Alhamdulillahi Robbil ‘Alami, Segala puji bagi Allah SWT Tuhan Semesta Alam. Atas
segala karunia nikmatNya sehingga saya dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-
baiknya. Makalah yang berjudul “Memahami Pancasila dan Undang-Undang Dasar 19945
Sebagai Dasar Negara” disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata pelajaran PKn
yang diampu oleh Bapak Suwardi Syamsi M. H, M. Pd.
Makalah ini berisi tentang makna dasar Pancasila dan Undang-Undang Dasar serta posisinya
di dalam penerapan konstitusi di Indonesia. Dalam penyusunannya melibatkan berbagai
pihak, baik dari dalam sekolah maupun luar sekolah. Oleh sebab itu saya mengucapkan
banyak terima kasih atas segala kontribusinya dalam membantu penyusunan makalah ini.
Meski telah disusun secara maksimal, namun penulis sebagai manusia biasa menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karenanya penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca sekalian.
Besar harapan saya makalah ini dapat menjadi sarana membantu masyarakat dalam
memahami sumber hukum tertinggi di Indonesia yakni Pancasila dan UUD 1945.
Demikian apa yang bisa saya sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil manfaat dari
karya ini.
Penulis
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas segala karunia nikmatnya sehingga
makalah pendidikan yang berjudul “Menakar Efektifitas Kurikulum 2013” ini dapat
diselesaikan dengan maksimal, tanpa ada halangan yang berarti. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas akhir mata kuliah Pendidikan Dasar yang diampu oleh Ibu Hj. Asmaul
Husna M.Pd.
Pemilihan tema ini didasari atas keresahan penulis terhadap keputusan pemerintah yang
sering mengganti kurikulum resmi negara. Seringnya pergantian kurikulum ini membuat para
pengajar di lapangan tidak memahami dengan benar konsep dasar kurikulum-kurikulum
tersebut. Semoga dengan adanya makalah pendidikan ini dapat membuka pola fikir penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya tidak lepas dari bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu. Untuk itu kami ucapkan
terima kasih.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini, baik dari
segi EYD, kosa kata, tata bahasa, etika maupun isi. Oleh karenanya penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian untuk kami jadikan
sebagai bahan evaluasi.
Demikian, semoga makalah ini dapat diterima sebagai ide/gagasan yang menambah kekayaan
intelektual bangsa.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang sangat penting di kawasan republik kita.
Besarnya peranan bahasa itu diantaranya bersumber pada ikrar ketiga sumpah pemuda 1928.
Tetapi, di samping itu masih ada beberapa sebab lain mengapa bahasa Indonesia
memperoleh kedudukan terkemuka diantara ratusan bahasa nusantara yang masing-masing
begitu penting bagi penuturnya sebagai bahasa ibu. Bahasa menjadi penting atau tidak
bisa juga didasari patokan seperti jumlah penutur, peranannya dan luas penyebarannya
sebagai sarana seni sastra, ilmu, serta pengungkap budaya.
Apabila kita menerapkan patokan yang pertama, yaitu jumlah penutur, maka bahasa
Indonesia sebagai bahasa ibu, jumlah penuturnya mungkin saja tidak sebanyak bahasa
Sunda, bahasa Sunda, atau bahasa Madura. Namun, jika pada jumlah itu ditambahkan penutur
dwibahasawan yang memfungsikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama atau
bahasa kedua, ia memperoleh peringkat pertama diantara jumlah penutur berbagai bahasa di
Indonesi. Meski demikian, sebaiknya disadari bahwa jumlah penutur asli bahasa Indonesia
semakin lama akan bertambah.
Patokan yang kedua, yaitu luas penyebaran, jelas memposisikan bahasa Indonesia di
baris depan. Sebagai bahasa setempat, bahasa itu dipakai oleh orang di daerah pantai timur
Sumatera, Kepulauan Riau dan Bangka, dan daerah pantai Kalimantan. Sebagai bahasa
kedua, penyebarannya dapat ditemui dari ujung barat sampai ujung timur, begitu juga dari
pucuk utara sampai ke batas selatan Indonesia.
Patokan yang ketiga, yaitu melihat perannya sebagai sarana ilmu, seni sastra, dan
pengungkap budaya, memberikan gambaran bahwa bahasa Indonesia sudah menjadi satu-
satunya sarana bahasa dalam penyampaian ilmu pengetahuan serta media untuk ekspresi
seni sastra dan budaya untuk seluruh warga Indonesia dengan latar belakang budaya yang
berbeda-beda.
