Anda di halaman 1dari 12

Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas petunjuknya kami dapat
menyelesaikan makalah sesuai dengan tugas yang diamanahkan kepada kami, sehingga
makalah ini dapat terselesaikan secara tuntas. Dan tentunya dengan karunia-Nya jualah
penulis dapat menyelesaikan penulisan Makalah ini  pada waktunya.

 Shalawat beriring salam tak puas-puasnya kita kirimkan kepada junjungan alam Nabi
Besar Muhammad SAW, karena hanya dengan petunjuknya dan segala usaha upaya
beliau, kita dapat rasakan kehidupan yang berbudaya, beraturan dan menjadikan kita
makhluk yang lebih mulia dihadapan Tuhan.

Harapan saya semoga makalah dengan judul “MEMBANGUN BANGSA MELALUI


PERILAKU TAAT” ini membantu kami dalam panunjang penilaian dalam mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam ini, agar menjadi lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan. Oleh kerena itu kami berharap kepada
para guru, dan teman sekalian untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk
maupun isi makalah ini, sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Wassalamualaikum Wr.Wb
 
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................  1

A. Latar Belakang ................................................................................   1

B. Rumusan Masalah............................................................................   1

C. Tujuan .............................................................................................   1

BAB II  PEMBAHASAN.....................................................................   2

1. Pengertian dari Perilaku Taat............................................................   2

2. Dalil Tentang Perilaku Taat .............................................................   7

3. Hukum Bacaan Surah An-Nisa’ [4]:59............................................    8

4. Isi Kandungan dari Dalil Perilaku Taat ...........................................    9

5. Asbabun Nuzul pada QS. An-Nisa’ [4]:59 ......................................    9

BAB III PENUTUP ...........................................................................     11

A. Kesimpulan...................................................................................      11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Allah Swt adalah adalah khalik, pencipta alam semesta beserta isinya ini, dan Rasulullah
Saw adalah utusan-Nya. Oleh karena itu siapapun yang telah berikrar (bersyahadad) maka
dengan sendirinya memiliki suatu kewajiban dalam bentuk ketaatan kepada keduanya
dalam situasi dan kondisi apapun. Ketaatan tersebut dalam artian harus selalu taat dan
mematuhi peraturan-peraturan yang telah ditelurkan secara bersama, tentu selam
peraturan itu masih diatas nilai-nilai kemanusiaan dan tidak menyimpang dari aturan agama
Islam. Ketaatan itu bukan hanya harus dilakukan pada pemimpin dalam artian luas saja
dalam artian sempitpun harus menjadi keseharian kita. Ketatatan yang kita lakukan kepada
Allah, Rasul dan ulil amri merupakan ketaatan yang akan berakibat baik terhadap amal
ibadah kita selama ketatan tersebut tidak diselimuti oleh berbagai bentuk kebohongan,
penyakit hati, kemunafikan, dan berbagai sifat lainnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pegertian dari perilaku taat ?

2. Apa dalil yang memperjelas kewajiban muslim untuk memiliki sifat taat ?

3. Apa saja hukum bacaan yang terdapat pada surah An-Nisa’ [4]:59 ?

4. Apa isi kandungan dari dalil yang dijadikan pedoman perilaku taat ?

5. Bagaimana Asbabun Nuzul pada QS. An-Nisa’ [4]:59  ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pegertian dari perilaku taat.

2. Untuk mengetahui dalil yang memperjelas kewajiban muslim untuk memiliki sifat taat.

3. Untuk mengetahui hukum bacaan yang terdapat pada surah An-Nisa’ [4]:59.

4. Untuk mengetahui isi kandungan dari dalil yang dijadikan pedoman perilaku taat.

5. Untuk mengetahui Asbabun Nuzul pada QS. An-Nisa’ [4]:59  .


BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pengertian Perilaku Taat

Taat memiliki arti tunduk (kepada Allah Swt., pemerintah, dsb.) tidak berlaku curang, dan
atau setia. Aturan adalah tindakan atau perbuatan yang harus dijalankan. Taat pada aturan
adalah sikap tunduk kepada tindakan atau perbuatan yang telah dibuat baik oleh Allah Swt.,
nabi, pemimpin, atau yang lainnya. Aturan yang paling tinggi adalah aturan yang dibuat
oleh Allah Swt., yaitu terdapat pada al-Qur’an. Sementara di bawahnya ada aturan yang
dibuat oleh Nabi Muhammad saw., yang disebut sunah atau hadis. 

