JUMANTIK CILIK
Pembimbing:
dr. Rismauli Veronika P. Aruan
Disusun oleh:
dr. Linda
Setyowati
Jumantik Cilik
Disusun oleh:
dr. Linda
Setyowati
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan mini project mengenai jumantik cilik di
sekolah dasar di wilayah kelurahan Tegal Alur. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan mini project ini, yaitu dr. Rismauli
Veronika P. Aruan selaku dokter pembimbing telah meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan, saran dan kritik, serta memberikan dukungan dalam penyusunan
mini project ini, para kepala sekolah dan juga pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan
satu per satu.
Penulis berharap mini project ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi
para pembaca mengenai kegiatan jumantik cilik di wilayah kelurahan Tegal Alur 2. Penulis
menyadari bahwa mini project ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis ingin
meminta maaf apabila terdapat kesalahan-kesalahan di dalamnya. Penulis mengharapkan
adanya kritik dan saran yang membangun untuk memperbaiki kekurangan mini project ini di
kemudian hari.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang........................................................................................................1
1.2. Tujuan.....................................................................................................................3
1.3. Manfaat Penulisan..................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Vektor.....................................................................................................................5
2.1.1 Vektor Penyakit Demam berdarah (DBD)....................................................5
2.1.2 Pencegahan dan Pengendalian Vektor DBD.................................................10
2.1.3 Pemeriksaan Jetik Berkala.............................................................................11
2.2. Penyakit Demam Berdarah (DBD).........................................................................11
2.2.1 Definisi Penyakit DBD..................................................................................11
2.2.2 Epidemiologi DBD........................................................................................11
2.2.3 Patofisiologi DBD.........................................................................................12
2.2.4 Tanda dan Gejala DBD.................................................................................14
2.2.5 Kriteria Diagnosa DBD.................................................................................15
2.2.6 Pemeriksaan Penunjang DBD......................................................................16
2.2.7 Tatalaksana DBD...........................................................................................17
BAB III METODOLOGI
3.1. Desain Penelitian....................................................................................................22
3.2. Tempat dan Waktu..................................................................................................22
3.3. Populasi dan Sampel...............................................................................................22
3.4. Instrumen................................................................................................................22
3.5. Metode Pengumpulan Data....................................................................................23
3.6. Alur Mini Project....................................................................................................23
3.7. Wilayah Kerja.........................................................................................................23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pelatihan dan Kegiatan Jumantik Cilik..................................................................27
4.2 Ukuran Kepadatan Jentik Nyamuk Ae. Aegypti…………………………….......38
4.3 Kegiatan Inovasi......................................................................................................40
4
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan.............................................................................................................44
5.2. Saran.......................................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................46
LAMPIRAN...........................................................................................................................47
5
BAB I
PENDAHULUAN
1
Cakupan program pemberantasan DBD meliputi 11 provinsi, dan salah satunya
adalah DKI Jakarta (Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kementrian Kesehatan RI, 2013). Program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
merupakan program yang dilakukan secara rutin oleh pemerintah daerah DKI Jakarta.
PSN melibatkan para kader kesehatan yang disebut sebagai Kader Jumantik (Juru
Pemantau Jentik) yang ada di RT dan RW. Walaupun program ini merupakan program
di bawah pembinaan pihak Puskesmas setempat, namun keaktifan peran serta
masyarakat untuk membasmi DBD sangatlah penting.1
Sulitnya menurunkan insiden DBD di Jakarta merupakan tantangan sendiri bagi
pemerintah DKI Jakarta. Hal ini perlu dikaji lebih jauh, mengingat sudah ada nya
program kader Jumantik. Menjadi tanda tanya besar, sesungguhnya bagaimana praktik
pencegahan DBD yang berjalan di wilayah DKI Jakarta, terutama Jakarta Timur. Perlu
dikaji lebih lanjut, praktik pencegahan apa sajakah yang dilakukan oleh masyarakat
setempat. Upaya pengendalian virus Dengue melalui gerakan PSN ini membutuhkan
ketekunan, motivasi, dan partisipasi dari masyarakat. Untuk itu diperlukan penelitian
yang bertujuan memberikan gambaran tentang perilaku kesehatan terkait praktik
pencegahan DBD pada masyarakat dengan insiden DBD tinggi.1
Dari data surveilan di Puskesmas Kelurahan Tegal Alur 2 pada tahun 2018
ditemukan kasus Demam Berdarah Dengue sebanyak 30 kasus, dengan jumlah kasus
tertinggi terjadi pada bulan Desember yang mencapai 17 kasus dalam satu bulan dari 4
wilayah RW yang berbeda. Terdapat 3 kasus di RW 04, 8 kasus di RW 05, 15 kasus di
RW 10, 3 kasus di RW 11, dan 1 kasus di RW 15. Sementara pada bulan Januari 2019,
sampai tanggal 15 Januari 2019 didapatkan 14 kasus baru, 3 kasus di RW 04, 2 kasus di
RW 05, 4 kasus di RW 10, 4 kasus di RW 11 dan 1 kasus di RW 15.