Uraian-uraian tadi menunjukkan gambaran betapa pentingnya bahasa Indonesia untuk kita.
Menurut ketiga patokan itu, bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang lebih penting
daripada bahasa-bahasa daerah. Musti dicatat, bahwa kedudukannya yang penting itu
semata-mata bukan karena mutunya sebagai bahasa, bukan karena besar kecilnya jumlah
kosa kata atau keluwesan dalam tata kalimatnya, serta bukan juga karena kemampuan daya
ungkapnya.
Rumusan Masalah
Tujuan
1. Untuk mengetahui dan mempelajari Ragam Bahasa secara jelas
2. Untuk mengetahui jenis-jenis ragam bahasa Indonesia dan maknanya
3. Untuk mengetahui pentingnya mempelajari ragam bahasa Indonesia
4. Untuk mengetahui cara mempelajari ragam bahasa Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Seorangf individu di dalam masyarakat harus mengalami proses sosialisasi agar dia bisa
bersikap dan hidup sesuai dengan norma dan atauran yang belaku dalam masyarakat. Bila tak
bersosialisasi maka masyarakat sulit untuk berlanjut ke generasi berikutnya. Proses sosialisasi
individu di dalam masyarakat merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam
keberlangsungan hidup masyarakat, baik dengan teman sebasa, teman kerja atau keluarga.
Keluarga adalah miniatur wajah peradaban. Baik dan buruknya suatu masyarakat dapat
dilihat dari unsur-unsur keluarga di dalamnya. Jika banyak keretakan yang terjadi dalam
rumah tangga maka akan sangat besar potensi keretakan dan kerusakan dalam peradaban
masyarakat. Kita menjadi heran, akhir-akhir ini semakin sering kita dengar tentang kabar
perceraian. Baik dari kalangan artis sampai warga biasa. Padahal ikatan keluarga adalah
ikatan yang paling kuat di antara ikatan yang lain. Dalam keluarga ada hubungan pernikahan
suami-istri, hubungan orang tua dan anak, yang mana komposisi keluarga tersebut tidak dapat
tergantikan. Bila hubungan yang seperti ini saja masih berantakan, apalagi hanya hubungan
dalam masyarakat. Bisa jadi lebih rentan perpecahan.
Inilah satu dari sekian banyak dampak yang diakibatkan oelah banyaknya manusia yang tidak
memahami arti sebuah keluarga. Bila diartikan secara sederhanya keluarga berati saling
melindungi, saling percaya, saling berbagi rasa, saling menghormati dan sling menguatkan
ikatan. Oleh sebab itu di dalam makalah ini diulas secara tuntas materi yang berhubungan
dengan keluarga, seperti konsep dasar keluarga, persiapan dalam pernikahan, cara
menghadapi dinamika permasalahan dalam keluarga, serta menejemen keuangan yang baik
dalam keluarga.
PEMBAHASAN
Insektisida adalah suatu macam dalam lingkup pestisida di samping yang lainnya. Definisi
umum dari pestida adalah pembunuh hama, berasal dari kata pest yang berarti hama, dan sida
berasal dari kata ceado yang berarti pembunuh atau racun. Macam-macam pestida antara
lain : Insektisida, Fungisida, Rodentisida, Herbisida, Nematisida, Bakterisida, Virusida,
Acorisida, Mitisida, Lamprisida dan lain-lain. Menurut Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun
1973 batasannya adalah sebagai berikut :
1. Memberantas atau mencegah hama penyakit yang merusak tanaman, bagian tanaman
atau hasil-hasil pertanian.
2. Memberantas gulma.
3. Memetaikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan.
4. Mengatur/merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian tanaman (tidak merusak
pupuk).
5. Memberantas atau mencegah hama luar pada hewan peliharaan/ternak.
6. Memberantas atau mencegah binatang dan jasad renik dalam rumah tangga.
7. Memberantas atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada
manusia atau binatang.
Syarat-syarat pestisida untuk dijadikan percobaan harus mencakup formula serta percobaan
crop (pada tanaman). Untuk mengetahui efisien dari insektisida tersebut, haruslah
memeperhatikan unsur-unsur sebagai berikut :
1. Daya bunuhnya
2. Penggunaan yang mudah
3. Daya tahan terhadap iklim
4. Berbahaya atau tidaknya terhadap manusia dan hewan-hewan peliharaan
5. Berbahaya atau tidaknya terhadap predator
6. Penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan
Tentang insektisida ini, kita mengenal pula adanya insektisida organik dan inseksida sintesis.
