Halaman
DAFTAR ISI........................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................iii
PENDAHULUAN ..............................................................................................1
(VEGF/VEGFR)...........................................................................................
Angiogenesis................................................................................................
Kemoterapi Neoadjuvan.............................................................................
i
Neoadjuvan pada Kanker Serviks Stadium IB3, IIA2 dan
IIB...............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................33
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
.....................................................................................................
.....................................................................................................
.....................................................................................................
Gambar 1.4 Interaksi antara beberapa isoform VEGF dari sel tumor
.....................................................................................................
.....................................................................................................
12
.....................................................................................................
17
.....................................................................................................
iii
Gambar 1.7 Struktur Ki-67
.....................................................................................................
17
.....................................................................................................
18
.....................................................................................................
25
.....................................................................................................
28
.....................................................................................................
29
iv
PENDAHULUAN
Kanker serviks merupakan tumor ganas pada serviks yang disebabkan oleh
ginekologi yang paling sering ditemukan dan menjadi penyebab utama kesakitan
dan kematian pada wanita, khususnya di negara berkembang. Sampai saat ini,
penanganan kanker serviks masih sangat berkembang dan pada beberapa stadium
dini masih banyak terdapat kontroversi, salah satunya adalah stadium IB3, IIA2
dan IIB.
ditemukan pada wanita setelah kanker payudara, kolorektal dan paru. Angka
kejadian kanker serviks mengalami peningkatan sejak dua dekade terakhir. Angka
insiden kanker serviks secara global sebesar 13,1 kasus per 100.000 wanita, yang
International Agency for Research on Cancer (IARC) pada tahun 2015 adalah
sebesar 17 kasus per 100.000 perempuan (Hacker dan Vermoken, 2015; WHO,
2016). Kanker serviks bulky atau kanker serviks dengan ukuran massa ≥ 4 cm,
yaitu IB3, IIA2 dan stadium IIB merupakan permasalahan khusus terkait
stadium IB3, IIA2 dan IIB lebih buruk dibanding stadium awal IA sampai IB2
terkait insiden rekurensi lokal dan metastasis kelenjar getah bening yang lebih
tinggi.
1
Sampai saat ini strategi penatalaksanaan kanker serviks stadium IB3, IIA2
dan IIB masih menjadi kontroversi, di mana dapat dilakukan kemoradiasi, operasi
2
2
pada kanker serviks jenis ini adalah histerektomi radikal langsung, histerektomi
d’Obstetrique (FIGO). Tetapi khusus pada kanker serviks stadium IIB Divisi
gemcitabine dan ifosfamide (Berek dan Hacker, 2015). Pada penelitian oleh Mori
dkk. (2010), pemberian regimen paclitaxel dan carboplatin per minggu yang
Cancer (LACC) merupakan terapi yang menjanjikan dengan prognosis yang lebih
Factor (VEGF) adalah salah satu sitokin utama yang memiliki fungsi dalam
stimulasi angiogenesis tumor dan tingkat ekspresi. Oleh karena itu, VEGF
memiliki peran penting dalam angiogenesis dan oksigenasi di dalam jaringan yang
Penelitian oleh Choi, dkk. (2008) melaporkan bahwa ekspresi VEGF suatu marker
Penanda adanya proliferasi sel tumor adalah protein Ki-67. Ki-67 adalah
protein yang diekspresikan di semua fase siklus sel, kecuali selama fase G0. Ki-67
selama interfase. Sebagai penanda proliferasi sel, Ki-67 dapat digunakan sebagai
prediktor potensi tumor ganas (Li dkk., 2015). Kamoi, dkk. (2003) melaporkan
kemoterapi neoadjuvan. Pada kanker serviks terjadi supresi gen p53 yang
bahwa p53 berperan penting dalam regulasi VEGF pada tumor. Garzetti, dkk.
