Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH MIKROORGANISME TERAPAN

“PENGUJIAN SEDIAAN FARMASI

DAN ALAT KESEHATAN”

DOSEN PENGAMPU : apt.Muhammad Subhan A.Sibadu,S.Farm.,M.Farm.

KELOMPOK 5

DI SUSUN OLEH :

1. Andi Mutia Amelia Mutmainna (105131101220)


2. Amira Putri Indah Sari (105131101620)
3. Puja Putrianti (1051311011020)
4. Sarmila (105131103720)
5. Nurul Hijriah (105131103020)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PRODI


FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR 

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.


Puji dan syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT  yang telah
melimpahkan rahmat-NYA, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini. Tidak lupa shalawat serta salam selalu saya curahkan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW 
yang telah membimbing umatnya di  jalan yang benar. Saya ucapkan
terimakasih kepada pihak-pihak yang sudah membantu dalam  penyusunan
makalah ini. Makalah ini saya susun berdasarkan tugas dari mata kuliah Kimia
Organik yang berjudul “PENGUJIAN SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN ”
. Dalam makalah ini  tentang bagaimana sediaan farmasi dan alat kesehatan di
sterilkan . Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, oleh sebab itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................
A. Latar Belakang.................................................................
B. Rumusan Masalah...........................................................
C. Tujuan..............................................................................
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................
A. Cara pengambilan contoh pengujian sterilitas sediaan farmasi dan
alat kesehatan .........................................................................
B. Media pembenihan ........................................................
C. Uji fertilitas media...........................................................
D. Pengujian efektivitas medium pembenihan ..................
E. Uji inaktivasi bakteriostatik dan fungistatik ...................
F. Cara pengujian steriliras sediaan farmasi steril..............
G. Pengujian secara langsung kedalam medium uji ...........
H. Cara Penyaringan............................................................
I. Pengamatan dan penafsiran hasil uji..............................

BAB III KESIMPULAN & SARAN.....................................................................


A. Kesimpulan......................................................................
B. Saran................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Sediaan steril merupakan salah satu bentuk sediaaan farmasi yang banyak dipakai,
terutama saat pasien dirawat di rumah sakit. Sediaan steril sangat membantu pada saat
pasien dioperasi, diinfus, disuntik, mempunyai luka terbuka yang harus diobati, dan
sebagainya (Lukas, 2006).

Sterilitas merupakan salah satu syarat sediaan injeksi terutama injeksi dosis ganda
karena kemungkinan kontaminasi mikroba pada saat pengambilan berulang. Sehingga
diperlukan uji sterilitas sediaan untuk menetapkan ada tidaknya bakteri, jamur dan ragi yang
hidup dalam sediaan. Namun adanya bahan antimikroba dalam sediaan akan
mempengaruhi uji sterilitas yang akan dilakukan. Sehingga sebelum dilakukan uji sterilitas
zat pengawet harus dihilangkan dengan cara pengenceran hingga daya anti mikrobanya
sudah tidak bekerja lagi.
Seperti yang disebutkan dalam Suplemen 1 FI edisi IV, bahwa jika bahan uji mempunyai
aktivitas antimikroba, lakukan uji setelah dinetralisasi dengan bahan penetral yang sesuai
atau dengan cara mengencerkan dalam sejumlah media yang cukup.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pengambilan contoh pengujian sterilitas sediaan farmasi dan alat
kesehatan?
2. Bagaimana cara pengerjaan media pembenihan uji fertilitas media ?
3. Apa Pengujian efektivitas media pembenihan ?
4. Bagaimana pengujian inaktivasi bakteriostatik dan fungistatik ?
5. Bagaimana cara pengujian sterilitas sediaan farmasi steril ?
6. Bagaimna pengujian secara langsung kedalam medium uji?
7. Bagaimana cara penyaringan ?
8. Bagaimana hasil pengamatan dan penafsiran hasil uji?
9. Bagaimana sterilitas medium ?
10. Apa itu uji fertilitas media?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara pengambilan contoh pengujian sterilitas sediaan farmasi dan
alat kesehatan?
2. Untuk mengetahui cara pengerjaan media pembenihan uji fertilitas media ?
3. Untuk mengetahui Pengujian efektivitas media pembenihan ?
4. Untuk mengetahui pengujian inaktivasi bakteriostatik dan fungistatik ?
5. Untuk mengetahui cara pengujian sterilitas sediaan farmasi steril ?
6. Untuk mengetahui pengujian secara langsung kedalam medium uji?
7. Untuk mengetahui cara penyaringan ?
8. Untuk mengetahui hasil pengamatan dan penafsiran hasil uji?
9. Untuk mengetahui sterilitas medium ?
10. Untuk mengetahui uji fertilitas media?
BAB II
PEMBAHASAN

A.PENGAMBILAN CONTOH PENGUJIAN STERILITAS SEDIAAN FARMASI DAN ALAT


KESEHATAN
a. Media Padat

 Media yang digunakan untuk kultur/pertumbuhan bakteri atau mempelajari


koloni bakteri dalam bentuk padat, dapat diletakan di petri disk ataupun
tabung. Media dapat berbentuk padat datar, padat tegak maupun padat
miring.

