Anda di halaman 1dari 29

KONTEKS KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI

Dosen Pengampu: Muhammad Basyir,SE.,M.M

Disusun Oleh Kelompok 3 :

Fediansyah Putra 1901103010142


Annisa Imana Mayrazaka 1901103010094
Rika Marlisa 1901103010017

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur kita panjatkan kepada Yang Kuasa Allah Swt.
yang telah memberikan kekuatan dan petunjuk bagi kami semua untuk
menyelesaikan makalah ini. Karena sesungguhnya tanpa pertolongan serta izin
dari-Nya kami tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
berjalan lancar. Tak lupa shalawat serta salam disanjung sajikan kepada pangkuan
Nabi besar Muhammad Saw yang telah membawa kita dari alam jahiliyyah
menuju alam islamiah seperti yang kita rasakan sekarang ini. Dan kami juga
mengucapkan terima kasih kepada “Muhammad Basyir, SE.,M.M” selaku dosen
pembimbing mata kuliah yang telah mengarahkan sehingga mempermudah dalam
penyelesaian makalah ini.
Tugas makalah ini telah diselesaikan berdasarkan kemampuan kami
dengan menyesuaikan materi yang kami dapat selama proses pembelajaran mata
kuliah Budgeting yang telah berlangsung.
Adapun makalah ini masih memiliki kekurangan. Maka kami
mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun untuk melengkapi
segala kekurangan dan kesalahan dari makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat untuk kami dan saudara/i sekalian.

Banda Aceh, 6 Maret 2022

Penulis
Daftar Isi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kegiatan komunikasi selalu terjadi dalam kehidupan sehari-hari, sejak


bangun tidur hingga berangkat tidur lagi. Ini berarti tidak ada aktifitas tanpa
komunikasi secara langsung maupun tidak langsung, verbal mau- pun
nonverbal, begitu juga dengan organisasi. Organisasi menempatkan komunikasi
sebagai salah satu unsur administrasi, padahal fungsi komu- nikasi dalam
organisasi jauh lebih dari itu dan mempunyai banyak sekali manfaat yang dapat
dicapai, dengan demikian sangatlah jelas bahwa dengan kegiatan “komunikasi”
sangat penting dalam kehidupan beror- ganisasi, sebelum kita uraikan teknik-
teknik komunikasi, coba kita lihat peran komunikasi dalam organisasi sebagai
berikut :

1. komunikasi dalam perusahaan sebagai titik sentral

2. Dalam setiap proses komunikasi, hubungan kemanusiaan merupa- kan


proses yang menyangkut kepribadian, sikap dan tingkah

laku yang terjadi pada orang-orang yang terlibat

3. Organisasi melaksanakan komuni- kasi persuasif dua arah disemua


bidang kegiatan dengan maksud memberikan motivasi kerja, ber-
tanggung jawab dan produktif

4. Atas dasar pengertian tersebut terlihat bahwa komunikasi timbal balik


dalam suatu organisasi meru- pakan proses integrasi antar manusia yang
brersifat manusiawi yang menuju perasaan lahir batin.

Komunikasi dalam suatu orga- nisasi selalu merupakan komunikasi


timbal balik, demi kepentingan semua pihak.
Dalam berkomunikasi kita menciptakan persamaan pengertian, ide,
pemikiran, dan sikap tingkah laku kita terhadap orang lain. Jadi komu-
nikator dan komunikan mempunyai kesamaan dan kesepakatan pesan
sehingga menimbulkan suatu penger- tian. Dalam proses komunikasi meli-
batkan beberapa komponen yaitu:

1. Komunikator (sumber)

2. Pesan

3. Saluran

4. Komunikan (organisasi/publik)

5. Efek

Komponen-komponen terse- but sama penting meskipun bisa salah


satu akan mendapat tekanan pada situasi tertentu, komponen ini berperan
sebagai suatu proses komu- nikasi yang sederhana dapat dilihat pada
gambar dibawah ini :

Source Encoder Signal Decoder


Destination

Gambar
1 Model
Schram
m

siapa apa dengan kepada pengaruhny


apa siapa a apa

sumber pesan saluran penerima bagaimana


apa pesan
Gamb
ar 2
Model
Laswe
ll

Beberapa faktor yang yang perlu diperhatikan di dalam proses


komunikasi menurut K. Anderson, 1978, adalah sebagai berikut :
1. Faktor sumber dan penerima pesan
a. Pengetahuan, gagasan, pikiran dan pengalaman
b. Sikap, keyakinan dan tujuan
c. Kebutuhan, keinginan dan nilai-nilai
d. Kepentingan
e. Keanggotaan dan peranan dalam kelompok
f. Kecakapan berkomunikasi
g. Persepsi terhadap unsur-unsur lain
2. Faktor saluran
a. Karakteristik saluran atau media yang digunakan
b. Seberapa besar jumlah publiknya

3. Faktor pesan
a. gagasan dan isi pesan
b. Susunan pesan
c. Bahasa dan gaya
d. Cara penyampaian: lisan, tertulis, dan lain-lain

BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep dasar komunikasi organisasi

Pemahaman terhadap komunikasi organisasi tidak dapat dilepaskan dari


kaitannya dengan berbagai aspek lainnya dari perilaku organisasi secara
keseluruhan, maupun bila dilihat secara lebih luas lagi yaitu dalam kaitannya
dengan pengkajian antar disiplin ilmu, khusunya ilmu komunikasi dan ilmu
adminsitrasi/manejemen. Perilaku organisasi bertalian dengan bagaimana dan
mengapa orang-orang bertindak, berpikir, dan merasa dalam suatu seting
organisasi (Sweeney & McFarlin, 2002: 4). Dalam kesempatan kali ini kita
akan lebih memfokuskan kajian terhadap komunikasi organisasi sebagai salah
satu aspek perilaku organisasi. Untuk dapat memahami komunikasi organisasi,
pertama-tama kita dapat merujuk kepada berbagai pengertian organisasi dan
komunikasi yang akan dipaparkan dalam bagian berikut.

