Anda di halaman 1dari 50

1

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE


II DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN NUTRISI

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan


Diploma III Keperawatan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cut Nyak Dhien
Langsa

NURDIANA
NIM: RPL- 1802076

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
YAYASAN CUT NYAK DHIEN LANGSA
2019
i

LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah oleh Husaini NIM RPL-1802039 dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Diabetes Melitus tipe II Dengan Gangguan
Pemenuhan Nutrisi di Puskesmas Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun
2019” telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Bireun, ……………2019
Dosen Pembimbing

Ns. Muhammad Husaini., S.Kep


NUPN: 9913000244

i
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, serta selawat dan salam

kita haturkan kepangkuan Nabi besar Muhammad SAW yang telah mengangkat

derajat manusia dari alam kebodohan ke alam yang berilmu pengetahuan serta

kepada sahabat, keluarga dan para pengikut beliau.

Karena atas berkat rahmat dan ridha-Nya jualah maka penulis dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, yang berjudul “Asuhan Keperawatan

Pada Pasien Diabetes Melitus tipe II Dengan Gangguan Pemenuhan Nutrisi

di Puskesmas Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2019 “ sebagai salah satu

syarat untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan Di Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Cut Nyak Dhien Langsa.

Penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini banyak mendapatkan bantuan,

bimbingan, saran dan keterangan dan data-data baik secara tertulis maupun secara

lisan. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan ucapan terima kasih

kepada Ns. Muhammad Husaini., S. Kep selaku pembimbing yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan fikiran untuk membantu penulis dalam

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, dan ucapan terima kasih saya kepada:

1. Bapak Ns. Edy Mulyadi, M.Kep, RN WOC (ET)N selaku Ketua STIKes Cut

Nyak Dhien Langsa.

2. Bapak Ajma’in, SKM., M. Kes, selaku Ketua Prodi Diploma III Keperawatan

STIKes Cut Nyak Dhien Langsa.

ii
3

3. Seluruh dosen dan staf pengajar di Diploma III Keperawatan STIKes Cut

Nyak Dhien Langsa.

Dengan mengucapkan Alhamdulillah, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak. Amin Yarabbal ‘Alamin.

Bireuen,……. 2019

Penulis

iii
4

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ i


KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................3
1.3. Tujuan Studi Kasus......................................................................3
1.4. Mamfaat studi kasus..................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................6
2.1. Konsep Diabetes Melitus............................................................6
BAB III METODE STUDI KASUS..........................................................22
3.1 Racangan Studi kasus.................................................................22
3.2 Subyek Studi kasus.....................................................................22
3.3 Fokus Studi Kasus.......................................................................22
3.4 Definisi Operasional...................................................................23
3.5 Tempat dan waktu.......................................................................23
3.6 Pengumpulan data.......................................................................23
3.7 Intrumen Pengumpulan Data......................................................24
3.8 Penyajian Data............................................................................24
3.9 Etik Studi Kasus..........................................................................24
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN STUDI KASUS...........................27
4.1 Hasil Studi Kasus........................................................................27
4.1.1 Pengkajian Keperawatan...................................................27
4.1.1.1 Wawancara...........................................................28
4.1.2 Diagnosa Keperawatan.....................................................31
4.1.3 Intervensi Keperawatan....................................................31
4.1.4 Implementasi....................................................................32
5

4.1.5 Evaluasi Keperawatan.......................................................34


4.1.5.1 Evaluasi hari pertama...........................................34
4.1.5.2 Evaluasi hari kedua..............................................34
4.1.5.3 Evaluasi hari ketiga..............................................34
4.2 Pembahasan.................................................................................35
4.2.1 Tahap Pengkajian..............................................................35
4.2.1.1 Identitas Pasien.....................................................35
4.2.1.2 Keluhan Utama.....................................................36
4.2.1.3 Riwayat Penyakit Keluarga..................................36
4.2.1.4 Riwayat Kesehatan masa lalu...............................37
4.2.1.5 Pemeriksaan Penunjang........................................37
4.2.2 Diagnosa pada psaien diabetes.........................................38
4.2.3 Intervensi pada pasien diabetes........................................38
4.2.4 Implementasi Keperawatan..............................................39
4.2.5 Evaluasi............................................................................40
BAB V PENUTUP......................................................................................41
5.1 Kesimpulan................................................................................41
5.1.1 Tahap Pengkajian.............................................................41
5.1.2 Penentuan diagnosa.........................................................41
5.1.3. Intervensi.........................................................................41
5.1.4 Implementasi....................................................................42
5.1.5 Evaluasi............................................................................42
5.2 Saran..........................................................................................42
5.2.1 Bagi Istitusi Pendidikan....................................................42
5.2.2 Bagi profesi keperawatan.................................................42
5.2.3 Bagi Puskesmas................................................................42
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................43
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut American Diabetes Association pada tahun 2010, Diabetes

Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

insulin, atau kedua-duannya (PERKENI, 2011). Organisasi kesehatan dunia atau

World Health Organization (WHO) memperkirakan saat ini lebih dari 220 juta

orang di seluruh dunia menderita diabetes. Pada tahun 2004, sekitar 3,4 juta orang

meninggal dunia akibat tingginya kadar gula darah. Lebih dari 80% kematian

akibat diabetes terjadi di Negara dengan pendapatan rendah sampai menengah

(WHO, 2011). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Wild, Roglic, Green et al

(2004), sepuluh besar negara dengan prevalensi DM terbanyak pada tahun 2000

yaitu India, Cina, Amerika Serikat, Indonesia, Jepang, Pakistan, Rusia, Brazil,

Italia, dan Banglades. Tercatat di India sebanyak 31,7 juta orang menderita DM,

di Cina sebanyak 20,8 juta, di Amerika Serikat sebanyak 17,7 juta, sedangkan di

Indonesia sebanyak 8,4 juta. Indonesia menempati urutan ke empat jumlah

penderita diabetes terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Pada

tahun 2030 WHO memprediksi akan ada sekitar 21,3 juta pasien DM di Indonesia

(Depkes, 2009).

Menurut WHO Diabetes Mellitus terdiri dari 2 tipe yaitu tipe 1 dan tipe 2.

Diabetes Mellitus tipe 1 juga disebut IDDM (Insulin Dependent Diabetes

Mellitus). IDDM atau Diabetes Melitus Tergantung Insulin (DMTI) yang ditandai

1
2

dengan adanya gangguan produksi insulin dalam tubuh. Diabetes Mellitus tipe 2

juga disebut NIDDM (NonInsulin Dependent Diabetes Mellitus).NIDDM atau

Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI) adalah disebabkan oleh

tubuh resistensi terhadap insulin (WHO,2008). Sedangkan di Indonesia penderita

Diabetes Melitus ada 1,2 % sampai 2,3% dari penduduk berusia 15 tahun.

Sehingga Diabetes Melitus tercantum dalam urutan nomor empat, prioritas

pertama adalah penyakit kardiovaskuler kemudian disusul penyakit

serebrovaskuler, geriatrik, diabetes melitus, reumatik dan katarak. Prevalensi

diabetes melitus di Aceh (2,6%) pada umur diatas 15 tahun yang didiagnosis oleh

tenaga kesehatan dan masyarakat yang merasakan gejala diabetes melebihi angka

nasional (2,1%). Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Fauziah Bireuen pada

tahun 2012 mendapat 2.570 kunjungan pasien dengan diabetes melitus.

3Diagnosis diabetes melitus ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah

puasa ≥ 126 mg/dL dan disertai tiga gejala khas yaitu polyphagia, polydipsia, dan

polyuria. Tingginya kadar gula dalam darah akan mempengaruhi kerja organ lain,

seperti mata, ginjal, saraf, dan jaringan darah.

Nutrisi menurut Hidayat (2009) adalah proses pemasukan dan pengelolaan

zat makanan oleh tubuh yang bertujuan menghasilkan energi yang akan digunakan

dalam aktivitas tubuh. Banyak faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi

seseorang. Faktor-faktor yang memengaruhi kebutuhan nutrisi meliputi usia,

aktivitas, jenis kelamin, status kesehatan, adanya penyakit atau cedera, dan

metabolisme nutrisi. Metabolisme nutrisi berfungsi untuk penyimpanan, absorpsi,

penggunaan, ekskresi. Karena metabolisme nutrisi pada diabetes mellitus


3

disebabkan oleh mutasi gen, terutama gen-gen yang memengaruhi kinerja sel

beta, proses sekresi hormon insulin, dan mengatur resistensi sel kepada insulin.

