Disusun Oleh :
Fildza Nadra Afiqah P07534019161
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan kami
semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah Media dan
Reagensia yang berjudul “Media,Reagensia dan Sterilisasi” dapat selesai seperti waktu yang
telah saya rencanakan.
Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan penyusun, makalah ini disusun
untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Media dan Reagensia.
Tak ada gading yang tak retak Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari
pembaca sangat penyusun harapkan untuk penyempurnaan makalah-makalah selanjutnya
i
DAFTAR ISI
Ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini telah banyak ditemukan penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Oleh
karenanya diperlukan keahlian dalam mengidentifikasi penyakit yang diakibatkan oleh
bakteri tersebut melalui media khusus menumbuhkan bakteri yang dibuat ketetentuan
tertentu.
Berbagai kesalahan dapat terjadi pada proses pembuatan. Untuk itu diperlukan uji
kwalitas dari masing-masing bahan setelah jadi dengan bakteri standar. Misalnya standar
ATCC. Untuk penyimpanan stok media perlu di perhatikan suhu ruangan atau lemari
pendingin yang sesuai dengan petunjuk suhu penyimpanannya. Pada umumnya media sangat
hidroskopik, sehingga penutupan setelah penggunaan bahan baku tersebut harus di
perhatikan.
1
1.3 Tujuan Pembahasan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui penjelasan tentang media dan
cara pembuatan media, yaitu Media Blood Agar (BA), Nutrien Agar (NA), Salmonella
Shigella Agar (SSA), Mac Conkey (MC), Taurocholate Citrate Broom Thymul, Blue
Suchrose Salt Agar (TCBS), Eosin Metyhlen Blue Agar (EMBA), dan Selenite Broth.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Media
2.1.1 Pengertian Media
Media merupakan suatu campuran bahan-bahan tertentu dengan aquadest yang dapat
menimbulkan mikro organisme pada derajat keasaman dan inkubasi tertentu, atau bahan yang
di gunakan untuk memperkembangakan mikro organisme di laboratorium secara invitro.
Sebelum di gunakan media harus dalam keadaan steril, artinya tidak di tumbuhi oleh mikroba
lain yang tidak di harapkan.
Bentuk susunan dan sifat media di tentukan oeh senyawa penyusun media, persentase
campuran dn tujuan penggunaan. Bentuk media di tentukan oleh ada tidaknya penambahan
zat pemadat seperti agar-agar, gelatin, dsb. Bentuk media di kenal 3 jenis yaitu :
media padat
media cair
media semi sulid
Sesuai dengan fungsi fisiologi dari masing-masing komponen yang terdapat dalam media,
maka susunan media pada jenis memiliki kesamaan isi yaitu :
Kandungan air
Kandungan nitrogen
Kandungan sumber air
Faktor pertumbuhan
3
Berdasarkan susunan pembentukan, media di bedakan menjadi :
Media alami, yaitu media yang di susun oleh bahan-bahan alami, seperti : kentang,
tepung, daging,telur, dsb.
Media sintesis, yaitu media yang di susun oleh senyawa kimia, seperti : media
untuk pertumbuhan dan perkembangan bakteri Clostridium
Media semi sintesis, yaitu media yang tersusun oleh campuran bahan-bahan alami
dan bahan-bahan sintesis
Nutrient Agar
Komposisi :
Ekstrak sapi = 3 gram
Pepton = 5 gram
Agar = 15 gram
PH = 6,8
Aquadest = 1000 mL
4
2. Enriched Media
Adalah perbenihan yang telah di tambahkan factor-factor pertumbuhan seperti darah,
vitamin, eksrak ragi, dsb sehingga bakteri yang sulit di tumbuhkan dapat di biak di
perbenihan ini.
Media yang termasuk dalam Enriched Media yaitu Blood Agar dan Coklat Agar.
Blood Agar
Media ini di gunakan untuk menumbuhkan mikro organisme yang sulit untuk
dibiakan dan juga untuk di membedakan kelompok mikro organisme yang melisis atau tidak
melisiskan butir darah merah. Agar darah terdiri dari bahan dasar yang mengandung 5%
darah domba. Kelompok mikro organisme yang sering di bedakan berdasarkan kemampuan
melisiskan butir darah merah adalah sreptococcus dan staphylococcus, proses hemolisis di
sebabkanoleh enzim yang di lepas mikro organisme.
Komposisi :
Heart extract = 10 gram
Tryphtose = 10 gram
Nacl = 5 gram
Agar-agar = 15 gram
PH = 6,9
Aquadest
3. Media Selektif
Pada perbenihan ini, hanya bakteri tertentu yang bisa tumbuh dengan baik,
sedangakan bakteri lainnya dapat terhambat pertumbuhannya karena telah di tambahkan zat
atau bahan tertentu yang bersifat menghambat.
