Anda di halaman 1dari 12

LANDASAN PROFESIONAL PENDIDIKAN

Tentang

Merdeka belajar

Dosen Pembina Mata Kuliah,

Prof. Dr. Prayitno, MSc. Ed


Dr. Nurfarhanah, S.Pd., M.Pd., Kons.
Indah Sukmawati, S.Pd., M.Pd., Kons.

Disusun Oleh:
RINI KUSNAWATI NIM.21010035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI KONSELOR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
PEMAHAMAN TENTANG MERDEKA BELAJAR

A. Pengertian Merdeka

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tertulis bahwa merdeka adalah

bebas dari (hambatan, penjajahan, dsb), berdiri sendiri, tidak terkena atau lepas dari

tuntutan, tidak terikat atau tidak tergantung kepada orang atau pihak tertentu, leluasan,

dapat berbuat sekehandak hatinya. Dalam Pembukaan UUD 1945, sebagai dasar

implementasi kemerdekaan Bangsa Indonesia tertuliskan hal yang sangat mendasar

yaitu:

Maka disusunlah Kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam Undang-

undang Dasar Negara Indonesia berdasarkan kepada :

1. Ketuhanan Yang Maha Esa

2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

3. Persatuan Indonesia

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Arah kehidupan yang MERDEKA : Pendidikan

1. Konsep dasar

Dalam kerangka perikemanusiaan dan perikeadilan, sebagai wujud

kemerdekaan yang telah dikemukakan terdahulu, maka dasar negara Bangsa

Indonesia yang berdasarkan Pancasila itu pasti menentang kenyataan pola hidup

sekuler, termasuk di dalamnya LGBTZ. Arah kehidupan Pancasila demikian itu


dapat dikonsepkan sebagai kehidupan yang berkondisi DBMSB-DA, yaitu damai,

berkembang, maju, sejahtera, dan Bahagia, di dunia dan diakhirat.

Sesungguhnyalah, kehidupan yang ber DBMSB-DA itu bukan untuk Bangsa

Indonesia saja, tetapi untuk manusia di seluruh dunia. Dalam kaitan itu rumusan

pengertian Pendidikan di Indonesia (dalam UU No.20/2003: Sistem Pendidikan

Nasional) sesuai dengan wujud perikemanusiaan dan perikeadilan Pancasila ber-

DBMSB-DA yang MERDEKA, yaitu:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Sepanjang Pendidikan dimaknai sebagai upaya realisasi kemerdekaan untuk

membina perikemanusiaan dan perikeadilan setiap individu anggota masyarakat,

bangsa dan negara, maka segenap pelaksanaan Pendidikan dilapangan haruslah

terarah dan sesuai dengan Pancasila, kondisi kehidupan DBMSB-DA, dan isi

rumusan Pendidikan tersebut di atas. Demikian pula untuk realisasi Revolusi

Mental dan Merdeka Belajar.

Merujuk pada dasar Pancasila, arah kondisi kehidupan DBMSB-DA dan

rumusan Pendidikan menurut Undang- undang, upaya Pendidikan kita

berlandaskan komponen dasar keberagamaan. Dalam kaitan itu, modal dasar

yang dibawa oleh bayi yang baru lahir (sebagai kondisi melawan tabularasa),

mendapatkan kefitrahan yang dikaruniani terhadap bayi yang dikandung oleh ibu
sejak sebelum dilahirkan, yaitu dalam kondisi janin yang kepadanya ditiupkan

ruh oleh Tuhan Yang Maha Pencipta. Persatuan janin dan ruh itu lah yang

merupakan kondisi awal setiap individu manusia yang lahir ke dunia, yang mana

kondisi itu merupakan kesejatian manusia yang di sini dikonsepkan sebagai

harkat dan martabat manusia (HMM) yang luhur dan mulia. Lebih jauh HMM

tersebut meliputi komponen dan unsur-unsur berupa tripanca, yaitu:

1. Pancacitra, manusia diciptakan sebagai makhluk dengan lima kondisi

dasarnya, yaitu:

a) Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME

b) Diciptakan paling sempurna

c) Paling tinggi derajatnya

d) Khalifah dimuka bumi

e) Penyandang HAM (hak asasi manusia)

2. Pancadaya, manusia memiliki lima potensi dasar kemanusiannya, yaitu:

a) Daya taqwa

b) Daya cipta

c) Daya rasa

d) Daya karsa

e) Daya karya

3. Pancazona, manusia hidup dan berkembang dalam lima wilayah

kehidupannya, yaitu:

a) Zona kefitrahan, artinya kondisi diri yang penuh kebenaran dan keluhuran
b) Zona keindividualan, artinya potensi dan perbedaan

c) Zona kesosialan, artinya komunikasi dan kebersamaan

d) Zona kesusilaan, artinya nilai dan norma

e) Zona keberagamaan, artinya iman dan taqwa

Disamping kondisi HMM dengan tripincanya yang luhur dan mulia,

kehidupan manusia sejak kelahirannya ke dunia dilengkapi oleh Sang Maha

Pencipta sebagai modal dasar kehidupan, yaitu fasilitas yang ada di bu,I dan

alam semesta pada umumnya, serta petunjuk kehidupan.

Bagaimana peran aktif peserta didik dan pendidik dalam Pendidikan

yang berkonstruktivisme di Indonesia ? tentu saja tidak sekedar terarah pada

penguasaan HOT dan STEM saja, melainkan secara aktif mengembangkan

potensi peserta didik (yang ada di dalam komponen HMM), dalam bentuk

dikuasainya enam focus Pendidikan dengan kondisi kemandirian, sebagai

pribadi seutuhnya, yang benar-benar merdeka. Lebih jauh, peran peserta didik

adalah melakukan kegiatan belajar dalam dinamika BMB3 (berfikir, merasa,

bersikap, bertindak, dan bertanggungjawab), lebih jauh, dinamika BMB3 itu

terarahkan pada BMB3-5As, yaitu:

a) Berfikir, dalam kondisi cerdas, luas dan berasas

b) Merasa, dalam kondisi laras dan terkemas

c) Bersikap, dalam kondisi mawas diri dan hal-hal yang terkilas

d) Bertindak, dalam kondisi yang berkualitas dan tangkas


e) Bertanggungjawab, dalam kondisi tuntas, yaitu bertanggungjawab sampai

kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Kegiatan pokok Pendidikan: BELAJAR

Demikianlah, MERDEKA BELAJAR mestinya terarah pada aktivitas

peserta didik yang berdinamika BMB3-5As dalam kerangka dimilikinya enam

fokus Pendidikan yang berkemandirian. Lebih jauh lagi, pengertian belajar

dikonsepkan sebagai berikut:

Belajar adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru melalui

dinamika BMB3. Konsep tentang belajar itu mengandung tiga hal pokok, yaitu (1)

usaha untuk menguasai, (2) sesuatu yang baru, dan (3) dinamika kegiatannya.

Tanpa upaya dan aktivitas belajar yang sungguh-sungguh maka kondisi

yang menguasai itu tidak akan tercapai. Pencapaian yang baru itu dimaksudkan

berkondisi dalam lima diemnsi, yaitu

a) Dari tidak tahu menjadi tahu

b) Dari tidak bisa menjadi bisa

c) Dari yang tidak mau menjadi mau

d) Dari yang tidak biasa menjadi terbiasa

e) Dari yang tidak bertanggung jawab menjadi bertanggung jawab

Seseorang yang merdeka belajar adalah yang mampu mewujudkan

penguasaan sesuatu yang baru dalam lima dimensinya, melalui dinamika BMB3-

5As. Pengasaaan sesuatu yang baru hendaklah berkondisi BMB3-5As dalam


kualitas triguna, yaitu maknaguna, dayaguna, dan karya guna. Kondisi BMB3-5As

dan triguna secara langsung mewarnai perilaku individu terarahkan pada kondisi

kehidupan yang adil dan beradab.