Masalah nutrisi sangat berkaitan dengan penyakit dan pengobatan.

Pada pasien diabetes melitus harus melakukan upaya pengendalian agar

kadar gula darah terkendali. Pengendalian kadar gula darah diabetes melitus dapat

dilakukan dengan menjalani lima pilar yaitu edukasi, pengaturan makanan,

olahraga, obat, dan kontrol gula darah mandiri. Pada upaya kendali diabetes

melitus yaitu mengatur pola makan, diabetes harus mengatur pola makannya

dengan prinsip 3J yaitu tepat jadwal, tepat jenis, dan tepat jumlah makan

(Garnadi, 2012).

Hasil survey di Puskesmas Peusangan didapatkan bahwa pada bulan

januari 2019 sebanyak 5 orang pasien masuk dengan diagnose medis Diabetes

Melitus dengan keluhan tidak selera makan dan mengalami penurunan Berat

badan yang signifikan antara sebelum dan sesudah terdiagnosa sakit Diabetes

Melitus.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam karya tulis ilmiah ini yaitu “Bagaimana Asuhan

Keperawatan Pada Pasien Diabetes Melitus tipe II Dengan Gangguan Pemenuhan

Nutrisi di Puskesmas Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2019?”

1.3. Tujuan Studi Kasus

Melalui karya tulis ilmiah ini penulis diharapkan mampu mendeskripsikan

Rumusan masalah dalam karya tulis ilmiah ini yaitu “Bagaimana Asuhan
4

Keperawatan Pada Pasien Diabetes Melitus tipe II Dengan Gangguan Pemenuhan

Nutrisi di Puskesmas Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2019?

1.4. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi Masyarakat

Karya tulis ilmiah ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat

khususnya penderita Diabetes Melitus tipe II dalam memenuhi kebutuhan

dasar Nutrisi di puskesmas Peusangan. Hasil KTI ini juga diharapkan

dapat memberikan informasi tambahan tentang Asuhan Keperawatan Pada

Pasien Diabetes Melitus tipe II Dengan Gangguan Pemenuhan Nutrisi di

Puskesmas Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2019 berdasarakan

Evidence Based Nursing Practice (EBNP).

2. Bagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Karya tulis ilmiah ini diharapakna bermanfaat bagi pengembangan

ilmu pengetahuan, wawasan dan teknologi bidang keperawatan berkaitan

dengan asuhan keperawatan terutama Asuhan Keperawatan Pada Pasien

Diabetes Melitus tipe II Dengan Gangguan Pemenuhan Nutrisi di

Puskesmas Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2019.

3. Penulis

Hasil karya tulis ilmiah ini sangat bermanfaat bagi penulis guna

memiliki pengalaman dalam melakukan penelitian sederhana sesuai

tahapannya. Selain itu, diharapkan dimasa mendatang akan banyak

mahasiswa ataupun tenaga keperawatan yang akan berbagi artikel pada

jurnal keperawatan berdasarkan pengalaman praktiknya dalam


5

memberikan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Melitus tipe II

Dengan Gangguan Pemenuhan Nutrisi di Puskesmas Peusangan

Kabupaten Bireuen Tahun 2019.


6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Diabetes Melitus

1. Pengertian

Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit

metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. World Health

Organization (WHO) sebelumnya telah merumuskan bahwa DM

merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan dalam satu jawaban

yang jelas dan singkat, tetapi secara umum dapat dikatakan sebagai

suatu kumpulan permasalahan anatomik dan kimiawi akibat adanya

defisiensi insulin relatif dan gangguan fungsi insulin (Purnamasari,

2009). Diabetes Melitus merupakan penyakit metabolik yang dapat

menimbulkan berbagai komplikasi yang sangat memengaruhi kualitas

hidup penyandangnya sehingga perlu mendapatkan perhatian serius dari

semua pihak (PERKENI, 2011).

2. Kalsifikasi Diabetes Melitus

Klasifikasi dan etiologi DM berdasarkan American Diabetes

Association (ADA, 2009) adalah sebagai berikut:

No Tipe Etiologi
1 Diabetes Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke
Tipe I defisiensi insulin absolut yang dikarenakan
proses imunologik maupun idiopatik
2 Diabetes Bervariasi mulai dari yang predominan
Melitus II resistensiinsulin
6 disertai defisiensi insulin relatif
sampai yanpredominan gangguan sekresi insulin
7

bersamresistensi insulin
3 Diabetes A. Defek Genetik Fungsi Sel Beta
Melitus 1. Kromosom 12, HNF-1a (dahulu MODY
Tipe Lain 3)
2. Kromosom 7, glukokinase (dahulu
MODY 2)
3. Kromosom 20, HNF-4a ( dahulu MODY
1)
4. Kromosom 13, insulin promotor factor-1
( IPF-1, dahulu MODY 4)
5. Kromosom 17, HNF-1ß (dahulu MODY
5)
6. Kromosom 2, Neuro D1 (dahulu MODY
6) DNA Mitochondria
7. Lainnya
B. Defek Genetika Kerja Insulin
1. Resistensi insulin tipe A, leprechaunism,
sindrom Rabson Mendenhall, diabetes
lipoatrofik, lainnya
C. Penyakit Eksokrin Pankreas
1. Pankreatitis, trauma/pankreatektomi,
neoplasma, fibrosis kistik,
hemokromatosis, pankreatopati fibro
kalkulus, lainnya
D. Endokrinopati
1. Akromegali, sindrom cushing,
feokromositoma, hipertiroidisme
somatostatinoma, aldosteronoma,lainnya
E. Karena Obat/ Zat Kimia
1. Vacor, pentamidin, asam nikotinat,
glukokortikoid, hormon tiroid, diazosid,
agonis ß adrenergic, tiazid, dilantin,
interferon alfa,lainnya
F. Infeksi
1. Rubella Congenital, CMV, Lainnya
G. Imunologi (Jarang)
1. Sindrom “Staff Man”, Antibodi anti
Resptor insulin, lainnya
H. Sindroma Genetik Lainnya
1. Sindrom Down, sindrom Klinefelter,
sindrom Turner, sindrom Wolfram’s,
Ataksia Friedreich’s, chorea Huntington,
sindrom Laurence-Moon-Biedl, distrofi
miotonik,porfiria, sindrom Prader Willi,
lainnya
4 Diabetes
8

Kehamilan
3. Faktor Resiko

a. Genetik

Orang tua dapat menurunkan gen penyebab DM kepada anaknya.

Biasanya, seseorang yang menderita DM mempunyai anggota keluarga

yang juga memiliki riwayat DM.

b. Usia

Lebih banyak pada usia diatas 45 tahun, tetapi kini frekuensi kasus

DM tipe 2 meningkat pada usia yang muda.

c. Obesitas

Pada orang obesitas sangat berisiko terjadi DM, karena ia berperan

sebagai faktor diabetogenik melalui peningkatan resistensi insulin dan

gangguan sel beta pankreas secara genetik. Risiko terjadi DM tipe 2

juga tinggi pada orang yang mempunyai BMI (Body Mass Index) > 25

kg/m².

d. Kurang aktivitas fisik

Kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan penurunan sensitivitas

regulasi insulin dan meningkatkan akumulasi lemak pada jaringan.

Aktivitas fisik menyebabkan produksi insulin oleh sel beta pancreas

akan berkurang dan glukosa dapat diambil oleh jaringan tanpa insulin.

e. Hipertensi

Tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg merupakan salah satu risiko

terjadinya DM tipe 2.
9

f. Dislipidemia

Seseorang dikatakan dislipidemia jika kadar HDL <35mg/dL atau

kadar trigliserida >250mg/dL.

g. Diabetes gestasional dan melahirkan bayi makrosomia

Jika semasa kehamilan mengalami diabetes gestasional atau memiliki

riwayat melahirkan bayi makrosomia, maka berisiko tinggi untuk

terjadi DM tipe 2.

h. Polycystic ovarian syndrome

Hal ini dapat menyebabkan terjadinya resistensi insulin (Powers,

2008).

