Anda di halaman 1dari 3

Hadis Ditinjau dari kualitas

Maqbul Mardud

mutawatir Ahad

sahih Hasan Dha’if

lidzatihi lighayrihi

Hadis Maqbul : Hadis itu diterima sebagai hujah dalam islam


Hadis Mardud : Hadis itu diterima sebagai hujah dalam islam
Hadis Mutawatir : hadis yang bersifat indrawi (didengar atau dilihat) yang diriwayatkan oleh banyak
orang yang mencapai maksimal di seluruh tingkatan sanad dan akal menghukumi
mereka mustahil sepakat berbohonh.
Hadis Ahad : hadis yang tidak memenuhi persyaratan hadis mutawatir.
Hadis Sahih : hadis yang bersambung sanadnya, diriwayatkan orang yang dhabit dan adil
selamat dari kejanggalan (syadzdz) dan cacat (illat).
Hadis Hasan : hampir sama dengan hadis sahih akan tetapi kurang dalam kedhobitannya.
Hadis Dha’if : hadis yangtidak menghimpun sifat hadis hasan dan sahih.
Lifdzati : hadis hasan dengan sendirinya.
Lighayrihi : hadis dhaif jika diriwayatkan melalui jalan (sanad) lain yang sama lain yang sama
atau lebih kuat.
Hadis
Mardud

Hadis Dhaif

Sebab Sebab cacat


pengguran perawi
sanad

Cacat Keadilan Cacat kedhabitannya

1. Mursal
2. Munqathi 1. Mawdhu 1. Munkar
3. Mu’dhal 2. Matruk 2. Mu’allah
4. Muallaq 3. majhul 3. Mudharraj
5. mudallas 4. Maqlub
5. Mudhtharib
6. Muharraf
7. Mushahhaf
8. syadzdz

Mursal : Hadis dinamakan mursal karena sanad-nya ada yang terlepas atau gugur, yaitu dikalanga
sahabat dan tabi’in.
Munqathi : Hadis manqathi’ adalah hadis yang sanad-nya terputus
Mu’dhal : Hadis yang gugur dari sanadnya dua orang atau lebih secara berturut-turut
Muallaq : Hadis Mu’allaq adalah hadis yang sanad-nya bergantubg karena dibuang dari awal
sanad seorang perawi atau lebih secara berturut-turut
Mudallas : menyembunyikan cacat dalm isnad dan menampakkan cara (periwayatan) yang baik
Matruk : segi bahasa kata matruk berarti tertinggal. karena menyangkut pribadi yang tidak
baik tidak dapat diamalkan sama sekali karena cacat yang fatal, yaitu tertuduh dusta.
Majhul : hadis yang didalam sanadnya terdapat seseorang perawi yang tidak dikenal jati dirinya atau
dikenal orangnya
Mawdhu : tidak adanya penyebutan nama seorang perawi yang periwayatan yang jelas
Munkar : Hadis yang pada sanadnya ada seorang perawi yang parah kesalahannya atau banyak
kelupaan atau tampak kefasikannya.dan periwayat
Mu’allah : Hadis yang dilihat didalamnya terdapat illah yang membuat cacat kesahihan hadis, padahal
lahirnya selamat daripadanya
Mudharraj : Tambahan atau sisipan dari seorang perawi untuk menjelaskan atau memberikan pengantar
matan hadis
Maqlub : hadis yang terbalik susunan kalimatnya tidak sesuai dengan susunan yang semestinya
Mudhtharib : hadis yang kontra antara satu dengan yang lain tidak dapat dikompromikan dan tidak dapat
di-tarjih
Muharraf : hadis yang terdapat perbedaan di dalam dengan mengubah syakal/harakat, sedang bentuk
tulisannya tetap.
Mushahhaf : hadis yang terdapat perbedaan di dalamnya dengan mengubah beberapa titik, sedangkan
dalm bentuk tulisannya tetap.
Syadzdz : hadis yang ganjil
Hadis mawdhu’
segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW, baik perbuatan, perkataan
maupun taqrirnya, secara rekaan atau dusta semata-mata

Faktor-faktor seseorang membuat hadits palsu :


1. Untuk mempertahankan kepentingan pribadi,
2. Untuk mendekatkan diri kepada raja-raja atau pejabat,
3. Untuk mencari rezki / pekerjaan,
4. Untuk menegakkan dan membela pendapat,
5. Untuk menarik simpati orang dalam perbuatan-perbuatan baik,
6. Untuk mendidik anak-anak melalui hadits-hadits maudhu’ dan mengajarkannya kepada mereka
.
Secara global dapat dijelaskan mengenai faktor pemicu munculnya hadits mauwdhu’ :
1. Partai-Partai Politik
2. Musuh-Musuh Islam (orang-orang zindiq / ateis)
3. Diskriminasi Etnis dan Fanatisme Kabilah,Negara dan Imam
4. Memikat masyarakat dengan cerita dan nasehat
5. Bertujuan untuk targhib (ancaman bagi perbuatn buruk) wa tarhib (motivasi untuk berbuat baik)
6. Perbedaan dalam mazhab-Mazhab Fikih dan Ilmu Kalam (teologi)
7. Mencari Perhatian Para Penguasa dan Sebab-Sebab lain

Metode Periwayatan Hadits Maudhu’.

1. Dibentuk dari ucapan rawi pembuatnya sendiri kemudian disandarkan kepada Nabi Muhammad
SAW, disertai dengan klaim bahwa ucapannya itu adalah ucapan, perbuatan atau ketetapan Nabi.
2. Dibentuk dengan cara mengambil salah satu ungkapan yang berasal dari sahabat, tabi’in, para
hakim, atau lainnya, kemudian disandarkan pada Nabi SAW, dibuatkan sanadnya sampai
nampak seperti berasal dari Nabi Muhammad SAW. Sehingga menjadi musnad yang marfu’.

Ciri-ciri hadits mawdhu’.

1. Pengakuan dari orang yang memalsukan hadits.


2. Pernyataan yang diposisikan sama dengan pengakuan.
3. Adanya indikasi perawi yang menunjukkan akan kepalsuannya
4. Adanya indikasi pada isi hadits, bertentangan dengan akal sehat, bertentangan dengan indra,
berlawanan dengan ketetapan agama atau susunan lafadz lemah dan kacau.

Anda mungkin juga menyukai