 1 Penduduk kelompok masalah kesehatan diwilayah kerja UPTD Puskesmas Sukra.
Penduduk adalah kelompok masyarakat yang memerlukan penanganan masalah kesehatan yang serius
dan sungguh – sungguh, terutama masalah :
 Persalinan ibu hamil
 Imunisasi pada bayi, balita, anak sekolah dan bumil
 Penanganan / pemantauan gizi bumil, bulin, balita, anak sekolah dan kelompok usila
 Penanganan KB pada bumil dan bulin
Untuk itu pembinaan petugas pelayanan kesehatan , kader kesehatan dan lintas sektoral perlu
ditingkatkan serta kewaspadaan dini pada bumil dan bayi juga sangat perlu ditingkatkan untuk
mengurangi Angka Kematian Ibu ( AKI ) dan Angka Kematian Bayi ( AKB ).

2
Tabel 2. Distribusi Penduduk Usia Sekolah Tahun 2020
JUMLAH
BELUM TK SD SLTP SLTA PT TIDAK
DESA
SEKOLAH SEKOLAH
SUKRA 104 80 960 160 80 7 1
SUKRA WETAN 99 120 945 145 73 3 -
BOGOR 63 80 864 80 53 17 -
U. GEBANG 72 80 960 96 43 4 1
T.TAMAN 102 90 960 145 46 4 -
SUMURADEM 89 80 960 99 34 6 2
SUMURADEMTIMUR 114 80 1140 114 45 3 1
KR. LAYUNG 88 40 940 69 30 2 -
JUMLAH 731 650 7753 908 404 46 5
Sumber data dari kec.Sukra 2019

Tabel 3. Penduduk Berdasarkan Pekerjaan Tahun 2019


TNI/ PENSI WIRA INDUSTRI

DESA PNS POLRI UNAN SWASTA KECIL PEDAGANG NELAYAN


SUKRA 6 2 3 360 6 180 10

SUKRA WETAN 2 2 3 401 3 164 17

BOGOR 9 3 4 202 4 54 9

U. GEBANG 7 1 4 180 6 96 112

T. TAMAN 7 3 1 195 3 113 96

SUMURADEM 6 2 2 501 4 112 4

SUM.TIMUR 6 1 4 618 4 116 4

KR. LAYUNG 4 1 2 511 2 89 3

JUMLAH 49 15 21 2968 32 924 255

Sumber data dari kec. Sukra 2019

2
Lanjutan tabel 3
MAHA BELUM
SISWA
DESA PETANI BURUH PELAJAR LAIN- BEKERJA
LAIN
SUKRA 224 119 116 8 43 17

SUKRA WETAN 424 220 96 6 19 16

BOGOR 311 91 44 6 16 15

U. GEBANG 389 201 89 6 86 18

T. TAMAN 464 393 69 2 79 18

SUMURADEM 264 414 74 4 61 19

SUM.TIMUR 413 394 87 4 89 21

KR. LAYUNG 213 443 37 5 77 16

JUMLAH 2698 2275 612 41 470 40

Sumber data dari kec. Sukra 2019

Berdasarkan tabel diatas kepadatan penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Sukra dengan
jumlah penduduk tahun 2020 terdapat peningkatan dibandingkan tahun 2018 dengan jumlah penyebaran
setiap desa bervariasi. Terjadi kepadatan penduduk yang tidak merata dari setiap luas wilayah masing-
masing desa. Sehingga akan terjadi kemungkinan masyarakat rentan dengan kondisi kesehatan
lingkungan yang kurang baik, penyakit – penyakit yang berbasis lingkungan akan lebih mudah terjadi
dan rawan masalah kesehatan.
Agama yang dianut penduduk 100% beragama Islam, sedangkan kebudayaan tradisional masih
melekat erat seperti sedekah bumi maupun nadran pesta laut yang dilaksanakan setiap tahun biasanya
menjelang musim tanam atau menjelang musim panen padi, panen ikan laut bagi nelayan.