terhadap kemoterapi memiliki frekuensi sel yang positif terhadap p53 lebih tinggi
berat 40 kDa yang terdiri dari motif simpul sistin dan ditandai dengan disposisi
jembatan bisulfida. Pada manusia, famili VEGF terdiri dari VEGF-A (disebut
placenta growth factor (PIGF). Pada akhir-akhir ini telah ditemukan VEGF yang
berinteraksi dengan protein lain antara lain neurofilin, integrin, cadherin, atau
yang berikatan dengan PIGF dan mencegah VEGF berikatan dengan VEGFR-2
Gambar 1.1 Famili VEGF dan Reseptornya (Hicklin dan Ellis, 2005)
domain kinase dan akhir C-terminal VEGFR. Lokasi fosforilasi utama VEGFR-
Fosforilasi Tyr951 menengahi aktivasi SRC tirosin kinase yang bergantung pada
trifosfat. Hal ini mengaktivasi ERK dan Ca2+ signaling pathway dan regulasi sel
faktor pro-angiogenik seperti: VEGF, basic fibroblast growth factor (bFGF, FGF-
Selain itu, jaringan hipoksia dan sel endotel juga akan melepaskan nitric oxide
(NO) yang dapat menginduksi vasodilatasi (Ferrara dkk., 2003; Ferrara, 2004;
struktur pembuluh darah akibat faktor pro-angiogenik yang disekresi oleh jaringan
pengaruh fakto pro-angiogenik, sel endotel dan sel mural teraktivasi sehingga sel
tubulogenesis terjadi (Dvorak dkk., 2002; Ferrara dkk., 2003; Ferrara, 2004;
ekstraseluler. Protein-protein ini berguna untuk migrasi sel endotel dan pericyte
Pada saat diameter tumor mencapai 1-2 mm, kebutuhan oksigenasi dan
nutrisi masih bisa dipenuhi melalui proses difusi dari pembuluh darah. Jika
diameter tumor melebihi 2 mm, tumor tidak akan berkembang dan terjadi hypoxia
induced cell death akibat iskemik oleh karena ukuran tumor yang besar atau
untuk menstimulasi sel endotel dari pembuluh darah yang ada sebelumnya untuk
pericytes memberi dukungan struktural dan membentuk lapisan luar dari sel
tidak stabil akibat tidak normalnya struktur perivaskuler. Akibatnya aliran darah
pada tumor cenderung lambat dan intermiten sehingga nutrisi dan oksigen yang
terus berlanjut dan terbentuk pembuluh darah baru berlebihan yang abnormal
(Folkman, 1995; Ferrara, 2004; Duda dkk., 2009; Nagy dkk., 2009).
9
Gambar 1.4 Interaksi antara beberapa isoform VEGF dari sel tumor
maupun sel stromal dan VEGFR pada endotel (Ferrara dkk., 2004)
Kanker Serviks
dengan luaran onkologis yang merugikan pada banyak jenis solid tumor termasuk
kanker serviks. VEGF intra tumor diketahui memiliki kendali terhadap jaringan
serviks dengan tingkat ekspresi VEGF lebih tinggi dikaitkan dengan stadium
lanjut, meningkatkan risiko metastasis nodal dan angka kesembuhan yang buruk
(Eskander, 2014).
dengan kanker serviks dari segi progresifitas, target terapi hingga prognosis. Studi
menurut FIGO dengan ekspresi VEGF. Ditemukan bahwa stadium kanker serviks
kanker serviks maka semakin tinggi pula ekspresi VEGF pada pasien yaitu
stadium I 40%, stadium II 80%, stadium III 80,67% dan stadium IV 90%.
dengan tipe histologis kanker serviks (SCC 55% dan adenokarsinoma 65%).
Penelitian ini juga menemukan bahwa ekspresi VEGF memiliki korelasi positif
stroma dan ukuran tumor pada kanker serviks. Tumor dengan ukuran yang besar
(lebih atau sama dengan 2 cm) dan invasi stroma yang lebih dalam
mengkepresikan VEGF yang lebih tinggi (Zusterzeel 2009; Lee 2002). Namun
penelitian setelahnya oleh Mandic, et al. (2014) menemukan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara ekspresi VEGF dengan ketebalan invasi stromal
11
dan ukuran tumor. Pada penelitian ini VEGF berperan penting dalam invasi dini
kanker serviks.
Rizzuto dkk. (2020) menjelaskan bahwa reseptor VEGF dapat dijadikan sebagai
target terapi pada kanker serviks. Reseptor bloker seperti Bevacizumab dapat
dapat menjadi faktor prognostik dari kanker serviks. Ekspresi yang tinggi dari
VEGF dan VEGF-C secara signifikan berhubungan dengan luaran harapan hidup
yang buruk. Hal ini dapat disebabkan karena pada studi sebelumnya oleh Sun
ke kelenjar getah bening. Sehingga dapat dihubungkan bahwa usia harapan hidup
bening pada pasien kanker serviks dengan ekspresi VEGF yang tinggi.
yang buruk. Sejalan dengan hasil penelitian oleh Zhang dkk. (2017), yang
getah bening dan behubungan dengan ketahanan hidup pasien yang lebih buruk.