Di bawahnya lagi ada aturan yang dibuat oleh pemimpin, baik pemimpin pemerintah,
negara, daerah, maupun pemimpin yang lain, termasuk pemimpin keluarga. Taat pada
Allah tidak hanya asal taat, didalam pelaksanaan teknisnya harus benar dan sungguh-
sungguh sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, dan dengan tampa alasan apapun
menghentikan segala larangan-Nya. Semua yang menjadi perintah Allah Ta’alla sudah
tidak diragukan lagi pasti mengandung  kemaslahatan (kebaikan), sedangkan yang menjadi
larangan-Nya  pasti mengandung kemudharatanya (keburukan) apabila dilakukan.
Kemudharatan (bencana alam dimana-mana) yang sering terjadi akhir-akhir ini merupakan
imbas dari tidak menghiraukan segala larangan Allah dan Rasul-Nya.

 Allah Swt adalah adalah khalik, pencipta alam semesta beserta isinya ini. Rasulullah Saw
adalah utusan-Nya untuk seluruh umat manusia bahkan kelahiran dari beliau Saw alam
semesta ini mendapat rahmat yang tidak ternilai harganya. Oleh karena itu siapapun yang
telah berikrar (bersyahadad) maka dengan sendirinya lahirlah suatu kewajiban dalam
bentuk ketaatan kepada keduanya dalam situasi dan kondisi apapun. Namun jenis ketaatan
seperti yang disebutkan diatas akan lebih sempurna kalau diiringi dengan ketaatan dan
kepatuhan kepada ulil amri atau pemimpin. Ketaatan tersebut dalam artian harus selalu taat
dan mematuhi peraturan-peraturan yang telah ditelurkan secara bersama, tentu selam
peraturan itu masih diatas nilai-nilai kemanusiaan dan tidak menyimpang dari aturan agama
Islam. Peranan pemimpin sangatlah penting. 

Sebuah institusi, dari terkecil sampai pada suatu negara sebagai institusi terbesar, tidak
akan tercapai kestabilannya tanpa ada pemimpin. Tanpa adanya seorang pemimpin dalam
sebuah negara, tentulah negara tersebut akan menjadi lemah dan mudah terombang-
ambing oleh kekuatan luar. Oleh karena itu, Islam memerintahkan umatnya untuk taat
kepada pemimpin karena dengan ketaatan rakyat kepada pemimpin (selama tidak maksiat),
akan terciptalah keamanan dan ketertiban serta kemakmuran. Ketaatan itu bukan hanya
harus diimplementasikan pada pemimpin dalam artian luas saja dalam artian sempitpun 
harus menjadi keseharian kita, seperti kepada orang-orang yang memiliki kuasa dan
kedudukan yang lebih tinggi. Contohnya seorang anak harus taat dan patuh pada kedua
orang tuanya, murid kepada gurunya, istri kepada suaminya dan berbagai contoh ketaatan
lainnya

a.    Ketaatan kepada Allah Swt.
Ketaatan kepada Allah menempati posisi ketaatan tertinggi. Sebagai seorang muslim, tidak
ada satu pun di dunia ini yang dapat mengalahkan ketaatan kita kepada Allah Swt. Saat
Allah Swt. menginginkan sesuatu dari kita, kita harus menaati-Nya. Inilah makna keislaman
kita kepada Allah Swt. Menunaikan perintah Allah Swt. dan menjauhi larangan-Nya
merupakan cara menunjukkan ketaatan kepada Allah Swt. Salah satu contoh taat kepada
Allah swt., yaitu:

a) melaksanakan salat fardu lima waktu dengan ikhlas dalam hati;

b) menunaikan zakat atau sebagian hartanya di jalan Allah;

c) berpuasa di bulan Ramadan;

d) melaksanakan ibadah haji bagi yang mampu melaksanakannya;

e) berbuat baik dan berbakti kepada kedua orang tua;

f) menjaga sopan santun ketika berbicara;

g) jujur memegang amanah yang diberikan;

h) sabar ketika tertimpa musibah, dan bersyukur ketika mendapat rezeki;

i) selalu berkalimah thayyibah, tidak berkata-kata kotor;

j) selalu berbuat dan beramal saleh;

k) saling menasihati dengan haq dan kesabaran.

b.    Ketaatan kepada Nabi Muhammad saw.

Ketaatan kepada rasul memiliki posisi sejajar dengan ketaatan kepada Allah Swt. Mengapa
demikian? Hal ini karena apa pun yang disampaikan, dilakukan, serta diinginkan Rasulullah
saw. merupakan wahyu dari Allah Swt. Pada saat yang sama, Allah Swt. senantiasa
menjaga kehidupan rasul berikut segala gerak-gerik yang dilakukan beliau. Sedikit saja
beliau bergeser dari kebenaran, Allah Swt. segera mengingatkannya. Dengan adanya
penjagaan Allah Swt. ini Rasulullah menjadi seorang yang maksum atau terjaga dari
kesalahan.