2
2.2.3 DATA IBU HAMIL
Tabel 4. Jumlah Ibu Hamil di semua Desa PKM Sukra Tahun 2020
No Desa Jumlah Ibu Hamil
1 Sukra 111
2 Sukra wetan 110
3 Bogor 34
4 Ujung Gebang 73
5 Tegal Taman 107
6 Sumur Adem 89
7 Sumur Adem Timur 97
8 Karang Layung 79
Jumlah 700

Tabel 5. Jumlah Ibu Hamil Risiko Tinggi di PKM Sukra Tahun 2020
No Desa Jumlah Ibu Hamil Risti
1 Sukra 40
2 Sukra wetan 31
3 Bogor 14
4 Ujung Gebang 19
5 Tegal Taman 28
6 Sumur Adem 34
7 Sumur Adem Timur 33
8 Karang Layung 25
Jumlah 224

Tabel 6. Jumlah Ibu Hamil dengan Diagnosis Risiko Tinggi Tahun 2020
No Ibu Hamil Resiko Tinggi Jumlah Ibu Hamil
1 Anemia 58
2 Preeklampsia 44
3 Kekurangan Energi Kronik (KEK) 90
Perdarahan Pervaginam
4 7
(Plasenta Previa, Solusio Plasenta)
5 Persalinan Prematur 4
6 Partus Macet 6
7 Perdarahan Pasca Persalinan 5
Jumlah 214

2
Tabel 7. Bayi yang lahir dengan komplikasi pada Tahun 2020

2.2.3 SASARAN
Uraian: seluruh penduduk Kecamatan Sukra terutama pada kelompok
rentan terhadap masalah kesehatan, yaitu : neonatal, bayi, balita, WUS, bumil,
bufas danlansia serta seluruh penduduk miskin.
A. Indikator:
 AKI (Angka Kematian Ibu)
 AKB (Angka Kematian Bayi)
 AKABA (Angka Kematian Balita)
 Angka Kematian Kasar

B. PENCAPAIAN PROGRAM-PROGRAM SUKRA TAHUN 2020


Ditinjau dari SIstem Kesehatan Nasional, Puskesmas merupakan pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan
(UKP) dan upaya kesehatan masyarakat (UKM).
Upaya kesehatan yang dilakukan Puskesmas Sukra dikelompokan menjadi
dua, yaitu :
1. Upaya kesehatan wajib terdiri dari
a. Upaya Promosi Kesehatan
b. Upaya Kesehatan Lingkungan
c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana
d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
f. Upaya Pengobatan

2
2. Upaya Kesehatan Pengembangan :
a. Upaya kesehatan Sekolah
b. Upaya Kesehatan Olah Raga
c. Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
d. Upaya Kesehatan Kerja
e. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
f. Upaya Kesehatan Mata
g. Upaya Kesehatan Jiwa
h. Upaya kesehatan usia Lanjut
i. Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional

C. Status Gizi Ibu Hamil


1. Anemia
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hemoglobin (HB) dalam
darah kurang dari normal, yang berbeda untuk untuk setiap kelompok umur
dan jenis kelamin, yaitu :
 Anak balita : 11 gr%
 Anak Usia sekolah : 12 gr%
 Wanita dewasa : 12 gr%
 Laki-laki dewasa : 13 gr%
 hamil : 11 gr%
 Ibu menyusui >3bl : 12 gr%
Anemia pada masyarakat dikenal sebagai penyakit kurang darah
sehingga tablet besi yang diberikan disebut tablet tambah darah. Untuk
menentukan kadar HB dipakai beberapa metode seperti
cyanmethemoglobin,sahli.
Sebagian besar penyebab anemia di Indonesia adalah kekurangan zat
besi untuk pembentukan Hb→”anemia kekurangan besi”. Kekurangan
besi dalam tubuh tersebut disebabkan karena :
• Kurangnya konsumsi makanan kaya zat besi, terutama dari sumber hewani.
• Kekurangan zat besi karena kebutuhan yang meningkat seperti
kehamilan,masa tumbuh kembang serta penyakit infeksi
(malaria,TBC)
• Kehilangan zat besi yang berlebihan pada perdarahan termasuk haid

