Anda di halaman 1dari 2

Zayd Bin Ali

1. Biografi Singkat Zayd Bin Ali Nama lengkap Zayd bin Ali adalah Imam Zayd ibn Ali Zainal Abidin
ibn Husain sebagai Imam kelima dari dua belah Imam dalam tubuh Syi’ah. Zayd bin Ali adalah
putra Imam Syi’ah yang ke empat, yaitu Ali Zainal Abidin dan cucu dari Husain bin Ali Imam
Syi’ah yang kelima.Zayd bin ali dilahirkan di Madinah tahun 80 H/ 699 M. pertama kali beliau
belajar kepada orang tuanya sendiri Ali zainal Abidin. Setelah Ali zainal Abidin wafat pada tahun
94 H, pada saat itu Zayd berumur 14 tahun, kemudian beliau berguru kepada Syekh ja’far As
Shidiq, pada saat itu diasuh oleh Muhammad Al Bahir.11
2. Pemikiran Ekonomi Zayd Bin Ali Zayd bin Ali adalah penggagas penjualan secara kredit dengan
harga yang lebih tinggi dibanding harga tunai. Zayd bin Ali memperbolehkan penjualan hal
tersebut. Hanya saja Zayd bin Ali tidak memperbolehkan harga yang ditangguhkan
pembayarannya lebih tinggi dari pembayaran tunai, seperti penambahan pembayaran dalam
penundaan pengembalian pinjaman, dikarenakan penambahan terhadap penundaan adalah
riba.12 Pada perinsipnya transaksi barang atau jasa yang halal jika didasarkan atas suka sama
suka dan diperbolehkan, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An Nisa’ Ayat 29 : “Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang
batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan
janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.”
Pada masanya Zayd bin Ali suadah mulai berkembang proses jual beli barang dengan system
kredit atau transaksi pembayaran yang ditangguhkan. Pada saat itu harga yang lebih tinggi
ditentukan oleh penjual, jika pembeli menangguhkan pembayaran menyicil maka sebagai
kompensasi kepada penjual, dikarenakan penjual memberikan kemudahan kepada pembeli
dalam pembayaran. Transaksi ini sah dan dibenarkan selama transaksi tersebut dilandasi oleh
prinsip sama sama ridha diantara kedua pihak

Zayd bin Ali

Cucu imam Husain ini merupakan salah seorang fuqaha yang paling terkenal di Madina dan guru
seorang ulama terkemuka, Abu Hanafiah. Zaid bin Ali berpandangan bahwa penjualan secara
kredit dengan harga yang lebih tinggi dariapada harga tunai merupakan salah bentuk transaksi
yang syah dan dapat dibenarkan selama transaksi itu dilandasi oleh prinsip saling ridha antar
kedua bela pihak. Pada dasarnya, keuntungan yang diperoleh para pedagang penjualan yang
dilakukan secara kredit merupakan murni merupakan murni bagian dari sebuah perniagaan dan
tidak termasuk riba. Penjualan yang dilakukan secara kredit merupaklan salah satu bentuk
promosi sekaligus respon terhadap permintaan pasar. Dengan demikian, bentuk penjualan
seperti bukan suatu tindakan doluar tindakan, keuntubgan yang diperoleh oleh pedagang yang
menjual secara kredit merupakan suatu bentuk konvensasi atau kemudahan yang diperoleh
seseorang dalam mebeli suatu barang tanpa membayar secara tunai. Hal tersebut tentu
berbeda dengan pengambilan keuntungan dari suatu penangguhan pembayaran pinjaman.
Dalam hal ini, peminjaman memperoleh suatu asset, yakni uang, yang harganya tidak
mengalami perubahan dari waktu ke waktu, karena uang sendiri adalah sebagai standar harga.
Dengan kata lain, uang tidak dengan sendirinya menghasilkan sessuatu. Ia baru menghasil
sesuatu melalui perniagaan dan pertukaran dengan barang-barang yang harga sering
berfeluktuatif. Namun demikian, keuntungan yang diperoleh secara kredit tidak serta 7
mengindikasikan bahwa harga yang lebih tinggi selalu berkaitan dengan waktu. Seseorang yang
menjual secara kredit dapat pula menetaspkan harga yang lebih rendah dari pada harga
pembeliannya dengan maksud untuk menghabiskan stok dan memperoleh uang tunai karena
khawatir harga pasar akan jatuh dimasa dating. Dengan maksud yang sama, seseorang dapat
juga menjual barangnya, baik secara tunai ataupun kredit, dengan harga yang lebih rendah dari
pada harga poembeliannya. Hal yang tepenting dari permasalahan ini adalah bahwa dalam
syari’ah, setiap baik-buruknya SUAtu akad ditentukaqn oleh akad itu sendiri, tidak
dihububnfganb dengan akat yang lain. Akad jual beli yang pembayarannya ditangguhkan adalah
suatu akat tersendiri dan memiliki hak sendiri untuk diperiksa apakah adil atau tidak, tanpa
dihubungkannya dengan akat lain. Akat jual beli yang pembayaran yang ditangguhkan adalah
suatu akat tersendiri dan memiliki hak sendiri untuk diperiksa apakah adil atau tidak, tanpa
dihubungkan dengan akat yang lain. Dengan akata lain, jika diketemukan fakta bahwa dalam
suatui kontrak yang terpisah, hjarga yang dibayar tunai lebih rendah, hal itu tidak
mempengaruhi keabsasahan akat jual-beli kredit dengan pembayaran yang lebih tinggi, karena
kedua akat tersebut independent dan berbeda satu sama lain

Anda mungkin juga menyukai