Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN AKHIR

DEPARTEMEN ANAK

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI


Ny. A DENGAN KASUS ASFIKSIA SEDANG DAN HIPOTERMIA
DI RUANG PERINATOLOGI RSD dr. SOEBANDI KABUPATEN JEMBER

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Tugas di Stase


Keperawatan Anak

OLEH:
Anis Dwi Aisah, S.Kep
NIM. 2001031011

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2021

i
HALAMAN PERSETUJUAN
Asuhan Keperawatan pada Bayi Ny. A dengan Asfiksia Sedang dan Hipotermia di
Ruang Perinatologi RSD Dr. Soebandi Kabupaten Jember, telah dilaksanakan pada
tanggal 09 April 2021, oleh mahasiswa Praktik Profesi Ners:

Oleh
Nama : Anis Dwi Aisah, S.Kep
Nim : 2001031011

Jember, 09 April2021

Pembimbing Ruangan Pembimbing Akademik

Ns. Purgaryantyas Subyantoro, S.Kep Ns. Zuhrotul Eka Yulis A, S.Kep., M.Kes
NIP. 19270626 199603 2003 NPK. 19850717 1 1503619

Kepala Ruangan PJMK Departemen

Ns. Purgaryantyas Subyantoro, S.Kep Ns. Zuhrotul Eka Yulis A, S.Kep., M.Kes
NIP. 19270626 199603 2003 NPK. 19850717 1 1503619

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
LEMBAR PRSETUJUAN.......................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang ……………………………………………………….1
B. Rumusan masalah ...………………………………………………………3
C. Tujuan ………………………………………………………………..3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................4
A. Definisi …………………………………………………………………..4
B. Etiologi …………………………………………………………………4
C. Manifestasi Klinis ………………………………………………………...5
D. Klasifikasi …………………………………………………………….5
E. Komplikasi ………………………………………………………….6
F. Pemeriksaan diagnostic …………………………………………….6
G. Penatalaksanaan ………………………………………………………..6
H. Patofisiologi …….………………………………………………….7
I. Pelaksanaan Resusitasi ……………………………………………...8
J. Konsep Asuhan Keperawatan ……………………………………...12
K. Pathway Kasus ………………………………………………….......16
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................................17
A. Pengkajian …………………………………………………………..17
B. Diagnosa Keperawatan ……………………………………………..22
C. Rencana Tindakan ………………………………………………….24
D. Implementasi ……………………………………………………….28
E. Evaluasi …………………………………………………………….29
BAB IV PEMBAHASAN........................................................................................31
BAB V PENUTUP...................................................................................................37
A. Kesimpulan ………………………………………………………… 37
B. Saran ………………………………………………………………. 37

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indicator penting
dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat. Berdasarkan survey
Demografi kesehtan Indonesia (SDKI) tahun 2010, bahwa AKB pada tahun
2010 sebesar 34/1000 kelahiran hidup, tahun 2011 sebesar 11/1000 kelhairan
hidup. Tahun 2012, 32/1000 kelahiran hidup, mengalami penurunan dari
2010 dan sebanyak 47% meninggal pada masa neonates. Indikator AKB
dalam millennium developments goals (MDGs) yaitu 23/1000 kelahiran
hidup pada tahun 2015. untuk mencapai targer ini salah satu upaya yang
dilakukan adalah program jaminan persalinan, yang hal ini menyebabkan
meningkatnya jumlah persalinan masih sangat terbatas. Penyebab kematian
Bayi baru lahir (BBL) diantaranya adalah Asfiksia (27%) yang merupakan
penyebab ke 2 setelah bayi berat lahir rendah (BBLR).
Asfiksia adalah keadaan neonatus yang gagal bernapas secara
sepontan dan teratur saat lahir atau beberapa saat setelah lahir sehingga
mengakibatkan kurangnya oksigen atau perfusi jaringan ditandai dengan
hipoksia, hiperkarbi, dan asidosis (Sarosa et al., 2011). Keadaan asfiksia
mengakibatkan kerusakan pada beberapa jaringan dan organ dalam tubuh,
yaitu : ginjal (50%), sistem saraf pusat (28%), sistem kardiovaskuler (25%)
dan paru-paru (23%) (Radityo et al., 2007). Kerusakan pada sistem saraf
pusat pada bayi dengan riwayat asfiksi sedang sampai berat dapat
mengakibatkan perlambatan perkembangan bayi (Hutahean, 2007).
Berdasarkan penelitian didapati angka kejadian kematian bayi
mencapai angka 1 juta bayi mati karena komplikasi asfiksia neonatorum
(Radityo et al., 2011). Masalah perkembangan pada bayi juga terjadi di
negara berkembang seperti keterlambatan motorik, berbahasa, perilaku, dan
dalam beberapa tahun terakhir semakin meningkat angka kejadian di Amerika
Serikat berkisar 12-16%, Thailand 24%, Argentina 22% dan di Indonesia
sendiri 13%-18% (Dhamayanti, 2006). Negara Amerika Serikat menurut
National Center for Health Statistics (NCHS) asfiksia neonatorum
mengakibatkan 14 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Pada negara

1
2

berkembang lainnya kurang lebih 4 juta bayi baru lahir menderita asfiksia
sedang atau berat dan 20% diantaranya meninggal dunia. Kasus asfiksia di
Indonesia kurang lebih 40 per 1.000 kelahiran hidup, secara keseluruhan
110.000 neonatus meninggal setiap tahunnya karena asfiksia (Dewi, 2005).
Salah satu dampak jangka panjang yang mungkin disebabkan oleh asfiksia
adalah gangguan tumbuh kembang yang disebabkan karena adanya kerusakan
pada otak (Mulidah et al., 2006). Kondisi ini dapat mengakibatkan
perlambatan tumbuh kembang bayiatau bahkan dapat menderita kecacatan
seumur hidup (Hutahean, 2007).
Beberapa factor yang diketahui dapatmenyebabkan terjadinya
Asfiksia pada bayi baru lahir adalah factor ibu, tali pusat bayi. Faktor ibu
yaitu preeklamsia dan eklamsia, perdarahan abnormal yaitu plasenta previa
atau solusio plasenta, partus lama, demam selama persalinan, kehamilan
postmatur setelah usia kehamilan 42 minggu. Faktor Asfiksia pada bayi
terjadi tanpa ditandai dengan tanda dan gejala gawat janin hal ini dapat terjadi
disebabkan oleh bayi premature sebelum 37 minggu kehamilan, persalinan
dengan tindakan sunsang, bayi kembar, distosia bahu,ekstrasi vakum,ekstrasi
forsep, kelainan kongenital, air ketuban bercampur mekonium. (lndrayani
dkk, 2016).
Asfiksia jika tidak ditanganani dengan tepat akan menyebabkan
keadaan hipoksia dan iskemia pada bayi. Hal ini berakibat kerusakan pada
beberapa jaringan dan organ dalam tubuh. Dari beberapa penelitian yang
dilaporkan oleh Mohan (2000) bahwa kerusakan organ ini sebagian besar
terjadi pada ginjal (50%), sistem syaraf pusat (28%), sistem kardiovaskuler
(25%) dan paru (23%). Jika bayi mengalami hipoksia yang terlalu lama maka
akan terjadi kerusakan otak, hal tersebut dapat meluas yang di tandai dengan
tanda-tanda neurologi yang nyata dan mempengaruhi kemampuan mental
anak yang membawa manifestasi lanjut berupa retardasi atau keterbelakangan
mental.
Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir dengan Asfiksia ada 3 kondisi
patofisiologis yang menyebabkan Asfiksia yaitu kurangnya oksigenasi sel,
retensi karbondioksida yang berlebihan, dan asidosis metabolik. Tujuan
resusitasi adalah intervensi tepat waktu untuk mengembalikan efek-efek
3

biokimia Asfiksia sehingga mencegah kerusakan otak dan organ yang


akibatnya akan ditanggung sepanjang hidup, sebelum memutuskan untuk
melakukan resusitasi, perlu adanya identifikasi dari kondisi bayi yang
didasarkan pada beberapa hal yaitu seperti Trauma, Asfiksia Janin, Medikasi
Internal, Malformasi, Sepsis, dan Syok. Jika hasil pemeriksaan sejak proses
kehamilan sampai dengan persalinan dapat diprediksi kondisi janin baik
namun nyatanya saat persalinan bayi memerlukan resusitasi maka gunakan
teknik resusitasi bayi baru lahir yang efektif yaitu dengan menghisap lendir,
posisi yang benar, stimulasi taktil, pemberian oksigen dan Bounding
Attachment yaitu sentuhan atau kontak kulit seawall mungkin antara bayi
dengan ibu atau ayah dimasa sensitive pada menit pertama dan beberapa jam
setelah kelahiran bayi (Walyani, 2016).

