Anda di halaman 1dari 27

PENUNTUN LABORATORIUM

KEPERAWATAN ANAK II

TIM PENGAJAR KEPERAWATAN ANAK II


PRODI S1 KEPERAWATAN
STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
2021

Penuntun Lab Keperawatan Anak II Prodi S1 Keperawatan


STIKES PANAKKUKANG,2021 Page 1
PENUNTUN
LABORATORIUM
KEPERAWATAN ANAK II

Disusun oleh :
TIM DOSEN
KEPERAWATAN ANAK II
Disajikan pada Mahasiswa Semester V
Program Studi S1 Keperawatan
STIKES Panakkukang Makassar
2021

Penuntun Lab Keperawatan Anak II Prodi S1 Keperawatan


STIKES PANAKKUKANG,2021 Page 2
PROGRAM LABORATORIUM
KEPERAWATAN ANAK II

A. Latar Belakang
Mengacu pada Kurikulum Inti Pendidikan Ners Indoneisa yang berbasis Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) yang terintegrasi (AIPNI) Program Studi S1
Keperawatan STIKES Panakkukang Makassar bahwa pada semester V mahasiswa
mendapatkan mata kuliah Keperawatan Anak II dengan metode STUDENT CENTER
LEARNING (SCL) yang terdiri dari kuliah, diskusi dan Laboratorium. Laboratorium
dilaksanakan dalam bentuk praktek belajar laboratorium.
Kegiatan Laboratorium yang dilaksanakan bertujuan agar mahasiswa mampu
mendemonstrasikan intervensi keperawatan baik mandiri maupun kolaborasi pada
kronis/terminal dengan menerapkan konsep ilmu dasar keperawatan dan ilmu keperawatan
dasar sesuai SOP serta menerapkan prinsip atrauma care, legal dan etis dan melaksanakan
komunikasi yang efektif disetiap keterampilan klinik yang biasa dilakukan dan ditemukan
dirumah sakit tempat mahasiswa melaksanakan kepanitraan klinik dan mengenali situasi
nyata klinik.
Laboratorium ini merupakan bentuk belajar aktif dan merupakan praktek yang
memungkinkan mahasiswa memperoleh pengalaman dalam melaksanakan praktek
Laboratorium ataupun telaah kasus dirumah sakit. Peserta didik diberikan kesempatan untuk
mengkaji semua kemampuan kognitif, komunikatif dan keterampilan motorik yang diperoleh
selama dikelas untuk diterapkan pada saat praktek di laboratorium dan membandingkannya
dengan kasus nyata.
Diharapkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar dan bimbingan secara
bertahap sesuai dengan tujuan belajar. Untuk mencapai tujuan belajar tersebut diperlukan alat
dan bahan laboratorium dan SOP keterampilan serta check list yang sesuai .
B. Capaian Pembelajaran
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mahasiswa mampu mendemonstrasikan intervensi keperawatan baik mandiri
maupun kolaborasi pada kronis/terminal dengan menerapkan konsep ilmu dasar keperawatan
dan ilmu keperawatan dasar
2. Tujuan Khusus
a. Menguasai prosedur pelaksanaan praktik keperawatan pemberian kemoterapi yang
dilakukan secara mandiri atau berkelompok

Penuntun Lab Keperawatan Anak II Prodi S1 Keperawatan


STIKES PANAKKUKANG,2021 Page 3
b. Menguasai prosedur pelaksanaan praktik keperawatan Pemberian desferal yang
dilakukan secara mandiri atau berkelompok .
c. Menguasai prosedur pelaksanaan praktik keperawatan Terapi lain pada anak sakit
kronis/terminal yang dilakukan secara mandiri atau berkelompok
C. Strategi Pelaksanaan
1. Persiapan Administrasi
a. Pembagian kelompok dalam dan diluar Makassar
b. Penyusunan program praktek laboratorium
c. Penyusunan jadual laboratorium
d. Persiapan aalat dan bahan, laboratorium, format pengkajian, kasus, check list pelaksanaan
keterampilan dan penilaian
e. Pengarahan program laboratorium kepada mahasiswa.
2. Pelaksanaan
a. Praktek Laboratorium dilaksanakan sesuai dengan matrik perkuliahan yang telah
ditetapkan secara hybrid (gabung antara virtual lab dan offline)
b. Tempat pelaksanaan skill laboratorium keperawatan dan ditempat masing-masing
c. Jumlah mahasiswa : 53 orang Mahasiswa yang terbagi dalam kelompok yang berada
diMakassar dan diluar Makassar
3. Medialaboratorium : Virtual Lab hybrid offline
4. Kegiatan Mahasiswa
a. Mengikuti pengarahan dan pembimbing lab
b. Mengikuti pre dan post conference serta bimbingan yang dilaksanakan selama lab baik
secara virtual maupun offline
c. Mengisi daftar hadir yang telah ditentukan
d. Menyusun laporan akhir pelaksanaan lab.

D. Metode Pembelajaran :
1. Demonstrasi
2. Ceramah
3. Diskusi
4. Partisipasi aktif dalam skill lab (simulasi)
5. Evaluasi melalui daftar tilik

E. Metode dan Media Laboratorium


Tujuan Metode Media
Eksposisi presentasi, Demonstrasi Dokumen,/PPT,
Video.Kelas Virtual
Aplikatif Games, simulasi,case Video, animasi, e- tutorial,
study,project work, grup activity
interaktif,case study

ALOKASI WAKTU
Kegiatan virtual laboratorium Waktu Deskripsi
1. Pembukaan/Pengantar 5-10 Pengantar penjelasan tindakan
keperawatan dan pencapaian
(F2F) menit
kompetensi yang ingin dicapai dari
setiap tindakan
2. Inti /Demonstrasi : 30 1. Mengatur posisi duduk

Penuntun Lab Keperawatan Anak II Prodi S1 Keperawatan


STIKES PANAKKUKANG,2021 Page 4
Pemutaran Video menit mahasiswa,
2. Memberikan pemutaran video
tindakan keperawatan/
pelaksanaan labskill
Powerpoint 3. Instruktur memberikan contoh
bagaimana cara melakukan
tindakan kep.
4. Mahasiswa
mengamati/memperhatikan

3. Tanya Jawab 10 1. Memberikan kesempatan bertanya


pada aspek-aspek yang penting
menit
2. Mahasiswa dapat menanyakan
hal-hal yang belum dimengerti
dan instruktur menanggapinya
4. Penutup :Praktek bermain 80-120 1. Mahasiswa melakukan praktek yang
telah didemonstrasikan
peran dengan umpan menit 2. Mengirimkan ke video untuk dievaluasi
dengan menggunakan daftar tilik
balik 3. Setiap mahasiswa wajib berlatih minimal
1 kali
5. Penutup : Evaluasi 10 1. Evaluasi terhadap tindakan yang sudah
dilakukan
menit