A. 1 Organisasi

Salah satu hal penting dalam memahami komunikasi organisasi adalah


bahwa kita seyogianya memahami pendekatan- pendekatan yang
mempengaruhi cara berpikir atau cara pandang terhadap organisasi. Organisasi
menurut Robbins (2001:4) diartikan sebagai suatu unit (satuan) sosial yang
dikoordinasikan dengan sadar, yang terdiri dari dua orang atau lebih, yang
berfungsi atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan
atau serangkaian tujuan bersama.

Pace & Faules (2001: 11) mengemukakan bahwa terdapat dua pendekatan
dalam memahami organisasi, pendekatan objektif dan pendekatan subjektif.
Makna “objektif” dalam konteks ini merujuk kepada pandangan bahwa objek-
objek, perilaku-perilaku, dan peristiwa-peristiwa eksis di dunia nyata dan
terlepas dari pengamatnya, sedangkan “subjektif” menunjukkan bahwa relalitas
itu sendiri adalah konstruksi sosial, realitas sebagai suatu proses kreatif yang
memungkinkan orang menciptakan apa yang ada “di luar sana”.

Menurut pendekatan objektif, organisasi merupakan sesuatu yang bersifat


fisik dan kongkret, dan merupakan sebuah struktur dengan batas-batas yang
pasti, sesuatu yang stabil. Istilah “organisasi” mengisyaratkan bahwa sesuatu
yang nyata merangkum orang-orang, hubungan-hubungan, dan tujuan-tujuan.
Pendekatan subjektif memandang organisasi sebagai kegiatan yang dilakukan
orang-orang, terdiri dari tindakan-tindakan, interaksi, dan transaksi yang
melibatkan orang-orang. Organisasi diciptakan dan dipupuk melalui kontak-
kontak yang terus menerus berubah yang dilakukan orang-orang antara yang
satu dengan lainnya dan tidak eksis secara terpisah dari orang-orang yang
perilakunya membentuk organisasi tersebut.

Jadi berdasarkan pendekatan objektif, organisasi berarti struktur;


sedangkan berdasarkan pandangan subjektif, organisasi berarti proses
(mengorganisasikan perilaku). Implikasinya, menurut pendekatan objektif,
mempelajari organisasi adalah mempelajari keseluruhan, bagaimana organisasi
dapat beradaptasi dengan cara terbaik terhadap lingkungan untuk
mengembangkan diri dan berlangsung hidup, sedangkan menurut pendekatan
subjektif pengetahuan mengenai organisasi diperoleh dengan melihat perilaku-
perilaku dan apa makna perilaku-perilaku itu bagi mereka yang melakukannya,
struktur diakui tapi tekanannya pada perilaku manusia dalam arti tidak
independen dari tindakan-tindakan manusia. Kedua pendekatan tersebut, baik
objektif maupun subjektif tidak hanya mempengaruhi cara pandang terhadap
komunikasi organisasi, tapi juga dalam memahami aspek-aspek lainnya yang
terkait dengan perilaku organisasi.

A. 2 Komunikasi

Istilah komunikasi mengandung makna bersama-sama (common,


commoness: Inggris), berasal dari bahasa latin, communicatio yang berarti
pemberitahuan, pemberian bagian (dalam sesuatu), pertukaran, dimana si
pembicara mengharapkan pertimbangan atau jawaban dari pendengarnya. Kata
sifatnya adalah communis, yang artinya bersifat umum atau bersama- sama.
Kata kerjanya, adalah communicare, artinya berdialog, berunding atau
bermusyawarah (Arifin, 1998; 19). Komunikasi merupakan proses yang secara
umum digunakan manusia dalam melakukan interaksi sosialnya.

Pada dasarnya komunikasi memiliki pengertian yang begitu luas, baik


sebagai suatu ilmu yang tersendiri maupun sebagai suatu proses. Terdapat
beberapa definisi mengenai komunikasi, Carl I. Hovland mengemukakannya
sebagai berikut, the process by which an individual/communicator transmits
stimuli (usually verbal symbols) to modify the behaviour of other
individuals/communicatees (komunikasi adalah proses dimana
seseorang/komunikator menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya
lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk mengubah tingkah laku
orang lain/komunikan) (Effendy, 1993; 24). Kemudian Melvin L. DeFleur
(1988, 535) menyatakan komunikasi sebagai, the achievement of very similar
(paralel) meanings in the person initiating a message and those receiving it.
Sementara itu, Shimp (1993; 8) menyatakan bahwa, Communiation can be
thought of the process of establishing a commonness or oneness of thought
between a sender and receiver

(Komunikasi adalah proses untuk menciptakan atau menimbulkan kesamaan


pemikiran antara yang memberikan tanda dengan yang menerima tanda). Definisi
Shimp lebih menekankan pada proses komunikasi yang bertujuan pada
terciptanya suatu persamaan pemikiran atau pendapat pada interaksi yang terjadi.

