Anda di halaman 1dari 55

PEREMPUAN PERKASA

Ilustrasi komik Malahayati


“Dari pengalaman yang dimiliki oleh panglima-panglima perang Belanda yang
telah melakukan peperangan di segala penjuru dan pojok Kepulauan Indonesia,
bahwa tidak ada bangsa yang lebih pemberani perang serta fanatik,
dibandingkan dengan bangsa Aceh, dan kaum perempuan Aceh yang melebihi
kaum perempuan bangsa lainnya, dalam keberanian dan tidak gentar mati.
Bahkan, mereka pun melampaui kaum laki-laki Aceh yang sudah dikenal
bukanlah laki-laki lemah dalam mempertahankan cita-cita bangsa dan agama
mereka” - HC Zentgraaf

“Wat de Atjehsche vrouwen betreft, haar rol in den krijg is zelfs thans moeilijk te
schatten, maar het was meestal eene zeer actieve. De Atjehsche vrouw, fier en
dapper, was de verpersoonlijking van den bittersten haat jegens ons, en van de
uiterste onverzoenlijkheid, en als zij medestreed, dan deed zij dit met eene energie
en doodsverachting welke veelal die der mannen overtroffen. Zij was de draagster
van een haat die brandde tot den rand van het graf, en nog in het aangezicht van
den dood spuwde zij hem den Kaphe" in het gezicht” – HC Zentgraaf, ATJEH, hal 44.
Bagi perempuan Aceh, perannya dalam perang sulit diperkirakan, bahkan
hingga saat ini, tetapi biasanya sangat aktif. Wanita Aceh yang gagah dan
berani menjadi personifikasi dari kebencian paling pahit terhadap kami
(Belanda), dan dari keteguhan hati, perempuan ini melakukannya dengan energi
dan penghinaan terhadap kematian yang melebihi pria. Mereka adalah pembawa
kebencian yang membara terhadap Kaphe hingga mendekati ajalnya, dan
menghadapi kematian dengan memuntahkan kebencian di wajahnya.

Perempuan Perkasa Page 1


1. RATU NAHRISYAH, Samudra Pasai 3
2. LAKSAMANA KEUMALAHAYATI(15*), Aceh Darussalam 5
3. SULTANAH SYAFIATUDDIN, Aceh Darussalam 8
4. SULTANAH NAKIATHUDDIN, Aceh Darussalam 9
5. SULTANAH ZAKIATHUDDIN, Aceh Darussalam 10
6. SULTANAH KAMALATSYAH, Aceh Darussalam 10
7. CUT NYAK DHIEN, Meulaboh 11
8. CUT NYAK MEUTHIA (367*), Keureutoe 24
9. POCUT BAREN, Gume, Meulaboh 33
10. POCUT MEURAH INTAN (48*), Biheue, Padang Tiji 35
11. TEUNGKU FAKINAH (14*) 37
12. POCUT MEULIGOE, Samalanga 42
13. POCUT DI RAMBONG (68)*, Keumangan 49
14. POCUT MEURAH PAKEH, Pidie 51

 Terdapat dalam INVENTARISASI NAMA-NAMA PEJUANG YANG AKAN DIUSULKAN MENJADI


PAHLAWAN NASIONAL, hasil SEMINAR PERJUANGAN ACEH SEJAK 1873 s/d KEMERDEKAAN
INDONESIA, Medan 25 Maret 1976

Perempuan Perkasa Page 2


RATU NAHRISYAH
REPUBLIKA.CO.ID ed: a syalaby ichsan

Ilustrasi lukisan

Ratu Nahrasiyah adalah salah satu perempuan Aceh yang juga banyak berkontribusi di Aceh.
Namanya harum bersanding dengan tokoh perempuan Aceh lainnya, seperti Cut Nyak Dien, Cut
Meutia, Sultanah Safiatuddin Syah, Ratu Inayat Zakiatuddin Syah, dan Nurul Alam Naqiatuddin Syah.
Kendati demikian, namanya seolah tak terdengar karena tertutup oleh dua raja terkenal Kerajaan
Samudra Pasai, yakni Raja Malikussaleh dan Malikudzahir. Padahal, Ratu Nahrasiyah lebih dari 20
tahun berkuasa.
Nahrasiyah merupakan seorang ratu dari Kerajaan Samudra Pasai yang berkuasa dari 1405-1428 M.
Ia anak dari Sultan Zainal Abidin Malikudzahir. Namun, ada versi lain tentang Nahrasiyah yang
menyebutkan bahwa ia adalah janda dari Sultan Zainal Abidin.
Prof T Ibrahim Alfian pernah menulis bahwa Nahrasiyah dikenal sebagai sosok yang bijak dan arif.
Selama berada di tampuk kepemimpinan, ia memerintah dengan sifat keibuan dan penuh kasih
sayang. Saat itu, harkat dan martabat perempuan begitu mulia.
Waku itu banyak perempuan yang menjadi penyiar agama. Ibrahim mengatakan terkait sosok
Nahrasiyah, jejak sejarahnya bisa dilihat dari nisannya. Keterangan tentangnya juga terdapat pada
sejarah Cina, yakni kronik Ying-yai sheng-lan.
Buku tersebut berisi laporan umum mengenai pantai-pantai Sumatra waktu itu serta menyebutkan
raja-raja yang berkuasa. Ma Huan seorang pelawat Cina Muslim dalam pengantar kronik Cina
tersebut disebutkan bahwa dia dikirim bersama Laksamana Cheng Ho ke berbagai negeri karena
mampu menerjemahkan buku-buku asing.
Pada 1415 Cheng Ho dan armadanya mengunjungi Kerajaan Samudra Pasai. Dalam kronik dinasti
Ming (1368-1643) buku 32 diceritakan, Sekandar (Iskandar) keponakan suami kedua Ratu bersama
ribuan pengikutnya menyerang dan merampok Cheng Ho. Tapi, serdadu-serdadu Cina berhasil
mengalahkan penyerang tersebut hingga kemudian Sekandar ditangkap dan dibawa sebagai
tawanan Istana Maharaja Cina. Di sana, Sekandar dijatuhi hukuman mati.

Perempuan Perkasa Page 3


Menurut Ibrahim, Ratu yang dimaksud dalam cerita Cina tersebut adalah Ratu Nahrasiyah, putri
Sultan Zainal Abidin atau dalam literatur Cina sebagai Tsai-nu-li-a-pi-ting-ki. Orientalis Belanda C
Snouck Hurgronje terkagum-kagum menyaksikan sebuah makam yang indah di situs purbakala
Kerajaan Samudra Pasai di Aceh Utara.
Makam yang terbuat dari pualam tersebut disebut-sebut sebagai makam terindah di Asia Tenggara.
Ayat-ayat Alquran menghiasai makam dari Ratu Nahrasiyah. Keistimewaan makam tersebut dinilai
sebagai bukti kebesaran dari sosok Ratu Nahrasiyah.
Minimnya data sejarah tentang Ratu Nahrasiyah membuat biografi dirinya susah ditemukan secara
detil. Karena itu, sedikit sekali literatur-literatur yang bisa menjadi bahan bacaan. Namanya bahkan
tak tertera dalam mata uang emas pada zaman Kerajaan Samudra Pasai.
Padahal, waktu itu, nama sultan di mata uang emas merupakan kebiasaan untuk mengabadikan.
Saat itu, mata uang tersebut disebut dirham. Ibrahim berpendapat tidak tercantumnya nama Ratu
Nahrasiyah di dalam mata uang emas tersebut karena ia menikah dengan suami keduanya, yakni
Salahuddin setelah suami pertamanya wafat.
Nama Salahuddin yang tertera dalam mata uang tersebut dengan gelar Sulthan al Adillah. Namanya
diterakan di mata uang emas bagian belakang. Namun, dari makamnya yang indah dan megah,
Ibrahim dan beberapa sejawarawan lainnya mengatakan bawha Ratu Nahrasiyah adalah sosok besar.
Ukiran-ukiran bahasa Arab di makamnya jika diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu, Ibrahim
katakan, bermakna, “Inilah kubur wanita yang bercahaya yang suci Ratu yang terhormat
almarhumah yang diampunkan dosanya Nahrasiyah ... putri Sultanah Zainal Abidin putra Sulthan
Ahmad putra Sulthan Muhammad Putra Sulthan Al Malikul Salih. Kepada mereka itu dicurahkan
rahmat dan diampuni dosanya meninggal dunia dengan rahmat Allah pada Senin, 17 Dzulhijah
832.

Makam di Pasai (Lhok Seumawe)

Perempuan Perkasa Page 4


LAKSAMANA KEUMALAHAYATI
Dari Wikipedia bahasa Indonesia

Ilustrasi lukisan Dede Eri Supria

K eumalahayati, adalah salah seorang perempuan pejuang yang berasal dari Kesultanan Aceh.
Ayahnya bernama Laksamana Mahmud Syah. Kakeknya dari garis ayahnya adalah Laksamana
Muhammad Said Syah, putra dari Sultan Salahuddin Syah yang memerintah sekitar tahun
1530–1539 M. Adapun Sultan Salahuddin Syah adalah putra dari Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah
(1513–1530 M), yang merupakan pendiri Kerajaan Aceh Darussalam.
Pada tahun 1585–1604, dia memegang jabatan Kepala Barisan Pengawal Istana Panglima Rahasia
dan Panglima Protokol Pemerintah dari Sultan Saidil Mukammil Alauddin Riayat Syah IV
Malahayati memimpin 2.000 orang pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah syahid)
berperang melawan kapal-kapal dan benteng-benteng Belanda tanggal 11 September 1599 sekaligus
membunuh Cornelis de Houtman dalam pertempuran satu lawan satu di geladak kapal. Dia
mendapat gelar Laksamana untuk keberaniannya ini, sehingga ia kemudian lebih dikenal dengan
nama Laksamana Malahayati. Saat meninggal dunia, jasad Malahayati dikebumikan di bukit Krueng
Raya, Lamreh,Aceh Besar.

Pendidikan Angkatan Laut[


Laksamana Malahayati dikenal juga dengan nama Keumalahayati. Ia dilahirkan di Aceh Besar pada
tahun 1550. Pada masa kanak-kanak dan remaja ia mendapat pendidikan istana. Malahayati masih
berkerabat dengan Sultan Aceh. Ayah dan kakeknya berbakti di Kesultanan Aceh sebagai Panglima
Angkatan Laut. Dari situlah semangat kelautan Malahayati muncul. Ia kemudian mengikuti jejak ayah
dan kakeknya dengan menempuh pendidikan militer jurusan angkatan laut di akademi Baitul
Maqdis.

Perempuan Perkasa Page 5


Memimpin Inong Balee
Perjuangan Malahayati melawan penjajah dimulai setelah terjadinya pertempuran di Teluk Haru.
Armada laut Kesultanan Aceh melawan armada Portugis. Pada pertempuran itu, Laksamana Zainal
Abidin, suami Malahayati, gugur. Setelah ditinggal wafat oleh suaminya, Malahayati mengusulkan
kepada Sultan Aceh untuk membentuk pasukan yang terdiri dari janda prajurit Aceh yang gugur
dalam peperangan. Permintaan itu dikabulkan. Ia diangkat sebagai pemimpin pasukan Inong Balee
dengan pangkat laksamana. Malahayati adalah perempuan Aceh pertama yang menyandang
pangkat ini.

Perjuangan Melawan Belanda


Laksamana Malahayati dan pasukannya bertugas melindungi pelabuhan pelabuhan dagang di Aceh.
Pada tanggal 21 Juni 1599, Laksamana Malahayati berhadapan dengan kapal Belanda yang mencoba
memaksakan kehendaknya. Laksamana Malahayati dan pasukannya tentu saja tidak dapat
menerimanya. Mereka mengadakan perlawanan. Dalam peristiwa itu Cornelis de Houtman dan
beberapa pelaut Belanda tewas. Frederick de Houtman, wakil komandan armada Belanda, ditangkap
oleh pihak Aceh.[

Perundingan Damai
Laksamana Malahayati tidak hanya cakap di medan perang. Ia juga melakukan perundingan damai
mewakili Sultan Aceh dengan pihak Belanda. Perundingan itu adalah upaya Belanda untuk
melepaskan Frederick de Houtman yang ditangkap oleh Laksamana Malahayati. Perdamaian itu
terwujud. Frederick de Houtman dilepaskan namun Belanda harus membayar ganti rugi kepada
Kesultanan Aceh. Laksamana Malahayati juga menjadi orang yang menerima James Lancaster, duta
utusan Ratu Elizabeth I dari Inggris.
Laksamana Malahayati meninggal dunia pada tahun 1615. Makamnya terletak di Desa Lamreh,
Kecamatan Krueng Raya, Kabupaten Aceh Besar.

Perempuan Perkasa Page 6


Makam di Aceh Besar

Laksamana Malahayati mendapatkan gelar sebagai Pahlawan Nasional pada tanggal 9 November
2017 bersama dengan 3 orang lainnya.
Atas jasa-jasanya Pemerintah Republik Indonesia, Presiden Joko Widodo menganugerahi Gelar
Pahlawan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 115/TK/Tahun 2017
tanggal 6 November 2017.

Pemberian gelar Pahlawan Nasional

Perempuan Perkasa Page 7


RATU TADJUL ALAM SJAFIAHTUDDIN SJAH (1050-1086 H/1641-1676 M).
Ratu Tadjul Alam Sjafiahtuddin Sjah namanja, menurut Tgk. Harun Teupin Raja, Sjech
Puteri Seri Alam binti Sulthan Iskandar Muda, Nuruddin Ar Raniri ditjulik oleh orang jang tak
memerintah dari tahun 1050-1086 H/16141- di ketahui, kemudian majatnja didjumpai di
1676 M. Kuala Atjeh. Dalam waktu itu pergolakan
bertambah hebat dan beruntung tatkala itu
Ratu jang pertama di Atjeh, djanda dari
Sjech Abdul Rauf Fansjuri jang berasai dari
Sulthan Iskandar Sani Ala addin Mughajat
Singkil murid dari Sjech Nurdin ar Raniri
Sjah. Orang kaja mendapat kuasa besar, tetapi
tjampur tangan. Dengan tjampur tangan
keradjaan Atjeh mendjadi lemah, karena
Abdul Rauf ini, pertentangan itu dapat
subversie Belanda. Ratu menolong Hamzah
diredakan. Puteri Seri Alam diangkat mendjadi
Fansuri dan Abdul Rauf dari Singkil, jang
Ratu dengan gelar Seri Sulthanah Tadjul Alam
sekarang bernama Teungku Sjiah Kuala.
Sjafiatuddin Sjah, dengan sjarat urusan nikah
Waktu hendak dinobatkan, pertentangan pasah jang berlawanan dengan agama
hebat terdjadi dengan kaum lelaki jang akan dipegang oleh seorang Alim keluarga dari
merebut kembali Sulthanat, jang didukung Sulthan Atjeh, yang bergelar Kadhi Malikul
oleh Ulama2 jang mengatakan perempuan Adil (bukan Malikul Adil jang penghabisan
tidak boleh diangkat mendjadi Radja, karena sekali mendjadi UIeëbalang Masdjid Raja
berlawanan dengan hukum Islam, sebab Kanan). Kuburan Malikul Adil ini didalam
perempuan tidak boleh mendjadi Imam complex kandang XII. Setelah itu barulah
sembahjang dan karena itu tidak sjah keadaan pemerintahan dapat dilantjarkan
mendjadi Wali Am. Dalam pertentangan ini atas bantuan Ulama Besar Sjech Abdul Rauf
Puteri Seri Alam jang besar pengaruh dan Singkil dan orang Besar serta 4 kaum jang
kekajaannja telah dapat pula mempergunakan setia kepada Marhum Mahkota Alam (Seri
tenteranja jang dikuasai anak saudara ibunja Sulthan Iskandar Muda). Baginda (Sultanat)
Abdul Rahim gelar Maharadja Lela. Dalam mangkat pada 1 Sja'ban 1086 H/23 Oktober
perebutan itu telah terbunuh seorang ulama 1676 M. Riwajatnja kadar sedikit diuraikan
Fakih Hitam jang menentang tindakan Puteri disini tetapi banjak tersebut dalam pasal2 dan
Seri Alam. Dalam peristiwa kekatjauan itu bukunja jang bernama Ratu Sastra.

Perempuan Perkasa Page 8


RATU NURUL ALAM NAKIATHUDDIN SJAH (1086-1088 h/1676-1678 M.)
Ratu jang kedua di Atjeh, diduga anak dari menusuk-nusuk tanah disitu dengan lembing
Radja Hussain Sjah bekas Wali Negara di Pidie. jang ada pada tangannja sepenuh tempat
Baginda jang mengadakan pembahagian Atjeh mereka berdiri itu. Setelah itu diserak-serak
Besar djadi 3 segi : XXII, XXV dan XXV mukim. kannja nasi jang dibawanja disepandjang
Pada masa pemerintahannyaa terbakar bekas2 lembing itu dan sesudah siap mereka
Mesdjid Baitul Rahman dan Istana beserta itu pun pulang masing2 kekampungnja.
harta keradjaan.
Keesokan paginja orang melihat bekas2
Riwajat pembentukan 3 segi itu, menurut tombak (lembing) dan bekas orang makan,
sahibul hikajat Teuku Daud Silang, adalah dengan segera dipersembahkan kepada Ratu.
seperti berikut: Ratu segera pergi persaksikan bekas2
perbuatan itu dan terbitlah persangkaannja
Dalam masa Ratu Nurul Alam Nakiathuddin
bahwa perbuatan itu dilakukan oleh orang2
Sjah memerinlah negeri Atjeh, Istana pindah
jang hendak menjerang Istana Ratu.
di Lampoih Djuk karena Istana jang indah
telah terbakar, maka Ratu itu mengeluarkan Dengan segera dipanggil kepala negeri dari 3
undang2 mengambil hase rinjeuën (belasting segi Atjeh Besar dan setelah sampai kesitu
rumah tangga). Rumah bertangga papan lalu ditjeriterakan bahwa ada kafilah terlalu
belasting (hasé) satu ringgit dan rumah jang banjak hendak menjerang Istana Ratu. Sebab
bukan dinding papan belastingnja siamaih itu Ratu bertanja : bagaimanakah usaha
(0.21 real) setahun. mendjaga kota dan melawan musuh kalau2
datang menjerang nanti?. Oleh karena melihal
Peraturan itu bukan sadja memberatkan
Ratu dalam ketakutan, maka Tgk Tjhik Lam
rakjat, tetapi pihak kepala negeri (lmeum) dan
Panaih berkata : sangat susah sekarang
Uleëbalangpun merasa sangat susah untuk
melawan musuh, pertama susah mendapat
bekerdja mengumpulkan uang hasé rinjeuën
orang jang suka memberikan djiwanja untuk
itu.
berperang (melawan) musuh, sebab banjak
Maka dengan initiative Tgk. Lam Panaih rakjat jang tidak senang hati lagi karena
pergilah ia bermufakat dengan beberapa terlalu berat tanggungan (hasé rinjeuën).
UIeëbalang dalam segi Atjeh itu dan
Setelah Ratu mendengar chabar itu, makin
ditundjukkan oleh Tgk Tjhik Lampanaih satu
nampak air mukanja terlalu gelisah. Setelah
tipu muslihat untuk menakuti dan menjangkal
itu ketiga orang itu memadjukan
peraturan Ratu itu. Diatur oleh Tgk Tjhik Lam
permintaannya apa bila Ratu menghapuskan
Panaih, di Lam Panaih bahagian XXVI mukim
hasé rinjeuën (belasting; rumah tangga),
diambil 26 orang. Lam Panaih waktu itu
dapatlah mereka mengumpulkan rakjat untuk
masuk bagian XXVI mukim, belum ditukar
melawan musuh itu dan berdjandji dengan
dengan Keureukon. Dibahagian XXII mukim
sungguh2 hati akan mendjaga negeri dan
diminta 22 orang dan dibahagian XXV mukim
Istana Ratu. Permintaan orang itu
diminta 25 orang, untuk mendjadi kawan
diperkenankan oleh Ratu dan ketiga orang itu
pergi ke Istana Ratu. Djuga diberi tahu supaja
diangkat mendjadi Panglima dalam seginja
orang2 jang mengikut itu masing2 membawa
masing2.
satu tombak dan satu bungkus nasi (bu kulah).
Panglima jang berkawan 22 orang disebut
Setelah tjukup fakat dan telah ditentukan
Panglima segi XXII. Panglima jang berkawan
malam apa orang2 itu berkumpul, Tgk Tjhik
25 orang disebut Panglima segi XXV mukim
Lam Panaih pulang. Setelah itu malam jang
dan Panglima jang berkawan 26 orang,
sudah ditentukan itu, berangkatlah orang2 itu
disebut segi XXVI.
semua ke Lampoih Djuk pada waktu malam.
Semua orang2 berkumpul diluar pagar Begitulah asal mulanja terdjadi Panglima Segi
pekarangan Istana. Semua orang2 itu (Sagoe) di Atjeh Besar.