12
pada 25 pasien dengan kanker serviks IB2 hingga IIA2, ekspresi VEGF menurun
(Kartikasari, 2019).
pemberian kemoterapi adjuvan dengan rerata sebelum pemberian adalah 6,16 dan
setelah pemberian adalah 4,20. Namun kelemahan pada penelitian ini adalah hasil
setelah 6 seri selain itu tidak diteliti tentang faktor eksternal lain yang dapat
untuk mengurangi ukuran lesi pada serviks sehingga proses angiogenesis yang
terjadi pada sel kanker juga akan berkurang dan menyebakan penurunan ekspresi
angiogenesis serta mematikan sel kanker baik secara lokal dan yang bermetastasis
sehingga ekspresi dari VEGF-C pada jaringan serviks diharapkan dapat menurun
VEGF positif lebih rendah daripada pasien dengan VEGF negatif. VEGF yang
positif menjadi prediktor independen untuk terjadinya respon yang buruk terhadap
terapi. Temuan yang menarik pada penelitian ini adalah bahwa terdapat korelasi
yang kuat antara ekspresi VEGF dan respon pasien kanker serviks terhadap
neoadjuvan atau terjadi kondisi kemoresisten. Namun pada penelitian ini pasien
yang dijadikan sampel terlalu heterogen dalam stadium dan modalitas terapi yang
diameter lesi serviks pada pasien dengan kanker serviks yang mendapatkan terapi
stadium IB2 atau IIA yang mendapatkan Paclitaxel 175 mg per meter kubik luas
menunjukkan diameter lesi serviks semakin kecil, maka ekspresi VEGF-C pada
melibatkan 117 spesimen karsinoma sel skuamosa serviks dengan ukuran tumor
>4 cm. Semua pasien mendapatkan Paclitaxel (135-175 mg/m2) dan Carboplatin
ekspresi VEGF, dan ekspresi survivin. Efikasi terapi menunjukkan 9.4% complete
remission (CR), 77.8% partial remission (PR), dan 12.8% stable disease (SD).
Ekspresi Ki-67 terdapat pada 8.9% kelompok CR, 15.5% kelompok PR, dan 7.4%
ekspresi tingkat lemah sebanyak 18.2%, ekspresi tingkat rendah sebanyak 72.7%,
tingkat lemah sebanyak 4.4%, tingkat rendah dan sedang 35.2%, dan tingkat
diberikan terapi neoadjuvan diteliti oleh Priyanto (2019). Biopsi jaringan pasien
kanker serviks IB2 dan IIA2 sebelum dan sesudah kemoterapi paxus-carboplatin
dilakukan, ditemukan hasil bahwa rerata diameter terbesar lesi kanker serviks
memperkecil ukuran lesi pada serviks atau invasi pada dinding vagina sehingga
ukuran lesi dapat menurunkan kebutuhan sel kanker akan oksigen sehingga
penanda tumor yang memiliki tingkat pewarnaan yang berbeda secara persentase
berdasarkan luas sel positif dan intensitas warna (Xu P. dkk., 2016 ). Berdasarkan
intensitas warna coklat pada sel ganas yang terpulas oleh VEGF maka dibagi
menjadi skor 0-3 yaitu : 0 (negatif), 1 (lemah), 2 (sedang) dan 3 (kuat). Ekspresi
score ≥ 200, sebaliknya jika H-score < 200 menunjukkan ekspresi VEGF yang
Ki-67 pertama kali diidentifikasi sebagai antigen pada inti sel limfoma
Hodgkin yang banyak diekspresikan dalam siklus sel tetapi menurun dalam fase
G0 pada saat istirahat. Karakteristik inilah yang membuat Ki-67 sebagai penanda
proliferasi yang penting secara klinis untuk penilaian berbagai jenis kanker. Pada
manusia, Ki-67 dikode oleh gen MKI67. Meskipun Ki-67 memiliki bagian
besar terdiri dari rangkaian ulangan yang berurutan, dan LR terminal-C (leucine/
arginine-rich) bagian yang berikatan dengan kromatin (Sun and Kaufman, 2018).