2
yangberlebihan, sering melahirkan dan kecacingan.
• Ketidakseimbangan antara kebutuhan tubuh akan besi dibandingkan
denganpenyerapan dari makanan.
D. Kurang Energi Kronis ( KEK )
Ibu yang mempunyai kecenderungan menderita KEK. Untuk memastika
benar – benar KEK→perlu diperiksa tenaga kesehatan(bidan/dokter). Ibu risiko
KEK adalah ibu yang mempunyai ukuran Lengan Atas ( LILA ) kurang dari 23,5
cm → dapat ditemukan oleh masyarakat (kader) diperiksa dan ditentukan oleh
tenaga kesehatan.
Ibu risiko KEK yang keadaan sebelum hamil mempunyai Indeks
MasaTubuh( IMT) kurang dari 17,0. ambang IMT untuk Indonesia
adalah sebagai berikut :

BeratKategori
Badan IMT
Kurus Kekurangan berat badan(kg)
tingkat berat < 17,0
IMT =
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0-18,4
Normal 18,5-25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1-27,0

2
BAB III
EVALUASI PROGRAM

3.1 Alur Pemecahan Masalah

1.
Identifikasi Masalah

8. 2. Penentuan prioritas masalah


Monitoring dan evaluasi

7. Penentuan rencana penerapan 3. Penentuan penyebab masalah

6. Penetapan pemecahan 5.
4. Memilih penyebab yang paling mung
masalah terpilih Menentukan alternatif pemecahan masalah

Gambar 3. Alur Pemecahan Masalah


Studi ini dilakukan dengan panduan alur pemecahan masalah seperti gambar di atas,
dimulai dengandilakukannya identifikasi masalah. Masalah adalah kesenjangan antara
harapan atau tujuan yang ingin dicapai dengan kenyataan sesungguhnya hingga
menimbulkan rasa tidak puas. Dari masalah-masalah yang ditemukan dipilih salah satu
yang menjadi prioritas utama dengan teknik Hanlon Kuantitatif. Adapun alur pemecahan
masalah dapat diselesaikan dengan menggunakan siklus pemecahan masalah yang
meliputi:
1. Identifikasi/ Inventarisasi masalah
Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan dan ingin dicapai, lalu

2
menetapkan indikator tertentu sebagai dasar untuk pengukuran kinerja. Pada hal
ini digunakan format atau blanko SPM, lalu dibandingkan antara hasil kegiatan
pelaksanaan pelayanan kesehatan dengan sasaran dan target yang sudah
ditentukan.
2. Penentuan prioritas masalah
Untuk mengetahui permasalahan, dapat dilakukan berbagai macam cara.
Diantaranya adalah dengan melakukan penelitian, mempelajari laporan, dan juga
berdiskusi dengan para ahli. Namun pada penentuan masalah ini, metode yang
akan kami gunakan adalah metode Hanlon.
3. Penentuan penyebab masalah
Analisis penyebab masalah adalah kegiatan untuk mengaitkan masalah dengan
faktor-faktor penyebabnya. Beberapa metode untuk menganalisis penyebab
masalah adalah fish bone analysis system (diagram tulang ikan), analisis sistem,
pendekatan H.L.Bloem, analisis epidemiologi, dan pohon masalah. Dalam hal
ini, kami menggunakan metode fish bone analysis untuk menentukan penyebab
masalahnya.
4. Memilih penyebab yang paling mungkin
Tujuan untuk mengurangi faktor-faktor penyebab yang ada, antara lain dengan
cara:
a. Menetapkan tujuan dan sasaran
b. Mencari alternatif pemecahan masalah
Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-sebab yang
didukung oleh data atau konfirmasi
5. Menentukan alternatif pemecahan masalah
Pemecahan masalah dapat dilakukan dari penyebab yang sudah diidentifikasi.
Jika penyebab sudah jelas maka dapat langsung pada alternatif pemecahan.
6. Penetapan pemecahan masalah terpilih
Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan,dilakukan pemilihan
pemecahan terpilih. Apabila diketemukan beberapa alternatif maka digunakan
Hanlon kualitatif untuk menentukan atau memilih pemecahan terbaik.
7. Penyusunan rencana penerapan
Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan of
Action atau Rencana Kegiatan).
8. Monitoring dan evaluasi

3
Terdapat dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan
masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan
menyangkut masalah itu sendiri, apakah permasalahan sudah dapat dipecahkan.
3.1.1 Identifikasi Masalah
Masalah merupakan kesenjangan antara apa yang diharapkan sesuai
target dengan keadaan aktual yang didapat di Puskesmas Sukra, dimana
pencapaian hasil kegiatan programnya kurang ataupun lebih 100%.