Belajar sukses dengan dinamika BMB3-5As dilengkapi dengan prinsip TJS

(tiga jadi satu: ilmiah, amaliah, imaniah) dan triguna (maknaguna, dayaguna,

karyaguna) yang keduanya terintegrasikan. Integrasi TJS dan triguna ditambah

BMB3-5As yang di dasarkan pada asas kebenaran. Kebenaran adalah kesesuaian

antara makna suatu konsep atau fakta dengan rujukannya. Dengan lima tingkat

kebenaran, yaitu:

a) Kebenaran mutlak, dengan rujukan firman Tuhan YME

b) Kebenaran yang sebenar benarnya benar, dengan rujukan hasil penelitian

c) Kebenaran yang dibenarkan, dengan rujukan peraturan yang berlaku

d) Kebenaran yang dibenar-benarkan, dengan rujukan alasan yang dibuat-

buat

e) Kebenaran benarnya sendiri, dengan rujukan kemauan sendiri

Dari lima tingkatan kebenaran perlu dicatat bahwa kebenaran tingkat 2 dan

3 tidak boleh bertentangan dengan tingkat 1. Perlu mendapat perhatian juga bahwa

kebenaran tingkat 4 dan 5 hendaknya tidak dimunculkan dalam perilaku

individu/kelompok sehari-hari ataupun kapan saja.

Dengan kebenaran yang menjadi asas berfikir, arah prinsip TJS, Triguna,

dan BMB3-5As, bahkan secara umum mengarah pada kondisi kehidupan DBMSB-
DA akan memperoleh kenyataan kehidupan sehari-hari, yaitu kehidupan efektif

sehari-hari (KES) dan kehidupan efektif sehari-hari yang terganggu (KES-T).

Demikianlah kondisi kehidupan sehari-hari secara keseluruhan, yaitu

terwujudnya perilaku KES dan terhindarnya perilaku KES-T. semuanya itu

diharapkan merupakan hasil dari Pendidikan yang mengembangkan potensi peserta

didik perindividu, melalui kegiatan belajar, yang dalam pengertian Pendidikan

menurut undang-undang terarah pada enam fokus Pendidikan, yaitu : (1) kekuatan

spiritual keagamaan, (2) pengendalian diri, (3) kepribadian, (4) kecerdasan, (5)

akhlak mulia, (6) keterampilan. Semuanay berguna bagi peserta didik, masyarakat,

bangsa dan negara. Itu lah kandungan dari keberhasilan Merdeka Belajar secara

menyeluruh, yang di dalamnya terimplikasikan kondisi pribadi yang mandiri.

B. Peran pendidik

Peran pendidik untuk beraktivitas merdeka belajar BMB35 As dengan hasil

Triguna yang betul-betul bermanfaat dalam kehidupan nyata. Di Indonesia sudah

dikenal istilah Tut Wuri Handayani (lengkapnya : Tut Wuri Handayani, Ing Ngarso

Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso,).

Peserta didik merasa sejuk dan tenang serta semangat belajar dalam

interaksinya bersama pendidik. Terjadinya saling memahami dan menghormati antara

pendidik dan peserta didik merupakan interaksi si yang disebut dengan sentuhan

tingkat tinggi (high touch). Istilah Tut Wuri Handayani telah menjadi motto

kementerian pendidikan dan kebudayaan itu berarti bahwa kementerian tersebut

mengembangkan dan mengharuskan terlaksananya kondisi sentuhan tingkat tinggi.


Dalam hubungan antara pendidik dan peserta didik, kondisi tersebut mampu

mengembangkan aktivitas merdeka belajar pada diri peserta didik.

Secara mendasar dan menyeluruh arah Merdeka Belajar adalah sebagai berikut:
1. Kemanusiaan

Keberadaan manusia dikonsepkan dalam kondisi harkat martabat manusia

yang luhur dan mulia dengan komponen tripanca yang secara menyeluruh berada

dalam kondisi kehidupan DBMSB-DA yang sepenuhnya menolak pola hidup

sekuler. Dalam kondisi kehidupan tersebut hak asasi manusia mengandung konsep

kemerdekaan bagi setiap unsur kehidupan.