Pace & Faules (2001: 28) mengemukakan bahwa komunikasi dapat


dibedakan dengan semua perilaku manusia dan organisasi lainnya karena ia
melibatkan proses mental memahami orang, objek, dan peristiwa. Dua bentuk
umum tindakan yang merupakan komunikasi menekankan pada: 1) penciptaan
pesan atau, lebih tepatnya, penciptaan pertunjukkan (display) dan 2) penafsiran
pesan atau penafsiran pertunjukan.

Harold D. Lasswell menjelaskan komunikasi sebagai jawaban atas


pertanyaan-pertanyaan: Who, Say what, In which channel, To whom, With what
effect? Kalimat ini kemudian dikenal sebagai formula Lasswell (Effendy, 1993;
256). Dari apa yang dikemukakan Laswell tersebut pada intinya mencakup
unsur-unsur dari komunikasi, yaitu adanya; komunikator, pesan yang
disampaikan, media yang digunakan, komunikan/audiens, dan efek. Secara
sederhana dapatlah diartikan bahwa komunikasi merupakan kegiatan
penyampaian pesan dengan tujuan menyamakan makna dari seseorang/lembaga
(komunikator) kepada orang lain/audiens (komunikan).

Ditinjau dari bentuknya, komunikasi meliputi: a. komunikasi persona:


intrapersona, anterpersona, b. komunikasi kelompok: small group, large group,
c. komunikasi massa, d. komunikasi medio. Kemudian dilihat sifatnya,
komunikasi meliputi: a. tatap muka, b. bermedia, c. verbal: lisan, tulisan, d.
nonverbal: kial/gestural, bergambar/pictorial. Dilihat dari tekniknya, komunikasi
meliputi: informatif, persuasif, koersif/instruktif, human relations. Dari tujuan
komunikasi: attitude change, opinion change, behavior change, social change.
Dari fungsi komunikasi: to inform, to educate, to entertain, to influence.

B. Uraian dimensi komunikasi organisasi

Secara sepintas pengertian komunikasi organisasi telah disinggung pada


bagian konsep dasar makalah ini, dan untuk melihat lebih jauh hal-hal yang
berkaitan dengan komunikasi organisasi, penyusun mencoba memaparkan
sebagai berikut. Katz dan Kahn (1965:223) mengatakan bahwa komunikasi
organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti
dalam suatu organisasi. Menurut Katz dan Kahn, organisasi adalah sebagai
suatu sistem terbuka yang menerima energi dari lingkungannya dan mengubah
energi ini menjadi produk atau servis kepada lingkungan.

Goldhaber dalam Arni Muhammad (2001:66) memberikan definisi


komunikasi organisasi sebagai proses menciptakan dan saling menukar pesan
dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk
mengatasi lingkungan tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. Greebaunm
dalam Arni (2001:67) mengatakan bahwa bidang komunikasi organisasi
termasuk arus komunikasi formal dan informal dalam organisasi. Ia
membedakan komunikasi internal dengan eksternal dan memandang peranan
komunikasi terutama sekali sebagai koordinasi pribadi dan tujuan organisasi dan
masalah menggiatkan aktivitas.

Pace & Faules (2001:31) mengatakan bahwa komunikasi organisasi dapat


didefinisikan sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan di antara unit-unit
komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu
organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis
antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Gambar
2 melukiskan konsep suatu sistem komunikasi organisasi. Garis yang terputus-
putus melukiskan gagasan bahwa hubungan-hubungan ditentukan alih-alih
bersifat alami, hubungan-hubungan itu juga menunjukkan bahwa struktur suatu
organisasi bersifat luwes dan mungkin berubah sebagai respons terhadap
kekuatan-kekuatan lingkungan yang internal juga eksternal. Meskipun
demikian, hubungan antara jabatan-jabatan berubah secara resmi hanya
berdasarkan pernyataan pejabat-pejabat organisasi.

Pengertian-pengertian komunikasi organisasi yang diuraikan diatas


merupakan pandangan “objektif” atas organisasi yang menekankan pada
“struktur”, dan struktur ini merupakan salah satu tempat mengalirnya informasi
dalam organisasi disamping adanya hubungan pribadi dan selentingan.

Organisasi adalah komposisi sejumlah orang yang menduduki posisi atau


peranan tertentu. Peranan individu dalam sistem komunikasi ditentukan oleh
hubungan struktur antara satu individu dengan individu yang lainnya dalam
organisasi.

Secara umum, komunikasi organisasi dapat dibedakan atas komunikasi


formal dan komunikasi informal. Komunikasi formal salurannya ditentukan
oleh struktur yang telah direncanakan yang tidak dapat dipungkiri oleh
organisasi. Sedangkan komunikasi informal tidaklah direncanakan dan biasanya
tidaklah mengikuti struktur formal organisasi, tetapi timbul dari interaksi sosial
yang wajar di antara anggota organisasi. Yang termasuk komunikasi informal
ini adalah berita-berita dari mulut ke mulut mengenai diri seseorang, pimpinan,
maupun mengenai organisasi yang biasanya bersifat rahasia.