Proliferasi sel kanker yang cepat dibandingkan dengan sel normal, dipicu
oleh beberapa faktor seperti protein Ki-67, MIB1, dan Cyclin. Laju proliferasi
sendiri dapat dinilai melalui beberapa penanda seperti: Grading histologi, Mitotic
Activity Index /MAI, S-Phase Fraction/SPF dan DNA ploidy melalui flow
cytometri, Thymidine Labeling Index (TLI), Thymidine Kinase (TK), protein Ki-
67 atau MIB1, Cyclin E, Cyclin D (van Diest dkk., 1998; Chang dan Hilsenbeck,
2010).
17
Gambar 1.6 Skematik Diagram Struktur Ki-67 (Sun and Kaufman, 2018)
proliferasi terhadap kinetik sel tumor, protein inti nonhiston yang memiliki dua
isoform dengan berat molekul 359kD dan 320kD, dan terletak pada kromosom
akan bervariasi pada tiap siklus sel dimana akan dijumpai rendah pada fase G1
dan awal fase S, dan meningkat secara progresif dan mencapai puncaknya pada
fase mitosis (metaphase), dan selanjutnya menurun pada fase akhir mitosis
(anaphase/telophase) dan tidak terekspresi pada fase resting atau G0. Waktu
paruh Ki-67 diperkirakan antara 60-90 menit. Terdapat dua mekanisme yang
meregulasi ekspresi dari Ki-67 yaitu sintesis de novo yang dipengaruhi oleh
dan proses degradasi (proteolytic) selama fase mitosis dan G1 (Li dkk., 2015).
Gambar 1.8 Regulasi siklus sel oleh Ki-67 (Menon dkk., 2019)
Inti promotor Ki-67 memiliki suatu ikatan transkripsi yaitu Sp-1 binding sites.
Ikatan ini berhubungan dengan ekspresi p53 dan pRb, dimana p53 akan
19
mensupresi terhadap gen transkripsi dari Sp-1 binding sites. Ki-67 memiliki
dengan sel fisiologis, terutama pada stadium lanjut dan metastasis kelenjar
dalam menilai respons dan target evaluasi terhadap terapi pada kanker.
Protein Ki-67 terletak pada nukleus sel yang sedang dalam fase pembelahan
dan memiliki korelasi dengan kesintasan buruk pada beberapa jenis kanker,
seperti kanker payudara dan karsinoma paru non- small-cell. Pan dkk. (2015)
populasi kanker serviks. Meta-analisis oleh Pan dkk. (2015) menyatakan hasil
yang serupa dan Ki-67 dapat menjadi prediktor potensial untuk prognosis pada
20
kanker serviks. Studi oleh Shi dkk. (2020) menunjukkan kadar ekspresi protein
Ki-67 pada kanker serviks secara signifikan lebih tinggi dibandingkan CIN dan
bahwa Ki-67 secara sitologi memberikan korelasi bermakna dengan lesi pra-
kanker dan kanker serviks. Ekspresi Ki-67 korelasi sesuai dengan derajat lesi pada
progresivitas kanker serviks dan rerata kesintasan lebih rendah (Ahmed dkk.,
Ancuta dkk. (2009) pada peneltiannya yang menilai ekspresi Ki-67 pada
agresivitas kanker serviks terutama tipe skuamosa berkeratin dan kadar Ki-67.
Namun, tidak dijumpai korelasi yang bermakna antara kadar Ki-67 dan kejadian
karsinoma serviks. Pada penelitian yang dilakukan di Palembang oleh Hertati dkk.
(2014) yang menilai 60 pasien dengan karsinoma serviks, dijumpai ekspresi Ki-67
yang semakin tinggi pada stadium klinis yang lanjut dan uji statistik menunjukkan
korelasi kuat dengan luaran jangka panjang yang baik. Ki-67 juga memiliki
makna klinis estimasi risiko kekambuhan terhadap lesi residual tumor (Nielsen
dkk., 2020).