Gambar 10. Contoh media padat

b. Media cair

 Media dalam wujud cair yang digunakan untuk perbenihan/memperkaya


sebelum dikultur pada media padat. Media ini tidak dapat digunakan untuk
mempelajari koloni. Contoh media cair: media kaldu, alkali pepton, 7H9 dan
lain-lain.
Gambar 11. Contoh media cair

c. Media semisolid (setengah padat)


Untuk mengetahui pertumbuhan mikroba atau mengetahui motilitas bakteri.

Gambar 12. Contoh media semisolid

Macam-macam Media berdasar Kegunaannya

Ada banyak macam. Macam-macam media berdasarkan kegunaan atau tujuannya. yaitu
media untuk pembiakan secara umum, media yang diperkaya, media pembiakan selektif,
media pembiakan diferensiasi, serta media kombinasi selektif dan diferensiasi. Penjabaran
media tersebut sebagai berikut:

 a. Media Umum

Media umum merupakan media padat yang mengandung bahan-bahan semi


alamiah, digunakan untuk pembiakan secara umum mengandung unsur-
unsur untuk pertumbuhan mikroorganisme secara umum tanpa mengandung
unsur penghambat tertentu. Dapat digunakan untuk menumbuhkan bakteri
dan jamur.

b. Media Transport
Media transport adalah media yang digunakan untuk membawa spesimen dari suatu tempat
ke tempat lain, agar mikroba yang ada di dalamnya (akan diperiksa), tetap terjaga
kehidupannya sehingga memudahkan untuk mendiagnosis atau untuk keperluan lain. Macam-
macam media transport di antaranya Stuart, Amies, Carry and Blair, alkali pepton dan lain-
lain. Penggunaan masing-masing media adalah sebagai berikut:

 1. Media Stuart merupakan media yang digunakan untuk media transport


terutama kuman perut (gram negatif). Misal spesimen yang berasal dari
feses.

 2. Media Amies merupakan modifikasi dari media stuart, dapat untuk


spesimen dari sekret atau luka, bagus untuk membawa spesimen dengan
kecurigaan gonorrhea

 3. Media Carry and Blair merupakan media dengan konsistensi semi solid,
memiliki pH 7,2± 0,2 dengan standar pembuatan media, merupakan
transport umum

 4. Media Alkali pepton digunakan untuk kecurigaan bakteri vibrio

c. Media Diperkaya
Media diperkaya/media kaya adalah media yang ditambahkan zat-zat organik yang diperoleh
dari makhluk hidup misal darah, telur dan lain-lain. Media ini dipergunakan untuk
pertumbuhan bakteri yang tidak dapat tumbuh pada media sederhana misal Gonococcus,
Streptococcus dan Pneumococcus.

d. Media Selektif
Media pembiakan selektif mendukung pertumbuhan mikroorganisme jenis tertentu dan
menghambat pertumbuhan flora campuran lain. Selektifitas ini diperoleh dengan
menambahkan bahan kimia, pewarna, atau antibiotik pada media. Contoh media ini adalah:

 1. Grup A Selective Strep Agar dengan 5% darah domba.

 2. Media Thiosulfate Citrate Bile Salt Sucrose (TCBS) merupakan media


selektif untuk bakteri Vibrio colera.

 3. Media Salmonella & Shigella Agar (SSA), media ini digunakan untuk
menyeleksi bakteri Salmonella dan Shigella

e. Media Diferensial
Sedangkan media diferensial adalah media yang mengandung unsur yang memungkinkan
untuk mengidentifikasi mikroorganisme jenis tertentu dari kultur murni atau campuran.
Identifikasi ini biasanya berdasarkan penampakan dari mikroorganisme, seperti warna koloni
atau adanya presipitat. Contoh media ini adalah :
 1. Media Mac Conkey : pada media ini dapat dibedakan bakteri yang
memfermentasikan laktosa dan yang tidak memfermentasikan laktosa

 2. Media Klinger Iron Agar (KIA): pada media ini dapat diketahui bakteri yang
memfermentasikan laktosa dan glukosa serta pembentukan H2S

 3. Triple Sugar Iron Agar (Agar TSI) yang digunakan untuk mengidentifikasi
organisme intestinal gram negatif berdasarkan kemampuannya untuk
memfermentasikan dektrosa, laktosa, dan sukrosa, serta menghasilkan
sulfida (Zimbro et al. 2009).

f. Media Kombinasi
Media jenis ini dapat berupa media yang tidak diperkaya, seperti Trypticase Soy Agar,
maupun media yang diperkaya, misalnya Trypticase Soy Agar dengan 5% darah domba.

