Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PEMBELAJARAN MATEMATIKA

“Descrete Trial Training”

DOSEN PENGAMPU :

Dra. Hj. Zulmiyetri, M.Pd.

Kelompok 3 :

1. Fitri Maulidazani 19003014

2. Nofriyaldi 19003081

3. Moriarti Warjean Luke 19003144

4. Annisa 19003119

5. Meza Almayeni 19003176

PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah swt karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah pembelajaran matematika
untuk anak berkebutuhan khusus. Adapun judul dari makalah ini adalah
“Descrete Trial Training”.

Dalam menyelesaikan makalah ini penulis banyak mendapat banyak


bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada
semua pihak yang telah membantu semua tulisan ini.

Hanya doa yang dapat penulis berikan, semoga segala bantuan yang telah
diberikan kepada penulis dibalas dan dinilai sebagai amal ibadah oleh Allah
swt. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Demikianlah makalah ini dibuat semoga
bermanfaat bagi kita semua.

Padang, 31 Agustus 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................2

C. Tujuan....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

A . Pengertian Descrete Trial Training.........................................................................3

B. Prosedur Descrete Trial Training............................................................................5

C. Penilaian Descrete Trial Training...........................................................................6

BAB III PENUTUP..........................................................................................................10

A. Kesimpulan..........................................................................................................10

B. Saran....................................................................................................................10

Daftar rujukan..................................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang kejiwaan.


Psikolog yang berasal dari bahasa Yunani yang merupakan gabungan
kata dari psyche dan logos. Psyche yang berarti jiwa dan logos yang
berarti ilmu, yang terdiri dari 3 bagian utama, yaitu pikiran, perasaan, dan
tindakan. Menurut Wundth (1829), Ilmu yang mempelajari pengalaman
yang timbul pada diri manusia, seperti perasaan panca indera, pikiran,
feeling, dan kehendak. Psikologi juga membahas bagaimana
perkembangan seorang anak dari dalam kandungan yang akan
mempengaruhi perkembanagannya dimasa yang akan datang.

ABA menerapkan ilmu Behaviorisme untuk membawa


perubahan yang berarti dalam tindakan individu. Ini melihat perilaku
sebagai proses tiga langkah antaseden (istyarat atau instruksi), perilaku
dan konsekuensinya. ABA menerapkan prinsip ini sebagai interfensi untuk
menghasilkan perubahan perilaku yang positif. Di luar bidang autisme, ini
banyak digunakan untuk membantu indivudu mengembangkan perilaku
positif seperti kebiasan belajar yang baik. Ini juga digunakan untuk
membantu mereka yang berjuang dengan perilaku yang bermasalah seperti
kecanduan narkoba

DTT adalah teknik ABA terstruktur yang memecah keterampilan


menjadi komponen kecil “diskrit”. Secara sistematis, pelatihan
mengajarkan keterampilan ini satu persatu. Sepanjang jalan, paltihan
menggunakan bala bantuan nyata untuk perilaku yang diinginkan. Untuk
seorang anak, ini mungkin termasuk permen atau mainan kecil.

1
B. Rumusan Masalah

1. Pengertian Descrete Trial Training

2. Prosedur Descrete Trial Training

3. Penilaian Descrete Trial Training

C. Tujuan

Agar dapat memberikan informasi mengenai pembelajaran matematika


untuk anak berkebutuhan khusus, terutama “Descrete Trial Training”,
mulai dari pengertian dari Descrete Trial Training, prosedur atau
langkah- langkah dalam Descrete Trial Training dan penilaian
Descrete Trial Training.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Descrete Trial Training