C. Pengertian Konseptual Komunikasi dalam Organisasi

Secara sederhana disebut, jika ada dua orang atau lebih dalam organisasi
dengan sendirinya akan berlangsung komunikasi. Organisasi merupakan
“wadah kegiatan” orang- orang yang melakukan berbagai tugas untuk
mencapai tujuan bersama (common goals). Mereka bekerja dalam struktur
hubungan yang dibatasi oleh peran tugasnya. Dinamika perilaku yang
ditampilkannya diisi oleh posisi “tawar menawar” antara “needed
accomplishment" dan “lask accomplishment” yang mewarnai produktivitas
kelompok maupun perorangan (Satoro, 2002- 2003:1). Sedangkan Daryanto
(1996:3), mengungkapkan bahwa: “Organisasi adalah sistem kerjasama
antara dua orang atau lebih yang secara sadar dimaksudkan untuk mencapai
tujuan”.
Dari pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa setiap kelompok orang yang
bekerja-sama akan terjadi suatu komunikasi atau hubungan sesuai dengan tugas
yang diembannya, sehingga menam- pilkan perilaku yang mendorong timbulnya
kesadaran dalam berkomunikasi untuk mencapai tujuan organi-sasi yang telah
ditentukan.

Myers & Myers (1987: 21) menekankan bahwa komunikasi itu penting dan
merupakan sentral dari kehidupan organisasi, tetapi menganggapnya hanya
sebagai salah satu dari sejumlah proses yang berlangsung dalam organisasi.
Berbagai pandangan kaum ilmuwan dalam bidang komunikasi menganggap
komunikasi sebagai kekuatan dominan dalam kehidupan organisasi. Karena itu
komunikasi merupakan inti organisasi, tanpa komunikasi tidak akan terdapat
akativitas organisasi.

Berdasarkan uraian di atas, untuk memberikan batasan terhadap apa yang


dimaksud dengan komunikasi, berikut dipaparkan beberapa definisi untuk
melihat keanekaragaman pernyatan- pernyataan yang dilihat dari sudut pandang
yang bebeda. Hal ini berguna untuk menarik pengertian yang umum dari
komunikasi.

1. Sutisna (1989:226), “Komunikasi ialah proses menyalurkan informasi,

ide, penjelasan, perasaan, pertanyaan dari orang ke orang atau dari


kelompok ke kelompok”.

2. Handoko (1997:272), “Komunikasi adalah proses pemindahan


pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke
orang lain. Pemindahan pengertian tersebut tidak sekedar kata-kata
yang digunakan dalam percakapan tetapi juga ekspresi wajah, intonasi
dan sebagainya”.

3. Hellrigel dan Slocum (dalam Djatmiko. 2002:56), “Komunikasi adalah


proses di mana fungsi-fungsi manajemen, merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan dilaksanakan”.

Lewis dalam Hoy & Miskel (1987), “Communication meand starring messages,
ideas, or attitudes that produce a degree of understanding between a sender and
receiver.

1. (Komunikasi diartikan pemberian pesan, ide atau sikap yang dihasilkan


adanya suatu persetujuan atau saling pengertian antara si pengirim dan si
penerima).

2. Rogers (1976), “We define communication as the process by which an idea is


transferredfrom a source to a receiver with the intention of changing his or
her behavior". (Komunikasi didefinisikan sebagai proses yang di dalamnya
suatu gagasan yang disampaikan dari sumber ke penerima dengan tujuan
merubah perilakunya).

Keith Davis (1979:372), “Communication is defined as the process of


passing information and understanding from one person to another".
(Komunikasi adalah sebagai proses penyampaian informasi dan pengertian
dari orang yang satu kepada orang lain).

Berdasarkan pengertian komunikasi yang dipaparkan di atas, maka


dapat diambil suatu kesimpulan bahwa komunikasi merupakan pertu- karan
pesan antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk merubah
perilaku individu. Si pengirim pesan dapat berupa seorang individu,
kelompok, atau organisasi. Begitu juga halnya dengan si penerima pesan
dapat berupa seorang anggota organisasi, seorang kepala bagian, pimpinan,
kelompok orang dalam organisasi, atau secara keseluruhan.

D. Komunikasi dalam organisasi

Dalam suatu organisasi sangat dibu- tuhkan adanya komunikasi organisasi


yang mampu mengembangkan sikap anggota untuk merubah pola pikir dan pola
perilaku- nya sehingga sejalan dengan apa yang men- jadi tujuan dari organisasi
tersebut. Redding dan Sanborn dalam Arni Muhammad (2005;65)
mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerima- an
informasi dalam organisasi yang kom- pleks. Sedangkan Zelko dan Dance (Arni
Muhammad, 2005; 66) mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu
sistem yang saling bergantung yang mencakup komunikasi internal dan
komunikasi eks- ternal. Catrin Johansson menyatakan a wide definition of
organizational communication is used, including internal, external, informal
and formal communication with processes ranging from intraindividual to mass
mediated communication (2007,93).

Pengertian-pengertian komunikasi organisasi itu menunjukkan bahwa


dalam organisasi ada :

a. komunikasi internal dan eksternal, di mana komunikasi internal menunjuk


pada komunikasi yang terjadi dalam organisasi itu sendiri dan komunikasi
eksternal yang menunjuk pada komu-nikasi antara organisasi dengan ling-
kungan luarnya

b. dalam komunikasi organisasi itu ada aliran pesan yang mengarah pada
tuju- an organisasi itu dengan media yang di- gunakan dalam
penyampaian pesan tersebut

c. komunikasi organisasi akan mempe- ngaruhi perilaku anggota-anggotanya.