Kritic dkk. (2018) pada studinya menjumpai adanya peran signifikan pada
pasien-pasien kanker serviks tahap lanjut. Pada analisa kurva Kaplan Meier,
ekspresi Ki-67 yang tinggi pada kanker serviks stadium lanjut memberikan
respons terapi terhadap kemoterapi berbasis cisplatin yang jauh lebih baik dan
Pada penelitian yang dilakukan oleh Hebbar dan Murthy, (2017), Ki-67
mendeteksi tumor pada serviks dan dapat menjadi prediktor keganasan dari suatu
tumor. Ki-67 secara spesifik sebagai penanda displasia high risk yang disebabkan
oleh HPV, yang memiliki posibilitas lebih tinggi berkembang menjadi lesi
neoplasia. Pada sebuah studi oleh Zhang, et al. (2019) pada tahun 2015 sampai
dengan nilai potong antara 10% dan 14% sel berwarna positif didefinisikan
sebagai risiko tinggi dalam hal prognosis. Namun, hasil penilaian tersebut terdapat
perbedaan yang tipis jika ahli patologi menggunakan penghitungan manual. Hal
pengenalan pola yang sangat baik, namun mereka rentan terhadap variabilitas
substansial dalam kapabilitas tugas kuantifikasi. Di sisi lain, pengujian real time
data yang objektif dan berkesinambungan. Apalagi mengukur ekspresi gen level
dengan cara ini sangat dapat direka ulang (Yamamoto et al., 2013).
untuk analisis ekspresi gen, mengatasi kesulitan teknis yang terutama disebabkan
oleh modifikasi dan degradasi kimiawi asam nukleat. Jaringan FFPE stabil di suhu
kamar, mudah disimpan, dan merupakan arsip sample klinis yang penting terkait
dengan informasi klinis. Oleh karena itu, kemampuan untuk melakukan profil
ekspresi gen pada sampel FFPE akan memungkinkan banyak prospektif dan
pemahaman tentang korelasi antara ekspresi gen dan hasil klinis (Yamamoto et
al., 2013).
intensitas warna coklat pada saat proses pewarnaan. Penilaian sel yang diwaranai
dibagi menjadi 5 skor yaitu : jika tidak ada sel positif (negatif), 1 – 25% (+), 26 –
50% (++) dan 51 – 75% (+++) dan > 75% (++++) (Tobing et al., 2019).
intensitas warna coklat pada saat proses pewarnaan. Penilaian sel yang diwaranai
dibagi menjadi 5 skor yaitu : jika tidak ada sel positif (negatif), 1 – 25% (+), 26 –
50% (++) dan 51 – 75% (+++) dan > 75% (++++) (Mahayasa dkk., 2016).
Protein p53 adalah suatu polipeptida yang diekspresikan oleh gen p53
untuk menjaga keutuhan sel melalui jalur transkripsi tetramerik. Protein p53
memiliki peran sebagai respon kerusakan DNA dan merupakan bagian dari
regulasi jaringan gen yang luas dan kompleks, selain itu p53 juga berperan
sebagai gen supresor untuk menghambat pertumbuhan sel yang disebabkan oleh
onkogen dan dapat menghambat potensi tumorigenik. Protein p53 juga dikenal
sebagai onkogene oleh karena sering ditemukan dalam jumlah yang berlebihan
Struktur p53 terdiri dari suatu nuklear fosfoprotein yang memiliki berat
molekul sebesar 53 kilo Dalton (kDa). Protein ini dikode oleh 20 kilobasa (kb)
gen yang mengandung 11 ekson dan 10 intron, terletak pada bagian lengan
pendek dari kromosom 17 p53 mengandung sebanyak 393 asam amino dan terdiri
dari beberapa struktur atau komponen penting (Bai dan Zhu, 2006).
terdapat sebuah daerah domain inti sentral atau central core dan daerah domain C-
asetil-transferase dan Murine Double Minute 2 (MDM2). Daerah yang kaya akan
prolin memainkan peranan penting dalam stabilitas dari p53 yang diregulasi oleh
MDM2 tersebut, di mana p53 menjadi lebih rentan terhadap degradasi oleh
MDM2 jika daerah yang kaya akan prolin tersebut dihilangkan. MDM2
p53. Pada bagian C-terminal dari p53 juga berfungsi sebagai domain regulasi
negatif yang memiliki fungsi untuk menginduksi proses kematian sel atau
apoptosis dan mengatur kemampuan domain binding DNA inti sebagai bentuk
yang laten. Apabila interaksi antar C-terminal dan domain binding DNA inti
dan asetilasi, domain DNA binding akan menjadi teraktivasi, sehingga akan
p53 yang ditemukan dalam berbagai keganasan berupa missense mutation dan
25
sebagian besar terletak pada domain DNA binding inti. Penelitian lainnya
terhadap p53 yang dimasukkan ke dalam sel kanker yang sebelumnya telah
p53 mutan dapat memperbesar proses tumorigenesis (Bai dan Zhu, 2006).