Adanya Juru Pemantau Jentik (Jumantik) pada PSN (Pemberantasan Sarang
Nyamuk) yang serentak dilakukan tiap hari jumat dapat mengurangi populasi nyamuk
penyebab demam berdarah. PSN dilakukan pada rumah-rumah warga dan lingkungan
sekitar perumahan warga. Namun untuk lokasi sekolah jarang dilakukan pemeriksaan
jentik oleh kader jumantik. Sedangkan sekolah juga dapat menjadi tempat bersarangnya
nyamuk penyebab DBD. Sehingga alangkah baiknya jika murid-murid disekolah
2
diikutsertakan untuk menjadi jumantik terutama siswa SD, khususnya kelas 3, 4 dan 5
sebagai jumatik cilik.
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Mengurangi angka kejadian DBD di wilayah Kelurahan Tegal Alur 2 dengan cara
meningkatkan ABJ DBD melalui penggerakan jumatik cilik di SD yang ada di
Tegal Alur 2.
1.2.2. Tujuan Khusus
Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran murid sekolah dasar di wilayah
Kelurahan Tegal Alur 2 tentang penyakit demam berdarah dan kegiatan
pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Membentuk jumantik cilik dari murid sekolah dasar di wilayah Kelurahan
Tegal Alur 2 terutama siswa SD kelas 3, 4 dan kelas 5 untuk ikut serta
dalam kegiatan pemberantasan sarang nyamuk di lingkungan sekolah yang
dilakukan tiap minggunya.
Menjadikan siswa SDN di wilayah Tegal Alur 2 menjadi jumantik cilik
dalam program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di lingkungan
rumahnya.
Mengetahui ABJ DBD setelah ada pergerakan jumantik cilik di SD yang ada
di Tegal Alur 2.
3
1.3.2. Bagi Tenaga Kesehatan dan Instansi
Menjadi salah satu inovasi dalam upaya meningkatkan program promotif dan
preventif pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di Puskesmas Kelurahan Tegal Alur
2.
Menjadi salah satu program unggulan Puskesmas Kelurahan Tegal Alur 2 dalam
upaya pemberantasan DBD.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Vektor
2.1.1 Vektor Penyakit Demam Berdarah Dengue
Vektor Demam Berdarah Dengue Demam berdarah dengue ditularkan oleh nyamuk
Ae. aegypti yang menjadi vektor utama serta Ae. albopictus yang menjadi vektor
pendamping. Kedua spesies nyamuk itu ditemukan di seluruh wilayah Indonesia, hidup
optimal pada ketinggian di atas 1000 di atas permukaan laut, tapi dari beberapa laporan
dapat ditemukan pada daerah dengan ketinggian sampai dengan 1.500 meter, bahkan di
India dilaporkan dapat ditemukan pada ketinggian 2.121 meter serta di Kolombia pada
ketinggian 2.200 meter.3
Tempat Berkembangbiak
Aedes sp. termasuk nyamuk yang aktif pada siang hari dan biasanya akan berbiak dan
meletakkan telurnya pada tempat – tempat penampungan air bersih atau genangan air
hujan misalnya bak mandi, tangki penampungan air, vas bunga ( baik di lingkungan dalam
5
rumah, sekolah, perkantoran maupun pekuburan) , kaleng bekas, kantung plastik bekas, di
atas lantai gedung terbuka, talang rumah , pagar bambo, kulit buah (rambutan, tempurung
kelapa ), ban bekas ataupun semua bentuk kontainer yang dapat menampung air bersih.5
Aedes aegypti dewasa terutama hidup dan mencari mangsa di dalam lingkungan
rumah atau bangunan sedangkan Aedes albopictus lebih menyukai hidup dan mencari
mangsa di luar lingkungan rumah atau bangunan yaitu di kebun yang rimbun dengan
pepohonan.6
Jarak terbang maksimum antara breding place dengan sumber makanan pada Aedes sp.
antara 50 sampai 100 meter. Umumnya nyamuk tertarik oleh cahaya terang , pakaian
berwarna gelap dan oleh adanya manusia atau hewan. Daya penarik jarak jauh disebabkan
karena perangsangan bau dari zat – zat yang dikeluarkan dari hewan ataupun manusia ,
CO2 dan beberapa Asam Amino serta lokasi yang dekat dengan temperature hangat serta
lembab.4
Nyamuk Betina
Pada keadaan istirahat nyamuk dewasa hinggap dalam keadaan sejajar dengan
permukaan. Nyamuk Aedes betina mempunyai abdomen yang berujung lancip dan
mempunyai cerci yang panjang. Hanya nyamuk betina yang mengisap darah dan
kebiasaan mengisap darah pada Aedes aegypti umumnya pada waktu siang hari sampai
sore hari. Lazimnya yang betina tidak dapat membuat telur yang dibuahi tanpa makan
darah yang diperlukan untuk membentuk hormone gonadotropik yang diperlukan untuk
ovulasi. Hormon ini berasal dari corpora allata yaitu pituitary pada otak insecta, dapat
dirangsang oleh serotonin dan adrenalin dari darah korbannya.4
Kegiatan menggigit berbeda menurut umur, waktu dan lingkungan. Demikian pula
irama serangan sehari-hari dapat berubah menurut musim dan suhu. Kopulasi didahului
oleh pengeriapan nyamuk jantan yang terbang bergerombol mengerumuni nyamuk betina.