B. UJ FERTILITAS
Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa media yang digunakandapat
menumbuhkan mikroba uji sampai waktu 7 hari. Uji fertilitas  dilakukan sebelum melakukan
uji sterilitas terhadap sampel. Pada saatmelakukan uji sterilitas harus teramati pertumbuhan
mikroba yang spesifik.Lakukan uji konfirmasi di daerah yang benar -benar terpisah dari
tempatuji sterilitas.

Prosedur uji : Tetapkan sterilitas tiap lot media denganmenginkubasikan sejumlah


wadah yang mewakili, pada satu dan selamawaktu yang tertera pada uji.Lakukan uji fertilitas
terhadap tiap lot media dari tiap otoklaf denganmenginokulasikan duplo wadah tiap media
secara terpisah dengan 10mikroba hingga 100 mikroba dari tiap galur yang tertera dalam
tabelberikut, dan diinkubasi pada kondisi yang sesuai.Media uji memenuhi syarat jika terjadi
pertumbuhan yang nyatadalam semua wadah media yang diinokulasi dalam kurun waktu 7
hari.Penetapan dapat dilakukan simultan dengan media uji untuk pengujiansterilitas. Uji
sterilitas dinyatakan tidak baik, jika media uji menunjukkanrespon pertumbuhan yang tidak
memadai.Jika media segar tidak digunakan dalam waktu 2 hari, simpandalam tempat yang
gelap, lebih baik pada suhu 20 hingga 25OC

Jika media siap pakai simpan dalam wadah yang tidak tertutupkedap, dapat digunakan
jika selama tidak kurang dari 1 bulan, denganketentuan media diuji dalam kurun waktu 7 hari
sebelum penggunaan danindikator warna memenuhi syarat. Jika disimpan dalam wadah
tertutup,media dapat digunakan selama tidak lebih dari 1 tahun, dengan ketentuanfertilitas
media diuji setiap 3 bulan dan indikator warna memenuhi syarat.

C.PENGUJIAN EFEKTIFITAS MEDIUM PEMBENIHAN


Uji sterilitas digunakan untuk menetapkan apakah suatu bahan, sediaan steril yang diharuskan
memenuhi syarat sterilitas sesuai monografi untuk masing-masing zat atau sediaan sebagai
suatu bagian dari pengawasan suatu pabrik seperti tertera dalam sterilitas dan jaminan
sterilitas bahan kompendia.

Media pembenihan harus :

1. Menunjang pertumbuhan mikroorganisme uji dengan baik

2. Media ada untuk bakteri (FTM) dan ada untuk kapang/khamir (TSB)

Medium pembenihan harus diuji fertilitas dan efektifitasnya sebelum digunakan sebagai
media pembenihan untuk pengujian sterilitas sediaan atau bahan serta alat kesehatan

Uji fertilitas media pembenihan

Siapkan 4 tabung medium pembenihan tioglikolat, tanamkan 0,1 ml suspensi biakan pilihan
Bacillus subtilis DKBS 1000 spora ml. pada 2 tabung sisanya tanamkan 0,1 ml suspense
biakan pilihan Bacteroides vulgatus DKBV 1000 kuman hidup/ ml, inkubasi pada suhu 30°
sampai 32° selama tidak kurang dari 7 hari. Medium pembenihan dikatakan memenuhi syarat
uji fertilitas medium pembenihan jika jasad renik dapat tumbuh dengan sempurna.

Pengujian efektivitas

Sama dengan cara pengujian fertilitas, hanya disini ditambahkan sediaan uji, setelah
diinkubasi dibandingkan dengan media yang tidak ditambahkan dengan bahan uji , kedua-
duanya harus dapat ditumbuhi oleh bakteri dan fungi uji.

D.PENGUJIAN INKATIVASI BAKTERIOSTATIK DAN FUNGISTATIK


Bahan tersebut tidak dapat dilakukan pengujian dengan cara penyaringan dihilangkan dahulu
daya bakteriostatik, dan fungiostatik dapat mengunakan zat activator. (bahan kimia atau suatu
enzim). Misalnya penisilin menfhasilkan enzim penisilinase.

Mikroorganisme ujinya. Bacillus ATCC 6633, E.coli ATCC 10536, Staphylococcus


ATCC 10940. sebanyak 100-1000 sel/ml.

Pengujian terhadap kapang/khamir dengan menggunakan Candida albicans ATCC


10231 dalam TSB.