4. Patofisiologi

5. Manifestasi Klinis

Beberapa gejala klasik Diabetes Mellitus adalah yang

diklasifikasikan oleh Sari (2012), yaitu :


10

a. Poliuria

Hal ini berkaitan dengan kadar gula yang tinggi diatas 160-180

mg/dl, maka glukosa akan sampai ke urin tetapi jika tambah tinggi

lagi, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan

sejumlah besar glukosa yang hilang. Gula bersifat menarik air

sehingga bagi penderitanya akan mengalami poliuria.

b. Polidipsia

Diawali dengan banyaknya urin yang keluar maka tubuh

mengadakan mekanisme lain untuk menyeimbangkannya yakni

dengan banyak minum. Diabetes akan selalu menginginkan minuman

yang segar serta dingin untuk menghindari dehidrasi.

c. Poliphagia

Karena insulin yang bermasalah, pemasukan gula kedalam sel-

sel tubuh kurang akhirnya energi yang dibentuk pun kurang, inilah

yang menyebabkan penderita diabetes merasakan kurangnya tenaga

akhirnya diabetes melakukan kompensasi yakni dengan banyak

mengkonsumsi makanan.

Selain gejala-gejala diatas adapula gejala lain yang dirasakan

oleh penderita diabetes, seperti sering mengantuk, gatal-gatal terutama

di daerah kemaluan, pandangan mata kabur, berat badan berlebih

untuk Diabetes Mellitus tipe II, mati rasa atau rasa sakit pada tubuh

bagian bawah, infeksi kulit, terasa disayat, gatal-gatal khususnya pada

kaki, penurunan berat badan secara drastis untuk Diabetes Mellitus


11

tipe I, cepat naik darah, sangat lemah atau cepat lelah, mual dan

muntah, terdapat gula pada air seni, peningkatan kadar gula dalam

darah (Sari, 2012).

Menurut Brunner & Suddarth (2016), manifestasi klinis Diabetes

Mellitus meliputi :

a. Poliuria, polidipsia, dan polifagia.

b. Keletihan dan kelemahan, perubahan pandangan secara mendadak,

sensasi kesemutan atau kebas ditangan atau kaki, kulit kering, lesi

kulit atau luka yang lama sembuh, atau infeksi berulang.

c. Awitan diabetes tipe 1 dapat disertai dengan penurunan berat badan

mendadak atau mual, muntah, atau nyeri lambung.

d. Diabetes tipe 2 disebabkan oleh intoleransi glukosa yang progresif dan

berlangsung perlahan (bertahun-tahun) dan mengakibatkan komplikasi

jangka panjang apabila diabetes tidak terdeteksi selama bertahun-

tahun (misal : penyakit mata, neuropati perifer, penyakit vaskuler

perifer). Komplikasi dapat muncul sebelum diagnosa yang sebenarnya

ditegakkan.

Tanda dan gejala ketoasidosis diabetes (DKA) mencakup nyeri

abdomen, mual muntah, hiperventilasi, dan nafas berbau buah, DKA yang

tidak tertangani dapat menyebabkan perubahan tingkat kesadaran, koma,

dan kematian.
12

6. Penatalaksanaan

Menurut Wijaya (2013), penatalaksanaan Diabetes Mellitus adalah

sebagai berikut :

a. Diet

Perhimpunan diabetes Amerika dan persatuan dietetik Amerika

merekomendikasikan = 50-60% kalori yang berasal dari : karbohidrat

60-70%, protein 12-20%, lemak 20-30%.

b. Obat hipogliemik oral (OHO)

1) Sulfonilurea : obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :

menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan, menurunkan

ambang sekresi insulin, meningkatkan sekresi insulin sebagai

akibat rangsangan glukosa.

2) Biguanid : menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai

dibawah normal.

3) Inhibitor α glukosidase: menghambat kerja enzim α glukosidase

didalam saluran cerna; sehingga menurukan penyerapan glukosa

dan menurunkan hiperglikemia pasca prandial.

4) Insulin sensiting agent: thoazahdine diones meningkatkan

sensivitas insulin, sehingga bisa mengatasi masalah resstensi

insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia, tetapi obat ini belum

beredar di Indonesia.

5) Insulin : Indikasi gangguan : Diabetes Mellitus dengan berat badan

menurun dengan cepat, ketoasidosis asidosis laktat dengan koma


13

hiperosmolar, Diabetes Mellitus yang mengalami stres berat

(infeki sistemik, operasi berat dll), Diabetes Mellitus dengan

kehamilan atau Diabetes Mellitus gastasional yang tidak terkendali

dalam pola makan, Diabetes Mellitus tidak berhasil dikelola

dengan obat hipoglikemik oral dengan dosis maksimal

(kontrakdiksi dengan obat tersebut), insulin oral/suntikan dimulai

dari dosis rendah, lalu di naikkan perlahan sedikit demi sedikit

sesuai dengan hasil pemeriksaan gula darah pasien.

6) Latihan

Latihan dengan cara melawan tahanan dapat menambah laju

metabolisme istirahat, dapat menurunkan BB, stres dan

menyegarkan tubuh. (1) Latihan menghindari kemungkinan tauma

pada ekstremitas bawah, (2) Hindari latihan dalam udara yang

sangat panas/dingin, serta pada saat pengendalian metabolik

buruk. (3) Gunakan alas kaki yang tepat dan periksa kaki setiap

hari sesudah melakukan latihan. (4) Pemantauan kadar glukosa

darah secara mandiri. (5) Terapi (jika diperlukan), (6) Pendidikan.

A. Konsep Dasar Ketidak Seimbangan Nutrisi

Ketidak seimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh menurut Carpenito

(2009) adalah kondisi ketika individu mengalami atau berisiko

mengalamipeningkatan berat badan akibat asupan yang melebihi kebutuhan

metabolik. Sementara itu ketidak seimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan


14

tubuh menurut Wilkinson (2006) adalah keadaan individu yang mengalami

asupan nutrisi melebihi kebutuhan metabolik.

1. Pengkajian

Tahap pengkajian dalam proses keperawatan merupakan proses dinamis

yang terorganisasi (Tarwoto & Wartonah, 2006).

a. Batasan Karakteristik

Menurut Wilkinson & Judith (2011), batasan karakteristik ketidak

seimbangan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh secara objektif adalah

konsentrasi asupan makanan di malam hari, pola makan disfungsional

(mis., makan sambil melakukan aktivitas lainnya), makan sebagai

respon terhadap pengaruh eksternal, seperti waktu siang atau situasi

sosial. Makan sebagai respon terhadap pengaruh internal selain rasa

lapar (mis. ansietas [marah, depresi, bosan, stres, dan kesepian]),

tingkat aktifitas kurang gerak. Menurut Carpenito (2009), adapun

batasan karakteristik terbagi atas dua, yaitu: batasan mayor (harus

ada), dan batasan minor (mungkin ada).

1) Batasan Mayor (Harus Ada)

- Berat badan berlebih (10% diatas berat badan ideal

berdasarkan tinggi dan postur tubuh),

- Obesitas (20% atau lebih diatas berat badan ideal berdasarkan

tinggi dan postur tubuh)

- Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm

pada wanita
15

2) Batasan Minor (Mungkin Ada)

- Laporan tentang pola makan yang tidak diinginkan

- Asupan yang melebihi kebutuhan metabolic

- Pola aktifitas yang tidak aktif

b. Komponen Gizi

Menurut Waspadji (2002) komponen gizi pada penderita pasien

diabetes mellitus adalah:

Karbohidrat 60-70 %
Protein 10-15 %
Lemak 20- 25 %
Kolesterol < 300 mg/ hari
Serat 25 g/ hari
Garam Seperti anjuran untuk orang normal
Pemanis Dapat digunakan secukupnya

c. Faktor Yang Berhubungan

Adapun faktor- faktor yang berhubungan adalah fisiologi, terkait

dengan pengobatan, dan maturasional.

1) Patofisiologis

Berhubungan dengan perubahan pola kenyang, berhubungan

dengan penurunan indra perasa dan penghidu.