Aedes memilih tanah teduh yang secara periodik di genangi air. Jumlah telur yang
diletakkan satu kali maksimum berjumlah seratus sampai empat ratus butir.4
6
Nyamuk Aedes aegypti meletakkan telur di atas permukaan air satu per satu.
Telur dalam keadaan kering dapat bertahan hidup dalam waktu yang cukup
lama, sekitar 6 bulan bahkan sampai hitungan tahun dalam bentuk dorman.
Namun, bila air cukup tersedia, telur-telur biasanya menetas 2-3 hari sesudah
diletakkan.
2. Larva
Telur menetas menjadi larva atau sering disebut dengan jentik. Larva nyamuk
memiliki kepala yang cukup besar serta toraks dan abdomen yang cukup jelas.
Untuk mendapatkan oksigen dari udara, larva nyamuk Aedes aegypti biasanya
menggantungkan tubuhnya agak tegak lurus dengan permukaan air.
Kebanyakan larva nyamuk menyaring mikroorganisme dan partikel-partikel
lainnya dalam air. Larva biasanya melakukan pergantian kulit sebanyak empat
kali dan berpupasi sesudah 7 hari.
3. Pupa
Setelah mengalami pergantian kulit keempat, maka terjadi pupasi. Pupa
berbentuk agak pendek, tidak makan, tetapi tetap aktif bergerak dalam air
terutama bila diganggu. Bila perkembangan pupa sudah sempurna, yaitu
sesudah 2 atau 3 hari, maka kulit pupa pecah dan nyamuk dewasa keluar dan
terbang.
4. Dewasa
Nyamuk dewasa yang keluar dari pupa berhenti sejenak di atas permukaan air
untuk mengeringkan tubuhnya terutama sayap-sayapnya. Setelah itu nyamuk
akan terbang untuk mencari makan. Dalam keadaan istirahat, nyamuk Aedes
aegypti hinggap dalam keadaan sejajar dengan permukaan.
7
Peran Aedes aegypti sebagai vector penyakit Demam Berdarah Dengue
Nyamuk dapat mengandung virus Demam Berdarah Dengue bila menghisap darah
penderita. Virus tersebut akan masuk ke dalam intestinum nyamuk. Replikasi virus terjadi dalam
hemocoelum dan akhirnya akan menuju ke dalam kelenjar air liur serta siap ditularkan. Fase ini
disebut sebagai extrinsic incubation periode yang memerlukan waktu selama tujuh sampai
empatbelas hari.4
Pada biakan sel mamalia, virus Dengue dapat menimbulkan Cyto Pathogenic Effect (CPE)
yang tergantung pada jenis sel yang digunakan. Pada sel vertebrata dapat terjadi vacuolisasi dan
proliferasi membrane intraseluler sedangkan pada sel nyamuk sering CPE tidak terjadi sehingga
infeksinya bersifat persisten. Dengan demikian hal ini dapat dianalogikan dengan keberadaan
virus pada tubuh nyamuk Aedes di alam, dimana virus ini dapat berada dalam tubuh nyamuk dan
bereplikasi tanpa menimbulkan kematian pada nyamuk karena tidak terbentuknya CPE.7
Pengaruh lingkungan yaitu suhu udara dan kelembaban nisbi udara juga berpengaruh bagi
viabilitas nyamuk Aedes maupun virus Dengue. Suhu yang relatif rendah atau relatif tinggi, serta
kelembaban nisbi udara yang rendah dapat mengurangi viabilitas virus Dengue yang hidup dalam
tubuh nyamuk maupun juga mengurangi viabilitas nyamuk itu sendiri. Sehingga pada waktu
musim kemarau penularan penyakit Demam Berdarah Dengue sangat rendah dibandingkan
dengan pada waktu musim hujan.4
Banyak peneliti telah melaporkan adanya transovarial transmission virus Dengue yang ada
di dalam tubuh nyamuk betina Aedes aegypti ke dalam telur – telurnya. Dengan dibuktikannya
adanya transovarial transmission virus Dengue dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti maka diduga
kuat bahwa nyamuk ini di alam memegang peranan penting yang bermakna dalam
mempertahankan virus Dengue, khususnya pada keadaaan dimana tidak ada hospes susceptible
atau kondisi iklim yang tidak menguntungkan bagi nyamuk.7
8
biasanya menggunakan alat yang bernama aspirator. Setelah nyamuk ditangkap dan
terkumpul, kemudian nyamuk dihitung dengan menggunakan indeks biting/landing rate
dan resting per rumah. Apabila ingin diketahui rata-rata umur nyamuk di suatu wilayah,
dilakukan pembedahan perut nyamuk yang ditangkap untuk memeriksa keadaan
ovariumnya dengan menggunakan mikroskop.5
B. Survei Jentik (Pemeriksaan Jentik)
Survei jentik dilakukan dengan cara sebagai berikut:5
1. Semua tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes
aegypti diperiksa (dengan mata telanjang) untuk mengetahui ada tidaknya jentik.