B. Rumusan masalah
1. Menjelaskan tentang konsep Asfiksia?
2. Menjelaskan konsep keperawatan pada klien dengan kasus Asfiksia?
3. Melaksanakan Asuhan keperawatan anak pada By. Ny. A dengan
kasus Asfiksia sedang di ruang Perinatologi RSD dr. Soebandi
Jember?

C. Tujuan
1. Mengetahui tentang konsep Asfiksia
2. Mengetahui konsep keperawatan pada klien dengan kasus Asfiksia
3. Menjalankan Asuhan keperawatan anak pada By. Ny. A dengan kasus
Asfiksia sedang di ruang Perinatologi RSD dr. Soebandi Jember
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat
bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. Keadaan ini biasanya
disertai dengan keadaan hipoksia dan hiperkapnea serta sering berakhir dengan
asidosis (Marwiyah, 2016).
Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan pernapasan
secara spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir atau beberapa saat sesudah
lahir. Bayi mungkin lahir dalam kondisi asfiksia (asfiksia primer) atau mungkin
dapat bernapas tetapi kemudian mengalami asfiksia beberapa saat setelah lahir
(asfiksia sekunder). Asfiksia merupakan keadaan dimana bayi tidak dapat
bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir keadaan tersebut dapat
disertai dengan adanya hipoksia, hiperkapnea dan sampai ke asidosis (Fauziah
dan Sudarti , 2014).
Asfiksia akan bertambah buruk apabila penanganan bayi tidak dilakukan
dengan sempurna, sehingga tindakan perawatan dilaksanakan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup dan mengatasi gejala lanjut yang mungkin
timbul. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, beberapa faktor perlu
dipertimbangkan dalam menghadapi bayi dengan asfiksia.

B. Etiologi
Penyebab secara umum dikarenakan adanya gangguan pertukaran gas
atau pengangkutan O₂ dari ibu ke janin, pada masa kehamilan, persalinan atau
segera setelah lahir. Penyebab kegagalan pernafasan pada bayi (Marwyah,
2016):
1. Faktor ibu : hipoksia ibu akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala
akibatnya, hipoksia ibu dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian
analgetika atau anesthesi dalam gangguan kontraksi uterus, hipotensi
mendadak karena pendarahan, hipertensi karena eklamsia, penyakit
jantung dan lain-lain.

4
5

2. Faktor plasenta : meliputi solutio plasenta, pendarahan pada plasenta


previa, plasenta tipis, plasenta kecil, plasenta tak menempel pada
tempatnya.
3. Faktor janin dan neonatus : meliputi tali pusat menumbung, tali pusat
melilit ke leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir, gamelli,
IUGR, kelainan kongenital daan lain-lain.
4. Faktor persalinan Meliputi partus lama, partus tindakan dan lain-lain

C. Manifetasi Klinis
1. Tidak bernafas atau napas megap-megap atau pernapasan cepat,
pernapasan cuping hidung.
2. Pernapasan tidak teratur atau adanya retraksi dinding dada
3. Tangisan lemah atau merintih
4. Warna kulit pucat atau biru
5. Tonus otot lemas atau ekstremitas terkulai
6. Denyut jantung tidak ada atau lambat (bradikardia) kurang dari 100 kali
permenit (Sukarni & Sudarti, 2012).

Sedangkan, tanda dan gejala bayi baru lahir dengan asfiksia (Sudarti dan
Fauziah, 2012) antara lain :
1. Pernapasan cuping hidung
2. Pernapasan cepat
3. Nadi cepat
4. Sianosis
5. Nilai APGAR kurang dari 6

D. Klasifikasi
1. Virgorous baby (Asfiksia ringan) Apgar skor 7-9, dalam hal ini bayi
dianggap sehat, tidak memerlukan tindakan istimewa.
2. Mild - moderate asphyksia (asfiksia sedang) APGAR score 4-6
3. Severe asphyksia (asfiksia berat) APGAR score 0-3
6

Tanda Skor

0 1 2

Frekuensi jantung Tidak ada < 100/menit > 100/menit

Usaha bernafas Tidak ada Lambat, tak Menangis kuat


teratur

Tonus otot Lumpuh Ekstermitas Gerakan aktif


fleksi

Refleks Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan


kuat/melawan

Warna kulit Biru/pucat Tubuh Seluruh tubuh


kemerahan, kemerahan
ekstermitas biru

E. Komplikasi
Dampak yang akan terjadi jika bayi baru lahir dengan asfiksia tidak di
tangani dengan cepat maka akan terjadi hal-hal sebagai berikut antara lain:
perdarahan otak, anuragia, dan anoksia, hyperbilirubinemia, kejang sampai
koma. Komplikasi tersebut akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan bahkan
kematian pada bayi (Surasmi, 2013)

F. Pemeriksaan diagnostik
Beberapa pemeriksaan diagnostik adanya asfiksia pada bayi (Sudarti dan
Fauziah, 2013 ) yaitu :
1. Pemeriksaan analisa gas darah
2. Pemeriksaan elektrolit darah
3. Berat badan bayi
4. Penilaiaan APGAR Score
5. Pemeriksaan EGC dan CT-Scan

G. Penatalaksanaan bayi baru lahir dengan asfiksia:


1. Membersihkan jalan napas dengan pengisapan lendir dan kasa steril
2. Potong tali pusat dengan teknik aseptik dan dengan antiseptik
7

3. Apabila bayi tidak menangis lakukan sebagai berikut :


a. Rangsangan taktil dengan cara menepuk-nepuk kaki, mengelus-elus
dada, perut dan punggung
b. Pertahankan suhu tubuh agar tidak perburuk keadaan asfiksia dengan
cara : membungkus bayi dengan kain hangat, badan bayi harus dalam
keadaan kering, jangan memandikan bayi dengan air dingin gunakan
minyak atau baby oil untuk membersihkan tubuh bayi, kepala bayi
ditutup dengan baik atau kenakan topi,

Apabila nilai APGAR pada menit ke lima sudah baik (7-10) lakukan
perawatan selanjutnya : bersihkan badan bayi, perawatan tali pusat, pemberian
ASI sedini mungkin dan adekuat, melaksanakan antromentri dan pengkajian
kesehatan, memasang pakaian bayi dan mengenakan tanda pengenal bayi

H. Patofisiologi
Segera setelah lahir bayi akan menarik napas yang pertama kali
(menangis), pada saat ini paru janin mulai berfungsi untuk respirasi. Alveoli
akan mengembang udara akan masuk dan cairan yang ada didalam alveoli
akan meninggalkan alveli secara bertahap. Bersamaan dengan ini arteriol
paru akan mengembang dan aliran darah ke dalam paru meningkat secara
memadai.
Bila janin kekurangan O₂ dan kadar CO₂ bertambah , maka timbullah
rangsangan terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin)
menjadi lambat. Jika kekurangan O₂ terus berlangsung maka nervus vagus
tidak dapat di pengaruhi lagi. Timbullah kini rangsangan dari nervu
simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat dan akhirnya ireguler dan
menghilang. Janin akan mengadakan pernapasan intrauterine dan bila kita
periksa kemudian terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru,
bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak
berkembang.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernapasan yang dalam,
denyut jantung terus menurun, tekanan darah bayi juga mulai menurun dan
bayi akan terlihat lemas. Pernapasan makin lama makin lemah sampai bayi
8

memasuki periode apneu sekunder. Selama apneu sekunder, denyut jantung,


tekanan darah dan kadar O₂ dalam darah (PaO₂) terus menurun. Bayi
sekarang tidak dapat bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan
menunjukkan upaya pernapasan secara spontan (Sudarti dan Fauziah 2012).

I. Pelaksanaan resusitasi
Segera setelah bayi baru lahir perlu diidentifikasi atau dikenal secara
cepat supaya bisa dibedakan antara bayi yang perlu diresusitasi atau tidak.
Tindakan ini merupakan langkah awal resusitas bayi baru lahir. Tujuannya
supaya intervensi yang diberikan bisa dilaksanakan secara tepat dan cepat
(tidak terlambat).