Protein p53 memiliki peran sebagai gen penekan tumor yang mengontrol
siklus sel sebelum memulai fase sintesis. p53 dapat ditemukan dalam jumlah yang
rendah pada sel yang tidak terpapar stressor. Jika terjadi stressor, protein p53 akan
E7. protein E6 akan berikatan dengan tumor suppressor p53 dan protein E7 akan
26
mengikat dengan E1A binding protein p300 dan CREB-binding protein dan
2016). Protein p53 teraktivasi oleh beberapa sinyal seperti kerusakan DNA,
mengikat dengan E1A binding protein p300 dan CREB-binding protein dan
dkk., 2016).
Apabila terjadi kerusakan DNA, p53 menginduksi ekspresi p21 yang merupakan
saat fase S1. Apabila sel tidak dapat memperbaiki kerusakan DNA, p53
seperti BAX, PUMA, Noxa, dan PERP. Disfungsi p53 menyebabkan proliferasi
sel abnormal dan berhubungan erat dengan karsinogenesis. Dari hasil studi oleh
Nakamura et al, 4 dari 9 studi menunjukkan ekspresi p53 pada kanker serviks
lebih tinggi daripada kelompok kontrol. Tiga studi menunjukkan ekspresi p53 di
Protein p53 dapat mengatur gen yang terlibat dalam migrasi sel baik
secara langsung maupun tidak langsung, mutan p53 diperantarai Slug atau Twist,
CCN-S/WISP2 juga bisa menimbulkan metastasis, selain itu sinyal RhoA /ROCK
p53 memiliki peranan yang penting dalam pengaturan siklus sel dengan
melakukan kontrol terhadap sejumlah gen, termasuk gen untuk apoptosis jika
terdapat kerusakan seluler yang berat. mitokondria sebagai peran utama melalui
kematian sel. Pada sel yang mengalami mutasi atau kehilangan p53, maka sel
tidak akan mampu mengekspresi p53 atau dapat terjadi ekspresi p53 secara
berlebih (overekspresi p53) yang mengakibatkan siklus sel tidak berhenti pada
akhir fase G1 dan tidak terjadi aktivasi GADD45, yang mengakibatkan perbaikan
DNA tidak terjadi (Dewi and Winarti, 2014). Pada sel yang mengalami mutasi
atau kehilangan gen p53, tidak adanya pada gen apoptosis yaitu BAX
mengakibatkan sel gagal mengalami apoptosis. Pada akhirnya, semua hal tersebut
berdampak pada terfiksasinya mutasi pada sel yang membelah, khususnya DNA
sehingga sel akan masuk menuju proses menuju transformasi ganas (Dewi and
Winarti, 2014).
29
Gambar 1.10 Proses Apoptosis pada p53 (Dewi and Winarti, 2014).
Apabila terjadi kerusakan DNA, p53 akan menginduksi ekspresi p21 yang
untuk memperbaiki DNA sebelum replikasi saat fase S1. Apabila sel tidak dapat
30
mengaktivasi gen yang memberi sinyal apoptosis seperti BAX, PUMA, Noxa, dan
termasuk kanker serviks. Pada kanker serviks, ditemukan lebih dari 80% spesimen
dengan ekspresi p53, dan beberapa laporan ditemukan variasi ekspresi p53 yang
diinduksi oleh mutasi pada regulator protein MDM2. Beberapa faktor yang
mempengaruhi kadar p53 seperti usia, jumlah paritas dan status menopause dan
berhubungan linear dengan derajat lesi serviks. Hal ini dibuktikan dengan kadar
ekspresi p53 yang lebih tinggi di basal sel pada lesi CIS dan SCC dibandingkan
CIN. Oleh karena itu, ekspresi p53 dapat digunakan sebagai parameter dalam
dipengaruhi oleh p53 dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti apoptosis sel,
resistensi obat atau perbaikan DNA, serta transkripsi gen. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Tchelebi dkk, p53 memainkan peran penting dalam respon
didapatkan sebanyak 39 mutan p53 dan 18 wild type menunjukkan mutan p53
dibandingkan dengan sel dengan wild type p53 saat terpapar sejumlah agen
antikanker yang relevan secara klinis. Secara khusus, hal itu menunjukkan bahwa
20 kasus lainnya (50%) mempunyai respons yang buruk (tidak berespons) pada
mempunyai respons stabil atau progresif. Data preklinis menunjukkan bahwa sel
yang mempunyai mutasi p53 akan resisten terhadap stimuli apoptosis kemoterapi.