2) Terkait Pengobatan

Berhubungan dengan perubahan pola kenyang, sekunder

akibat: Medikasi (kortikosteroid, antihistamin, estrogen),

radiasi (penurunan indra perasa dan penghidu), situasional

(Personal, Lingkungan). Berhubungan dengan risiko

peningkatan berat badan lebih dari 12,5-15 kg saat hamil,


16

berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dasar mengenai

nutrisi.

3) Maturasional

Dewasa/ Lansia: berhubungan dengan penurunan pola

aktivitas, penurunan kebutuhan metabolik.

2. Analisa Data

Analisa data dalam keperawatan adalah kemampuan kognitif dalam

pengembangan daya berfikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar

belakang ilmu dan pengetahuan, pengalaman, dan pengertian keperawatan.

a. Data Subjektif

Menurut Carpenito (2009), pengkajian batasan karakteristik

yaitu: perbandingan berat badan/tinggi badan. berat badan 3 bulan

yang lalu, berat badan ideal, berat badan sekarang dan tinggi badan.

Asupan biasa yaitu: diet untuk 24 jam, apakah merupakan pola asupan

yang biasa, apakah asupan lima kelompok makanan dasar sudah

mencukupi, apakah asupan cairan sudah mencukupi.

Kaji faktor yang berhubungan yaitu: nafsu makan (biasa,

berubah), pola diet, makanan/ minuman yang tidak disenangi/favorit,

praktik diet keagamaan. Tingkat aktivitas yaitu: pekerjaan, latihan fisik

(jenis, frekuensi). Upaya memperoleh makanan/mempersiapkan

makanan pasien diabetes melitus: kemampuan fungsional, transportasi,

fasilitas dapur, pendapatan yang adekuat untuk kebutuhan makanan.

Pengetahuan tentang nutrisi: lima kelompak makanan dasar, asupan


17

karbohidrat, lemak, garam yang direkomendasikan, hubungan aktivitas

dan metabolisme. Faktor risiko fisiologis: gangguan neurologis,

penyakit kronis (gagal ginjal, penyakit paru obstruksi kronis, HIV,

penyakit hati), hubungan aktivitas dan metabolisme. Kondisi

psikososial: penggunaan obat, depresi, kondisi rumah tangga

(Carpenito, 2009).

b. Data Subjektif

Mengkaji batasan karakteristik umum menurut Carpenito

(2009) adalah: penampilan (masa otot, distribusi lemak), tinggi dan

berat badan, edema, rambut, kulit, kuku, mulut, dan gigi. Pengukuran

antropometrik, lingkaran lengan bagian tengah, lingkaran otot lengan

bagian tengah, lipatan kulit trisep. Kaji faktor yang berhubungan:

kemampuan untuk mengunyah, menelan, makan.

3. Rumusan masalah

Rumusan masalah ini bertujuan untuk mendiskripsikan masalah

apa yang akan dicapai dalam penelitian.

4. Intervensi

Intervensi NIC: modifikasi perilaku yaitu dengan cara

memfasilitasi perubahan perilaku, manajemen gangguan makan yaitu

dengan cara mencegah dan menangani pembatasan diet yang sangat ketat

dan aktivitas berlebihan atau memasukkan makanan dan minuman dalam

jumlah banyak kemudian berusaha mengeluarkan semuanya, manajemen

nutrisi yaitu membantu atau menyediakan asupan makanan dan cairan


18

dengan diet seimbang, Konseling nutrisi yaitu memberikan bantuan

dengan proses interaktif yang berfokus pada kebutuhan untuk

memodifikasi diet, pemantauan nutrisi yaitu dengan cara mengumpulkan

dan menganalisis data pasien untuk mencegah atau meminimalkan kurang

gizi, bantuan menurunkan berat badan yaitu memfasilitasi penurunan berat

badan dan lemak tubuh.

B. Pemenuhan Nutrisi pada Pasien Diabetes Melitus

1. Konsep Dasar Nutrisi

Istilah gizi berasal dari bahasa Arab gizawi yang berarti nutrisi.

Oleh para ahli istilah tersebut diubah menjadi gizi. Gizi adalah substansi

organik dan nonorganik yang ditemukan dalam makanan dan dibutuhkan

oleh tubuh agar dapat berfungsi dengan baik (Kozier, 2004). Kebutuhan

gizi seseorang ditentukan oleh faktor usia, jenis kelamin, jenis kegiatan,

dan sebagainya (BKKBN, 1988).

Tubuh manusia terbentuk dari zat-zat yang berasal dari makanan.

Karenanya, manusia memerlukan asupan makanan guna memperoleh

zatzat penting yang dikenal dengan istilah nutrisi tersebut. Nutrisi

berfungsi untuk membentuk dan memelihara jaringan tubuh, mengatur

proses-proses dalam tubuh, sebagai sumber tenaga, serta untuk melindungi

tubuh dari serangan penyakit. Dengan demikian, fungsi utama nutrisi

(Suitor & Hunter, 1980) adalah untuk memberikan energy bagi aktivitas

tubuh, membentuk struktur kerangka dan jaringan tubuh, serta mengatur

berbagai proses kimia di dalam tubuh.


19

Dalam konsep dasar nutrisi kita mengenal sebuah istilah yang

disebut dengan nutrien. Nutrien adalah sejenis zat kimia organik atau

anorganik yang terdapat dalam makanan dan dibutuhkan oleh tubuh untuk

menjalankan fungsinya. Setiap nutrien memiliki komposisi kimia tertentu

yang akan menampilkan sekurang-kurangnya satu fungsi khusus pada saat

makanan dicerna atau diserap oleh tubuh. Asupan makanan yang adekuat

terdiri atas enam zat nutrisi esensial (kelompok nutrien) yang seimbang.

Nutrien mempunyai 3 fungsi utama, yaitu: menyediakan energi

untuk proses dan pergerakan tubuh, menyediakan “stuktur material” untuk

jaringan tubuh seperti tulang dan otot, dan mengatur proses tubuh. Energi

yang dihasilkan oleh nutrien atau makanan disebut sebagai “nilai kalori”.

Kalori = energi yang digunakan untuk pembakaran.

a) Jumlah kalori yang dihasilkan nutrien (Suitor & Hunter, 1980): 1

gram karbohidrat dan protein : 4 kkal, 1 gram lemak : 9 kkal

b) Rata-rata pemasukan energi (Guyton, 1986): 45% energi dari

karbohodrat, 40% energi dari lemak, 15% energi dari protein

c) Karbohidrat

Karbohidrat adalah kelompok nutrien yang penting dalam susunan

makanan. Fungsinya adalah sebagai sumber energi bagi tubuh. Fungsi

karbohidrat dalam susunan makanan yaitu, sebagai sumber energi,

sebagai penghasil lemak, sebagai pasangan protein. Adapun sumber

karbohidrat dalam makanan antara lain:


20

1) Serelia dan makanan yang terbuat dari serelia. Contohnya, gandum,

beras, jagung,

2) Gula murni

3) Sayuran (mis. kentang, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan

sayuran akar lain). Akan tetapi, kandungan karbohidrat dalam

panganan tersebut lebih rendah.

4) Buah-buahan. Buah mengandung 5% - 10% gula. Makin manis

rasa buah, makin tinggi kandungan gulanya.

5) Susu. Susu memiliki kandungan gula laktosa. Akan tetapi, keju dan

mentega yang terbuat dari susu justru tidak mengandung

karbohidrat.

d) Protein

Protein merupakan kelompok nutrien yang sangat penting bagi

makhluk hidup. Senyawa ini ditemukan dalam sitoplasma semua sel

hidup, baik hewan maupun tumbuhan. Adapun fungsi protein bagi

tubuh adalah sebagai pertumbuhan dan pemeliharaan, dimana protein

penting untuk pembentukan enzim, antibodi dan beberapa hormon,

sebagai sumber energi. Kebutuhan protein setiap orang bervariasi

berdasarkan laju pertumbuhan dan berat badannya. Individu dewasa

memerlukan asupan protein ± 1 gram untuk tiap kg berat badan.

Kebutuhan protein ini meningkat selama periode pertumbuhan.

Kebutuhan protein dapat diperoleh dari sumber pangan hewani dan

nabati. Biasanya kandungan protein hewani lebih tinggi dibandingkan


21

dengan nabati. Akan tetapi, beberapa sayuran dan kacang-kacangan

seperti kedelai justru mempunyai kandungan protein yang lebih tinggi.