2. Jika memeriksa tempat penampungan air yang berukuran besar seperti bak mandi,
tempayan, drum dan bak penampungan air lainnya, jika pandangan pertama tidak
menemukan jentik maka harus ditunggu selama ½-1 menit untuk memastikan bahwa
benar jentik tidak ada.
3. Jika memeriksa tempat penampungan air yang berukuran kecil seperti vas bunga, pot
tanaman dan botol yang airnya keruh, maka airnya perlu dipindahkan ke tempat lain.
4. Ketika memeriksa jentik di tempat yang agak gelap atau airnya keruh, maka digunakan
senter.
Ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik nyamuk Aedes
aegypti adalah:
a.
Angka Bebas Jentik (ABJ)
Jumlah rumah yang tidak ditemukan jentik
ABJ = x 100%
Jumlah rumah yang
diperiksa
b.
House Index
(HI)
Jumlah rumah yang ditemukan
x 100%
HI = jentik Jumlah rumah yang
diperiksa
c.
Container Index (CI)
Jumlah container yang ditemukan jentik
CI =
Jumlah container yang diperiksa x 100%
d.
Breteau Index (BI)
9
Breteau Index (BI) adalah jumlah container dengan jentik dalam 100 rumah
atau bangunan.
1
a. Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-tempat lainnya
yang sejenis seminggu sekali
b. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar atau rusak
c. Menutup lubang-lubang atau potongan bambu/pohon dengan tanah atau yang
lain
d. Menaburkan bubuk larvasida misalnya di tempat-tempat yang sulit dikuras
e. Memelihara ikan pemakan jentik di kolam atau bak penampungan air
f. Memasang kawat kasa
g. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam kamar
h. Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai
i. Menggunakan kelambu
j. Memakai obat nyamuk yang dapat mencegah dari gigitan nyamuk
1
Masa inkubasi virus dengue dalam manusia (inkubasi intrinsik) berkisar antara 3
sampai 14 hari sebelum gejala muncul, gejala klinis rata-rata muncul pada hari keempat
sampai hari ketujuh, sedangkan masa inkubasi ekstrinsik (di dalam tubuh nyamuk)
berlangsung sekitar 8-10 hari.3
PATOFISIOLOGI
Walaupun DD dan DBD disebabkan oleh virus yang sama, tapi mekanisme
patofisiologisnya berbeda dan menyebabkan perbedaan klinis. Perbedaan utama adalah
adanya renjatan yang khas pada DBD yang disebabkan kebocoran plasma yang diduga
karena proses immunologi, pada demam dengue hal ini tidak terjadi. Manifestasi klinis
DD timbul akibat reaksi tubuh terhadap masuknya virus yang berkembang di dalam
peredaran darah dan ditangkap oleh makrofag. Selama 2 hari akan terjadi viremia
(sebelum timbul gejala) dan berakhir setelah lima hari timbul gejala panas. Makrofag
akan menjadi antigen presenting cell (APC) dan mengaktifasi sel T-Helper dan menarik
makrofag lain untuk memfagosit lebih banyak virus. T-helper akan mengaktifasi sel T -
sitotoksik yang akan melisis makrofag yang sudah memfagosit virus. Juga mengaktifkan
sel B yang akan melepas antibodi. Ada 3 jenis antibodi yang telah dikenali yaitu antibodi
netralisasi, antibodi hemaglutinasi, antibodi fiksasi komplemen. Proses tersebut akan
menyebabkan terlepasnya mediator-mediator yang merangsang terjadinya gejala sistemik
seperti demam, nyeri sendi, otot, malaise dan gejala lainnya.3
Patofisiologi primer DBD dan dengue syock syndrome (DSS) adalah peningkatan
akut permeabilitas vaskuler yang mengarah ke kebocoran plasma ke dalam ruang
ekstravaskuler, sehingga menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah.
Pada kasus berat, volume plasma menurun lebih dari 20%, hal ini didukung penemuan
post mortem meliputi efusi pleura, hemokonsentrasi dan hipoproteinemi.3
1
Setelah masuk dalam tubuh manusia, virus dengue berkembangbiak dalam sel
retikuloendotelial yang selanjutnya diikuti dengan viremia yang berlangsung 5-7 hari.
