Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MEDIA DAN REAGENSIA


Dosen pengampu : Selamat Riadi. Ssi, Msi.

Disusun Oleh :
Fildza Nadra Afiqah P07534019161

POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN


JURUSAN ANALIS KESEHATAN
MEDAN
2019/2020
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan kami
semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah Media dan
Reagensia yang berjudul “Media,Reagensia dan Sterilisasi” dapat selesai seperti waktu yang
telah saya rencanakan.

Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan penyusun, makalah ini disusun
untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Media dan Reagensia.
Tak ada gading yang tak retak Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari
pembaca sangat penyusun harapkan untuk penyempurnaan makalah-makalah selanjutnya

Medan, 15 Oktober 2019

Fildza Nadra Afiqah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................................................................................................i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 1
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................................2
1.4 Manfaat Penggunaan Media .................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................3
2.1 Media ...................................................................................................................3
2.1.1 Pengertian Media ........................................................................................ 3
2.1.2 Jenis Media dan Komposisi Media ............................................................ 4
2.1.3 Alat dan Bahan Pembuatan Media ............................................................. 9
2.1.4 Prosedur Pembuatan Media ........................................................................9
2.2 Reagensia ...........................................................................................................11
2.2.1 Pengertian Reagensia ...............................................................................11
2.2.2 Jenis Reagensia......................................................................................... 11
2.2.3 Etiket Reagensia ....................................................................................... 12
2.2.4 Pembuatan Reagensia ...............................................................................13
2.3 Sterilisasi ...........................................................................................................15
2.3.1 Pengertian Sterilisasi ................................................................................15
2.3.2 Macam-macam Sterilisasi ........................................................................15
BAB III PENUTUP ..........................................................................................................18
3.1 Kesimpulan .........................................................................................................18
3.2 Saran ................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................19

Ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini telah banyak ditemukan penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Oleh
karenanya diperlukan keahlian dalam mengidentifikasi penyakit yang diakibatkan oleh
bakteri tersebut melalui media khusus menumbuhkan bakteri yang dibuat ketetentuan
tertentu.

Media / perbenihan merupakan bahan yang digunakan untuk memperkembangbiakan


bakteri laboratorium secara invitro. Sebelum digunakan media harus keadaan steril, artinya
tidak di tumbuhi oleh mikroba lain yang tidak di harapkan.
Pelaksanaan pembuatan media memerlukan keterampilan dan kehati-hatian agar di
dapatkan hasi yang maksimal mungkin. Untuk itu diperlukan pengetahuan mengenai hal-hal
yang bersangkutan dalam pembuatan media tersebut.

Penyediaan kebutuhan media biakan bakteri sangat di tentukan oleh tindakan


persiapan sebelumnya dan beberapa tindakan setelah siap jadi dan saat di gunakan. Mutu dari
media di tentukan sejak stok bahan baku di pesan, penyimpanan bahan baku dan pembuatan
sampai penyimpanan setelah jadi.

Berbagai kesalahan dapat terjadi pada proses pembuatan. Untuk itu diperlukan uji
kwalitas dari masing-masing bahan setelah jadi dengan bakteri standar. Misalnya standar
ATCC. Untuk penyimpanan stok media perlu di perhatikan suhu ruangan atau lemari
pendingin yang sesuai dengan petunjuk suhu penyimpanannya. Pada umumnya media sangat
hidroskopik, sehingga penutupan setelah penggunaan bahan baku tersebut harus di
perhatikan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah :


1. Apakah yang dimaksud dengan media dan reagensia?
2. Apa saja jenis media dan reagensia?
3. Apa saja peralatan yang digunakan untuk pembuatan media?
4. Bagaimana cara membuat media dan reagensia?