Arti harfiah dari Discrete Trial Training adalah latihan uji coba
yang terukur dan teramati karena membagi keterampilan yang kompleks
menjadi sederhana dan mudah diterapkan bagi anak dengan autisme.
Menurut Handojo, DTT terdiri dari “siklus” yang dimulai dengan
instruksi, prompt dan diakhiri dengan imbalan Discrete Trial Training ini
diajarkan secara sistematik (berurutan), Teknik terstruktur dan terukur
dengan memberikan instruksi spesifik yang singkat, jelas dan konsisten
sehingga memudahkan anak dengan autisme menangkap maksud dari
pemberi instruksi. Menurut Smith dalam Fauziah, Discrete Trial Training
adalah teknik terbaik dari analisis tingkah laku (behavior analysis) untuk
meningkatkan keterampilan pada anak dengan autisme. Penggunaan teknik
ini adalah untuk mengajarkan anak dengan autisme mengenai bagaimana
belajar dari lingkungan, bagaimana merespon lingkungan dan
mengajarkan perilaku yang sesuai agar anak dengan autisme dapat
membedakan berbagai hal tertentu dari berbagai macam rangsangaan.
Smith dalam Fauziah juga mengungkapkan bahwa discrete trial
adalah unit instruksi yang terdiri dari antecedent, respons dan
konsekuensi. Bagian dalam discrete trail yakni; an antecedent stimulus, a
prompt, a response, a consequence dan intertribal interval. Format umum
dari teknik ini adalah pemberian suatu stimulus atau rangsangan berupa
instruksi kepada anak, kemudian diikuti oleh prompt untuk menimbulkan
respon yang dimaksud, lalu memberikan imbalan atas respon anak dan
terdapat senggang waktu atau interval singkat sebelum mencoba uji coba
berikutnya. (LESTARI, 2016)
Dalam (Nabila et al., 2019) Metode Discerete Trial Training (DTT)
merupakan metode turunan dari pendekatan ABA (Applied Behavior
Analysis). DTT adalah salah satu teknik utama dari pendekatan ABA,
sehingga kadang ABA disebut juga DTT (Koerniandaru, 2016). Menurut
Cahyanti, Hitipeuw, dan Huda (2014) menyebutkan bahwa pendekatan
ABA adalah pendekatan yang sistematik, terstruktur, dan terukur. DTT ini
mengajarkan atau melatih anak dengan cara melakukan uji coba yang
dilakukan secara terpisah atau paket-per paket.
Menurut Sulistiyaningsih (2017) metode DTT ini menekankan
pada memecah ketrampilan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil,
melatihnya satu persatu ketrampilan tersebut dan diulang-ulang hingga
periode waktu tertentu. DTT terdiri dari “siklus” yang dimulai dengan
instruksi, dorongan (prompt), dan diakhiri dengan imbalan (Handojo,
2009). Program DTT didasari oleh model perilaku operant conditioning.
Metode ini dapat digunakan sebagai metode dalam upaya pengendalian
perilaku. Suatu perilaku tertentu dikendalikan melalui manipulasi imbalan
dan hukuman (Koerniandaru, 2016).
Metode Discrete Trial Training atau DiscreteTrial Teaching (DTT)
merupakan salah satu teknik utama dari Applied Behaviour Analysis
(ABA) (Handojo, 2009:8) dengan memecah materi menjadi bagian-bagian
kecil. Metode DTT diberikan dengan menggunakan media pembelajaran
sebagai penunjang, dan media untuk berlatih. Media pembelajaran yang
menggunakan konsep animasi 2 dimensi ini didasari oleh penggunaan
mode komunikasi yang banyak digunakan oleh anak autis, dalam buku
Komunikasi Sosial Anak dengan Autism Spectrum Disorder
(Wijaya,2017:36)menjelaskan bahwa mode komunikasi menggunakan
gambar memiliki tingkat kompleksitas ingatan, dan pemrosesan, serta
pemahaman abstrak yang rendah, sementara pemahaman secara konkret
tinggi, sehingga lebih mudah diterima oleh anak autis.(Widyanti &
Mahmudah, 2018)
B. Prosedur Descrete Trial Training