Akibat infeksi ini, muncul respon imun baik humoral maupun selular, antara lain anti
netralisasi, anti-hemaglutinin dan anti komplemen. Antibodi yang muncul pada umumnya
adalah IgG dan IgM, pada infeksi dengue primer antibodi mulai terbentuk, dan pada
infeksi sekunder kadar antibodi yang telah ada jadi meningkat.3
Antibodi terhadap virus dengue dapat ditemukan di dalam darah sekitar demam
hari ke-5, meningkat pada minggu pertama sampai dengan ketiga, dan menghilang
setelah 60-90 hari. Kinetik kadar IgG berbeda dengan kinetik kadar antibodi IgM, oleh
karena itu kinetik antibodi IgG harus dibedakan antara infeksi primer dan sekunder. Pada
infeksi primer antibodi IgG meningkat sekitar demam hari ke-14 sedang pada infeksi
sekunder antibodi IgG meningkat pada hari kedua. Oleh karena itu diagnosa dini infeksi
primer hanya dapat ditegakkan dengan mendeteksi antibodi IgM setelah hari sakit kelima,
diagnosis infeksi sekunder dapat ditegakkan lebih dini dengan adanya peningkatan
antibodi IgG dan IgM yang cepat.3
Patofisiologi DBD dan DSS sampai sekarang belum jelas, oleh karena itu muncul
banyak teori tentang respon imun. Pada infeksi pertama terjadi antibodi yang memiliki
aktivitas netralisasi yang mengenali protein E dan monoklonal antibodi terhadap NS1,
Pre M dan NS3 dari virus penyebab infeksi akibatnya terjadi lisis sel yang telah terinfeksi
virus tersebut melalui aktivitas netralisasi atau aktifasi komplemen. Akhirnya banyak
virus dilenyapkan dan penderita mengalami penyembuhan, selanjutnya terjadilah
kekebalan seumur hidup terhadap serotipe virus yang sama, tetapi apabila terjadi
antibodi nonnetralisasi yang memiliki sifat memacu replikasi virus, keadaan penderita
akan menjadi parah apabila epitop virus yang masuk tidak sesuai dengan antibodi yang
tersedia di hospest. Pada infeksi kedua yang dipicu oleh virus dengue dengan serotipe
yang berbeda, virus dengue berperan sebagai super antigen setelah difagosit oleh monosit
atau makrofag. Makrofag ini menampilkan antigen presenting cell (APC) yang membawa
muatan polipeptida spesifik yang berasal dari mayor histocompatibility complex (MHC).3
1
Kriteria Diagnosis10
Klasifikasi Grade Manifestasi Klinis Laboratorium
DF Demam disertai 2 dari: Leukopenia
Sakit kepala ≤5000 sel/mm3
Nyeri retro orbital Trombositopenia
Myalgia <150.000
Atralgia sel/mm3
Ruam Peningkatan
Manifestasi perdarahan hematocrit 5-
1
sel/mm3
Peningkatan
hematocrit ≥20%
Manifestasi Klinis11
Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimptomatik, atau dapat berupa
demam yang tidak jelas, demam dengue, demam berdarah dengue dengan kebocoran plasma
yang mengakibatkan syok atau syndroma syok dengue (SSD). Masa inkubasi pada tubuh
manusia sekitar 4-6 hari, timbul gejala prodormal yang tidak khas seperti : nyeri kepala,
nyeri tulang belakang, dan perasaan lelah.
a. Fase Febris
Pasien akan mengalami demam tinggi mendadak yang berlangsung 2-7 hari.
gejala disertai kemerahan pada wajah, eritema pada kulit, myalgia, atralgia, sakit
kepala. Pada beberapa pasien dapat ditemukan injeksi faring dan konjunctiva.
Anorexia, mual dan muntah merupakan gejala penyerta yang sering ditemukan. Uji
Rumple Leede mengindikasikan adanya kebocoran plasma.
Manifestasi perdarahan ringan dapat ditemui seperti petechiae, perdarahan
membrane mukosa dari hidung dan mulut. Perdarahan masif dari vagina pada wanita
usia subur dan perdarahan saluran pencernaan lebih jarang terjadi. Liver teraba
membesar dan nyeri.
b. Fase Kritis
Fase kritis muncul pada hari demam ke 3 – 7. Suhu tubuh mulai turun ke 37.5°C
- 38°C. Masuknya fase kritis ditandai dengan warning sign berupa nyeri perut,
muntah persisten, ditemukan akumulasi cairan pada abdomen atau paru-paru,
perdarahan mukosa, letargi dan pembesaran liver >2 cm. Pada pemeriksaan
laboratorium dapat ditemukan peningkatan hematocrit dan penurunan platelet
dengan cepat. Kebocoran plasma secara signifikan terjadi selama 24-48 jam.
Kebocoran plasma secara klinis dapat ditemukan adanya efusi plura dan asites.
1
Shok dapat terjadi apabila volume plasma hilang secara masif akibat kebocaran
plasma. Suhu tubuh menjadi dingin. Shok akan menyebabkan hipoperfusi pada
organ-organ sehingga menganggu kerja organ-organ, asidosis metabolik dan
koagulasi intravascular diseminata. Hal ini dapat menyebabkan perdarahan hebat.
Apabila ditemukan perbaikan kondisi maka pasien telah melewati fase kritis.
c. Fase Penyembuhan
Setelah pasien melewati fase kritis, pasien akan memasuki fase penyembuhan.
Terjadi penyerapan kembali cairan di kompartemen ekstravaskular selama 48-72
jam. Klinis pasien membaik, nafsu makan meningkat, keluhan pencernaan membaik,
status hemodinamik membaik.
