Anda di halaman 1dari 4

PSIKOEDUKASI

“METODE PEMBELAJARAN”

Dosen Pengampuh : Rizky Pradita Manafe, S.Psi., M.Psi., Psikolog

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 2
(KELAS C – SEMESTER V & III)

• ALISYE RITLYANI SARLITANIA SUY (1907020065)


• CHRISTIANTI LEONISA BEDA (2007020025)
• DEWI PUTRI ANGGRIANA MAUSING (1907020139)
• DWIRA P. T. A MITE (1907020170)
• ESLY DEBBY PERTAMA HEO (1907020257)
• FEBRILOLA Y. TUKA PENU (2007020112)
• JULIAN VILEMON RICHARDO DOPO (1907020239)
• MARTHINA JULI BLEGUR (1907020169)
• SILPA IRMAYATI FALLO (1907020006)
• VANIYUTI YUSRENING SARLINCE DAGA (1907020162)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2021
1. METODE LATIHAN GUGUS TUGAS
Metode gugus tugas adalah metode yang dilakukan dengan cara membentuk
leompok yang terdiri dari 3-8 orang, lalu mengerjakan tugas tertentu dan
mempresentasikan hasilnya kepada seluruh anggota kelas (peserta). Tujuan dari
metode ini adalah memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengerjakan isi
pembelajaran dalam kelompok yang cukup kecil agar masing-masing bisa melibatkan
diri dan berkontribusi secara aktif.
Contoh dari metode ini yaitu guru membuat kelompok di dalam kelas, lalu
memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan lalu dipresentasikan. Contohnya
seperti mendaur ulang sampah plastik menjadi aneka benda yang dapat digunakan
dalam kehidupan sehari-hari (seperti ecobrick, tempat sampah, tas, dll), setelah itu
peserta (siswa) mempresentasikan tugas mereka kepada seluruh anggota kelas,

2. METODE DISKUSI KASUS


Studi kasus adalah deskripsi tentang suatu situasi yang disajikan entah secara
tertulis, lewat rekaman audio, atau lewat rekaman video. Tugas peserta adalah
mempelajari dan mendiskusi-kannya dengan panduan pertanyaan-pertanyaan yang
disiapkan oleh fasilitator. Umumnya, diskusi difokuskan pada isu-isu yang terdapat di
dalam situasi yang dideskripsikan: tindakan apa yang perlu dilakukan atau pelajaran-
pelajaran apa yang bisa dipetik, serta cara mengatasi atau mencegah agar situasi
sejenis tidak terjadi di masa mendatang.
Tujuan latihan ini adalah melatih peserta mampu merumuskan sendiri
pelajaran-pelajaran dari situasi itu, tidak sekadar menerimanya dari fasilitator. Peserta
dilatih menerapkan proses berpikir yang diperlukan untuk menganalisis sebuah situasi
nyata serta mengidentifikasikan berbagai alternatif tindakan. Metode ini tidak
bertujuan mengajarkan solusi yang benar untuk menghadapi situasi problematik
tertentu, melainkan melatih peserta menganalisis dan menemukan solusi atas suatu
situasi yang bermasalah.
Ada beberapa Jenis studi kasus yaitu :
a. Studi kasus klasik. Sebagai titik tolak diskusi tentang apa yang terjadi dalam
situasi yang dideskripsikan, apa yang terjadi itu bisa dibenarkan atau tidak,
bagaimana situasi itu bisa timbul, dan bagaimana mengatasi atau menghindari
situasi serupa.
b. Studi kasus “Gateway”. Sebagai perangsang berpikir, menciptakan kebutuhan
untuk belajar, atau sebagai sarana untuk menyajikan role play atau latihan lain.
c. Vignette. Sering disebut “minicase”, yaitu sebuah studi kasus pendek dan
sederhana, biasanya bertujuan melatih peserta memilih tindakan atau menguji
kemampuan peserta menggunakan pengetahuan baru.
d. Kasus contoh positif, memberikan ilustrasi tentang cara melakukan sesuatu
dengan benar. Jenis kasus seperti ini tidak selalu positif, sebab biasanya berat
sebelah sehingga tidak merangsang diskusi.

Contoh dari metode ini yaitu studi kasus tentang tindakan bullying disekolah.
Fasilitator lalu membeikan beberapa pertanyaan kepada peserta untuk memulai
diskusi (seperti; apakah disekolah atau tempat tinggal kalian terdapat kasus bully ?,
mengapa bisa terjadi ? dll), lalu mulai menulis poin penting di flipchart. Setelah itu
peserta memberikan argumen mereka mengenai cara mengurangi, mewaspadai,
mencegah kasus bully tersebut.

3. SIMULASI DAN GAMES


Game atau permainan adalah aktivitas bermain yang diformalkan, umumnya
tidak terkait langsung dengan lingkungan kehidupan nyata. Peserta diharapkan
mencapai tujuan tertentu dalam batas-batas yang ditetapkan lewat serangkaian aturan
main. Aturan main ini menentukan jenis aktivitas yang harus dilakukan dan kapan
permainan harus diakhiri
Simulasi mempresentasikan situasi kehidupan nyata tertentu, tetapi
komponen-komponen dan saling hubungan antarkomponen itu ditampilkan
sedemikian rupa sehingga bisa dimanipulasikan atau dikendalikan oleh peserta
mengikuti kerangka waktu yang ditentukan.
Simulasi atau permainan sama-sama bertujuan menciptakan atau
menghadirkan kembali proses, kejadian, atau serangkaian situasi, biasanya bersifat
kompleks, sehingga peserta bisa menghayati dan memanipulasikan situasi itu tanpa
perlu menanggung risiko yang biasanya timbul, dan selanjutnya bisa menganalisa apa
yang terjadi,
Contoh dari metode ini yaitu simulasi mitigasi bencana alam (banjir, gempa
bumi, gunung meletus, dll) atau simulasi pramugari menjelaskan cara menyelamatkan
diri jika pesawat menunjukkan tanda bahaya.
4. LATIHAN BERMAIN PERAN (Role-play)
Latihan bermain peran yaitu kegiatan mensimulasikan sebuah situasi interaktif
nyata atau hipotesis oleh peserta. Biasanya diikuti diskusi dan analisis, untuk
mengetahui bagaimana interaksi itu dirasakan atau dihayati, apa yang terjadi, dan
mengapa demikian. Peserta bisa memperoleh umpan balik tentang tingkah lakunya
selama bermain peran.
Permainan peran bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta untuk
menghayati sebuah interaksi, deengan menggunakan cara yang sudah biasa
dilakukannya atau dengan cara baru. Jika menggunakan cara baru, maka metode ini
juga memberi kesempatan kepada peserta untuk mempraktikkan carabaru itu dan
memberinya umpan balik tentang tingkah lakunya dalam interaksi itu.
Contoh bermain peran sendiri yaitu peserta diminta melakukan peran sebagai
guru, perawat, dokter, orangtua, dan figur lainnya. Jika bermain peran dalam
kelompok, peserta dapat melakukan bermain peran sebagai orangtua menasehati anak
jika anak melakukan kesalahan atau lainnya. Bisa juga permainan peran polisi yang
menilang anak dibawah umur yang mengendarai sepeda motor dan tidak memakai
helm.

SUMBER : Supratiknya, A. 2008. Merancang Program dan Modul Psikoedukasi.


Yogyakarta; Universitas Sanata Dharma.

Anda mungkin juga menyukai