Pada penelitian ini didapatkan imunoekspresi p53 positif sebanyak 27 kasus dari
Terdapat korelasi yang bermakna antara tingkat imunoekspresi p53 dan tingkat
Hanriko, 2012).
Banyak teknik telah dirancang untuk mendeteksi mutasi p53 pada tumor,
fungsional status p53 secara umum berbeda dari semua pemeriksaan lainnya, tes
ini menguji fungsi protein yang dikodekan oleh alel p53 dalam tumor,
pemeriksaan ini belum dapat diterima secara luas, karena ketersediaan alat dan
pewarnaan. Persentase sel positif dinilai dengan seleksi acak dan observasi 5
untuk <10, 10-50, 51-75, dan> 75% sel positif. Tingkat pewarnaan sel dinilai
oleh karena kestabilan dan paruh panjangnya ketahanan p53 tersebut, selain itu
p53 juga memiliki tingkat mutasi yang rendah, tetapi tingkat ekspresi positif yang
DAFTAR PUSTAKA
Apte, R.S., Chen, D.S. and Ferrara, N., 2019. VEGF in signaling and
disease: beyond discovery and development. Cell, 176(6),
pp.1248-1264.
Bai, L. and Zhu, W.G., 2006. p53: structure, function and therapeutic
applications. J Cancer Mol, 2(4), pp.141-153.
Chen, C.-A., Chen, T.-M., Wu, C.-C., Chang, C.-F., & Hsieh, C.-Y.
(1994). Human papillomavirus DNA and p53 status in stage IB
bulky cervical cancer. Journal of Cancer Research and Clinical
Oncology, 120(11), 678–682. doi:10.1007/BF01245381
Choi, C.H., Song, S.Y., Choi, J.J., Park, Y.A., Kang, H., Kim, T.J., Lee,
J.W., Kim, B.G., Lee, J.H. and Bae, D.S., 2008. Prognostic
significance of VEGF expression in patients with bulky cervical
carcinoma undergoing neoadjuvant chemotherapy. BMC cancer,
8(1), pp.1-7.
Dewi, K.P., Winarti N.W. (2014). Peran Mutasi Gen P53 Pada
Karsinogenesis Sel Basal Kulit. Medicina Unud, Vol 45 No 1
Ferrara, N., Gerber, H.P. and LeCouter, J., 2003. The biology of VEGF
and its receptors. Nature medicine, 9(6), pp.669-676.
Ferrara, N., 2004. Vascular endothelial growth factor: basic science and
clinical progress. Endocrine reviews, 25(4), pp.581-611.
Ferreira, A.R., Ramalho, A.C., Marques, M. and Ribeiro, D., 2020. The
interplay between antiviral signalling and carcinogenesis in human
papillomavirus infections. Cancers, 12(3), p.646.
Garcia, P.B. and Attardi, L.D., 2014, March. Illuminating p53 function
in cancer with genetically engineered mouse models. In Seminars
35
Gerdes, J., Li, L., Schlueter, C., Duchrow, M., Wohlenberg, C., Gerlach,
C., Stahmer, I., Kloth, S., Brandt, E. and Flad, H.D., 1991.
Immunobiochemical and molecular biologic characterization of
the cell proliferation-associated nuclear antigen that is defined by
monoclonal antibody Ki-67. The American journal of pathology,
138(4), p.867.
Hertati, N., Maulani, H., Musa, Z. and Hafy, Z., 2014. Hubungan antara
Ekspresi Ki-67 dengan Stadium Klinis dan Derajat Histopatologis
Karsinoma Sel Skuamosa Serviks. Majalah Patologi Indonesia,
23(3).
Hicklin, D.J. and Ellis, L.M., 2005. Role of the vascular endothelial
growth factor pathway in tumor growth and angiogenesis. Journal
of clinical oncology, 23(5), pp.1011-1027.
Li, L.T., Jiang, G., Chen, Q. and Zheng, J.N., 2015. Ki67 is a promising
molecular target in the diagnosis of cancer. Molecular medicine
reports, 11(3), pp.1566-1572.
Melincovici, C.S., Bosca, A.B., Susman, S., Marginean, M., Mihu, C.,
Istrate, M., Moldovan, I.M., Roman, A.L. and Mihu, C.M., 2018.