Perempuan Perkasa Page 9


RATU ZAKIATHUDDIN INAJAT SJAH (1088-1099 H/1678-1688 M)
Ralu Zakiathuddin Inajat Sjah, namanja Puteri Mekkah. Mula2 utusan bermaksud bukan
Radja Setia binti Mahmud Sjah atau Sulthan mengundjungi Ratu tetapi mau menolong
Ali Riajat Sjah (1604-1607), ibnu Sulthan Ala Sjekh Abdul Rauf seorang ulama besar, tetapi
uddin Riajat Sjah (Saidil Mukammil), selalu mendapat tentangan dari ulama2 dan
memerintah dari tahun 1088-1099 H/1678- bangsawan2 jang hendak mengambil
1688 M. Ratu jang ketiga di Atjeh, ada kekuasaan dari wanita.
menerima kehormatan dari satu utusan dari

RATU KAMALAT DIATHUDDIN SJAH (1099-1111 H/1688-1699 M)


Ratu jang keempat di Atjeh (jang kembali menjadi Sultan. Kelompok yang tetap
penghabisan). Banjak bantahan timbul waktu menginginkan wanita menjadi raja, adalah
mengangkatnja djadi Ratu, karena banjak Panglima Sagi. Ia turun tahta pada bulan
kaum lelaki jang hendak mengangkat Radja Oktober 1699. Pada masa pemerintahannya,
lelaki. jang mana penghabisannja kaum lelaki ia mendapatkan kunjungan dari Persatuan
djuga jang menang dan Ratu ini diturunkan. Dagang Perancis dan serikat dagang Inggris,
East Indian Company.
Paduka Seri Baginda Sultana Zainatuddin
Dia menikah dengan Sayid Ibrahim yang
Kamalat Syah binti al-Marhum Raja Umar (ada
kemudian menggantikannya menjadi sultan
pula yang menyebut Ziatuddin), mewarisi
dari Kesultanan Aceh dengan gelar Sultan
tahta kerajaan setelah kematian Sultanah
Badrul Alam.
Zaqiatuddin, pada tahun 1688.
Dengan Sultan Badrul Alam, dia memiliki
Ada dua versi tentang asal-usulnya. Pertama
anak:
ia adalah putri dari Raja Umar bin Sutan Muda
Muhammad Muhidudin sekaligus adik angkat o Sayyid Jafar Bhadiq, yang kemudian
dari Sultanah Zaqiatuddin Inayat Syah. Yang menjadi Sultan Perkasa Alam Syarif
kedua ia adalah anak angkat Ratu Sultanah Lamtawi.
Safiatuddin Syah. Yang jelas, Ratu Zakiatuddin
o Sayyid Ali Zainal Abidin, yang juga
Syah berasal dari keluarga-keluarga Sultan
kemudian menjadi Sultan Jamalul
Aceh juga.
Alam Badrul Munir.
Pada masa Kamalat Syah bertahta, para
pembesar kerajaan terpecah dalam dua
pendirian. Orang kaya bersatu dengan
golongan agama menginginkan kaum pria

Perempuan Perkasa Page 10


CUT NYAK DHIEN
Dari Wikipedia bahasa Indonesia

C ut Nyak Dhien (ejaan lama: Tjoet Nja' Dhien, Lampadang, Kerajaan Aceh, 1848 – Sumedang,
Jawa Barat, 6 November 1908; dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang) adalah seorang
Pahlawan Nasional Indonesia dari Aceh yang berjuang melawan Belanda pada masa Perang
Aceh. Setelah wilayah VI Mukim diserang, ia mengungsi, sementara suaminya Ibrahim Lamnga
bertempur melawan Belanda. Tewasnya Ibrahim Lamnga di Gle Tarum pada tanggal 29 Juni 1878
kemudian menyeret Cut Nyak Dhien lebih jauh dalam perlawanannya terhadap Belanda.
Pada tahun 1880, Cut Nyak Dhien menikah dengan Teuku Umar, setelah sebelumnya ia dijanjikan
dapat ikut turun di medan perang jika menerima lamaran tersebut. Dari pernikahan ini Cut Nyak
Dhien memiliki seorang anak yang diberi nama Cut Gambang[2]. Setelah pernikahannya dengan
Teuku Umar, Cut Nyak Dhien bersama Teuku Umar bertempur bersama melawan Belanda. Namun,
pada tanggal 11 Februari 1899 Teuku Umar gugur. Hal ini membuat Cut Nyak Dhien berjuang
sendirian di pedalaman Meulaboh bersama pasukan kecilnya. Usia Cut Nyak Dien yang saat itu sudah
relatif tua serta kondisi tubuh yang digrogoti berbagai penyakit seperti encok dan rabun membuat
satu pasukannya yang bernama Pang Laot melaporkan keberadaannya karena iba.[3][4] Ia akhirnya
ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh. Di sana ia dirawat dan penyakitnya mulai sembuh.
Keberadaan Cut Nyak Dhien yang dianggap masih memberikan pengaruh kuat terhadap perlawanan
rakyat Aceh serta hubungannya dengan pejuang Aceh yang belum tertangkap membuatnya
kemudian diasingkan ke Sumedang. Cut Nyak Dhien meninggal pada tanggal 6 November 1908 dan
dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang. Nama Cut Nyak Dhien kini diabadikan sebagai Bandar
Udara Cut Nyak Dhien Nagan Raya di Meulaboh.
Cut Nyak Dhien dilahirkan dari keluarga bangsawan yang taat beragama di Aceh Besar, wilayah VI
Mukim pada tahun 1848. Ayahnya bernama Teuku Nanta Seutia, seorang uleebalang VI Mukim, yang
juga merupakan keturunan Datuk Makhudum Sati, perantau dari Minangkabau. Datuk Makhudum
Sati merupakan keturunan dari Laksamana Muda Nanta yang merupakan perwakilan Kesultanan
Aceh pada zaman pemerintahan Sultan Iskandar Muda di Pariaman. Datuk Makhudum Sati mungkin
datang ke Aceh pada abad ke 18 ketika kesultanan Aceh diperintah oleh Sultan Jamalul Badrul
Munir. Sedangkan ibunya merupakan putri uleebalang Lampageu.
Pada masa kecilnya, Cut Nyak Dhien adalah anak yang cantik. Ia memperoleh pendidikan pada
bidang agama (yang dididik oleh orang tua ataupun guru agama) dan rumah tangga (memasak,
melayani suami, dan yang menyangkut kehidupan sehari-hari yang dididik baik oleh orang tuanya).
Banyak laki-laki yang suka pada Cut Nyak Dhien dan berusaha melamarnya. Pada usia 12 tahun, ia
sudah dinikahkan oleh orangtuanya pada tahun 1862 dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga, putra dari
uleebalang Lamnga XIII. Mereka memiliki satu anak laki-laki.
Perlawanan saat Perang Aceh
Rencong merupakan senjata tradisional milik Suku Aceh. Cut Nyak Dhien menggunakan Rencong
sebagai salah satu alat perang untuk melawan para tentara Kerajaan Belanda pada saat Kerajaan
Belanda menyerang Kerajaan Aceh dan membakar Masjid Raya Baiturrahman pada tahun 1873.
Pada tanggal 26 Maret 1873, Belanda menyatakan perang kepada Aceh, dan mulai melepaskan
tembakan meriam ke daratan Aceh dari kapal perang Citadel van Antwerpen. Perang Aceh pun
meletus. Pada perang pertama (1873-1874), Aceh yang dipimpin oleh Panglima Polim dan Sultan
Machmud Syah bertempur melawan Belanda yang dipimpin Johan Harmen Rudolf Köhler. Saat itu,
Belanda mengirim 3.198 prajurit. Lalu, pada tanggal 8 April 1873, Belanda mendarat di Pantai

Perempuan Perkasa Page 11


Ceureumen di bawah pimpinan Köhler, dan langsung bisa menguasai Masjid Raya Baiturrahman dan
membakarnya. Kesultanan Aceh dapat memenangkan perang pertama. Ibrahim Lamnga yang
bertarung di garis depan kembali dengan sorak kemenangan, sementara Köhler tewas tertembak
pada April 1873.
Pada tahun 1874-1880, di bawah pimpinan Jenderal Jan van Swieten, daerah VI Mukim dapat
diduduki Belanda pada tahun 1873, sedangkan Keraton Sultan jatuh pada tahun 1874. Cut Nyak
Dhien dan bayinya akhirnya mengungsi bersama ibu-ibu dan rombongan lainnya pada tanggal 24
Desember 1875. Suaminya selanjutnya bertempur untuk merebut kembali daerah VI Mukim.
Ketika Ibrahim Lamnga bertempur di Gle Tarum, ia tewas pada tanggal 29 Juni 1878. Hal ini
membuat Cut Nyak Dhien sangat marah dan bersumpah akan menghancurkan Belanda.

Cut Nyak Dien, setelah tertangkap oleh pihak Belanda


Teuku Umar, tokoh pejuang Aceh, melamar Cut Nyak Dhien. Pada awalnya Cut Nyak Dhien menolak.
Namun, karena Teuku Umar mempersilakannya untuk ikut bertempur dalam medan perang, Cut
Nyak Dien akhirnya menerimanya dan menikah lagi dengan Teuku Umar pada tahun 1880. Hal ini
meningkatkan moral semangat perjuangan Aceh melawan Kaphe Ulanda (Belanda Kafir). Nantinya,
Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar memiliki anak yang diberi nama Cut Gambang.
Perang dilanjutkan secara gerilya dan dikobarkan perang fi'sabilillah. Sekitar tahun 1875, Teuku
Umar melakukan gerakan dengan mendekati Belanda dan hubungannya dengan orang Belanda
semakin kuat. Pada tanggal 30 September 1893, Teuku Umar dan pasukannya yang berjumlah 250
orang pergi ke Kutaraja dan "menyerahkan diri" kepada Belanda. Belanda sangat senang karena
musuh yang berbahaya mau membantu mereka, sehingga mereka memberikan Teuku Umar gelar
Teuku Umar Johan Pahlawan dan menjadikannya komandan unit pasukan Belanda dengan
kekuasaan penuh. Teuku Umar merahasiakan rencana untuk menipu Belanda, meskipun ia dituduh
sebagai penghianat oleh orang Aceh. Cut Nyak Dien berusaha menasihatinya untuk kembali
melawan Belanda. Namun, Teuku Umar masih terus berhubungan dengan Belanda. Umar lalu
mencoba untuk mempelajari taktik Belanda, sementara pelan-pelan mengganti sebanyak mungkin
orang Belanda di unit yang ia kuasai. Ketika jumlah orang Aceh pada pasukan tersebut cukup, Teuku
Umar melakukan rencana palsu pada orang Belanda dan mengklaim bahwa ia ingin menyerang basis
Aceh.[2]

Teuku Umar, suami kedua Cut Nyak Dhien.


Teuku Umar dan Cut Nyak Dhien pergi dengan semua pasukan dan perlengkapan berat, senjata, dan
amunisi Belanda, lalu tidak pernah kembali. Penghianatan ini disebut Het verraad van Teukoe Oemar
(pengkhianatan Teuku Umar).
Teuku Umar yang mengkhianati Belanda menyebabkan Belanda marah dan melancarkan operasi
besar-besaran untuk menangkap baik Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar.[2][3] Namun, gerilyawan kini
dilengkapi perlengkapan dari Belanda. Mereka mulai menyerang Belanda sementara Jend. Van
Swieten diganti. Penggantinya, Jend. Jakobus Ludovicius Hubertus Pel, dengan cepat terbunuh dan
pasukan Belanda berada pada kekacauan.[2] Belanda lalu mencabut gelar Teuku Umar dan
membakar rumahnya, dan juga mengejar keberadaannya.[3]
Dien dan Umar terus menekan Belanda, lalu menyerang Banda Aceh (Kutaraja) dan Meulaboh (bekas
basis Teuku Umar), sehingga Belanda terus-terusan mengganti jenderal yang bertugas.[2] Unit
"Maréchaussée" lalu dikirim ke Aceh. Mereka dianggap biadab dan sangat sulit ditaklukan oleh
orang Aceh. Selain itu, kebanyakan pasukan "De Marsose" merupakan orang Tionghoa-Ambon yang

Perempuan Perkasa Page 12


menghancurkan semua yang ada di jalannya.[2] Akibat dari hal ini, pasukan Belanda merasa simpati
kepada orang Aceh dan Van der Heyden membubarkan unit "De Marsose".[2] Peristiwa ini juga
menyebabkan kesuksesan jenderal selanjutnya karena banyak orang yang tidak ikut melakukan jihad
kehilangan nyawa mereka, dan ketakutan masih tetap ada pada penduduk Aceh.[2]
Jenderal Joannes Benedictus van Heutsz memanfaatkan ketakutan ini dan mulai menyewa orang
Aceh untuk memata-matai pasukan pemberontak sebagai informan sehingga Belanda menemukan
rencana Teuku Umar untuk menyerang Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899. Akhirnya, Teuku
Umar gugur tertembak peluru. Ketika Cut Gambang, anak Cut Nyak Dhien, menangis karena
kematian ayahnya, ia ditampar oleh ibunya yang lalu memeluknya dan berkata:
“Sebagai perempuan Aceh, kita tidak boleh menumpahkan air mata pada orang yang sudah syahid”
Cut Nyak Dien lalu memimpin perlawanan melawan Belanda di daerah pedalaman Meulaboh
bersama pasukan kecilnya dan mencoba melupakan suaminya. Pasukan ini terus bertempur sampai
kehancurannya pada tahun 1901 karena tentara Belanda sudah terbiasa berperang di medan daerah
Aceh. Selain itu, Cut Nyak Dien sudah semakin tua. Matanya sudah mulai rabun, dan ia terkena
penyakit encok dan juga jumlah pasukannya terus berkurang, serta sulit memperoleh makanan. Hal
ini membuat iba para pasukan-pasukannya.
Anak buah Cut Nyak Dhien yang bernama Pang Laot melaporkan lokasi markasnya kepada Belanda
karena iba.[3][4] Akibatnya, Belanda menyerang markas Cut Nyak Dien di Beutong Le Sageu. Mereka
terkejut dan bertempur mati-matian. Dhien berusaha mengambil rencong dan mencoba untuk
melawan musuh. Namun, aksi Dhien berhasil dihentikan oleh Belanda. Cut Nyak Dhien ditangkap,
sementara Cut Gambang berhasil melarikan diri ke hutan dan meneruskan perlawanan yang sudah
dilakukan oleh ayah dan ibunya.

Masa Tua dan Kematian


Setelah ditangkap, Cut Nyak Dhien dibawa ke Banda Aceh dan dirawat di situ. Penyakitnya seperti
rabun dan encok berangsur-angsur sembuh. Namun, Cut Nyak Dien akhirnya dibuang ke Sumedang,
Jawa Barat, karena ketakutan Belanda bahwa kehadirannya akan menciptakan semangat
perlawanan dan juga karena ia terus berhubungan dengan pejuang yang belum tunduk.
Ia dibawa ke Sumedang bersama dengan tahanan politik Aceh lain dan menarik perhatian bupati
Suriaatmaja. Selain itu, tahanan laki-laki juga menyatakan perhatian mereka pada Cut Nyak Dhien,
tetapi tentara Belanda dilarang mengungkapan identitas tahanan.[2] Ia ditahan bersama ulama
bernama Ilyas yang segera menyadari bahwa Cut Nyak Dhien merupakan ahli dalam agama Islam,
sehingga ia dijuluki sebagai "Ibu Perbu".
Pada tanggal 6 November 1908, Cut Nyak Dhien meninggal karena usianya yang sudah tua. Makam
"Ibu Perbu" baru ditemukan pada tahun 1959 berdasarkan permintaan Gubernur Aceh saat itu, Ali
Hasan.[9] "Ibu Perbu" diakui oleh Presiden Soekarno sebagai Pahlawan Nasional Indonesia melalui
SK Presiden RI No.106 Tahun 1964 pada tanggal 2 Mei 1964.

Makam
Menurut penjaga makam, makam Cut Nyak Dhien baru ditemukan pada tahun 1959 berdasarkan
permintaan Gubernur Aceh, Ali Hasan. Pencarian dilakukan berdasarkan data yang ditemukan di
Belanda. Masyarakat Aceh di Sumedang sering menggelar acara sarasehan. Pada acara tersebut,
peserta berziarah ke makam Cut Nyak Dhien dengan jarak sekitar dua kilometer. Menurut pengurus
makam, kumpulan masyarakat Aceh di Bandung sering menggelar acara tahunan dan melakukan

Perempuan Perkasa Page 13


ziarah setelah hari pertama Lebaran. Selain itu, orang Aceh dari Jakarta melakukan acara Haul setiap
bulan November
Makam Cut Nyak Dhien pertama kali dipugar pada 1987 dan dapat terlihat melalui monumen
peringatan di dekat pintu masuk yang tertulis tentang peresmian makam yang ditandatangani oleh
Gubernur Aceh Ibrahim Hasan pada tanggal 7 Desember 1987. Makam Cut Nyak Dhien dikelilingi
pagar besi yang ditanam bersama beton dengan luas 1.500 m2.

Makam Cut Nyak Dhien, Sumedang

Film Cut Nyak Dhien, diperankan oleh Christine Hakim

Perempuan Perkasa Page 14


CUT NYA' DHIEN

Setelah Umar syahid perjuangannya untuk tidak pernah menyebut istilah jahat untuk Cut
sebagian besar diteruskan oleh isterinya Cut Nya' Dhien, walau pun sudah ratusan nyawa
Nya' Dhien yang sudah mulai lanjut usianya. Belanda melayang akibat penyerangan Cut
Panglima Nya' Makam dibunuh secara buas Nya' Dhien.
oleh Belanda dalam bulan Juli 1896. Orang
C. van der Pol dalam uraian khususnya
pertama yang meningkat kegemasannya
mengenai Cut Nya' Dhien, ketika
terhadap Belanda sebagai akibat kebuasan
menceritakan akibat-akibat kebuasan Belanda
Belanda terhadap Nya' Makam, adalah Cut
seperti kejadian terhadap Nya' Makam, yang
Nya' Dhien sendiri.
membuat Cut Nya' Dhien berdendam
Cut Nya' Dhien bukan hanya memandang Nya' kesumat terhadap Belanda, telah menulis
Makam laksana putera kandung tapi bukan hanya ratusan korban yang
keperwiraan Nya' Makam telah memperhebat ditimbulkana oleh Cut Nya' Dhien tapi ribuan
hormat dan kagumnya. Sudah lamalah jiwa dan jutaan uang. Untuk jelasnya penulis
diketahui umum di masa itu bahwa Cut Nya' pindahkan bagian kalimatnya sebagai berikut:
Dhien selain pendorong suaminya, Umar, "Zij (maksudnya Cut Nya' Dhien dan
supaya tetap bersabil dalam jalan Allah, juga pengikutnya-M.S.) smeedden wraakplannen
Cut Nya' Dhien menjadi "actor intellectualis" zoo grootsch en veelomvattend, dat er vele
penyerangan-penyerangan terhadap Belanda. duizenden levens en millioenen schats moeten
worden opgeofferd om ze te verijdelen."
Dialah yang selalu berdiri di belakang layar.
Selagi Umar masih kerja sama dengan C. van der Pol menempatkan pahlawan
Belanda di sekitar tahun 1894, harian wanita ini dalam sebentuk kalimat "een der
Bataviaasch Handelsblad di Jakarta telah merkwaardigste vrouwen in Nederland Indie"
mensinyalir pengaruh Cut Nya' Dhien. Harian ("salah seorang wanita yang mengajaibkan di
Belanda itu mengatakan antara lain: "Zoo Indonesia").
staat Teuku Umar de man van het oogenblik
Sekujur tubuh Cut Nya' Dhien boleh
in Groot Atjeh, geheel onder den invloed van
ditamsilkan melambangkan unsur benci
zijn Tjut Nya' Dhien". (Demikianlah, Teuku
Belanda, benci penjajahan, yaitu penjajahan
Umar, orang penting dewasa ini di Aceh
yang dikenalnya dari dekat penuh dengan
Besar, sepenuhnya berada di bawah pengaruh
penindasan dan kebuasan.
isterinya, Cut Nya' Dhien), harian itu
mengupas betapa besarnya pengaruh wanita- Sesungguhnyalah dari pihak Belanda sendiri
wanita Aceh terhadap suaminya dan besarnya dengan tidak sangsi telah menyatakan
peranan mereka di bidang politik. Dengan kekaguman terhadap ketangkasan Cut Nya'
adanya kenyataan itu Belanda senantiasa Dhien berjuang dan keteguhan imannya.
dihinggapi oleh penyakit takut kepada Cut Tenaganya susut karena tuanya, tapi
Nya' Dhien. Tapi berlainan dengan Umar yang dibanding dengan kewanitaannya, maka
selalu diberi diskwalifikasi oleh Belanda kesanggupannya berjuang hingga mencapai
dengan istilah "schurk", Belanda rupanya usia yang lanjut sekali, sangatlah
mengagumkan. Mungkin karena bangsa

Perempuan Perkasa Page 15


Belanda sendiri tidak pernah mempunyai sebagai pejuang maupun sebagai kepala
pahlawan wanita seperti Cut Nya' Dhien dan negara dalam masyarakat Aceh di masa lalu
tidak akan mempunyai Joan d'Arc, maka bukanlah semacam kekaguman yang biasa
Belanda sendiri sebagai musuh telah dibayangkan dalam hikayat lagi, sebab sudah
mengagumi dan menghormatinya. Hampir ada dalam kenyataan. Bahkan empat abad
seluruh tokoh-tokoh militer Belanda mulai lampau di Aceh sudah pernah ada wanita
dari Van Heutsz, Van Daalen, Van der Maaten, 'menjadi laksamana yaitu Malahayati.
Veltman, H. Colijn, Christoffel, sampai Kenyataan ini telah diceritakan oleh John
bawahan lainnya telah mencoba Davis dalam kesan-kesannya ketika dia balik
menundukkan Cut Nya' Dhien atau kalau ke England dalam kunjungannya ke Aceh, 350
mungkin menangkapnya, tapi tidak berhasil. tahun dulu.
Cut Nya' Dhien tidak akan jatuh ke tangan
Semenjak Teuku Umar balik ke pangkuan
Belanda kalau bukan karena ulah bangsa
Aceh akhir Maret 1896, semenjak itu pula Cut
sendiri.
Nya' Dhien meyakini masa setengah hati
Bekas residen Belanda Jongejans menulis sudah lampau. Masa yang dihadapi adalah:
tentang dirinya antara lain: "Sebagai isteri- berjuang atau mati.
isteri dari banyak pemimpin pejuang, Cut Nya'
Umar menghadapi Belanda di berbagai medan
Dhien lebih sangat fanatik lagi dari suaminya,
perang di Aceh Besar dan sampai ke Pidie,
dalam hal tidak mengenal takluk. Segala kisah
sementara Cut Nya' Dhien memilih tempat di
tentang dia serupa ceritanya, terutama
Pasi, di dekat gunung Grutee wilayah Kluang,
bagaimana Nya' Dhien senantiasa mendorong
lengkap dengan ratusan prajurit terlatih.
dan menggosok suaminya supaya tetap jihad
Ketika dua tahun kemudian Uinar bertugas ke
memerangi Belanda. Satu di antara sebab
Aceh Barat, Cut Nya' Dhien mengikuti
utama maka Umar balik lagi ke pangkuan
suaminya, dan setelah Umar syahid dia pun
perjuangan Aceh adalah karena Cut Nya'
mengambil alih pimpinan dan mengadakan
Dhien. Dia menemani Umar ke mana saja,
serangan gerilya dari induk markasnya dari
turut merasa pahit pedih perjuangan dan
pusat bumi Aceh yang dikelilingi oleh rimba
terus mengingatkan bahwa meski bagaimana
belantara, ke segala jurusan yang mungkin.
pun tak bolehlah menyerah. Bahkan sejak
Umar wafat, ruh suaminya tetap memberi Ketika Cut Nya' Dhien dan pasukannya berada
dorongan kepadanya untuk terus tabah di pedalaman Beutong, Belanda telah
menderita, menyambut kelanjutan pahit mencoba suatu penyerangan besar-besaran
perjuangan bersama-sama dengan sekaligus. Penyerangan tersebut yang
pengikutnya. Begitulah, masuk dan keluar berlangsung dalam tahun 1901 dipimpin oleh
desa, masuk dan keluar belantara, naik dan mayor Van Daalen yang terkenal buas dan
turun gunung, dia pun semakin uzur dan kejam. Dia menggerakkan tentaranya
rabun, namun dia terus memimpin memotong dari Bireuen (pantai Selat Malaka)
pengikutnya, diburu dan memburu, tiada sampai ke Meulaboh (pantai Aceh Barat)
waktu mengaso dari menjaga terhindar dari untuk sekaligus memukul pasukan sultan,
sergapan patroli Belanda. "Maar nog was Panglima Polem dan ulama Tiro yang berada
haat wil niet gebroken" kata residen Belanda di pedalaman Geumpang dan selanjutnya
Jongejans, yang artinya "Namun bencinya untuk memukul pasukan Cut Nya' Dhien di
tidaklah padam" demikian Jongejans, yang pedalaman Beutong. Hasil yang dicapai oleh
selanjutnya menyimpulkan: "Zij is slechts eene Van Daalen hanyalah praktek kebuasan
in de rij der vrouwen" (Hanya dia seorang lah terhadap orang Aceh dan harta bendanya, di
satu-satunya dari antara kaum wanita). samping kekejaman terhadap orangnya
Ucapan Jongejans ini agaknya melebihi dari sendiri, serdadu serta terutama perantaian.
apa yang dinantikan, mungkin dianggap oleh
orang Aceh terlalu disanjung jika diingat
bahwa wanita yang tampil ke depan baik