Grafik 1. Rekapan Indikator Kesehatan Anak dan Ibu Tahun 2020 di


Wilayah Kerja PKM Sukra

3
\
Tabel 8. Indikator Target KIA Tahun 2020

Tabel 9. Data Presentase Komplikasi Kebidanan Tahun 2020

Lanjutan Tabel 9

3
3.1.2 Prioritas Masalah
3.1.2.1 Analisa Masalah dengan Metode USG
Banyaknya ibu hamil dengan risiko tinggi di wilayah kerja
Puskesmas Sukra merupakan suatu problem kesehatan yang perlu
ditindaklanjuti. Untuk menentukan tindak lanjut suatu masalah,
dibutuhkan metode untuk menentukan prioritas masalah, salah satunya
dengan metode USG dimana metode ini dilakukan dengan menggunakan
teknik scoring. Prosesnya dilaksanakan dengan memperhatikan urgensi
dari suatu masalah (urgency), keseriusan masalah yang dihadapi
(seriousness), serta kemungkinan bekembangnya masalah tersebut
semakin besar (growth).
1. Urgency berkaitan dengan mendesaknya waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan masalah tersebut. Semakin mendesak suatu
masalah untuk diselesaikan maka semakin tinggi urgensi masalah
tersebut.
2. Seriousness berkaitan dengan dampak dari adanya masalah
tersebut terhadap kesehatan masyarakat. Semakin tinggi dampak
masalah yang ditimbulkan maka semakin serius masalah tersebut.
3. Growth berkaitan dengan pertumbuhan masalah. Semakin cepat
berkembang masalah tersebut maka semakin tinggi tingkat
bertumbuhannya. Suatu masalah yang cepat berkembang tentunya
makin prioritas untuk diatasi permasalahan tersebut.

Tabel 10. Kriteria penentuan prioritas masalah dengan metode USG

Urgency Seriousness Growth


Dilihat dari tersedianya Dilihat dari dampak masalah Seberapa kemungkinan isu
waktu, mendesak atau tersebut terhadap produktifitas tersebut menjadi berkembang
tidaknya masalah kerja, pengaruh terhadap dikaitkan kemungkinan
tersebut untuk keberhasilan, dan masalah penyebab isu akan
diselesaikan. membahayakan system atau makin memburuk bila
tidak dibiarkan.

3
Tabel 11. Penilaian kriteria metode USG

KRITERIA
NILAI
URGENCY SERIOUSNESS GROWTH
5 Sangat mendesak Sangat serius Sangat besar
4 Cukup mendesak Cukup serius Cukup besar
3 Mendesak Serius Besar
2 Kurang mendesak Kurang serius Kurang besar
1 Sangat kurang mendesak Sangat kurang serius Sangat kurang besar
Dengan menjumlahkan (U+S+G) nilai tertinggi ditetapkan sebagai prioritas masalah
kesehatan.

Tabel 13. Masalah pokok dalam menentukan prioritas utama

PERING
NO MASALAH POKOK U S G TOTAL
KAT
Masih kurangnya pengetahuan ibu hamil
1 mengenai pentingnya asupan gizi pada 5 5 4 14 1
kehamilan
Kurangnya kepatuhan ibu hamil untuk kontrol
2 4 4 5 13 2
Rutin
Kurangnya peran kader dalam
3 4 4 4 12 3
skrining/penilaian status gizi ibu hamil
4 Masih kurangnya dukungan keluarga ibu hamil 3 4 4 11 4
Masih adanya ibu hamil yang tidak rutin
5 3 3 4 10 5
mengkonsumsi PMT
Dari hasil perhitungan prioritas utama masalah menggunakan metode USG, prioritas masalah
yang didapatkan ialah “Masih kurangnya pengetahuan ibu hamil mengenai pentingnya asupan
gizi pada kehamilan”. Hal tersebut akan kami angkat menjadi prioritas masalah utama di Puskesmas
Sukra Kabupaten Indramayu yang akan kami lakukan evaluasi perencanaan untuk menyelesaikan
permasalah tersebut terutama untuk wilayah kerja UPT Puskesmas Sukra.