F. Persyaratan Praktik Laboratorium :


1. Mahasiswa telah mengikuti pokok bahasan yang telah dipraktikkan
2. Mahasiswa wajib mempelejari penuntun pelaksanaan laboratorium
3. Mahasiswa telah menguasai secara teori materi praktikum
4. Menataati jadwal / waktu pelaksanaan praktikum yang telah ditetapkan
5. Hadir diruangan zoom Virtual laboratorium 15 menit sebelum pelaksanaan
praktikum dan memakai pakaian yang rapi
6. Pelaksanaan praktikum dilaksanakan selama 170 menit dan mahasiswa wajib
mengikuti kegiatan tersebut sampai selesai
7. Mahasiswa harus berperan aktif dalam laboratorium

Penuntun Lab Keperawatan Anak II Prodi S1 Keperawatan


STIKES PANAKKUKANG,2021 Page 5
G. Tindakan Laboratorium
No Tindakan Dosen Pengampu
01 Pemberian Desferal + Pengukuran Mikawati,Skp,M.Kes
Antropometri & MTBS + Tindakan suction &
Nebuliser
02 Terapi lain pada anak sakit kronis/Terminal+ Ns. Muaningsih,S.Kep,M.Kep Sp. Mat
Pemberian Imunisasi dan Pemeriksaan fisik
Pemberian Kemoterapi

H. Jadwal Laboratorium
No Hari Tanggal/Jam Tindakan/Dosen/Kelompok
Klp 1 Klp 2 Ruangan
1 Jumat 15 0ktober MTBS (Mikawati) Terapi lain pada anak Online
2021 sakit kronis/Terminal
13.20-16.10 (Muaningsih,)
2 Kamis, 21 Oktober Terapi lain pada anak sakit MTBS (Mikawati) Online
2021 kronis/Terminal
08.30-11,.20 (Muaningsih,)
3 Kamis, 21 oktober Pemberian Desferal Pemberian Kemoterapi Online
2021 (Mikawati) (Muaningsih,)
13.00-16.10
4 Jumat,22 Oktober Pemberian Kemoterapi Pemberian Desferal Online
2021 (Muaningsih,) (Mikawati)
10.10-13.00
5 Jumat, 22 Oktober Tindakan suction + Pemberian Imunisasi Online
14.00-16.50 Nebulizer Muaningsih,
Mikawati
6 Kamis, 4 November Pemberian Imunisasi Tindakan suction + Online
2021 Muaningsih, Nebulizer
08.30-11.20 Mikawati
7 Kamis, 4 November Review semua Tindakan Review semua Mandiri
2021 (Klp 1A) Tindakan (Klp 2A) (Offline)
13.00-16.10
8 Jumat, 5 November Review semua Tindakan Review semua Mandiri
2021 (klp IB) Tindakan (Klp 2B) (Offline)
10.10-13.00
9 Jumat, 5 November Ujian (Tentave) Mandiri
2021 (Offline)
14.00-16.50

Penuntun Lab Keperawatan Anak II Prodi S1 Keperawatan


STIKES PANAKKUKANG,2021 Page 6
KELOMPOK I :
Kelompok 1 A
1. Arisa Dsul Fitri Jabbar 1701007
2. Andi Anugrah Oktaviani 1901001
3. Fika Wulandari 1901012
4. Hartati 1901014
5. Hasra Larasati HS 1901051
6. Indri Febrianti 1901018
7. Sri Anggriani 1901025
8. Nur aziza 1901026
9. Putri Fajrianti Sultan 1901031
10. Rahmat Hidayat 1901032
11. Sherliwati 1901037
12. Wahyuni Eka Putri 1901045
13. Widya Yustika Rini Lahay 1901052

Kelompok IB
1. Sekarini M 1801044
2. Andi Nurul Azizah Masdulhaq 1901002
3. Ifa Kharimatul Ilmi 1901015
4. Khaerunisa 1901019
5. Putri Luthfiah Maharani 1901029
6. Ratna Sari 1901034
7. Sitti Hajar 1901038
8. Sutriani 1901042
9. Suci Mawadah 1901041
10. Nurul Islamiah 1901028
11. Yuliana 1901049
12. Yulia Ningsi Mogempo 1901048
13. Waode Elmardinah 190104

Penuntun Lab Keperawatan Anak II Prodi S1 Keperawatan


STIKES PANAKKUKANG,2021 Page 7
KELOMPOK II
Kelompok IIA
1. Atika Asri Putri 1901003
2. Azizah Az-zahra A.hasan 1901004
3. Dwi Lestari 1901008
4. Dita Indah Sari 1901007
5. Ika Lestari 1901016
6. Putri Irawani 1901030
7. Rahmawati 1901033
8. Riskawati 1901036
9. ST Misrawati 1901040
10. Muhamad Ilham 1901022
11. Wigia Irdianto Tangdiombo 1901047
12. Zahura Mufida 1901050

KELOMPOK IIB
1. Azky Nur Salsabyla 1901005
2. Dhea Ananda Bahtiar 1901006
3. Dewi Sartika 1901009
4. Febe Widionita Djodju 1901011
5. Indrawati Maulana 1901017
6. Gita Anggrini 1901013
7. Nadiya Elsa 1901024
8. Nur Indah Hasman 1901027
9. Resky Awalia 1901035
10. Sri Ayu Kandi S 1901039
11. Tri Septika Ningsih 1901043
12. Wanda Wahyuni 1901046

Penuntun Lab Keperawatan Anak II Prodi S1 Keperawatan


STIKES PANAKKUKANG,2021 Page 8
PROSEDUR PEMBERIAN DESFERAL

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti praktikum berikut diharapkan mahasiswa dapat melakukan
keterampilan dalam tehnik pemberian desferal pada anak

2. TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti praktikum berikut diharapkan mahasiswa dapat:
a. Menjelaskan tindakan secara lisan dengan tepat
b. Mengidentifikasi dan menyiapkan alat secara mandiri dengan tepat
c. Melakukan tindakan memindahkan pasien secara mandiri atau berkoordinasi bersama
perawat lain dengan tepat

B. KONSEP TINDAKAN
1. Pengertian
Memberikan obat desferal secara sub cutan yang diberikan melalui alat infus pump dalam
waktu 8-12 jam
2. Tujuan
Menurunkan/mencegah penumpukan Fe dalam tubuh baik itu hemocromatosis (penumpukan
Fe di bawah kulit) atau pun hemosiderosis (penumpukan Fe dalam organ)
3. Indikasi & Kontraindikasi :
a. Indikasi : Dilakukan pada klien dengan thalasemia yang mendapatkan transfusi darah
secara rutin (berulang) Kadar Fe 1000 mg/ml Dilakukan 4 - 7 kali dalam seminggu post
transfuse
b. Kontraindikasi : Tidak dilakukan pada klien dengan gagal ginjal
D. Konsep Yang Mendasari :
a. Definisi Thalasemia
Thalasemia adalah kelainan herediter berupa defisiensi salah satu rantai globin pada
hemoglobin sehingga dapat menyebabkan eristrosit imatur (cepat lisis) dan menimbulkan
anemia.
b. Klasifikasi thalasemia :
1) Thalasemia minor, biasanya tidak menunjukkan gejala klinis yang jelas, anemia ringan
2) Thalasemia intermediate, ditandai dengan splenomegali dan anemia yang muncul pada
usia 2-4 tahun, sehingga membutuhkan transfusi darah.