 Dengan kedudukannya yang sedemikian istimewa, Allah Swt. menempatkan Rasulullah


saw. dalam posisi yang terhormat dalam ketaatan seorang muslim. Allah menyatakan
bahwa menaati Rasulullah sama dengan menaati Allah Swt. Dengan demikian, ketaatan
kepada Rasulullah saw. merupakan prioritas yang sama dengan ketaatan kepada Allah
Swt. Meskipun begitu, kita tidak boleh menganggap Rasulullah saw. sejajar dengan
kedudukan Allah Swt. sebagai Tuhan. Menyamakan Rasulullah saw. dengan Allah Swt.
sebagai Tuhan merupakan tindakan kemusyrikan karena Rasulullah hanyalah manusia
biasa yang diberi wahyu oleh Allah Swt. Menaati perintah Allah Swt. dan menjauhi
larangan-Nya berarti menaati rasulNya. Hal ini karena perintah rasul berarti perintah Allah
Swt.

c.    Ketaatan kepada Ulil Amri

Ketaatan tingkat ketiga adalah taat kepada ulil amri. Sebagian ulama menafsirkan kata ulil
amri di sini terbatas pada pemerintah di negara kita berada. Oleh karena itu, kita juga harus
taat pada berbagai peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Semua peraturan itu
disusun untuk menjaga keteraturan dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagian ulama yang
lain meluaskan makna ulil amri ini. Mereka tidak membatasi makna ulil amri sebatas
pemerintah saja, tetapi segala hal atau aturan atau sistem yang ada di sekitar dan terkait
dengan kita. Oleh karena itu, taat kepada ulil amri dapat diartikan sebagai taat pada orang
tua, taat pada aturan masyarakat, taat pada norma yang berlaku hingga taat pada janji kita
kepada teman.

Ketaatan kepada ulil amri ini ada syarat-syarat tertentu. Syarat tertentu itu adalah tidak
boleh bertentangan dengan aturan Allah Swt. dan rasul-Nya. Ketika bertentangan dengan
aturan Allah Swt. dan rasul-Nya, perintah ulil amri harus kita tinggalkan. Kita juga
dianjurkan untuk bersikap taat kepada guru. Ketaatan kepada guru ditunjukkan dengan
mematuhi perintahnya, menghormati, dan bersikap peduli. Kita patuhi perintah dan tugas
yang guru berikan kepada kita, baik itu tugas sekolah maupun tugas luar.Kita juga wajib
menghormatinya, misalnya dengan berkata dan bersikap sopan kepadanya. Sikap peduli
kepada guru dapat ditunjukkan dengan selalu mengingat jasa baiknya, mendoakannya, dan
berbuat sesuatu yang menyenangkan hatinya.

Ketatatan yang kita lakukan kepada Allah, Rasul dan ulil amri merupakan ketaatan yang
akan berakibat baik terhadap amal ibadah kita selama ketatan tersebut tidak diselimuti oleh
berbagai bentuk kebohongan, penyakit hati, kemunafikan dsb. Memiliki sifat taat akan
memberikan akibat yang baik bagi pemiliknya. Jika setiap orang telah memahami maksud
sikap ini, ia akan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, dapat
dipastikan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara akan berjalan dengan
harmonis. Manfaat dari perilaku taat yaitu :

 a.  Mengenali Diri ; Ajaran Allah yang terlihat sebagai bentuk pengekangan justru
merupakan cara agar manusia semakin mengenali dirinya. Ketaatan pada Tuhan akan
membantu manusia mengukur kadar kualitas dirinya sendiri. Dengan mengetahui potensi
baik dan buruk dalam  diri, manusia akan mengenali diri, sehingga tahu apa yang pantas
dilakukan dan yang tidak pantas.

b. Rendah Hati ; Semakin taat kepada Allah, semakin besar rasa rendah hati kita sebagai
manusia. Kebesaran Tuhan yang menciptakan alam semesta akan menumbuhkan rasa
rendah hati bagi sesama. Kebesaran Tuhan memaafkan kesalah manusia akan
menumbuhkan rasa welas asih sesama manusia. Inilah ajaran dari Tuhan untuk manusia,
agar manusia menciptakan kedamaian, bukan penghancuran di muka bumi.