Media yang termasuk dalam selektif media yaitu Taurocholate Citrate Broom
Thymul, Blue Suchrose Salt Agar (TCBS), Mac Conkey (MC), Salmonella Shigella Agar
(SSA).
5
A. Taurocholate Citrate Broom Thymul, Blue Suchrose Salt Agar (TCBS)
Komposisi :
Yeast extract = 5 gram
Bacteriological Peptone = 10 gram
Sodium thiosulphate = 10 gram
Sodium Citrate = 10 gram
Ox bile = 8 gram
Sucrose = 20 gram
Sodium Chloride = 10 gram
Broom Thymol Blue = 0,04 gram
Thymol Blue = 0,04 gram
Agar = 14 gram
Aquadest = 1000mL
PH = 8,6
6
Komposisi :
Peptone Yeast extract = 17 gram
Agar = 13,5 gram
Protease Pepton = 3 gram
Netral Red = 0,03 gram
Lactosa = 10 gram
Crystal Violet = 0,001gram
Bile salt no 3 = 1,5 gram
Aquadest = 1000ml
Sodium Cloride = 5 gram
PH = + 7,4
7
D. Manitol Salt Agar (MSA)
Persenyawaan utama dalam media ini adalah NaCL 7,5 %, mannitol, dan merah fenol.
Media ini terutama di gunakan untuk membedakan staphylococcus yang bersifat pathogen
dan yang tidak pathogen.
Media ini mengandung kadar NaCL tinggi, sehingga akan menghambat pertumbuhan
bakteri, namun staphylococcus tidak di hambat pertumbuhannya. Staphylococcus
aureus akan membentuk zona kuning. Sedangkan S. epidermis akan membentuk zona merah.
Pada umumnya S. Aureus bersifat pathogen,sedangkan S. Epidermis bersifat tidak pathogen.
Komposisi:
Ekstrak sapi = 1 gram
Proteose peptone no.3 = 10 gram
NaCL = 75 gram
D-Mannitol = 75 gram
Agar = 15 gram
Merah fenol = 0,025 gram
Aquadest = 1000mL
PH = 7,4
4. Media Diferensial
Merupakan media yang mengandung zat-zat kimia tertentu untuk membedakan
berbagai tipe bakteri. Media ini berperan dalam pembentukan PH karena aktivitas mikroba
dan membedakan organisme tersebut berdasarkan perubahan PH.
Media yang termasuk dalam differential media yaitu Eosin Methylene Blue Agar
(EMBA)
Eosin Methylene Blue Agar (EMBA)
Komposisi :
Pancreahc digest of gelatin = 10 gram
Jaciose = 10 gram
Dipottasium Phuspate = 2 gram
Eosin = 0,4 gram
Methylem blue = 0,065 gram
Agar = 15,0 gram
Aquadest = 1000ml
8
2.1.3 Alat-Alat Pembuatan Media
Alat-alat yang biasa digunakan saat pembuatan media adalah:
Kertas timbang
Cawan petri
Neraca analitik
Erlen Meyer
Sendok
Gelas ukur
Timbangan analitik
Autoclave
Gelas ukur
Petridich
Erlen Meyer
Alat Pemanas
Sendok Reagen
Prosedur Kerja
Di timbang 20 gram Nutrient Agar, kemudian media di larutkan dengan aquadest
sebanyak 500mL dalam Erlenmeyer (Erlenmeyer di beri label).
Erlenmeyerdi beri media di tutup rapat kemudian panaskan kurang lebih 10 menit
pada suhu 50 derajat celcius.
Media di dinginkan kemudian media tersebut di bagi 2. Mulut erlenmeyer di sumbat
dengan kapas, di tutup dengan kertas dan ikat dengan tali.
Media di sterilkan dalam Autoclave selama 15 menit dengan suhu 121 derajat celcius.
Erlenmeyer pertama di perkirakan suhunya 80 derajat celcius, di tambahkan darah
vena sebanyak 3 cc dengan cara di semprotkan melalui dinding Erlenmeyer.
Media di kocok (jangan sampai terbentuk busa) dan di tuang ke dalam cawan petri
sebanyak detengah dari volume cawan petri.
9
B. Blood Agar
Prosedur Kerja
Larutkan 40 gram bahan tersebut dengan 1 liter aquadest
Sterilkan dengan menggunakan autoclave 115 derajat celcius selama 25 menit
Setelah di sterilkan, dinginkan pada suhu 50derajat celcius kemudian tambahkan
4-8% darah domba, aduk rata
Tuang dalam petridich steril kurang lebih 200cc secara aseptis.