1
1.3 Tujuan Pembahasan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui penjelasan tentang media dan
cara pembuatan media, yaitu Media Blood Agar (BA), Nutrien Agar (NA), Salmonella
Shigella Agar (SSA), Mac Conkey (MC), Taurocholate Citrate Broom Thymul, Blue
Suchrose Salt Agar (TCBS), Eosin Metyhlen Blue Agar (EMBA), dan Selenite Broth.

1.4 Manfaat Kegunaan Media


Penggunaan media bukan hanya untuk pertumbuhan dan perkembngbiakan mikroba,
tetapi juga untuk tujuan-tujuan lain misalnya sulasi, seleksi, evaluasi, dan diferensiasi biakan
yang di dapatkan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Media
2.1.1 Pengertian Media

Media merupakan suatu campuran bahan-bahan tertentu dengan aquadest yang dapat
menimbulkan mikro organisme pada derajat keasaman dan inkubasi tertentu, atau bahan yang
di gunakan untuk memperkembangakan mikro organisme di laboratorium secara invitro.
Sebelum di gunakan media harus dalam keadaan steril, artinya tidak di tumbuhi oleh mikroba
lain yang tidak di harapkan.

Persyaratan-persyaratan agar media dapat di tumbuhi dan mikroba dapat berkembang


dengan baik yaitu :
a. Dalam media harus terkandung semua unsur hara yang di perlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan bakteri.
b. Media harus mempunyai tekanan osmosa dan PH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba.
c. Media harus keadaan steril.

Bentuk susunan dan sifat media di tentukan oeh senyawa penyusun media, persentase
campuran dn tujuan penggunaan. Bentuk media di tentukan oleh ada tidaknya penambahan
zat pemadat seperti agar-agar, gelatin, dsb. Bentuk media di kenal 3 jenis yaitu :
 media padat
 media cair
 media semi sulid

Sesuai dengan fungsi fisiologi dari masing-masing komponen yang terdapat dalam media,
maka susunan media pada jenis memiliki kesamaan isi yaitu :
 Kandungan air
 Kandungan nitrogen
 Kandungan sumber air
 Faktor pertumbuhan

3
Berdasarkan susunan pembentukan, media di bedakan menjadi :
 Media alami, yaitu media yang di susun oleh bahan-bahan alami, seperti : kentang,
tepung, daging,telur, dsb.
 Media sintesis, yaitu media yang di susun oleh senyawa kimia, seperti : media
untuk pertumbuhan dan perkembangan bakteri Clostridium
 Media semi sintesis, yaitu media yang tersusun oleh campuran bahan-bahan alami
dan bahan-bahan sintesis

Berdasarkan sifat-sifatnya, media dapat di bedakan menjadi :


 Media umum
 Media pengaya
 Media selektif
 Media diferensial
 Media penguji
 Media perhitungan

2.1.2 Jenis – Jenis Media


1. Media Umum / Media Dasar
Merupakan media pembiakan sederhana yang mengandung zat-zat yang umum di
perlukan oleh sebagian besar mikroorganisme dan dipakai juga sebagai komponen dasar
untuk membuat media biakan lainnya.
Secar rutin media ini selalu tersedia dilaboratorium, contohnya : Nutrient Broth,
Nutrient Agar, dll.

Nutrient Agar
Komposisi :
 Ekstrak sapi = 3 gram
 Pepton = 5 gram
 Agar = 15 gram
 PH = 6,8
 Aquadest = 1000 mL

4
2. Enriched Media
Adalah perbenihan yang telah di tambahkan factor-factor pertumbuhan seperti darah,
vitamin, eksrak ragi, dsb sehingga bakteri yang sulit di tumbuhkan dapat di biak di
perbenihan ini.
Media yang termasuk dalam Enriched Media yaitu Blood Agar dan Coklat Agar.