Cara pengerjaannya

Siapkan tabung yang mengandung FTM untuk bakteri dan TSB untuk kapang/khmair.
Contoh yang akan diperiksa dibuat pengenceran sesuai dosis bakteriostatil dan fungistatik
dalam contoh. Setiap pengenceran dicampur dengan larutan activator dengan dosis tertentu
dan didiamkan. Setelah 15 menit masa inaktivitas diambil 1 ml campuran tersebut dan
masukkan kedalam masing-masing FTM dan TSB, diinokulasikan 0,1 suspense
mikroorganisme uji. Dibuat percobaan untuk waktu kontak 30, 60, 90 dan 120 menit inkubasi
pada 35° C (bakteri) dan 25° C (fungi) selama 7 hari. Diamati pertumbuhan dengan dosis
tertinggi dan masa inkubasi tertentu dimana mikroorganisme uji masih dapat hidup. Dosis
yang diperoleh digunakan penetapan selanjutnya.

E. PENGUJIAN STERILITAS SEDIAAN FARMASI

Siapkan masing-masing 2 tabung media FTM dan TSB yang telah memenui syarat (fertilitas
dan efektivitas). Dan lakukan ingkubasi pada suhu 30° C (bakteri), selama 7 hari dan 25°C
(fungi) selama 2 hari. Dan amati adanya pertumbuhan dan tidak boleh ada pertumbuhan.

Ada dua kelompok :

1. Pengujian secara langsung

a. Cairan

b. Salep dan minyak/lemak

c. Zat padat

d. Kapas

e. Alat steril
Prosedur uji inokulasi ke dalam media uji :

1. CairanPindahkan cairan dari wadah uji menggunakan pipet atau jarumsuntik steril. Secara
aseptik diinokulasikan sejumlah tertentu bahan daritiap wadah uji ke dalam tabung media.
Campur media dengan cairantanpa aerasi berlebihan. Inkubasi dalam media tertentu seperti
yangtertera pada Prosedur Umum, selama tidak kurang dari 14 hari. Amatipertumbuhan pada
media secara visual sesering mungkin sekurangnyapada hari ke-3 atau ke-4 atau ke-5, pada
hari ke-7 atau ke-8 dan padahari terakhir dari masa uji. Jika zat uji menyebabkan media
menjadi keruhsehingga ada atau tidaknya pertumbuhan mikroba tidak segera dapatditentukan
secara visual, pindahkan sejumlah memadai media ke dalamtabung baru berisi media yang
sama, sekurangnya 1 kali antara hari ke-3atau ke-7 sejak pengujian dimulai. Lanjutkan
inkubasi media awal danmedia baru selama total waktu tidak kurang dari 14 hari sejak
inokulasi awal.

2. Salep dan minyak yang tidak dapat larut dalam isopropil miristatPilih 20 wadah yang
mewakili, dibagi atas 2 kelompok terdiri dari 10wadah dan diperlakukan tiap kelompok
sebagai berikut: Secara aseptikpindahkan 100 mg dari tiap wadah dari 10 wadah ke dalam
labu berisi 100ml pembawa air steril yang dapat mendispersi homogen bahan uji
dalamseluruh campuran cairan. Catatan pemilihan bahan pendispersi yangbercampur dengan
pembawa air, dapat berbeda sesuai dengan sifat salep atau minyak. Sebelum digunakan
secara rutin, uji bahan pendispersi untukmemastikan bahwa kadar yang digunakan tidak
mempunyai efekantimikroba yang bermakna selama selang waktu inkubasi
menggunakanprosedur uji seperti yang tertera pada bakteriostatik dan fungistatik].Campur 10
ml alikot dari campuran cairan yang diperoleh dengan 80 mltiap media dan lakukan
penetapan seperti yang tertera pada cairan, mulai dari “inkubasi dalam media tertentu
seperti….”.

3. Zat padat Ambil sejumlah tertentu produk dalam bentuk padat kering (atauyang terlebih
dahulu dibuat larutan atau suspensi dalam cairan pengencer steril) sesuai dengan tidak kurang
dari 300 mg tiap wadah atau seluruh isiwadah jika tiap isi kurang dari 300 mg. Inokulasikan
ke dalam masing-masing tidak kurang dari 40 ml media Tioglikolat cair dan Soybean-
CaseinDigest Medium. Jumlah wadah dan kondisi inkubasi sama seperti yangtertera

pada Cairan, mulai dari “Amati pertumbuhan pada media……..”.