Pemeriksaan Penunjang11,12
1
Kadar albumin rendah, dapat menjadi tanda adanya hemokonsentrasi
Pemeriksaan Radiologis :
Foto rontgen thorax : posisi right lateral decubitus (RLD)
Ditemukan adanya efusi pleura kanan. Efusi bilateral bisa terjadi pada DSS
Tatalaksana
Tidak ada terapi yang spesifik untuk demam dengue, prinsip utama adalah terapi
suportif. Pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan tindakan yang paling penting
dalam penanganan kasus DBD. Asupan cairan pasien harus tetap dijaga, terutama
cairan oral. Jika asupan cairan oral pasien tidak mampu dipertahankan, maka
dibutuhkan suplemen cairan melalui intravena untuk mencegah dehidrasi dan
hemokonsentrasi secara bermakna.12
Alur tatalaksana DBD :12
1
1
1
2
2
BAB III
METODOLOGI
3.1. Desain
Penelitian
Pada mini project ini, sekolah yang terpilih adalah SDN 11 Pagi, MI Nurul
Iman, SDN 09 Pagi, SDN 08 Pagi, SDN 13 Petang dan SDN 16 Petang.
3.4. Instrumen
a. Media audio visual berupa laptop dan projector untuk melakukan presentasi
materi DBD dan PSN
2
b. Senter untuk melakukan pemeriksaan container
c. Alat tulis untuk pencatatan
Pendampingan PSN
Pengambilan Data
2
Selatan : Kel. Pegadungan
b. Jumlah Penduduk
Pertumbuhan Penduduk
No. Tahun Jumlah Penduduk
1. 2014 87.928 Jiwa
2. 2015 88.242 Jiwa
3. 2016 89.019 Jiwa
4. 2017 95.984 Jiwa
Usia Jumlah
0–4 5.464
5–9 5.429
10 – 14 5.866
15 – 19 6.046
2
20 – 24 7.039
25 – 29 6.481
30 – 34 6.598
Usia Jumlah
35 – 39 6.661
40 – 44 6.639
45 – 49 6.880
50 – 54 6.518
55 – 59 6.814
60 – 64 3.629
65 – 69 3.450
70 – 74 2.840
> 75 2.665
Jumlah 89.019
1. RW 01 11 RT
2. RW 02 11 RT
3. RW 03 15 RT
4. RW 04 8 RT
5. RW 05 10 RT
2
c. Jumlah SD di Wilayah Tegal Alur 2
No Sekolah Jumlah Siswa
1 SD Harapan Bunda 25
2 SDN 02 Pagi 564
10 SD An Nur 155
12 MI Ath-Thoyyibiyyah 153
Jumlah 3.546
2
BAB IV
a. SDN 11 Pagi
Penyuluhan mengenai DBD di lakukan pada hari Kamis, 8 November 2018
penyuluhan ini diberikan kepada seluruh siswa kelas 3, 4 dan kelas 5 SDN 11.
Sedangkan Jumatik Cilik di SDN 11 pagi telah terbentuk sebelumnya. Kegiatan PSN
jumantik cilik dilakukan setiap hari Kamis pukul 09.00. Kegiatan PSN di SDN 11 Pagi
sudah sangat baik. Guru pembimbing dan pihak sekolah sangat mendukung program
jumantik cilik ini. Kegiatan PSN dapat dilakukan dengan teratur dan mandiri. SDN 11
Pagi juga sudah memiliki rompi dan pin jumantik cilik yang dipakai oleh para jumantik
cilik setiap mereka melakukan PSN. Saat di berikan penyuluhan dalam bentuk
powerpoint dan animasi serta lagu mengenai DBD ini juga tampak antusias terlihat
dari keaktifan siswa terlihat pada saat evaluasi banyak pertanyaan dan siswa-siswi
dapat menjawab pertanyaan yang di lontarkan.
2
Gambar 4.1. Jumantik Cilik SDN 11 Pagi
Berikut ini data nama guru pembimbing dan anggota jumantik cilik SDN 11 Pagi:
2
Adit
Rizki
Arif
Aura
C Zaenal
Elisya
Riska
Sava
Fikri
Ridian
TOTAL 21 orang
b. MI Nurul Iman
Penyuluhan mengenai DBD di lakukan pada hari Jumat tanggal Senin, 12
November 2018, penyuluhan ini diberikan kepada seluruh siswa kelas 3,4 dan
kelas 5 MI Nurul Iman. Siswa MI Nurul Iman sangat kooperatif saat di berikan
penyuluhan, siswa juga aktif saat bertanya. Pelatihan jumantik cilik di MI Nurul
Iman dilakukan pada tanggal 12 November 2018 di sekolah MI Nurul Iman.
Kegiatan PSN dilakukan setiap hari Jumat pukul 10.30 WIB. Kegiatan Jumantik
Cilik di MI Nurul Iman telah terbentuk sebelumnya. Kegiatan PSN sudah berjalan
dengan sangat baik. Kegiatan PSN sudah dapat dilakukan secara mandiri oleh MI
Nurul Iman.