Bagan 1. Algoritma Resusitasi Asfiksia Neonatorum


9

1. Memberikan kehangatan
Bayi diletakkan dibawah alat pemancar panas (radiant warmer) dalam
keadaan telanjang agar panas dapat mencapai tubuh bayi dan memudahkan
eksplorasi seluruh tubuh. Bayi dengan BBLR memiliki kecenderungan
tinggi menjadi hipotermi dan harus mendapat perlakuan khusus. Beberapa
kepustakaan merekomendasikan pemberian teknik penghangatan
tambahan seperti penggunaan plastik pembungkus dan meletakkan bayi
dibawah pemancar panas pada bayi kurang bulan dan BBLR. Alat lain
yang bisa digunakan adalah alas penghangat.
2. Memposisikan bayi dengan sedikit menengadahkan kepala
Bayi diletakkan telentang dengan leher sedikit tengadah dalam posisi
menghidu agar posisi farings, larings dan trakea dalam satu garis lurus
yang akan mempermudah masuknya udara. Posisi ini adalah posisi terbaik
untuk melakukan ventilasi dengan balon dan sungkup dan/atau untuk
pemasangan pipa endotrakeal.
3. Membersihkan jalan napas sesuai keperluan
Aspirasi mekoneum saat proses persalinan dapat menyebabkan pneumonia
aspirasi. Salah satu pendekatan obstetrik yang digunakan untuk mencegah
aspirasi adalah dengan melakukan penghisapan mekoneum sebelum
lahirnya bahu (intrapartum suctioning), namun bukti penelitian dari
beberapa senter menunjukkan bahwa cara ini tidak menunjukkan efek
yang bermakna dalam mencegah aspirasi mekonium.
Cara yang tepat untuk membersihkan jalan napas adalah bergantung pada
keaktifan bayi dan ada/tidaknya mekonium. Bila terdapat mekoneum
dalam cairan amnion dan bayi tidak bugar (bayi mengalami depresi
pernapasan, tonus otot kurang dan frekuensi jantung kurang dari
100x/menit) segera dilakukan penghisapan trakea sebelum timbul
pernapasan untuk mencegah sindrom aspirasi mekonium. Penghisapan
trakea meliputi langkah-langkah pemasangan laringoskop dan selang
endotrakeal ke dalam trakea, kemudian dengan kateter penghisap
dilakukan pembersihan daerah mulut, faring dan trakea sampai glotis. Bila
terdapat mekoneum dalam cairan amnion namun bayi tampak bugar,
10

pembersihan sekret dari jalan napas dilakukan seperti pada bayi tanpa
mekoneum.
4. Mengeringkan bayi, merangsang pernapasan dan meletakkan pada posisi
yang benar.
Meletakkan pada posisi yang benar, menghisap sekret, dan mengeringkan
akan memberi rangsang yang cukup pada bayi untuk memulai pernapasan.
Bila setelah posisi yang benar, penghisapan sekret dan pengeringan, bayi
belum bernapas adekuat, maka perangsangan taktil dapat dilakukan
dengan menepuk atau menyentil telapak kaki, atau dengan menggosok
punggung, tubuh atau ekstremitas bayi.
Bayi yang berada dalam apnu primer akan bereaksi pada hampir semua
rangsangan, sementara bayi yang berada dalam apnu sekunder, rangsangan
apapun tidak akan menimbulkan reaksi pernapasan. Karenanya cukup satu
atau dua tepukan pada telapak kaki atau gosokan pada punggung. Jangan
membuang waktu yang berharga dengan terus menerus memberikan
rangsangan taktil.
5. Ventilasi tekanan positif, untuk membantu bayi baru lahir memulai
pernafasan.
Pastikan bayi diletakkan dalam posisi yang benar. Agar VTP efektif
kecepatan memompa (Kecepatan Ventilasi dan tekanan ventilasi harus
sesuai, kecepatan ventilasi sebaiknya 40-60 kail/menit. Tekanan ventilasi
yang dibutuhkan sebagai berikut : Nafas pertama setelah lahir
membutuhkan 30-40 cm H2O, setelah nafas pertama membutuhkan 15-20
cm H2O, bayi dengan kondisi atau penyakit paru-paru yang berakibat
turunnya compliance membutuhkan 20-40 cm H2O, tekanan ventilasi
hanya dapat diukur apabila digunakan balon yang mempunyai pengukur
tekanan.
6. Kompresi dada
Adanya gerakan dada bayi naik turun merupakan bukti bahwa sungkup
terpasang dengan baik dan paru-paru mengembang. Bayi seperti menarik
nafas dangkal. Apabila dada bergerak maksimum, bayi seperti menarik
nafas panjang, menunjukkan paru-paru terlalu mengembang, yang berarti
tekanan diberikan terlalu tinggi. Hal ini dapat menyebabkan pneumotorax.
11

Penilaian suara nafas bilateral


Suara nafas didengar dengan menggunakan stetoskop. Adanya suara nafas
di kedua paru-paru merupakan indikasi bahwa bayi mendapat ventilasi
yang benar. Apabila dada terlalu berkembang, kurangi tekanan dengan
mengurangi meremas balon. Apabila dada kurang berkembang, mungkin
disebabkan oleh salah satu sebab berikut : perlekatan sungkup kurang
sempurna, arus udara terhambat dan tidak cukup tekanan.
7. Pemberian epinefrin dan atau pengembang volume (volume expander).
Keputusan untuk melanjutkan dari satu kategori ke kategori berikutnya
ditentukan dengan penilaian 3 tanda vital secara simultan (pernapasan,
frekuensi jantung dan warna kulit). Waktu untuk setiap langkah adalah
sekitar 30 detik, lalu nilai kembali, dan putuskan untuk melanjutkan ke
langkah berikutnya
12

A. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Biodata : nama bayi, umur/tanggal lahir, jenis kelamin, agama, anak
keberapa dan identitas orangtua, lebih ditekankan pada umur bayi
karena berkaitan dengan diagnosa asfiksia neonatorum.
b. Keluhan utama : pada bayi dengan asfiksia yang sering tampak adalah
sesak napas.
c. Riwayat kehamilan dan persalinan : bagaimana proses persalinan
apakah spontan, prematur, aterm, letak bayi dan posisi bayi
d. Kebutuhan dasar : pola nutrisi pada neonatus dengan asfiksia
membatasi intake oral karena organ tubuh terutama lambung belum
sempurna, selain itu bertujuan untuk mencegah terjadinya aspirasi
pneumoni. Pola eliminasi : umumnya bayi mengalami gangguan BAB
karena organ tubuh terutama pencernaan belum sempurna. Kerbersihan
diri : perawat dan keluarga bayi harus menjaga kebersihan terutama saat
BAB dan BAK. Pola tidur : biasanya
terganggu karena bayi sesak napas.
e. Pemeriksaan fisik :
1) Pengkajian umum : ukur panjang dan lingkar kepala secara periodik,
adanya tanda distres :warna buruk, mulut terbuka, kepala
teranggukangguk, meringis, alis berkerut.
2) Pengkajian pernapasan : bentuk dada (barrel, cembung),
kesimetrisan, adanya insisi, selang dada, penggunaan otot aksesoris :
pernapasan cuping hidung, atau substernal, interkostal, atau retraksi
subklavikular, frekuensi dan keteraturan pernapasan, auskultasi dan
gambarkan bunyi napas : stridor, krekels, mengi, bunyi menurun
basah, mengorok, keseimbangan bunyi napas
f. Data penunjang
Data penunjang pemeriksaan laboratorium penting artinya dalam
menegakkan diagnosa atau kausal yang tepat sehingga kita dapat
memberikan obat yang tepat pula.
Pemeriksaan yang diperlukan adalah :
13

1) Hematologi. Nilai darah lengkap pada bayi asfiksia terdiri dari : Hb


(normal 15-19 gr%) biasanya pada bayi dengan asfiksia Hb
cenderung turun karena O2 dalam darah sedikit. Leukosit lebih dari
10,3 x 10 gr/ct (normal 4,3-10,3 x 10 gr/ct) karena bayi preterm
imunitas masih rendah sehingga resiko tinggi. Trombosit (normal
350 x 10 gr/ct) Trombosit pada bayi preterm dengan post asfiksia
cenderung turun karena sering terjadi hipoglikemi.
2) Pemeriksaan analisa gas darah (AGD) Nilai analisa gas darah pada
bayi post asfiksia terdiri dari : pH (normal 7,36-7,44). Kadar pH
cenderung turun terjadi asidosis metabolik. PCO2 (normal 35-45
mmHg) kadar PCO2 pada bayi post asfiksia cenderung naik sering
terjadi hiperapnea. PO2 (normal 75-100 mmHg), kadar PO2 pada
bayi post asfiksia cenderung turun karena terjadi hipoksia progresif.
HCO3 (normal 24-28 mEq/L).
3) Nilai serum elektrolit pada bayi post asfiksia terdiri dari : Natrium
(normal 134-150 mEq/L). Kalium (normal 3,6-5,8 mEq/L). Kalsium
(normal 8,1-10,4 mEq/L)
4) Photo thorax : Pulmonal tidak tampak gambaran, jantung ukuran
normal (Wong, 2008)
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif
2. Risiko Aspirasi
3. Menyusui tidak efektif
4. Gangguan pertukaran gas
5. Perfusi perifer tidak efektif
6. Gangguan ventilasi spontan
7. Hipotermia
8. Risiko Cedera
9. Risiko Infeksi
10. Hipovolemia
11. Risiko ketidakseimbangan elektrolit
A. Intervensi Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif
14