4. Kapas murni, perban, pembalut, benang bedah dan bahansejenisnyaDari setiap kemasan
kapas, perban gulung atau pembalut perbanyang diuji diambil secara aseptik dua bagian atau
lebih masing-masing100 sampai 500 mg dari bagian paling dalam. Dari individu
contohkemasan tunggal seperti bantalan perban, ambil secara aseptik sejumlah250 mg sampai
500 mg atau keseluruhan contoh bila ukurannya kecil,seperti pembalut serap berperekat 25
mm x 75 mm atau lebih kecil atau

benang bedah. Secara aseptik pindahkan bagian bahan uji ini ke dalamsejumlah tertentu
wadah media yang sesuai dan inkubasi seperti yangtertera pada prosedur umum. Lakukan
seperti yang tertera pada cairan,mulai dari,

“Amati pertumbuhan pada media”

.5. Alat kesehatan sterilKetentuan umum digunakan untuk alat kesehatan steril
yangdiproduksi dalam lot, masing-masing terdiri dari sejumlah unit. Ketentuankhusus
digunakan untuk alat kesehatan steril yang diproduksi dalam jumlah kecil atau dalam unit
individu yang akan mengalami kerusakan biladilakukan uji sterilitas biasa. Untuk alat seperti
itu, harus dilakukanmodifikasi yang sesuai dan dapat diterima pada uji sterilitas.Untuk alat
yang bentuk dan ukurannya memungkinkan dicelupkankeseluruhan ke dalam tidak lebih dari
1000 ml media, uji alat utuhmenggunakan media yang sesuai, inkubasi seperti yang tertera
padaprosedur umum. Lakukan seperti yang tertera pada cairan, mulai dari

“Amati pertumbuhan pada media”.

Jika spesimen uji dalam media mempengaruhi uji karenabakteriostatik atau fungistatik, bilas
seksama alat dengan cairan pembilassesedikit mungkin seperti yang tertera pada cairan
pengencer danpembilas. Peroleh kembali cairan bilasan dan uji seperti yang tertera pada Alat
kesehatan dalam prosedur uji menggunakan penyaringan membran.

6. Alat suntik kosong atau terisi sterilUji sterilitas alat suntik terisi steril dilakukan sama
seperti uji padaproduk steril dalam ampul dan vial. Cara inokulasi langsung dapatdigunakan
jika penetapan bakteriostatik dan fungistatik telah menunjukkanaktivitas yang tidak
merugikan dalam kondisi pengujian untuk alat suntimterisi yang dilengkapi jarum steril,
keluarkan isi produk melalui lumen.Untuk alat suntik yang dikemas dalam jarum terpisah,
secara aseptikpasang jarum dan pindahkan produk ke dalam media yang sesuai. Beri
perhatian khusus yang menunjukkan bahwa bagian jarum yang disertakan(bagian yang akan
masuk ke jaringan tubuh) adalah steril. Untuk alatsuntik kosong steril, masukkan media atau
pengencer steril ke dalam alatsuntik melalui jarum yang disertakan, atau jika tidak disertakan
melalui jarum steril yang dipasang untuk tujuan pengujian dan pindahkan isidengan cepat ke
dalam media yang sesuai. Jumlah untuk bahan cairVolume minimum tiap media Isi wadah
(ml)Volumeminimumdiambil dari tiapwadah untuktiap mediaDigunakanuntuk
inokulasilangsungvolume yangdiambil tiapwadah (ml)Digunakan untukmembran
atausetengah bagianmembran yangmewakili volumetotal dari wadahyang sesuai (ml)Jumlah
wadahper mediaKurang dari101 ml atauseluruh isi jikakurang 1 ml15 Kurang 10020(40)
jikavolume tiapwadah tidakcukup untukkedua medium10 sampaikurang 505 ml 40 100 2050
sampaikurang 10010 ml 80 100 2050 sampaikurang 100dimaksudkanuntukpemberian
i.vSeluruh isi - 100 10100-500 Seluruh isi - 100 10Di atas 500 500 ml - 100 10 Pada interval
waktu tertentu dan pada akhir periode inkubasi,semua isi wadah akan diamati untuk
menunjukkan ada atau tidaknyapertumbuhan mikroba seperti kekeruhan dan atau
pertumbuhan padapermukaan. Jika tidak terjadi pertumbuhan, maka bahan uji memenuhi
syarat.

F.ALAT-ALAT STERILISASI

1. Filter Berkefeld

Seperti yang sudah kita sebutkan diatas, filtrasi merupakan metode sterilisasi secara mekanik
yang digunakan untuk menyaring bakteri dalam zat cair menggunakan alat filter khusus yang
memiliki pori kecil. Salah satu alat yang digunakan dalam metode ini yaitu Filter Berkefeld
linin.

Hal yang paling penting dari filter ini adalah faktor porositas. Ukuran pori – pori dari filter
tersebut harus diseting sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi untuk mencegah lososnya
bakteri atau mikroba yang ada di dalam cairan. Oleh karena itu terdapat berbagai macam
jenis dan instrument filter dalam metode sterilisasi secara mekanik.

2. Autoclave
Sebagian dari anda mungkin ada yang sudah mengetahui apa itu Autoclave. Alat ini
digunakan di berbagai kebutuhan salah satunya untuk sterilisasi alat kesehatan di rumah sakit
dan klinik serta pusat – pusat pelayanan medis lainnya. Autoclave merupakan alat yang
digunakan dalam metode sterilisasi secara fisik yakni dengan pemanasan.