Oleh karena itu setiap organisasi tidak dapat meninggalkan komunikasi


organisasi, dengan komunikasi organisasi semua ele- men dalam organisasi
terintegrasi ke dalam di mana integrasi ini akan memperkuat or- ganisasi untuk
menjaga keberlangsungan dalam mencapai tujuan. Komunikasi orga- nisasi
bukan hanya sekadar alat untuk men- capai tujuan, tetapi lebih dari itu,
komuni- kasi organisasi merupakan suatu proses yang memunculkan adanya
suatu makna yang dipahami secara bersama dan menjadi pola pikir dan pola
perilaku yang sama dari anggota organisasi tersebut. Tanpa adanya pemaknaan
akan tujuan organisasi, maka tujuan organisasi hanya merupakan slogan yang
tidak berarti sama sekali.

Iklim organisasi dapat terlihat dari hu- bungan antara pengurus organisasi
dengan anggota-anggota. Hubungan yang akrab akan menumbuhkan adanya
saling keter- bukaan dalam menghadapi situasi sulit yang dialami oleh suatu
organisasi. Dengan keter- bukaan dalam melibatkan anggota dan di- dukung
oleh iklim organisasi yang hangat, partisipasi anggota untuk terlibat dalam ma-
salah-masalah yang dihadapi organisasi sa- ngat dimungkinkan. Keterlibatan
anggota dalam pemecahan masalah organisasi akan memudahkan pengurus
untuk mengkoor- dinasikan strategi-strategi untuk mencapai tujuan organisasi
yang telah disepakati.

Dalam komunikasi organisasi dikenal pula adanya komunikasi internal dan


ko- munikasi eksternal. Adapun yang dimaksud dengan komunikasi internal
adalah komu- nikasi yang terjadi dalam organisasi itu,

misalnya komunikasi antara pengurus dan anggota. Sedangkan komunikasi


eksternal adalah komunikasi yang terjadi dengan organisasi lain, atau dengan
lingkungannya. Hal ini dikemukakan oleh Eunju Rho: “According to the
direction of information flow, communication has been trichotomized into
downward, upward, and horizontal directions, which depens upon who
initiated the communication and who received it. The boss- subordinate
transaction through downward or upward communication is probably the most
common communicative situation within a work organization.” Selanjutnya
dikatakan bahwa : “downward communication means the flow of information
from superiors to subordi- nates and it is a domuinant channel in accor- dance
with formal communication networks” Katz dan Kahn, 1966 (dalam Eunju Rho,
2009) mengidentifikasi “five types of down- ward communication, including job
instruc- tion, job rationale, procedures and practices, feedback and
indoctrination of goals.”
Garnett,1992 (dalam Eunju Rho,2009) menyatakan: ”The second type of
communi- cation within an organization is upward communication, which
flows from subordinates to superiors. Upward communication is a chan- nel to
know “how work is processing, what pro- blems and opportunities subordinates
see, what ideas subordinates have for improving perfor- mance, what
intelligence subordinates gather about what clients and other organization are
doing and what subordinates feel about the agency, their superior, and their
jobs.” Sedang- kan komunikasi horizontal dikemukakan oleh Miller (1999)
sebagai berikut: ”Horizon- tal communication indicates the lateral ex- change of
information, which flows in accor- dance with the functional principle among
people on the same level within an organiza- tion. Upward and horizontal
communication are emphasized for employee satisfaction” (dalam Eunju
Rho, 2009).

Arah dan aliran komunikasi dalam orga- nisasi, seringkali juga disebut
dengan jaringan komunikasi dalam organisasi me- nunjukkan adanya adanya
aliran informasi, bagaimana informasi itu disampaikan. Dalam hal ini ada 2
(dua) bentuk komuni- kasi yaitu komunikasi ke bawah dan komu- nikasi ke atas.

a. komunikasi ke bawah

Komunikasi ke bawah sangat dibu- tuhkan oleh pengurus di tingkat


bawah dalam melaksanakan kegiatan organi- sasi. Pola penyebaran
informasi mem- bawa resiko terjadinya distorsi pesan, sehingga pesan
yang disampaikan ke anggota menjadi kabur atau tidak dapat ditangkap
maknanya secara jelas. Ini disebabkan karena :

- pengirim berita/pesan

Pengirim pesan mengirimkan pesannya secara garis besar, sehing-


ga perlu adanya penafsiran kembali tentang isi pesan yang
disampaikan oleh penerima pesan.
- penerima berita/pesan

Penerima pesan yang takut akan terjadinya kesalahan atau


keterbata- san kemampuan dalam menginter- pretasikan pesan yang
diterima, akan meneruskan pesan yang di- terimanya sebagaimana
adanya, dan pengurus di tingkat bawahnya yang diminta untuk
menginterpretasikan isi pesan.

b. komunikasi ke atas.

Komunikasi dari bawahan kepada atasan sebenarnya sangat penting


bagi kelangsungan hidup organisasi, karena atasan akan mempunyai data
yang da- pat dipakai untuk membuat kebijakan- kebijakan baru bagi
organisasi. Pada ke- nyataannya komunikasi dari bawahan kepada atasan
atau komunikasi ke atas sangat sulit dilakukan karena :

- dari pihak atasan

Atasan jarang sekali menerima keluhan-keluhan dari bawahan,


karena apa yang sudah diputuskan

dalam rapat pengurus menjadi sua- tu pedoman yang baku bagi organi-
sasi dan harus dilaksanakan apa adanya. Sehingga keluhan dari ba-
wahan tidak berguna bagi atasan dalam pengembangan organisasi.