Perempuan Perkasa Page 16


Cut Nya' Dhien Menghadapi Christoffel, hebat. Letnan Belanda De Bruyn hancur kena
Brandhoff, Mathes dan Campioni cencang klewang Aceh. Tewas di pihak Aceh
Panglima Peureula. Ketika itu pasukan
Sebelum itu, letnan muda Christoffel, juga
Belanda mundur. Dari pertempuran ini
seperti Van Daalen seorang yang terkenal
pasukan Belanda mendapat pengalaman
"berucht" (untuk meminjam istilah Belanda
bagaimana dahsyatnya serangan-serangan
sendiri), telah pernah bertugas khusus untuk
klewang yang tangkas dan mengejutkan,
menyerbu serangan Cut Nya' Dhien. Peristiwa
bagaimana tempat-tempat yang ingin diserbu
tersebut telah berlangsung beberapa kali
oleh Belanda lebih susah dihadapi dari pada
dalam tahun 1901/1902. Christoffel juga
suatu benteng yang terbina baik. Keahlian
sudah bertempur dengan Cut Nya' Dhien di
mengayunkan klewang di kalangan pejuang
Beutong, tapi Christoffel yang undur ke
Aceh di masa itu di Aceh Barat dan Aceh
pangkalannya. Mereka dari kalangan Belanda
Selatan begitu meningkatnya, sehingga sukar
yang menceritakan siapa Cut Nya' Dhien
dielakkan. Beruntung bagi Belanda dalam
adalah mereka yang telah mengenal sendiri
penyerangan di sekitar masa ini Belanda telah
Cut Nya' Dhien dari dekat, bahkan telah
"pandai" mempergunakan bagian terbesar
bertempur langsung, sebagaimana halnya
dari kesatuan tempurnya yang terdiri dari
dengan jenderal mayor pensiun J.L.M. van
serdadu Ambon dan dari bagian nusantara
den Brandhoff yang telah menulis tentang
lainnya yang mereka tempatkan di bagian-
Nya' Dhien telah mengalami sendiri pukulan-
bagian depan dengan pelindung serta
pukulan pasukan Nya' Dhien, ketika sebagai
"voorhoede" orang-orang perantaian,
letnan Brandhoff dalam tahun 1902 turut
sehingga praktis Orang Belanda amat sedikit
bertugas menyerang Nya' Dhien beberapa kali
jumlah korbannya. Mengenai sejarah orang
di Aceh Barat. Dalam karangan tersebut van
Ambon menjadi serdadu Belanda dapat
den Brandhoff menceritakan peristiwa
diteliti sedikit sejarah perkembangannya dari
pertempuran sejak Juni, Juli dan Agustus 1902
tulisan J.G.F. Riedel, bekas residen Belanda di
ketika dia bertugas di bawah mayor H.I.
Ambon yang menulis dalam Indishe Gids 1885
Mathes yang membawa bala tentara sejumlah
dengan judul Hoe denken de Amboneezen
besar (12 opsir, 231 bawahan, 189
over de Indienststelling bij het Indische Leger?
perantaian, 8 mandur dan lain-lain semuanya
(Bagaimana pendapat orangorang Ambon
451 orang), satu fakta yang membuktikan
bekerja dalam pasukan Belanda?). Si penulis
bahwa Cut Nya' Dhien sebagai musuh yang
membentangkan riwayat paksaan masuknya
dihadapi Belanda tidaklah sembarangan.
orang-orang Ambon itu dengan melalui
Tugas menghancurkan Cut Nya' Dhien sejak kepala-kepala yang dapat Walau pun
masa itu pun telah ditujukan ke pedalaman, demikian, kebiasaan pejuang Aceh untuk
sebagaimana yang pernah dirumuskan dalam mengutamakan sasarannya kepada
surat tugas yang dipikulnya kepada mayor pemimpin-pemimpin pasukan, menyebabkan
Mathes, yakni: "berangkat ke Seunagan Hulu pihak Belanda menginsafi hebatnya lawan
dan Beutong untuk menghantam orang Aceh, yang dihadapi. Dari pengalaman kolone
terutama yang berada di bawah pimpinan Cut Mathes, Belanda mendapat kesimpulan
Nya' Dhien sendiri yang kini telah menguasai bahwa menyerang Cut Nya' Dhien dalam
Beutong" keadaan itu adalah sia-sia. Usaha Belanda
Dalam beberapa pertempuran yang dialami yang aktif sesudah itu adalah memutus
oleh kolonel Mathes itu banyaklah kerugian di hubungan Cut Nya' Dhien dengan masyarakat
pihak Belanda. Catatannya sendiri yang pantai dan desa, di tempat yang sudah dapat
biasanya sengaja dipersedikit menyebut diduduki oleh militer Belanda. Belanda
antara lain bahwa akibat serangan pihak Aceh mengadakan teror, memaksa penduduk
pada pertempuran tanggal 11 Juli telah tewas melapor jika mengetahui di mana pejuang
di kalangan perwiranya sendiri kapten Krull, berada. Mereka mewajibkan pendaftaran
sementara kapten Nijpels menderita luka penduduk serta memakai kartu, di mana

Perempuan Perkasa Page 17


ditentukan dengan tegas kedaman dan Belanda yakin sebelum Cut Nya' Dhien
pencarian serta jumlah keluarga. Sedikit saja dipatahkan tidak mungkin serangan-serangan
dari catatan keliru penduduk disiksa. Aceh yang mengerikan dan dahsyat itu dapat
Penduduk bertanggung jawab mencari diakhiri.
anggota keluarga yang turut menjadi pejuang.
Sebetulnya pengaruh Cut Nya' Dhien di
Semua ini tidak membantu Belanda
kalangan penduduk, baik di kalangan atas
memudahkan mencapai maksudnya, bahkan
maupun di kalangan bawah, cukup besar.
penduduk yang terlibat lebih suka memilih ke
Kutipan dari karangan C. van der Pol ini
hutan daripada melayani keinginan Belanda.
menjelaskan kebenarannya: "Nog maar
Tahun 1902 ke tahun 1904 catatan serangan weinige jaren geleden was Cut Nya' Dhien
klewang semakin meningkat, suatu keadaan eringeslaagd de meeste Meulaboh's kejuruan,
yang meyakinkan pihak Belanda bahwa dato's, tji's en tengku's, d.z. zoowat alle
pejuang Aceh semakin memusatkan latihan categorien van hooge en lage gezagsdragers
klewang daripada bersusah-susah in verzet te houden. Wat die menschen deden
mendapatkan karaben yang sudah semakin was in hoodzaak haar werk. De taktiek van de
diperketat oleh Belanda pengawasannya itu. in Boven Meulaboh zoo langen tijd
Pengalaman yang paling celaka dari serangan volgehouden, voor de Ned. mobiele colonne
klewang Aceh itu ialah pengalaman 9 brigade en patrouilles vaak uiterst nootlottige
marsuse Belanda yang dipimpin oleh Kapten klewang aan vallen was door deze vrouw
M.J.J.B.H. Campioni ketika menghadapi suatu persoonlijk geïnstrueerd. Maar ze deed nog
serangan gerilya pihak Aceh di bagian veel meer — heerschte gedurende aantal
Seunagan Hulu. Ketika itu kapten Campioni jaren feitelijk over heel Aceh — in dezen zin,
berharap akan dapat memergoki Cut Nya' dat zelfs in Groot Aceh aan het Ncd. Bestuur
Dhien. Tapi hasilnya, sungguh sial buat door haar is voorgeschreven hoete
Belanda, karena hampir seluruh brigade handelen.". Ringkasnya yang disebut oleh van
dengan dua brigade tambahannya kemudian der Pol di atas ialah bahwa di Meulaboh
tewas oleh serangan klewang Aceh. kejuruan/uleebalang, datuk-datuk, penghulu-
Diceritakan pula pernah terjadi penghulu dan lain-lain mulai dari setinggi-
pemberontakan Saparua tahun 1817, ketika tingginya sampai serendah-rendahnya telah
Belanda hanya memilih pemuda yang berhasil dipengaruhi oleh Cut Nya' Dhien
berbadan tegap dan kuat untuk jadi serdadu supaya melawan Belanda. "Apa yang mereka
ke Jawa dan pemberontakan 1827 di bawah lakukan adalah pada pokoknya karya Cut Nya'
pimpinan Thomas Matuwalesi yang Dhien sendiri. Serangan-serangan klewang
digalakkan oleh Elizabeth Titaley. Riedel yang hebat-hebat dialami oleh Belanda
menyingkap kebusukan pemerintahnya umumnya digerakkan oleh pejuang-pejuang
bahwa tidak benar orang-orang Ambon atas instruksi Cut Nya' Dhien sendiri. Lebih
merasa lebih enak jadi serdadu daripada lagi, di kemudian hari apa yang dikerjakan
tinggal di tempat kelahiran. Riedel terutama di Aceh Besar betul-betul menurut
mengatakan bahwa dia acap menemui surat- petunjuknya," demikian van der Pol.
surat dari orang Ambon di Aceh ditujukan
Wartawan Belanda Zentgraaff pun mencatat
kepada keluarga dan handai tolan yang isinya
dalam bukunya laporan mengenai Cut Nya'
menasihatkan supaya jangan terperosok
Dhien, antara lain: “Dia (Cut Nya' Dhien) telah
kepada tipuan Belanda. "Seorang hukuman di
menderita kelaparan di hutan-hutan
negeri Belanda," kata Riedel, "mendapat lebih
sementara patroli telah memburunya ke
20 sen sehari di atas ukuran gaji serdadu
mana saja dari suatu tempat sembunyian ke
Belanda di Indonesia" Campioni dalam luka-
tempat sembunyian lain. Adalah berminggu-
luka berat diangkut ke Kutaraja dan
minggu lamanya tidak pernah dia mendapat
menghembuskan nafas penghabisan di sana
walau sesuap nasi. Ketika itu makanannya
pada 5 April 1904. Semenjak itu kegiatan
hanya pisang-pisang hutan yang direbus.
Belanda mencari Nya' Dhien timbul kembali.

Perempuan Perkasa Page 18


Enam tahun lamanya wanita ini berjuang yang melaporkan Cut Nya' Dhien
mati-matian" Dari pengakuan ini jelas bahwa kepada Belanda.
Cut Nya' Dhien adalah seorang tokoh wanita 4. Panglima Habib Panjang, kemudian
yang luar biasa. Belanda akan tetap tewas di Bor Berawan (Pameue).
menghadapi seribu satu kesulitan sekiranya 5. Teuku Tandi, Kejuruan Wojla.
beliau tidak uzur sekali karena tuanya. 6. Teuku Nana, kemanakan Cut Nya'
Dhien, anak saudaranya Rajeu Nanta
Dan inilah sebabnya maka bercabang
bin Teuku Nanta Seutia. Nanta
pendapat tentang problem yang dihadapi. Di
kemudian ikut ke pembuangan di
antara pengikutnya ada yang sudah melihat
Sumedang.
soalnya berobah, yakni bukan lagi bagaimana
7. Cut Nya' Gambang, puteri Cut Nya'
melanjutkan perjuangan di bawah pimpinan
Dhien sendiri. Cut Nya' Gambang
Cut Nya' Dhien, melainkan soalnya ialah
adalah istri ulama Teungku Maet Di
bagaimana menyelamatkan Cut Nya' Dhien
Tiro.
dari kesengsaraan dan keuzurannya. Secara
8. Keutchi' Banya', kemudian hari
ringkas dapatlah diceritakan babak
melanjutkan perjuangan bersama
perjuangannya terakhir sebagai berikut:
Teuku Maet Di Tiro dan tewas
Sebermula, mengenai nama-nama
bersama-sama.
pembantu/panglima dari Cut Nya' Dhien
dapat dicatat antara lain: Dalam kenyataan memanglah bahwa di babak
perjuangannya terakhir pihak Belanda makin
1. Teuku Ali Baet, anak dari Teuku Muda
giat mengadakan pengepungan yang
Baet. Di bagian lampau telah
bertambah lama bertambah ketat juga. Oleh
diceritakan bahwa Muda Baet
karena taktik perjuangan gerilya yang pokok
menyerah di masa Habib Abdu'r-
adalah menghindari setiap kesempatan yang
Rahman menyeleweng. Muda Baet
memungkinkan musuh dapat melihat
dibuang oleh Belanda, tapi ketika
pejuang, maka langkah yang efektif adalah
Belanda berharap Muda Baet akan
mempersedikit jumlah sesuatu rombongan
membantunya memelihara
sampai kepada sekecil-kecilnya. Makin sedikit
keamanan, dia dikembalikan ke Aceh
jumlah pasukan gerilya makin tipis harapan
dan kekuasaannya sebagai uleebalang
musuh untuk mengetahui pejuang dan
dipulihkan. Tapi Muda Baet secara
sebaliknya makin besar kesempatan untuk
rahasia telah membantu perjuangan
menyerang musuh secara tiba-tiba. Tapi jika
terutama perjuangan Cut Nya' Dhien,
ini dijalankan, sangatlah diperlukan ketabahan
baik dengan uang maupun dengan
baik jasmani maupun rohani. Berserak ke sana
alat senjata. Akhirnya Muda Baet
ke mari dengan tenaga yang berkurang adalah
dibuang lagi oleh Belanda, dan sekali
sulit, selain barang-barang perbekalan harus
ini ke Nusa Kambangan. Teuku Ali
diangkut sendiri, maka pengintip dan utusan
Baet anak Muda Baet membantu aktif
sukar disediakan. Hal ini mengakibatkan
pada Cut Nya' Dhien. Teuku Ali Baet
bahwa rombongan pejuang yang satu tidak
adalah menantu Cut Nya' Dhien pula.
mengetahui bagaimana nasib rombongan
Tahun 1902 oleh Cut Nya' Dhien
pejuang yang lain. Dengan semakin ketatnya
masih ditugaskan mengawasi medan
kepungan Belanda, maka pasukan gerilya Cut
perang sekitar Pulau Raja. Pada
Nya' Dhien semakin dibagi-bagi dan dipencar-
pertempuran 30 Juni 1902, Ali Baet
pencarkan.
berhadapan dengan pasukan
Christoffel, tapi pihak Belanda tidak Semula, saudara Nya' Dhien, yaitu Teuku
berhasil mematahkannya. Rajeu Nanta adalah samasama sehilir semudik
2. Teuku Rajeu Nanta, adiknya. dalam satu rombongan dengan Nya' Dhien.
3. Panglima Laot, pembantu Cut Nya' Tapi kemudian, keadaan ini tidak dapat
Dhien. Kemudian Panglima Laot lah dipertahankan lagi. Teuku Rajeu Nanta harus

Perempuan Perkasa Page 19


bergerilya sendiri dan Nya' Dhien harus mati-matian, Rajeu Nanta tewas dan syahid.
berpisah dengan dia. Peristiwa penyerangan Dalam pemergokan ini Belanda berhasil
Belanda ke Geumpang pada suatu Minggu merampas beberapa alat senjata keris, di
dalam tahun 1904, adalah pula membuktikan antaranya keris pusaka yang disebut kreh
kegiatankegiatan para pejuang Aceh yang tak meujambang, berhulu emas dengan permata
pernah kunjung padam semangat hitam peninggalan ayahnya, Teuku Nanta
perlawanannya. Letnan Darlang telah Seutia, uleebalang VI Mukim masa permulaan
diperintahkan dengan sepasukan tentaranya perang Aceh. Selain itu sebuah keris
terdiri dari 3 brigade untuk berangkat dari meujambang, berhulu gading gajah, keris
Tangse menuju Geumpang. Belanda telah Batak tutu pege, beberapa pisau (sikin),
mendapat kabar dari mata-matanya bahwa pedang, alat-alat perhiasan, dukuh, cucuk
Teuku Geundong anak laki-laki almarhum sanggul, ikat pinggang emas, suasa, perak dan
Teuku Umar telah menyiapkan latihan perang lain-lain, cukup banyak.
di kalangan anak buahnya, untuk seterusnya
Tinggallah Nya' Dhien dan pengikutnya di
mengadakan penyerangan. Berita ini
pedalaman Aceh dengan meneruskan
menembus karena dua orang pengikut Teuku
beberapa kali percobaan untuk menyerang
Imam Ripeh telah dapat "dibeli" oleh Belanda
Belanda, baik di posnya maupun di masa-
dan bersedia menunjukkan markas Teuku
masa patroli. Lama kelamaan kekuataannya
Geundong. Juga bersama Teuku Rajeu Nanta
menjadi berkurang, tapi hal ini sama sekali
adik Cut Nya' Dhien dan Teuku Imam Ripeh
tidak mematahkan semangat sabilnya.
dari Aceh Barat. Menurut laporan yang
"Kolonial Verslag" 1905 masih mengatakan
disampaikan kepada Darlang, Imam Ripeh
Cut Nya' Dhien janda Umar yang ulet, dengan
sudah bergabung dengan Brahim Montasik.
sesusun kalimat sebagai berikut: "Cut Nya'
Dalam keadaan yang masih menyusun
Dhien, die energieke weduwe van Teuku
persiapan Belanda berhasil mendahului
Umar, werkte ons vooral in Boven Meulaboh
penyerangan ke tempat pejuang yang telah
krachtig tegen" (Cut Nya' Dhien, janda Teuku
menempati beberapa pondok di Alur
Umar yang energik itu merintangi kita dengan
Minyeuk, hulu Krueng Geumpang. Semula,
hebat terutama di Meulaboh Hulu). Laporan
Belanda menyuruh Teuku Brahim dan Teuku
resmi Belanda mengatakan bahwa ketika
Imam Ripeh menyerah diri. Tapi bagi kedua
tahun 1902, pasukan Scheepers bertempur
pejuang ini menyerah adalah suatu
dengan pasukan sultan di Pameue (30
pendurhakaan. Mereka melawan dengan
September 1902), turut mengambil bagian
senjata yang ada padanya, tapi keunggulan
aktif, di samping sultan, Cut Nya' Dhien
musuh dalam jumlah dan persenjataan tidak
sendiri. Masa pertempuran ini tercatat
memberikan hasil bagi kedua mereka untuk
tewasnya Teungku Aron panglima dari Umar,
mematahkan serangan musuh.
Teungku Haji Itam dan anaknya.
Mereka berdua tewas seketika itu juga
Perkembangan selanjutnya dapat diceritakan
setelah disirami pelor oleh Belanda. Bersama
bahwa pada suatu penyerbuan yang tiba-tiba
mereka turut gugur sejumlah 7 orang anak
dari pihak Belanda bulan April 1905, Belanda
buahnya.
telah berharap dapat membunuh Cut Nya'
Mengenai Teuku Rajeu Nanta sendiri Dhien di tempat persembunyiannya. Buat
sebetulnya dia berada di Jambo Hulu kesekian kalinya, harapan Belanda itu sia-sia
(pedalaman Meulaboh). Ketika itu di dalam karena Cut Nya' Dhien dengan
bulan Oktober 1904, masa pertempurannya ketangkasannya yang sudah terkenal, secepat
yang terakhir. Pada tanggal 12 Oktober 1904, rusa telah dapat menjauhkan diri dari
Rajeu Nanta tepergok dengan pasukan serangan tersebut. Tinggallah barang-barang
Belanda yang besar jumlahnya. Rajeu perbekalan dan perhiasan yang tak sempat
mencoba mengadakan perlawanan sengit, dibawa ketika penyingkiran itu, dan ini
tapi tidak berapa lama sesudah bertempur mengakibatkan pula berkurangnya alat-alat

Perempuan Perkasa Page 20


pembantu yang dibutuhkan untuk setiap kemudian diketahui oleh pihak Belanda
bergerilya. Terpaksalah Cut Nya' Dhien bahwa yang meninggal itu adalah wanita lain,
mencari tempat persembunyian yang semakin bukan Cut Nya' Dhien. Dengan susah payah
jauh dari pergaulan manusia, yaitu ke hutan pada pertempuran di Beoer Berawan Cut Nya'
rimba yang tidak mungkin dapat dicari lagi. Dhien diselamatkan dari kepungan Belanda.
Hal keadaan dirinya semakin uzur akibat
Dan ini telah dilakukan oleh Cut Nya' Dhien
masuk hutan keluar hutan naik gunung turun
menanti waktu baik untuk mengumpulkan
gunung, yang acap pula dialami tanpa
tenaga perjuangan, dalam hal ini yang
perbekalan dan penuh bahaya.
dimaksud adalah tenaga materil. Dalam
kesulitan hidup di hutan timbullah kesimpulan Dalam pada itu Teuku Ali Baet ditugaskan oleh
di kalangan sebagian pengagum Cut Nya' Cut Nya' Dhien untuk bergerak menggerilya
Dhien bahwa terlalu mahal kiranya bakti yang Belanda. Sementara Panglima Habib Panjang
harus dibayar oleh seorang wanita lemah dan menyediakan deking di suatu Jambo di
tua seperti dia. Panglima Laot adalah pengikut Pameue agar Cut Nya' Dhien terlindung. Tapi
Cut Nya' Dhien yang pertama menasehatkan Panglima Laot sendiri sudah tidak dapat
agar pahlawan wanita itu menyerah saja, menahan kepedihan yang dibayangkannya
sebab sudah sia-sia melanjutkan perlawanan. sedang dialami oleh Cut Nya' Dhien. Dia pun
Tapi tatkala diketahui oleh Cut Nya' Dhien memutuskan untuk melapor kepada Belanda.
bahwa Panglima Laot sungguh-sungguh serius Tidak berapa lama Panglima Laot pun
dengan anjurannya maka bangkitlah amarah memunculkan diri di suatu bivak Belanda di
Cut Nya' Dhien. Diusirnya Panglima Laot tidak pedalaman Aceh itu, yang dipimpin letnan
boleh turut lagi. Ketika itu Cut Nya' Dhien Van Vuuren. Tapi Panglima Laot memberi
sedang merencanakan hendak mencari tahu bahwa dia datang bukan untuk
tempat jambo yang lebih aman di sekitar menyerah diri. Jika dirinya disentuh dia akan
Beutong, di samping berusaha untuk melawan, biar tewas. Dia datang katanya
mendapat kesempatan memiliki sekedar adalah untuk mengkhianati Cut Nya' Dhien,
perbekalan yang amat diidam-idamkan, hendak menyerahkannya kepada Belanda,
terutama beras, garam dan senjata. Panglima dengan suatu syarat, bahwa Cut Nya' Dhien
Laot telah tidak tabah mempercermin harus dipelihara sebaik-baiknya. Segeralah
kesengsaraan yang diderita oleh orangtua itu, Van Vuuren membawa Panglima Laot kepada
padahal posisi perlawanan telah semakin sulit atasannya, Kapten Veltman. Ditetapkanlah!.
akibat jepitan dari pengepungan Belanda yang Dengan semufakat Panglima Laot untuk
tak henti-hentinya mencari Cut Nya' Dhien. mencari Cut Nya' Dhien ke Pameue. Tanggal
23 Oktober 1905, Veltman menggerakkan
Dalam bulan September 1905, suatu pasukan
pasukannya sebanyak 6 brigade (satu brigade
yang dipimpin oleh Letnan Vastenou telah
sebanyak 20 bayonet). Dua hari berjalan
berhasil mempergoki Cut Nya' Dhien di suatu
barulah sampai ke suatu Jambo yang diduga
markas persembunyiannya yang disebut
oleh Panglima Laot masih mungkin
pondok (jambo) di Bor Berawan (Pameue).
mempergoki Cut Nya' Dhien di situ.
Pasukan Cut Nya' Dhien melawan hebat, tapi
Kedatangan mereka secara terkejut, sehingga
karena menghadapi jumlah kekuatan yang
Panglima Habib Panjang yang ditugaskan Cut
jauh lebih besar pasukan Cut Nya' Dhien
Nya' Dhien menjaga di situ tidak sempat
terpaksa mengundurkan diri di samping
menyiapkan perlawanan teratur atau secara
meninggalkan orang-orang yang baru tewas
bergerilya jika musuh juga menyerbu
syahid karena tidak sempat ditolong sebanyak
jumlahnya besar. Perlawanan dilakukan
lima orang laki-laki dan seorang perempuan.
dengan serba tergesa-gesa, tapi walau pun
Karena menyangka bahwa perempuan yang
pihak Belanda menderita korban, Panglima
tewas itu adalah Cut Nya' Dhien sendiri, lalu
Habib Panjang sendiri tewas dalam
Vastenou melapor bahwa dia telah berhasil
pertempuran terutama ketika dia berusaha
menewaskan Cut Nya' Dhien. Sebulan
menyelamatkan anak buahnya. Karena tidak