Proses sterilisasi menggunakan Autoclave biasa disebut dengan sterilisasi basah karena
menggunakan bahan air yang dipanaskan dengan tenaga listsrik sehingga menghasilkan uap
temperature tinggi serta di dalam ruangan bertekanan tinggi. Dengan metode ini Autoclave
diaggap sebagai alat sterilisasi yang cukup efektif untuk membasmi mikroba hingga ke
sporanya.

3. Dry Heat Sterilizer


Macam alat sterilisasi lainnya yaitu Dry Heat Sterilizer. Dalam istilah bahasa Indonesia biasa
kita kenal dengan nama Sterilisator Kering. Yaitu sebuah alat sterilisasi yang menggunakan
radiasi panas dalam wadah tertutup. Alat ini juga termasuk alat sterilisasi dengan metode
fisik. Bentuk alat ini hampir serupa dengan oven listsrik.

Alat sterilisasi kering yang umum kita jumpai di pasar Indonesia biasanya terdiri dari satu
pintu dan dua pintu. Untuk dua pintu menggunakan radiasi sinar infra merah temperature
tinggi pada ruangan bawah, dan menggunakan ozon pada ruangan atas. Keduanya bisa
digunakan untuk melakukan sterilisasi.

4. Lampu UV Sterilisai
Macam alat sterilisasi lainnya yaitu lampu UV sterilizer. Ini juga masih termasuk dalam
metode sterilisasi secara fisik namun bukan dalam bentuk pemanasan melainkan penyinaran
atau radiasi sinar UV. Alat ini banyak digunakan untuk mensterilkan ruangan dan juga
sterilisasi air dalam industri air mineral. Contoh penggunaan alat ini seperti proses sterilisasi
ruangan di rumah sakit dan klinik.

Sinar UV dihasilkan dari instrument berupa lampu yang dapat memancarkan sinar UV pada
frekuensi tertentu. Sinar ini dapat merusak sel – sel sehingga dapat digunakan untuk
membunuh bakteri yang tertebaran di dalam ruang tertentu. Untuk menggunakan alat ini
diperlukan kehati – hatian, karena tidak boleh terkena mata secara langsung.

5. Alkohol
Dalam dunia medis, alkohol bisa disebut dengan alat. Yaitu berfungsi sebagai alat sterilisasi
baik berupa alat – alat dan perlengkapan medis, terkadang juga digunakan untuk mensterilkan
luka pada pasien agar tidak menimbulkan infeksi bakteri atau virus tertentu. Alkohol
merupakan alat yang digunakan dalam metode sterilisasi secara kimiawi. Selain alkohol
masih ada senyawa lainnya yang dapat digunakan untuk sterilisasi secara kimiawi
diantaranya Formaldehid, asam perasetet, natrium nitrat, natrium borat dan juga etilen oksida.

Itulah beberapa macam alat sterilisasi yang biasa digunakan untuk mensterilkan berbagai
macam jenis zat agar terhindar dari bakteri yang akan menyebabkan penularan penyakit atau
hal lainnya. Sekian, semoga bermanfaat !

H. CARA PENYARINGAN
Cairan yang Dapat Bercampur dengan Air
Secara aseptik pindahkan sejumlah volume tertentu yang dibuuhkan untuk kedua
media seperti yang tertera pada tabel Jumlah untuk bahan cair dalam pemilihan spesimen
uji dan masa inkubasi, langsung ke dalam satu atau dua corong penyaring membran terpisah
atau ke dalam tabung penampung steril terpisah sebelum dipindahkan. Jika volume cairan
dalam wadah kurang dari 50 ml atau 50 ml sampai kurang 100 ml dan tidak kurang dari 20
wadah diwakili satu membran, atau setengah bagian membran dipindahkan ke dalam tiap
media. Jika volume cairan 50 ml sampai kurang dari 100 ml perwadah dan dimaksudkan
untuk pemberian intravena, atau 100 ml sampai 500 ml, secara aseptik pindahkan seluruh
isi tidak kurang dari 10 wadah melalui tiap penyaring dari dua rakitan penyaring atau tidak
kurang dari 20 wadah jika hanya digunakan satu rakitan penyaring. Jika volume cairan lebih
dari 500 ml, secara aseptik yang dipindahkan tidak kurang dari 500 ml dan tiap isi wadah
tidak kurang dari 10 wadah melalui tiap penyaring dari dua rakitan penyaring atau isi tidak
kurang dari 20 wadah jika hanya satu rakitan penyaring. Lewatkan segera tiap spesimen
melalui penyaring dengan bantuan pompa vakum atau tekanan.
Jika cairan sangat kental dan tidak mudah disaring melalui 1 membran atau 2
membran maka diperlukan lebih dari dua rakitan penyaring. Dalam hal ini, setengah jumlah
membran yang digunakan diinkubasi dalam masing-masing media, asalkan volume dan
jumlah wadah per media yang disyaratkan dipenuhi. Jika produk bersifat bakteriostatik atau
fungistatik, bilas membran 3 kali, tiap kali dengan 100 ml cairan A
Secara aseptik pindahkan membran dari alat pemegang, potong membran menjadi
setengah bagian (jika hanya digunakan satu), celupkan membran atau setengah bagian
membran ke dalam medium SCDM dan inkubasi pada suhu 200 hingga 25 0 C selama tidak
kurang darti 7 hari. Dengan cara yang sama, celupkan membran atau setengah bagian
membran lainnnya ke dalam 100 ml media FTM dan inkubasi pada 30 0 C hingga 35 0 C
selama tidak kurang dari 7 hari.