Sumber protein ini dapat diperoleh dari daging, ikan, roti, serelia,

susu, keju, telur, dan sayuran. Jumlah protein dalam sel ubi dan

sayuran hijau sedikit, kentang menyumbang 3% dari keseluruhan

kandungan protein makanan. Sedangkan kacang-kacangan, seperti

kacang kapri, buncis, dan miju-miju memiliki kandungan protein yang

cukup. Kandungan protein kedelai sangat tinggi dan menjadi sumber

proteinpenting dalam susunan makanan.


22

BAB III

METODE STUDI KASUS

3.1 Rancangan Studi Kasus

Studi kasus ini merupakan studi kasus deskriptif yang bertujuan untuk

mengeksplorasi tahapan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Melitus

tipe II Dengan Gangguan Pemenuhan Nutrisi di Puskesmas Peusangan

Kabupaten Bireuen Tahun 2019

3.2 Subyek Studi kasus

Adapun Subyek dalam penelitian ini yaitu pasien yang Menderita Diabetes

Melitus tipe II Dengan Gangguan Pemenuhan Nutrisi di Puskesmas

Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2019 Dengan kriteria Inklusi yaitu:

1. Dirawat selama ≥ 2 jam

2. Diidikasikan Rawat Inap

3. Didiagnosa Diabetes Melitus Tipe II

3.3 Fokus Studi Kasus

Agar studi kasus ini lebih terarah dan folus pada tujuan yang diharapkan,

maka kajian utama dari studi kasus ini adalah Asuhan Keperawatan Pada

Pasien Diabetes Melitus tipe II Dengan Gangguan Pemenuhan Nutrisi di

Puskesmas Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2019, Diagnosis

keperawatan yang membutuhkan Pemenuhan Nurtrisi rumusan intervensi

Pada Pasien Diabetes Melitus tipe II, Implementasi dan evaluasi langsung

pada pasien.

22
23

3.4 Definisi Operasional

1. Asuhan Keperawatan serangkaian kegiatan dalam proses keperawatn yang

mencakup Pengkajian, Diagnosa, Intervensi, Implementasi hingga

evaluasi yang berhubungan dengan Pemenuhan Nutrisi

2. Pasien dalam studi ini merupakan individu yang terdiagnosa diabetes

mellitus dan sedang menjalani pengobatan rawat jalan

3. Pemenuhan Nutrisi merupakan suatau rangkaian kegiatan yang dilakukan

dalam mencegah malnutrisi pada pasien dengan diabetes melitus

3.5 Tempat dan Waktu

Studi kasus ini akan dilakukan di ruang rawat inap atau door to door di

Puskesmas Peusangan Kabupaten Bireuen Tahun 2019. Studi kasus ini

direncanakan akan dilakukan pada bulan April tahun 2019.

3.6 Pengumpulan Data

Studi kasus ini menggunakan sumber data primer dan sekunder. Sumber data

primer berasal langsung dari pasien dan keluarga, sedangkan sumber data

sekunder berasal dari informasi di rekam medis pasien, wawancara dengan

dokter dan perawat di Puskesmas, hasil pemeriksaan penunjang dan lain

sebagainya. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti secara langsung oleh

penulis agar mendapatkan data yang valid. Untuk menjaga validitas dan

keabsahan data peneliti melakukan obsevasi dan verifikasi ulang terhadap data

data klien yang meragukan yang ditemukan melalui data sekunder.


24

3.7 Instrumen Pengumpulan Data

Alat atau instrumen pengumpulan data menggunakan format pengkajian

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Melitus tipe II yang dimodifikasi

oleh penulis dengan fokus pemenuhan nutrisi. Instrumen diagnosis, intervensi,

impelemntasi, dan evaluasi menggunakan format baku yang telah digunakan

oleh jurusan keperawatan STIKes Cut Nyak Dhien Langsa.

3.8 Penyajian Data

Penyajian data hasil pengkajian keperawatan, yang diperoleh dari hasil

wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan studi dokumentasi hasil

laboratorium akan disajikan dalam bentuk narasi. Selanjutnya data pengkajian

yang berhasil dikumpulkan tersebut akan dianalisis dengan

membandingkannya terhadap pengkajian teori yang telah disusun

Penyajian data analisis data, diagnosis, rencana keperawatan, implementasi

dan evaluasi keperawatan akan disajikan dalam bentuk table sesuai format

yang digunakan selama studi kasus berlangsung.

3.9 Etik Studi Kasus

Kode etik penelitian merupakan pedoman etika untuk setiap kegiatan

penelitian antara peneliti dengan partisipan penelitian. Partisipan mempunyai

hak untuk mendapatkan kenyamanan fisik maupun psikologis serta harus

dilindungi selama proses penelitian berlangsung, sehingga dalam penelitian ini

perlu ditetapkan pertimbangan etika yang mengacu pada prinsip-prinsip

sebagai berikut: (Straubert & Carpenter, 2011; Afiyanti & Rachmawati, 2014).
25

1. Prinsip menghargai harkat dan martabat partisipan

Peneliti berusaha menjunjung tinggi harkat dan martabat para partisipan

dengan cara memberikan kebebasan penuh dalam menentukan

keikutsertaan dalam penelitian ini (respect for autonomy). Selain itu

peneliti akan berusaha menjaga kerahasiaan data (confidentiality) dengan

cara menyimpan seluruh dokumen hasil pengumpulan data dalam tempat

khusus yang hanya bisa diakses oleh peneliti. Hasil data dan rekaman

hanya diberikan identitas berupa kode partisipan (anonymity) dalam file

khusus.

2. Prinsip memperhatikan kesejahteraan partisipan

Peneliti juga menjelaskankan bahwa penelitian ini tidak hanya bermanfaat

bagi peneliti namun juga bermanfaat bagi partisipan (beneficience). Peneliti

berusaha untuk meyakinkan bahwa kegiatan penelitian yang dilakukan

tidak menimbulkan bahaya (free from harm). Jika ternyata dalam kegiatan

penelitian, partisipan dirasakan adanya ketidaknyamanan, maka partisipan

berhak untuk tidak melanjutkan partisipasinya tanpa ada sanksi. Partisipan

dijelaskan bahwa mereka mempunyai hak bebas dari ketidaknyamanan atau

bahaya secara fisik seperti kelelahan, secara psikologis seperti mengalami

rasa takut (nonmaleficience) terkait dengan proses penenlitian yang

dilakukan. Peneliti meyakinkan partisipan bahwa penelitian ini tidak

mengeksploitasi (free from exploitation) yang merugikan partisipan.


26

3. Prinsip keadilan (Justice) untuk semua partisipan

Peneliti akan bersikap dan berperilaku adil terhadap semua partisipan tanpa

membeda-bedakan. Semua partisipan diberikan penjelasan yang sama

tentang tujuan, manfaat, serta prosedur penelitian. Peneliti memperlakukan

dan memberikan penghargaan yang adil dalam hal apapun kepada partisipan

selama proses penelitian berlangsung, seperti pemberian jasa transportasi

sesuai jarak dan waktu tempuh masing-masing partisipan. Partisipan akan

diberikan penghargaan dan imbalan sebagai bentuk fasilitas selama

penelitian.

4. Persetujuan setelah penjelasan (informed consent)

Responden mempunyai hak untuk memutuskan secara sukarela menjadi

partisipan atau tidak. Sebelum melakukan wawancara, partisipan akan

diberikan penjelasan dan kesempatan bertanya mengenai tujuan penelitian

ini. Selanjutnya keputusan berpartisiapasi diserahkan kepada partisipan.

Setelah partisipan menyatakan bersedia, maka peneliti memberikan lembar

persetujuan (inform consent) untuk ditandatangani. Meskipun partisipan

telah menandatangani persetujuan penelitian, jika pasien merasa tidak

nyaman selama proses penelitian, partisipan diizinkan berhenti menjadi

partisipan tanpa diberikan sanksi.


27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN STUDI KASUS

Bab ini penulis membahas tentang hasil dari asuhan keperawatan dengan

pemenuhan nutrisi pada pasien diabetes melitus. Pembahasan bab ini terutama

membahas adanya kesesuian maupun kesenjangan antra teori dan kasus. Asuhan

keperawatan memfokuskan pada pemehuhan kebutuhan dasar manusia melalui

pengkajian, diangnosa keperawatan, intervensi, implemetasi dan evaluasi.