Blood Agar
Media ini di gunakan untuk menumbuhkan mikro organisme yang sulit untuk
dibiakan dan juga untuk di membedakan kelompok mikro organisme yang melisis atau tidak
melisiskan butir darah merah. Agar darah terdiri dari bahan dasar yang mengandung 5%
darah domba. Kelompok mikro organisme yang sering di bedakan berdasarkan kemampuan
melisiskan butir darah merah adalah sreptococcus dan staphylococcus, proses hemolisis di
sebabkanoleh enzim yang di lepas mikro organisme.
Komposisi :
 Heart extract = 10 gram
 Tryphtose = 10 gram
 Nacl = 5 gram
 Agar-agar = 15 gram
 PH = 6,9
 Aquadest

3. Media Selektif
Pada perbenihan ini, hanya bakteri tertentu yang bisa tumbuh dengan baik,
sedangakan bakteri lainnya dapat terhambat pertumbuhannya karena telah di tambahkan zat
atau bahan tertentu yang bersifat menghambat.
Media yang termasuk dalam selektif media yaitu Taurocholate Citrate Broom
Thymul, Blue Suchrose Salt Agar (TCBS), Mac Conkey (MC), Salmonella Shigella Agar
(SSA).

5
A. Taurocholate Citrate Broom Thymul, Blue Suchrose Salt Agar (TCBS)
Komposisi :
 Yeast extract = 5 gram
 Bacteriological Peptone = 10 gram
 Sodium thiosulphate = 10 gram
 Sodium Citrate = 10 gram
 Ox bile = 8 gram
 Sucrose = 20 gram
 Sodium Chloride = 10 gram
 Broom Thymol Blue = 0,04 gram
 Thymol Blue = 0,04 gram
 Agar = 14 gram
 Aquadest = 1000mL
 PH = 8,6

B. Mac Conkey Agar (MCA),


Pembenihan ini bersifat selektif untuk hasil gram negative
baik Enterobacteriateae maupun yang non fermented basilgram negative, sedangakn bakteri
lainnya umumnya tidak tumbuh / tumbuh dengan tidak subur.
Persenyawaan utama dalam media ini adalah laktosa, garam empedu dan nerah netral.
Media ini menghambat pertumbuhan bakteri garam positif yang di sebabkan oleh garam
empedu dan kristal violet, bakteri gram negatif yang tumbuh di bedakan dalam
kemampuannya memfermentasekan laktosa.
Koloni dari bakteri yang memfermentasekan laktosa berwarna merah bata dan di
kelilingi oleh endapan garam empedu. Endapan ini di sebabkan oleh penguraian laktosa
menjadi asam yang bereaksi dengan garam empedu.
Bakteri yang tidak memfermentasikan laktosa biasanya bersifat pathogen. Golongan
bakteri ini tidak memperlihatkan perubahan pada media. Warna koloni di lihat pada bagian
koloni terpisah.

6
Komposisi :
 Peptone Yeast extract = 17 gram
 Agar = 13,5 gram
 Protease Pepton = 3 gram
 Netral Red = 0,03 gram
 Lactosa = 10 gram
 Crystal Violet = 0,001gram
 Bile salt no 3 = 1,5 gram
 Aquadest = 1000ml
 Sodium Cloride = 5 gram
 PH = + 7,4

C. Salmonella Shigella Agar (SSA)


Perbenihan ini mirip MCA, hanya penggunaanya lebih khusus lagi untuk basil gram
negative pathogen enteric, terutama salmonella shigella yang keduanya memperlihatkan
pertumbuhan koloni
yang tidak berwarna. Sebagai bahan penghambat utama adalah garam empedu dan
brilliant green yang tidak hanya mengam,bat bakteri asam positif saja tetapi menekan
pertumbuhan basil pathogen non enteric lainnya.
Komposisi:
 Ekstark sapi = 5 gram
 Proteose peptone = 5 gram
 Laktosa = 10 gram
 Garam bile no.3 = 8,5 gram
 Natrium sitart = 8,5 gram
 Ferrik sitrat = 1 gram
 Agar = 13,5 gram
 Merah netral = 0,025 gram
 Hijau brilliant = 0,33 gram
 Aquadest = 1000mL
 PH