Penuntun Lab Keperawatan Anak II Prodi S1 Keperawatan


STIKES PANAKKUKANG,2021 Page 9
3) Thalasemia mayor, biasanya ditandai dengan munculnya gejala face cooley,
hepatosplenomegali, anemia berat, gangguan pertumbuhan dan deformitas tulang,
dimana gejala-gejala tersebut muncul lebih awal sejak usia 2-12 bulan dan sangat
ketergantungan terhadap transfusi darah.
c. Komplikasi pemberian transfusi darah yang rutin (berulang) Transfusi darah yang
dibutuhkan klien thalasemia berupa PRC (Packed RedCell), yang diberikan secara rutin
setiap kadar Hb klien turun dibawah normal (< 10 mg/dl) sebanyak 10-20 cc/kgBB.
d. Pemberian transfusi darah akan menyebabkan pemecahan Hb yang menghasilkan Fe yang
dibutuhkan untuk pembentukan eritrosit yang baru, namun dengan pemberian transfusi darah
secara rutin (berulang) akan menimbulkan komplikasi dari pemecahan Hb yang berlebih
yang dapat menghasilkan Fe dalam jumlah yang berlebih sehingga sisa Fe ini akan
menumpuk atau tertimbun dalam tubuh manusia, diantaranya :
2) Hemosiderosis, yaitu penumpukan Fe dalam organ baik itu dalam hepar (berakibat
hepatomegali), spleen (berakibat splenomegali), jantung, pancreas, atau kelenjar
hypofise (penurunan growth hormone).
3) Hemocromatosis, yaitu penumpukan Fe di bawah kulit sehingga warna kulit tampak
hitam keabuan. Penumpukan Fe tersebut dapat dikurangi atau dicegah dengan
pemberian chelating agent yaitu dengan pemasangan desferal, dimana kelebihan Fe ini
akan dapat terbuang melalui urin dan feces.

Penuntun Lab Keperawatan Anak II Prodi S1 Keperawatan


STIKES PANAKKUKANG,2021 Page 10
TEHNIK PEMBERIAN DESFERAL
No. Dokumen : Revisi Halaman : 3 lembar
SPO / Kep / panum
001
STANDAR Tanggal terbit : Ditetapkan,
OPERASIONAL
Ketua STIKES panakkukang
PROSEDUR

PERSIAPAN
KLIEN DAN 1. Mengucapkan salam & memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan prosedur
LINGKUNGAN
3. Menanyakan persetujuan orangtua klien untuk dilakukan tindakan
4. Mempersiapkan lingkungan yang tenang
ALAT 5. Steril : Syringe 10 cc Wing needle
6. Tidak Steril : Alas Bengkok
7. Komponen Kerja
8. Pencapaian Kapas alkohol pada tempat tertutup
9. Infusa pump
10. Obat yang diperlukan (desferal)
11. Pengencer (aquadest steril) dalam botol
12. Perban gulung /kantong
13. infusa pump
14. Plester
15. Gunting plester
16. Mempersiapkan obat desferal sesuai kebutuhan
17. Melakukan cek ulang obat yang akan diberikan sesuai perencanaan
18. Mengkalkulasi dosis sesuai kebutuhan klien Usia > 5 tahun = 1 gram
(2 vial) Usia < 5 tahun = 0,5 gram (1 vial)
19. Mengencerkan obat dengan tepat : (catatan : 1 vial (0,5 gram) obat
desferal dioplous dengan aquadest 4-5 cc)
20. Membersihkan bagian atas botol aquadest dengan kapas alkohol dan
menarik cairan secukupnya dengan menggunakan syringe/spuit 10 cc,
kapas buang ke bengkok
21. Membersihkan bagian atas botol vial desferal dengan kapas alkohol
dan membiarkan kering sendiri, membuang kapas alkohol ke bengkok
22. Memasukkan jarum syringe 10 cc yang berisi aquadest melalui karet
penutup botol ke dalam botol aquadest dari botol
23. Kocok vial obat sampai mencampur rata
24. Memegang botol dengan tangan yang tidak dominan dan tarik obat
sejumlah yangdiperlukan
25. Memeriksa adanya udara dalam syringe/spuit, bila ada keluarkan
dengan posisi tepat
26. Mengecek ulang volume obat dengan tepat9. Menyambungkan
syringe/spuit dengan wing needle
27. Memeriksa kembali adanya udara dalam syringe/spuit & wing needle,
bila ada keluarkan dengan posisi yang tepat
28. Menyiapkan infus pump
29. Membawa peralatan ke dekat klien

Penuntun Lab Keperawatan Anak II Prodi S1 Keperawatan


STIKES PANAKKUKANG,2021 Page 11
TAHAP PRA 30. Melakukan verifikasi data pasien ( nama pasien,umur ( pertimbangan
usia) , jenis kelamin, keadaan /kondisi pasien, dll )
INTERAKSI
31. Mencuci tangan
TAHAP ORIENTASI 32. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik ( menyebut nama
pasien dan perkenalkan diri perawat )
33. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan pada pasien dan
/ keluarga (perhatikan psikologi perawat & pasien )
34. Menanyakan kesiapan klien sebelum tindakan dilakukan
35. Memasang tirai / penutup
36. Mengatur posisi klien
37. Mencuci tangan
38. Memakai sarung tangan

39. Mencuci tangan Menggunakan sarung tangan bila pada pasien yang
menderita penyakit menular (AIDS, Hepatitis B)
40. Menjaga privacy dan mengatur kenyamanan klien Mendekati dan
mengidentifikasi klien Jelaskan prosedur kepada klien dengan bahasa
yang jelas - Memasang sampiran (bila perlu)
41. Memperhatikan teknik aseptic & antiseptic
42. Mempersiapkan alat dan klien
43. Menyiapkan plester untuk fiksasi Memasang alas/perlak
Mendekatkan bengkok pada klien
44. Menyuntikkan desferal dengan teknik steril Bersihkan lokasi injeksi
dengan alkohol dengan teknik sirkuler atau atas ke bawah sekali
hapus
45. Membuang kapas alkohol ke dalam bengkok Membiarkan lokasi
kering sendiri Menyuntikkan obat dengan tepat (subkutan : area
m.deltoid)
46. Memfiksasi wing needle dengan plester
47. Mengatur obat desferal pada alat infusa pumpab
48. Memfiksasi infusa pump dengan menggunakan perban gulung (a)
atau kantong infusa pump (b dan c)ABC
49. Mencuci tangan

Evaluasi 50. Melihat kondisi klien


51. Memperhatikan respon klien selama tindakan dilakukan
52. Menanyakan perasaan klien setelah tindakan dilakukan
53. Mendokumentasikan Tindakan
54. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dan respon klien selama
tindakan dan kondisi setelah tindakan
55. Mencatat dengan jelas, mudah dibaca,ditandatangani disertai nama
jelas
56. Tulisan yang salah tidak dihapus tetapi dicoret dengan disertai paraf
Catatan dibuat dengan menggunak ballpoint atau tinta.
57. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