Pengkajian dilakukan pada tanggal 2 Juli 2019.

4.1. Hasil Studi Kasus

4.1.1. Pengkajian Keperawatan

Dalam melakukan asuhan keperawatan tahap awal yang penulis

lakukan adalah mengumpulkan data tentang status sehat-sakit pasien.

Proses pengumpulan data tentang status sehat-sakit pasien dengan

menggunakan pendekatan wawancara, pemeriksaan fisik, studi

dokumentasi (pemeriksaaan penunjang). Data tentang status sehat- sakit

pasien dapat dikategorikan menjadi data subjektif dan data objektif. Data

subjektif diperoleh dengan menggunakan pendekatan wawancara.

Berdasarkan sumber data, data dibedakan menjadi data primer dan data

sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber asli

(pasien), sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh peneliti

secara tidak langsung melalui orang ketiga (keluarga).

27
28

4.1.1.1. Wawancara

Hal-hal yang akan dikaji dengan cara melakuakan

wawancara adalah identitas pasien, keluhan utama saat ini, riwayat

kesehatan saat ini, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan

keluarga, dan pola-pola kesehatan pasien. Pasien berinisial Ny. E

berumur 50 tahun, berasal dari Bireuen. Pekerjaan sehari-hari Ny. E

adalah sebagai seorang Ibu Rumah Tangga. Pasien beragama islam

dan Pendidikkan terakhir pasien adalah tamat SMP.Ny. E. masuk

Puskesmas pada tanggal 30 Juli 2019, dengan diagnosis medis Diabetes

Melitus dan ulkus diabetik Foot grade 5. Pengkajian yang dilakukan

oleh peniliti pada tanggal 2 Juli 2019 pukul 11.20 WIB, adalah

sebagai berikut ;

Riwayat penyakit dahulu : Ny.Emengatakan sebelumnya ia pernah

dirawat dirumah sakit Bireun pada bulan April lalu, dengan sakit yang

sama. Ny.E juga mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit jantung,

hipertensi, dan penyakit lainya. Riwayat penyakit keluarga: Ny.E

mengatakan jika dalam keluarganya tidak ada yang mengalami penyakit

yang sama seperti yang dialaminya saat ini. Ny.E merupakan anak kedua

dari lima bersaudara. Kedua orang tua Ny.E telah meninggal dunia. Ayah

Ny.E meninggal karna kecelakan motor dan ibu Ny.E meningga karna

tanpa diketahui penyakitnya.

Pola Nutrisi : Ny.E mengatakan sebelum dirinya sakit Ny.E biasa

makan 4-5 kali sehari dan mudah terasa lapar, makanan yang paling
29

disukai Ny.E adalah roti. Saat ini Ny.E biasa makan 3x sehari dan

tidak memiliki makanan tambahan seperti roti atau pun kue lainya.

Minuman yang disukai Ny.E adalah kopi Ny.E mengatakan jika dalam

sehari Ny.E wajib menghabiskan kopi 2 gelas yaitu pagi dan sore. tapi jika

memiliki acara tertentu, turgor kulit tampak jelek, bersisik dan kering.

Pola Eliminasi: saat dilakukan pemeriksaan bising usus didapatkan bunyi

bising usus Ny.E 3x/mnt, abdomen terasa keras dan nyeri tekan, Ny.E

mengatakan sudah 3 hari dirinya belum BAB. Pasien juga mengatakan

jika dirinya sering BAK di malam hari, Ny.E tampak menggunakan

pampers dan biasanya pada malam hari Ny. E mengganti Pampers 2-3

kali.

Pola neurosensori didapatkan :sering pusing, seluruh tubuh terasa

lemah, mati rasa pada jari kaki kanan dan kram pada otot terutama pada

kedua kaki,sering mengantuk dan tampak kurang berkonsentrasi saat

wawancara dengan pasien. Pola pernapasan didapatkan: pasien sering

sesak napas dan mudah lelah. Pola kenyaman/nyeri didapatkan : tampak

meringis kesakitan saat luka pasien disentuh, tampak luka pada tungkai

kaki kanan pasien,skala nyeri 4 dan tampak pasien memegang area yang

sakit, posisi kaki luka dialas menggunakan bantal kecil. Pola aktivitas:

Pasien hanya bisa melakukan aktivitas diatas tempat tidur seperti duduk

di tempat tidur. Seluruh aktivitas harian dibantu oleh perawat dan

keluarga. Pola tidurKlien mengatakan sering terjaga pada malam hari

karena sakit pada daerah luka. Pasien biasanya tidur malam mulai
30

pukul 22.00 dan bangun pada jam 04.00 pagi. pasien juga biasa tidur

siang pada jam 11.00 dan biasa bangun pada jam 13.00. Pola persepsi

diri/konsep diriKlien mengatakan bahwa ia tidak menganggap sakit yang

ia rasakan ini sebagai kutukan namun teguran karena ia yakin ia berharga

sebagai manusia.

Pemeriksaan Fisik Tanda- tanda Vital; TD : 100/90 mmHg N :

84x/mnt S: 36,5 C RR : 22x/mnt .Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik di

fokuskan pada pemeriksaan DM yaitu pola aktivitas didapatkan

kesadaran Composmentis dengan GCS :(E/M/V) 4/5/6. pasien

tampak lemah, tampak sulit bergerak dan berjalan, tampak terasa kram

pada kaki yang luka dan sulit tidur, tampak napas cepat saat melakukan

aktivitas, kekuatan otot pada ekstermitas bawah bagian kanan 1 dan

ekstermitas kiri 5, ekstermitas atas kekuatan otot 5, conjungtiva

anemis,sklera ikterik.

Hasil pemeriksaan laboraturium pada tanggal 25 Juni 2018

didapatkan : glukosa darah puasa 241 mg/dl dan glukosa darah 2 jam PP

382 mg/dl. HB 9.7 g/dl, jumlah eritrosit 3.66 mg/dl, hematokrit 30.7

g/dl, MCV 78.5 g/dl, MCH 24,8 g/dl, neurtrofil 72.4 g/dl, limfosite 17,5

g/dl, PDW 7.0 fl,MPV 7.7 fl, P-LCR 8,1. Pada tanggal 26Juni 2018

didapatkan hasilnya : HB : 11,9 L g/dl, MCV 77,9 g/dl, MCH 25

g/dl,Monosite 8.4 g/dl.


31

4.1.2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan ditegakan berdasarkan data-data yang

dikaji dimulai dengan menetapkan masalah, penyebab, dan data

pendukung. Masalah keperawatan yang ditemukan adalah:

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan faktor biologis (proses penyakit DM). Yang

ditandai dengan Pasien mengatakan BB menurun dan nafsu makanya

berkurang, pasien hanya dapat menghabiskan porsi makan ½ piring

dalam sehari. Pasien tampak pucat, turgor kulit jelek, lemas, tampak

kurus, kondisi kulit kering dan bersisik, HB9,2.Hasil pengukuran lila 19

cm, dengan status gizi kurang, hasil GDS 437 mg/dl, kalium darah 3.0

mmmol/l

4.1.3. Intervensi keperawataan

Dalam tahap perencanaan disesuaikan dengan teori yang terdiri

dari outcome, Noc dan Nic. perencanaan yang dibuat adalah: Pada

diagnosa Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan faktor biologis (proses penyakit diabetes melitus).

Diagnosa ini dipilih karna dapat mengancam tumbuh kembang. Maka

outcome untuk diagnosa adalah Setelah dilakukan tindakkan

keperawatan selama 3x24 jam di harapkan pasien meningkatkan status

nutrisi dengan baik. dengan indikator; status gizi kembali normal,asupan

makanan dan cairan dalam batas normal, tidak terjadi penurunan BB.