- dari pihak bawahan

Bawahan dalam menjalankan kegiatan organisasi sudah menda- patkan


petunjuk dari atasannya. Se- dangkan petunjuk yang diberikan hanya
suatu garis besar secara umum dan tidak mendetail, sehingga perlu adanya
penyesuaian-penyesuaian di lapangan. Bawahan yang selalu me-
nanyakan tugas yang belum jelas di- ketahui akan dinilai sebagai orang
bodoh yang selalu bertanya. Keeng- ganan dinilai sebagai orang bodoh ini
menyebabkan komunikasi ke atas sulit dilakukan.

E. Proses Komunikasi dalam Organisasi

Istilah proses dalam komunikasi pada dasarnya menjelaskan tentang


bagaimana komunikasi itu berlangsung melalui berbagai tahapan yang
dilakukan secara terus menerus, berubah-ubah, dan tidak ada henti-hentinya
dalam rangka penyampaian pesan. Proses komunikasi merupakan proses yang
timbal balik karena antara si pengirim dan si penerima pesan saling
mempengaruhi satu sama lainnya. Dengan demikian akan terjadinya
perubahan tingkah laku di dalam diri individu, baik pada aspek kognitif,
afektif, atau psikomotor.

Melalui proses komunikasi akan dapat ditentukan keputusan apa yang akan
dilakukan oleh setiap individu atau kelompok tentang bagaimana menentukan
langkah atau hasil yang akan diperoleh ke depan, karena dengan komunikasi
akan dapat dijadikan pedoman dalam menentukan apakah kerjasama dapat
dilanjutkan atau tidak dapat dilanjutkan.

Komunikasi sangat berperan dalam menjaga kebutuhan manusia, karena


komunikasi dibangun sebagai sebuah mekanisme penyesuaian diri untuk
manusia. Mekanisme penyesuaian diri adalah alat bagi manusia yang digunakan
untuk menolong mereka mengenali dan merespon yang mengancam
eksistensinya. Komunikasi menolong orang tetap selamat karena mereka
diberikan informasi tentang ancaman yang akan datang dan menolong mereka
menghindari atau mengatasi ancaman-ancaman ini (Kreps 1986:170). Apa yang
dikemu- kakan di atas menjelas-kan bahwa komunikasi memang sangat berperan
dalam memenuhi kebutuhan manusia sebaaai mahluk sosial yang satu sama
lainnya akan berinteraksi agar mereka tetap eksis baik sebagai individu maupun
sebagai anggota kelompok dalam suatu masyarakat yang lebih luas. Sementara
itu seorane ahli komunikasi. Ross (1997: 110) mengatakan bahwa komunikasi
sebagai “Proses di dalamnya mencakup pengertian, pemilihan dan pengiriman
simbol-simbol dalam suatu cara untuk membantu seorang pendengar untuk
merasa dan melukiskan kembali pikirannya yang berisikan pemahaman dari
pemikiran si pengirim pesan”. Penjelasan ini menunjukkan bahwa komunikasi
merupakan simbol aktivitas yang menggunakan orang dalam menolong mereka
menginterpretasikan suatu pesan. Melalui proses tersebut diupayakan agar
adanya data menjadikan informasi yang disampaikan akan menghasilkan
penafsiran dan akan membantu untuk menolong predikat ke depan terhadap
suatu rencana, dengan demikian komunikasi tersebut dapat merespon pesan
dengan pemahaman yang kreatif.

Dalam proses komunikasi akan ditemukan berbagai elemen-elemen, elemen


inilah yang membuat komunikasi berjalan secara efektif dan efisien. Jika
elemen-elemen ini tidak digunakan maka komunikasi tidak akan berjalan
sebagaimana mestinya.

Komunikasi adalah suatu kemampuan bagaimana berbicara dan


mengungkapkan gagasan-gagasan kita kepada bawahan, pimpinan atau sesama
teman”.

Penjelasan di atas sebenarnya mungkin saja terjadi karena komunikasi itu


sendiri adalah proses menyampaikan pesan dari seseorang kepada orang dengan
menggunakan media tertentu yang memungkinkan si pengirim pesan dapat
menyampaikan gagasannya dan orang yang menerima pesan dapat menerima
pesan tersebut. Dalam komunikasi pesan yang disampaikan bisa secara verbal,
nonverbal ataupun menggunakan simbol- simbol atau kata-kata baik yang
dinyatakan secara oral atau lisan maupun secara tertulis (Muhammad, 1995:95).
Komunikasi nonverbal adalah penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak
menggunakan kata-kata, tetapi menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, vokal
yang bukan kata-kata, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jaraj dan sentuhan
(Muhammad, 1995: 130). Berdasarkan kutipan- kutipan di atas, jelaslah bahasa
proses komunikasi, akan dapat berlangsung secara efektif, apabila komunikator
dalam menyampaikan suatu pesan kepada komunikan dengan menggunakan alat
atau media yang sesuai dengan pesan yang disampaikan, sehingga komunikan
dapat mengerti dengan baik tentang apa yang disampaikan dan diharapkan akan
terjadi respon atau umpan balik bahkan perubahan perilaku dari komunikan. Hal
ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Efendi bahwa untuk
memperlancar jalannya proses komunikasi perlu adanya suatu proses yang dapat
dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4 Paradigma Proses Komunikasi Sumber:


(Efendy. 1994:18)

Keterangan:

 Sender: Komunikator yang menyampaikan pesan kepada


seseo-rang atau sejum-lah orang.