Terapeutik
a. Pertahankan kepatenan jalan nafas
b. Berikan posisi yang nyaman.
c. Fasilitasi mengubah posisi senyaman mungkin
d. Lakukan pengisapan lendir kurang dari 15 detik
Observasi
Frekuensi napas, Kedalaman napas, Retraksi dada, Down Score, Dyspnea,
Pernapasan Cuping hidung, Sianosis perifer
Kolaborasi
Kolaborasikan pemberikan Oksigen dan obat-obatan
2. Risiko Infeksi
Terapeutik
a. Pertahankan melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
dengan bayi
b. Lakukan perawatan tali pusat dengan menjaga kebersihan tali pusat
c. Mengganti linen jika kotor dan pampers jika basah, pertahankan
teknik isolasi ruangan
d. Lakukan sterilisasi dan disinfeksi alat yang digunakan bayi
Observasi
a. Monitor tanda gejala infeksi lokal atau iskemik
b. Monitoring tekstur kelembaban kulit.
Kolaborasi dengan tim medis.
Pemberian antibiotik
3. Hipotermia
Nursing Treatment
a. Bersihkan lingkungan incubator setiap hari
b. Pertahankan teknik isolasi
c. Cuci tangan five moment
d. Bersihkan segera saat BAK dan BAB
e. Berikan ASI dan minum susu sesuai dengan kebutuhan
f. Lakukan personal hygiene pasien dengan menyeka 2x sehari
g. Berikan pakaian yang hangat pada pasien, selimuti pasien
Observasi
15

Suhu, Nadi, Akral, RR, Kulit, Membran mukosa


Kolaborasi
Kolaborasikan pemberian obat-obatan
PATHWAY KASUS

Faktor persalinan: Kala 2 Ibu kelelahan, Dehidrasi, Aliran darah menuju Jumlah O2 ke Bayi baru Asfiksia
AS 4-5
memanjang, Tindakan VE perdarahan post partum paru janin menurun janin menurun lahir Sedang

Arteriol Pulmonal Perubahan fisiologis Daya tahan tubuh rendah


Proses Adaptasi
Kontriksi

Risiko Port de entry tali pusat


Ekpansi paru tidak Suhu bayi tidak stabil
Infeksi bakteri belum lepas
maksimal
Perubahan drastic pada
Takipnea suhu tubuh a. melakukan cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan bayi dan
lingkungan bayi
Pola napas tidak efektif Rentan kehilangan b. mengganti linen jika kotor dan mengganti
panas diapres jika basah
c. melakukan oral hygiene
a. Pertahankan kepatenan d. Lakukan personal hygiene pasien dengan
jalan nafas Penurunan suhu menyeka 2x sehari
b. Berikan posisi yang tubuh e. dan melakukan perawatan tali pusat.
nyaman (Snelling
Position) a. memasang alat pemantau suhu di infant
Hipotermia warmer
c. memberikan posisi
b. mempertahankan kelembapan infant warmer
kepala ekstensi untuk untuk mengurangi kehilangan panas
memperlancar jalan c. menghindari tempat yang terpapar dengan AC
nafas atau cendela terbuka
d. Memberikan Oksigen d. memonitoring suhu tubuh
e. memberikan pakaian yang kering dan bersih
16 f. Kolaborasikan pemberian infus D10% 200 cc
8 TPM.
BAB III
LAPORAN KASUS

FORMAT PENGKAJIAN KLINIK KEPERAWATAN ANAK KOMPREHENSIF


DIADAPTASI DARI NIKMAH’S THE TREE MODEL OF PEDIATRIC BODY
SYSTEM ASSESSMENT(N-PBSA TREE MODEL)
Nama: By. Ny. A Penanggung Jawab: No regester: :
UMUM

Umur: 1 hari Tn. F 315264


Agama: Islam Alamat: Jenggawah DX. Medis:
BBLC/NCB/SMK/VE a.i Kala
Pekerjaan ortu: Wiraswasta
2 memanjang/ AS 4-5/ UKBS
40 mgg/ Asfiksia sedang/
Hipotermia
Tgl/jam MRS: 9 April 2021
Tgl/jam pengkajian: 9 April
2021 / 09.00 wib
Keluhan utama: -

Riwayat Penyakit:
ANC:
Pemeriksaan Antenatal dilakukan 4 kali di Bidan puskemas secara teratur sejak usia kehamilan 3
bulan. Merupakan kehamilan yang pertama. pada saat kehamilan ibu nafsu makan baik dan pada
saat hamil ibu tidak memiliki keluhan-keluhan serta penyakit penyerta kehamilan.

INC:
Tanggal 8 April 2021 ibu bayi dibawa ke puskesmas rambipuji lalu dirujuk ke IGD RS. dr
Soebandi karena tidak terjadi kemajuan dalam persalinannya dengan usia kehamilan 40 minggu.
Bayi lahir spontan dengan VE pada hari Jumat tanggal 9 April 2021 pukul 08.10 Bayi berjenis
kelamin laki-laki dengan ibu P0G1A0 ditangani oleh bidan melahirkan di ruang VK RSD Dr.
Soebandi, lahir tidak langsung menangis dengan asfiksia sedang 4-5 Ketuban jernih dengan Berat
lahir 3260 gram, Panjang badan 49 cm, Lingkar dada 32 cm, Lingkar kepala 31 cm, Lingkar
Abdomen 29 cm, Usia kehamilan 40 minggu, Hipotermia dengan suhu 36,0oC

PNC:
Tanggal 9 April 2021 jam 08.10 bayi BBLC/NCB/SMK/VE a.i Kala 2 memanjang/ AS 4-5/ UKBS
40 mgg/ Asfiksia sedang/ Hipotermia telah Lahir spontan, keadaan umum lemah lahir tidak
langsung menangis dengan asfiksia sedang 4-5 Ketuban jernih dengan Berat lahir dengan Berat
lahir 3260 gram, Panjang badan 49 cm, Lingkar dada 32 cm, Lingkar kepala 31 cm, Lingkar
Abdomen 29 cm, Usia kehamilan 40 minggu, Hipotermia dengan suhu 36,0oC. Pada saat pengkajian
bayi tampak sesak dengan RR 61x/menit, pernasapan cepat terpasang O2 nasal 3 lpm, pernapasan
thoracoabdominal, terdapat kaput suksadeneum dan telah mendapatkan therapy infus D10% 200
cc/hari 8 TPM, Imunisasi HBO, Vit K, Gentamicin 1/16 gr, terpasang Oksigen dan NGT, Pasien
puasa

B1 Airway: Breathing:
□ Jalan napas bersih □ nyeri dada saat batuk/napas √ Merintih
√ RR: 61 Kpm; □ ekspansi dada
□ Sumbatan jalan napas √ Kesulitan bernapas adekuat/inadekuat
√ ronchi □ batuk produktif/ tidak produktif √ skore down 3 (Distres nafas

17
18

□ wheezing □ barell cest ringan)


□ stridor □ pigeon cest √ Sianosis perifer/central
□ Retraksi dinding dada √ pernafasan cuping hidung
√ dyspnea/orthopnea/apnea □ lain-lain……………………
B2 Blood/kardiovaskuler: Sirkulasi: Imunitas:
√ nadi 144 Kpm √ akral dingin √ imunisasi HB0
□ tensi ……………..mmHg √ CRT < 2 detik □ imunisasi BCG
√ BJ 1-BJ2 tunggal √ suhu 36,0 ˚C □ imunisasi DPT 1,2,3
□ murmur √ mata sclera putih, □ imunisasi Polio, 1,2,3,4
□ nyeri dada kongjungtiva tidak anemis □ imunisasi campak
√ pucat/sesak saat √ turgor < 3 detik □ reaksi imunisasi
aktifitas □ haus…………………………… ………………………………
Hematologi: □ UUB ………………………….. □ tidak pernah imunisasi
□ perdarahan dari………… √ in take cairan : □ alasan:
□ jumlah darah ………….cc 3260 gram dengan usia 1 hari ………………………………..
□ ptecie Kebutuhan Cairan: ………………………………..
□ rumple leed test posistif 60 x 3,26 kg = 195,6 cc/hari ................................................
Menggunakan Infant warmer
20 cc/KgBB = 20 x 3,26 kg
= 65,2 cc
Jadi, 195,6 cc + 65,2 cc
= 260,8 cc
Tetapi pasien mengalami gawat
napas jadi dikurangi 20 cc/kg
= 20 x 3,26 kg = 65,2 cc
Kebutuhan cairan pasien
= 260,8 cc – 65,2 cc = 195,6 cc
Sonde : Puasa
Infus D10% 200 cc 8 TPM
□ out put cairan - cc
□ cairan balans - cc
□ dehidrasi □ overhidrasi
□ edema
B3 Brain/Persyarafan: Persyarafan: Persepsi sensoris:
√ KU lemah Pupil: √ isokor□ unisokor□ Gangguan indera:
√ GCS: 4 5 6 midriasis□ miosis□ unrespon □ penghidu □ penglihatan
√ CM □ Apatis Reflek: √ normal□ abnormal□ □ perabaan □ pendengaran,
□ Somnolent □ Sopor parese ┼ □ plegi ┼ □ pengecapan
□ Coma □ Kejang □ nyeri kepala□ nyeri di ………. Istirahat-tidur:tidur: .....jam/
□ Kaku kuduk □ Tremor … hari
□ Rewel □ Gelisah PQRST………………………… □ insomnia □ enuresis
□ tidak segar sewaktu bangun

