Maqbul Mardud
mutawatir Ahad
lidzatihi lighayrihi
Hadis Dhaif
1. Mursal
2. Munqathi 1. Mawdhu 1. Munkar
3. Mu’dhal 2. Matruk 2. Mu’allah
4. Muallaq 3. majhul 3. Mudharraj
5. mudallas 4. Maqlub
5. Mudhtharib
6. Muharraf
7. Mushahhaf
8. syadzdz
Mursal : Hadis dinamakan mursal karena sanad-nya ada yang terlepas atau gugur, yaitu dikalanga
sahabat dan tabi’in.
Munqathi : Hadis manqathi’ adalah hadis yang sanad-nya terputus
Mu’dhal : Hadis yang gugur dari sanadnya dua orang atau lebih secara berturut-turut
Muallaq : Hadis Mu’allaq adalah hadis yang sanad-nya bergantubg karena dibuang dari awal
sanad seorang perawi atau lebih secara berturut-turut
Mudallas : menyembunyikan cacat dalm isnad dan menampakkan cara (periwayatan) yang baik
Matruk : segi bahasa kata matruk berarti tertinggal. karena menyangkut pribadi yang tidak
baik tidak dapat diamalkan sama sekali karena cacat yang fatal, yaitu tertuduh dusta.
Majhul : hadis yang didalam sanadnya terdapat seseorang perawi yang tidak dikenal jati dirinya atau
dikenal orangnya
Mawdhu : tidak adanya penyebutan nama seorang perawi yang periwayatan yang jelas
Munkar : Hadis yang pada sanadnya ada seorang perawi yang parah kesalahannya atau banyak
kelupaan atau tampak kefasikannya.dan periwayat
Mu’allah : Hadis yang dilihat didalamnya terdapat illah yang membuat cacat kesahihan hadis, padahal
lahirnya selamat daripadanya
Mudharraj : Tambahan atau sisipan dari seorang perawi untuk menjelaskan atau memberikan pengantar
matan hadis
Maqlub : hadis yang terbalik susunan kalimatnya tidak sesuai dengan susunan yang semestinya
Mudhtharib : hadis yang kontra antara satu dengan yang lain tidak dapat dikompromikan dan tidak dapat
di-tarjih
Muharraf : hadis yang terdapat perbedaan di dalam dengan mengubah syakal/harakat, sedang bentuk
tulisannya tetap.
Mushahhaf : hadis yang terdapat perbedaan di dalamnya dengan mengubah beberapa titik, sedangkan
dalm bentuk tulisannya tetap.
Syadzdz : hadis yang ganjil
Hadis mawdhu’
segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik perbuatan, perkataan
maupun taqrirnya, secara rekaan atau dusta semata-mata
1. Dibentuk dari ucapan rawi pembuatnya sendiri kemudian disandarkan kepada Nabi Muhammad
SAW, disertai dengan klaim bahwa ucapannya itu adalah ucapan, perbuatan atau ketetapan Nabi.
2. Dibentuk dengan cara mengambil salah satu ungkapan yang berasal dari sahabat, tabi’in, para
hakim, atau lainnya, kemudian disandarkan pada Nabi SAW, dibuatkan sanadnya sampai
nampak seperti berasal dari Nabi Muhammad SAW. Sehingga menjadi musnad yang marfu’.