Penuntun Lab Keperawatan Anak II Prodi S1 Keperawatan


STIKES PANAKKUKANG,2021 Page 12
PROSEDUR PEMBERIAN KEMOTERAPI

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti praktikum berikut diharapkan mahasiswa dapat melakukan
keterampilan dalam tehnik pemberian Kemoterapi pada anak

2. TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti praktikum berikut diharapkan mahasiswa dapat:
a. Menjelaskan tindakan secara lisan dengan tepat
b. Mengidentifikasi dan menyiapkan alat secara mandiri dengan tepat
c. Melakukan tindakan memindahkan pasien secara mandiri atau berkoordinasi bersama
perawat lain dengan tepat
d. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi pemberian kemoterapi
e. Menentukan tujuan terapi.
f. Memahami mekanisme dan cara kerja obat kemoterapi.
g. Mampu mempersiapkan pemberian kemoterapi sesuai dengan syarat-syarat yang berlaku.
h. Mampu memberi respon pemberian kemoterapi.
i. Mampu melakukan monitoring efek samping kemoterapi.
j. Mampu menangani komplikasi/efek samping pemberian kemoterapi.

B. KONSEP TINDAKAN
1. Pengertian
Kemoterapi adalah pemberian obat anti kanker (sitostatika) yang bertujuan untuk membunuh
sel kanker.
Strategi pemberian : dapat sebagai terapi ajuvan, konsolidasi, induksiI, intensifikasi,
pemeliharaan, neoadjuvan maupun paliatif.
2. Tujuan Pemberian Kemoterapi:
a. Kuratif : sebagai pengobatan
b. Mengurangi massa tumor selain dengan pembedahan atau radiasi.
c. Meningkatkan kelangsungan hidup dan kwalitas hidup penderita.
d. Mengurangi komplikasi akibat metastase.

3. Cara pemberian :

Penuntun Lab Keperawatan Anak II Prodi S1 Keperawatan


STIKES PANAKKUKANG,2021 Page 13
a. Intra vena
Pemberian intravena untuk terapi sistemik, dimana obat setelah melalui jantung
dan hati baru sampai ke tumor primer. Cara intravena ini yang paling banyak
digunakan untuk khemoterapi. Dalam pemberian intravena usahakan jangan ada
ekstravasasi obat.
b. Intra arterial
Pemberian intra arteri adalah terapi regional melalui arteri yang memasok darah ke
daerah tumor dengan cara INFUSI INTRA ARTERI menggunakan catheter dan
pompa arteri. Infus intra arteri digunakan untuk memberikan obat selama beberapa
jam atau hari.
c. Intra oral
d. Intra cavitas/intra peritoneal
Obat disuntikkan atau di instalasi ke dalam rongga tubuh, seperti intra: pleura,
peritoneum, pericardial, vesikal atau tekal.
e. Sub kutan
f. Topikal.
4. Indikasi Kemoterapi
a. Ajuvan : kanker stadium awal atau stadium lanjut lokal setelah pembedahan.
b. Neo ajuvan (induction chemotherapy) : kanker stadium lanjut lokal.
c. Paliatif : kanker stadium lanjut jauh.
d. Sensitisizer : kemoterapi yang dilakukan bersama-sama radioterapi.
5. Kontra Indikasi
1. Kontra Indikasi absolut
a. Penyakit stadium terminal.
b. Hamil trimester pertama, kecuali akan digugurkan.
c. Septokemia.
d. Koma.
2. Kontra Indikasi Relatif.
a. Usia lanjut, terutama untuk tumor yang pertumbuhannya lambat dan
sensitivitasnya rendah.
b. Status performance yang jelek.
c. Gangguan fungsi organ vital yang berat, spt : hati, ginjal, jantung, sumsum
tulang, dll.
d. Dementia.
e. Penderita tidak dapat datang ke klinik secara teratur.
f. Pasien tidak kooperatif.

Penuntun Lab Keperawatan Anak II Prodi S1 Keperawatan


STIKES PANAKKUKANG,2021 Page 14
g. Tumor resisten terhadap obat.
6. Syarat Pasien Kemoterapi Pertama
Pasien dengan keganasan memiliki kondisi dan kelemahan, yang apabila diberikan
kemoterapi dapat terjadi untolerable side effect. Sebelum memberikan kemoterapi perlu
pertimbangan sebagai berikut:
a. Menggunakan kriteria Eastern Cooperative Oncology Group (ECOG) yaitu status
penampilan ≤ 2 atau karnoffsky ≥ 60.
b. Jumlah lekosit ≥ 4000/ml.
c. Jumlah trombosit ≥ 100.000/ul.
d. Cadangan sumsum tulang masih adekuat, misal HB ≥ 10ml/dl.
e. Creatinin Clearence diatas 60ml/menit (dalam 24 jam) test faal ginjal
f. Bilirubin < 2 mg/dl, SGOT dan SGPT dalam batas normal (test faal hepar).
g. Elektrolit dalam batas normal.
h. Tidak diberikan pada usia diatas 70 tahun.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Diagnosa dan Stadium
a. Diagnosa keganasan harus sudah confirmed (tripple diagnostic) yang terdiri dari :
pemeriksaan fisik, imaging dan patologi atau sitologi.
b. Penentuan stadium : foto thorax, USG abdomen, mamografi kontra lateral, bone scan
dan lain-lain sesuai dengan jenis kankernya.
c. Laboratorium dasar : Darah Lengkap (DL), SGOT,SGPT, BUN.
d. Tinggi badan dan berat badan : mengukur luas permukaan tubuh untuk menentukan
dosis obat.
2. Pemeriksaan Tambahan
Creatinin Clearence, EKG ataupun Echocardiografi, asam urat, serum elektrolit, tumor
marker.

SOP PROSEDUR PEMBERIAN


Prosedur pemberian kemoterapi sebenarnya sama dengan pemberian obat-obat yang lain,
yaitu terdiri dari : persiapan penderita, persiapan pemberian obat, penilaian respon dan
monitor efek samping.
Hal yang menjadikannya berbeda adalah:
1. Kemoterapi diberikan pada penderita kanker, dimana penderita sangat berharap bisa
sembuh dari kankernya.

Penuntun Lab Keperawatan Anak II Prodi S1 Keperawatan


STIKES PANAKKUKANG,2021 Page 15
2. Kemoterapi memiliki tata cara khusus dalam persiapan dan pemberiannya agar tujuan
kemoterapi dapat tercapai dan petugas kesehatan serta lingkungan yang berhubungan
dengan penderita terlindungi dari toksisitas obat tersebut.
3. Efek samping kemoterapi sering bahkan hampir selalu dapat diduga.
4. Harga obatnya yang mahal.