Cairan yang Tidak Bercampur dengan Pembawa Air (kurang dari 100 ml perwadah)
Menggunakan isi tidak kurang dari 20 wadah (40 wadah jika masing-masing
mengandung volume tidak mencukupi untuk kedua media), pindahkan volume yang
diinginkan untuk kedua media, seperti yang tertera pada table. Jumlah untuk Bahan Cair
dalam Pemilihan Spesimen Uji dan Masa Inkubasi, langsung dalam satu atau dua corong
penyaring membran terpisah atau ke dalam tabung penampung steril terpisah sebelum
dipindahkan. Diperlukan volume tidak kurang dari 20 wadah untuk satu membran atau
setengah bagian membran yang dipindahkan ke dalam tiap media. Lewatkan segera tiap
spesimen melalui penyaring dengan bantuan pompa vakum atau tekanan.
Jika bahan uji berupa cairan kental atau suspensi dan tidak sesuai untuk penyaringan
cepat, secara aseptik tambahkan cairan pengencer secukupnya ke dalam kumpulan
spesimen yang akan disaring untuk menambah kecepatan aliran
Jika produk yang bersifat bakteriostatik atau fungistatik atau yang mengandung
pengawet, bilas membran satu sampai tiga kali, tiap kali dengan 100 ml cairan A. Jika bahan
uji mengandung lesitin atau minyak, gunakan cairan D sebagai pengganti cairan A. Setelah
penyaringan dan pencucian, perlakukan membran seperti yang tertera pada cairan yang
dapat bercampur dengan pembawa air.
Zat Padat yang Dapat Disaring
Amati lebih kurang 6 g produk dalam bentuk padat kering (atau sejumlah larutan
atau suspensi produk, yang dibuat dengan menambahkan pengencer steril ke dalam wadah,
sebanding dengan 6 g bahan padat), atau tidak kurang dari 300 mg tiap wadah yang diuji,
atau seluruh isi wadah jika isi tiap wadah kurang dari 300 mg bahan padat kecuali
dinyatakan lain pada monografi jumlah wadah sama seperti yang tertera pada cairan yang
dapat bercampur dengan pembawa air.
Secara aseptik masukkan spesimen ke dalam tabung berisi 200 ml cairan A dan aduk
hingga larut. Jika spesimen tidak larut sempurna, gunakan 400 ml cairan A, atau secara
aseptik bagi spesimen dalam 2 bagian dan uji tiap bagian dengan 200 ml cairan A. Pindahkan
larutan ke dalam satu atau dua corong penyaring membran, dan segera saring dengan
bantuan pompa vakum atau tekanan. Jika contoh uji bersifat bakteriostatik atau fungistatik,
bilas membran 3 kali, tiap kali dengan 100 ml cairan A. setelah selesai penyaringan dan
pembilasan, perlakukan membran seperti yang tertera pada cairan yang dapat bercampur
dengan pembawa air.
Salep dan Minyak yang Larut dalam Isopropil Miristat
Larutkan tidak kurang dari 100 mg dari tiap isi wadah, tidak kurang dari 20 wadah (40
wadah jika masing-masing mengandung volume tidak mencukupi untuk kedua media) dalam
tidak kurang dari 100 ml isopropil miristat dengan pH ekstrak air tidak kurang dari 6,5
seperti yang tertera pada spesifikasi pereaksi dalam pereaksi, indikator dan larutan yang
lebih dulu telah disterilkan dengan penyaringan melalui penyaring membran 0,22 µm.
Goyang labu untuk mendapatkan permukaan bahan yang lebar terhadap pelarut. Saring
segera salep yang telah dilarutkan. Secara aseptik pindahkan campuran ke dalam 1 corong
atau 2 corong penyaring dengan bantuan pompa vakum atau tekanan. Jaga seluruh
penyaring membran ditutupi cairan untuk mendapatkan efesiensi maksimum penyaring.
Zat Padat yang Tidak Dapat Disaring
Uji sterilitas untuk bahan ini dengan cara penyaringan membran tidak dianjurkan,
kecuali jika dapat ditunjukkan bahwa tidak terjadi penyumbatan pada filter.lakukan seperti
yang tertera pada zat padat pada prosedur uji inokulasi langsung ke dalam media uji.
Secara aseptik masukkan spesimen ke dalam tabung berisi 200 ml cairan A dan aduk
hingga larut. Jika spesimen tidak larut sempurna, gunakan 400 ml cairan A, atau secara
aseptik bagi spesimen dalam 2 bagian dan uji tiap bagian dengan 200 ml cairan A. Pindahkan
larutan ke dalam satu atau dua corong penyaring membran, dan segera saring dengan
bantuan pompa vakum atau tekanan. Jika contoh uji bersifat bakteriostatik atau fungistatik,
bilas membran 3 kali, tiap kali dengan 100 ml cairan A. setelah selesai penyaringan dan
pembilasan, perlakukan membran seperti yang tertera pada cairan yang dapat bercampur
dengan pembawa air
Alat Kesehatan
Alat yang mempunyai saluran kecil steril dapat diuji sterilitas dengan teknik
penyaringan membran sebagai berikut : Secara aseptik alirkan sejumlah volume tertentu
cairan D melalui tiap lumen tidak kurang dari 20 alat hingga diperoleh tidak kurang dari 100
ml dari tiap alat. Kumpulkan cairan dalam wadah aseptik dan saring seluruh volume melalui
penyaring membran seperti yang tertera pada cairan yang dapat bercampur dengan
pembawa air.
Jika volume alat besar, dan ukuran lot kecil, lakukan uji sejumlah unit yang sesuai
seperti yang tertera pada kasus serupa dalam alat kesehatan, pada prosedur uji inokulasi
langsung ke dalam media uji.