B4 Bladder/Perkemihan:
√ BAK Spontan □ dysuria □ pyuria □ kateter □ cytostomy
√ Warna kuning □hematuria □ poliuri □ pancaran urine kuat/lemah
√ Bau Amoniak □ inkontinensia □ oligouria □ phymosis□ sirkumsisi
□ PU : - cc/hari □ anuria □retensi urin
Lain-
19

lain : ..................................
B5 Bowel/Pencernaan: Pencernaan: Nutrisi:
□ bibir merah cerry □ asites □ melena □ ASI □ susu formula
□ bibir/sudut pecah □ spider nevi □ bising usus naik □ bubur halus □ bubur kasar
□ gusi bengkak □ nyeri mc burney □ sari buah √ sonde
□ lidah kotor □ nyeri ulu hati □ retensi ….……………….cc
□ gigi susu tumbuh □ nyeri supra pubis □ intake(I) ...……..….kkal/hari
□ gigi susu lepas √ kebutuhan (K): 150x3,26=
□ caries gigi, Nutrisi :
270 kkal/hari
□ gigi berlubang □ anoreksia □ mual □ muntah
□ I-K= ..………..........kkal/hari
□ moniliasis □ nyeri telan □colostomy
√ diet puasa
□ copliks spot □ nyeri perut □ kembung
□ makanan pantangan………..
□ psudomembran □ BAB .......Kph,
□ alergi makanan…….…….…
□ tonsil membesar □ diare/darah+
□ konstipasi Lain-
□ sariawan lain : .........................................
.....
………………………………
B6 Bone/ Muskuloskletal: Integument /perawatan diri:
√Sendi: bebas/kontraktur √ rambut bersih/kotor √ AKL bersih/kotor
□ terbatas pada …………… □ lanugo+ □ ketombe □ iritasi perianal
□ radang□nyeri □ kutu □ rontok √ meconium +
□ tulang intak/open/close √ hidung bersih/kotor √ lubang anus +
frak.di .............................… √ mulut bersih/kotor □ mandiri/parsial
□ eksternal fiksasi √ kulit bersih/kotor √ mandi/berpakaian/makan/
di........................................... □ kulit intak toileting/instrumental
√ kekuatan otot: √ tali pusat blm lepas tergantung
kuat/lemah. □ icterus □ jejas……….
Garis plantaris lipatan 2/3
Lain-lain : .......................... anterior, Kulit seperti kertas
kulit, retak lebih dala, tidak ada
vena, lanugo menipis

B7 Breast: seksualitas Data anak: Data anak:


Data Ibu: Perinatal: female:
Payudara ibu : periksa kehamilan 5 kali □ menarche
□ lunak □ keras √ usia kehamilan 40-41 mg □ menstruasi teratur/tidak
□ nyeri tekan lahir ditolong bidan teratur
□ benjolan (fixed/ bergerak) √ BBL 3260 gram □ menorrhagia □ metrorraghia
Puting : √ AS 4-5 □ dysmenorrea □ amenorrhea
□ menonjol □ datar □ keputihan □ gatal
□ tenggelam □ lecet/luka male: Payudara klien:
ASI : □ mimpi basah □ suara berubah □ lunak □ keras □ nyeri tekan
□ keluar/ tidak keluar □ tumbuh jakun □ sex pranikah □ benjolan (fixed/ bergerak)
□ menyusui
20

□ tidak menyusui □ homosex □ merokok


√ Testis : testis sudah turun
√ Skrotum : ada
√ Rugae : sedikit rugae

B8 Bonding attachment: Psikologis anak: Development:


□ IMD □ ASI ekslusif □ takut □ menangis □ menjerit √ new ballard score 40 mgg
□ kunjungan keluarga □ menolak perawat □ sedih □ KMK √ SMK □ BMK
□ kelahiran diharapkan □ cemas □ gelisah □ marah (Reflek primitive)
□ meronta □ menolak tindakan
□ keluarga responsive □ reflek hisap kuat/lemah
□ ingin pulang □ berduka
√ reflek rooting +
□ tidak ada kekerasan □ kehilangan □ depresi
√ reflek genggam positif
fisik/non Fisik □ panik □ rendah diri
Psikologis orangtua: √ reflek babinski +
□ malu □ menunduk
□ ortu menangis / √ reflek moro +
□ kontak mata negatif
unkooperatif □ kunj. posyandu rutin/tidak
□ berduka □ kehilangan □ sulit bicara □ menarik diri
rutin
□ depresi □ panic Growth:
□ KPSP (S/M/G)
□ cemas □ banyak √ BBL 3260 gram
□ TDD (N/G)
Tanya √ BBS 3260 gram
□ TDL (N/G)
□ menyalahkan diri sendiri □ BBD………..
□ menyalahkan orang lain □ CHAT (N/G)
□ BBI……….. …
□ tidak menghiraukan anak □ KMME (N/G)
□ status gizi……….…(…….%)
□ □ GPPH (N/G)
…………………………… √ LK 31 cm (N/L/K)
… √ LD 32 cm □ Aktifitas bermain baik
√ LA 29 cm □ malas bermain
□ LILA cm (N/L/K) □ lain-lain:
………………………

B9 Behavior and community: Spiritual value: Cultural value:


□ peran berhubungan □ belum mencapai internalisasi □ memercayai nilai dalam
dengan keluarga / sebaya/ nilai baik-buruk masyarakat tentang
lingkungan terganggu □ memahami nilai beragama ……………………………
□ minum alcohol □ melaksanakan kegiatan ibadah ……………………………
□ narkoba □ distress spiritual □ melaksanakan ritual/tradisi
□ kebutuhan belajar: budaya ……….
…………………………… ……………………
.………………………….. …………………………….
□ lingkungan keluarga/
sekolah/kelompok social/ □ mempunyai adat-istiadat
tentang kesehatan
masyarakat tidak sehat …………………………….
……………………..……. …………………………….

B10 Blood examination Pemeriksaan penunjang: Terapi/medikasi:


□ Laboratorium □ Radiologi (tanggal/hasil) (tanggal/ nama obat dengan
(tanggal/hasil/satuan) ........................................................ lengkap/ dosis pemberian/ cara
21

pilih yang focus dan sesuai ........................................................ pemberian)


09 April 2021 / 10.00 □ ECG (tanggal/hasil)
HEMATOLOGI ........................................................ 09 April 2021
infus D10% 200 cc 8 TPM
LENGKAP (DL) □ lain-lain (tanggal/hasil) Ampicillin 5x160 mg
Hemoglobin: 14.4 gr/dL Genta 1x16 mg
(normal 13.5-19.5 gr/dL) 02 Nasal 3 lpm
Lekosit: 18.9 109/L Vit K 1 mg
Hitung jenis: -/-/-/65/25/10
(normal 0-4/0-1/3-5/54-
62/25-33/2-6)
Hematokrit: 42,1 % (normal
42-60)
Trombosit: 230 109/L
(normal 150-450 109/L)
GULA DARAH
Glukosa sewaktu: 164 mg/dl
(normal < 200 mg/dL)

Score down
FRAMS 0 1 2 HASIL
Frekuensi < 60 kpm 60-80 kpm >80 kpm 1
nafas
Retraksi Tidak ada Retraksi Retraksi berat 0
retaksi ringan
Air entry Udara masuk Penurunan Tidak ada 0
bilateral baik ringan udara udara masuk
masuk
Merintih Tidak Dapat Dapat 1
merintih didengar didengar
melalui tanpa alat
stetoskop bantu
Sianosis Tidak sianosis Sianosis Sianosis 1
hilang dengan menetap
O2 walau diberi
O2
SKOR 3

Keterangan Skore :
0 – 4 : Distres Nafas Ringan
4 – 6 : Distres Nafas Sedang
> 7 : Distre Nafas Berat
22

2. Diagnosa keperawatan
a. Analisis Data
Tgl/Jam Pengelompokan data Masalah Kemungkinan
Penyebab
7 April DS: - Pola nafas tidak Asfiksia
2021/12.0 efektif
0 DO: Arteriol pulmonal
- UK 40 minggu konstriksi
- Terdapat Retraksi dada
- Terapi O2 3 lpm Alveoli terisi cairan
- RR 61 Kpm Pernafasan cepat
- AS 4-5
- K/U lemah Pola napas tidak
- Down Score 4 efektif
- Bayi sesak
- Terdapat pernapasan
cuping hidung
- Terdapat Sianosis perifer

