Anda di halaman 1dari 15

Al-Karimah Volume 05 / Nomor 09 / Agustus 2018 79

ISSN : 2356-3400

KEDUDUKAN DOA DALAM ISLAM

Oleh :
Dr.H.Maman Sutarman, M.M.Pd
Dosen UIN Sunan Gunung Djati Bandung
DPK. STAI. Muhammadiyah Garut

ABSTRAK
Do’a adalah merupakan ibadah kepada Allah SWT. sesuai dengan firman Allah :“Artinya :
Berdo’alah kepadaKu, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang
yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk Neraka Jahannam dalam
keadaan hina dina”. [Ghafir : 60]. Dengan demikian ancaman yang berat ditujukan kepada
orang yang tidak mau dan meninggalkan doa karena sombong. berdoa adalah
memperlihatkan sikap berserah diri dan membutuhkan Allah, karena tidak dianjurkan ibadah
melainkan untuk berserah diri dan tunduk kepada Pencipta serta merasa butuh kepada Allah.
Doa adalah ibadah yang paling mulia di sisi Allah, Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa
makna hadits tersebut adalah tidak ada sesuatu ibadah qauliyah (ucapan) yang lebih mulia di
sisi Allah daripada doa, Allah murka terhadap orang-orang yang meninggalkan doa Imam
At-Thaibi berkata bahwa Allah sangat senang tatkala dimintai karunia-Nya, maka
barangsiapa yang tidak memohon kepada Allah, maka berhak mendapat murka-Nya. Doa
mampu menolak takdir Allah, Tidak ada yang mampu menolak takdir kecuali doa “Aku
mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku”. Doa adalah
dua macam yaitu doa ibadah dan doa permohonan. Berdoa adalah menyibukkan diri untuk
mengingat Allah sehingga timbul dalam hati rasa pengagungan terhadap kebesaran Allah
dan ingin kembali kepada-Nya berhenti dari maksiat. Do’a seorang hamba akan selalu
dikabulkan selagi tidak memohon sesuatu yang berdosa atau pemutusan kerabat, atau tidak
tergesa-gesa. Imam Ad-Dawudi berkata : “Dikhawatirkan orang yang mengatakan bahwa
dia selalu berdoa tetapi tidak dikabulkan maka doanya benar-benar tidak dikabulkan, atau
benar-benar tidak dikabulkan penangguhan siksa akhirat atau pengampunan dosa-dosanya”.

Kata kunci : Kedudukan, do’a, Islam

A. PENDAHULUAN
A. Latarbelakang Penulisan
Do’a adalah merupakan ibadah kepada Allah SWT. sesuai dengan firman Allah
:“Artinya : Berdo’alah kepadaKu, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk Neraka
Jahannam dalam keadaan hina dina”. [Ghafir : 60].
Imam Hafizh Ibnu Hajar menyampaikan bahwa Syaikh Taqiyuddin Subki berkata
: Yang dimaksud doa dalam ayat di atas adalah doa yang bersifat permohonan, dan ayat
berikutnya ‘an ‘ibaadatiy menunjukkan bahwa berdoa lebih khusus daripada beribadah,
artinya barangsiapa sombong tidak mau beribadah, maka pasti sombong tidak mau berdoa.
Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Ekonimi Syariah
Al-Karimah Volume 05 / Nomor 09 / Agustus 2018 80
ISSN : 2356-3400

Dengan demikian ancaman yang berat ditujukan kepada orang yang tidak mau
dan meninggalkan doa karena sombong. Dan barangsiapa melakukan perbuatan itu, yaitu
tidak mau berdoa maka dia telah kafir. Adapun orang yang tidak berdoa karena sesuatu
alasan, maka tidak terkena ancaman tersebut. Walaupun demikian memperbanyak doa
tetap lebih baik daripada meninggalkannya sebab dalil-dalil yang menganjurkan berdoa
cukup banyak. [Fathul Bari 11/98].
Dari Nu’man bin Basyir bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda : “Artinya : Doa adalah ibadah”, kemudian beliau membaca ayat :
“Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu”. [Ghafir :
60].
Imam Hafizh Ibnu Hajar menuturkan bahwa Imam At-Thaibi berkata : Sebaiknya
hadits Nu’man di atas difahami secara arti bahasa, artinya berdoa adalah memperlihatkan
sikap berserah diri dan membutuhkan Allah, karena tidak dianjurkan ibadah melainkan
untuk berserah diri dan tunduk kepada Pencipta serta merasa butuh kepada Allah. Oleh
karena itu Allah mengakhiri ayat tersebut dengan firman-Nya : “Sesungguhnya orang-
orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu”. Dalam ayat ini orang yang tidak
mau tunduk dan berserah diri kepada Allah disebut orang-orang yang sombong, sehingga
berdoa mempunyai keutamaan di dalam ibadah, dan ancaman bagi mereka yang tidak mau
berdoa adalah hina dina. [Fathul Bari 11/98].
Doa adalah ibadah yang paling mulia di sisi Allah, dari Abu Hurairah
Radhiyallahu ‘anhu berkata bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
: “Artinya : Tidak ada sesuatu yang paling mulia di sisi Allah daripada doa”. [Sunan At-
Timidzi, bab Do’a 12/263, Sunan Ibnu Majah, bab Do’a 2/341 No. 3874. Musnad Ahmad
2/362].
Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa makna hadits tersebut adalah tidak ada
sesuatu ibadah qauliyah (ucapan) yang lebih mulia di sisi Allah daripada doa, sebab
membandingkan sesuatu harus sesuai dengan substansinya. Sehingga pendapat yang
mengatakan bahwa shalat adalah ibadah badaniyah yang paling utama sehingga hal ini
tidak bertentangan dengan firman Allah. “Artinya : Sesungguhnya orang yang paling mulia
di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa diantara kamu”. [Al-
Hujurat : 13].
Allah murka terhadap orang-orang yang meninggalkan doa, berdasarkan hadits
bahwa Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu berkata bahwasanya Rasulullah Shallallahu

Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Ekonimi Syariah


Al-Karimah Volume 05 / Nomor 09 / Agustus 2018 81
ISSN : 2356-3400

‘alaihi wa sallam bersabda. “Artinya : Barangsiapa yang tidak meminta kepada Allah,
maka Allah akan memurkainya”. [Sunan At-Tirmidzi, bab Do’a 12/267-268].
Imam Hafizh Ibnu Hajar menuturkan bahwa Imam At-Thaibi berkata : “Makna
hadits di atas yaitu barangsiapa yang tidak meminta kepada Allah, maka Dia akan murka
begitu pula sebaliknya Dia sangat senang apabila diminta hamba-Nya”. [Fathul Bari
11/98]. Imam Al-Mubarak Furi berkata bahwa orang yang meninggalkan doa berarti
sombong dan merasa tidak membutuhkan Allah.
Imam At-Thaibi berkata bahwa Allah sangat senang tatkala dimintai karunia-Nya,
maka barangsiapa yang tidak memohon kepada Allah, maka berhak mendapat murka-Nya.
Dari hadits di atas menunjukkan bahwa permohonan hamba kepada Allah
merupakan kewajiban yang paling agung dan paling utama, karena menghindar dari murka
Allah adalah suatu yang menjadi keharusan. [Mura’atul Mashabih 7/358]
Doa mampu menolak takdir Allah, berdasarkan hadits dari Salman Al-Farisi
Radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. “Artinya :
Tidak ada yang mampu menolak takdir kecuali doa”. [Sunan At-Tirmidzi, bab Qadar
8/305-306]
Syaikh Al-Mubarak Furi berkata bahwa yang dimaksud adalah, takdir yang
tergantung pada doa dan berdoa bisa menjadi sebab tertolaknya takdir karena takdir tidak
bertolak belakang dengan masalah sebab akibat, boleh jadi terjadinya sesuatu menjadi
penyebab terjadi atau tidaknya sesuatu yang lain termasuk takdir. Suatu contoh berdoa agar
terhindar dari musibah, keduanya adalah takdir Allah. Boleh jadi seseorang ditakdirkan
tidak berdoa sehingga terkena musibah dan seandainya dia berdoa, mungkin tidak terkena
musibah, sehingga doa ibarat tameng dan musibah laksana panah. [Mura’atul Mafatih
7/354-355]. Syaikh Utsaimin ditanya : “Kita sering mendengar orang berdoa : Ya Allah
kami tidak memohon agar takdir kami dirubah akan tetapi kami meminta kelembutan
dalam takdir tersebut. Apakah doa tersebut dibolehkan .?”
Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan berdoa, barangsiapa yang
meninggalkan doa berarti menentang perintah Allah dan barangsiapa yang melaksanakan
berarti telah memenuhi perintah-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman. “Artinya :
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila
ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku, dan

Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Ekonimi Syariah


Al-Karimah Volume 05 / Nomor 09 / Agustus 2018 82
ISSN : 2356-3400

hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. [Al-
Baqarah : 186].
Syaikh Sa’di mengatakan bahwa ayat di atas sebagai jawaban atas pertanyaan para
sahabat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mereka bertanya : Wahai Rasulullah,
apakah Allah dekat sehingga kami memohon dengan berbisik-bisik ataukah Dia jauh
sehingga kami memanggil-Nya dengan berteriak ? Maka turunlah ayat Allah. [Tafsir At-
Thabari dan didhaifkan oleh Imam Ahmad 3/481]. “Dan apabila hamba-hamba-Ku
bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat”.
Karena Allah adalah Dzat Yang Maha Melihat, Maha Mengetahui dan Maha Menyaksikan
terhadap sesuatu yang tersembunyi, rahasia dan mengetahui perubahan pandangan mata
serta isi hati. Allah juga dekat dengan hamba-Nya yang meminta dan selalu sanggup
mengabulkan permintaan. Maka Allah berfirman : “Aku mengabulkan permohonan orang
yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku”.
Doa adalah dua macam yaitu doa ibadah dan doa permohonan. Kedekatan Allah
dengan hamba-Nya terbagi dua macam yaitu ; kedekatan ilmu-Nya dengan setiap mahluk-
Nya dan kedekatan dengan hamba-Nya dalam memberikan setiap permohonan,
pertolongan dan taufik kepada mereka.
Barangsiapa yang berdoa kepada Allah dengan hati yang khusyu’ dan berdoa
sesuai dengan aturan syariat serta tidak ada penghalang diterima doa tersebut seperti
makan makanan yang haram atau semisalnya, maka Allah berjanji akan mengabulkan
permohonan tersebut. Apalagi bila disertai hal-hal yang menyebabkan terkabulnya doa
seperti memenuhi perintah Allah, meninggalkan larangan-Nya baik secara ucapan maupun
perbuatan dan yakin bahwa doa tersebut akan dikabulkan. Maka Allah berfirman : “Maka
hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku dan hedaklah mereka beriman
kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran”. Artinya orang yang berdoa akan
berada dalam kebenaran yaitu mendapatkan hidayah untuk beriman dan berbuat amal
shalih serta terhindar dari kejahatan dan kekejian. [Tafsir As-Sa’di 1/224-225].
Imam Zarkasi berkata bahwa konsentrasi dalam berdoa serta menunjukkan sikap
rendah, tunduk, penghambaan dan merasa membutuhkan Allah adalah merupakan ibadah
yang paling agung bahkan demikian itu menjadi syarat sahnya ibadah. Allah berjanji akan
memberikan pahala orang yang berdoa, meskipun tidak dikabulkan doanya.
Berdoa adalah menyibukkan diri untuk mengingat Allah sehingga timbul dalam
hati rasa pengagungan terhadap kebesaran Allah dan ingin kembali kepada-Nya berhenti

Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Ekonimi Syariah


Al-Karimah Volume 05 / Nomor 09 / Agustus 2018 83
ISSN : 2356-3400

dari maksiat. Sering mengetuk pintu mempunyai kesempatan besar untuk masuk, sehingga
ada pepatah bahwa barangsiapa yang sering mengetuk pintu, maka suatu saat akan diberi
izin masuk sehingga dikatakan :”Diberi kesempatan berdoa lebih baik daripada diberi
sesuatu”.
Dan firman Allah tentang Nabi Zakaria ‘Alaihis Salam. “Artinya : Ia berkata :’Ya
Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah ditumbuhi uban, dan aku
belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Engkau, ya Tuhanku”. [(Maryam : 4) Al-
Azhiyah fi Ahkamil Ad’iyah hal. 38-42].
Sebagian orang hanya berdoa sekali atau dua kali dan setelah merasa tidak
dikabulkan, lalu berhenti berdoa. Jelas tindakan seperti itu adalah tindakan yang keliru
bahkan dia harus terus menerus mengulangi doanya hingga Allah mengabulkannya. Dari
Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda. “Artinya : Do’a seorang hamba akan selalu dikabulkan selagi tidak memohon
sesuatu yang berdosa atau pemutusan kerabat, atau tidak tergesa-gesa. Mereka bertanya :
Apa yang dimaksud tergesa-gesa ? Beliau menjawab : ” Dia berkata ; Saya berdoa berkali-
kali tidak dikabulkan, lalu dia merasa menyesal kemudian meninggalkan doa”. [Shahih
Muslim, kitab Dzikir wa Do’a 4/87].
Menurut Imam An-Nawawi yang dimaksud menyesal adalah meninggalkan doa.
[Syarh Shahih Muslim 17/52]. Maka seharusnya seorang hamba harus terus berdoa dan
tidak boleh bosan serta merasa tidak dikabulkan doanya. Dalam ucapan : “Saya berdoa
berkali-kali tetapi tidak dikabulkan”.
Syaikh Al-Mubarak Furi mengatakan bahwa Syaikh Al-Qari berkata : “Yang
dimaksud dengan kalimat tersebut adalah tidak melihat hasil doa saya. Terkadang merasa
doanya lambat dikabulkan atau putus asa dari berdoa dan keduanya tercela. Perlu
diketahui, ada waktu tertentu untuk terkabulnya doa, sebagaimana yang diriwayatkan
bahwa doa Musa dan Harun agar Fir’aun dihancurkan oleh Allah baru terkabul setelah
empat puluh tahun. Adapun berputus asa dari rahmat Allah tidak akan terjadi kecuali atas
orang-orang kafir”. [Mura’atul Mafatih 7/348].
Imam Hafizh Ibnu Hajar berkata bahwa di dalam hadits di atas terdapat etika
berdoa yaitu terus mengajukan permohonan dan tidak berputus asa dalam berdoa sebab
demikian itu merupakan bagian dari sikap ketundukan dan penyerahan diri kepada Allah
serta merasa membutuhkan Allah, oleh karena itu sebagian ulama salaf berkata : “Kami
lebih takut dihalangi untuk berdoa daripada dihalangi terkabulnya doa”.

Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Ekonimi Syariah


Al-Karimah Volume 05 / Nomor 09 / Agustus 2018 84
ISSN : 2356-3400

Imam Ad-Dawudi berkata : “Dikhawatirkan orang yang mengatakan bahwa dia


selalu berdoa tetapi tidak dikabulkan maka doanya benar-benar tidak dikabulkan, atau
benar-benar tidak dikabulkan penangguhan siksa akhirat atau pengampunan dosa-
dosanya”.
Imam Ibnul Jauzi berkata : “Ketahuilah bahwa doa orang mukmin tidak mungkin
ditolak, boleh jadi ditunda pengkabulannya lebih baik atau digantikan sesuatu yang lebih
maslahat dari pada yang diminta baik di dunia atau di akhirat. Sebaiknya seorang hamba
tidak meninggalkan berdoa kepada Rabbnya sebab doa adalah ibadah yaitu ibadah
penyerahan dan ketundukan kepada Allah”. [Fathul Bari 7/348 ]
Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha bahwa beliau berkata : “Tatkala Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam terkena sihir orang Yahudi bernama Lubaid bin A’sham,
beliau berkata sehingga seakan-akan Rasulullah melakukan sesuatu padahal tidak
melakukannya hingga pada suatu malam Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdoa
kemudian berdoa dan terus berdoa”. [Shahih Muslim, kitab Salam bab Sihir 7/14]
Dari Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa tatkala saya mulai
bertempur saat perang Badr saya kembali dengan cepat untuk melihat apa yang dikerjakan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ternyata beliau sedang bersujud dan membaca :
Wahai Dzat Yang Maha Hidup dan Maha Kekal, Wahai Dzat Yang Maha Hidup dan Maha
Kekal, kemudian saya kembali bertempur, lalu saya kembali lagi ke tempat Rasulullah,
saya temui beliau dalam keadaan sujud, kemudian saya kembali bertempur lalu saya
kembali ke tempat beliau dan saya temui masih membaca doa tersebut sehingga Allah
memberikan kemenangan”. [Sunan At-Tirmidzi, bab Doa 13/78. Dishahihkan Ibnu Hajar
dalam Fathul Bari 11/98]
Dari Ubadah bin Shamit Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda. “Artinya : Tidak ada seorang muslim berdoa kepada Allah di
dunia dengan suatu permohonan kecuali Allah akan mengabulkannya atau menghilangkan
daripadanya keburukan yang semisalnya, selagi tidak berdoa sesuatu dosa atau pemutusan
kerabat. Ada seorang laki-laki dari suatu kaum berkata : Jikalau begitu saya akan
memperbanyak (doa). Beliau bersabda : ‘”Allah mengabulkan doa lebih banyak daripada
yang kalian minta”. [Sunan At-Tirmidzi, bab Doa 13/78. Dishahihkan oleh Ibnu Hajar
dalam Fathul bari 11/98].
Maka doa dalam islam mempunyan kedudukan yang amat tinggi, karena doa
adalah merupakan aktifitas beribadah. kenapa denikian karena allah swt. Memerintahkan

Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Ekonimi Syariah


Al-Karimah Volume 05 / Nomor 09 / Agustus 2018 85
ISSN : 2356-3400

kepada orang yang beriman untuk berdoa sebanyak-banyaknya. Dikala perintah Allah
dilaksanakan maka itu merupakan ibadah kepadaNya.
Faktor-faktor yeng berhubungan dengan doa adalah sebagai berikut : Doa adalah
permohonan seseorang hamba kepada Tuhannya., Doa adalah merupakan aktifitas ibadah
yang paling angtung, Doa itu adalah otaknya ibadah, Tidak ada yangt paling mulya
dihadapan Allah kecuali berdoa, Siapa saja yang tidak memohon kepada Allah maka Allah
akan murka, Sesungguhnya Allah senang kepada orang yang berdoa (meminta), Doa itu
dapat memberikan manfaat.
Secara skematik faktor-faktor yang berhubungan dengan doa dapat penulis
gambarkan dalam gambar sebagai berikut :