7
D. Manitol Salt Agar (MSA)
Persenyawaan utama dalam media ini adalah NaCL 7,5 %, mannitol, dan merah fenol.
Media ini terutama di gunakan untuk membedakan staphylococcus yang bersifat pathogen
dan yang tidak pathogen.
Media ini mengandung kadar NaCL tinggi, sehingga akan menghambat pertumbuhan
bakteri, namun staphylococcus tidak di hambat pertumbuhannya. Staphylococcus
aureus akan membentuk zona kuning. Sedangkan S. epidermis akan membentuk zona merah.
Pada umumnya S. Aureus bersifat pathogen,sedangkan S. Epidermis bersifat tidak pathogen.
Komposisi:
 Ekstrak sapi = 1 gram
 Proteose peptone no.3 = 10 gram
 NaCL = 75 gram
 D-Mannitol = 75 gram
 Agar = 15 gram
 Merah fenol = 0,025 gram
 Aquadest = 1000mL
 PH = 7,4

4. Media Diferensial
Merupakan media yang mengandung zat-zat kimia tertentu untuk membedakan
berbagai tipe bakteri. Media ini berperan dalam pembentukan PH karena aktivitas mikroba
dan membedakan organisme tersebut berdasarkan perubahan PH.
Media yang termasuk dalam differential media yaitu Eosin Methylene Blue Agar
(EMBA)
Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)
Komposisi :
 Pancreahc digest of gelatin = 10 gram
 Jaciose = 10 gram
 Dipottasium Phuspate = 2 gram
 Eosin = 0,4 gram
 Methylem blue = 0,065 gram
 Agar = 15,0 gram
 Aquadest = 1000ml

8
2.1.3 Alat-Alat Pembuatan Media
Alat-alat yang biasa digunakan saat pembuatan media adalah:
 Kertas timbang
 Cawan petri
 Neraca analitik
 Erlen Meyer
 Sendok
 Gelas ukur
 Timbangan analitik
 Autoclave
 Gelas ukur
 Petridich
 Erlen Meyer
 Alat Pemanas
 Sendok Reagen

2.1.4 Prosedur Pembuatan Media


A. Nutrient Agar

Prosedur Kerja
 Di timbang 20 gram Nutrient Agar, kemudian media di larutkan dengan aquadest
sebanyak 500mL dalam Erlenmeyer (Erlenmeyer di beri label).
 Erlenmeyerdi beri media di tutup rapat kemudian panaskan kurang lebih 10 menit
pada suhu 50 derajat celcius.
 Media di dinginkan kemudian media tersebut di bagi 2. Mulut erlenmeyer di sumbat
dengan kapas, di tutup dengan kertas dan ikat dengan tali.
 Media di sterilkan dalam Autoclave selama 15 menit dengan suhu 121 derajat celcius.
 Erlenmeyer pertama di perkirakan suhunya 80 derajat celcius, di tambahkan darah
vena sebanyak 3 cc dengan cara di semprotkan melalui dinding Erlenmeyer.
 Media di kocok (jangan sampai terbentuk busa) dan di tuang ke dalam cawan petri
sebanyak detengah dari volume cawan petri.

9
B. Blood Agar
Prosedur Kerja
 Larutkan 40 gram bahan tersebut dengan 1 liter aquadest
 Sterilkan dengan menggunakan autoclave 115 derajat celcius selama 25 menit
 Setelah di sterilkan, dinginkan pada suhu 50derajat celcius kemudian tambahkan
4-8% darah domba, aduk rata
 Tuang dalam petridich steril kurang lebih 200cc secara aseptis.
 Hindari gelembung udara dan simpan dalam lemari es.