TEHNIK PEMBERIAN KEMOTERAPI


No. Dokumen : Revisi Halaman : 3 lembar
SPO / Kep / panum
001
STANDAR Tanggal terbit : Ditetapkan,
OPERASIONAL
Ketua STIKES panakkukang
PROSEDUR

PERSIAPAN
KLIEN DAN 1. Aspek
a. Penjelasan tentang tujuan dan perlunya kemoterapi sehubungan dengan
LINGKUNGAN
penyakitnya.
b. Penjelasan mengenai macam dan jenis obatnya, jadwal pemberian dan
persiapan setiap siklus obat kemoterapi.
c. Penjelasan mengenai efek samping yang mungkin terjadi pada
penderita.
d. Pejelasan mengenai harga obat kemoterapi (kalau perlu)
e. Informed consent.
2. Aspek Onkologis, meliputi:
a. Diagnosa keganasan telah confirmed baik secara klinis (besarnya tumor
diukur dengan kaliper atau penggaris), radiologis dan patologis (triple
diagnostic), kalau memungkinkan diperiksa juga tumor marker.
b. Tentukan stadium (klinis, imaging) dengan sistem TNM.
c. Tentukan tujuan terapi (neoajuvan, ajuvan, terapeutik atau paliatif).
d. Tentukan regimen kombinasi terapi, dosis dan prosedur pemberianya.
3. Aspek Medis
a. Anamnesa yang cermat mengenai adanya komorbiditas yang mungkin
ada yang dapat mempengaruhi pemberian kemoterapi seperti usia,
penyakit jantung, hipertensi, diabetes, kelainan fungsi ginjal atau hati,
kehamilan dan lain-lain.
b. Pemeriksaan secara menyeluruh semua keadaan yang berhubungan
dengan penyakit tersebut di atas ( klinis, imaging dan laboratorium ).
4. Pemeriksaan laboratorium terdiri dari darah lengkap, fungsi hati, fungsi
ginjal, gula darah puasa dan 2 jam pp (sesuai indikasi), pemeriksaan jantung
(EKG) atau kalau perlu Echocardiography (EF).
Pada pemberian kemoterapi siklus berikutnya bila tidak ada kelainan pada
pemeriksaan fisik cukup diperiksa darah lengkap saja (HB, lekosit,
trombosit, netrofil).
a. Penentuan status performance (karnoffsky atau ECOG).

OBAT 5. Dosis : ditentukan dengan menggunakan luas permukaan tubuh (body


surface area /BSA) yang diketahiu dengan mengukur TB dan BB.

Penuntun Lab Keperawatan Anak II Prodi S1 Keperawatan


STIKES PANAKKUKANG,2021 Page 16
6. Storage dan Stability
Baca petunjuk mengenai storage dan stability masing-masing obat sehingga
tetap dalam keadaan baik. Obat yang tidak mengandung preservasi setelah
dibuka/dilarutkan (oplos) harus segera dibuang dalam waktu 8-24 jam.
7. Preparasi (pelarutan)
Pelarut untuk masing-masing obat biasanya disebutkan dalam penjelasan
pemakaian masing-masing obat. Kadang ada pelarut yang incompatible
terhadap obat-obat tertentu. Secara umum pelarut yang biasa dipakai adalah
Dextrose 5% atau NaCl fisiologis. Pelarutan/ preparation dilakukan dalam
tempat tertentu (BSC) dan dilakukan oleh petugas atau pharmacist yang
terlatih.

Persiapan : Provider 8. Memakai gaun yang khusus atau schort.


9. Memakai masker yang dispossible.
10. Memakai handscoon karet.
11. Memakai topi pelindung kepala.
12. Memakai kacamata pelindung terhadap percikan obat, tanpa
menghalangi lapangan penglihatan (kaca goggle).
13. Well trained.

Persiapan peralatan dan 14. Jarum suntik yang kecil, abocath no 20 atau 24 (disesuaikan dengan
ukuran vena).
cairan
15. Spuit disposibel 3cc, 5cc, 20cc.
16. Infus set, pada obat golongan taxan telah disediakan infus set khusus.
17. Larutan NaCl 0,9% 100 cc, NaCl 0,9% 500 cc dan aquadest 25 cc.
18. Syringe pump/infuse pump kalau ada.
19. Alas penyuntikan, untuk menghindari kontak obat dengan laken.

Penyuntikan 20. Teliti protokol pemberian obat kemoterapi yang akan diberikan.
21. Cek apakah informed consent sudah ada.
22. Pilih vena yang paling distal dan lurus (biasanya metacarpal bagian
distal) dan kontralateral dengan kankernya. Dipastikan tidak terjadi
ekstravasasi yaitu dengan memasang infus dan drip cepat.
23. Setelah penyuntikan selesai, alat-alat atau botol bekas dan obat
sitostatika dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diikat serta
dimasukkan dalam wadah sampah medis khusus.
24. Buat catatan pada rekam medik penderita, catat semua tindakan.

PENILAIAN RESPON 1. Respon lengkap atau complete response


Adalah tidak tampaknyasemua bukti adanya penyakit dan tidak
(TREATMEN
tampaknyapenyakit baru untuk selang waktu yang ditentukan (biasanya
OUTCOME) empat minggu).
2. Respon sebagian atau parial response
Adalah berkurangnya ukuran tumor paling sedikit 50% dari dua
diameter terpanjang dari semua lesi dalam waktu tidak kurang dari
empat minggu dan tidak ditemukan adanya lesi baru.
3. Respon minimal (no change)
Ukuran tumor mengecil kurang dari 50%, biasanya tidak dilaporkan
dalam Uji klinis.
4. Progression (progressive disease)
Penilaian respon kemoterapi meliputi:
1. Penilaian respon obyektif
a. Ukuran tumor.
b. Tumor marker.

Penuntun Lab Keperawatan Anak II Prodi S1 Keperawatan


STIKES PANAKKUKANG,2021 Page 17
c. Obyektif qualitatif : adalah perubahan gejala klinis misal pada tumor
otak dalam hal ini gejala neurologis.
2. Penilaian respon subyektif.
Biasanya ditentukan dengan adanya peningkatan status performance dari
pasien.
Ada dua skala status penampilan pasien yaitu menurut karnoffsky dan
ECOG (Eastern Cooperative Oncology Group).
Skala status penampilan menurut KARNOFFSKY
S Derajat Aktifitas Kemampuan
k Fungsional
a
l
a
100 Normal tanpa keluhan Mampu
Tidak ada kelainan melaksanakan
aktifi tas normal
90 Keluhan gejala minimal Tidak
perlu
perawatan
khusus
80 Normal dengan beberapa
keluhan gejala
70 Mampu merawat diri Tidak mampu
Tidak mampu melakukan bekerja
aktifitas normal atau bekerja Bisa tinggal di
rumah
Perlu bantuan
dalam banyak hal
60 Kadang –kadang perlu bantuan
tetapi umumnya dapat
melakukan untuk keperluan
sendiri
5 Perlu bantuan dan umumnya
perlu
0 obat-obatan
4 Perlu bantuan dan perawatan Tidak mampu
khusus
0 merawat diri
Perlu
perawatan di
rumah sakit
3 Perlu pertimbangan-
pertimbangan
0 masuk rumah
sakit
2 Sakit berat, perawatan rumah
sakit,
0 pengobatan aktif
suportif sangat perlu
1 Mendeteksi ajal
0
0 Meninggal

Skala status penampilan menurut ECOG :