7 April DS: - Hipotermia Bayi baru lahir


2021/12.0
0 DO: Perubahan suhu
- Suhu 36,0 C
0
tubuh dari suhu
- BBS 3260 gram intra uterin yang
- UK 40 minggu stabil
- Dasar kuku sianotik
- Akral dingin Suhu ruangan
- KU lemah
- bayi diletakkan pada Perubahan drastis
infant warmer suhu tubuh
- Nadi 144 x/mnt
- RR 61 x/mnt Proses adaptasi

Penurunan suhu
tubuh

Hipotermia
7 April DS: - Risiko Infeksi Bayi baru lahir
2021/12.0
0 DO: Perubahan
- UK 40 minggu Fisiologis
- BBS 3260 gram
- Tali pusat belum lepas Rentan terpapar
- KU lemah patogen dan infeksi
- S : 36,0 oC
- N : 144 Kpm Risiko Infeksi
- RR : 61 Kpm
- Akral dingin
- Lekosit: 18.9 109/L
- Hematokrit: 42,1 %
(normal 42-60)
23

b. Daftar Diagnosis
No Tgl/Jam DX keperawatan Paraf
1 9 April Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Anis
2021/10.00 Arteriol pulmonal kontriksi dibuktikan
dengan RR 61 x/menit

2 9 April Hipotermia berhubungan dengan Proses Anis


2021/10.00 adaptasi dibuktikan dengan suhu 36,0 0C
3 9 April Risiko Infeksi berhubungan dengan Anis
2021/10.00 Imunitas rendah
24

3. Rencana Tindakan
TGL/ DIAGNOSIS TUJUAN DAN RENCANA TINDAKAN RASIONAL PARAF
JAM KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
9 April Pola nafas tidak Tujuan : 1. Terapeutik 1. Terapeutik Anis
2021/1 efektif berhubungan Pola nafas efektif dalam a. Pertahankan kepatenan jalan a. Mempertahankan kepatenan
0.00 dengan Arteriol waktu 1x24 Jam nafas jalan nafas
pulmonal kontriksi
Kriteria Hasil: b. Berikan posisi yang nyaman b. Membuat bayi merasa
dibuktikan dengan
RR 61 x/menit a. Frekuensi napas (Snelling Position) nyaman dengan posisi yang
40-60 x/menit c. Fasilitasi mengubah posisi diberikan.
b. Kadalaman nafas senyaman mungkin c. Membantu kenyamanan
membaik d. memberikan posisi kepala paseien
c. Tidak ada retraksi ekstensi untuk memperlancar d. Membersihkan jalan napas
dada jalan nafas 2. Mengetahui efek perubahan
d. Down Score 0-4 posisi terhadap status pernafasan
e. Tidak ada Dyspnea 2. Observasi dan Memonitor status respirasi
f. Tidak Terdapat a. Frekuensi napas dan oksigenasi
pernapasan cuping b. Kedalaman napas 1. Kolaborasi
hidung c. Retraksi dada a. Membantu mengurangi sesak
g. Tidak Terdapat d. Down Score pada bayi dengan oksigen
Sianosis perifer e. Dyspnea sesuai kebutuhan
f. Pernapasan Cuping hidung b. Senyawa bronkodilator yang
g. Sianosis perifer dapat menurunkan sesak
1. Kolaborasi
a. Kolaborasikan pemberikan
Oksigen nasal 3 lpm.
9 April Hipotermia Tujuan : 1. Nursing Treatment 1. Nursing Treatment Anis
2021/1 berhubungan dengan Hipotermia pasien a. Identifikasi penyebab hipotermi a. Mengalami Asfiksia, Berat
0.00 Proses adaptasi membaik dalam waktu b. memasang alat pemantau suhu badan lahir rendah dan
dibuktikan dengan di infant warmer
25

suhu 36,0 0C 1x24 Jam c. mempertahankan kelembapan prematuritas


Kriteria Hasil: infant warmer untuk b. Suhu panas mempengaruhi
a. Suhu 36,5-37,5 ˚C mengurangi kehilangan panas, nadi
b. Nadi d. menghindari tempat yang c. Suhu tubuh mempengaruhi
100-160x/menit terpapar dengan AC atau RR bayi
c. Akral Hangat kering cendela terbuka d. Bayi warna merah
merah e. memonitoring suhu tubuh menandakan sirkulasi baik
d. RR 40-60 x/menit f. memberikan pakaian yang e. Suhu normal mempengaruhi
e. Kulit tidak terasa kering anak tenang
dingin 2. Observasi f. Bayi kedinginan rentan
f. Membran Mukosa a. Suhu berisiko cidera
b. Nadi 2. Pemantauan yang continue
c. Akral memberikan informasi
d. RR perkembangan suhu tubuh
e. Kulit pasien
f. Membran mukosa 3. Pemberian Cairan secara
parenteral dapat memenuhi
3. Kolaborasi keseimbangan cairan pasien
Kolaborasikan pemberian infus D10%
200 cc 8 TPM
9 April Risiko Infeksi Tujuan : 1. Terapeutik 1. Terapeutik Anis
2021/1 berhubungan dengan Risiko infeksi pasien a. Pertahankan melakukan cuci a. Mempertahankan melakukan
0.00 Imunitas rendah tidak terjadi selama tangan sebelum dan sesudah cuci tangan sebelum dan
perawatan di rumah sakit kontak dengan bayi sesudah kontak dengan bayi
Kriteria Hasil : b. Lakukan perawatan tali pusat b. Mempertahankan kebersihan
a. Suhu 36,5-37,5 °C dengan menjaga kebersihan tali tali pusat dengan perawatan
b. Akral hangat pusat c. Mempertahankan kebersihan
c. Lekosit 9.000 –
c. Mengganti linen jika kotor dan linen jika kotor dan pampers
30.000 sel/mm
d. Hematokrit pampers jika basah, pertahankan jika basah, mempertahankan
26

normal 42-60 teknik isolasi ruangan teknik isolasi ruangan


e. Kulit intak dan d. Lakukan sterilisasi dan d. Mempertahankan sterilisasi
tidak ada luka disinfeksi alat yang digunakan dan disinfeksi alat yang
f. Tali pusat bayi digunakan bayi
mengering
e. Lakukan personal hygiene 2. Observasi
g. Bebas dari infeksi
pasien dengan menyeka 2x a. Mengetahui tanda gejala
luka infus luka
sehari infeksi lokal atau iskemik
b. Mengetahui tekstur
2. Observasi kelembaban kulit.
a. Monitor tanda gejala infeksi 3. Kolaborasi dengan tim medis.
lokal atau iskemik a. Pemberian antibiotik
b. Monitoring tekstur kelembaban membantu dalam mencegah
kulit. terjadinya infeksi
3. Kolaborasi dengan tim medis.
a. Pemberian antibiotik Ampicillin
5x160 mg dan Genta 1x16 mg
27

4. Implementasi
No Dx Tgl/Jam Tindakan Paraf
1-3 9 April 2021 Melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah Anis
08.30 kontak dengan dan lingkungan bayi
1-3 08.45 Memonitor keadaan umum, retraksi dada , RR,
suhu, akral, pola napas
R/KU lemah, retraksi dada (+), RR 61, 36,0oC,
Sesak (+), pernapasan cuping hidung
1-3 09.00 Memasang Infus, NGT, dan Nasal canul 3 lpm
R/ Terpasang infus di tangan kiri, NGT dan nasal
canul 2 Lpm
1, 3 10.00
Mempertahankan kebersihan tubuh bayi
R/ Bayi bersih dan lingkungan tempat tidur bersih
3 10.15
Memonitoring tanda dan gejala infeksi tali pusat
R/Tidak terdapat tanda dan gejala infeksi pada tali
1,3 10.20 pusat belum lepas
Menyediakan tempat tidur yang nyaman
2 11.00 R/ Bayi tenang
Mempertahankan pemberian radiant warmer
1,2,3 11.15 R/ Bayi tampak tenang
Memonitor kelembaban kulit, kebutuhan cairan
yang dibutuhkan, asupan cairan, mempertahankan
masukan kebutuhan cairan
R/Kulit bayi lembab, asupan cairan 200 cc/hari,
1,2 11.30 infus D10 % 90 cc 4 tpm
Memonitor kebutuhan cairan yang dibutuhkan,
mempertahankan masukan kebutuhan cairan
R/Asupan cairan 200 cc/hari tetapi pasien masih
1 12.00
puasa, infus D10 % 200 cc 8 tpm
Mempertahankan kepatenan jalan napas.
1,2,3 12.30
R/ Jalan napas paten
1,2,3 Memposisikan bayi dengan nyaman
12.30
R/Bayi di pindah jika posisi tidak tepat
Memonitor keadaan umum, retraksi dada , RR,
suhu, akral, pola napas
R/KU lemah, retraksi dada (+), RR 72 , 36,9oC, N:
161 x/menit, Sesak (+), pernapasan cuping hidung,
tampak pucat pada kaki
28