C. Taurocholate Citrate Broom Thymul, Blue Suchrose Salt Agar (TCBS)


Prosedur Kerja
 Ditimbang 88 gram dehydrate medium kemudian masukkan ke dalam erlenmeyer
dan larutkan 1000mL aquadest.
 Bila belum larut panaskan di atas nyala api sampai suhunya 45-50 derajat celcius.
 Jangan menggunakan autoclave, kemudian tuangkan pada petridisk.

D. Mac Conkey Agar (MCA)


Prosedur Kerja
 Timbang bahan, masukkan dalam beaker gelas 50 mL dan larutkan dengan
aquadest dan masukkan dalam Erlen meyer.
 Homogenkan dengan cara di panaskan di dalam pemanas selama 15 menit,
kemudian mulut Erlenmeyer di sumbat dengan menggunakan kapas, yang dilapisi
kertas,
 Kemudian sumbatan tersebut di tutup kembali dengan menggunakan kertas, lalu di
ikat.
 Sterilkan media tersebut di dalam autoclave pada suhu 121 derajat celcius selama
15 menit
 Dinginkan dengan tuangkan ke dalam petridish dan simpan dalam lemari es.

10
2.2 Reagensia
2.2.1 Pengertian Reagensia
Reagensia adalah larutan zat dalam komposisi dan konsentrasi tertentu yang
digunakan untuk mengenali zat lain yang belum diketahui sehingga diketahui isi zat lain
tersebut. Reagensia yang baik harus memiliki sifat : mudah didapat, bahan murni, mudah
dimurnikan, mudah pembuatannya, stabil, tahan lama, dapat membantu reaksi kimia, bereaksi
sensitif dan spesifik dengan zat uji.
Reagensia merupakan pereaksi yang paling banyak digunakan dalam Laboratorium
Klinik untuk melaksanakan kegiatan analisa hingga didapatkan hasil kegiatan uji. Untuk itu
sebuah laboratorium selayaknya harus mempersiapkan reagensia berupa larutan atau bubuk
yang akan digunakan untuk mereaksikan dengan bahan uji.
Beberapa Reagensia memiliki komposisi yang unik sehingga perlu teknik atau proses
pelarutan tertentu, ada juga dengan membagi larutan terlebih dahulu kemudian dicampur
larutannya, ada juga yang teknik pelarutan menggunakan katalisator seperti pemanasan,
pembentukan ikatan kompleks dan penggunaan pelarut khusus.
Reagensia yang telah dibuat harus diberi label dalam botolnya supaya tidak tertukar,
disertai dengan pemberian konsentrasi pada label tersebut. Botol yang umumnya digunakan
terbuat dari borosilikat berwarna gelap atau coklat agar terhindar dari kerusakan akibat
cahaya matahari langsung. Konsentrasi yang umum digunakan misal pada Indikator
menggunakan persen (%), atau larutan asam basa menggunakan normalitas (N) atau molaritas
(M)

2.2.2 Jenis-Jenis Reagensia

Berdasarkan jenisnya, reagensia itu sendiri terbagi dalam dua kelompok, yaitu:
1.Reagensia Kualitatif
Reagen dalam pembuatannya tidak memerlukan ketelitian yang tinggi, pengukuran
volume dan beratnya tidak harus menggunakan neraca analitik, tidak menunutut digunakan
bahan kimia yang murni ataupun menggunakan alat-alat gelas tertentu. Misalnya : Amylum,
Asam Sulfat (H2SO4), dll.

2.Reagensia Kuntitatif
Reagen yang dalam pembuatanya memrlukan ketelitian yang tinggi, penimbanagnnya
harus menggunakan neraca analitik dan pengukurannya harus dengan alat ukur kuantitatif.
Misalnya : Natrium Hidroksida (NaOH), Asam Oksalat (H2C2O4), K2Cr2O7, dll.