Grad ECOG
e

Penuntun Lab Keperawatan Anak II Prodi S1 Keperawatan


STIKES PANAKKUKANG,2021 Page 18
0 Masih sepenuhnya aktif, tanpa hambatan untuk
mengerjakan tugas sehari-hari
1 Hambatan pada pekerjaan berat, namun masih
mampu bekerja kantor ataupun pekerjaan
rumah yang ringan.
2 Hambatan melakukan banyak pekerjaan, 50%
waktunya untuk tiduran dan hanya bisa
mengurus perawatan dirinya sendiri, tidak dapat
melakukan pekerjaan lain.
3 Hanya mampu melakukan perawatan diri
tertentu, lebih dari 50% waktunya untuk
tiduran.
4 Sepenuhnya tidak bisa melakukan aktifitas
apapun, betul-betul hanya di kursi atau tiduran
terus.
3. Survival
Sebagai pengobatan palliative yang bertujuan untuk mengurangi
penderitaan pasien, memperpanjang umurnya, meningkatkan kualitas
hidupnya, juga memberikan support kepada keluarganya. Meski pada
akhirnya pasien meninggal, yang terpenting sebelum meninggal dia
sudah siap secara psikologis dan spiritual, tidak stres menghadapi
penyakit yang dideritanya.

MONITOR EFEK Pemantauan efek/respon dan efek samping harus secara benar dilaksanakan
SAMPING OBAT (follow dan harus dilakukan standardisasi. Mendapatkan efek yang maksimal dan efek
up efek toksik) samping yang minimal adalah keadaan ideal yang didambakan. Sebagaimana
sifat dari obat kemoterapi maka semakin tinggi dosis akan semakin kuat daya
toksisitasnya namun akan semakin merusak/ menimbulkan efek samping yang
tidak diinginkan. Oleh karena itu harus dicari dosis tertinggi yang masih dapat
ditolerir efek sampingnya sehingga akan didapatkan efek yang optimal
(Maximal Tolerated Dose = MTD).
Efek samping kemoterapi :
1. Immediate side effects
Efek samping yang segera terjadi.Timbul dalam 24 jam pertama,
misalnya mual dan muntah, reaksi alergi obat dan ekstravasai (biasanya
terjadi selama kemoterapi berlangsung).
2. Early side effects
Efek samping yang awal terjadi, timbul dalam beberapa hari sampai
minggu kemudian, misalnya : mual dan muntah, stomatitis, dehidrasi,
hematologi (anemi, leukopeni, trombositopeni).
3. Delayed side effects
Efek samping yang timbul beberapa minggu sampai bulan, misalnya :
nefropati, cardiotoxicity, neurotoxicity, alopecia.
4. Late side effects
Efek samping yang timbul beberapa bulan sampai tahun. Misalnya :
keganasan sekunder.
Pemeriksaan Darah Lengkap satu minggu paska kemoterapi untuk
mengetahui adanya efek samping hematologi (neutropeni, leukopeni,
anemia) dan untuk memberikan terapi yang sesuai agar saat kemoterapi
berikutnya dapat sesuai jadwal.

Prinsip penanganan efek Prinsip penanganan efek samping :


samping : 1. Antisipasi dan prevensi
Penuntun Lab Keperawatan Anak II Prodi S1 Keperawatan
STIKES PANAKKUKANG,2021 Page 19
2. Monitoring efek samping yang berhubungan dengan dosis.
3. Early treatment dari efek samping.
Efek samping yang sering terjadi dan penangannya :
1. Reaksi pada gastrointestinal
a. Stomatitis dan dysphagia
Kemoterapi akan menyebabkan iritasi pada mukosa mulut dan dapat
menyebabkan kesulitan menelan (dysphagia).
Penanganannya :
- Buatlah mulut agar jangan kering dengan menggunakan
mouthwash yang non alkoholic atau dengan mengunyah
permen karet.
- Hindari makanan dan minuman yang tinggi kadar asamnya.
- Hindari makanan yang terlalu dingin atau panas.

b. Anoreksia dan perubahan pengecapan


Cara mengatasinya :
- Jangan makan 1 jam sebelum pemberian dan 2 – 3 jam
setelah pemberian obat.
- Hindari makanan faporit mendekati waktu pemberian.
- Cegah terjadinya stomatitis.
- Hindari mulut dari kekeringan.
c. Nausea dan vomiting
Cara mengatasinya :
- Gunakan cara yang efektif yang sudah dikerjakan pada
waktu riwayat terjadinya mual mutah semasa hamil,
perjalanan, sakit, atau waktu stres.
- Makanlah makanan dalam temperatur biasa.
- Hindari makanan yang terlalu manis, asin, berlemak, dan
beraroma kuat.
- Makanlah dalam porsi kecil tetapi sering.
- Berikan suasana yang menyenangkan pada waktu
pemberian kemoterapi.
- Berikan obat anti emetik sebelum dan sesudah pemberian
obat.
d. Diare dan konstipasi
Diare : disebabkan karena destruksi dari sel-sel mukosa
gastrointestinal yang aktif membelah sehingga fungsi pencernaan
dan absorpsi terganggu.
Cara mengatasinya :
- Makan makanan yang low residu /serat, tinggi kalori dan
protein.
- hindari makanan yang mengiritasi mukosa.
- minum paling sedikit 3 liter.
- bila diare lebih dari satu hari, segera ke dokter.
Konstipasi : keluarnya tinja secara tidak enak, nyeri, lebih jarang
dan keras.
Cara mengatasinya :
- Minum juice atau makan buah setiap kali makan.
- Minum minuman yang hangat sebelum BAB.
- Minum 3 liter setiap hari, kecuali ada kontra indikasi.
- Makan tinggi serat.

2. Reaksi pada sel darah


Efek samping yang memerlukan intervensi adalah efek samping

Penuntun Lab Keperawatan Anak II Prodi S1 Keperawatan


STIKES PANAKKUKANG,2021 Page 20
hematologi.
a. Anemia
Cara penanganan :
- Catat dan laporkan gejala-gejala anemia, periksa kadar
hemoglobin dan hematokrit penderita.
- Perhatikan masalah nutrisi, bila perlu tambahkan suplemen zat
besi.
- Bila diperlukan terapi medikamentosa atau tranfusi prc.
b. Leukopenia
Penderita kanker sering mengalami immunosupresed akibat dari
penyakitnya atau karena pengobatannya. Keadaan tersebut sering
ditandai dengan neutropenia. Pada penderita yang mengalami
neutropeni diberikan GCSf.
c. Trombositopenia
Cara penanganan :
- Atur istirahat yang cukup
- Usahakan status gizi yang optimal, terutama protein.
- Bila perlu tranfusi platelet.
3. Reaksi pada kulit dan jaringan lainnya.
Reaksi pada kulit biasanya berupa urticaria, erytema, hiperpigmentasi,
foliculitis. Untuk penanganan : pemberian kemoterapi sementara di
stop, berikan obat anti alergi, bila berat stop seterusnya.
Alopecia : biasanya bersifat sementara dan bervariasi dari yang ringan
sampai botak total.
4. Kedaruratan pada pemberian kemoterapi
a. Reaksi hipersensitivitas
- Immediate hypersensitivity reaction
Manifestasinya : reaksi anafilaksis, reaksi sitolitik, reaksi
arthus.
- Delayed hypersensitivity reaction
Terjadi reaksi dengan T-limfosit, manifestasi klinis : dermatitis.
b. Ekstravasasi
Adalah terjadinya kebocoran obat yang bersifat vesikan dan iritan
ke jaringan subkutan.Merupakan salah satu komplikasi yang
memerlukan perhatian khusus.
Parameter pengkajian ekstravasasi :
- Nyeri : nyeri sekali atau rasa terbakar
- Kemerahan : di area penusukan, tidak selalu terjadi pada awal.
- Luka : terjadi setelah beberapa minggu.
- Bengkak : terjadi segera.
- Blood return tidak ada.
- Perubahan kwalitas tetesan infus.
Faktor resiko terjadinya ekstravasasi :
- Pembuluh darah yang rapuh dengan diameter kecil
- Integritas vasculer berkurang
- Trauma penusukan canul dan jenis kanul
- Pembengkakan pada ekstrimitas akibat pembedahan atau terapi
penyinaran.
- Jumlah obat terinfiltrasi
- Ketidak mampuan berkomunikasi.
- Konsentrasi dari obat.
Pencegahan :
- Oplos obat dengan jumlah pelarut yang sesuai.
- Gunaka vena yang tepat.