 Encoding: Penyandian, yaitu proses penga-lihan pikiran ke dalam bentuk


lambang.

 Message: Pesan yang merupakan seperang-kat lambang bermakna yang


disampaikan oleh komunikator.

 Media: Saluran komunikasi tempat berlalu-nya pesan dari komunikasi


kepada komunikan.

 Deconding: Pengsandian, yaitu proses di mana komunikan me-netapkan


makna pada lambang yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.

 Reciver : Komunikan yang menerima pesan dari komunikator.


 Response: Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah
diterima pesan.

 Feedback: Umpan balik, yaitu tanggapan komunikan apabila


tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.

 Noise: Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi


yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh ko-munikator
kepadanya.

Dari gambar tersebut di atas, dapat dilihat bahwa perlunya memperhatikan


faktor-faktor proses komunikasi, yang berlangsung secara berputar dari
pengirim/komunikator (sender) yang harus memahami siapa yang akan diajak
berkomunikasi (receiver) dan respon apa yang diharapkan. Pengirim juga harus
mampu dalam menyandikan pesan (encoding), dan dapat memperhitungkan
bagaimana kecenderungan penerima dalam menafsirkan pesan yang
disampaikan (decoding), agar komunikasi berjalan efektif dalam proses
encoding dari pengirim harus berkaitan dengan proses decoding penerima
sehingga terjadi kesamaan dalam mempersepsi pesan dan komunikasi berjalan
sebagaimana yang diharapkan.

F. Peran Komunikasi Dalam Kepemimpinan Organisasi Yang Berkualitas

Komunikasi yang diciptakan dalam melaksanakan kepemimpinan


tergantung pada level kepemimpinan yang meliputi upper level, middle level,
dan lower level. Pada tingkatan tertinggi, tugas pemimpin adalah membuat
keputusan berdasarkan masukan berbagai pihak khususnya bawahan sebagai
bahan pertimbangan pengambilan keputusan, pada saat inilah peran
komunikasi sangat nyata. Tiga tipe komunikasi meliputi: pertama, perintah
komunikasi untuk mengembangkan kebijakan, menggambarkan, dan
menetapkan rencana untuk membuat keputusan, kedua, memastikan bahwa
komunikasi berfungsi secara tepat, ketiga mengevaluasi hasil komunikasi,
mengakses efektifitasnya, dan membuat beberapa perubahan dasar untuk
keputusan selanjutnya. Manajemen tingkat menengah memiliki tanggung
jawab dua arah, disatu sisi ia harus loyal kepada tingkatan diatasnya untuk
bekerja dan mencapai kesuksesan dalam pengambilan keputusan, rencana,
dan kebijakan untuk manajemen diatasnya, disisi lain ia harus menjalin
hubungan baik melalui komunikasi dengan menciptakan iklim kepercayaan
dan keterbukaan dengan manajemen dibawahnya untuk mendapatkan
informasi dan mengkomunikasikannya kepada atasan. Sedangkan
manajemen bawah menyampaikan tugas, kebijakan, strategi, order, dan
instruksi dari atasan. Pada tingkatan ini lebih banyak komunikasi dalam
pemberian instruksi dan perintah (Koester dan Olebe, 1988).

Beberapa pendekatan yang digunakan dalam komunikasi untuk


melaksanakan kepemimpinan diantaranya adalah: Pertama, trait approach
dimana jiwa kepemimpinan seseorang lahir dalam diri individu dengan
sendirinya yang tampak pada karisma dan perilaku kepemimpinan yang
dimiliki dan bukan sengaja dibentuk. Kedua hal itu merupakan ciri khusus
yang membedakan seorang pemimpin dengan orang lain yang
mempengaruhi kualitas kepemimpinan. Kedua, style approach yang
mengklasifikasikan gaya kepemimpinan menjadi gaya otoriter yaitu
berhubungan dengan pembuatan keputusan dan menyatakannya kepada
bawahan, dan gaya demokratis yang melibatkan bawahan dalam
pengambilan keputusan. Ketiga, effectiveness vs efficiency approach yang
memfokuskan pada efektivitas yaitu usaha untuk mencapai hasil yang
diinginkan dan efisiensi yaitu menghasilkan output dari input tertentu.
Keempat, contigency approach yaitu
bahwa kesuksesan gaya kepemimpinan efektif tergantung pada situasi yang
terjadi. Kelima, power approach, yang meliputi reward power (kekuasaan
untuk memberikan imbalan), coercive approach (kekuasaan untuk
memberikan hukuman/sanksi), legitimate power (kekuasaan yang diperoleh
dari posisi yang dimiliki), dan expert power (kekuasaan yang didasarkan atas
pengetahuan dan kemampuan seseorang). Keenam, function approach yaitu
beberapa fungsi yang melekat dalam diri pemimpin yang meliputi
management of attention, management of meaning, management of trust,
and management of self recognizes.

Perbedaan pemimpin untuk melihat peran kepemimpinan dalam


organisasi meliputi modifikasi perilaku (mempengaruhi perubahan sikap luar
seseorang tanpa merubah sikap, kepercayaan, perasaan, dan opini mereka)
dan modifikasi sikap (mempengaruhi pemikiran bahkan sikap, perasaan, dan
opini mereka). Dengan kata lain, seorang pemimpin memiliki jiwa untuk
mempengaruhi (influence) yang merupakan hasil yang diperoleh dari adanya
quality communications dan jiwa motivator yang memerlukan kemampuan
memahami perilaku individu dan komponen pembentuknya seperti persepsi,
sikap, dan kepribadian (Dean dan Popp, 1990). Satu hal yang harus ada
untuk tercapainya kesuksesan motivasi yang diberikan adalah adanya
kepercayaan yang dibangun melalui quality communication antara
pemimpin dengan bawahan.