5. Evaluasi
Tgl/Jam Masalah Catatan Perkembangan Paraf
Kep/kolaboratif
9 April Pola nafas tidak efektif S: Anis
2021/12.3 berhubungan dengan
0 Imaturitas neurologis O:
dibuktikan dengan RR - Terdapat Retraksi dada
61 x/menit - Terapi O2 3 lpm
- RR 59 Kpm
- AS 4-5
- K/U lemah
- Down Score 3
- sesak berkurang
- tidak terdapat Sianosis perifer

A: Masalah Pola napas tidak efektif


teratasi sebagian

P: Lanjutkan Intervensi
9 April Hipotermia S: Anis
2021/12.3 berhubungan dengan
0 prematuritas dibuktikan O:
dengan suhu 36,0 0C - Suhu 36,7 0C
- BBS 3260 gram
- UK 40 minggu
- Kaki pucat
- Akral hangat
- KU lemah
- Bayi diletakkan di infant warmer
- Nadi 132 x/mnt
- RR 59 x/mnt

A: Masalah Hipotermia teratasi sebagian

P: Lanjutkan Intervensi
9 April Risiko Infeksi S: Anis
2021/12.3 berhubungan dengan
0 Imunitas rendah O:
- Tali pusat belum lepas
- KU lemah
- S : 36,7 oC
- N : 132 Kpm
- RR : 59 Kpm
- Akral hangat
- Lekosit: 18.9 109/L
- Hematokrit: 42,1 % (normal 42-
60)

A: Masalah Risiko Infeksi belum teratasi

P: Lanjutkan Intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN
Laporan ini membahas tentang kasus By Ny. A dengan diagnosa medis
BBLC NCB SMK VE atas indikasi Kala 2 memanjang UKBS 40-41 minggu
Asfiksia sedang dan Hipotermia di Ruang Perinatologi RSD dr. Soebandi Jember.
Dari data diatas menggunakan pendekatan proses keperawatan dalam menemukan
masalah kesehatan yang dialami By. Ny. A dan cara mengatasinya. Proses
keperawatan merupakan serangkaian tindakan keperawatan yang sistema tis dan
berkesinambungan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan individu yang
aktual ataupun potensial (Rohmah & Walid, 2013). Adapun pendekatan proses
keperawatan yaitu melalui pengkajian, menentukan diagnosa keperawatan,
merencanakan, mengimplementasikan rencana keperawatan dan melakukan
evaluasi terhadap pelaksanaan tindakan keperawatan tersebut.
Bayi Baru Lahir adalah bayi yang berkesempatan untuk memulai
kehidupan dan beradaptasi pada dunia luar setelah kurang lebih sembilan bulan
berada didalam kandungan ibu. Maka dari itu kemampuan bayi baru lahir belum
sepenuhnya stabil dalam mengendalikan suhu tubuh sehingga sangat rentan untuk
kehilangan panas. Kehilangan panas empat kali lebih besar dari pada orang
dewasa, sehingga mengakibatkan terjadinya penurunan suhu tubuh. Pada 30 menit
pertama bayi dapat mengalami penurunan suhu 3-40C. Pada ruangan dengan suhu
20-250C suhu kulit bayi turun sekitar 0,30C per menit. Kemampuan bayi yang
belum sempurna dalam memproduksi panas maka bayi sangat rentan untuk
mengalami hipotermi.
Hipotermia adalah suatu kondisi suhu tubuh yang berada di bawah rentang
normal tubuh. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Menurut Saifuddin dalam
(Dwienda, Maita, Saputri, & Yulviana, 2014) Hipotermia adalah suatu kondisi
turunnya suhu sampai di bawah 300C, sedangkan Hipotermia pada bayi baru Lahir
merupakan kondisi bayi dengan suhu dibawah 36,50C, terbagi ke dalam tiga jenis
hipotermi, yaitu Hipotermi ringan atau Cold Stress dengan rentangan suhu antara
36-36,50C, selanjutnya hipotermi sedang, yaitu suhu bayi antara 32-36 0C dan
terakhir yaitu hipotermi berat dengan suhu <32 0C. Sistem pengaturan suhu tubuh
pada bayi, baik yang normal sekalipun belum berfungsi secara optimal, sehingga
30

bayi yang baru lahir akan mudah kehilangan suhu tubuh terutama pada masa 6-12
jam setelah kelahiran. Kondisi lingkungan dingin, bayi tanpa selimut dan yang
paling sering adalah subkutan yang tipis mampu mempercepat proses penurunan
suhu tersebut. Bayi yang mengalami hipotermi akan mengalami penurunan
kekuatan menghisap ASI, wajahnya akan pucat, kulitnya akan mengeras dan
memerah dan bahkan akan mengalami kesulitan bernapas, sehingga bayi baru
lahir harus tetap di jaga kehangatannya. (Dwienda et al., 2014).
Asfiksia adalah keadaan neonatus yang gagal bernapas secara sepontan
dan teratur saat lahir atau beberapa saat setelah lahir sehingga mengakibatkan
kurangnya oksigen atau perfusi jaringan ditandai dengan hipoksia, hiperkarbi, dan
asidosis (Sarosa et al., 2011). Keadaan asfiksia mengakibatkan kerusakan pada
beberapa jaringan dan organ dalam tubuh, yaitu : ginjal (50%), sistem saraf pusat
(28%), sistem kardiovaskuler (25%) dan paru-paru (23%) (Radityo et al., 2007).
Kerusakan pada sistem saraf pusat pada bayi dengan riwayat asfiksi sedang
sampai berat dapat mengakibatkan perlambatan perkembangan bayi (Hutahean,
2007).
Penyebab Asfiksia secara umum dikarenakan adanya gangguan pertukaran
gas atau pengangkutan O₂ dari ibu ke janin, pada masa kehamilan, persalinan atau
segera setelah lahir. Penyebab kegagalan pernafasan pada bayi (Marwyah, 2016).
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya Asfiksia pada Bayi yaitu yang
pertama Faktor ibu : hipoksia ibu akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala
akibatnya, hipoksia ibu dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian
analgetika atau anesthesi dalam gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak
karena pendarahan, hipertensi karena eklamsia, penyakit jantung dan lain-lain,
kedua Faktor plasenta meliputi solutio plasenta, pendarahan pada plasenta previa,
plasenta tipis, plasenta kecil, plasenta tak menempel pada tempatnya, ketiga
Faktor janin dan neonatus : meliputi tali pusat menumbung, tali pusat melilit ke
leher, kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir, gamelli, IUGR, kelainan
kongenital daan lain-lain dan yang terakhir Faktor persalinan Meliputi partus
lama, tindakan-tindakan tambahan saat partus dan lain-lain.
Kasus By. Ny. A penyebab terjadinya Asfiksia yaitu persalinan yang
berlangsung memanjang yaitu pada kala 2, karena Partus lama menyebabkan
31

vasokontraksi pembuluh darah sehingga asupan O2 ke janin berkurang dengan


demikian janin mengalami hipoksia di dalam rahim dikarenakan oleh ekspansi
paru dan selanjutnya janin mengalami gagal nafas sehingga terjadilah gangguan
pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dalam darah yang menimbulkan
asfiksia dengan di tandai oleh tidak bernapas secara spontan saat bayi lahir. Kala
II lama dapat menyebabkan hipoksia janin yang berakibat kandungan oksigen
dalam darah arteri menurun dan aliran darah ke plasenta menurun sehingga
oksigen yang tersedia untuk janin berkurang dan ketika bayi lahir bisa

menyebabkan asfiksia pada bayi baru lahir. Selain itu penyebab terjadinya
Asfiksia pada By. Ny. A adalah dilakukannya tindakan Vakum Ekstrasi pada saat
persalinan karena bayi tidak kunjung lahir, Efek samping paling sering pada bayi
dengan persalinan yang dibantu dengan Vakum adalah munculnya kaput
suksadeneum (terkumpulnya cairan di jaringan bawah kulit di atas tulang
tengkorak). kaput tersebut terlihat mirip tonjolan lunak di bagian atas kepala bayi.
kaput ini membuat kepala bayi terlihat lonjong, namun akan hilang dalam waktu
beberapa hari.
Dampak yang diakibatkan dari persalinan dengan Bayi Asfiksia adalah
jika kekurangan O₂ dan kadar CO₂ bertambah , maka timbullah rangsangan
terhadap nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika
kekurangan O₂ terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat di pengaruhi
lagi. Timbullah kini rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi
lebih cepat dan akhirnya ireguler dan menghilang. Janin akan mengadakan
pernapasan intrauterine dan bila kita periksa kemudian terdapat banyak air
ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi atelektasis.
Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang, paru-paru mengalami kontriksi dan
paru-paru terisi cairan. Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernapasan yang
dalam, denyut jantung terus menurun, tekanan darah bayi juga mulai menurun dan
bayi akan terlihat lemas. By. Ny. A ditemukan RR yang melebihi batas normal
yaitu 61 x/menit, bayi terlihat sesak dan terdapat suara napas tambahan ronchi hal
tersebut menunjukkan bahwa terdapat cairan atau secret pada paru-paru By. Ny.
A.
Bayi Baru Lahir adalah bayi yang berkesempatan untuk memulai
32