Yang dimaksud dengan insektisida organis yaitu yanng berasal dari tanaman, misal : akar
tuba, nikotin, dan lain-lain. Dan yang dimakasud dengan insektisida sintetis adalah yang
dibuat, seperti : air raksa, timah, arsenat dan lain-lain.
Inektisida organik atau dengan kata lain insektisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau
majemuk yang berasal dari tumbuhan yang datpat digunakan untuk mengendalikan
organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Pestisida nabati ini dapat berfungsi sebagai
penolak, penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh dan bentuk lainnya (Anonymous,
2002).
Secara umum insektisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal
dari tumbuhan yang relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas.
Oleh karen terbuat dari bahan alami atau nabati maka jenis pestisida ini bersifat mudah
terurai (bio-degradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan, dan relatif aman bagi
manusia dan ternak peliharaan karena residu mudah hilang (Anonymous, 2002).
Insektisida adalah suatu macam dalam lingkup pestisida di samping yang lainnya. Definisi
umum dari pestida adalah pembunuh hama, berasal dari kata pest yang berarti hama, dan sida
berasal dari kata ceado yang berarti pembunuh atau racun. Macam-macam pestida antara
lain : Insektisida, Fungisida, Rodentisida, Herbisida, Nematisida, Bakterisida, Virusida,
Acorisida, Mitisida, Lamprisida dan lain-lain. Menurut Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun
1973 batasannya adalah sebagai berikut :
1. Memberantas atau mencegah hama penyakit yang merusak tanaman, bagian tanaman
atau hasil-hasil pertanian.
2. Memberantas gulma.
3. Memetaikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak diinginkan.
4. Mengatur/merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian tanaman (tidak merusak
pupuk).
5. Memberantas atau mencegah hama luar pada hewan peliharaan/ternak.
6. Memberantas atau mencegah binatang dan jasad renik dalam rumah tangga.
7. Memberantas atau mencegah binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada
manusia atau binatang.
Syarat-syarat pestisida untuk dijadikan percobaan harus mencakup formula serta percobaan
crop (pada tanaman). Untuk mengetahui efisien dari insektisida tersebut, haruslah
memeperhatikan unsur-unsur sebagai berikut :
1. Daya bunuhnya
2. Penggunaan yang mudah
3. Daya tahan terhadap iklim
4. Berbahaya atau tidaknya terhadap manusia dan hewan-hewan peliharaan
5. Berbahaya atau tidaknya terhadap predator
6. Penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan
Tentang insektisida ini, kita mengenal pula adanya insektisida organik dan inseksida sintesis.
Yang dimaksud dengan insektisida organis yaitu yanng berasal dari tanaman, misal : akar
tuba, nikotin, dan lain-lain. Dan yang dimakasud dengan insektisida sintetis adalah yang
dibuat, seperti : air raksa, timah, arsenat dan lain-lain.
Inektisida organik atau dengan kata lain insektisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau
majemuk yang berasal dari tumbuhan yang datpat digunakan untuk mengendalikan
organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Pestisida nabati ini dapat berfungsi sebagai
penolak, penarik, antifertilitas (pemandul), pembunuh dan bentuk lainnya (Anonymous,
2002).
Secara umum insektisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal
dari tumbuhan yang relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan yang terbatas.
Oleh karen terbuat dari bahan alami atau nabati maka jenis pestisida ini bersifat mudah
terurai (bio-degradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan, dan relatif aman bagi
manusia dan ternak peliharaan karena residu mudah hilang (Anonymous, 2002).
Pada bab penutup ini berisi kesimpulan besar dari seluruh pembahasan teori dan data dalam
makalah. Kesimpulan bisa jadi sesuai dengan hipotesa awal namun bisa juga hasilnya
berbeda. Tapi yang jelas kesimputan harus mengandung jawaban atas tujuan yang dituliskan
dalam bab 1.
Penutup biasanya juga berisi saran dari penulis. Sekaligus disampaikan apakah hal penelitian
itu cukup memuaskan atau masih perlu dilakukan penelitian lanjutan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, maka dapa diketahui bahwa LFER merupakan korelasi linear antara
logaritma dari suatu laju konstan atau konstanta kesetimbangan untuk satu seri reaksi dan
logaritma dari laju konstan atau konstanta kesetimbangan untuk reaksi yang terkait.
Hubungan ini juga di sebut dengan hubungan energi linear Gibbs. Persamaan hammet adalah
salah satu persamaan yang mengikuti LFER ini. Pada persamaan hammet dinyatakan adanya
hubungan kuantitatif untuk menghitung pengaruh substituen terhadap reaktivitas molekul,
yang di nyatakan dalam rumus:
σ = tetapan substituen,
ρ = tetapan reaksi.