Dengan intervensi (NIC) yang dibuat yaitu Tentukan status gizi pasien
32

dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan gizi. Identifikasi alergi

atau intoleransi terhadap makanan. Tentukan jumlah kalori dan jenis

nutrisi yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi. Atur diit

yang diperlukan (menyediakan makanan protein tinggi, menyediakan

pengganti gula, menyarankan pilihan rempah-rempah pengganti

garamdan menambah atau mengurangi kalori). Monitor kalori dan

asupan makanan. Monitor kecendrungan terjadi kenaikan dan penurunan

BB

4.1.4. Implementasi

Implementasi dilakukan setelah perencanaan dirancang dengan

baik.Tindakan keperawatan mulai dilakukan tanggal 2 Juli 2019 sampai

4 juli 2019. Tidak semua diagnosa keperawatan dilakukan

implementasi setiap hari sehingga pada hari pertama dilakukan

implementasi meliputi untuk diagnosa ketidakseimbangan nutrisi :

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis yang

dialakukan pada tanggal 2 juli 2019, jam 10.00 menentukan status

gizi pasien dan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan gizi. Hasil:

pasien mengatakan nafsu makanya berkurang, pasien hanya dapat

menghabiskan ½ porsi makanannya dan hasil pengukuran lila

didapatkan lila 19 cm dengan status gizi: underweight (66,7%). Jam

10.01 mengidentifikasi alergi atau intoleransi terhadap makanan.

Hasil : pasient tidak memiliki alergi terhadap makanan atau

pun minuman. jam 10.05. Menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi
33

yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi. Hasil jumlah

kalori yang diberikan adalah 1900 kkal, sesuai dengan diit pada

penderita diabetes melitus. Catatan perkembang hari pertama, selasa, 2

Juli 2019.

Hari kedua melakukan implemetasi yaitu 09.00. Mengobservasi

keadaan pasien. Hasil : pasien tampak berbaring lemah di tempat

tidur dan tampak pucat. Jam 10.15 mengatur diit yang diperlukan

yaitu (menyediakan makanan protein tinggi, menyediakan pengganti

gula, menyarankan pilihan rempah-rempah pengganti garamdan

menambah atau mengurangi kalori, monitor kalori dan asupan makanan,

monitor kecendrungan terjadi kenaikan dan penurunan BB) hasil: pasien

mengatakan semenjak di diagnosa diabetes pasien mengkonsumsi

tropikanaslim jika dirinya ingin minum susu. Catatan perkembangan hari

kedua (Rabu, 3 Juli 2019

Hari ketiga implemtasi yaitu pada jam 09.10 mengatur diit yang

diperlukan yaitu menyediakan makanan protein tinggi, menyediakan

pengganti gula, menyarankan pilihan rempah- rempah pengganti

garam dan menambah atau mengurangi kalori, monitor kalori dan

asupan makanan,monitor kecendrungan terjadi kenaikan dan penurunan

BB. Hasil; diit yang dianjurka disesuaikan dengan jumlah kalori yang

telah ditentukan berdasarkan hasil pengukurang lila pasien. Berikan

informasi menegenai prinsip diit diabetes melitus. Hasil pasien tampak


34

tidak terlalu paham tentang diit DM. Catatan perkembangan hari ketiga (

kamis 4 Juli 2019)

4.1.5. Evaluasi keperawatan

4.1.5.1. Evaluasi hari pertama

S: pasien mengatakan nafsu makannya berkurang dan

hanya bisa menghabiskan ½ porsi makanannya dan

merasa BB menurun drastis. O: pasien tampak kurus,

pucat, lemas, conjungtiva anemis, turgor kulit jelek,bersisik

dan kering. HB 9,2 mg/dl. Albumin 2,8 mg/dl. Hasil

pengukuran lila 19 cm, dengan status gizi kurang, hasil

GDS 437 mg/dl, kalium darah 3.0 mmol/l.

4.1.5.2. Evaluasi hari kedua

S : pasien mengatakan ia hanya dapat menghabiskan makannya

½ porsi dan tidak memiliki nafsu makan. O: pasien tampak

kurus, pucat, lemas, turgor kulit jelek, kulit kering dan

bersisik. HB 11,9 mg/dl, lbumin 2,8 mg. Terpasang ransfusi

darah hari kedua. TTV : TD : 120/80 mmhg, N :

74x/mnt, S : 36,7 c, RR : 18x/mnt. . Hasil pengukuran lila

19 cm, dengan status gizi kurang, A : masalah belum

tratasi, P: intervensi dilanjutkan ( 1- 5).

4.1.5.3. Evaluasi hari ketiga


35

S: pasien pasien mengatakan membagi dua makanan yang

disediakan rumah sakit, dan hanya menghabiskan

stengah bagian makanan yang telah dibagi. Pasien juga

mengatakan jika dirinya akan menghabiskan stengah porsi

yang masih tersisa sekitar jam 10.00 wita.O: pasien tampak

menghabiskan stengah porsi makanan yang telah dibaginya,

pasien tampak lebih segar, hasil pengukuran lila 19 cm,

dengan status gizi kurang,Hb 11,9 mg/dl. TTV; 110/80

mmhg N : 68x/mnt, S : 37 c RR: 18x/mnt. A: masalah

belum teratasi. P: intervensi dilanjtkan oleh perawat

ruangan.

4.2. Pembahasan

Dalam pembahasan akan diuraikan kesenjangan antara teori dan praktek pada

pasien Ny.E di Puskesmas Peusangan Kabupaten Bireuen yang dilakukan pada

tanggal 2-4 Juli 2019 yang meliputi : Pengkajian, Diagnosa, Intervensi

,Implementasi dan Evaluasi. Hasil analisa data didapatkan 3 masalah keperawatan

akan di bahas sebagai berikut

4.2.1. Tahap Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap penting suatu proses pemeberian asuhan

keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan individu. Oleh karna itu,

pengkajian harus akurat, lengkap, sesuai kenyataan dan kebenaran data

sangat penting untuk langkah selanjutnya dalam memberikan asuhan

keperawatan sesuai respon individu.


36

4.2.1.1. Identitas pasien

Diabetes tipe II paling sering terjadi pada kelompok yang

berusia lebih dari 50 tahun dan yang mengalami obesitas

(Brunner & Suddarth, 2015). Berdasarkan Kasus nyata pada

Ny. E ditemukan bahwa Ny. E berusia 50 tahun dan sudah

mengalami diabetes melitus tipe II. Menurut peneliti antara

tori dan kasus nyata tidak terjadi kesenjangan.

4.2.1.2. Keluhan utama:

Menurut teori Brunnar dan Suddarth ( 2015). Awitan diabates

tipe II dapat terjadi tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami

pasien, gejala tersebut bisa bersifat ringan dan dapat mencakup

: kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsi, luka pada kulit

yang lama sembuh, dan pandangan kabur (kadar glukosanya

sangat tinggi). Berdasarkan kasus nyata yang dialami Ny. E di

dapatkan keluhan utama adanya luka pada kaki kanan yang

tidak sembuh- sembuh dan ikuti keluhan lain seperti mudah

lelah, poliuri terutama di malam hari, polidipsi dan pandangan

kabur serta kadar glukosa darah meningkat yaitu GDS 241 dan

GDS 2 jam PP 382. Menurut peneliti tidak terjadi kesenjangan

antara teori dan kasus nyata yang dialami Ny. E.

4.2.1.3. Riwayat penyakit keluarga

Berdasarkan kasus yang ditemukan pada Ny. E mengatakan

tidak memiliki riwayat keturunan penyakit diabetes. Menurut


37

peneliti terjadi kesenjangan antara teori dan Praktek,

dimana salah satu faktor penyebab terjadinya Diabetes adalah

faktor keturunan (Brunner & Suddarth 2015).

4.2.1.4. Riwayat kesehatan masa lalu

Menurut Brunner & suddarth perlu ditanyakan pada pasien

tentang faktor pencetus yang meliputi pneumonia, infrak

miokard akut dan stroke, serta konsumsi obat-obatan yang

dapat menyebabkan infusiensi insulin seperti preparat diuretik

tziasid dan propranolol atau prosedur traupetik. Berdasarkan

kasus yang ditemukan pada Ny.E terjadi kesenjangan antara

teori dan kasus nyata, dimana pada kasus Ny.E tidak

ditemukan Penyakit yang disebutkan dalam teori.