Hindari gelembung udara dan simpan dalam lemari es.
10
2.2 Reagensia
2.2.1 Pengertian Reagensia
Reagensia adalah larutan zat dalam komposisi dan konsentrasi tertentu yang
digunakan untuk mengenali zat lain yang belum diketahui sehingga diketahui isi zat lain
tersebut. Reagensia yang baik harus memiliki sifat : mudah didapat, bahan murni, mudah
dimurnikan, mudah pembuatannya, stabil, tahan lama, dapat membantu reaksi kimia, bereaksi
sensitif dan spesifik dengan zat uji.
Reagensia merupakan pereaksi yang paling banyak digunakan dalam Laboratorium
Klinik untuk melaksanakan kegiatan analisa hingga didapatkan hasil kegiatan uji. Untuk itu
sebuah laboratorium selayaknya harus mempersiapkan reagensia berupa larutan atau bubuk
yang akan digunakan untuk mereaksikan dengan bahan uji.
Beberapa Reagensia memiliki komposisi yang unik sehingga perlu teknik atau proses
pelarutan tertentu, ada juga dengan membagi larutan terlebih dahulu kemudian dicampur
larutannya, ada juga yang teknik pelarutan menggunakan katalisator seperti pemanasan,
pembentukan ikatan kompleks dan penggunaan pelarut khusus.
Reagensia yang telah dibuat harus diberi label dalam botolnya supaya tidak tertukar,
disertai dengan pemberian konsentrasi pada label tersebut. Botol yang umumnya digunakan
terbuat dari borosilikat berwarna gelap atau coklat agar terhindar dari kerusakan akibat
cahaya matahari langsung. Konsentrasi yang umum digunakan misal pada Indikator
menggunakan persen (%), atau larutan asam basa menggunakan normalitas (N) atau molaritas
(M)
Berdasarkan jenisnya, reagensia itu sendiri terbagi dalam dua kelompok, yaitu:
1.Reagensia Kualitatif
Reagen dalam pembuatannya tidak memerlukan ketelitian yang tinggi, pengukuran
volume dan beratnya tidak harus menggunakan neraca analitik, tidak menunutut digunakan
bahan kimia yang murni ataupun menggunakan alat-alat gelas tertentu. Misalnya : Amylum,
Asam Sulfat (H2SO4), dll.
2.Reagensia Kuntitatif
Reagen yang dalam pembuatanya memrlukan ketelitian yang tinggi, penimbanagnnya
harus menggunakan neraca analitik dan pengukurannya harus dengan alat ukur kuantitatif.
Misalnya : Natrium Hidroksida (NaOH), Asam Oksalat (H2C2O4), K2Cr2O7, dll.
11
Berdasarkan kemurniannya, reagensia dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu :
1. Kelas Teknis (t)
Kelas ini, kemurnian reagensia sangat rendah, tidak dapat digunakan untuk analisa
laboratorium, hanya digunakan dalam keperluan teknis saja, namun masih bisa digunakan
sebagai pelarut, pemeriksaan kualitatif.
2. Kelas Farmakope (f)
Kelas ini memiliki kemurnian yang disyaratkan oleh farmakope. Reagensia ini kurang
cocok untuk keperluan analisa di laboratorium karena masih kurang murni.
3. Kelas Chemical Pure (cp)
Kelas ini memiliki kemurnian yang sangat tinggi, cocok untuk digunakan dalam
analisa laboratorium. Memiliki kemurnian yang cukup tinggi hingga 99,90%
4. Kelas Pro Analis (pa)
Kelas ini hampir sama dengan kelas chemical pure, merupakan kelas yang sangat
murni, sangat cocok untuk keperluan analisis, memiliki kemurnian diatas 99,99% hingga
mencapai 100%
12
2.2.4 Pembuatan Reagensia
Cara Pembuatan :
Ø Timbang Iodium sebanyak 1 gram dan Kalium Iodium 2 gram dengan
menggunakan neraca elektrik dan gelas arloji.
Ø Masukkan ke dalam lumpang, lalu digerus.
Ø Kemudian tambahkan sedikit demi sedikit aquadest sambil diaduk.
Ø Lalu larutan tadi dipindahakan ke dalam beaker glass, add kan dengan aquadest
100 ml kemudian disaring setelah 24 jam.
13
C. PEMBUATAN REAGEN FEHLING A
Fungsinya : Untuk pemeriksaan reduksi urine.
Komposisi :
§ CuSO4. 5H2O 35 gram
§ Aquadest 1000 ml
Cara Pembuatan :
Ø Timbang CuSO4.5H2O sebanyak 35 gram dengan menggunakan neraca
elektrik dan gelas arloji.