11
Berdasarkan kemurniannya, reagensia dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu :
1. Kelas Teknis (t)
Kelas ini, kemurnian reagensia sangat rendah, tidak dapat digunakan untuk analisa
laboratorium, hanya digunakan dalam keperluan teknis saja, namun masih bisa digunakan
sebagai pelarut, pemeriksaan kualitatif.
2. Kelas Farmakope (f)
Kelas ini memiliki kemurnian yang disyaratkan oleh farmakope. Reagensia ini kurang
cocok untuk keperluan analisa di laboratorium karena masih kurang murni.
3. Kelas Chemical Pure (cp)
Kelas ini memiliki kemurnian yang sangat tinggi, cocok untuk digunakan dalam
analisa laboratorium. Memiliki kemurnian yang cukup tinggi hingga 99,90%
4. Kelas Pro Analis (pa)
Kelas ini hampir sama dengan kelas chemical pure, merupakan kelas yang sangat
murni, sangat cocok untuk keperluan analisis, memiliki kemurnian diatas 99,99% hingga
mencapai 100%

2.2.3 Etiket Reagensia


Setiap reagensia yang dibuat selalu tercantum tulisan beserta petunjuk yang biasa
disebut sebagai etiket. Etiket yang harus dicantum pada reagensia yang baru saja dibuat
meliputi :
1. Nama Reagensia
2. Konsentrasi (satuan yang digunakan)
3. Tanggal Pembuatan
4. Tanggal Pemakaian
5. Batas kadaluarsa
6. Pembuat Reagensia
7. Petunjuk Lainnya
Sebaiknya etiket terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak terutama akibat terkena
reagensia tersebut, merekat kuat, mudah dilepas atau dibersihkan dan mudah dibaca. Botol
yang digunakan sebaiknya terbuat dari kaca, lebih baik berwarna coklat atau gelap agar
tidak dirusak oleh pengaruh sinar matahari

12
2.2.4 Pembuatan Reagensia

A. PEMBUATAN REAGEN LUGOL


Fungsinya : Untuk pemeriksaan bentuk kista protozoa.
Komposisi :
§ Iodium 1 gram
§ Kalium Iodium 2 gram
§ Aquadest 100 ml

Cara Pembuatan :
Ø Timbang Iodium sebanyak 1 gram dan Kalium Iodium 2 gram dengan
menggunakan neraca elektrik dan gelas arloji.
Ø Masukkan ke dalam lumpang, lalu digerus.
Ø Kemudian tambahkan sedikit demi sedikit aquadest sambil diaduk.
Ø Lalu larutan tadi dipindahakan ke dalam beaker glass, add kan dengan aquadest
100 ml kemudian disaring setelah 24 jam.

B. PEMBUATAN REAGEN BENEDICT


Fungsinya : Untuk pemeriksaan reduksi urine.
Komposisi :
§ CuSO4.5H2O 17,3 gram
§ Natrium Sitrat 173 gram
§ Natrium Karbonat 100 gram
§ Aquadest 1000 ml
Cara Pembuatan :
Ø Timbang semua bahan dengan menggunakan neraca elektrik dan gelas arloji.
Ø Masukkan semua bahan ke dalam beaker glass
Ø Lalu homogenkan dengan batang pengaduk
Ø Masukkan ke dalam waterbath yang sudah dipanaskan
Ø Aduk hingga larutan tersebut panas
Ø Dinginkan dan masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket

13
C. PEMBUATAN REAGEN FEHLING A
Fungsinya : Untuk pemeriksaan reduksi urine.
Komposisi :
§ CuSO4. 5H2O 35 gram
§ Aquadest 1000 ml

Cara Pembuatan :
Ø Timbang CuSO4.5H2O sebanyak 35 gram dengan menggunakan neraca
elektrik dan gelas arloji.
Ø Masukkan ke dalam beaker glass.
Ø Add kan dengan aquadest sampai 1000 ml, homogenkan.
Ø Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.

D. PEMBUATAN REAGEN FEHLING B

Fungsinya : Untuk pemeriksaan reduksi urine.