4.2.1.5. Pemeriksaan Penunjang

Kadar glukosa darah (gula darah sewaktu/random >200

mg/dl, gula darah puasa > 140 mg, gula darah 2 jam PP > 200

mg/dl). Aseton plasma hasil (+) mencolok,. Aseton lemak

bebas, peningkatan lipid dan kolestrol, osmolaritas serum (

>330 osm/l), urinalisis, proteinuria, ketonuria, glukosuria (

Wijaya, 2013). Berdasarkan kasus yang didapatkan pada Ny.E

tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek, dimana

pada kasus Ny.E dilakukan pemeriksaan Glukosa darah

sewaktu dan Glukosa Darah 2 jam PP, dengan hasil glukosa


38

darah sewaktu 241mg/dl dan glukosa darah 2 Jam

PP382mg/dl. mengalami peningkatan, Pemeriksaan ini

dilakukan pada tanggal 2 Juli 2019.

4.2.2. Diagnosa pada pasien Diabetes

Berdasarkan teori Nanda (2015), diagnosa keperawatan utama

yang biasa terjadi meliputi : 1). Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh b.d gangguan keseimbangan insuline, makanan serta

aktivitas jasmani, 2). Resiko syok berhubungan dengan

ketidakmampuan elektrolit kedalam sel tubuh, hipovolemia.

3). Kerusakan Integritas kulit berhubungan dengan nekrosis jaringan

(luka ganggren). 4). Resiko Infeksi berhubungan dengan trauma

pada jaringan, proses penyakit (DM). 5). Ketidak efektif perfusi

jaringan perifer berhubungan dengan penurunan sirkulasi darah ke

perifer, proses penyakit.

Hasil pengumpulan data yang dilakukan oleh peniliti kepada

Ny.E pada tanggal 2 Juli 2019 di ruangan rawat inap Puskesmas tidak

terdapat kesenjangan antara teori dan praktek, dimana dalam

pengkajian praktik juga ditemukan diagnose Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh. Menurut Potter & Perry (2001) dalam

penilitian pada tahun 2005 diagnosa keperawatan yang muncul harus

berdasarkan keluhan klien, dan ditambahkannya dalam penelitian bila


39

pasien dalam proses penyembuhan cenderung masalah yang akan

timbul tidak begitu kompleks seperti yang diharapkan.

4.2.3. Intervensi pada pasien diabetes

Perencanaa disusun berdasarkan diagnosa yang ditegakkan pada

kasus Ny.E ditemukan tidak ada kesenjangan-kesenjangan antara

teori dan kasus nyata sebagai berikut. Untuk Intervensi

ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan Faktor biologis (penyakit Diabetes melitus) dengan intervensi

ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi makanan

tidak direncanakan karena sesuai dengan lingkungan pasien yang sudah

bersih dan rapi. Pada perencanaan ini peneliti hanya bisa merencaakan

tindakkan keperawatan sesuai dengan teori yang ada, selanjutnya

perencanna tersebut disesuikan dengan kondisi yang ada.

4.2.4. Implemetasi Keperawatan

Dalam melakukan tindakkan keperawatan kepada Ny.E semua

tindakkan dilakukan berdasarkan reori keperawatan yang berfokus pada

intervensi yang telah ditetapkan.Implementasi dilakukan setelah

intervensi dirancang dengan baik. Implementasi Keperawatan

dilakukan mulai tanggal 2-4 Juli 2019. Untuk diagnosa pertama tidak

terjadi kesenjangan antara teori dan praktek, dimana semua intervensi

yang telah dapat dilaksanakan oleh peneliti. Menurut teori Kozier

(2016) Penatalaksanaan Untuk implementasi ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor


40

kimiawi tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek. Menurut

peneliti implementasi yang telah dilakukan pada Ny.E sesuai dengan

Intervensi yang telah dibuat

4.2.5. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari asuhan keperawatan

dengan cara mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari rencana

keperawatan tercapai atau tidak. Pada tahap evaluasi, kegiatan yang

dilakukan yaitu mengevaluasi selama proses berlangsung (Nursalam,

2012). Berdasarkan diagnosa yang telah ditetapkan dengan

menggunakan metode SOAP. Evaluasi yang dilakukan pada Ny. E

sesuai dengan hasil implementasi yang telah dibuat pada kriteria

objective yang telah ditetapkan. Dalam evaluasi untuk diagnoasa

keperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh masalah belum

teratasi, Ny E mengatakan nafsu makannya masih berkurang dan

hanya bisa menghabiskan ½ porsi makanannya.


41

BAB V

PENUTUP

5.

5.1. Kesimpulan

5.1.1. Tahap Pengkajian

Dari study kasus yang ditemukan pada Ny. E dapat disimpulkan bahwa

teori tidak selamanya sesuai dengan kasus nyata dilapangan. Hal ini

dapat dibuktikan dengan kasus nyata yang telah terjadi pada Ny.E,

dimana pengkajian riwayat penyakit dahulu dan riwayat keluarga tidak

sesuai dengan teori.

5.1.2. Penentuan diagnose

Hasil pengumpulan yang dilakukan oleh peniliti kepada Ny.E pada

tanggal 2 Juli 2019 di ruangan Rawat Inap Puskesmas di temukan 1

diagnosa pada kasus diabetes melitus yaitu Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan keseimbangan insuline,

makanan serta aktivitas jasmani.

5.1.3. Intervensi

Dari hasil perencana tindakan yang akan di lakukan tidak terdapat

kesenjangan antara teori dan kenyataan tapi berdasarkan hasil

penilitian dan observasi untuk ruangan bahwa untuk rencana tindakan

sesuai dengan teori.


42

5.1.4. Implementasi

Dari hasil yang di peroleh dari implementasi yang dilakukan tidak ada
41
kesenjangan antara teori dan praktek karena tindakan ini dilakukan

sesuai prosedur dan pada perawatan

5.1.5. Evaluasi

Dari tindakakan evaluasi yang di lakukan tidak di temukan

kesenjangan antara teori dan praktik nyata. Karena evaluasi merupakan

langkah terakhir dari asuhan keperawatan dengan cara

mengidentifikasi sejauh mana tujuan rencana keperawatan tercapai atau

tidak. pada tahap evaluasi tahap yang di lakukan adalah mengevaluasi

selama proses berlangsung.

5.2. Saran

5.2.1. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil aplikasi riset penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu

pelayanan pendidikan yang bekualitas dan professional, sehingan dapat

tercipta perawat professional, terampil, inovatif dan bermutu.

5.2.2. Bagi profesi keperawatan

Dapat digunakan sebagai referansi dan pengetahuan yang mampu

dikembangkan untuk memberikan pelayanan kepada klien dengan

kebutuhan nutrisi pada pasien diabetes mellitus..

5.2.3. Bagi Puskesmas


43

Hasil aplikasi riset ini diharapakan Puskesmas mampu memberikan

asuhan keperawatan secara komprehensif.


44

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 2010. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi. Revisi).


Jakarta : Rineka Cipta.

Herlambang, 2012. Manajemen Kesehatan Dan Rumah Sakit. Yogyakarta.


Gosyen Publishing

Irawan, 2008. 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan. Pt. Elex Media Komputindo.


Jakarta.

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 856/MENKES/SK/IX/2009. Instalasi


Gawat Darurat (IGD)

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Tentang Standar


Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Jakarta.

Kotler, 2007. Manajemen Pemasaran(Edisi Ketiga Belas). Jakarta :Pt. Indeks

World Health Organization Department. Global Report on Diabetes. Geneva,


Switzerland; 2016.

Carpenito,L.J. 2009. “Diagnosis Keperawatan Aplikasi pada Praktik Klinis”.


EGC, Jakarta.

Garnadi, Y. 2012. ”Hidup Nyaman Dengan Diabetes Melitus”. PT Agromedia


Pustaka, Jakarta.

Hidayat, A. 2009. Pengantar kebutuhan dasar manusia: aplikasi konsep dan


proses keperawatan. Jakarta: salemba medika.

Tarwoto & Wartonah. 2006.”Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan”. Salemba Medika, Jakarta.Waspadji, dkk. 2002.
“Pedomanan Diet Diabetes Melitus”. FKUI, Jakarta.

Wilkinson, J.M. 2006. “Buku Saku Diagnosa Keperawatan”. EGC, Jakarta.

Wilkinson, J.M, & Ahern, N.R. 2011.“Buku Saku Diagnosis Keperawatan


edisi9”. EGC, Jakarta.

43

Anda mungkin juga menyukai