Permohonan

Aktifitas ibadah

kemulyaan
ISLAM DOA
Pemikiran
(Selamat) -Ibadah

- Kemurkaan Allah
Permohonan
Kesenangan Allah

Memberikan manfaat
Gambar 1
: Kedudukan Doa
Berdasarkan faktor-faktor tersebut sangan menarik untuk ditulis, karena hal
tersebut sangat penting untuk dikembangkan. karena sangan pentingnya untuk ditulis maka
penulis tertarik untuk penulisan ini dengan judul “ Kedudukan Doa dalam Islam”

B. Identifikasi Penulisan
1. Doa adalah permohonan seseorang hamba kepada Tuhannya.
2. Doa adalah merupakan aktifitas ibadah yang paling angtung
3. Doa itu adalah otaknya ibadah
4. Tidak ada yangt paling mulya dihadapan Allah kecuali berdoa
5. Siapa saja yang tidak memohon kepada Allah maka Allah akan murka
6. Sesungguhnya Allah senang kepada orang yang berdoa (meminta)
7. Doa itu dapat memberikan manfaat.

Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Ekonimi Syariah


Al-Karimah Volume 05 / Nomor 09 / Agustus 2018 86
ISSN : 2356-3400

C. Batasan Penulisan
1. Doa adalah permohonan seseorang hamba kepada Tuhannya.
2. Doa adalah merupakan aktifitas ibadah yang paling anggung.

D. Rumusan Penulisan
1. Berikan Beberap contoh doa yang berhubungan dengan permohonan seseorang hamba
kepada Tuhannya.
2. Bagaimana bahwa doa merupakan aktifitas ibadah yang paling anggung

E. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui beberapa contoh Do’a yang berhubungan dengan permohonan
seseorang hamba kepada Tuhannya.
2. Untuk mengetahui bahwa Doa adalah merupakan aktifitas ibadah yang paling
anggung

II. LANDASAR TEORI PENULISAN


Teori yang melandasi dalam penulisan nini adalah teori yang berhubungan dengan
Doa, permohonan, hamba, Tuhan, aktifitas ibadah
A. Do`a
Doa dalam pengertian pendekatan diri kepada Allah dengan sepenuh hati, banyak
juga dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Bahkan Al-Qur’an banyak menyebutkan pula
bahwa tadharu’ (berdoa dengan sepenuh hati) hanya akan muncul bila di sertai keikhlasan.
Hal tesebut merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang shalih.
Dengan tadharu’ dapat menambah kemantapan jiwa, sehingga doa kepada Allah akan
senantiasa dipanjatkan, baik dalam keadaan senang maupun dalam keadaan susah, dalam
penderitaan maupun dalam kebahagiaan, dalam kesulitan maupun dalam kelapangan.
Dalam Al-Qur’an Allah telah menegaskan : “Dan bersabarlah kamu bersama-sama
dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharapkan
keridhaan-Nya, dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan
perhiasan kehidupan dunia, dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami
lalaikan dari mengingati Kami serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu
melewati batas.” (QS. Al-Kahfi : 28).

Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Ekonimi Syariah


Al-Karimah Volume 05 / Nomor 09 / Agustus 2018 87
ISSN : 2356-3400

Al-Qur’an juga memberikan penjelasan bahwa orang-orang yang taat melakukan


ibadah senantiasa mengadakan pendekatan kepada Allah dengan memanjatkan doa yang
disertai keikhlasan hati yang mendalam. Sebuah doa akan cepat dikabulkan apabila disertai
keikhlasan hati dan berulangkali dipanjatkan.
Hal ini banyak ditegaskan dalam ayat Al-Qur’an, diantaranya : “Berdoalah kepada
Tuhanmu dengan berendah diri (tadharu’) dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumi sesudah Allah memperbaikinya, dan berdoalah kepada-Nya
dengan rasa takut akan tidak diterima dan penuh harapan untuk dikabulkan. Sesungguhnya
rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-Ar’af : 55-56).
Pengertian doa bagian dari ibadah adalah bahwa kedudukan doa dalam ibadah ibarat
mustaka dari sebuah bangunan mesjid. Doa adalah tiang penyangga, komponen penguat
serta syiar dalam sebuah peribadatan. Dikatakan demikian karena doa adalah bentuk
pengagungan terhadap Allah dengan disertai keikhlasan hati serta permohonan
pertolongan yang disertai kejernihan nurani agar selamat dari segala musibah serta meraih
keselamatan abadi.
Doa adalah permohonan kepada Allah yang disertai kerendahan hati untuk
mendapatkan suatu kebaikan dan kemaslahatan yang berada di sisi-Nya. Sedangkan sikap
khusyu’ dan tadharru’ dalam menghadapkan diri kepada-Nya merupakan hakikat
pernyataan seorang hamba yang sedang mengharapkan tercapainya sesuatu yang
dimohonkan. Itulah pengertian doa secara syar’i yang sebenanya.
B. Permohonan
Sesuai dengan yang terkandung dalam firman Allah SWT. Yang artinya : 1).
Katakanlah: Dia-lah Allah, Yang Maha Esa 2). Allah adalah Tuhan yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu 3). Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan 4). Dan
tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia
C. Hamba
Secara bahasa, menurut KBBI, hamba artinya (1) abdi; budak belian, (2) saya.
Hamba Allah menurut, manusia. Dalam bahasa Arab, hamba Allah disebut Abdullah ('Abd
Allah). Hamba ('abid) artinya orang yang mengabdi atau orang yang beribadah --dari akar
kata 'abada-ya'budu-'abid.
Dengan demikian, hamaba Allah artinya manusia, seseorang, atau bisa siapa. Yang
jelas, penggunakan nama "hamba Allah"

Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Ekonimi Syariah


Al-Karimah Volume 05 / Nomor 09 / Agustus 2018 88
ISSN : 2356-3400

D. Tuhan
Tuhan dipahami sebagai Roh Mahakuasa dan asas dari suatu kepercayaan. Tidak
ada kesepakatan bersama mengenai konsep ketuhanan, sehingga ada berbagai konsep
ketuhanan meliputi teisme, deisme, panteisme, dan lain-lain. Dalam pandangan teisme,
Tuhan merupakan pencipta sekaligus pengatur segala kejadian di alam semesta.
Dalam konsep Islam, Tuhan disebut Allah dan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang
Nyata dan Esa, Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir,
dan Hakim bagi semesta alam.
Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang Tunggal dan Maha
Kuasa (tauhid).[3] Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan Maha Kuasa.[4]
Menurut Al-Quran terdapat 99 Nama Allah (asma'ul husna artinya: "nama-nama yang
paling baik") yang mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang berbeda.
Semua nama tersebut mengacu pada Allah, nama Tuhan Maha Tinggi dan Maha
Luas. Di antara 99 nama Allah tersebut, yang paling terkenal dan paling sering digunakan
adalah "Maha Pengasih" (ar-rahman) dan "Maha Penyayang" (ar-rahim).
Penciptaan dan penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai suatu tindakan
kemurahhatian yang paling utama untuk semua ciptaan yang memuji keagungan-Nya dan
menjadi saksi atas keesan-Nya dan kuasa-Nya. Menurut ajaran Islam, Tuhan muncul di
mana pun tanpa harus menjelma dalam bentuk apa pun. Al-Quran menjelaskan, "Dia tidak
dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan
Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui." (Al-'An'am 6:103).
Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan
yang personal: Menurut Al-Quran, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi
manusia. Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika mereka
berdoa pada-Nya. Di atas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang lurus, “jalan
yang diridhai-Nya.
E. Aktifitas Ibadah
Islam sangat meghargai terhadap setiap hal yang mendorong perbuatan baik, tujuan
yang mulia, dan niat yang baik dalam diri seorang muslim. Oleh sebab itu, keabsahan dari
setiap perbuatan terlebih dalam perkara ibadah diukur dengan niatnya. Jika niatnya baik,
maka dia akan memperoleh hasil yang baik pula. Dan jika niatnya buruk atau salah, maka
kejelekan atau kebatalanlah yang akan diperoleh.

Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Ekonimi Syariah


Al-Karimah Volume 05 / Nomor 09 / Agustus 2018 89
ISSN : 2356-3400

Berkenaan dengan hal tersebut Rasulullah bersabada: yang artinya “Sesungguhnya


semua amal harus disertai dengan niat (ikhlas karena Allah) dan setiap orang hanya akan
mendapatkan apa yang sesuai dengan niatnya”.
Secara Skemartik hal tersebut dapat penulis gambarkan dalam gambar sebagai
berikut :