c. Kasih sayang sesama ; Manusia yang taat pada ajaran Allah akan senantiasa
mengimplementasikan ajaran-ajaran Tuhan dalam hidupnya. Manusia akan senang
menolong sesama, membantu sesama dan melindungi yang lemah. Ketaatan pada Allah
akan tercermin dari sikap kita kepada sesam manusia.

d. Optimistis ; Orang yang selalu taat pada Tuhan akan selalu terlihat optimis, karena
mereka menganggap Tuhan memberi jalan bagi manusia yang selalu berusaha melakukan
kebaikan. Sikap optimis akan membantu manusia mewujudkan cita-citanya.

e. Akrab dengan Lingkungan ; Lingkungan adalah mahluk hidup ciptaan Allah, oleh karena
itu manusia patut menjaga dan memelihara lingkungan. Memelihara lingkungan sama
dengan menyelamatkan kehidupan seluruh mahluk hidup yang mengambil manfaat di alam.

f. Manfaat Perdamaian ; Allah membenci permusuhan apalagi pertikaian, oleh karena itu
jika manusia taat pada Allah, maka manusia mampu menghindarkan dirinya darinya
pertikaian sesama manusia.

g. Hubungan dengan Mahluk Lain ; Salah satu kisah di masa lalu yang sangat menyentuh
adalah, kisah seorang pelacur yang masuk surga karena menolog seekor anjing yang
kehausan. Hewan adalah mahluk hidup, dan juga ciptaan Allah, menyayangi hewan berarti
menyayangi mahluk yang diciptakan oleh Allah.

h. Menikmati Rasa Syukur ; Allah selalu bermurah hati pada hambanya yang selalu taat
dan mengikuti perintah dan menjauhi larangan. Jika manusia diuji dengan harta, maka
sepatutnya manusia membelanjakan harta di jalan yang benar seperti menyantuni fakir
miskin dan anak yatim. Cara Allah menguji kita dengan harta akan membuat manusia
belajar bersyukur dengan rejeki yang dimiliki, dan semakin peduli dengan keadaan sesama
manusia.

i.  Rasa Hormat ; Allah membenci anak yang tidak menghargai dan menghormati
orangtuanya. Allah memerintahkan agar-agar setiap anak wajib mematuhi dan mendengar
kedua orangtua karena orangtua lah yang membesarkan anak dari kecil hingga dewasa.
Perintah ini membuat manusia lebih peka dengan kesulitan orang tua sehingga seorang
anak senantiasa melakukan kebajikan untuk meringankan beban orang tuanya.

j. Masyarakat tanpa fitnah dan bergunjing ; Allah melarang manusia bergunjing keburukan
orang lain dan hadist meriwayatkan bahwa manusia yang senang bergunjing sama dengan
memakan bangkai dirinya sendiri. Orang yang senang bergunjing sama dengan seseorang
yang mengeluarkan bau busuk dalam dirinya. Larangan ini ditujukan agar manusia
menjauhi perbuatan menggunjing karena bergunjing tidak membawa manfaat bagi sesama.

k. Ketenangan Batin ; Mengapa Allah melarang manusia bergunjing karena dari hasil
bergunjing selalu menimbulkan fitnah. Allah mengibaratkan jika fitnah lebih kejam dari pada
pembunuhan. Mentaati perintah Allah untuk tidak bergunjing berarti menyelamatkan diri
Anda dari fitnah yang berbahaya.
2.     Dalil Tentang Perilaku Taat
1) Surah An-Nisa’ [4]:59

Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara
kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada
Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (Sunahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
kemudian yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya “.

2) Surah At-Tagabun [64]:12

Artinya:
“Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul, jika kamu berpaling, maka sesungguhnya
kewajiban rasul kami hanyalah menyampaikan (amanah Allah) dengan terang “.

3) Surah .An-Nuur ayat 54

Artinya :
  Katakanlah: "Taat kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling maka
sesungguhnya kewajiban rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu
sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu taat kepadanya,
niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan menyampaikan
(amanat Allah) dengan terang".
4)   Hadis Nabi Muhammad saw :

 Artinya :
“Dari Ibnu Umar r.a. dari Nabi Muhammad saw.: Beliau bersabda, “Seorang Muslim wajib
patuh dan setia terhadap pemimpinnya, dalam hal yang disukai maupun tidak disukai, kecuali
dia diperintah untuk melakukan maksiat, dia tidak boleh patuh dan taat kepadanya”. (H.R.
Muslim ).