Penuntun Lab Keperawatan Anak II Prodi S1 Keperawatan


STIKES PANAKKUKANG,2021 Page 21
- Hindari penusukan berulang pada tempat yang sama.
- Gunakan penutup yang mudah terlihat.
- Cek kepatenan vena dengan cairan fisiologis.
- Observasi daerah yang diinfus.
- Komunikasi selama pemberian terutama via bolus.
- Lakukan pembilasan.
Penatalaksanaan :
- Stop infus kanul jangan dicabut.
- Aspirasi darah dari kanul dan jaringan sub kutan sebanyak-
banyaknya.
- Beri antidot sesuai jenis obatnya secara IV.
- Cabut kanul, beri antidot secara subkutan dengan spuit 1cc
searah jarum jam.
- Berikan korticosteroid zalf di sekitar area ekstravasasi.
- Hindari perabaan pada area ekstravasasi.
- Lakukan pemotretan
- Berikan kompres sesuai dengan jenis obat.
- Istirahatkan ekstrimitas dan tinggikan selama 48 jam.
- Observasi secara teratur terhadap nyeri, bengkak, kemerahan,
keras atau nekrose.
- Berikan terapi nyeri.
- Lakukan dokumentasi : tanggal, waktu, jenis vena, ukuran
kateter, urutan pemberian obat, jumlah obat yang masuk, keluhan
pasien, tindakan yang dilakukan, keadaan area ekstravasasi,
segera lapor dokter.

PENDOKUMENTASIAN Dokumentasi keperawatan adalah suatu bukti pencacatan dan pelaporan asuhan
keperawatan yang dimiliki oleh perawat yang berguna bagi kepentingan pasien
dan perawat, serta memudahkan dalam berkolaborasi dengan tim kesehatan lain
dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan.

Tujuan pendokumentasian keperawatan, antara lain sebagai berikut:


1. Sebagai media untuk mendefinisikan fokus keperawatan bagi pasien dan
kelompok.
2. Untuk membedakan tanggung gugat perawat dengan anggota tim
kesehatan lainnya.
3. Sebagai sarana untuk melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah
diberikan kepada pasien.
4. Sebagai data yang dibutuhkan secara administratif dan legal formal.
5. Memenuhi persyaratan hukum, akreditasi dan professional.
6. Untuk memberikan data yang berguna dalam bidang pendidikan dan
penelitian.
Ada 3 komponen penting yang berperan dalam pembuatan dokumentasi asuhan
keperawatan yaitu :
1. Sarana komunikasi: Komunikasi yang baik antara perawat dengan
pasien atau keluarganya akan diperolah informasi yang akurat sehingga
dokumentasi keperawatan akan dilaksanakan dengan optimal.Dengan
komunikasi yang baik akan memudahkan dalam proses pengumpulan
data serta tercipta hubungan yang harmonis antara perawat dan pasien
sehingga akan membantu dalam memecahkan masalah masalah yang
yang dihadapi oleh pasien.
2. Dokumentasi proses keperawatan: Proses keperawatan merupakan inti
darai praktak keperawatan dan juga sebagai isi pokok dokumentasi
keperawatan.

Penuntun Lab Keperawatan Anak II Prodi S1 Keperawatan


STIKES PANAKKUKANG,2021 Page 22
Beberapa tahap proses keperawatan meliputi beberapa pengelompokan
dokumentasi keperawatan :
a. Dokumentasi Pengkajian Keperawatan,
b. Dokumentasi Diagnose Keperawatan,
c. Dokumentasi Perencanaan Keperawatan,
d. Dokumentasi Tindakan Keperawatan,
e. Dokumentasi Evaluasi Keperawatan.
3. Standar keperawatan: Standar keperawatan merupakan gambaran dari
kualitas, kakteristik, sifat, dan kompetensi yang diharapkan dari
beberapa aspek dalam pembuatan format pencatatan yang tepat.
Agar dokumentasi keperawatan menjadi efektif harus mempunyai ciri
ciri sebagai berikut:
1. Sedarhana: Agar dokumentasi keperawatan betul betul menjadi efektif,
maka gunakanlah kata kata sederhana, umum, mudah dibaca dan
dipahami oleh perawat lainnya. Hindari penggunaan istilah istilah yang
tidak lazim.
2. Akurat: Kemudian data harus ditulis sesegera mungkin sesaat setelah
kejadian sehingga yang di dokumentasi betul betul data yang akurat.
3. Kesabaran: Setelah mendokumentasikan data, luangkan sedikit waktu
lagi untuk membaca dan meneliti kembali data yang telah ditulis,
perhatikan nama pasien pada lembar dokumentasi apakah betul
lembaran tempat kita menginput data adalah lembaran asuhan
keperawatan pasien yang bersangkutan.Tujuannya untuk mencegah agar
jangan sampai tertukar (salah tempat menuliskan data) antara pasien
yang satu dengan yang lainnya.
4. Tepat: Pastikan juga data yang didokumentasikan adalah data yang
diperoleh dari pemeriksaan yang terukur, dengan mempergunakan alat
yang terkalibrasi standar.
5. Jelas dan obyektif: Data harus jelas dan obyektif dan bukan merupakan
data samaran.