3
3.1.2.2 Analisis Masalah FishBone Analysis

3
3
3.1.3 Penetuan Prioritas Masalah Kriteria Matriks
Setelah menentukan alternatif pemecahan masalah, langkah selanjutnya adalah
menentukan prioritas pemecahan masalah dengan menggunakan kriteria matriks,
dengan rumus : M x I x V/C
Masing-masing cara penyelesaian masalah diberi nilai berdasar kriteria:
a. Magnitude: Besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan dengan nilai 1-5 dimana semakin
mudah masalah yang dapat diselesaikan maka nilainya mendekati angka 5.
b. Importancy: Pentingnya cara penyelesaian masalah dengan nilai 1-5 dimana semakin pentingnya
masalah untuk diselesaikan maka nilainya mendekati angka 5
c. Vulnerability: Sensitifitas cara penyelesaian masalah dengan nilai 1-5 dimana semakin sensitifnya
cara penyelesaian masalah maka nilainya mendekati angka 5.
d. Cost: Biaya (sumber daya) yang digunakan dengan nilai 1-5, dimana semakin kecil biaya yang
dikeluarkan nilainya mendekati angka 1.
3.1.4 Alternatif Pemecahan Masalah
Dari hasil analisis pemecahan masalah didapatkan alternatif
pemecahan masalah sebagai berikut:
a. Memberikan infomasi atau pengertian terhadap ibu hamil pada awal
kunjungan pemeriksaan untuk rutin kontrol kehamilannya
b. Selalu mengingatkan ibu hamil mengenai pentingnya menjaga nutrisi
selama kehamilan.
c. Diadakannya kegiatan penyuluhan atau sosialisasi ibu hamil terkait ibu
hamil resiko tinggi KEK dan pentingnya nutrisi dalam kelas ibu hamil
d. Dibuat kreativitas dalam pemberian PMT Ibu hamil KEK seperti
membuat inovasi menu untuk PMT lokal yang diberikan kepada ibu
hamil KEK
e. Memberikan informasi atau jadwal kunjungan rutin oleh bidan desa atau
kader setempat untuk tetap kontrol kehamilannya
f. Melakukan pemantauan rutin atau pengecekan kembali terhadap buku
pemantauan setiap ibu hamil kontrol kehamilannya
g. Diadakannya penyuluhan menggunakan media famplet, poster, atau
media yang dapat dengan mudah dipahami oleh ibu hamil.

3
Tabel 14. Prioritas Alternatif Penyelesaian Masalah
Penyelesaian Nilai Kriteria Hasil Urutan
Masalah M I V C akhir
(MxIxV)
/C
A 5 5 4 3 33,3 II
B 4 4 2 1 32 III
C 5 4 4 2 40 I
D 3 2 1 1 6 VII
E 3 3 1 1 9 VI
F 4 4 3 2 24 IV
G 3 3 2 1 18 V

Berdasarkan penrhitungan prioritas alternatif penyelesaian masalah,


didapatkan hasil dalam urutan sebagai berikut:
I. Diadakannya kegiatan penyuluhan atau sosialisasi ibu hamil terkait
ibu hamil resiko tinggi KEK dan pentingnya nutrisi dalam kelas
ibu hamil
II. Memberikan infomasi atau pengertian terhadap ibu hamil pada
awal kunjungan pemeriksaan untuk rutin kontrol kehamilannya
III. Selalu mengingatkan ibu hamil mengenai pentingnya menjaga
nutrisi selama kehamilan.
IV. Melakukan pemantauan rutin atau pengecekan kembali terhadap
buku pemantauan setiap ibu hamil kontrol kehamilannya
V. Diadakannya penyuluhan menggunakan media famplet, poster,
atau media yang dapat dengan mudah dipahami oleh ibu hamil.
VI. Memberikan informasi atau jadwal kunjungan rutin oleh bidan
desa atau kader setempat untuk tetap kontrol kehamilannya
VII. Dibuat kreativitas dalam pemberian PMT Ibu hamil KEK seperti
membuat inovasi menu untuk PMT lokal yang diberikan kepada
3
ibu hamil KEK.