kehidupan dan beradaptasi pada dunia luar setelah kurang lebih sembilan bulan
berada didalam kandungan ibu. Maka dari itu kemampuan bayi baru lahir belum
sepenuhnya stabil dalam mengendalikan suhu tubuh sehingga sangat rentan untuk
kehilangan panas. hal tersebut sesuai dengan keadaan suhu pada By. Ny. A yang
mengalami hipotermia dengan suhu 36.00C, dikarenakan proses adaptasi bayi
setelah dilahirkan dan juga dikarenakan By. Ny. A mengalami Asfiksia sehingga
keadaan tubuhnya masih tidak stabil. Bayi baru lahir juga cenderung mengalami
Risiko Infeksi dikarenakan Daya tahan tubuhnya masih rendah sehingga sangat
rentan terpapar pathogen dan Infeksi.
Pengkajian yang dilakukan hari Jum’at, 09 April 2021 pukul 10.00 WIB
pada By. Ny. A dengan diagnosa medis BBLC/NCB/SMK/VE a.i Kala 2
memanjang/ AS 4-5/ UKBS 40-41 mgg/ Asfiksia sedang/ Hipotermia
menggunakan pengkajian pendekatan body system B1-B10. Hasil dari pengkajian
tersebut didapatkan 3 masalah aktual dan 1 masalah risiko pada saat melakukan
analisa data, dari 4 masalah tersebut ditemukan diagnosa pola nafas tidak efektif,
Bersihan jalan napas tidak efektif, Hipotermia dan risiko infeksi. Setelah
merumuskan diagnosa prioritas yang mengacu pada kondisi By. Ny. A maka di
dapatkan prioritas masalah yaitu Bersihan jalan napas tidak efektif, pola nafas
tidak efektif, Hipotermia dan risiko infeksi.
Rohmah & Walid (2013), mengatakan bahwa perencanaan merupakan
pengembangan strategi desain untuk mencegah dan mengurangi, mengatasi
masalah yang sudah teridentifikasi dalam diagnose keperawatan. Rencana
keperawatan telah berisikan prioritas masalah keperawatan, tujuan dan kriteria
hasil, perumusan rencana tindakan keperawatan, dan juga rasional dari
masingmasing diagnosa keperawatan yang telah teridentifikasi. Intervensi
keperawatan dilaksanakan pada tanggal 09 April 2021.
Dari hasil pengkajian yang telah dilakukan didapatkan data objektif UK
40 minggu, Terdapat Retraksi dada, Terapi O2 3 lpm, RR 61 Kpm, AS 4-5, K/U
lemah, Down Score 4, Bayi sesak, Terdapat pernapasan cuping hidung dan
Terdapat Sianosis perifer. Intervensi yang dilakukan yaitu Pertahankan kepatenan
jalan nafas, Berikan posisi yang nyaman (Snelling Position), Fasilitasi mengubah
posisi senyaman mungkin, memberikan posisi kepala ekstensi untuk
33

memperlancar jalan nafas dan Berikan Oksigen nasal canul 3 lpm.


Adapun hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan data obyektif bayi
adalah Suhu 36,0 0C, BBS 3260 gram, UK 40 minggu, Dasar kuku sianotik ,
Akral dingin, KU lemah, bayi diletakkan pada infant warmer, Nadi 144 x/mnt
dan RR 61 x/mnt. Dari hasil tersebut maka dapat diangkat masalah keperawatan
tentang Hipotermi dengan mengatasi permasalahan tersebut diberikan intervensi
tentang memasang alat pemantau suhu di infant warmer, mempertahankan
kelembapan infant warmer untuk mengurangi kehilangan panas, menghindari
tempat yang terpapar dengan AC atau cendela terbuka, memonitoring suhu tubuh,
memberikan pakaian yang kering dan bersih dan Kolaborasikan pemberian infus
D10% 200 cc 8 TPM.
Hasil pengkajian selanjutnya ditemukan data obyektif yaitu Tali pusat
belum lepas, KU lemah, S : 36,0 oC, N : 144 Kpm, RR : 61 Kpm, Akral dingin,
Lekosit: 18.9 109/L dan Hematokrit: 42,1 % (normal 42-60). Sehingga dapat
diangkat masalah keperawatan risiko infeksi dengan memberikan intervensi
melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi dan lingkungan
bayi, mengganti linen jika kotor dan mengganti diapres jika basah, melakukan
oral hygiene, Lakukan personal hygiene pasien dengan menyeka 2x sehari, dan
melakukan perawatan tali pusat.
Berdasarkan hasil evaluasi pada tanggal 09 April 2021 jam 12.30 WIB
setelah diberikan intervensi keperawatan di dapatkan data obyektif bayi masih
berada di infant warmer, , RR: 54 kpm, nadi: 150 kpm, suhu: 3700 C,
menggunakan O2 1 lpm, akral hangat, tali pusat belum lepas, tempat tidur bersih
dan nyaman, diapres bersih, selang sonde bersih, tidak ada sianosis. Dari hasil
tersebut maka semua masalah keperawatan pada By. Ny. S teratasi sebagian,
sehingga intervensi tetap dilanjutkan, terdapat suara napas tambahan ronchi,
Terdapat Retraksi dada, Terapi O2 3 lpm, RR 59 Kpm, K/U lemah, Down Score
3, sesak berkurang, tidak terdapat Sianosis perifer, Suhu 36,7 oC, Akral hangat,
tali pusat belum lepas, tempat tidur bersih dan nyaman, diaprers bersih, selang
sonde bersih. Dari hasil tersebut maka semua masalah keperawatan pada By. Ny.
A teratasi sebagian, sehingga intervensi tetap dilanjutkan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan, antara lain:
1. Bayi Baru Lahir adalah bayi yang berkesempatan untuk memulai
kehidupan dan beradaptasi pada dunia luar setelah kurang lebih sembilan
bulan berada didalam kandungan ibu. Maka dari itu kemampuan bayi
baru lahir belum sepenuhnya stabil dalam mengendalikan suhu tubuh
sehingga sangat rentan untuk kehilangan panas.
2. Asfiksia adalah keadaan neonatus yang gagal bernapas secara sepontan
dan teratur saat lahir atau beberapa saat setelah lahir sehingga
mengakibatkan kurangnya oksigen atau perfusi jaringan ditandai dengan
hipoksia, hiperkarbi, dan asidosis
3. Ada beberapa diagnosa keperawatan yang dapat diangkat untuk
memberikan asuhan pada By. Ny. A diantaranya ialah resiko infeksi, pola
nafas tidak efektif dan Hipotermia.
4. Dari hasil implementasi yang dilakukan didapatkan evaluasi bahwa
semua masalah keperawatan teratasi sebagian sehingga intervensi
dilanjutkan

B. Saran
1. Keluarga
Setelah bayi dapat dipulangkan kerumah diharapkan keluarga dapat
memberika Asupan Nutrisi yang Adekuat dengan memberikan ASI
kepada bayi secara teratur
2. Perawat
Diharapkan dengan adanya laporan asuhan keperawatan pada bayi
dengan kasus Asfiksia dapat digunakan sebagai referensi oleh tenaga
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA
Atikah,M,V & Jaya,P. 2015. Buku Ajar Kebidanan Pada Neonatus, Bayi, dan
Balita. Jakarta. CV.Trans Info Media
Rohmah, N.,Walid, S, (2013), Proses Keperawatan Teori & Aplikasi, Ar-Ruzz
Media, Yogyakarta
SDKI. 2017 Edisi I, Cetakan II Derfinisi dan Indikator diagnostik
SLKI. 2018 Edisi I, Cetakan II Derfinisi dan Tindakan Keperawatan
Sudarti dan Fauziah. A. 2013.Asuhan Kebidanan Neonatus Risiko Tinggi
danKegawatan.Yogyakarta : Nuha Medika. Hal 4
Suradi R.dkk. (2008). Pencegahan Dan Penatalaksanaan Asfiksia Neonatorum.
Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Walyani, dkk. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi BaruLahir.
Yogyakarta: PUSTAKA BARU PRESS

Anda mungkin juga menyukai