3.      Hukum Bacaan Pada QS. An-Nisa ayat 59

Berikut adalah uraian tajwidnya :


1. Yang diberikan tanda lingkaran warna hijau tajwidnya = Mad jaiz mufassil
2. Yang diberikan tanda lingkaran warna ungu tajwidnya = Mad badal
3. Yang diberikan tanda lingkaran warna biru tajwidnya = Lam jalalah tafkhim
4. Yang diberikan tanda lingkaran warna cokelat tajwidnya = Lam jalalah tarqiq
5. Yang diberi kan tanda garis wana ungu tajwidnya = Mad tabi’i
6. Yang diberi kan tanda garis wana kuning tajwidnya = Alif lam syamsiah
7. Yang diberi kan tanda garis wana merah tajwidnya = Alif lam qamariah
8. Yang diberi kan tanda garis wana hijau tajwidnya = Ikhfa
9. Yang diberi kan tanda garis wana biru tajwidnya = Mad layyin
10. Yang diberi kan tanda garis wana merah muda tajwidnya = Idgam bigunnah
4.     Isi Kandungan Surah
1)  Isi kandungan pada QS. An-Nisa ayat 59 yaitu:
a.  Perintah untuk taat kepada Allah, Rasul, dan Ulil Amri atau Pemimpin.
b. Apabila terjadi perbedaan pendapat maka hendaklah dikembalikan ke Allah dan Rasulnya.
2)  Isi kandungan pada QS. At-Tagabun ayat 12 yaitu:
a) Perintah untuk taat pada Allah dan Rasul.
b) Kita diberi pilihan oleh Allah untuk mengikuti jalan yang baik atau buruk
3)  Isi kandungan pada QS. An-Nur ayat 54 yaitu:
a. Perintah untuk taat kepada Allah dan Rasul.
b. Menjalankan kewajiban dan apa yang telah kita tanggung jawabkan dengan sebaikbaiknya.

5.      Asbabun Nuzul pada QS. An-Nisa’ [4]:59


Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan lainnya yang bersumber dari Ibnu Abbas dengan riwayat
ringkas: bahwa turunnya ayat ini (An-Nisa ayat 59) berkenaan dengan Abdullah bin Hudzafah
bin Qais ketika diutus oleh Nabi Saw memimpin suatu pasukan.

Keterangan:
Menurut Imam Ad-Dawudi riwayat tersebut menyalahgunakan nama Ibnu Abbas, karena cerita
mengenai Abdullah bin Hudzafah itu adalah sebagai berikut: “Di saat Abdullah marah-marah
pada pasukannya ia menyalakan api unggun, dan memerintahkan pasukannya untuk terjun ke
dalamnya. Pada waktu itu sebagian menolak dan sebagian lagi hampir menerjunkan diri ke
dalam api”. Sekiranya ayat ini turun sebelum peristiwa Abdullah mengapa ayat ini dikhususkan
untuk mentaati Abdullah bin Hudzafah saja, sedang pada waktu lainnya tidak. Dan sekiranya
ayat ini sesudahnya, maka berdasarkan hadis yang telah mereka ketahui, yang wajib ditaati itu
ialah di dalam ma’ruf (kebaikan) dan tidak pantas dikatakan kepada mereka mengapa ia tidak
taat.

 Al-Hafidz Ibnu Hajar berpendapat bahwa maksud kisah Abdullah bin Hudzafah, munasabah
disangkut pautkan dengan alasan turunnya ayat ini (An-Nisa ayat 59) karena dalam kisah ini
dituliskan adanya perbatasan antara taat pada perintah (pemimpin) dan menolak perintah, untuk
terjun ke dalam api. Di saat itu mereka perlu akan petunjuk apa yang harus mereka lakukan. Ayat
ini (An-Nisa ayat 59) turun memberikan petunjuk kepada mereka apabila berbantahan
hendaknya kembali kepada Allah dan Rasul-Nya.

Menurut Ibnu Jarir bahwa ayat ini (An-Nisa ayat 59) turun berkenaan dengan Ammar bin Yasir
yang melindungi seorang tawanan tanpa perintah panglimanya (Khalid bin Walid) sehingga
mereka berselisih.

BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
Taat pada aturan adalah sikap tunduk kepada tindakan atau perbuatan yang telah dibuat baik oleh
Allah Swt., nabi, pemimpin, atau yang lainnya. Taat pada Allah tidak hanya asal taat, didalam
pelaksanaan teknisnya harus benar dan sungguh-sungguh sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki, dan dengan tampa alasan apapun menghentikan segala larangan-Nya. Memiliki sifat
taat akan memberikan akibat yang baik bagi pemiliknya. Jika setiap orang telah memahami
maksud sikap ini, ia akan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, dapat
dipastikan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara akan berjalan dengan harmonis.

Anda mungkin juga menyukai