2. Pendidikan

Kehidupan yang ber Harkat Martabat Manusia dan ber DBMSB-DA perlu

dikembangkan secara terarah dan benar-benar intensif. Untuk itu perlu dipahami

rumusan tentang pendidikan secara konkrit dan benar. UU nomor 20/2003 tentang

sistem pendidikan nasional merumuskan pengertian pendidikan yang mengandung

unsur-unsur pokok sebagai berikut:

1. Upaya sadar dan terencana

2. Suasana belajar dan pembelajaran

3. Pengembangan potensi peserta didik

4. 6 fokus Pendidikan (kekuatan spiritual keagamaan, Pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, Akhlak Mulia, Keterampilan)

5. Berguna bagi peserta didik, masyarakat, bangsa, dan negara


Rumusan tersebut tercantum secara resmi di dalam undang-undang yang

maknanya menurut hukum maksudnya adalah bahwa materi yang disebutkan itu

harus dilaksanakan oleh semua orang yang bekerja dalam bidang pendidikan,

terlebih lagi para pendidik profesional. Pelaksanaan upaya pendidikan tersebut

terarah pada 5 paradigma pendidikan dengan pilar high touch dan high tech yang

ber TJS dan Triguna yang semuanya mengandung kebenaran.

3. Situasi pendidikan

Pendidikan dilaksanakan dengan bentuk situasi pendidikan yang

mengaktifkan peserta didik oleh pendidik titik menurut rumusan pendidikan

berlandaskan undang-undang tersebut di atas, situasi pendidikan terlaksana dalam

wujud suasana belajar dan proses pembelajaran

4. Kegiatan belajar dan pembelajaran

Dalam wujud pendidikan ada dua hal pokok yaitu:

Siapa yang belajar? Jawabannya: peserta didik yang belajar dalam suasana belajar

Siapa yang membelajarkan? Jawabannya pendidik lah yang melakukan

pembelajaran dalam proses pembelajaran untuk mendorong atau mengaktifkan

peserta didik belajar

5. Merdeka Belajar

Dalam konsep merdeka belajar ada dua pertanyaan pokok

Siapakah yang belajar secara merdeka? Jawabannya: peserta didik


Siapakah yang membelajarkan agar peserta didik melakukan kegiatan belajar

secara merdeka? Jawabannya: pendidik

Pendidikan yang diharapkan dengan konsep merdeka belajar mengandung 2

tuntutan pokok yaitu:

1. Peserta didik dituntut untuk mampu sepenuhnya belajar secara merdeka dalam

suasana belajar untuk mengembangkan pribadi diri mereka seoptimal mungkin

memiliki hasil sesuai dengan 6 fokus pendidikan menjadi sumber daya manusia

yang ber BMB35As dengan penuh k e s dan terhindar dari kes t yang semuanya

itu mengarah pada kondisi DBMSD-DA sebagai pribadi mandiri yang mampu

mengendalikan diri serta berkarakter cerdas, warga masyarakat bangsa dan

negara yang berpancasila

2. Pendidik dituntut untuk mampu sepenuhnya melalui proses pembelajaran

mendorong dan menggiatkan peserta didik untuk mengaktifkan diri sendiri

belajar secara merdeka dengan mengaktifkan 2 pilar pendidikan high touch dan

high tech, pendidik membina suasana belajar yang benar-benar mengarahkan

peserta didik merdeka belajar sesuai dengan arah bagaimana tercantum dalam

undang-undang.
KEPUSTAKAAN

Prayitno. 2021. Paradigma Pendidikan, Landasan dan Arah konseling

profesional.

Prayitno. 2021. Merdeka Belajar dalam proses pembelajaran: Padang

Prayitno, 2021. Merdeka Belajar: dalam Proses Pembelajaran. UNP


Prayitno, 2021. Pradigma Pendidikan. UNP

20

Anda mungkin juga menyukai