Marjoe H. Charlop-Christy, dkk. Dala,(LESTARI,2016)


mengemukakan bahwa DTT dalam pelaksanaannya terdapat stimulus,
respon dan prompt, tetapi ada peraturan penting yang harus dilakukan
selama melakukan intervensi, yaitu seperti stimulus yang dilakukan secara
spesifik (jelas), waktu yang tepat, perkiraan keberhasilan anak dalam
merespon dan dari keduanya harus secara alami dan cepat tanggap
sehingga konsekuensi dapat diberikan secara tepat. Ketaatan pada
peraturan penting ini sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dari
treatment atau intervensi dan untuk menentukan alternatif yang dibutuhkan
dalam pelaksanaan intervensi jika diperlukan.
teknik Discrete Trial Training terdapat instruksi yang diberikan
secara jelas, konsisten, tegas tetapi tidak membentak dan singkat. Instruksi
singkat yang dimaksud adalah instruksi yang hanya terdiri dari satu kata
yaitu kata kunci dari perintah. Instruksi yang diberikan juga harus jelas
dalam artian sesuai dengan apa yang ingin diajarkan dan hanya
mengajarkan satu aktivitas, sedangkan instruksi yang konsisten adalah
kata-kata yang digunakan terapis untuk satu intruksi tahap awal harus
pesis sama.
Secara skematis, siklus dalam DTT bisa digambarkan sebagai
berikut:
1. Siklus Penuh, pelaksanaan dilakukan dengan cara memberikan
instruksi pertama, menunggu respon selama lima detik. Bila taka
da respon anak tidak ada maka lanjutkan dengan pemberian
instruksi kedua kemudian menunggu respon selama lima detik.
Bila respon anak masih belum ada, dilanjutkan dengan pemberian
instruksi ketiga, kemudian langsung memberikan prompt
(diberikan bantuan) dan segera diberikan imbalan. Pencatatan hasil
dari siklus penuh ini adalah P, karena anak masih memerlukan
Prompt.
2. Jika telah dilakukan siklus penuh, maka dapat terjadi kemungkinan
kedua. Pada kemungkinan kedua ini dapat terjadi siklus tidak
penuh yaitu instruksi diberikan kemudian menunggu respon anak
selama lima detik. Bila anak tidak merespon, lanjutkan dengan
pemberian instruksi kedua. Setelah memberikan instruksi kedua,
guru menunggu respon anak selama lima detik. Bila anak tidak
merespon juga, dilanjutkan dengan pemberian instruksi ketiga.
Setelah pemberian instruksi ketiga ini, ada kemungkinan anak
mampu melakukan respon tanpa prompt, maka guru segera
memberikan imbalan pada anak. Hasil dari siklus tidak penuh
seperti ini juga dicatat dengan P karena masih ada prompt suara
yaitu instruksi kedua.
3. Setelah kedua siklus diatas dilakukan, anak kemungkinan akan
langsung dapat merespon instruksi tanpa prompt (bantuan), maka
guru harus segera memberi imbalan. Siklus ini dinamakan sebagai
siklus pendek. Hasil dari siklus pendek seperti ini dicatat sebagai A
karena anak mampu melakukan apa yang diinstruksikan secara
mandiri.