Ø Masukkan ke dalam beaker glass.
Ø Add kan dengan aquadest sampai 1000 ml, homogenkan.
Ø Masukkan ke dalam botol reagen dan beri etiket.
Komposisi :
§ NaOH 60 gram
§ Aquadest 1000 ml
Cara Pembuatan :
Ø Timbang kalium Natrium Tartrat sebanyak 173 gram dan NaOH sebanyak 60
gram dengan menggunakan nerca elektrik dan gelas arloji.
14
2.3 Sterilisasi
2.3.1 Pengertian Sterilisasi
Steril adalah keadaan dimana suatu objek atau benda berada di posisi aman dan bebas
dari mikroba hidup, seperti patogen (menimbulkan penyakit) atau apatogen / non
patogen (tidak menimbulkan penyakit) dari bakteri atau material yang akan merugikan bagi
objek itu sendiri.
Pengertian sterilisasi adalah proses yang bertujuan untuk menghilangkan semua jenis
organisme hidup, nah dalam hal ini bisaberarti untuk menghilangkan mikroorganisme
(protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, virus) yang ada pada suatu benda. Dalam proses
Sterilisasi desain untuk bisa membunuh atau menghilangkan mikroorganisme yang fungsinya
untuk menjaga kebersihan suatu benda atau objek yang akan di pakai oleh manusia.
Sterilisasi demikian merupakan sterilisasi paling efektif dan ideal karena uap
merupakan pembawa (carrier ) energi tertanal paling efektif dan semua lapisan pelindung
luar mikroorganisme dapat dilunakan, sehingga memungkinkan terjadinya koagulasi, selain
itu bersifat nontosik, mudah diperoleh dan relatif mudah dikontrol. (Stefanus, 2006).
15
3. Autoklaf ditutup dengan rapat lalu kencangkan baut pengaman agar tidak ada uap
yangkeluar dari bibir autoklaf. Klep pengaman jangan dikencangkan terlebih dahulu.
4. Nyalakan autoklaf, diatur timer dengan waktu minimal 15 menit pada suhu 121oC
6.Jika alarm tanda selesai berbunyi, maka tunggu tekanan dalam kompartemen turunhingga
sama dengan tekanan udara di lingkungan (jarum pada preisure gauge menunjuk ke angka
nol). Kemudian klep-klep pengaman dibuka dan keluarkan isi autoklaf denganhati-hati.
Proses sterilisasi panas kering terjadi melalui mekanisme konduksi panas. Panas
akandiabsorpsi oleh permukaan luar alat yang disterilkan, lalu merambat ke bagian
dalam permukaan sampai akhirnya suhu untuk sterilisasi tercapai.
C. Sterilisasi Tyndllisasi
Metode ini dilakukan dengan cara mendidihkan medium dengan uap beberapa
menitsaja. Setelah didiamkan satu hari, spora-spora tumbuh menjadi bakteri vegetatif.
Makamedium tersebut dididihkan lagi selama beberapa menit. Akhirnya pada hari
ketiga,medium tersebut dididihkan sekali lagi. Dengan jalan demikian ini diperoleh medium
yangsteril dan zat-zat organik yang terkandung didalamnya tidak mengalami banyak
perubahanseperti halnya pada cara yang dilakukan oleh spallanzani (1729-1799)
(Dwidjoseputro.2005)
16
D. Sterilisasi dengan penyaringan (Filtrasi).
Medium disaring dengan saringan porselin atau dengan tanah diatom. Dengan
jalanini, maka zat-zat organik tidak akan mengalami penguraian sama sekali. Hanya
sayang,virus tak dapat terpisah dengan penyaringan semacam ini. Oleh karena itu,
sehabis penyaringan, medium masih perlu dipanaskan dengan autoclave meskipun
tidak selama 15menit dengan teperatur 121oC. Penyaringan dapat dilakukan juga dengan
saringan yangdibuat dari asbes. Saringan ini lebih murah dan lebih mudah penggunaannya
daripada parselin. Saringan asbes dapat dibuang setelah dipakai, sedangkan saringan porselin
terlalumahal untuk dibuang dan terlalu sulit dibersihkan.(Dwidjoseputro. 2005)
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Diharapkan kepada semua mahasiswa agar lebih aktif dan bekerja sama dengan baik
dalam kelompok pembuatan makalah.Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam
meningkatkan pengetahuan tentang pembuatan Media dan reagensia serta cara melakukan
sterilisasi.
18
DAFTAR PUSTAKA
http://www.Google.co.id/search?hl=id&q=TSIA&btnG=Telusuri+dengan+Google&meta=
http://id.wikipedia.org/wiki/GASTROENTERITIS
19