Perempuan Perkasa Page 21


bertemu di situ, diputuskanlah oleh Veltman Tapi Panglima Laot, menyabung nyawa
dan Panglima Laot melanjutkan perjalanan ke mempergunakan keahliannya meloncat
hutan-hutan Beutong. Perjalanan itu cukup menangkap lengan Cut Nya' Dhien sambil
sukar, naik turun gunung, keluar masuk hutan memijitnya kuat-kuat sampai rencong itu
besar tiga hari lamanya baru dapat dicapai jatuh. Amatlah marahnya Cut Nya' Dhien
Beutong. Tapi gerombolan Vetlman tidak kepada Panglima Laot, orang kepercayaannya,
berhasil untuk mencapai Jambo markas kini sudah menolong Belanda. Dia
persembunyian Cut Nya' Dhien, bekas jalan menjeritkan hinaan: cis, kau, pengkhianat!
kaki tidak ada, semuanya sudah dihilangkan, Panglima Laot tidak membantah dia
kelihatan merupakan rimba belantara yang bermohon supaya Cut Nya' Dhien mengikuti
tak pernah dipijak manusia. Panglima Laot saja sebab pasti akan dipelihara sebaik-
mencari-cari rintangan ke sana ke mari dan baiknya. Marah Cut Nya' Dhien makin
setelah sia-sia diputuskan dengan sabar untuk menyala-nyala, Cut memaling kepada kapten
menunggu saja sampai beberapa hari (kalau Veltman yang datang memperkenalkan diri,
perlu hingga beberapa minggu) sekuat Cut mendengus: Kau kafir jahanam,
perbekalan. tembaklah saja aku,, di Meulaboh pun kau
nanti akan membuangku ke laut. Tapi
Demikianlah keadaannya hingga tanggal 7
berhadapan dengan Cut Nya' Dhien, Veltman
Nopember xxxx, ketika Panglima Laot muncul
amat hormat. Dia menghadapi Cut Nya' Dhien
dengan seorang anak tanggung yang rupanya
sebagai menating minyak penuh. Pelajaran
berhasil dicegah oleh Panglima Laot ketika
terhadap Cut Nya' Dhien dipimpin langsung
anak ini disuruh oleh Cut Nya' Dhien
olehnya, Veltman membayangkan bahwa
menyampaikan sesuatu. Bujuk dan ancaman
tertangkapnya Cut Nya' Dhien hidup-hidup
telah dilakukan terhadap anak ini yang
adalah suatu prestasi besar buat karirnya.
mengakibatkan dia mau tak mau terpaksa
Memang Cut Nya' Dhien sudah uzur sekali
menunjukkan tempat istirahat (Jambo) Cut
ketika dijumpai oleh Belanda. Dia dinaikkan ke
Nya' Dhien. Segeralah Veltman dan
atas tandu untuk dibawa ke Meulaboh.
pasukannya mempersiapkan pengepungan ke
Sepanjang perjalanan yang memakan waktu
tempat Cut Nya' Dhien. Setelah tiba, Belanda
beberapa hari itu, Cut Nya' Dhien tidak habis-
mengadakan serangan seru menuju Jambo di
habisnya menumpahkan amarahnya serta
dalam kebetulan amat sepi. Yang berada di
mengutuk Belanda. Demikianlah akhirnya
situ hanya Cut Nya' Dhien dan putrinya Cut
sesampai di Meulaboh, Cut Nya Dhien
Nya' Gambang, tegasnya anak almarhum
diberangkatkan dengan sebuah kapal Belanda
Teuku Umat. Cut Nya Gambang mencoba
menuju Kutaraja. Selama di Kutaraja Cut Nya'
mencoba mengadakan perlawanan, tapi tiba-
Dhien tidak hanya berpangku tangan. Bukan
tiba peluru Belanda menembus badannya,
suatu hal kebetulan bahwa masyarakat Aceh
menyebabkan dia tak dapat mengadakan
seluruhnya hormat kepadanya. Para tokoh-
perlawanan. Dalam keadaan terkejut Cut Nya'
tokoh atasan Aceh yang patriotic merasa tidak
Dhien sendiri tidak kehilangan akal. Sambil
cukup besar jika tidak diketahui bahwa
mencabut rencong dari pinggangnya, dia
mereka acap bertukar-tukar pikiran ke rumah
menyuruh Cut Nya' Gambang menyelamatkan
Cut Nya' Dhien. Suasana ini amat tidak
diri. Oleh karena perhatian Belanda hanya
dikehendaki oleh Van Daalen yang ketika itu
terpusat kepada Cut Nya' Dhien, maka Cut
menjadi Gubernur Belanda di Kutaraja.
Nya' Gambang tidak dikejar lagi. Dia dengan
Banyak usahanya menjadi macet karena ada
luka-lukanya yang berat berusaha mengikuti
saja yang dikemukakan oleh kepala-kepala itu,
instruksi ibundanya, dia menyingkir sampai
dan tatkala disiasati oleh Van Daalen ternyata
jauh. Cut Nya' Dhien sendiri mengamuk
sumber atau brainnya adalah Cut Nya' Dien
mencarikan mangsa rencongnya ke sekeliling.
juga.
Belanda tidak berani mendekat, bahkan
mengelak ketakutan. Suasana begitu Karena itu awal tahun 1907, beliau dibuang
mengerikan, siapa tersinggung pasti maut. oleh Belanda ke Sumedang. Harian Belanda

Perempuan Perkasa Page 22


Nieuwe Courant, tanggal 23 Januari 1907, ternyata bahwa sesudah Cut Gambang
menulis di sekitar sebab pembuangannya ke dibawa ke Tangse dan dirawat di sana, dia
Sumedang itu (Beslit gubernemen Hindia masuk ke hutan kembali bergerilya untuk
Belanda 11 Des. 1906). mengikut suaminya berjuang. Bertahun-tahun
pula lamanya Cut Gambang mendampingi
“de aanwezigheid van haar in Kutaraja, een
suaminya bergerilya dengan seribu satu
bron van onderling getvist in de hoofden
kesulitannya. Tibalah masanya kemudian
maatschappij" (Beradanya di Kutaraja
beberapa hari sebelum tewasnya Teungku
menerbitkan persengketaan antara sesama
Mayet Di Tiro, Cut Gambang telah menemui
kepala-kepala anak negeri). Nieuwe Courant
ajalnya tewas oleh suatu pertempuran
telah mengambil alasan resmi, yang
melawan Belanda. Suatu kesan di sekitar
senantiasa nenonjolkan keterangan seolah-
tewasnya Cut Gambang mengatakan Teungku
oleh bukan Belanda sendiri yang mati
Mayet Di Tiro dengan patrol Schmidt sedang
ketakutan.
giat saling berusaha untuk pergok-
Untuk sedikit tahun lagi pahlawan Cut Nya' mempergoki dirimba Tangse, suatu ketika di
Dhien masih dikandung hayat dalam bulan Agustus 1910, Schmidt kebetulan lebih
pembuangan di Sumedang itu. Kenyataan ini dulu berhasil mengetahui tempat Teungku
mengesankan bahwa kelemahan-kelemahan Mayet Di Tiro. Segeralah diadakannya
yang dipandang oleh Panglima Laot yang penyerbuan yang mengejutkan, dan sasaran
menyebabkan dia terharu dan demi yang pertama mengenai diri Cut Gambang.
"kesetiaannya" kepada pahlawan wanita ini Dengan tiada membuang waktu Cut Gambang
ingin mengkhianatinya supaya terpelihara dari membalas penyerangan, satu dan lain untuk
azab sengsara dalam hutan belantara, mendekking suaminya supaya sempat
tiadalah tepat adanya. Mengenai Cut mendapatkan tempat yang strategis. Cut
Gambang (Cut Nya' Gambang), peristiwa yang Gambang menderita luka-luka parah yang
menyusul kemudian menunjukkan bahwa tidak dapat ditolong lagi. Tapi tujuannya
puteri ini telah menjadi isteri dari ulama Tiro, untuk mengharapkan supaya suaminya dapat
Teungku Ce' Mayet. Dengan petunjuk ini terhindar dari bahaya, tercapai
.

Perempuan Perkasa Page 23


CUT NYAK MEUTIA
Dari Wikipedia bahasa Indonesia
Tjoet Nyak Meutia (lahir di Keureutoe, Pirak Timur, Aceh Utara, 15 Februari 1870–meninggal di Alue
Kurieng, Aceh, 24 Oktober 1910 pada umur 40 tahun) adalah pahlawan nasional Indonesia dari
daerah Aceh. Ia dimakamkan di Alue Kurieng, Aceh. Ia menjadi pahlawan nasional Indonesia
berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 107/1964 pada tahun 1964.
Orang tua Tjoet Nyak Meutia merupakan keturunan minangkabau asal sijunjung sumatera barat.
Awalnya Tjoet Meutia melakukan perlawanan terhadap Belanda bersama suaminya Teuku
Muhammad atau Teuku Tjik Tunong. Namun pada bulan Maret 1905, Tjik Tunong berhasil ditangkap
Belanda dan dihukum mati di tepi pantai Lhokseumawe. Sebelum meninggal, Teuku Tjik Tunong
berpesan kepada sahabatnya Pang Nanggroe agar mau menikahi istrinya dan merawat anaknya
Teuku Raja Sabi.
Tjoet Meutia kemudian menikah dengan Pang Nanggroe sesuai wasiat suaminya dan bergabung
dengan pasukan lainnya di bawah pimpinan Teuku Muda Gantoe. Pada suatu pertempuran dengan
Korps Marechausée di Paya Cicem, Tjoet Meutia dan para wanita melarikan diri ke dalam hutan.
Pang Nagroe sendiri terus melakukan perlawanan hingga akhirnya tewas pada tanggal 26 September
1910.
Tjoet Meutia kemudian bangkit dan terus melakukan perlawanan bersama sisa-sisa pasukannya. Ia
menyerang dan merampas pos-pos kolonial sambil bergerak menuju Gayo melewati hutan
belantara. Namun pada tanggal 24 Oktober 1910, Tjoet Meutia bersama pasukannya bentrok
dengan Marechausée di Alue Kurieng. Dalam pertempuran itu Tjoet Njak Meutia gugur.
Pada tanggal 19 Desember 2016, atas jasa-jasanya, Pemerintah Republik Indonesia,
mengabadikannya dalam pecahan uang kertas rupiah baru Republik Indonesia, pecahan Rp1.000.
Pasukan Belanda menggencarkan pengejaran terhadap pasukan Cut Meutia pada bulan Oktober
1910. Hal itu membuat Cut Meutia memindahkan pasukannya dari gunung ke gunung untuk
menghindari pengepungan yang dilakukan Belanda.
Hingga pada tanggal 24 Oktober 1910 di daerah Alue Kurieng, terjadi pertempuran sengit antara
pasukan Belanda dan pasukan yang dipimpin Cut Meutia. Dalam pertempuran ini Cut Meutia gugur.
Sebelum wafat, Cut Meutia menitipkan anaknya kepada Teuku Syech Buwah untuk dijaga.[

Perempuan Perkasa Page 24


CUT MEUTHIA, TEUNGKU CHI' TUNONG dan PANG NANGGROE.

Keureutoe menempati kedudukan khas di Ci' Bintara nikah dengan Cut Meuthia
antara wilayah Aceh, sebagai salah satu yang (Meuthia Mutiara), memang dia adalah
terkemuka dan terkaya, kata wartawan mutiara antara sesama wanita. Dia puteri dari
Belanda Zentgraaf. Negeri itu sedemikian Teuku Ben Dawot dari Pira, salah seorang
padat penduduknya, sehingga timbul julukan uleebalang yang tak mengenal apa arti
namanya "Kejuruan Lalat' pemerintahan tunduk, dan ketika "kompeni" berhasil
wilayah di mana manusianya sedemikian merebut mukim tersebut, ia pun hijrah ke
besar bilangannya, laksana lalat. Juga dalam gunung dan ke hutan-hutan di luar daerah
sejarah, Keureutoe mengambil tempat jangkauan Belanda, di sanalah mereka
terkemuka. Dalam masa pemerintahan Sultan berdiam, sembari menyatakan diri hanya satu
Aceh, uleebalangnya turut bersuara dalam yang mereka akui, yakni Sultan.
musyawarah.
Cut Meuthia selain cantik, tapi juga gairah dan
Sebelum perang, Pocut Asiah seorang gaya, dengan pakaian sesuai dengan
bangsawan wanita menjadi uleebalang di kedudukannya; seluar hitam dan baju yang
Keureutoe, atas dasar keturunan sepanjang menutupi dada dilengkapi oleh hiasan emas,
adat. Lalu diganti oleh Teuku Cut Muhammad, rambut ikal hitam dengan "ulee ceumara",
yang telah mengakui kedaulatan Belanda dan gelang kaki melilit pergelangan betis yang
tahun 1899, menjadi uleebalang. Namun manis. Jangan heran bila Sultan sendiri pun
Belanda senang pecah belah. Demikian politik terpesona padanya, namun beliau tetap
yang dijalankan oleh van Heutsz untuk menjauh diri. Tidak layak ia menjadi istri
wilayah-wilayah pantai timur dan utara Aceh. Teuku Bintara, apalagi untuk diajak
Setiap mukim harus dipecah kalau angkat tergantung pada "Kompeuni". Ialah puteri
muka. Tapi ketika perlawanan mereka, dan yang murni dari bangsanya. Jiwa raganya
ingin dipulihkan kembali pada wajarnya, melekat terus kepada para pejuang yang tak
ternyata tokoh-tokoh yang baik sudah mau tunduk dan tinggal di gunung, mereka
mengendap digunung. yang hanya tunduk mengabdi pada jalan Fi
Sabilillah, di mana ayah bundanya aktif serta.
Ketika menduduki Keureutoe Belanda tidak
Ke sanalah idamannya, di tempat yang ia
menginginkan Teuku Cut Muhammad,
selalu pergi, bebas dari kafir. Karena itu sang
melainkan memilih saudara tirinya Teuku Ci'
suami tidak senang, lalu menjatuhkannya
Bintara, pada hal orang ini kurang populer di
talak. Cepat juga (selesai idah) Cut bernikah
antara rakyat. Selain itu kurang dipercaya.
dengan saudara tiri dari bekas suaminya,
Begitu pun dalam rangka merealisasi politik
Teuku Cut Muhammad, seorang yang juga
"pasifikasi" dialah yang diinginkan oleh
tidak disukai oleh Kompeni. Ia pun lalu
Belanda, teungku Cut Muhammad
berhijrah ke gunung dan ikut berjuang bahu
mempunyai pembawaan seseorang pemimpin
membahu dengan mereka.
yang berwibawa karena itu pengaruh
pribaDhienya senantiasa membayangi Teuku Cut Muhammad diangkat oleh" Sultan
saudaranya. menjadi uleebalang Keureutoe, disyahkan
dengan "Cap Sembilan" (Sikureueng). Dengan

Perempuan Perkasa Page 25


demikian terdapatlah dua uleebalang diharapkan. Tanggal 26 Januari 1905, sebuah
Keureutoe: satu "Uleebalang Baroh" angkatan patroli dikepalai oleh sersan Vollaers dengan
Belanda, dan satu lagi Uleebalang "Tunong" 16 pasukan membangun bivak di Meurande
(karena bergerilya di hulu gunung), angkatan Paya, timur Lho' Sukon. Pasukan tersebut
Sultan. rupanya tidak melakukan kesiagaan untuk
menghindari sesuatu kemungkinan. Mereka
Berikut catatan perjuangan Teuku Ci'
membiarkan saja orang-orang Aceh yang
Muhammad dengan isterinya si Mutiara itu.
berjualan ayam dan buahbuahan masuk ke
Mereka telah lama menolak untuk mengisi
dalam pagar. Bahkan salah seorang di
daftar kependudukan. Dalam tahun 1902,
antaranya diberi kesempatan pula naik tangga
Teuku Cut Tunong menyerang detasemen
masuk ke tempat Komandan yang sedang
infanteri di bawah van Steyn Parve, dengan
asyik membaca buku. Tiba-tiba seorang Aceh
hasil kerugian Belanda 8 tewas dan luka-luka.
memberi isyarat supaya penyerangan
Bulan Agustus 1902 Teuku Cut Tunong dan
dilakukan. Semua pasukan itu diburaikan
prajuritnya mengadakan pencegatan terhadap
mereka perutnya dan tewas dengan pedang-
sebuah transpor dekat Meunasah Jeuro.
pedang yang mereka pancungkan kepada
Tewas: 7 serdadu dan luka-luka komando
pasukan. Dari 17 orang pasukan Belanda itu
sendiri dengan 2 serdadu lainnya. Lima
hanya seorang yang sempat lari, selainnya
senjata serdadu Belanda dirampas. Bulan
tewas semua. Berita itu juga terdengar ke Lho'
Nopember 1903, Belanda menderita pukulan
Seumawe, kepada komandan (kemudian:
paling besar. Letnan Kok mengadakan patroli
berpangkat jenderal) Swart. Di Aceh berita
bersama prajuritnya sebanyak 45 orang
sebagai itu menjalar cepat sekali, pengantar
dengan perahu dari Keude (pekan) Sampoy
berita berlari seperti kijang,
Niet. Karena berita tentang jurusan yang akan
menyampaikannya dari satu keude ke keude
ditempuh sudah bocor lebih dulu, mudahlah
lain, sehingga dalam sehari bisa saja tiba
Belanda jadi sasaran serangan: 42 senapang
beritanya sejauh 80 Km. (Bulan Pebruari 1899
hilang, Letnan Kok bersama 28 serdadu
berita kematian Teuku Umar di dekat
tenggelam.
Meulaboh lebih cepat diketahui orang dari
Selain serangan besar-besar sebagai itu, pada markas besar Belanda di Kutaraja.
banyak sekali serangan-serangan dan sabot Padahal kurir-kurir yang menyampaikan berita
lainnya dilancarkan, seperti perusakan rel sedemikian selalu harus turun naik gunung
kereta api dan kawat telpon. Untuk dan melintasi hutan rimba gelap, antara
pembalasan terhadap gerakan-gerakan Teuku sungai Woyla dan Tangse).
Cut Tunong tersebut, Belanda yang
Komandan Swart pun lalu berpatroli ke
kehilangan akal pernah membakar habis
Merurandan Paya, maka didapatinya di sana
pekan Biang Ne. Namun ketika di pertengahan
16 mayat bekas dianiaya secara dahsyat. Dia
tahun 1903, Panglima Polim memutuskan
temui juga di atas (dimeunasah) mayat
untuk menyerah kepada Belanda, lalu Teuku
telentang di situ, buku yang dibacanya tadi
Cut Tunong mempertimbangkan dirinya pula
terletak di dekatnya. Sudah biasa terjadi
untuk balik ke kampung. Tanggal 5 Oktober, ia
apabila orang Aceh membacokkan pedangnya
dan pasukannya menyerah ke Lho' Seumawe.
ke sebelah bahu kiri, bisa menembus lewat
Penyerahan tersebut disambut dengan baik,
dada terus masuk ke dalam perut, sehingga
ia dibenarkan tinggal sebagai rakyat biasa di
setiap siapa kena dalam jangka semenit lantas
Keureutoe.
mati dalam gelimang darah. Serdadu marsuse
Mulanya kelihatan tidak ada sesuatu suasana bisa juga melakukan demikian dengan
yang dirasakan seperti tidak nyaman, ketika klewangnya. Namun main pancung begini: "de
Teuku Cut Tunong mendampingi saudara Atjeher de baas;" kata wartawan Zentgraaff.
tirinya menentramkan kehidupan rakyat di (orang Aceh lebih unggul). Swart
Keureutoe itu. Tapi faktor-faktor yang timbul memerintahkan menguburkan 16 mayat
telah mengganggu kenyamanan yang tersebut dalam suatu massagraf (kuburan

Perempuan Perkasa Page 26


selobang). Beberapa petunjuk cenderung ke hukuman tembak mati. Vonis ini tiba di
arah uleebalang Buah, yang diduga sebagai Betawi untuk diberi kesempatan supaya GG
telah mengatur rencana tersebut. Tapi van Heutsz memberi ampun atau tidak, tapi
dugaan lebih tajam rupanya tertuju kepada GG van Heutsz mensyahkan.
Teuku Ci' Tunong lah yang menjadi dalangnya.
Padahal waktu itu van Heutsz dengan van
Hanya langit yang tahu apakah orang yang
Daalen konon sudah berkelahi). Menanti
dimintai kesaksian akan menerangkan yang
putusan dijalankan, Teuku Ci' Tunong diberi
sebenarnya, di kala mereka diperas
kesempatan mendapat besuk (kunjungan)
keterangannya oleh seseorang yang sudah
dari istrinya. Teuku Ci' tunong yang dalam
lama menginginkan tersingkirnya Teuku Ci'
sekian banyak pertempuran tak pernah
Tunong dari Keureutoe, yaitu: saudara tirinya
ditumbangkan atau ditewaskan, rupanya
sendiri uleebalang Keureutoe (Teuku Ci'
dengan dugaan yang ditimpakan pada dirinya
Bintara).
akibat peristiwa itu ia harus membayar
Bagaimana pun, pemeriksaan-pemeriksaan dengan jiwa. Dewasa itu Cut Meuthia lagi
menunjukkan bahwa pemikir komplot hamil. Teuku Ci' Tunong minta supaya putera
penyerang tersebut adalah Teuku Ci' Tunong, mereka (yang dewasa itu berusia lebih kurang
karena itu ia pun ditangkap. Dengan sangat 5 tahun) dididik oleh istrinya untuk membenci
hati-hati Swart mengintruksikan supaya kafir dan berjuang memusnahkannya. Ia
letnan Van Vuuren (kemudian menjadi menitip pesan supaya bila ia meninggal nanti
mahaguru) melakukan pemeriksaan ketika Cut Meuthia menikah dengan Pang Nanggroe.
kelihatan Teuku Ci' Tunong sedang datang ke Cut Meuthia mengangkat sumpah memenuhi
Lho' Seumawe pada tanggal 5 Maret 1905 pesan itu. Ci' Tunong puas dan yakin bahwa
untuk sesuatu urusan. Dalam bivak semua seorang istii yang mulia sebagai Cut Meuthia
disuruh berwaspada, dan ketika Teuku Ci' akan melaksanakan sumpahnya. Tidak lama
Tunong dibawa ke situ, Van Vuuren meminta Ci' Tunong pun menjalani hukuman tembak
padanya supaya menyerahkan rencong dan mati.
pedangnya. Teuku Ci' Tunong terkejut, tapi
Tinggallah Cut Meuthia yang waktu itu dalam
seketika itu juga ia sadar bahwa ia tidak
hamil bersama puteranya. Bagian terbesar
mungkin lagi mengadakan perlawanan. Ia pun
penduduk sudah lama setia pada yang
menyerahkan senjata itu semua. Ia ditahan di
meninggal. Mereka sama sekali tidak suka
bilik penahanan selama pemeriksaan berjalan.
kepada saudara tiri yang sedang memerintah
Teuku Ci' Tunong Tewas Dihukum Tembak itu. Mereka tahu bahwa ia telah memfitnah
Teuku Ci' Tunong, saudara tirinya sendiri.
Pemeriksaan dilakukan oleh Van Vuuren
Akhirnya Belanda memutuskan untuk
sendiri, orang yang fasih berbahasa Aceh. Ia
menyuruh Ci' Bentara turun dari ke-
ajukan keterangan saksi-saksi yang
uleebalang-annya. Maksud Belanda agar
menunjukkan bahwa Teuku Ci' Tunonglah
penduduk dapat ditenangkan.
sang dalang. Diputuskanlah bahwa Teuku Ci'
Tunong dihukum mati. Dewasa itu yang Peranan Pang Nanggroe
menjadi Gubernur/Panglima Belanda di Aceh
Di tengah-tengah belasungkawa yang berat,
adalah kolonel VanDaalen. Ia menetapkan
Cut Meuthia pun melahirkan, tapi bayinya
keputusan tidak dengan gantung tapi dengan
meninggal. Setelah cukup 44 hari dalam
tembak. (Catatan ini berbeda dengan yang
"Madeueng" disampaikannya pesan kepada
kami ketahui dari sumber lain. Putusan jatuh
Pang Nanggroe yang sedang bergerilya bahwa
seumur hidup, Swart menganjurkan
ia sudah siap untuk Dhienikahi, dan turut
pembuangan, tapi ketika berkas diteruskan ke
mendampinginya bergerilya. Pang Nanggroe
Banda Aceh di mana Gubernur/Panglima —
tidak setampan Teuku Ci' Tunong. Ia gemuk
yang ganas — Van Daalen berwenang
dan pendek. Dan ia bukan pula dari kalangan
memberi putusan terakhir, putusan tersebut
bangsawan. Ia sekedar disayangi sebagai
tidak diperteguh saja tapi diperberat dengan