C. Penilaian Descrete Trial Training

Discrete Trial Training Menurut Ronny Danuatmaja, teknik


Discrete Trial Training dapat membangun kemampuan yang bermanfaat
untuk melatih keterampilan yang tidak dimiliki anak, mulai dari respon
sederhana hingga keterampilan yang kompleks seperti komunikasi
spontan dan interaksi sosial. Teknik Discrete Trial Training ini
mengajarkan anak bagaimana merespon stimulus dari lingkungan dan
melatih perilaku yang sesuai agar anak dapat membedakan berbagai hal
tertentu dari berbagai macam rangsangan. Hal yang terpenting adalah
mengajarkan anak untuk siap belajar.
Jadi, manfaat dari teknik Discrete Trial Training adalah untuk
melatih keterampilan anak dengan autisme mulai dari keterampilan
mengikuti perintah sederhana hingga keterampilan yang kompleks seperti
berinteraksi dengan orang lain dengan cara yang jelas, sistematis dan
konsisten. Penggunaan teknik Discrete Trial Training yang terdapat
dalam metode ABA berdampak positif bagi anak karena dilakukan tanpa
adanya kekerasan dan mampu memberikan stimulasi sensoris dan motoris
yang cukup, tuntas, konsisten dan berkelanjutan. Stimulasi yang terus-
menerus dan menyenangkan akan direkam oleh otak anak yang lama-
kelamaan akan membentuk perilaku yang baik dan stabil pada anak.
Jadi terkait dari penilaian DTT itu sendiri dari beberapa pernyataan
yang didapatkan bahwa penilain tergantung dari seberapa kemampuan
anak dalam menjalan Teknik tersebut, apakah anak bisa mengikuti
perintah yang sudah diberikan, apakah anak memiliki permasalahan dalam
Teknik DTT tersebut jadi penilaian nya berkaitan dengan sejauhmana
kemampuan anak dalam melaksanakan Teknik DTT tersebut.
Contoh Praktek Descrete Trial Training
Berikut adalah contoh praktek dari DTT saat menyuruh anak duduk :
Berdasarkan gambar diatas, dapat diketahui bahwa langkah- langkah
pelaksanaan DTT untuk perintah duduk adalah :

1. instruksi sederhana diberikan


2. Guru menunggu respon anak, jika anak tidak merespon setelah beberapa
detik, berikan prompt lisan
3. jika anak tidak merespon, berikan prompt fisik,
4. jika anak merespon dengan benar, berikan reward.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jadi dapat disimpulkan bawah nilai dari DTT ini, kita akan
menemukan lebih baik untuk mengajar anak-anak bagaimana
berkomunikasi dan berinteraksi dalam masyarakat untuk memberikan
mereka lebih banyak kenormalan dalam hidup mereka. Setiap metode
perlatihan harus beradaptasi dengan tingkat kognisi dan komunikasi yang
dimiliki siswa. Discrete Trial Training adalah upaya untuk memberikan
anak keterampilan penting untuk kehidupan sehari-hari yang dapat
dikonfigurasi dengan kemampuan siswa mempersiapkan mereka untuk
menghadapi kehidupan yang sepunuhnya mungkin.
Singkatnya, DTT adalah intervensi langkah demi langkah singkat
yang dirancang untuk meningkatkan keterampilan tertentu dengan cara
yang seefisien mungkin. Konsentrasinya pada kepositifan dan singkatnya
memungkinkan pembentukan perilaku penting yang produktif dalam
format yang mudah dicerna.

B. Saran

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca


agar penulis dapat menyempurnakan laporan lebih baik lagi, dan semoga laporan
ini dapat berguna bagi pembaca.
Daftar rujukan

Biasa, P. L., Gelar, M., & Pendidikan, S. (2016). Penggunaan Teknik


Discrete Trial Training.

Checklist, I., & Summary, E. B. (n.d.). Module : Discrete Trial Training


( DTT ) Evidence-Based Practice Brief : Discrete Trial Training ( DTT )
Module : Discrete Trial Training ( DTT ) Overview of Discrete Trial
Training.

LESTARI, M. N. (2016). Penggunaan Teknik Discrete Trial Training.

Nabila, R. R., Amalia, G., Safitri, J., Zwagery, R. V., Psikologi, P. S., Kedokteran,
F., Mangkurat, U. L., Km, A. Y., & Selatan, B. K. (2019). Penerapan
Metode Discrete Trial Training ( Dtt ) Dalam Meningkatkan Kemampuan
Bicara Pada Anak Yang Mengalami Keterlambatan Bicara Application of
Discrete Trial Training ( Dtt ) Method To Improve Speech Ability on
Children With Speech Delay. 2, 119–125.

Widyanti, M. K., & Mahmudah, S. (2018). Pengaruh Metode Discrete


Trial Training Bermedia Animasi 2 Dimensi Terhadap Kemampuan
Menulis Permulaan Anak Autis di Surabaya. 1–12.

Anda mungkin juga menyukai