2
Berikut ini data nama pembimbing dan anak-anak anggota jumantik cilik MI Nurul Iman.
c. SDN 09 Pagi
3
Gambar 4.3. Penyuluhan Jumantik Cilik di SDN 09 Pagi.
Berikut data nama guru pembimbing dan anggota jumantik cilik SDN 09 Pagi:
3
Syifa Fauziah
Cantik Finna Fitriansa
Carissa Aulia Budiharto
Mutiara Airin
Elnova Karsaningtyas
Wulan
Indah Zaskia Septy Dewi
Nadya Safwah Ramadhani
Marthasya Clara Ayudhia
Weniwidia
Dede Nur Allyka Hasanah
Tampan M. Yasser Putra
D. Althaf
Bambang Hermanto
Damar Laksmana
Akbar Achmad
Sopan Bayu Hadi Peratama
Kevin Adrian Jantine
Meykel Yohanes
Fikri Fadilah
Muhamad Nur Fadli
TOTAL 30 Orang
d. SDN 08 Pagi
3
pembimbing dirasakan sangat mendukung kegiatan Jumantik Cilik tersebut.
Kegiatan PSN sudah berjalan dengan sangat baik.
3
Alika Putra Pratama
Callysta Burhani
Chaila Azharin
M. Raihan Hasbi
M. Wildan
Nala Alsyafariel
Puri Indah Lestari
Sherril Febisca
Wika
Tiga EM Aqeela Zaskia
Adity Utomo
Heny Marsaila
Kurnioa Sandy R
Novia Syahrani
Rahmat Saputro
Riski Ramadhan
Siti Fatimah Azzahra
TOTAL 25 orang
e. SDN 13 Petang
Penyuluhan mengenai DBD di lakukan pada hari Jumat, 9 November 2018,
penyuluhan ini diberikan kepada seluruh siswa kelas 3, 4 dan kelas 5. Pelatihan
jumantik cilik di SDN 13 Petang dilakukan tanggal 9 November. Kegiatan Jumantik
Cilik mulai rutin dilakukan setiap hari Selasa pukul 15.00. Pihak sekolah dapat
bekerja sama dengan baik dalam menyelengarakan kegiatan PSN. Pada kegiatan
PSN pertama dan kedua siswa-siswi sudah bisa bekerjasama dengan baik begitupun
guru pembimbing dirasakan sangat mendukung kegiatan Jumantik Cilik tersebut.
3
Gambar 4.6. Jumantik Cilik SDN 13 Petang
Berikut data nama guru pembimbing dan anggota jumantik cilik SDN 13 Petang:
3
g. SDN 16 Petang
3
Pelita Aiysah Nurbaini
Bintang
Kathlyne R
Raniah Firny
Riski W
Safa
Siti Kirani
Harapan Agus Setioutomo
Desi
Desti
Heska
Nanda Febrianti
Raden Satrio
Rizky
TOTAL 21 orang
Berikut total jumlah jumantik cilik di lingkungan Kelurahan Tegal Alur II:
Nama Sekolah Jumlah Jumantik Cilik
SDN 11 Pagi 21
SD Nurul Iman 15
SDN 09 Pagi 30
SDN 08 Pagi 25
SDN 13 Petang 21
SDN 16 Petang 21
TOTAL 133 orang
3
Ada beberapa indikator untuk jentik nyamuk Ae.aegypti salah satunya sadalah :
Angka Bebas Jentik (ABJ). Ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentik Ae.
aegypti tersebut adalah sebagai berikut.
Angka Bebas Jentik (ABJ) Angka adalah persentase antara rumah/bangunan yang
tidak ditemukan jentik terhadap seluruh rumah/bangunan yang diperiksa.
Hasil rata-ratahasil
Berdasarkan pemeriksaan ABJ SD
ABJ tersebut dariNurul
bulanIman
November
dapat2018 sampai Januari
dikatakan bebas
2019 ah sebagai
jentik nyamuk.berikut:
adal
SDN 08 Pagi
3
ABJ = x 100% =60 %
5
Berdasarkan hasil ABJ tersebut SDN 08 Pagi belum bebas dari jentik nyamuk karena ABJ
3
SDN 09 Pagi
5
ABJ = x 100% =100 %
5
Berdasarkan hasil ABJ tersebut SDN 09 Pagi dapat dikatakan bebas jentik nyamuk.
SDN 11 Pagi
4
ABJ = x 100% =80 %
5
Berdasarkan hasil ABJ tersebut SDN 11 Pagi belum bebas dari jentik nyamuk karena ABJ
SDN 13 Petang
5
ABJ = x 100% =100 %
5
Berdasarkan hasil ABJ tersebut SDN 13 Petang dapatdikatakan bebas jentik nyamuk.
SDN 16 Petang
5
ABJ = x 100% = 100 %
5
Berdasarkan hasil ABJ tersebut SDN 16 Petang dapatdikatakan bebas jentik nyamuk.