Perempuan Perkasa Page 27


"Tuha Peuet" di Kampung Matang Teungoh. Pang Nanggroe memasang strategi yang mobil
Namun demikian' ia seorang pejuang yang (bergerak). Ia bergerak tiba-tiba dan sangat
tangkas dan energik, yang dalam tubuhnya mengejutkan, yang hasilnya amat merugikan
mengalir darah yang mutlak pembenci kafir. Ia Belanda". Di antara suksesnya yang cukup
tetap saja mempunyai banyak pengikut, merugikan Belanda adalah kejadian tanggal 6
terutama setelah menikah dengan Cut Mei 1907, ketika menyerang bivak Belanda di
Meuthia. Mereka bernafsu sekali berperang, tempat pekerja tram. Dengan 20 orang
juga demi menuntut hak keuleebalangan rekannya mereka serang detasemen
Keureutoe. Meuthia adalah pewarisnya yang penjagaan, dan menewaskan 2 orang dan 4
syah. Dewasa itu hanya ada dua pilihan: luka. Di samping itu lebih merugikan Belanda
"mel", yaitu melapor diri atau syahid. Dua adalah hasil rampasan Pang Nanggroe 10
patah kata inilah yang menentukan mengenai senapan dan 750 butir peluru. Atas sukses itu
takdir yang harus terjadi bagi berpuluh-puluh Belanda mendengar bahwa Pang Nanggroe
ribu orang Aceh yang berjuang. Di mana-mana sampai melangsungkan kenduri besar.
hanya salah satu dari dua itu saja kita dengar
"Bayangkan saja betapa tidak kecilnya
isi perbincangan penduduk: "Pang Si Polan
pukulan yang kita alami bila sepucuk senapan
"mel" ke Lho' Sukon, atau "Teuku x" syahid di
saja jatuh kepada mereka, untuk besok
Woyla.
dipasangkan kepada kita," kata Zentgraaf.
Pilihan Pang Nanggroe dan Cut Meuthia "Ada komandan yang sampai berpendapat
adalah jelas untuk "syahid". Demikianlah lebih baik lawan menewaskan saja seorang
semenjak itu Pang Nanggroe bahu membahu serdadu daripada mendapat senjata sepucuk
dengan teman seperjuangan mereka Pang senapan," katanya menyambung, karena
Laten, maju mencari mangsanya kafir. Dalam dengan sepucuk senapan musuh akan
patroli yang terus menerus dilancarkan oleh mungkin bisa menewaskan selusin serdadu.
Belanda dengan giat belum pernahlah Bukan itu saja, dengan sepucuk senapang itu
Belanda dapat mempergoki Cut Meuthia mereka bisa melagakkannya sebagai "trofee"
dengan puteranya yang berusia lima tahun kepada penduduk, sehingga dengan demikian
itu. Acaplah para pejuang menyelamatkan penduduk yang taDhienya sudah putus asa
dengan tandu dalam menghindarkan patroli bisa bergairah kembali," kata Zentgraaf
yang jumlahnya besar dari Belanda. Pada seterusnya.
saat-saat sulit seperti itu sang putera perlu
Pang Nanggroe tidak lama berdiam. Tanggal
ditinggalkan. Untuk itu anak kecil ini dititipkan
15 Juni, dengan sebanyak 20 prajuritnya ia
serahasia mungkin pada rekanrekan yang
menyerang bivak di Keude Bawang (Idi).
senantiasa bersedia sepenuh hati memelihara
Penyerangan kali ini lagi-lagi membuktikan
dan melindunginya.
betapa kencang dan tangkasnya ia dan
Ketika mereka tiba di gunung di hulu sungai prajuritnya bergerak. Lagi-lagi Belanda
Jambu Air, di sanalah rimba belantara yang mencatat kerugian seorang tewas dan 8 luka-
aman bagi mereka mengasingkan diri, hidup luka, ditambah sepucuk senapan hilang. Pada
secara hutan. Tanpa mengaso Pang Nanggroe hal waktu itu mereka hanya menyerang
melancarkan sasaran sabilnya. Belanda dengan pedang atau senjata tajam lainnya.
merasakan benar meningkatnya aktivitas "Bayangkan kembali betapa ramainya buah
gerilyawan sejak September 1905. Ketika mulut mengejek-ejek kita dikeude-keude,"
tahun 1907, seorang saudara laki-laki dari Cut kata Zentgraaff.
Meuthia yang menjadi pemimpin gerilyawan
Serangan lain terjadi luar daerah de fakto
tewas, maka tahun 1907 saudara laki-laki dari
Pang Nanggroe. "Dewasa itu sungguh-
Cut Meuthia, yaitu Teuku Ben Pira, yang
sungguh masa naas buat kita," kata Zentgraaf.
menjadi pemimpin gerilyawan tewas, maka
Di mana-mana di bagian Lho' Sukon, di
segenap anak buahnya menggabung diri
Keureutoe dan lainlain, pejuang Aceh aktif
dengan kesatuan Pang Nanggroe.
sekali. Kampung-kampung menjadi kosong,

Perempuan Perkasa Page 28


sawah dibengkalaikan. Ratusan rakyat naik ke penyerangan besar-besaran yang telah
gunung, yang menurut info resmi di waktu itu berhasil dilakukannya adalah: serangan
kampung-kampung Keureutoe, Lho' Sukon, terhadap kereta api 2 kali, ' ' Juga julukan
Pase dan lain-lain sudah seia sekata untuk nama untuk perampas Den Briel dalam
melakukan pemberontakan umum. Hasil kerja perang 80 tahun Belanda/Spanyol, ditahun
yang sudah kita capai selama 10 tahun 1572 — HMS menembaki kereta api 5 kali, 2
berantakan kembali. Sebaliknya dewasa itu kali bivak Lho' Sukon, 5 kali penyerangan
merupakan hari-hari kemenangan bagi Cut dengan klewang terhadap perwira Belanda,
Meuthia yang tahu bahwa segenap Keureutoe 22 kali perusakan jalan kereta api dan 54 kali
sudah tidak aman lagi," demikian Zentgraaf f. tiang telepon. Dan ini semua berlangsung
hanya dalam masa lebih kurang 3 bulan saja.
Dari sukses ini Pang Nanggroe dengan mudah
membina kerja sama dengan tokoh-tokoh Ketika dirasakan di Kutaraja dan di Batavia
pejuang lainnya, terutama dengan perlunya problema Pang Nanggroe diatasi —
ulamaulama Teungku Syekh Di Paya Bakong kalau tidak, kekuasaan Belanda akan punah di
dan Teungku Di Mata lie. Ulama yang tersebut Aceh Utara dan Timur — maka ditetapkan
pertama adalah seorang rabun sehingga ia oleh Belanda untuk menugaskan kapten Hans
diberi julukan oleh penduduk Teungku Seupot Christoffel pindah ke Aceh untuk memimpin
Mata. Walau pun dunia tak dapat dilihatnya suatu pasukan buas yang waktu itu dikenal
lagi, tapi jiwanya cukup menampak terang. antar tangsi-tangsi Belanda dengan "kolone
Kerisnya sebilah bawar bergagang emas yang macan". Walau pun Christoffel berhasil
disebut sebagai sudah mendapat "mukzijat" meningkatkan gerakan kontra-ofensif dan
Syekh Abdul Kadir Jailani. banyak menimbulkan kerugian di pihak Pang
Nanggroe, namun Christoffel tidak berhasil
Ilmu kebal dikatakan sebagai berkubu di
meluluhkan Pang tersebut. Baik Pang
dadanya, membuat dianggap tahan pelor.
Nanggroe sendiri maupun Cut Meuthia yang
Bahkan kekeramatan yang disebut orang ada
mendampinginya tidak pernah menurun
padanya, telah menghasilkan kesimpulan
tekad sabilnya. Tapi mereka akhirnya menjadi
penduduk bahwa keris itu bila dilepasnya
musuh yang terus-terus dicari sampai ke
dapat berjalan sendiri tanpa kelihatan. Begitu
hutan rimba mana saja. Begitu pun masih saja
keras ilmu orang tua ini, walau pun tak lagi
rakyat Keureutoe menyayagi mereka. Bila
melihat dunia tapi mata hatinya dapat
terdengar sedikit saja ke mana patroli akan
menguasai semua dengan terang. Karena itu
pergi, lebih cepat pula penduduk
orang mempercayakannya menjadi pemegang
menyampaikan kabar itu kepada mereka, dan
pimpinan perjuangan. Sukar sekali ia
bila dalam keadaan
ditemukan, di kalangan serdadu Belanda ia
dijuluki gelar "Jean Marteu". Ia kemudian Sedemikian anak yang sudah mulai besar —
syahid dalam tahun 1910 Saudaranya namanya adalah Teuku Raja Sabi. Sabi diambil
Teungku Di Mata lie beroperasi di daerah dari "Sabil" — harus dibantu oleh penduduk
Pasai, Keureutoe dan sungai Jambo Aye. untuk disembunyikan, mereka tidak sangsi
Kemasyhurannya lebih pula dari Teungku menunaikan tanggung jawab demikian. Tidak
Seupot Mata. pernahlah Belanda menemukan T.R. Sabi itu
selama Pang Nanggroe dan Cut Meuthia
Pasukan Belanda memberi gelar Pang
melancarkan perang gerilyanya.
Nanggroe dengan "Watergeus' -karena beliau
pernah mendarat dengan perahunya lewat Bulan Juni 1909, hampir saja mereka
laut masuk ke establismen sipil Belanda di Idi tepergok. Dalam suatu pengepungan tiga
untuk merampas senjata yang tertumpuk orang panglima mereka yang terkemuka
disana. berhasil ditembak tewas oleh Belanda.
Kecuali sukses-sukses penyerangan Pang Dalam bulan Maret 1910 pasukan Belanda
Nanggroe di Lho' Sukon dan Panton Labu, membuat kepungan dari paya-paya di Jambo

Perempuan Perkasa Page 29


Aye ke perkebunan lada di Peutoe, tidak diikuti puteranya, Sabi yang sudah berusia
berhasil. Demikian terus dilakukan hingga lebih 10 tahun. Turun gunung naik gunung,
tanggal 30 Juli 1910 ketika diketahui tempat masuk hutan keluar hutan melintas paya dan
persembunyian mereka yang baru, hasilnya sungai, mencari Pimpinan pejuang, demikian
lolos lagi ketiga mereka (Pang Nanggroe, Cut mereka lakukan ketika harus meninggalkan
Meuthia dan Teuku Raja Sabi). Juga tidak suami dan ayah tiri (Pang Nanggroe) yang
berhasil pada penyerbuan Belanda menjelang sudah syahid di medan bakti.
pertengahan September berikutnya.
Lama tidak diperoleh kisah mengenai ke mana
Tanggal 24 September, sersan van Sloeten mereka dan apa yang mereka telah perbuat
diperintahkan atasannya untuk mencari Pang masa itu. Kecuali penduduk yang setia
Nanggroe ke Paya Ciciem. Dengan brigadenya menyimpan rahasia. Sesudah Cut Meuthia
hari itu juga mereka terus ke Peutoe. Ketika tewas dan dipertegas oleh suatu laporan
diperoleh kabar dari seorang wanita bahwa di resmi Belanda diketahui bahwa yang
meunasah kampung Alue ada 3 orang-orang mendapat bintang Willemsorde kelas 3 dari
dari kesatuan Pang Nanggroe bersama dua Ratu Wilhemina adalah jasanya menewaskan
wanita, maka diburulah kesana. Ternyata ia pahlawan wanita itu adalah seorang perwira
sudah pergi ke Bukit Hagu. Tanpa bernama Mosselman. Laporan resmi Belanda
mengacuhkan derasnya hujan van Sloeten itu berbunyi sebagai berikut:
terus maju dan menembus hutan ke kampung
"Seluruhnya musuh mengalami kerugian 7
Alue Awe. Juga di sini orang yang dicari sudah
tewas, di antaranya seorang pemimpin
tidak ada. Pagi-pagi 25 September, brigade
perjuangan dan seorang wanita, yang turut
van Sloeten melaksanakan rencana. Di tengah
langsung dalam pertempuran itu. Dan jatuh
jalan diperolehnya berita bahwa orang yang
ketangan kita: 1 senapan, M. 95, satu karaben
dicari sejam yang lewat sudah pergi dari
Beamount, peluru, senjata tajam, dan cap dan
Kampung Putih, tempat yang ditujunya. Bekas
tunggul dari Teungku Syekh Di Paya Bakong
jejak mereka diikuti terus besoknya lagi, baik
alias Teungku Seupot Mata."
di paya] mau pun di lumpur bahkan dalam air.
Seorang wanita tewas yang dimaksud turut
Di tengah hari terdengar oléh van Sloeten
bertempur itu adalah Cut Meuthia. Dia
suara dari dalam gubuk di lapangan terbuka,
rupanya menyertai Teungku Syekh Di Paya
beberapa ratus meter dari mereka. Dengan
Bakong atau Teungku Seupot Mata. Dapat
sekencang kemampuan mereka mengejar
dibayangkan betapa ruwetnya mendampingi
hingga sampai kira-kira sejauh 50 meter lagi
seorang tua yang sudah rabun dengan siapa
mereka berhenti untuk mengatur langkah
anda sekaligus harus bertempur melawan
bagaimana supaya jejak jangan berbunyi. Van
kekuatan yang jauh lebih besar.
Sloeten membagi 2 brigadenya, ke kanan, dan
dia sendiri dengan separoh lainnya Dua puluh lima tahun kemudian wartawan
mengendap dari sebelah kiri. Dan, perintah Zentgraaf berhasil menjumpai Mosselman. Ia
diteriakkan: Serbu. Tembakan diletuskan ke menceritakan pada Zentgraaf pengalamannya
arah di mana sudah kelihatan orang. Dan ketika mencari Cut Meuthia sampai dapat.
ketika didekati, tersualah ada orang tewas. Mosselman mulai berada di Lho' Sukon bulan
Penunjuk jalan mengatakan: Ia Pang Juli 1910. Bulan Oktober di situlah ia
Nanggroe. Mayat tersebut dibawa ke meningkatkan kegiatan, yaitu tidak lama
kampong untuk diminta^ tandai. Jelas sesudah selesai lebaran. Adalah biasa di Aceh
memang Pang Nanggroe. Tapi Cut Meuthia dalam bulan puasa penduduk balik ke
dan puteranya tidak kelihatan. kampung dan terus ramai-ramai di sana
Pang Nanggroe dikebumikan di Keureutoe, di sampai sesudah lebaran. Dalam kesempatan
dekat kubur rekan seperjuangannya Pang sebagai itu dapat dilihat pula jumlah yang
Lateh yang sudah terdahulu. Kewajiban jihad menyusut ketika orang yang bertempur pada
dijalankan terus oleh Cut Meuthia sambil kembali lagi meninggalkan kampung. Saya

Perempuan Perkasa Page 30


diberi info oleh komandan divisi bahwa suatu punya cari, ketika sudah lewat senja patrol
pasukan pejuang yang kuat diketahui telah Mosselman menemukan semacam perhentian
lewat di malam 20 jalan 21 Oktober di sebelah yang baru saja dibuat sebagai pondok-pondok
barat Lho' Ruehat, lapangan berpaya-paya. kecil sebanyak 12 buah, yang ditaksir telah
Saya diperintah supaya pergi bersama menginap disitu sedikitnya 13 orang.
pasukan ke daerah tersebut dengan Besoknya (25 Oktober), pagi-pagi pukul 5
membawa perbekalan sedikitnya untuk 5 hari. semua serdadu Mosselman sudah bangun,
Cepat juga kami (pasukan 18 orang) dipagi selesai masak dan makan jam 6 mereka sudah
buta tiba di Lho' Ruehat dan dari Peutuha melanjutkan perjalanan. Waktu itu patroli
(Ketua Kampung) diperoleh kabar bahwa Mosselman memperkirakan sudah berada di
memang ada gerombolan bersenjata lengkap hulu Peutue. Mereka terus lagi ke hulu, lewat
sejumlah lebih kurang 100 orang melintas di jurang dan kira pukul 8 mereka mengalami
situ, dan di antara mereka turut wanita dan kerepotan ketika melihat air mancur yang
anak-anak. Peutuha itu rupanya bersedia tingginya kira-kira 20 meter, serdadu-serdadu
membantu Mosselman, ketika ditanya lebih tidak hatihati untuk mendekati dan tiba-tiba
lanjut ke mana rombongan tersebut menuju. seorang di bagian belakang memberi isyarat
Mosselman puas mendapat info dari yang supaya berhenti, karena ia terjatuh ke bawah.
disebutnya "menir Burgemeester" (baca: pak Ia ditolong tapi tidak ada kaki atau tangannya
Ketua) karena katanya adalah biasa orang yang luka. Baru kirakira seperempat jam
kampung yang ditanya selalu menjawab berjalan, terlihat bekas jejak yang jelas.
dengan geleng kepala atau "hana ulon tepue" Mereka temui sebuah kampung sepi dengan
atau "Mboten semerep ndoro", atau "nggak hanya 18 buah pondok kecil besar yang
taaau". diperhitungkan dijadikan tempat menginap
untuk kira-kira sebanyak 60 orang. Para
Cari punya cari sesuai dengan arah yang
pejuang rupanya sudah memperhitungkan
ditunjuk oleh pak ketua ternyata tidak
bahwa mereka tidak akan dibuntuti sampai ke
bertemu sesuatu bekas apa pun. Tanggal 23
situ. Perjalanan patroli Belanda diteruskan
Oktober, pagi-pagi pergi lagi, patroli
dengan kesiagaan agar tidak kelihatan. Tepat
Mosselman mengarah ke selatan. Di situ
pukul 12 siang tibalah patroli Belanda di
ditemui bekas tapak kaki yang jumlahnya
Krueng Peuteu.
lebih kurang 10 orang seperti telah lewat 2
hari ditempuh orang. Jalan punya jalan tiba di Pencarian diteruskan beberapa jam melalui
Krueng Peutue. Dari sana selatan, timur, belok jalan sungai tibatiba seorang di antara anak
lagi, menyimpang ke selatan Bukit Paya, juga buah Mosselman berseru: di sini. "Kami
sia-sia. Diperhitungkan lagi jurusan-jurusan semua menoleh kearah yang ditunjuknya,
yang mungkin ditempuh oleh "kaum kelihatan sejauh 200 meter seorang Aceh lari
Muslimin" itu, tertuju lagi ke kampung Alue dan menghilang. Kami kejar ke arah tersebut
Bertiga, dan harus menginap di sana. Tidak dan sesudah 150 meter dari muara ditemui
jua ada tanda-tanda, sehingga Mosselman pula sebuah bivak yang buru-buru
menjadi curiga bahwa info sang Peutua ditinggalkan dengan segala perbekalan yang
adalah omong kosong. Begitu pun Mosselman ada. Setelah menempuh 200 meter mengejar
mendapat ide untuk buru-buru pergi ke kami bertemu dengan tekongan tajam dari
sebelah barat secara diam-diam dengan tidak alur yang ditempuh di saat mana kami segera
melintasi kampung Beurandang atau Matang berhadapan dengan musuh, sejarak 30 meter
Paya. Apabila rombongan pejuang tersebut jauhnya, kelihatan seorang yang sedang
memang di sana dua hari yang lalu cepat menyeberangi anak sungai (alur). Seorang
mereka telah bergerak kemarin pagi menurut serdadu menunjuk seorang tua yang sedang
ke selatan arah bukit-bukit. Pukul 12 tengah ditolong temannya tiga orang sedang
hari Mosselman memotong jalan lewat hutan berusaha melepas diri masuk ke hutan.
menuju Samarkilang dan jam 1 itu juga ia Dengan serta merta serdadu tersebut
melintasi sebuah jalan "tikus", dan dalam cari

Perempuan Perkasa Page 31


menembak orang tua itu, jatuh," demikian pasukan-pasukan Mosselman, tepat
ungkap Mosselman. dikepalanya sewaktu hendak menyerbu
mendekati serdadu Belanda tersebut.
Segera juga pasukan Mosselman mengalami
tembak balasan. Pejuang buru-buru Ia dan beberapa laki-laki lain maju dengan
memperlindungkan diri. Berhubung karena kencang menuju pasukan Mosselman, dan
pihak pejuang seakan-akan dalam keadaan ketika itu juga pasukan Mosselman
terkejut karena dipergoki itu, nampaknya mengarahkan tembaknya pada mereka.
penembakan-penembakan tidak tentu arah. Sebuah pelor tepat kena di kepala wanita itu,
Tapi kelihatan juga ada seorang wanita yang ia pun rubuh. Demikian pula laki-laki yang
langsing dan putih dengan rambut terurai menemaninya menyerbu. Perlawanan mereka
(yaitu: Cut Meuthia sendiri, penulis) terhenti dan ketika diperiksa ternyata orang
melakukan komando sambil mengayun tua itu adalah Teungku Syekh Di Paya Bakong
pedangnya maju dari hutan dan menyerang. alias Teungku Seupot Mata. Wanita tersebut
Ia jatuh, demikian juga beberapa laki-laki yang adalah Cut Meuthia.
mengikutnya, akibat tembakan-tembakan dari

Perempuan Perkasa Page 32


POCUT BAREN
Dari Wikipedia bahasa Indonesia

Pocut Baren

Pocut Baren adalah seorang pahlawan dan ulama wanita dari Aceh yang terkenal gigih melawan
penjajahan Belanda. Selain menjadi panglima perang, ia pun menjadi uleebalang daerah Gome. Ia
mempunyai pengikut setia yang banyak dan membantunya dalam pertempuran melawan Belanda.
Menurut cerita penduduk, ia ikut bergerilya bersama-sama pasukan yang dipimpin oleh Cut Nyak
Dhien. Setelah Cut Nyak Dhien tertangkap oleh Belanda, Pucut Baren tetap meneruskan perjuangan
menentang penjajahan Belanda. Ia menjadi panglima perang menggantikan suaminya yang
meninggal dunia dalam peperangan.
Riwayat
Pocut Baren merupakan anak perempuan seorang uleebalang Teuku Cut Ahmat Tungkop sebuah
kemukiman di Kecamatan Sungai Mas, Kabupaten Aceh Barat. Ia lahir pada tahun 1880 di Kabupaten
Aceh Barat.
Setelah dewasa menikah dengan seorang Keujruen yang kemudian menjadi Uleebalang Gume,
Kabupaten Aceh Barat. Yang kemudian tewas dalam peperangan melawan Belanda. Peperangan
yang dia ikut juga didalamnya. Namun kematian suaminya tidak menyurutkan semangatnya untuk
terus melanjutkan berjuang. Setelah suaminya tewas kemudian Pocut Baren menggantikan
suaminya sebagai uleebalang, Dalam berptempur Pocut Baren selalu diiringi oleh semacam
pengawal, terdiri dari lebih kurang tiga puluh orang pria. Kemana-mana ia selalu memakai
peudeueng tajam (pedang tajam), sejenis kelewang bengkok
Perlawanan terhadap Belanda
Pocut Baren telah berjuang dalam waktu yang cukup lama. Sejak muda ia terjun ke kancah
pertempuran. Pocut Baren juga ikut berjuang bersama-sama dengan Cut Nyak Dhien. Perjuangan
dan perlawanan Pocut Baren yang gagah berani dilukiskan sendiri oleh penulis Belanda bernama
Doup. Pocut Baren telah melakukan perlawanan terhadap Belanda sejak tahun 1903 hingga tahun
1910. Cut Nyak Dhien pernah tertangkap oleh pasukan Belanda pada tanggal 4 November 1905.
Artinya, Pocut Baren pernah memimpin sendirian pasukannya melawan Belanda, meskipun Cut Nyak
Dhien masih aktif berjuang secara sendirian. Dengan demikian, pada masa itu di wilayah Aceh

Perempuan Perkasa Page 33


terdapat dua wanita pejuang yang memimpin pasukannya melawan Belanda, yaitu Cut Nyak Dhien
dan Pocut Baren.
Akibat serangan gencar Belanda, Pocut Baren pernah terdesak ke pedalaman hutan dan
memutuskan bermarkas di sebuah gua di Gunong Mancang. Belanda mengalami kesulitan melacak
keberadaan gua ini. Hingga suatu saat, keberadaan gua tersebut diketahui. Usaha tentara Belanda
untuk sampai di gua itu kandas di tengah jalan karena ketika sedang mendaki gunung, beratus-ratus
batu digulingkan ke bawah oleh anak buah Pocut Baren sehingga banyak tentara Belanda yang
tewas. Akhirnya Belanda mendapat akal untuk mengalirkan 1200 kaleng minyak tanah ke arah gua
lalu dibakar. Banyak jatuh korban karena penyerangan ini. Pocut Baren sendiri terkena peluru di
kakinya sehingga perlawanannya terpaksa berhenti. Ia lalu ditahan di Kutaraja, namun anak buahnya
tetap melakukan perlawanan.
Setelah penangkapannya oleh Belanda, dia dipindahkan ke kutaraja. Kakinya yang tertembak karena
tidak menerima perawatan yang cukup lalu membusuk dan harus diamputasi. Setelah Pocut Baren
dinyatakan sembuh dari sakitnya dan diyakini oleh Belanda tidak akan melakukan perlawanan lagi,
maka ia dikembalikan ke kampung halamannya di Tungkop sebagai seorang uleebalang.
Namun perlawanan Pocut tidaklah berhenti sampai disitu saja. Walau ia tidak dapat berperang
langsung namun jiwa panglimanya terus berkobar. Dia terus menyemangati para anak buahnya.
Melalui syair dan pantun dia menyemangati para pengikutnya agar tetap bersemangat melakukan
perlawanan terhadap kaphe Belanda. Pantun-pantunya yang popular dan mengesankan itu masih
belum dilupakan orang.
Pocut Baren wafat dan dimakamkan di kampung halamannya, Kemukiman Tungkop, Kecamatan
Sungai Mas, Kabupaten Aceh Barat. Sebagai bentuk penghargaan pemerintah memberi nama salah
satu jalan di Nanggroe Aceh dengan nama Pocut Baren.