I.PENGAMATAN DAN HASIL PENAFSIRAN UJI


Pengujian sterilitas infus dektrosa
Telah dilakukan pembuatan infus dekstrosa 5% pH 3,90 yang disterilkan dengan
otoklaf pada suhu 121° C selama 5 dan 10 menit. Uji sterilitas sediaan dilakukan dengan
menggunakan media Tioglikolat dan media Kasamino, dengan metode filtrasi membran.
Penetapan kadar dekstrosa dilakukan terhadap sediaan sebelum disterilisasi dan setelah
mengalami sterilisasi akhir menggunakan metode titrasi Luff Schoorl, serta penetapan
absorbansi 5-HMF yang terbentuk pada sediaan tanpa sterilisasi dan setelah mengalami
sterilisasi akhir menggunakan Spektrofotometer.
Uji sterilitas sediaan pada media dinyatakan steril karena tidak terdapat
pertumbuhan bakteri dan jamur pada penanaman tersebut. Pada penetapan kadar
dekstrosa yang mengalami sterilisasi akhir dengan otoklaf suhu 121° C selama 5 dan 10
menit, terjadi penurunan kadar tetapi masih berada dalam rentang kadar yang
dipersyaratkan. Penetapan absorbansi 5-HMF dilakukan pada panjang gelombang 284 nm
menggunakan Spektrofotometer-UV didapatkan hasil yang tidak melebihi persyaratan
absorbansi 5-HMF dalam sediaan infus dekstrosa
Pengujian sterilitas infus dektrosa
Suatu produk dikatakan steril
• Bila memenuhi persyaratan dalam uji sterilitas
• Kemungkinan hasil positif dapat terjadi karena teknik yang salah atau kontaminasi
lingkungan pada waktu pengujian
BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Steril adalah suatu kondisi absolut/mutlak bebas dari mikroorganisme hidup, tidak sebagian
atau hampir steril. Sterilitas adalah sifat atau karakteristik yang disyaratkan untuk sediaan
farmasetik yang bebas dari mikroorganisme hidup karena metode, wadah, atau rute
pemberiannya sampai batas tertentu. Sterilisasi adalah proses pembunuhan atau
pemindahan mikroorganisme dan spora yang hidup dari sediaan untuk menghasilkan
keadaan yang steril dengan cara yang mungkin.

DAFTAR PUSTAKA

Robert Tungadi ,2017,Teknologi sediaan steril ,Jakarta (di akses 10 januari 2022)

Farida Juliantina Rachmawaty,2020, Laboratorium mikrobiologi universitas islam


Indonesia, Yogyakarta ( diakses 10 januari 2022)

Baehaqi Nur,2018, Glory medica alat alat sterilisasi , Indonesia ( diakses 12 januari
2022)

Siti Atikha ,2016 ,Analisis mikrobiologi farmasi 13 uji sterilitas , Indonesia (diakses 12
januari 2022)

Khuliqat Aqna ,2013, Laboratorium mikrobiologi Universitas Hasanuddin uji


sterilitas,Makassar ( diakses 13 januari 2022)

Anda mungkin juga menyukai