3
Pemeriksaan jentik nyamuk dilakukan dibeberapa tempat yakni sebagai berikut :
Hasil rata-rata pemeriksaan House Index Siswa-siswi Jumantik Cilik dari 6 sekolah
dari bulan November 2018- Januari 2019 adalah sebagai berikut:
23
HI = x 100% = 43 %
53
Kegiatan tersebut diikuti tidak hanya oleh kelompok jumantik cilik saja, namun
seluruh siswa kelas 4 dan 5 dan ada beberapa sekolah yang mengikutsertakan seluruh
siswa dan gurunya, hal ini berdasarkan hasil diskusi penulis dengan kepala sekolah dan
guru pembimbing Jumantik Cilik di sekolah. Dengan diadakan kegiatan 3M dan kerja
bakti bersama ini antusias kelompok Jumantik cilik, guru pembimbing, dan dukungan
dari kepala sekolah serta guru-guru lainnya sangat terlihat. Pengetahuan mengenai DBD
serta Jumantik Cilik dapat terlihat dari cara mencari lokasi jentik nyamuk biasa
ditemukan.
4
Gambar 4.8. Kegiatan 3M dan Kerja bakti bersama di SDN 11 Pagi
4
Gambar 4.8. Kegiatan 3M dan Kerja bakti bersama di SDN 09 Pagi
4
Gambar 4.8. Kegiatan 3M dan Kerja bakti bersama di SDN 13 Petang
4
BAB V
5.1.Kesimpulan
Kegiatan jumantik cilik di SDN 08 Pagi, SDN 09 Pagi, SDN 11 Pagi dan SDN 16
Petang sudah berjalan dengan sangat baik. Para jumantik cilik dan guru pendamping
sudah melakukan kegiatan PSN di lingkungan sekolah secara rutin dan mandiri tanpa
perlu diawasi oleh puskesmas serta guru pembimbing rutin melaporkan hasil PSN
pada pihak Puskesmas Kelurahan Tegal Alur 2.
Kegiatan jumantik cilik di SD Nurul Iman dan SDN 13 Petang sudah berjalan
dengan baik namun masih perlu adanya pengawasan dari puskesmas agar kegiatan
jumantik dapat dilakukan dengan rutin. Para jumantik cilik juga sudah mampu
melakukan PSN dengan baik tetapi masih perlu di ingatkan dan di dampingi.
4
tersebut dapat meningkatkan semangat dan kesadaran akan pentingnya pencegahan
penyakit demam berdarah dengue ini serta kesadaran akan tanggung jawab menjadi
jumantik cilik itu dapat di tingkatkan oleh setiap anggota jumantik cilik dan para
pembimbing jumantik cilik dari setiap sekolah. Sehingga, kasus terjangkit Demam
berdarah Dengue dapat di cegah dan berkurang setiap tahunnya.
5.2.Saran
Pihak puskesmas masih harus dapat mendampingi jumantik cilik dari sekolah-
sekolah di lingkungan Kelurahan Tegal Alur II terutama sekolah-sekolah yang masih
belum dapat melakukan kegiatan PSN rutin dengan mandiri tanpa diawasi.
Selain itu perlu direncanakan anggaran untuk program jumantik kedepannya.
Anggaran dana itu dapat dialokasikan untuk membuat jaket atau rompi jumantik cilik
di tiap sekolah supaya anak-anak dapat melaksanakan tugasnya sebagai jumantik cilik
dengan bangga dan lebih baik.
4
DAFTAR PUSTAKA
1. Ernawati , Bratajaya CN, Martina SE. Gambaran Praktik Pencegahan Demam Berdarah
Dengue (DBD) di Wilayah Endemik DBD. Volume 9, Nomor 1, Januari 2018. P- ISSN:
2086-3071, E-ISSN: 2443-0900
2. Yatim F. Macam-macam Penyakit Menular dan Cara Pencegahannya. Jilid 2. Jakarta:
Pustaka Obor Populer; 2007.
3. Aryu Candra. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan Faktor Risiko
Penularan. Aspirator Vol. 2 No. 2 Tahun 2010: 110 –119
4. Palgunadi BU, Rahayu A. Aedes Aegypti sebagai Vektor Penyakit Demam Berdarah
Dengue. Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
5. Sembel DT. 2009. Entomologi Kedokteran. Penerbit Andi Yogyakarta.
6. Soedarto. 2008. Parasitologi Klinik. Airlangga University Press Surabaya.
7. Soegijanto,S. 2003. Demam Berdarah Dengue, Tinjauan dan Temuan Baru di Era 2003.
4
LAMPIRAN
Hasil Pemeriksaan
No. Tanggal Lokasi / Kontainer Tindakan PSN
Ada Tidak Ada
Jentik Jentik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
4
2. Lembar Observasi Jumantik Cilik di Rumah
CHECKLIST JUMANTIK CILIK
Sekolah : .................................................
Nama : .................................................
Kelas : .................................................
Alamat Rumah : .................................................
Hasil Pemeriksaan
No. Tanggal Lokasi / Kontainer Tindakan PSN
Ada Tidak Ada
Jentik Jentik
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
4
4