Komposisi :

§ Kalium Natrium Tartrat 173 gram

§ NaOH 60 gram

§ Aquadest 1000 ml

Cara Pembuatan :

Ø Timbang kalium Natrium Tartrat sebanyak 173 gram dan NaOH sebanyak 60
gram dengan menggunakan nerca elektrik dan gelas arloji.

Ø Masukkan ke dalam beaker glass.

Ø Add kan dengan aquadest sampai 1000 ml, homogenkan.

Ø Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.

14
2.3 Sterilisasi
2.3.1 Pengertian Sterilisasi
Steril adalah keadaan dimana suatu objek atau benda berada di posisi aman dan bebas
dari mikroba hidup, seperti patogen (menimbulkan penyakit) atau apatogen / non
patogen (tidak menimbulkan penyakit) dari bakteri atau material yang akan merugikan bagi
objek itu sendiri.
Pengertian sterilisasi adalah proses yang bertujuan untuk menghilangkan semua jenis
organisme hidup, nah dalam hal ini bisaberarti untuk menghilangkan mikroorganisme
(protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, virus) yang ada pada suatu benda. Dalam proses
Sterilisasi desain untuk bisa membunuh atau menghilangkan mikroorganisme yang fungsinya
untuk menjaga kebersihan suatu benda atau objek yang akan di pakai oleh manusia.

2.3.2 Macam-macam Sterilisasi


Macam-macam sterilisasi yang dapat digunakan :
A.Sterilisasi panas dengan tekanan atau sterilisasi uap (autoklaf).
Pada saat melakukan sterilisasi uap, kita sebenarnya memapakan uap jenuh
padatekanan tertentu selama waktu dan suhu tertentu pada suatu objek, sehingga terjadi.
pelepasan energi laen uap yang mengakibatkan denaturasi atau koagulasi protein sel.

Sterilisasi demikian merupakan sterilisasi paling efektif dan ideal karena uap
merupakan pembawa (carrier ) energi tertanal paling efektif dan semua lapisan pelindung
luar mikroorganisme dapat dilunakan, sehingga memungkinkan terjadinya koagulasi, selain
itu bersifat nontosik, mudah diperoleh dan relatif mudah dikontrol. (Stefanus, 2006).

Cara Penggunaan Autoklaf adalah:


1. Banyaknya air dalam autoklaf dicek terlebih dahulu. Jika air kurang dari batas Yang
ditentukan, maka dapat ditambah air sampai batas tersebut. Menggunakan air
hasildestilasi, untuk menghindari terbentuknya kerak dan karat.

2. Peralatan dan bahan dimasukkan biasanya dimasukan keranjang.

15
3. Autoklaf ditutup dengan rapat lalu kencangkan baut pengaman agar tidak ada uap
yangkeluar dari bibir autoklaf. Klep pengaman jangan dikencangkan terlebih dahulu.

4. Nyalakan autoklaf, diatur timer dengan waktu minimal 15 menit pada suhu 121oC

5.Tunggu sampai air mendidih sehingga uapnya memenuhi kompartemen


autoklaf danterdesak keluar dari klep pengaman. Kemudian klep pengaman ditutup
(dikencangkan) dan tunggu sampai selesai. Penghitungan waktu 15’ dimulai sejak tekanan
mencapai 2atm.

6.Jika alarm tanda selesai berbunyi, maka tunggu tekanan dalam kompartemen turunhingga
sama dengan tekanan udara di lingkungan (jarum pada preisure gauge menunjuk ke angka
nol). Kemudian klep-klep pengaman dibuka dan keluarkan isi autoklaf denganhati-hati.

B. Sterilisasi panas kering (Oven)

Proses sterilisasi panas kering terjadi melalui mekanisme konduksi panas. Panas
akandiabsorpsi oleh permukaan luar alat yang disterilkan, lalu merambat ke bagian
dalam permukaan sampai akhirnya suhu untuk sterilisasi tercapai.