3
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1) Imdikator Presentase
Tahun 2020 target pencapaian komplikasi kehamilan mencapai 20%, sedangkan
indikator presentase komplikasi kehamilan Puskesmas Sukra mencapai 170,67%
2) Penyebab Masalah
 Kurangnya kesadaran ibu hamil mengenai pentingnya kontrol selama kehamilan
 Kurangnya kesadaran ibu hamil mengenai pentingnya nutrisi selama kehamilan
 Belum ada prosedur yang disepakati untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil terkait
nutrisi selama kehamilan
 Kelas Ibu hamil terhenti sejak awal pandemi
 Ibu hamil jarang kontrol ke puskesmas selama pandemi
 Buku Pemantauan kader ibu hamil belum maksimal digunakan
 Kurangnya fasilitas media informasi mengenai nutrisi dan status gizi selama kehamilan
serta manfaat pada ibu hamil KEK
3) Prioritas Pemecahan Masalah
Diadakannya kegiatan penyuluhan atau sosialisasi ibu hamil terkait ibu hamil resiko
tinggi KEK dan pentingnya nutrisi dalam kelas ibu hamil

5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk Masyarakat
 Diharapakan peran ibu hamil terhadap kesadaran untuk memahami pengetahuan terhadap satus
gizi dan nutrisi selama masa kehamilan lebih ditingkatkan lagi
 Adanya peran dan dukungan dari suami atau keluarga untuk selau mengingatkan dan memantau
nutrisi ibu hamil
Saran untuk Penanggung Jawab Program\
 Mengadakan penyuluhan secara berkala mengenai KEK pada kelas ibu hamil
 Menambah media promosi Kesehatan sehingga mudah dipahami ibu hamil
 Melakukan pemnatauan buku kader setiap kontrol rutin
 Memberikan PMT lokal pada ibu hamil KEK
 Melatih kader membuat PMT lokal
 Melakukan skrining catin perempuan terkait KEK

4
Daftar Pustaka

1. Depkes RI, 2011. Selamat Datang di Kelas Ibu Hamil. Jakarta: Direktorat
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
2. Depkes RI, 2011. Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil. Jakarta: Direktorat
Bina
3. Kesehatan Masyarakat Departemen Kesehatan Indonesia.
4. Fathoni, Akhmad, Baiq Iin Rumintang, dan Fachrudi Hanafi. 2012. Peran
Kader dalam Deteksi Dini Kasus Risiko Tinggi Ibu Hamil dan Neonatus.
Jurnal Kesehatan Prima Vol. 6 No. 2, Agustus 2012
5. Iswarawanti, Dwi Nastiti. 2010. Kader Posyandu: Peranan dan Tantangan
Pemberdayaannya dalam Usaha Peningkatan Gizi Anak di Indonesia. Jurnal
Manajemen Pelayanan Kesehatan Vol. 13 Hal. 169-173
6. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2020. Profil Kesehatan Indonesia pada
Tahun 2019. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. 2020
7. Restu, Sri, dkk., 2017. Relationship of Chronic Energy Deficiency in Pregnant
Women with Low Birth Weight Newborn in Central Sulawesi Province. International
Journal of Sciences: Basic and Applied Research (IJSBAR) (2017) Volume 36, No 2,
pp 252-259
8. Tantut, Susanto, 2012. Buku Ajar Keperawatan Keluarga. Penerbit Trans Info
Media: Jakarta.
9. World Health Organization, 2017. Maternal Mortality. https://www.who.int/news-
room/fact-sheets/detail/maternal-mortality diakses pada 18 Agustus 2021.
10. World Health Organization, 2020. Newborns: Improving Survival and Well-Being.
https://www.who.int/en/news-room/fact-sheets/detail/newborns-reducing-mortality
diakses pada 18 Agustus 2021.

4
4
4

Anda mungkin juga menyukai