Anda di halaman 1dari 2

Nama : Elsa Cipto Riani

NIM : 19063045
Mata Kuliah : Modul Nusantara
Topik : Masjid Tua Katangka Goa

1. Bagaimana sejarah awal berdirinya masjid Tua Al Hilal Katangka ?

Masjid Tua Katangka didirikan di abad ke -17 di bawah pemerintahan Raja Gowa ke-14
yaitu I Mangngarangi Daeng Manrabbia atau dikenal sebagai Sultan Alauddin. Pada
masa itu, Kerajaan Gowa kedatangan rombongan ulama yang berasal dari Yaman.
Mereka bermaksud untuk mengajak Raja Gowa masuk Islam. Sebelum rombongan
ulama ini sampai ke istana kerajaan, mereka mampir di tempat ini di mana dahulu di
tempat ini banyak tumbuh pohon katangka. Pada saat itu adalah hari Jumat, maka
rombongan ulama itu melaksanakan salat Jumat di tempat tersebut yakni di bawah pohon
katangka. Setelah mereka melaksanakan salat Jumat, barulah mereka menuju ke istana
kerajaan untuk menawarkan Islam. Ketika rombongan ulama itu menawarkan Islam, Raja
Gowa ke-14 tidak langsung menerima Islam. Karena saat itu, rombongan ulama dari
Yaman itu menawarkan Islam secara kaffah atau secara keseluruhan sehingga jawaban
dari raja goa adalah akan bermusyawarah terlebih dahulu dengan dewan adat. Ketika
Islam diterima oleh Raja Gowa ke-14, maka ditunjuklah tempat untuk mendirikan sebuah
masjid. Lokasi yang ditunjuk itu adalah tempat di mana para pedagang muslim pertama
kali melaksanakan salat Jumat yakni di bawah pohon katangka. Pada 1603, Masjid Tua
Katangka pun didirikan. Saat itu, masjid ini tidak hanya digunakan sebagai tempat ibadah
tapi juga sebagai benteng pertahanan terakhir. Itulah sebabnya dinding masjid ini dibuat
sangat tebal.

2. Masjid tersebut berapa kali mengalami perubahan? Dan apakah bentuknya ada yang
berubah?

Sejak didirikan, masjid ini sudah pernah diperbaiki sebanyak 6 kali namun tetap
mempertahankan bentuk dan keasliannya. Misalnya, ketika ada bagian bangunan
yang rusak, maka akan diganti dengan bahan dan ukuran sama, kecuali pada bagian
lantai. Saat awal berdirinya, lantai masjid ini terbuat dari tanah liat. Tapi masjid ini kini
berlantai ubin keramik.

3. Apa agenda kegiatan masjid setiap waktu?


Masjid Tua Katangka menjadi tempat berwisata religi, solat berjamaah, atau mengaji.
Momentum Ramadhan juga dimanfaatkan oleh warga sekitar dengan mengadakan
pesantren kilat untuk anak-anak di Masjid Tua Katangka.
4. Apakah ada peninggalan yang masih ada sampai sekarang?
Peninggalan yang masih dipertahankan adalah aarsitektur dari bangunan masjid.
Asitektur masjid merupakan perpaduan Tiongkok, Eropa, dan Bugis. Di bagian dalam
masjid, terdapat sejumlah ukiran kayu berbahasa Makassar yang ditulis dengan huruf
Arab. Bagian atap Masjid Tua Katangka yang berbentuk tumpang dua tingkat,
melambangkan dua kalimat syahadat. Tiang besar berjumlah 4 melambangkan sahabat
Rasulullah yang terkenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin yaitu Abu Bakar Ash
Shidiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Jendelanya ada
enam melambangkan rukun iman. Pintunya ada lima, jadi ada dua di luar dan tiga di
dalam melambangkan rukun Islam. Di dalam kompleks masjid, terdapat makam
keturunan Raja Gowa. Bangunan makan menyerupai piramida dengan guci yang
menempel di pucuk bangunan makam.

5. Bagaimana kebijakan masjid tersebut selama masa pandemi ini?


Saat kami berkunjung ke masjid tua katangka, masjid tersebut masih terbuka untuk
umum namun tetap harus menjaga protocol kesehatan seperti masker, menjaga jarak dan
mencuci tangan.

Anda mungkin juga menyukai