Sterilisasi panas kering biasanya digunakan untuk alat-


alat atau bahan dengan uap tidak dapat penetrasi secaramudah atau untuk peralatan yang
terbuat dari kaca. Pada sterilisasi panas
kering, pembunuhan mikroorganisme terjadi melalui mekanisme oksidasi sampai-
sampaiterjadinya koagulasi protein sel. Karena panas dan kering kurang efektif dalam
membunuhmikroba dari autoklaf, maka sterilisasi memerlukan suhu yang lebih tinggi dan
waktu yanglebih panjang (Stefanus. 2006)

C. Sterilisasi Tyndllisasi

Metode ini dilakukan dengan cara mendidihkan medium dengan uap beberapa
menitsaja. Setelah didiamkan satu hari, spora-spora tumbuh menjadi bakteri vegetatif.
Makamedium tersebut dididihkan lagi selama beberapa menit. Akhirnya pada hari
ketiga,medium tersebut dididihkan sekali lagi. Dengan jalan demikian ini diperoleh medium
yangsteril dan zat-zat organik yang terkandung didalamnya tidak mengalami banyak
perubahanseperti halnya pada cara yang dilakukan oleh spallanzani (1729-1799)
(Dwidjoseputro.2005)

16
D. Sterilisasi dengan penyaringan (Filtrasi).

Medium disaring dengan saringan porselin atau dengan tanah diatom. Dengan
jalanini, maka zat-zat organik tidak akan mengalami penguraian sama sekali. Hanya
sayang,virus tak dapat terpisah dengan penyaringan semacam ini. Oleh karena itu,
sehabis penyaringan, medium masih perlu dipanaskan dengan autoclave meskipun
tidak selama 15menit dengan teperatur 121oC. Penyaringan dapat dilakukan juga dengan
saringan yangdibuat dari asbes. Saringan ini lebih murah dan lebih mudah penggunaannya
daripada parselin. Saringan asbes dapat dibuang setelah dipakai, sedangkan saringan porselin
terlalumahal untuk dibuang dan terlalu sulit dibersihkan.(Dwidjoseputro. 2005)

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari hasil uraian diatas dapat disimpulkan bahwa :


1.Media Nutrient Agar dan Blood Agar digunakan untuk mendeteksi adanya bakteri
enterobactericeae
2.TCBS adalah media selektif untuk bakteri Vibrio Cholera
3.MCA (Mac Conkey Agar) adalah media selektif Salmonella
4.SSA (Salmonella Shigella Agar) adalah media pembenihan yang hampir sama dengan
media MCA untuk bakteri shigella
5.MSA (Manitol Salt Agar) Media ini mengandung kadar NaCL tinggi, sehingga akan
menghambat pertumbuhan bakteri,kecuali bakteri Staphylococcus
6.EMBA (Eosin Methylene Blue Agar) adalah media untuk menumbuhkan bakteri E.coli
7. Sterilisasi sangat penting dilakukan didalam laboratorium agar tidak terjadi kontaminasi
mikroorganisme lain

3.2 Saran
Diharapkan kepada semua mahasiswa agar lebih aktif dan bekerja sama dengan baik
dalam kelompok pembuatan makalah.Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam
meningkatkan pengetahuan tentang pembuatan Media dan reagensia serta cara melakukan
sterilisasi.

18
DAFTAR PUSTAKA
http://www.Google.co.id/search?hl=id&q=TSIA&btnG=Telusuri+dengan+Google&meta=

http://id.wikipedia.org/wiki/GASTROENTERITIS

Soewarsono, 1993, Petunjuk Pembuatan Media dan Reagensia, Balai Laboratorium


Kesehatan : Surabaya

Bridson.E.Y.1998, The Oxoid Manual,England

19

Anda mungkin juga menyukai