Bila dilihat dari persamaan diatas, yang paling berpengaruh dalam persamaan hammet adalah
tetapan subtituen (σ) dan tetapan reaksi (ρ). Tetapan substituen merupakan harga log k x/kH, ini
berarti bahwa jika σx berharga positif memerikan penjelasan bahwa harga K x lebih besar dari
pada harga Ko atau dapat dinyatakan bahwa keberadaan gugus x akan memberikan
kemudahan terhadap terjadinya reaksi, sedangakan besarnya ρ dapat dianggap sebaaii ukuran
perubahan dalam kerapatan muatan pada pusat reaksi selama pembentukan keadaan reaksi.
Untuk mengakomodasi efek konjugasi-lewatan yang disebabkan oleh gugus pemberi electron
yang terikat pada posisi para terhadap pusat reaksi, maka didefinisikan tetapan substituent
baru, yaitu σp+. dengan demikian, tersedia dua tetapan substituent untuk gugus yang berposisi
para terhadap pusat reaksi, yaitu σp dan σp+ untuk gugus pemberi electron σp dan σp– untuk
gugus penarik electron yang penggunaannya bergantung pada ada dan tidaknya efek
konjugasi-lewatan dalam tahap penentu laju reaksi.
Terdapat suatu persamaan Hubungan energi bebas linear dalam kimia organik fisik dimana
merupakan versi modifikasi dari persamaan Hammett yang menyumbang efek resonansi
ditingkatkan dalam reaksi elektrofilik para dan meta tersubstitusi pada senyawa organik.
Persamaan ini memberikan ukuran tingkat stabilisasi resonansi untuk struktur reaktif yang
membangun muatan (positif atau negatif) dalam keadaan transisi.
Adapun fungsi dari persamaan Hammet dapat dilihat dari sudut pandang berikut :
3.2 Saran
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Bahwa perbedaan yang paling mendasar antara Prinsif konvensional dan prinsif Syariah
dalam penerapan hukum perbankkan, terletak pada penetuaan “Sesuatu hal yang
diperjanjikan” dan“Sebab Yang Halal” dalam merumuskan suatu klausul perjanjian untuk
melakukan trnasksi Sipan-Pinjam. sehingga pada prakteknya perbankan Prinsif syariah sering
menggunakan cara-cara prinsif konvensional dalam menjalankan Usahanya.
Bahwa menurut Hemat Kami, hitungan keuntungan Bank lebih besar dengan bagi hasil
dalam prinsif Syariah ketimbang dengan sistim bunga pada prinsif Konvensional. Sehingga
hal ini yang mendorong para pelaku usaha terus mempertahankan Bank yang menganut
prinsif Syariah ini.bahwa kepastian hukum dan Resiko sangat rentan dalam Bank yang
menganut prinsif Syariah, ketimbang Bank yang menganut Prinsif Konvensional, hal ini
disebabka dalam perumusan-perumusan Akadnya tidak mengandung Jaminan yang kuat bagi
pihak Bank dan Nasabahnya. Bahwa Tidak disebutkkan secara Spesifik Lebaga Negara atau
lembaga Bantu Negara yang menentukan Sebab Halal dan Haram dalam ketentuan Prinsif
Syariah, membuat Mengundang Interpretasi yang Rancu Legitimasi Hukum yang digunakan
Bahwa pada Undang-undang Nomor 21 tahun 2008 tentang perbankkan syariah masih
banyak kekurangan dan kejanggalan, maka perlu ada perubahan untuk menjamin
kenyamanan Masyarakat dan Pengelola Bank dalam menjalankan Sistim perbankkan yang
menganut prinsif syariah.
1. PENUTUP
Demikianlah isi makalah kami, atas kekurangan dan kesalahan kami dalam penulisana
makalah ini, kami mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya. Atas keritik teman-
teman dan dosen pembimbing mata kuliah perbandingan hukum kami ucapkan termakasi.
DAFTAR PUSTAKA
E.Brady, James. Kimia Universitas Asas dan Struktur,jilid 2, Tangerang. Binapura Aksara
Petrucci, Ralph H. 1985 . Kimia Dasar : Prinsip Dan Terapan Modern. Jakarta: Erlangga.
Van Arkel, A.E., and de Boer, J.H.1925. Preparation of Pure Titanium, Zirkonium, Hafnium,
and Thorium Methal : Zeitschrift fur Anorganishe und Allgemeine Chemie, v. 148, p. 345-
350.
9. Pour point II = 75 °F