Penmohonan
kepada Allah
Islam Do’a

Aktifitas Ibadah

Gambar 2 : Fungsi Do’a

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil
Beberapa contoh Do’a yang berhubungan dengan permohonan seseorang hamba
kepada Tuhannya. Hal tersebut dapat penulis sampaikan sebagai berikut :
1. Rabbanaa innanaa sami'naa munaadiyan yunaadii lil iimaani an aaminuu birabbikum
faaamannaa rabbanaa faaghfir lanaa dzunuubanaa wa kaffir 'annaa sayyi-aatinaa wa
tawaffanaa ma'al abraar(i) (Q.S.Al-Imron 193)
Artinya : Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru
kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", maka kamipun beriman.
Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami
kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak
berbakti.
2. Rabbanaa wa aatinaa maa wa 'adtanaa 'alaa rusulika wa laa tukhzinaa yaumal qiyaamati
innaka laa tukhliful mii'aad(a) (Q.S.Al-Imron 194)
Artinya : Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami
dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari
kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji."
3. (1). Qul a'udzu birobbil falaqi (2). Min syarri ma kholaqo (3). Wamin syarri ghosiqin
idza waqoba (4). Wamin syarrin naffatsati fiil 'uqadi (5). Wamin syiarri hasidin idza
Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Ekonimi Syariah
Al-Karimah Volume 05 / Nomor 09 / Agustus 2018 90
ISSN : 2356-3400

hasada Artinya : Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh,
dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan
dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul , dan
dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki".
4. (1).qul a'uudzu birabbi nnaas (2).maliki nnaas (3).ilaahi nnaas (4).min syarri lwaswaasi
lkhannaas (5).alladzii yuwaswisu fii shuduuri nnaas (6).mina ljinnati wannaas
Artinya : Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai)
manusia. raja manusia. sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang
biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari
(golongan) jin dan manusia.
Doa adalah merupakan aktifitas ibadah yang paling anggung. Yang diwajibkan
kepada manusia dan jin untuk menyembah kepada Allah Swt. Mengapa doa merupakan
aktifitas ibadah kepada Allah Swt. Kerena berdoa kepada Allah Swt. Itu dilakukan oleh
manusia dan jin . terutama manusia baik dalam keadaan senang maupun dalam keadaan
susah. Sesuai dengan perintah Allah Swt.
B. Pembahasan
Berbagai contoh doa yang berhubungan permonopnan manusia kepada Allah Swt.
sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu):
"Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami,
ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan
kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti.
Hal tersebut dapat penulis jelaskan bahwa orang orang yang beriman telah
mendengar berbagai keterangan keterangan baik melalui ulama maupu melalui
pengalamannya sendiri dalan kontek beribadah kepada Allah Swt.
Diwajibkan kita bermohon kepada Allah Swt. Untuk menyampaikan permohonan
atau petolongan yang berhubungan dengan pengampunan dan penghapusan dosa dosa,
yang disebut taubatan nasuha. Tobat yang tidak akan dilakukan berulang kaliu.
Wafatkanlah kami dengan orang orang yang berbakti arti manusia bermohon
untuk husnul hotimah dalam artian mati dalam keadaan selamat.
Maka doa mempunyai kedudukan untuk dapat menyelamatkan manusia dalam
akhir hayatnya, untuk mendapat keselamatan yaitu sorga.
Rabbanaa wa aatinaa maa wa 'adtanaa 'alaa rusulika wa laa tukhzinaa yaumal
qiyaamati innaka laa tukhliful mii'aad(a) (Q.S.Al-Imron 194)

Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Ekonimi Syariah


Al-Karimah Volume 05 / Nomor 09 / Agustus 2018 91
ISSN : 2356-3400

Artinya : Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami
dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari
kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji."
Hal terebut mengandung arti bahwa doa yang manusia sampaikan kepada Allah
Swt. Untuk dimulyakan dikelek kemudian hari dalam mempertanggunjawabkan
kehidupan di dunia. Memohon untuk diringankan pada waktu dihisab.
Maka doa yang disampaikan kepada Allah Swt. Mempunyai kedudukan yang
amat penting untuk menjaga dirinya agar tidak dihinakan oleh Allah SWT. Yaitu masuk
neraka. Tetapi dimulyakan agar mendapat keselamatan yaitu masuk sorga.
(1). Qul a'udzu birobbil falaqi (2). Min syarri ma kholaqo (3). Wamin syarri
ghosiqin idza waqoba (4). Wamin syarrin naffatsati fiil 'uqadi (5). Wamin syiarri
hasidin idza hasada Artinya : Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan Yang
Menguasai subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah
gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada
buhul-buhul , dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki".
Manusia meminta perlindungan kepada Allah Swt. Agar tidak mendapat
malapetaka Dari berbagai kejahatan kejahatan syaiton dalam segala tempat dan waktu.
Manusia mengharapkan keamanan lahir dan batin hanya dapat diserahkan sepenuhnya
kepada yang maha kuasa Allah Swt. Manusia mendapat pertolongan dari berbagai
bidang kehidupan dan penghidupan hanya dari Allah Swt.
Oleh kareena itulah maka doa dalam islam senantiasa mempunyai kedudukan
yang amat penting untuk kelangsungan hidup dan kehidupan demi kesejahteraan dunia
akhirat. Begitulah kepercayaan yang bulat bagi pemeluk agama islam.
(1).qul a'uudzu birabbi nnaas (2).maliki nnaas (3).ilaahi nnaas (4).min syarri
lwaswaasi lkhannaas (5).alladzii yuwaswisu fii shuduuri nnaas (6).mina ljinnati
wannaas
Artinya : Katakanlah: "Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan
menguasai) manusia. raja manusia. sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan)
syaitan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada
manusia, dari (golongan) jin dan manusia.
Maka manusia senantiasa berdoa memohon kepada Allah SWT. Agar
diselamatkan dari bisikan dan godaan syaiton yang telah nyata-nyata sebagai musuh
manusia beriman atau orang-orang yang beriman.

Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Ekonimi Syariah


Al-Karimah Volume 05 / Nomor 09 / Agustus 2018 92
ISSN : 2356-3400

Hal tersebut mempunysi arti bahwa keduduksn doa dalam orang orang yang
beriman amatlah penting. Karena hanya dengan doa itulah orang-orang yang beriman
mendapat kebahagiaan dunia akhirat terlindungi dari berbagai kejahatan. Baik kejahatan
yang dhohir maupun yang bahatin.
Doa adalah merupakan aktifitas ibadah yang paling anggung. Yang diwajibkan
kepada manusia dan jin untuk menyembah kepada Allah Swt. Mengapa doa merupakan
aktifitas ibadah kepada Allah Swt. Kerena berdoa kepada Allah Swt. Itu dilakukan oleh
manusia dan jin . terutama manusia baik dalam keadaan senang maupun dalam keadaan
susah. Sesuai dengan perintah Allah Swt.
Berdoa itu merupakan perintah dari Allah SWT. Sehingga apabila melaksanakan
berdoa kepada Allah SWT. itu merupakan sebagai ketaatan kepada Allah SWT. Maka
taat kepada Allah SWT. itu adalah merupakan ibadah. Karena yang dikatakan ibadah itu
perinsifnya adalah melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya.
Maka dari penjelasan tersebut diatas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa doa
mempunyai kedudukan yang amat penting dalam Agama Islam. Karena manusia yang
tidak mau berdoa ituh adalah manusia sombong.

IV. PENUTUP
A. Kesimpulan
Do’a yang berhubungan dengan permohonan seseorang hamba kepada
Tuhannya. yang berhubungan dengan doa meminta pertolongan sudsah dapat disajikan
dalam Bab. III. Maka doa dalam islam mempunyai kedudukan yang amat penting dan
sangat mendasar, sehingga manusia yang tidak mau berdoa itu adalah manusia yang
sombong.
Doa adalah merupakan aktifitas ibadah yang paling anggung. Karena berdoa
adalah perintah dari Allah SWT. Sedangkan melakukan perintah Allah SWT. Berari itu
adalah ibadah, maka doa dapat dikatagorikan aktifitas ibadah.
B. Rekomendasi
Diharapkan tiulisan ini bermanfaat baik dilingkungan akademik, lingkungan sosial
budaya dan lingkungan masyarakat pada umumnya. Bermanfaat pula baik bagi penulis
maupun pembacanya.

Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Ekonimi Syariah


Al-Karimah Volume 05 / Nomor 09 / Agustus 2018 93
ISSN : 2356-3400

DAFTAR PUSTAKA
--------- Tafsir Al-Qur`an
--------- Bulughul Marom
--------- Fiqih Islam
--------- Suara Muhammadiyah
--------- buku Jahalatun nas fid du’a, edisi Indonesia Kesalahan Dalam Berdoa, oleh Ismail bin
Marsyud bin Ibrahim Ar-Rumaih, hal 37-42, terbitan Darul Haq, penerjemah Zaenal Abidin,
Lc.]
---------- https://almanhaj.or.id/72-keutamaan-dan-kemuliaan-doa.html
----------https://zoelkiflyunismuh10wordpres.wordpress.com/2013/03/19 /pengerti an-doa/
----------Al-Bayhaqi, (1999), "Allah's Names and Attributes", Publisher:ISCA, ISBN 1-
930409-03-6,
Hulusi, Ahmed, (????), "Allah" as introduced by Mohammed" , ISBN 975-7557-41-2
Muhaiyaddeen, M. R. Bawa, (1976), "Asma'ul Husna - The 99 Beautiful Names of
Allah: The 99 Beautiful Names of Allah", Publisher:The Bawa Muhaiyaddeen Fellowship,
ISBN 0-914390-13-9
Netton, Ian Richard (1994), "Allah Transcendent: Studies in the Structure and
Semiotics of Islamic Philosophy, Theology and...", Publisher:Routledge , ISBN 0-7007-0287-
3 [4]

Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Ekonimi Syariah

Anda mungkin juga menyukai