Evaluasi 1. Melihat kondisi klien


2. Memperhatikan respon klien selama tindakan dilakukan
3. Menanyakan perasaan klien setelah tindakan dilakukan
4. Mendokumentasikan Tindakan
5. Mencatat semua tindakan yang dilakukan dan respon klien selama
tindakan dan kondisi setelah tindakan
6. Mencatat dengan jelas, mudah dibaca,ditandatangani disertai nama
jelas
7. Tulisan yang salah tidak dihapus tetapi dicoret dengan disertai paraf
Catatan dibuat dengan menggunak ballpoint atau tinta.
8. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

Penuntun Lab Keperawatan Anak II Prodi S1 Keperawatan


STIKES PANAKKUKANG,2021 Page 23
SOP MENDAMPINGI PASIEN DALAM KEADAAN TERMINAL

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. TUJUAN UMUM
Setelah mengikuti praktikum berikut diharapkan mahasiswa dapat melakukan
keterampilan dalam mendampingi pasien dalam keadaan terminal
2. TUJUAN KHUSUS
Setelah mengikuti praktikum berikut diharapkan mahasiswa dapat:
a. Menjelaskan tindakan secara lisan dengan tepat
b. Mengidentifikasi dan menyiapkan alat secara mandiri dengan tepat
c. Melakukan tindakan memindahkan pasien secara mandiri atau berkoordinasi bersama
perawat lain dengan tepat
B. Konsep Teori :
II. Pengertian :
a. Keadaan terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak ada
harapan lagi bagi pasien untuk sembuh .
b. Kematian adalah suatu keadaan terputusnya hubungan tubuh dengan dunia luar yang
ditandai dengan tidak adanya denyut nadi , tidak bernafas selama beberapa menit
dan tidak ada segala reflex, serta ketiadaan kegiatan otak dan sudah dinyatakan oleh
dokter yang berwewenang.
c. Memberi perawatan khusus kepada pasien dalam keadaan terminal
3. TUJUAN
a. Agar pasien dapat muninggal dengan damai dan terhormat / mulia
b. Memberi kepuasana dan ketenangan kepada pasien dan keluarganya
c. Memberi ketenangan dan kesan yang baik kepada pasien lain di sekitarn
d. Agar pasien mendapat ketenangan dalam proses menuju kematian
e. Memberikan pelayanan secara cepat, tepat, professional kepada masyarakat

Penuntun Lab Keperawatan Anak II Prodi S1 Keperawatan


STIKES PANAKKUKANG,2021 Page 24
MENDAMPINGI PASIEN DALAM KEADAAN TERMINAL
No. Dokumen : Revisi Halaman : 3 lembar
SPO / Kep / panum
001
STANDAR Tanggal terbit : Ditetapkan,
OPERASIONAL
Ketua STIKES panakkukang
PROSEDUR

PERSIAPAN 1. Tempat/ruang khusus bila memungkinkan


2. Alat-alat pemberian oksigen
3. Alat resusitasi
4. Tensimeter
5. Stetoskop
6. Pinset
7. Kain kassa dan air matang dalam tempatnya
8. Tissue
9. Kapas
10. Handuk kecil dan waslap untuk menyeka keringat pasien
11. Alat tenun secukupnya
Lingkungan 12. Tempat/ruang khusus bila memungkinkan
13. Alat-alat pemberian oksigen
14. Alat resusitasi
15. Tensimeter
16. Stetoskop
17. Pinset
18. Kain kassa dan air matang dalam tempatnya
19. Tissue
20. Kapas
21. Handuk kecil dan waslap untuk menyeka keringat pasien

Prosedur Pelaksanaan 23. Siapkan pasien menurut agama dan kepercayaannya


24. Beritahu keluarga pasien secara bijaksana
25. Tempatkan pasien terpisah dari pasien lain
26. Pasien tetap didampingi oleh petugas dan keluarganya
27. Secara bijaksana jelaskan keadaan pasien kepada keluarga
28. Usahakan pasien selalu dalam keadaan bersih
29. Usahakan suasana disekitar pasien dalam keadaan tenang
30. Bila bibir pasien kering, basahi dengan kain kassa yang dicelupkan dulu
kedalam air matang dengan menggunakan pinset
31. Melakukan assesmen :
a. Tanda tanda klinis menjelang kematian
- Kehilangan tonus otot ditandai dengan :
- Relaksasi otot muka sehingga dagu menjadi menurun
- Kesulitan dalam berbicara, proses menelan dan hilangnya reflek
menelan
- Penurunan kegiatan traktus gastrointestinal ditandai nausea,
maka perut kembung obstipasi.
- Penurunan kontrol spinter urinary dan rectal, gerakan tubuh
yang terbatas
b. Keterlambatan sirkulasi di tandai dengan :
- Kemunduran dalam Cianosis pada ektremitas
- Kulit dingin pertamakali pada ektremitas kaki, kemudian
Penuntun Lab Keperawatan Anak II Prodi S1 Keperawatan
STIKES PANAKKUKANG,2021 Page 25
tangan,telinga dan hidung
- Perubahan perubahan observasi tanda tanda vital :
o Nadi lambat dan lemah
o Tekanan darah menurun
o Pernafasan cepat dangkal dan tidak teratur
- Gangguan sensori
o Penglihatan kabur
o Gangguan pencernaan dan perabaan
c. Tanda tanda klinis saat meninggal :
- Pupil mata melebar
- Tidak mampu untuk bergerak
- Kehilangan reflex
- Nadi cepat dan kecil
- Pernafasan chyne stoke dan ngorok
- Tekanan darah sangat rendah
- Mata dapat tertutup atau agak terbuka
d. Tanda tanda meninggal secara klinis
- Tidak ada respon terhadap rangsangan dari luar secara total
- Tidak ada gerakan dari otot, khususnya otot pernafasan
- Tidak adanya reflek
- Gambaran mendatar pada gambaran EKG
e. Tindakan pasien pada tahan terminal
- ( air way )
Memastikan bahwa jalan nafas pasien Posisi headlief dan
chinlif Pasang oroparingeal tube Pasang endo tracheal tubu
- Breating ( memastikan bahwa dada bias berkebang dengan
adekuat ) Pemberian oksigen lewat selang atau masker
Pemberian nafas bantuan bila apneu.
- Sirkulasi ( memastikan bahwa sirkulasi cukup, akral hangat,
produksi urine cukup.
 Pemberian cairan infuse
 Pemberian obat obat jantung
 Pemantauan produksi urine lewat catheter urine
 Pemberian Obat obat vasokontriksor Selain itu pasien
juga berhak kebutuhan jasmani
 Menghilangkan rasa nyeri dengan memberikan obat anti
nyeri, mengubah posisi tidur dan perawatan fisik
 Memenuhi kebutuhan nutrisi melalui cairan infuse dan
sonde
f. Kebutuhan emosi :
- Menenangkan pasien apabila mengalami ketakutan yang hebat
( ketakutan yang timbul akibat menyadari bahwa dirinya tak
mampu mencegah kematian )
- Mendampingi pasien yang ingin memperbincangkan tentang
kehidupan dimasa lalu dan kemudian hari
g. Memberikan kesempatan kepada keluarga pasien untuk
memberikan tuntunan menjelang ajal sesuai dengan agama dan
kebudayaan setempat
h. Beri bantuan kepada keluarga pasien untuk kelancaran pelaksanaan
upacara keagamaan/ bimbingan rohani
i. Amati terus tanda-tanda vital pasien

Penuntun Lab Keperawatan Anak II Prodi S1 Keperawatan


STIKES PANAKKUKANG,2021 Page 26
Penuntun Lab Keperawatan Anak II Prodi S1 Keperawatan
STIKES PANAKKUKANG,2021 Page 27

Anda mungkin juga menyukai