Perempuan Perkasa Page 34


POCUT MEURAH INTAN
Dari Wikipedia bahasa Indonesia
Pocut Meurah Intan adalah puteri keturunan keluarga bangsawan dari kalangan kesultanan Aceh.
Ayahnya Keujruen Biheue. Pocut Meurah merupakan nama panggilan khusus bagi perempuan
keturunan keluarga sultan Aceh. Ia juga biasa dipanggil dengan nama tempat kelahirannya. Biheue
adalah sebuah kenegerian atau ke-uleebalangan yang pada masa jaya Kesultanan Aceh berada di
bawah Wilayah Sagi XXII Mukim, Aceh Besar. Setelah krisis politik pada akhir abad ke-19, kenegerian
itu menjadi bagian wilayah XXII mukim: Pidie, Batee, Padang Tiji, Kale dan Laweueng.
Keluarga
Suami Pocut Meurah Intan bernama Tuanku Abdul Majid, Putera Tuanku Abbas bin Sultan AlaiDhien
Jauhar Alam Syah. Tuanku Abdul Majid adalah salah seorang anggota keluarga Sultan Aceh yang
pada mulanya tidak mau berdamai dengan Belanda. Karena keteguhan pendiriannya dalam
menentang Belanda, ia disebut oleh beberapa penulis Belanda sebagai perompak laut, pengganggu
keamanan bagi kapal-kapal yang lewat di perairan wilayahnya, sebutan ini berkaitan dengan profesi
Tuanku Abdul Majid sebagai pejabat kesultanan yang ditugaskan untuk mengutip bea cukai di
pelabuhan Kuala Batee.
Keturunan]
Dari perkawinan dengan Tuanku Abdul Majid, Pocut Meurah Intan memperoleh tiga orang putera,
yaitu
1. Tuanku Muhammad yang biasa dipanggil dengan nama Tuanku Muharnmad Batee,
2. Tuanku Budiman, dan
3. Tuanku Nurdin.
Perlawanan terhadap Belanda
Tokoh anti-Belanda]
Dalam catatan Belanda, Pocut Meurah Intan termasuk tokoh dari kalangan kesultanan Aceh yang
paling anti terhadap Belanda. Hal ini di sebutkan dalam laporan colonial "Kolonial Verslag tahun
1905", bahwa hingga awal tahun 1904, satu-satunya tokoh dari kalangan kesultanan Aceh yang
belum menyerah dan tetap bersikap anti terhadap Belanda adalan Pocut Meurah Intan. Semangat
yang teguh anti Belanda itulah yang kemudian diwariskannya pada putera-puteranya sehingga
merekapun ikut terlibat dalam kancah peperangan bersama-sama ibunya dan pejuang-pejuang Aceh
lainnya.
Berperang bersama putera-puteranya
Setelah berpisah dengan suaminya yang telah menyerah kepada Belanda Pocut Meurah Intan
mengajak putera-puteranya untuk tetap berperang. Ketika pasukan Marsose menjelajahi wilayah XII
mukim Pidie dan sekitarnya, dalam rangka pengejaran dan pelacakan terhadap para pejuang, Pocut
Meurah Intan terpaksa melakukan perlawanan secara bergerilya. Dua di antara ketiga orang
puteranya, Tuanku Muhammad Batee dan Tuanku Nurdin, menjadi terkenal sebagai pemimpin
utama dalam berbagai gerakan perlawanan terhadap Belanda. Mereka menjadi bagian dari orang-
orang buronan dalam catatan pasukan Marsose.
Tertangkapnya Tuanku Muhammad Batee
Pada bulan Februari 1900, Tuanku Muhammad Batee tertangkap oleh satuan Marsose Belanda yang
beroperasi di wilayah Tangse, Pidie. Pada tanggal 19 April 1900, karena dianggap berbahaya, Tuanku

Perempuan Perkasa Page 35


Muhammad Batee dibuang ke Tondano, Sulawesi Utara, dengan dasar Surat Keputusan Pemerintah
Hindia Belanda No. 25. pasal 47 R.R.
Tertangkapnya Pocut Meurah Intan
Peningkatan intensitas patroli Belanda juga menyebabkan tertangkapnya Pocut Meurah Intan dan
kedua puteranya oleh pasukan Marsose yang bermarkas di Padang Tiji. Namun, sebelum tertangkap
ia masih sempat melakukan perlawanan yang amat mengagumkan pihak Belanda. la mengalami luka
parah, dua tetakan di kepala, dua di bahu, satu urat keningnya putus, terbaring di tanah penuh
dengan darah dan lumpur laksana setumpuk daging yang dicincang-cincang. Pada luka-lukanya itu
disapukan setumpuk kotoran sapi, keadaannya lemah akibat banyak kehilangan darah dan tubuhnya
menggigil, ia mengerang kesakitan, luka-lukanya telah berulat. Mulanya ia menolak untuk dirawat
oleh pihak Belanda, akhirnya ia menerima juga bantuan itu. Penyembuhannya berjalan lama, ia
menjadi pincang selama hidupnya.
Dimasukkan ke dalam penjara
Pocut Meurah Intan sembuh dari sakitnya; bersama seorang puteranya, Tuanku Budiman, ia
dimasukkan ke dalam penjara di Kutaraja. Sementara itu, Tuanku Nurdin, tetap melanjutkan
perlawanan dan menjadi pemimpin para pejuang Aceh di kawasan Laweueng dan Kalee. Pada
tanggal 18 Februari 1905, Belanda berhasil menangkap Tuanku Nurdin di tempat persembunyiannya
di Desa Lhok Kaju, yang sebelumnya Belanda telah menangkap isteri dari Tuanku NurDhien pada
bulan Desember 1904, dengan harapan agar suami mau menyerah. Tuanku Nurdin tidak melakukan
hal tersebut.
Setelah Tuanku Nurdin di tahan bersama ibunya, Pocut Meurah Intan dan saudaranya Tuanku
Budiman dan juga seorang keluarga sultan yang bernama Tuanku Ibrahim di buang ke Blora di Pulau
Jawa berdasarkan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda, tanggal 6 Mei 1905, No. 24. Pocut
Meurah Intan berpulang ke-rakhmatullah pada tanggal 19 September 1937 di Blora, Jawa Tengah
dan dimakamkan di sana.

Makam Pocut Meurah Intan di Blora

Perempuan Perkasa Page 36


TEUNGKU FAKINAH
Dari Wikipedia bahasa Indonesia
Teungku Fakinah adalah seorang wanita yang menjadi ulama besar dengan nama singkatnya disebut
Teungku Faki, pahlawan perang yang ternama dan pembangunan pendidikan ulung. Dia dilahirkan
sekitar tahun 1856 M, di Desa Lam Diran kampung Lam Beunot (Lam Krak). Dalam tubuh Dia
mengalir darah ulama dan darah penguasa/bangsawan. Ayahnya bernama Datuk Mahmud seorang
pejabat pemerintahan dalam zaman Sultan Alaidin Iskandar Syah. Sedangkan ibunya bernama
Teungku Muhammad Sa'at (?) yang terkenal dengan Teungku Chik Lam Pucok, pendiri Dayah Lam
Pucok, tempatnya pernah Teungku Chik Ditiro Muhammad Saman belajar.
Riwayat Keturunan
Sesudah Teungku Fakinah dewasa, dalam tahun 1872 dikawinkan dengan Teungku Ahmad dan
Aneuk Glee oleh orang kampung Lam Beunot. Teungku Ahmad yang dipanggil Teungku Aneuk Glee
ini membuka satu Deah/perguruan (pesantren) yang dibiayai oleh mertuanya Teungku Muhammad
Sa'at atas dukungan orang Lam Beunot dan Imuem Lam Krak. Pesantren ini banyak dikunjungi oleh
pemuda dan pemudi dari tempat lain disekitar Aceh Besar, bahkan ada juga yang datang dari Pidie.
Tatkala menentang serangan I Belanda, Teungku Imam Lam Krak serta Tengku Ahmad/Teungku
Aneuk Glee tarot dalam pasukan VII Mukim baet mempertahankan Pantai Cermin tepi laut Ulee
Lheu yang di komandokan oleh panglima Polem Nyak Banta dan Rama Setia.
Dalam pertahanan perang itu pada tanggal 8 April 1873 tewaslah Panglima perang besar Rama Setia,
Imeum Lam Krak, Tengku Ahmad Anuek Glee suami dari Tengku Fakinah dalam membela Tanah Air.
Semenjak Tengku Fakinah telah menjadi janda yang masih remaja. Maka semenjak itulah dia
membentuk Badan Amal Sosial untuk menyumbang Darma Baktinya terhadap Tanah Air yang terdiri
dari janda-janda dan wanita-wanita lainnya untuk menjadi anggota amal tersebut Badan yang
didirikannya itu mendapat dukungan dari kaum Muslimat disekitar Aceh Besar yang kemudian
berkembang sampai ke Pidie.
Anggota Badan Amal Sosial ini menjadi sangat giat dalam mengumpulkan sumbangan rakyat yang
berupa perbekalan berupa padi dan uang. Selain dari anggota yang bergerak mengumpulkan
perbekalan peperangan, bagi anggotaanggota yang tinggai di tempat, mereka sibuk mempersiapkan
makanan untuk orang yang datang dari luar seperti Pidie, Meureudu, Salamanga, Peusangan dan
lain-lain untuk membantu perang dan menuangkan timah untuk pelor senapan, semua pekerjaan itu
dibawah pimpinan Teungku Fakinah.
Teungku Fakinah merupakan Panglima Perang melawan agresi Belanda, tidak mau tetap
dikediamannya, bahkan hilir mudik keseluruh segitiga Aceh Besar untuk menjalankan Diplomasi,
mendatangi rumah orang-orang besar dan orang-orang kaya untuk meminta zakat dalam rangka
membantu peperangan Aceh yang sedang berkecamuk. Dan kegiatan yang dilakukannya itu,
memperoleh hasil yang lebih besar yang kemudian disalurkan sebagai biaya peperangan.
Kuta Pertahanan Wanita/Benteng Pertahanan Wanita
Ketika musuh menguasai Kuta Raja (Banda Aceh Sekarang), maka pertahanan berpindah ke Kuta ke
kota Lam Bhouk, Pagar Aye (Lhung Bata), maka dalam tahun 1883 pertahanan itu dapat dikuasai
oleh musuh. Untuk mengantisipasi hal ini maka Tengku Syech Saman yang disebut Tengku Tjik Di
Tiro memperkuat lagi pertahanan Kuta Aneuk Galong bekas Kuta Panglima Polem Nyak Banta, yang
dulunya telah di rampas oleh pihak Belanda yaitu pada tahun 1878. Maka dengan demikian
serentaklah dari masing-masing pemimpin peperangan mendirikan kutakuta lain, seperti halnya
Tengku Empee Trieng (Kuta Karang), Tengku Pante Kulu (Kuta Tuanku) dan lain-lain. Sementara itu di

Perempuan Perkasa Page 37


Lam Krak didirikan 4 buah Kuta (Benteng Pertahanan) di bawah Komando Tengku Fakinah, yang
masing-masing di pimpin oleh seorang komandan bawahan, yaitu:
1. Kuta Lam Sayun, dipimpin oleh Tengku Pang M. Saleh.
2. Kuta Cot Garot, dipimpin oleh Tengku Pang Amat.
3. Kuta Cot Weue, dipimpin oleh Tengku Fakinah sendiri.
4. Kuta Bak Balee, Dipimpin oleh Habib Lhong.
Adapun yang membangun kuta-kuta (Benteng-Benteng) ini adalah kaum lelaki, kecuali Kuta Cot
Weue dikerjakan oleh wanita-wanita sejak dan membuat pagar, menggali parit dan pemasangan
ranjau dilakukan sendiri oleh para wanita yang diawasi oleh panglima perangnya Teungku Fakinah
sendiri bersama rekanrekannya wanita lain seperti:
1. Cutpo Fatimah Blang Preh,
2. Nyak Raniah dari Lam Uriet,
3. Cutpo Hasbi,
4. Cutpo Nyak Cut, dan
5. Cut Puteh.
Teungku Fakinah Kawin Kedua
Setelah selesai membangun Kuta Tjot Weue, maka atas mufakat orang-orang patut agar Tengku
Fakinah Panglima Perang itu, dijodohkan dengan Tengku Nyak Badai yang berasal dari Pidie, lepasan
murid Tanoh Abee. Alasan untuk mengawinkan Teungku Fakinah ini adalah karena seorang panglima
perang wanita dalam siasat perang senantiasa harus bekerja sama dengan laki-laki yang sering
melakukan musyawarah. Dalam pandangan masyarakat umum tidak layak dalam suatu perundingan
seorang wanita tidak didampingi oleh suaminya. Dengan demikian Teungku Fakinah dapat menerima
saran dari orang-orang tua ini, maka dengan demikian perkawinan mereka dilangsungkan. Setelah
perkawinan itu, maka Teungku Fakinah bertambah giat berusaha untuk mengumpulkan benda-
benda perlengkapan persenjataan dan makanan untuk keperluan tentara pengikutnya. Namun
dalam tahun 1896 suami kedua dia yaitu Tengku Nyak Badai tewas ketika diserbu oleh pasukan
Belanda dibawah komandan Kolonel J. W Stempoort. Di antara Pahlawan yang memimpin pasukan
di bawah komando Teungku Fakinah, adalah:
1. Habib Abdurrahman, yang lebih terkenal dengan Habib Lhong, Dia Syahid dalam suatu
pertempuran.
2. Tengku M. Saleh, Dia juga Syahid
3. Tengku Ahmad, yang lebih terkenal dengan Teungku Leupung, Dia tidak Syahid, akan tetapi
masih sempat membantu Teungku Fakinah dalam kehidupan pembangunan
4. Tengku Nyak Badai, suami kedua Teungku Fakinah, dan Dia juga Syahid
5. Tengku Daud, Dia juga Syahid.
Mempengaruhi Cut Nyak Dhien
Cut Nyak Dhien tidak asing lagi bagi Teungku Fakinah, sejak perang di Aceh Besar berkecamuk, Dia
sudah dikenal baik dengan Cut Nyak Dhien, baik dalam pertarungan mereka di Montasik, Lamsi
maupun ketika kedatangan Cut Nyak Dhien ke Lam Krak senantiasa mampir ke rumah Teungku
Fakinah, untuk beramah tamah dan meminta bantuan perbekalan perang bagi pengikut-pengikut
Teuku Umar. Dalam hal ini Teungku Fakinah selalu memberikan bantuan berupa beras, kain hitam

Perempuan Perkasa Page 38


dan uang tunai. Dan sebaliknya Teungku Fakinah sering juga datang ke rumah Cut Nyak Dhien di
Lampadang/Bitai dan tempat-tempat lain di mana Cut Nyak Dhien tinggal. Dengan demikian
perjuangan kedua wanita satria ini sangat erat hubungannya. Oleh sebab itu Teungku Fakinah sangat
terkejut ketika mendengarkan T. Umar telah membelot dan bergabung dengan pihak Belanda Lalu
Teungku Fakinah bertanya-tanya dalam hatinya, apakah Cut Nyak -Dhien juga ikut membelot
ataukah T. Umar sendiri. Jika T. Umar sendiri mengapa Cut Nyak Dhien tidak menahan maksud
suaminya itu agar tidak bergabung dengan musuh. Demikian pertanyaan itu terpendam dalam
hatinya. Teungku Fakinah memikirkan untuk mengirimkan utusan kepada Cut Nyak Dhien untuk
menanyakan isi hati dari rekannya itu, tetapi belum ada seorang wanita pun yang berani pergi ke
Peukan Bada untuk bertemu langsung dengan Cut Nyak Dhien.
Sementara itu tersiar berita bahwa T. Umar sedang bergerak bersama serdadu Belanda menyerang
Kuta Tungkop dan tempat pertahanan daerah XXVI Mukim, yang kemudian akan menyerang daerah
pertahanan Teungku Fakinah yang terletak di Ulee Tanoh. Untuk mengantisipasi masalah ini maka
segera dibangun tiga buah kuta (benteng) yaitu Cot Pring, Cot Raja, dan Cot Ukam. Kemudian itu
datang dua orang wanita dari Bitai mengantar nazarnya untuk perang sabil, bahkan sumbangan yang
diserahkan kepada Teungku Fakinah bukan hanya dua orang saja tetapi ada kiriman dan beberapa
orang lainnya dari Bitai dan Peukan Bada. Melalui ke 2 orang wanita Bitai itu Teungku Fakinah
mengirim salamnya kepada Cut Nyak Dhien selaku rekan lamanya, dengan menyampaikan beberapa
kata sindiran sebagai ceumeti yang menusuk dada Cut Nyak Dhien, dengan katakata:
"Peugah bak Cut Nyak Dhien haba lon: Yu Jak beureujang lakoe gagnyan Teuku Meulaboh, jak prang
inong-inong balee mangat jikalon ceubeuh lee gob, bah agam lawan inong balee".
Artinya: sampaikan kata saya kepada Cut Nyak Dhien ; suruh datang suaminya Teuku Meulaboh
untuk berperang dengan perempuan-perempuan janda supaya orang dapat melihat keberaniannya,
bahwa laki-laki melawan wanita janda.
Setelah cukup pembicaraan dengan kedua wanita Bitai itu, maka kedua wanita ini terus pulang
sampai ke kampungnya, tetapi tidak langsung menyampaikan kabar itu kepada Cut Nyak Dhien,
melainkan memberitahukan kepada wanita lain yang dipercayanya dan sering masuk ke rumah Cut
Nyak Dhien. Setelah mendengar kabar ini, Cut Nyak Dhien sangat cemas hatinya, kemudian disunth
panggil kedua wanita Bitai itu melalui wanita kepercayaannya untuk bertemu langsung denganya
Dalam hal ini kedua wanita itu tidak mau datang takut ditangkap, selama dua hari di tunggu-tunggu
oleh Cut Nyak Dhien, mereka tidak kunjung datang.
Secara diam-diam Cut Nyak Dhien datang ke Bitai untuk menemui kedua wanita itu, tetapi kedua
wanita tersebut telah bersembunyi di rumah yang lain. Lalu Cut Nyak Dhien menyampaikan pesan
pada wanita lain bahwa dia perlu bantuan kedua wanita itu untuk menyampaikan kabar balik ke Lam
Krak, yang merupakan kabar balasan dari Cut Nyak Dhien kepada Teungku Fakinah. Maka besok
paginya datanglah kedua wanita itu kerumah Cut Nyak Dhien dan keduanya diterima dengan ramah
tamah. Diserambi belakang mereka duduk bertiga membicarakan khabar yang dibawa dari Lam Krak,
kemudian ke dua wanita itu disuruh balik ke Lam Krak untuk bertemu dengan Teungku Fakinah
dengan membawa kabar balasan yang disertai dengan bungong jaroe yaitu; 2 kayu kain hitam untuk
celana, 6 potong selendang, 1 kayu kain untuk baju prajurit wanita dan 1 potong kain selimut untuk
selimut Teungku Fakinah sendiri, serta uang 200 real untuk pembeli kapur dan sirih.
Besok paginya berangkatlah kedua wanita itu dari Bitai menuju Lam Krak. Satu orang menjunjung
sumpit yang berisikan beras dan yang satu lagi menjunjung satu berkas tikar mensiang yang
berisikan barang-barang kiriman Cut Nyak Dhien kepada Teungku Fakinah di Lam Krak. Sesampainya
di Lam Krak kedua wanita ini, langsung bertemu dengan Teungku Fakinah, dan menyerahkan barang
amanah itu. Dalam pertemuan itu juga, disampaikan pula salam dan pesan-pesan Cut Nyak Dhien
yang isinya:

Perempuan Perkasa Page 39


"Atee Cut Nyak Dhien mantong lagee soet, lon inseuh keulangkah lakoe lon yang kameuseuruek.
Hubungan lidah Nyak Faki nyoe ngon lon yang neuba lee droe neuh mudah-mudahan Tuhan puwoe
langkah kamoe lagee soet".
Artinya "Hati Cut Nyak Dhien seperti semula, saya beri keinsyafan terhadap langkah suami saya yang
telah berperosok. Hubungan lidah Nyak Fakinah ini dengan saya yang saudara bawa mudah-
mudahan Tuhan kembalikan langkah kami seperti semula".
Demikianlah kata filsafat dalam pertemuan diplomatik antara kedua pengantar kata, dari hati ke hati
antara dua orang Srikandi ulung Pahlawan Tanah air yakni Teungku Fakinah dari Lam Krak dan Cut
Nyak Dhien dari Lam Pisang. Pindah Ke Tangse Sesudah jatuhnya Seulimum, Teungku Fakinah
mengungsi ke lammeulo (Cubok), mula-mula ia tinggal di Tiro bersama dengan Teuku Tjik di Tiro Mat
Yeet, setelah itu pindah ke Tangse dan sekaligus membangun tempat tinggalnya di Blang
Peuneuleun (Pucok Peuneuleun). Daerah ini merupakan daerah yang sangat indah dan lahan yang
sangat subur, sehingga ditempat ini dijadikan perkampungan dan sekaligus membuka lahan
pertanian. Semua sisa harta benda, emas dan perlengkapan senjata diangkut ke daerah baru ini, dan
didaerah ini juga dibangun Deah (perguruan/Pasantren) tempat wanita mengaji Al-Qur'an. Namun
dalam tahun 1899 perkampungan ini diserang oleh tentara Belanda dan rumah tempat tinggal
Teungku Fakinah diobrak abrik dan sebagian emas milik Teungku Fakinah diambil oleh serdadu
Belanda, sementara dia terlepas dari kepungan serdadu tersebut.
Semenjak itu Teungku Fakinah tidak lagi membuat kuta (benteng), tetapi hanya bergerilya basama-
sama Pocut lam gugob istri dari Tuanku Hasyim banta Sultan, Pocut Awan yaitu ibu dari Tengku
Panglima Polem dan dengan wanita-wanita lain yang masih aktif bergerilya mengikuti jejak suaminya
mengarungi hutan belantara, berpindah-prndah sampai kepegunungan Pasai, dan Gayo Luas, serta
tempat-tempat lain disekitar Laut Tawar, dalam pengawasan Tengku Nyak Mamat Peureulak.
Sekalipun Teungku Fakinah tidak lagi memegang peranan sebagai Panglima Perang, tetapi dia tetap
aktif dalam bidang pendidikan agama, terutama mengajar wanita-wanita yang turut bergerilya
dengan cara berpindahpindah.
Kembali ke Lam Krak Sesudah Teuku Panglima Polem Muhammad Daud dan Teuku Raja Keumala
dapat ditundukkan oleh Van Heutz, maka pada tanggal 21 Mei 1910 atas permintaan Teuku
Panglima Polem, supaya Teungku Fakinah pulang kembali ke kampung halaman untuk membuka
kembali deah/pesantren di Beuha (Lam Krak). Dengan demikian pada tahun 1911 Teungku Fakinah
kembali ke Lam Krak dan membuka kembali Deah/Pesantren, yang mendapat sambutan baik dari
masyarakat umum. Dalam pembangunan pesantren ini, banyak pihak masyarakat dengan secara
sukarela mengeluarkan zakat dan sumbangan pribadi, sehingga pembangunan ini berjalan dengan
lancar. Setelah deah ini berdiri, maka banyak yang berdatangan dari berbagai penjuru Aceh seperti
halnya: seluruh pelosok 3 segi Aceh Besar, Meulaboh, Calang, Aceh Timur, Pidie dan Samalanga,
terutama janda-janda dan gadis-gadis untuk belajar mengaji ke Lam Krak.
Simpatisan masyarakat terhadap Pesantren Teungku Fakinah sangat besar, sehingga tempat ini
setiap harinya banyak dikunjungi oleh tamu-tamu dari luar mukim Lam Krak. Demikian juga, banyak
yang datang mengantar sumbangan sosial untuk biaya hidup bagi murid-murid Deah/Pesantren,
sehingga murid-murid yang belajar disitu, selain dapat bantuan pangan dan orang tuanya, juga
menerima bantuan dari masyarakat umum. Ada juga bentuk sumbangan lainnya yang disumbangkan
oleh masyarakat terhadap Deah/Pesantren tersebut seperti Al- Qur'an dan kitab yang diperlukan
untuk pelajaran.
Naik Haji
Dalam tahun 1914 Teungku Fakinah berhasrat untuk menunaikan rukun kelima yaitu naik Haji.
Sebelum dia berangkat terlebih dahulu mencari muhrimnya. Dengan demikian dia kawin dengan
seorang yang bernama Ibrahim, yang merupakan suaminya yang ketiga. Dalam bulan Juli 1915 dia

Perempuan Perkasa Page 40


berangkat menuju tanah suci Mekkah. Di Mekkah dia menumpang di rumah wakaf Aceh, jalan Kusya
Syiah yang diurus oleh Syech Abdul Gani yang berasal dari Aceh Besar. Selesai melaksanakan rukun
Haji, dia masih menetap di Mekkah untuk menuntut ilmu Pengetahuan sekaligus memperdalam ilmu
Fikih pada Teungku Syech Muhammad Saad yang berasal dari Peusangan. Kuliah yang diberikan oleh
gurugurunya dilakukan di dalam Masjidil Haram Mekkah kepada murid-muridnya.
Selama tiga tahun berada di Mekkah untuk memperdalam ilmunya, ketika memasuki tahun ke-4 di
Mekkah, suami dia yaitu Ibrahim meninggal dunia di Mekkah. Maka pada tahun 1918 Teungku
Fakinah kembali ke Aceh, setibanya di Lam Krak disambut dengan meriah oleh murid-muridnya, dan
ketika itupulalah dia memimpin kembali Deah/Pesantren yang selama ini ditinggalkan, dan
mengembangkan semua ilmu pengetahuan yang dituntut di Mekkah kepada muridmuridnya.
Teungku Fakinah Mangkat Pada tanggal 8 Ramadhan 1359 H atau tahun 1938 M, Teungku Fakinah
sebagai Pahlawan dan Ulama Wanita Aceh menghembuskan napasnya yang terakhir di rumah
kediamannya di kampung Beuha Mukim Lam Krak dalam usia 75 tahun.
Dengan meninggalnya Teungku Fakinah, maka telah tertanam dukacita yang sangat mendalam
khususnya bagi masyarakat Mukim Lam Krak, VII Mukim Baet, yang meliputi seluruh murid-muridnya
dan simpatisan seluruh Aceh Besar, bahkan daerah Aceh Timur, Aceh Barat, dan Pidie, sehingga
berdatangan dari segala penjuru di atas ke rumah duka/Deah untuk menyatakan rasa dukacita dan
berlangsung belasungkawa.

Perempuan Perkasa Page 41


POCUT MEULIGOE DAN PERANG SAMALANGA

Orang Belanda mengatakan bahwa Aceh kaya dengan Belanda. Kepada mereka yang
dengan sejarahnya. Pendapat ini tidak bersedia menyecahkan tanda tangannya,
sekedar berdasar peristiwa sebelum agresi tidak lagi dilakukan oleh Belanda (blokkade)
Belanda di tahun 1873 ke Aceh, tapi terutama pantai-pantai mereka. Bebaslah raja-raja dan
pula setelah mereka mengalami sendiri pedagang melancarkan perniagaan sebagai
perkembangan-perkembangan sejak itu. biasa. Sejak tahun 1874 memang ada raja-
Kegagalan pendaratan pertama tahun 1873 raja kecil (di pantai) barat dan timur,
mencapai berjilid-jilid buku tebal ceritanya, menandatangani kontrak politik dengan
ditulis oleh para ahli sejarah. Setelah "Kraton" Belanda, demi kesempatan dengan luar
(Dalam) direbut oleh van Swieten akhir terbuka, seperti tidak ada terlihat
Januari 1874, banyak pula kisah yang dapat perlawanan mereka. Tapi nyatanya, dari
dihimpun (diinventarisir) dari situ. van keuntungan itu mereka sumbangkan ke
Swieten mengatakan bahwa ia sudah berhasil Keumala untuk dana perang, disamping
menaklukkan Aceh, padahal nyatanya masih mereka mengirim balabantuan pemuda
100% tidak benar. Ia dikecam. Dan pejuang ke sana untuk bertempur ke medan
dihubungkan dengan perlawanan yang perang.
berkecamuk sejak itu, ditambah dengan
Peristiwa-peristiwa sebagai ini pun turut
catatan-catatan orang Belanda sendiri
memperkaya lembaran kisah sejarah Aceh.
mengenai perkembangan peristiwa
Dari ungkapan-ungkapan mengenai apa yang
sebenarnya, maka banyak pulalah bukubuku
terjadi belakang layar, terutama tentang
yang ditulis orang sehingga memperkaya
pergantian jenderal-jenderal, dapat pula
sejarah Aceh pula.
ditelaah bagian-bagian yang cukup
Dengan perkembangan seterusnya, ketika mengesahkan dalam sejarah perang Aceh
silih berganti jenderaljenderal yang tersebut, mengenai betapa sulitnya Belanda
memimpin penyerangan ke sana, meninggal, menghadapinya.
sakit, pindah tugas dan entah apa lagi alasan-
Dalam bulan Juni 1877 Gubernur/Panglima
alasan, di samping pengalaman-pengalaman
perang Belanda untuk Aceh, jenderal A.J.R.
mereka menghadapi perlawanan tersebut, itu
Diemont, disebut sebagai sakit. Tidak
pun semua mempertebal catatan sejarah
dijelaskan dari sebab apa, atau apakah kena
wilayah tersebut. Ketika pusat kerajaan Aceh
tembak pula. Tapi walau pun tidak, non-
hijrah ke Keumala (Pidie), solidaritas kerajaan-
aktifnya jenderal Diemont merupakan tokoh
kerajaan kecil di luar Aceh Besar, terutama di
panglima besar yang ke-3 kerugian militer
pantai-pantai, terus-terus secara positif dapat
Belanda. Ia digantikan oleh kolonel
memperteguh daya tahan perjuangan.
(kemudian: jenderal) Karel van der Heijden,
Mengesankan juga bentuk solidaritas yang
seorang militer Belanda yang terkenal ganas
diberikan yang ada kalanya menampakkan
dan buas. Rupanya ia dipilih sengaja
gejala bahwa raja-raja kecil di pantai itu
dipentingkan mentalitas sebagai itu dalam
seolah-olah patah semangat, diketika mereka
menghadapi Aceh. Ia seorang anak Indo dari
rela menandatangani perjanjian politik

Perempuan Perkasa Page 42


ibu di luar nikah (haram zadah) yang lahir di kompi yang masingmasing berjumlah 150.
Betawi tahun 1826, dibawa ayahnya ke Kapal-kapal perang yang didatangkan ke sana
Nederland, dan disekolahkan di sana. Ketika "Metalen Kuis", "Citadel van Antwerpen",
masih berusia 15 tahun sudah masuk serdadu, "Sambas", "Banda", "Amboina", "Palembang",
dan tatkala berada kembali di Betawi mulailah "Watergeus", "Semarang", "Borneo" dan
karirnya sejak dari pangkat sersan. Tahun "Sumatera", tegasnya seluruh kekuatan dari
1849 ia turut memerangi Bali, dan mendapat Aceh Besar. Eskader ini dikepalai oleh kapten-
tanda jasa. Tahun 1872 ia sudah menjadi letnan terzee Van der Hegge-Spies, sementara
letkol dan tahun 1874 turut menyerang untuk divisi pendaratan AL sekuat 300 orang
"Kraton" Aceh (Dalam). Sesudah ditempatkan dipimpin oleh letnan terzee Unlenbeck.
di Semarang (1874) dan di Padang (1875), ia
Setelah disuruh intip lebih dulu ke Samalanga
pun ditugaskan menjadi Gubernur/Panglima
dalam rangka melancarkan agresi ini antara
ke Banda Aceh.
lain lewat seorang pengkhianat bernama
Soetan Maharaja) diketahui oleh Belanda
bahwa pertahanan pantai Samalanga sudah
cukup kuat. Pendeknya pihak Aceh juga sudah
siap menantikan setiap kemungkinan. (Tukang
intip untuk Belanda, Soetan Maharaja,
kemudian telah dibunuh pihak Aceh). Begitu
pun rahasia pertahanan sudah banyak
diketahui oleh Belanda. Kecuali pertahanan
muka di suatu tempat bernama Kiran, maka
oleh spion diberi tahu pula bahwa sejauh 4
Karel van der Heijden – Jenderal Buta Siblah Km dari timur Kiran, cukup baik untuk tempat
Dr. J. Jakobs dalam bukunya menulis tentang pendaratan ("Het Familie en Kampong leven
van der Heijden "Zeker is het dat General van op Groot Atjeh" II,1894 dan "Seketsen uit dan
der Heijden zijn sukses ook hieraan tedanken Atjeh Oorlog" hal 34 oleh J.P.Schoemaken).
had, dat bij ieder kampong die zich onwilling Pihak Aceh siap menanti di Kiran dan di dekat
toonde, zonder pardon met den grond gelijk Kuala Tambora, dari tempat yang tebal
maakte" ("Jelas bahwa sukses van der Heijden semaknya. Mereka membuat ranjau-ranjau
ialah dari caranya menghancurkan kampong perintang. Nyatanya 1 batalyon diserbukan
sekampung yang kelihatan tidak mau tunduk, sekaligus dan pihak Aceh yang berjumlah
hingga rata dengan tanah")1) Blokade seluruh hanya sekitar 40 orang, dalam menghadapi
pantai dijalankannya dengan ketat. Namun ia penyerbuan itu sekaligus memainkan
pun sebetulnya mencerminkan kelemahan kelewangnya. Terjadilah pertempuran sengit.
diri, ketika dalam masanya Habib Abdu'r- Catatan Belanda mengatakan bahwa dalam
Rahman yang tak tahan lama berperang di dua tiga menit saja mereka sudah kejatuhan
pihak Aceh, disogok supaya meninggalkan korban 3 orang tewas dan 9 luka-luka,
perjuangan dan tinggal di Mekkah saja, termasuk seorang letnan, B.M. Leussen.
dengan mendapat pensiun 1000 dollar Ketika datang lagi bala bantuan Belanda dari
sebulan. Ia juga yang akan memprakarsai batalyon ke-8 ternyata sudah kurang sanggup
pembangunan Mesjid Raya. dihadapi oleh Aceh dalam pertempuran,
Rencana pertama dijalankan oleh van der sebab kekuatan musuh sudah luar biasa
Heijden begitu ia menduduki kursi besar. Mereka undur. Mereka mengumpul
gubernur/panglima militer di Banda Aceh kekuatan di Pengilit Tunong, setengah Km ke
adalah untuk menghantam Samalanga, selatan. Dari tempat ini terjadi perlawanan
dengan usaha apa juga. Penyerangan pertama sengit dan sumber Belanda sendiri
pada tahun 1876 terdiri dari 3 batalyon (ke 2, mengatakan bahwa ketika itu Belanda tidak
ke 3 dan ke8) setiap batalyon terdiri dari 3 berhasil maju.

Perempuan Perkasa Page 43


Sehari-harian tidak memberikan hasil sesuatu Mengenai Pocut Meuligoe, kapten Belanda
apa kecuali pasukan-pasukan tetap berada di Schoemaker menulis dalam kesan-kesannya
pantai di mana mereka membangun bivak bahwa tokoh wanita ini adalah anti Belanda
yang posisinya jauh berantara dengan benar-benar. Terkesan dari kalimatnya: "Haar
pertahanan pasukan Aceh. Ketika pihak haat tegen de Nederlanders was zoo groot,
Belanda mengirim utusan yang antara lain dat zij teneinde de weerbare mannen tot den
terdiri dari mayor Inggris Palmer dari India krijgsdienst te verplichten, elke veldarbeid of
Division, supaya diadakan saja perundingan, straffe, van de gruwzaamste en
dijawab tidak diinginkan. Dalam keadaan onmenschelijke wreedheden, verbood.
tenang-tenang, pejuang Aceh tanpa diketahui Voortdurend werden onze vijanden op Groot
telah berhasil merayap sampai 50 langkah Atjeh door haar met geld, oorlogmaterieel en
lagi, yang segera muncul dan mengadakan krijgers bijgestaan, waartoe ruimschoots in
serangan gencar terhadap pasukan Belanda. staat was. In 1876 beproefde onze Regeering
Dalam penyerbuan tiba-tiba banyaklah langs minnelijken weg Samalanga tot de
serdadu "inlander" dari pihak Belanda yang erkenning harer opperheerschappij te
melemparkan senjata sendiri. Bercerita pihak brengen, doch berantwoordde die voorstellen
Belanda: "Een der Atjehsche hoofden, den door op onze oorlogschepen te vuren, en
hoogpriester Oelama een reusachtige vergreep zich dermate, dat het in de nabijheid
gebouwde kerel, was met den bloeddorst eens onzer vlag de brutalste zeerooverij pleegde".
tijgers op den luitenant-ajudant Richells ("Kebenciannya terhadap Belanda sedemikian
toegesprongen en gap hem een geweidiengen besar, terlihat dari perintahnya, bahwa semua
how op het hoofd". (Seorang pemimpin rakyat yang sudah sanggup berperang harus
pejuang Aceh, seorang ulama besar yang masuk berjuang, bahkan untuk keperluan itu
tegap badannya, dengan nafsu yang tak sawah ladang harus ditinggalkan, dan kalau
terkendalikan lagi melompat menyerang tidak bakal dihukum berat. Demikian pula ia
letnan aj.Richello serta memancung (Pocut Meuligoe) dengan terus mengirim
kepalanya"). bantuan dana, alat perang dan sukarelawan
ke Aceh Besar demi membantu perjuangan
Yang dimaksud Belanda dengan ulama besar
Aceh di sana. Samalanga dapat melakukan
itu ialah tokoh ulama di Samalanga bernama
begitu karena perdagangan ekspornya ke luar
Haji Ahmad. Baiklah dicatat bahwa
berkembang bagus dan letaknya pun untuk
pemerintahan Samalanga dewasa itu dipimpin
keperluan tersebut cukup menguntungkan.
oleh tokoh wanita bernama Pocut Meuligoe.
"Di tahun 1876 kita (Belanda) telah mencoba
Ia mewakili saudaranya Teuku Chi' Bugis, yang
usaha supaya Samalanga mengakui pertuanan
sejak tahun 1857 menggantikan Kejuruan
kita, tapi jawabnya ialah mereka menembaki
Tjhi'. Ia sebenarnya sekedar menguasai
kapal-kapal perang kita bahkan di dekat
sebelah barat Samalanga dan Teuku Muda
bendera kita sendiri mereka melakukan
menguasai sebelah timur. Lama kelamaan de
pembajakan paling kurang ajar."
fakto atas bagian timur dikuasai oleh Kejuruan
Tjhi' sampai masa ia diganti oleh saudaranya Jelas cukup teguh pendirian Samalanga dan
Teuku Tjhi' Bugis. Setelah masuk ke Aceh diperhatikan dari setahun sebelumnya di
Besar di tahun 1874, Belanda ada juga mana pihak Samalanga telah tidak
mencoba mengadu domba untuk menggubris permintaan Belanda bahkan
memungkinkan kembalinya tokoh yang menembaki kapal perang dan mengadakan
mengaku waris Teuku Muda, tapi karena penyerobotan dekat hidung Belanda, dapat
wibawa Pocut Meuligoe cukup menentukan dipahami bahwa orang Samalanga merasa
dan populer pula, hilanglah harapan Belanda cukup mampu menghadapi agresi Belanda.
untuk mendapatkan imbangan yang
Sebagai diketahui sejak tahun 1874 Banda
mengharapkan agar dengan cara murah
Aceh sudah dirobah oleh Belanda namanya
sebagai itu bisa memantapkan penjajahan di
menjadi Kutaraja tidak berapa lama setelah
Samalanga.

Perempuan Perkasa Page 44


Dalam ("Kraton") dikuasai olehnya, dan penasihat utamanya yang berpengaruh
menghadapi kuantitas pasukan darat dan laut Pocut Meuligoe) supaya diadakan
Belanda yang diperhitungkan bahwa melalui perunDhiengan, tapi posisi yang masih kuat
perusakan pantai dengan meriam-meriam dari pihak Samalanga tentu saja membuat
kapal perang Belanda, pihak penyerang tentu mereka tidak menggubris keinginan itu.
akan berhasil mendaratkan pasukannya, maka
Dari jalannya penyerangan memang terlihat
sendirinyalah perlawanan aktif akan baru
betapa tersusunnya Belanda mengatur
dapat berlangsung ketika Belanda sudah
barisan, yang langsung di bawah pimpinan
mendarat atau memajukan pasukannya.
panglima, kolonel van der Heijden sendiri.
Dalam hubungan ini terkesan pula bahwa Tapi pertahanan pihak Samalanga juga cukup
pihak berkuasa Samalanga (Chi' Bugis dan rapi, sehingga Belanda harus menyabung
Pocut Meuligoe) mungkin nanti akan nyawa dan menderita banyak korban lebih
menggunakan jalan diplomasi jika Belanda dulu sebelum berhasil merebut salah satu
berhasil maju menguasai pertahanan- perkubuan dan ranjau-ranjau, kawat duri,
pertahanan berlapis yang mulai dari Tembua bamboo duri dan sebagainya, untuk akhirnya
menuju pertahanan induk Elang Temulit, menguasai Blang Temulit.
untuk seterusnya mendatangi Balai, sektor
Hasil penyerangan Belanda dengan
kedudukan pihak Aceh. Di samping itu pihak
menyerbukan 3 batalyon tentara plus pasukan
ulama dan rakyat akan meneruskan
marine, plus pasukan meriam besar, plus 900
perlawanan, bilamana tempat berpijak harus
orang-orang hukuman di bawah pimpinan
melalui diplomasi tidak diperoleh. Untuk ini
kapten ("Dracula") Kauffman, direktur penjara
telah diperhitungkan oleh rakyat Samalanga
Belanda, masih harus dicatat sebagai "nol"
kekuatan yang menentukan adalah: benteng
walaupun pertahanan terkuat waktu itu Blang
Bate Ilie yang terletak di bukit di luar pekan
Temulit berhasil direbut oleh Belanda.
Samalanga. Benteng ini sudah dibangun dan
Sebabnya nol karena pimpinan perang
diperteguh oleh massa penduduk sejak
mereka sendiri, Kolonel van der Heijden
beberapa lama. Mereka yakini akan dapat
mendapat lukaluka berat dan sebelah mata
menghadapi serbuan Belanda betapa kuat
kirinya ditembus pelor ketika mereka
sekali pun. / Sebagai terkesan di atas bahwa
memperguletkan mati-matian untuk merebut
dalam pertempuran permulaan tewas Haji
Blang Timulir itu. Selain itu seorang perwira
Ahmad, ulama terkemuka di Samalanga. Ini
tinggi memimpin kolonne, mayor Dompselar,
pun bukti bahwa ulama dan rakyat memegang
bahkan letkol Meijer sendiri, ditambahi
peranan inti dalam perlawanan menghadapi
dengan beberapa perwira serta kerugian
agresi Belanda tersebut di sana.
beratur-ratus serdadunya yang tewas dan
Kielstra menceritakan panjang dan terperinci luka-luka berat yang harus diangkut secara
mengenai pertempuran Aceh/Belanda dalam terburu-buru dengan kapal rumah sakit
merebut atau mempertahankan keping demi (ziekenschip), telah menjelaskan bahwa hasil
keping tanah Samalanga, sebagaimana memerangi Samalanga telah menimbulkan
diuraikannya sejak mulai pasukan didaratkan. kerugian materiil tidak sedikit bagi Belanda.
Tiga kolone pasukan dilempar ke Samalanga Operasi harus dihentikan hingga di situ,
yang merupakan bagian terbesar pasukan sedangkan benteng Bate Ilie masih belum
pendudukan Belanda di Aceh Besar, jelas sanggup Belanda mendekati.
merupakan spekulasi yang membahayakan
Tanggal 1 September 1877 panglima yang
Belanda sendiri, terutama jika akibatnya akan
luka, colonel van der Heijden sudah
menghasilkan kegagalan. Bila terjadi
diberangkatkan ke Banda Aceh. 17 September
demikian, perlawanan di Aceh Besar tentu
barulah Teuku Chi' datang ke bivak Belanda
akan membesar kembali. ItiL-sebabnya
untuk mengadakan persetujuan. Ini berarti
disamping mengadakan penyerbuan Belanda
bahwa serangan yang sudah mulai
mengirim utusan kepada raja (T. Chi' Bugis
dilancarkan sejak tanggal 1 Agustus 1877