Vascular endothelial growth factor (VEGF)-key factor in normal
and pathological angiogenesis. Rom J Morphol Embryol, 59(2),
pp.455-467.
Nagy, J.A., Chang, S.H., Dvorak, A.M. and Dvorak, H.F., 2009. Why
are tumour blood vessels abnormal and why is it important to
know?. British journal of cancer, 100(6), pp.865-869.
Nakamura, M., Obata, T., Daikoku, T. and Fujiwara, H., 2019. The
association and significance of p53 in gynecologic cancers: the
potential of targeted therapy. International journal of molecular
sciences, 20(21), p.5482.
37
Nielsen, T.O., Leung, S.C., Rimm, D.L., Dodson, A., Acs, B., Badve,
S., Denkert, C., Ellis, M.J., Fineberg, S., Flowers, M. and Kreipe,
H.H., 2020. Assessment of Ki67 in Breast Cancer: Updated
Recommendations from the International Ki67 in Breast Cancer
Working Group. JNCI: Journal of the National Cancer Institute.
Pal, A., Kundu, R., 2020. Human Papillomavirus E6 and E7: The
Cervical Cancer Hallmarks and Targets for Therapy. Front.
Microbiol. 10, 3116. https://doi.org/10.3389/fmicb.2019.03116
Pan, D., Wei, K., Ling, Y., Su, S., Zhu, M. and Chen, G., 2015. The
prognostic role of Ki-67/MIB-1 in cervical cancer: a systematic
review with meta-analysis. Medical science monitor: international
medical journal of experimental and clinical research, 21, p.882.
Randall, L.M., Monk, B.J., Darcy, K.M., Tian, C., Burger, R.A., Liao,
S.Y., Peters, W.A., Stock, R.J. and Fruehauf, J.P., 2009. Markers
of angiogenesis in high-risk, early-stage cervical cancer: A
Gynecologic Oncology Group study. Gynecologic oncology,
112(3), pp.583-589.
Rizzuto, I., Otter, S., Bharathan, R. and Stewart, A., 2020. Vascular
endothelial growth factor (VEGF) inhibitors for the treatment of
metastatic and recurrent cervical cancer. The Cochrane Database
of Systematic Reviews, 2020(5).
Shi, Z., Jiang, W., Chen, X., Xu, M., Wang, X. and Zha, D., 2020.
Prognostic and clinicopathological value of Ki-67 expression in
patients with nasopharyngeal carcinoma: a meta-analysis.
Therapeutic Advances in Medical Oncology, 12,
p.1758835920951346.
Sun, H., Tang, F., Zhou, S., Li, X., Wang, S., Huang, K., Jia, Y., Tian,
X., Ma, D. and Li, S., 2016. Association between vascular
endothelial growth factor expression and lymph node metastasis in
cervical cancer: A meta‐analysis. Journal of Obstetrics and
Gynaecology Research, 42(10), pp.1310-1316.
Tseng, C.-J., Tseng, L.-H., Lai, C.-H., Soong, Y.-K., Hsueh, S., & Pao,
C.-C. (1997). Identification of human papillomavirus types 16 and
18 deoxyribonucleic acid sequences in bulky cervical cancer after
chemotherapy. American Journal of Obstetrics and Gynecology,
176(4), 865–869. doi:10.1016/s0002-9378(97)70612-4
Van Diest, P.J., Brugal, G. and Baak, J.P., 1998. Proliferation markers
in tumours: interpretation and clinical value. Journal of clinical
pathology, 51(10), p.716.
Yamamoto, S., Ibusuki, M., Yamamoto, Y., Fu, P., Fujiwara, S.,
Murakami, K. and Iwase, H., 2013. Clinical relevance of Ki67
gene expression analysis using formalin-fixed paraffin-embedded
breast cancer specimens. Breast Cancer, 20(3), pp.262-270.
Yu, L., Fei, L., Liu, X., Pi, X., Wang, L. and Chen, S., 2019.
Application of p16/Ki-67 dual-staining cytology in cervical
cancers. Journal of Cancer, 10(12), p.2654.
Zhang, J., Liu, J., Zhu, C., He, J., Chen, J., Liang, Y., Yang, F., Wu, X.
and Ma, X., 2017. Prognostic role of vascular endothelial growth
factor in cervical cancer: A meta-analysis. Oncotarget, 8(15),
p.24797.