Perempuan Perkasa Page 45


dengan pertempuran yang berkecamuk perlawanan di Aceh Besar sendiri. Tapi
selama sebulan, telah diakhiri hanya dengan pembesar sipil Belanda yang diminta
perundingan sejak tanggal 17 September pendapatnya mendesak supaya ekspedisi
sampai dengan awal Oktober, di mana dilancarkan sekarang juga. Sebagai alasan
sebagai hasilnya: Belanda puas dengan dikemukakannya bahwa baik T.Tji' Bugis
penyerahan dan penaikan benderanya di maupun Pocut Meuligoe bukanlah teman
Samalanga, tanpa mencampuri kekuasaan Belanda dan kalau pun mereka dapat diajak
apa-apa, di samping pihak Samalanga bebas bersahabat dengan Belanda, rakyat
'Beberapa waktu kemudian van der Heijden Samalanga tidak akan patuh kepada mereka.
sembuh tapi mata sebelah kirinya bolong, Insiden terhadap Woortman itu, demikian
sejak itu ia digelari oleh orang Aceh: Jenderal pembesar sipil Belanda tersebut, adalah bukti
Mata Satu. terus melancarkan perdagangan bahwa penduduk bisa saja bertindak sendiri.
impor ekspornya. Benteng Batee Ilie dari Karena itu, van der Heijden merobah
pihak Samalanga tidak mendapat gangguan putusannya. Ia menyetujui dilancarkannya
apa-apa, masih berdaulat penuh dengan ekspedisi ke-2 ke Samalanga, dan begitu
kebanggaan benderanya di bukit. Inilah dalam cepatnya keputusan diambil, tanggal 13 Juli
catatan sejarah disebut sebagai "de echec van 1880, suatu ekspedisi di bawah mayor
Samalanga" alias kegagalan ke-I dari Kolonel Schmilau dibantu mayor van Steenvelt
van der Heijden. berkekuatan 1 kompi Belanda, 1 kompi
Inlander dari batalyon ke 14, 1 kompi Ambon
Sebagai ternyata kemudian hingga mencapai
dari batalyon ke 3 dan 1 kompi campuran dari
3 tahun, baik Chi' Bugis maupun Pocut sendiri
batalyon ke 14 garnizun, semuanya 32
tidak mengadakan kontak apa-apa dengan
perwira dan 1200 bawahan, diberangkatkan
Belanda, walau pun Belanda menempatkan
bersama barisan meriam, genie, kesehatan
pos militernya dipantai yang direbutnya
dan sebagainya, menuju Samalanga. Turut
semula. Kekuatan pasukan besar yang
serta Panglima Tibang, bekas pembesar Sultan
dikembalikan lagi ke ibukota membuat
yang menyeleweng dengan Tuku Nya' Lehman
Samalanga bebas bergerak sebagai biasa,
sebagai jurubahasa dan penunjuk jalan.
tanpa kontrol militer Belanda.
Ekspedisi sudah tiba pagi 14 Juli dengan kapal-
Kubu Batee Ilie
kapal perang yang dilabuhkan dipantai sejauh
Selama 3 tahun sejak penyerangan pertama 400 kaki di sebelah barat kuala Samalanga,
Belanda ke Samalanga suasana agak sepi, siap untuk menghunjamkan peluru
tiba-tiba Belanda menampakkan diri dengan meriammeriamnya ke pantai jika diperlukan.
suatu propokasi memancing pertikaian. Semula Belanda mengadakan hubungan
Tanggal 30 Juni 1880, letnan Belanda van dengan T. Tji' Bugis, Pocut Meuligoe, Teuku
Woortman dengan pasukannya sebanyak 65 Bentara Cut keponakan Pocut Meuligoe, dan
orang memasuki kampung yang belum pernah tokoh-tokoh Samalanga lainnya melalui
dilakukan oleh Belanda selama 3 tahun. jurubasa atau penghubung yang dibawa dari
Sebagai lumrahnya, segeralah timbul Banda Aceh, tapi tidak satu pun yang bersedia
kecurigaan penduduk dan karenanya untuk bertemu, karena rupanya pejuang-
terjadilah pengepungan oleh penduduk pejuang Samalanga dengan mengharapkan
setempat ketika Woortman dan pasukan tiba kekuatan Batee Ilienya sudah siap
di Tjok Merak. Dalam kerugian beberapan menghadapi serangan Belanda tidak soal
serdadu tewas dan luka-luka, Belanda buru- betapa besar.
buru menyelamatkan diri dan kembali ke
Walaupun sikap raja-raja tersebut tidak
tangsinya. Setelah insiden ini disampaikan ke
menyenangkan Belanda, tapi pihak militernya
Banda Aceh, van der Heijden mulanya
waktu itu tidak mengambil sesuatu tindakan
berpendapat belum waktunya untuk
nyata terhadap mereka. Maksudnya supaya
mendatangkan ekspedisi ke Samalanga,
jangan sampai menimbulkan kegelisahan
mengingat kerepotannya menghadapi

Perempuan Perkasa Page 46


rakyat tersebut. Belanda seolah-olah hendak mengguntur dan menghujan derasnya pelor
menunjukkan bahwa yang akan ditindak dan panah diserangkan kepada pasukan kita,
Belanda adalah terhadap pejuang-pejuang mereka terus maju." Tapi sekedar hingga
Aceh bersenjata yang taDhienya (tanggal 30 pagar pengempang (versperring) saja, tidak
Juni) telah melakukan serangan kepada lagi dapat diteruskan gerak maju. Pagar
patroli Woortman. Maka kedatangan bambu berduri yang tumbuh merupakan
ekspedisi itu adalah khusus untuk hutan yang tak dapat dilalui, dicelahi dengan
"menghukum" siapa yang melakukan. Dan bambu diruncingi tajam sengaja ditanamkan.
untuk ini sasaran ditujukan kepada penghuni Rintangan sebagai ini tidak mungkin dirusak
(pejuang-pejuang) yang kini berkubu di Batee dengan tembakan meriam apalagi untuk
Ilie, karena dari sanalah diketahui datangnya dipotong dengan pedang apa juga. Ketika
serangan. seorang perwira membawa pasukannya
menerobos rintangan sebagai itu dari sebelah
Dengan begitu Belanda bisa bebas
selatan, mereka dihujani tembakan oleh pihak
memusatkan sasarannya ke Batee Ilie
Aceh, sehingga konyol. Dari sebelah barat
sedangkan penduduk Samalanga dan di pantai
juga dilakukan percobaan sama, tapi mereka
diharapkan oleh Belanda supaya "menonton"
cepat saja "dihabiskan" oleh pejuang Aceh.
saja. Batee Ilie merupakan sebuah kampung
Barisan pembantu yang datang menolong
yang dibentengi kuat, jaraknya dari tangsi
korban dihujani batu besar-besar, banyaklah
Belanda 1 Vi jam perjalanan, di sebelah
mereka yang pecah kepalanya atau pingsan.
tenggara Aramaneh, terpisah dengan
Ketika pasukan induk coba maju, pasukan
lapangan luas. Seterusnya menanjak ke bukit
pejuang Aceh yang tiba-tiba muncul dari
di mana Batee Ilie terletak. Di sebelah selatan
belakang bukit mengadakan serangan
Batee Ilie diperlindungi pagar-pagar dari
klewang mendadak, membuat Belanda lagi-
bambu berduri, dan di kedua ujung utaranya
lagi menderita korban. Kata Schumacher "De
dikelilingi oleh kubu-kubu. Sebelah selatan
strijd, die nu algemeen was, had voor de
yang menanjak dilindungi pula oleh dua kubu.
onzen ontzaglijke nadeel", (Pertempuran
Laporan yang diterima oleh Belanda
tersebut yang sudah main habis-habisan,
mengatakan bahwa Batee Ilie ini dikawal oleh
telah menimbulkan kerugian besar di pihak
sejumlah 4 a 500 prajurit Aceh, lengkap
kita (Belanda).
dengan senjata cukup, senapang dan peluru.
Tanpa jemu-jemu dan tanpa kapok dengan
Tanggal 15 Juli pasukan Belanda mulai
korban besar itu, Belanda terus menyerbu,
bergerak menuju kubu Batee Ilie tersebut.
tapi pengakuan Schoemaker: "Nogmaals en
Dalam perjalanan ke sana dan ketika tiba di
nogmaals werd stormgelopen, maar steeds
dekat Melun, pasukan bertemu dengan Pocut
onze dapperen genoodzaakt terug te trekken."
Meuligoe, tanpa banyak bicara kepadanya
(Lagi sekali dan lagi sekali diulang menyerbu
diberitahu bahwa Melun itu diduduki oleh
tapi terus-terus saja pasukan kita = Belanda,
pasukan penyerang sebagai basis untuk
yang gagah berani itu, terpaksa mundur).
memerangi Batee Ilie. Ketika bergerak maju
Sambungnya "Serangan yang paling gagah
dan mulai menaik arah kubu maka bagian
berani dari infanteri Belanda yang berulang-
muka yang lemah diserang sekaligus dikuasai
ulang dilakukan tidak memungkinkan mereka
oleh Belanda. Tapi mendadak ia mendapat
untuk melewati hampangan atau menguasai
hantaman sehingga menewaskan beberapa
perkebunan di depan benteng, sehingga
orang serdadunya. Bertubi-tubi mulai Belanda
karenanya komandan Schmilau memutuskan
menggunakan artilerinya, tapi ketika
untuk retraite (undur)". Pekerjaan ini pun
mendekat cukup untuk menghunjamkan
sukar dilakukan lebih-lebih ketika mereka
serangan seterusnya maka di situ Belanda
sambil undur sambil harus menolong pasukan
mengalami kegagalan untuk maju, sekali pun
yang luka. Pasukan Belanda yang mundur
dipergunakan taktik penyerangan dari semua
sampai ke Merak dan istirahat di sana sampai
jurusan. Shoemaker bercerita, "walaupun
lusanya antara lain juga menanamkan mayat-

Perempuan Perkasa Page 47


mayat mereka, mengulangi kembali serbuan bahwa ada juga gunanya membiarkan mereka
ke-2 nya tanggal 17 Juli. memerintah terus di Samalanga, tidak usah
pun dapat direbut benteng dan kampong
Sekali ini Teuku Chi' Bugis meminta ikut serta
Batee Ilie. Dalam pembicaraan-pembicaraan
dalam pasukan penyerbuan Belanda, tapi
waktu itu Belanda memperoleh informasi
Teuku ini rupanya menyesatkan arah pasukan
bahwa benteng Aceh di Batee Ilie ketika itu
Belanda itu sehingga terjebak dengan pasukan
adalah berada langsung di bawah pimpinan
Aceh yang jumlah besar, sedang mengendap.
Habib Bramin. Belanda menaksir bahwa
Aceh menyerang pasukan ini, Belanda
kekuatan di benteng Aceh yang tersohor itu
buruburu undur. Karena "pengibulan" ini,
mencapai 16.000 prajurit. Pada hemat penulis
Teuku Chi' Bugis segera ditangkap oleh
tentu jauh di bawah itu, karena jumlah
Belanda, hari itu juga diberangkatkan ke
seluruh penduduk wilayah Samalanga saja
Banda Aceh dengan dikawal 25 serdadu
dewasa itu tidak lebih dari 30.000. Jangan
Belanda, untuk ditindak. Penyerbuan ulang
bayangkan bagaimana pula menyediakan atau
yang dilakukan lagi, juga tidak menghasilkan
mengantar bahan makanan/perbekalan ke
apa-apa, selain menambah kerugian jiwa
bukit tersebut. Taksiran tepat tidak akan lebih
pasukan Belanda sendiri. Akhirnya diputuskan
dari 1000 prajurit. Dalam kesempatan berada
oleh Belanda untuk menghentikan
di Samalanga, van der Heijden mencoba
penyerbuan, sampai menunggu masa
kembali memimpin penyerangan terhadap
ketibaan jenderal van der Heijden sendiri yang
Batee Ilie dengan melemparkan sebanyak 900
ditunggu berada di Samalanga, tanggal 22 Juli.
serdadunya. Banyak pula korban mereka
Pada kesempatan ini Pocut Meuligoe karenanya, dan lagi-lagi untuk ke-3 kalinya
menemui jenderal van der Heijden, yang van der Heijden gagal total.
rupanya membawa kembali Teuku Chi' Bugis
Sebagai diketahui hingga tahun 1901, sesudah
dari Banda Aceh. Berhubung karena rakyat
jenderal van Heutsz mengangkut pasukan
Samalanga mendukung kedua mereka maka
meriamnya ke sana, barulah Batee Ilie itu
van der Heijden berkesimpulan lebih baik
jatuh. Tigapuluh tahun bertahan, satu
tidak menindak Teuku Chi' Bugis walau pun
keajaiban dalam daya tahan rakyat Samalanga
diketahui bahwa ia sudah mengibuli pasukan
yang berjuang demi kemerdekaan wilayah
Belanda ketika hendak menyerbu ke Batee
tersebut dari agresi Belanda.
Ilie. Rupanya minimal diperhitungkan Belanda

1901, Van Heutsz memimpin serangan ke benteng Batee Iliek, Samalanga

Perempuan Perkasa Page 48


POCUT DI RAMBONG
(Laporan Kolonial, September 1898)
Dalam IX Mukim Keumangan keadaan masih Van Heutz memutuskan untuk kembali ke Sigli
tidak bersih. T. Bentara Keumangan (Potjoet pada 2 September 1898 untuk secepatnya
Abdo Lateh) yang sangat tua kini sakit-sakitan meluncurkan ekskursi ke Keumangan, demi
dan tidak banyak berusaha untuk menjaga menciptakan ketertiban dan menghindari
keamanan dan ketertiban dalam daerahnya. persoalan politik yang mungkin terjadi.
Menantunya T. Ben Peukan (Meureudu),
Pada 3 September 1898 ia menyusun colone
seorang pemimpin penjahat yang terkenal,
yang terdiri dari 2 pel. Cav.-De Divisie Mar.
disambut dengan hangat di IX Mukim oleh
Dengan serangan mendadak dan hati-hati
janda dari Oelèebalang sebelumnya (Potjoet
oleh Cdt. der Mar di Koeta Rambong dan
Osjman) yang bernama Potjoet Di Rambong.
Beureunoen, berhasil ditangkap: T. Bentara
Dia sangat bermusuhan terhadap Pemerintah
Gloempang Pajong (Sulaiman), Potjoet Di
dan mempunyai pengaruh luar biasa
Rambong, Tjoet Manjak (isteri dari T. Ben
(overheerschenden) terhadap para pemimpin
Peukan Meureudu).
dan penduduk dalam daerah itu. Karena itu

Keumangan Oesen, Potjoet Di Rambong (Raimah), Potjoet Manjak dan T Bentara Geulumpang Pajong

Van Heutsz kembali dari perjalanan dan T. Bentara Gloempang Pajong dan Potjoet di
sangat terkesan dengan hasil tangkapan yang Rambong.
dilakukan Marechausse ini, yang sebagian
Sesudah pemeriksaan mendalam di kediaman
besar berkat jasa Dr. Snouck Hurgronje, yang
Teungkoe Gadé (Teupin Raya) didapatkan 20
dengan krani nya seorang Atjeh telah berhasil
pucuk senjata dan amunisi, 1.800 dollar
untuk mencuri dengar tempat persembunyian
Spanyol dan perhiasan emas seharga 3.600
dollar. Untuk pertama kali terungkap bahwa

Perempuan Perkasa Page 49


pengaruh Potjoet di Rambong pada almarhum T. Didoh), T. Oema Rambong
pemimpin-pemimpin lebih besar dari yang (kemenakan dan ahli waris Potjoet Di
disangka oleh Pemerintah. Rambong), T. Bentara Pineueng, Tgk. Gadé
van Teupin Raja dan lain-lain, Van Heutsz
T Bentara Keumangan yang sakit-sakitan
menyatakan didepan Potjoet Di Rambong,
diangkut dengan tandu ke Sigli dan dengan
bahwa mereka tidak akan dibebaskan
pemimpin-pemimpin yang lain ia memberikan
sebelum uang tebusan sebesar f 25000
penghormatan bagi Potjoet di Rambong.
dibayarkan.
Semua berusaha untuk membebaskannya.
Dalam pertemuan pemimpin-pemimpin yang Pada 14 September Potjoet di Rambong dan
dihadiri oleh T. Bentara Keumangan, anaknya Tjoet Manjak dibawa ke Koeta Radja untuk
T. Hoesin di Rambong, T. di Raboh (anak dari ditahan disana”

Potjoet Di Rambong (Raimah) dan Potjoet Manjak dalam pengasingan di Kuraraja (Keudah)

Untuk pelepasan Tjoet Manja, putri T.


Bentara Keumangan (Potjoet Abdo Lateh),
yang ditangkap bersama bersama-sama
dengan Potjoet Di Rambong, sesuai dengan Teuku Keumangan Oesen ,pada tahun 1903
persyaratan yang diajukan sebelumya, ditangkap dan diadili dan dihukum buang ke
diharuskan untuk bercerai dengan T. Ben Bandung selama 20 tahun; dan meninggal
Peukan Meureudoe. Perceraian ini disetujui
sekitar 6 bulan setelah pembuangannya”.
oleh T. Bentara Keumangan (Potjoet Abdo
Lateh) dan Tjoet Manjak kemudian
dibebaskan”

Perempuan Perkasa Page 50


POCUT MEURAH PAKEH
Diceritakan kepada cucunya Tengku Asma
Pocut Meurah Pakeh adalah permaisuri Keucek (adik dari Tuank Hasyim Banta
Sultan Mahmud Syah yang menjadi Sultan Muda) yang dikenal sebagai Panglima Prang.
pada saat Belanda menyerang Aceh pada
Selama 30 tahun (sampai dengan tahun
tahun 1873. Pocut Meurah adalah anak dari
1903) Pocut Meurah dan rombongan
uleebalang XII Mukim Pidie, Teuku Pakeh
mengikuti Sultan Muh Daudsyah dan hidup
Dalam yang mengirimkan 500 pasukan
dalam pelarian dan berpindah-pindah
untuk membantu Sultan (menantunya)
tempat diseluruh Aceh. Dalam rombongan
untuk mempertahankan kraton dari serbuan
besar, mereka membangun rumah-rumah
Belanda (Januari 1874). Beliau berusia
sederhana dan tetap bercocok tanam, untuk
sangat lanjut dan wafat pada usia >90 tahun
kemudian ditinggalkan karena sudah
(pada tahun 1955) dan sering dijadikan nara
diketahui oleh Belanda. Selama dalam
sumber oleh penulis Belanda (al. Veltman).
pelarian ini, Pocut Meurah dan Tuanku
Pocut Meurah sebagi permaisuri Sultan Mahmud, dikaruniai 5 orang anak, yaitu:
Aceh, tinggal di Kraton sebelum dan pada
1. Tengku Jam
saat penyerangan oleh Belanda, jadi beliau 2. Tengku Raden Mas
merupakan saksi mata kehidupan didalam 3. Tuanku Pangeran Husen
keraton, sebelum serangan Belanda. 4. Tuanku Johan Ali
Menurut keterangan, kraton terakhir 5. Tengku Gamba
sebelum dibumi hanguskan oleh Belanda, Setelah kembali ke Kutaraja/Banda Aceh,
masih relatif baru, dan berada dilokasi mereka kembali dikaruniai 2 anak, yaitu:
pendopo yang dibangun oleh pemerintah 6. Tengku Mehran
Belanda pada tahun 1880, setelah 7. Tengku Cek
menghancurkan keraton lama. Setelah 30 tahun hidup dalam hutan dan
Pocut Meurah pada saat tinggal di Keudah, berpindah-pindah tempat dalam perjuangan,
Banda Aceh, (tahun 1903-195???) sering pada tahun 1903, Pocut Meurah dan
mengumpulkan keluarganya untuk diberi suaminya Tuanku Mahmud menyerah dan
kembali ke Banda Aceh . Kemudian Tuanku
nasehat dan menceritakan peristiwa-
Mahmud dan Pocut Meurah diasingkan ke
peristiwa yang dialami beliau selama
Jakarta (tahun???). Mereka berhasil
peperangan.
“menyogok” pejabat Belanda di Jakarta
Setelah penyerbuan Belanda yang berhasil sehingga masa pengasingan di Jakarta tidak
merebut keraton pada 24 Januari 1874, berlangsung lama, dan mereka dikembalikan
keluarga istana tercerai berai dan ke Banda Aceh (tahun???).
mengungsi ke berbagai tempat di Aceh. Di Banda Aceh Pocut Meurah tinggal di
Sultan Mahmud Syah wafat karena serangan Keudah. Anaknya Tuanku Johan Ali bersama
kolera pada 29 Januari 1874 dan Pocut Aisyah tinggal di Blower dan Tuanku
dimakamkan di Pagar Ayer. Raja Ibrahim bersama keluarga di RRI (tahun
???). Pada saat itu Tengku Ainon, Tengku
Dalam pengungsian ini Pocut Meurah
Asma, Tengku Putroe Syafiatuddin dan
menikah dengan salah satu keluarga
Tengku Putroe Darma Kasmi berusia belasan
kesultanan, yaitu Tuanku Mahmud Banta tahun dan masih bersekolah menengah.

Perempuan Perkasa Page 51


Pada setiap hari libur, Pocut Meurah Syafiatuddin, secara berbeda. Tengku
mengumpulkan keluarga dan menceritakan Putroe Syafiatuddin harus duduk secara
masa-masa pelariannya di hutan. terpisah dan ditempat yang lebih baik dan
mendapat kesempatan makan terlebih
Dalam pertemuan-pertemuan tersebut,
dahulu. Secara tidak langsung, beliau telah
Pocut Meurah selalu membedakan
mendidik keluarganya tentang tata krama
perlakuan terhadap Tengku Putroe
dan hirarki kesultanan, meskipun diluar itu
Syafiatuddin, yang merupakan cucu tertua
mereka kembali diperlakukan sama seperti
dari Sultan Muhammmad Daud Syah, dan
anak-anak yang lain.
mendidik keluarga yang lain untuk meng-
istimewakan Tengku Putroe Syafiatuddin. Pocut Meurah wafat pada tahun 1955 dalam
Meskipun beliau sendiri merupakan janda usia yang cukup lanjut dan sering menjadi
dari mantan Sultan Mahmud Syah, beliau nara sumber dari penulis Belanda, seperti TJ
memperlakukan Tengku Putroe Veltma.

Pocut Cot Murong, Tuanku Raja Ibrahim dan Pocut Meurah Pakeh

Makam Pocut Meurah Pakeh di Keudah

Perempuan Perkasa Page 52


Dô Da Idi

Lagu Dô Da Idi merupakan lagu nina bobo (lullaby) versi bahasa Aceh. Dô da berasal dari
kata peudôda yang berarti bergoyang, dan idi berarti berayun.
Nyanyian ini merupakan pendidikan karakter yang diberikan oleh perempuan Aceh kepada
anak-anaknya pada usia yang sangat dini, dan sekaligus merupan doa bagi anak-anaknya.

Allah hai dô dô da idi Allah hai dô dô da idi


Boh gadông bi boh kayèe uteun Buah gadung dan buah-buahan dari hutan
Rayek sinyak hana peu ma bri Cepat besar anakku, tapi tak ada yang dapat ibu berikan
‘Ayéb ngön keuji ureueng dônya kheun Aib dan keji yang dikatakan orang-orang

Allah hai dô dô da idang Allah hai dô dô da idang


Seulayang blang ka putôh taloe Layang-layang di sawah telah putus talinya
Beurijang rayek muda seudang Cepatlah besar anakku, oh, pemuda!
Tajak bantu prang tabila nanggroe Ikut bantu berperang untuk membela bangsa

Wahé aneuek bek taduek lé Bangunlah anakku, janganlah duduk lagi


Beudöh saré tabila bansa Berdiri bersama, pertahankan bangsa
Bèk tatakot keu darah ilé Jangan pernah takut walaupun darah harus mengalir
Adak pih maté poma ka rèla Sekiranya engkau mati, ibu telah rela

Jak lôn tatèh, meujak lon tatèh Mari ibu latih kamu berjalan
Beudoh hai aneuek tajak u Acèh Bangunlah anakku, mari pergi ke ibukota
Meubèe bak ôn ka meubèe timphan Sudah tercium wangi daun dari timphan
Meubèe badan bak sinyak Acèh Seperti wangi tubuh anak Aceh

Allah hai Po Ilahon hak Allah Sang Pencipta yang punya kehendak
Gampông jarak han trôh lôn woe Kampung(ku) jauh, tak mampu pulang
Adak na bulèe ulon teureubang Seandainya (aku) punya bulu untuk terbang
Mangat rijang trôk u nanggroe Supaya lekas sampai ke nanggroe (= Aceh)

Allah hai jak lôn timang preuek Kemarilah, nak, agar dapat kutimang
Sayang riyeuk jisipreuek panté Sayang ombak memecah pantai
‘Oh rayek sinyak nyang puteh meupreuek Jika anak(ku) yang putih ini sudah besar
Töh sinaleuek gata boh haté Di manakah kau akan berada nanti, anakku?

Perempuan Perkasa Page 53


Buleleng, 10 November 2020

Dikumpulkan oleh:
Teuku Otman
otman.otto@gmail.com

Didedikasikan untuk almarhumah ibunda


Pocut Nuraimah binti Teuku Keumangan Pocut Umar,
dan semua “inong” Aceh yang perkasa.

TERBATAS HANYA UNTUK KELUARGA

Perempuan Perkasa Page 54

Anda mungkin juga menyukai