G. Bagaimana Membangun Komunikasi yang Efektif?

Kemampuan komunikasi merupakan faktor penentu kesuksesan


setiap individu maupun organisasi untuk bertahan dalam persaingan bisnis
yang sangat kompetitif saat ini. Kemampuan komunikasi seseorang dalam
organisasi diperlukan dalam setiap kondisi misalnya pada saat
mempersiapkan sebuah presentasi bisnis, menyampaikan ide-ide atau
gagasan dalam suatu rapat, negosiasi bisnis, melatih tim, membangun
sebuah tim kerja, dan dalam setiap aktivitas organisasi. Melihat pentingnya
komunikasi dalam organisasi, efektivitas komunikasi akan sangat
menentukan kesuksesan organisasi baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang (Griffith, 2002).

Kemampuan individu untuk menyampaikan pesan atau informasi


dengan baik, menjadi pendengar yang baik, menggunakan berbagai media
audio-visual merupakan bagian penting dalam melaksanakan komunikasi
yang efektif dalam suatu organisasi. Komunikasi merupakan keterampilan
yang paling penting dalam kehidupan setiap manusia dan organisasi. Steven
Covey mengibaratkan komunikasi adalah napas kehidupan makhluk. Ia
menitikberatkan pada konsep saling ketergantungan untuk menjelaskan
hubungan antarmanusia. Faktor penting dalam komunikasi tidak sekadar
pada apa yang ditulis atau dikatakan seseorang, tetapi lebih pada karakter
seseorang dan bagaimana sesorang dapat menyampaikan pesan kepada
penerima pesan.

Berdasarkan pembahasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa


syarat utama komunikasi yang efektif adalah karakter dan integritas pribadi
yang menyampaikan pesan tersebut. Menurut Covey, untuk membangun
komunikasi yang efektif diperlukan lima dasar penting yaitu usaha untuk
benar-benar mengerti orang lain, kemampuan untuk memenuhi komitmen,
kemampuan untuk menjelaskan harapan, kemauan untuk meminta maaf
secara tulus jika melakukan kesaahan, dan kemampuan memperlihatkan
integritas.

Bentuk komunikasi tertinggi adalah komunikasi empatik yang


memiliki makna melakukan komunikasi untuk mengerti dan memahami
karakter dan maksud dan peran orang lain yang menerima pesan (Knutson,
et al., 2003). Dalam hal ini, kebaikan dan sopan santun seperti halnya
kemampuan dan kemauan untuk memenuhi komitmen yang disampaikan,
dan menjelaskan harapan yang diharapkan dalam suatu hubungan
komunikasi sangat diperlukan untuk menghindari terjadinya harapan yang
bertentangan atau berbeda dengan peran dan tujuan komunikasi. Selain itu,
integritas mencakup hal-hal yang lebih dari sekadar kejujuran juga
diperlukan dalam membangun hubungan komukasi yang efektif dan sehat.
Kejujuran menekanka pada kemauan untuk mengatakan kebenaran atau
menyesuaikan kata-kata kita dengan realitas. Integritas menyesuaikan
realitas dengan kata-kata setiap individu yang menyampaikan pesan.

Untuk menciptakan komunikasi yang efektif, seorang komunikator


harus mampu mengidentifikasi sasaran yang menjadi penerima pesan,
menentukan tujuan

komunikasi, merancang pesan, memilih media, memilih sumber pesan, dan


mengumpulkan umpan balik. Dalam mengidentifikasi sasaran atau penerima
pesan perlu diperhatikan beberapa hal diantaranya adalah (Xie et al.,2008).
Menentukan, mengenali dan mempelajari siapa yang akan dijadikan sasaran,
dalam hal ini siapa target/segmen konsumennya. Siapa sasaran yang
dijadikan target adalah calon konsumen potensial, pengguna produk/jasa,
orang-orang yang membuat keputusan membeli, dan orang yang
mempengaruhi pembelian, apakah individu perorangan, kelompok, publik
khusus atau publik umum.

Dalam menentukan tujuan komunikasi beberapa hal yang harus


diperhatikan adalah: 1) Komunikator menentukan tanggapan dan efek yang
diharapkan dari komunikasi yang disampaikan, 2) Komunikator harus
mengetahui dan memahami apakah khalayaknya/konsumen ada dalam tahap
pembelian atau tidak. Tahap pembelian mulai dari awareness (kesadaran),
pengetahuan, kesukaan, preferensi, keyakinan dan pembelian, dan 3)
Komunikator harus bisa menggerakkan konsumen ke tahap pembelian.
Untuk merancang pesan, komunikator mengembangkan pesan komunikasi
yang efektif, yang idealnya pesan harus melalui tahap AIDDA ( Attention,
Interest, Desire, Decission, Action). Selain itu, komunikator harus bisa
memutuskan isi pesan, format pesan dan struktur pesan sehingga pesan yang
disampaikan memiliki daya tarik maksimal, baik daya tarik rasional,
emosional dan moral.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah bagaimana memilih media


apakah akan menggunakan saluran personal ataukan non personal. Media
komunikasi personal, bisa digunakan dalam bentuk penyampaian pesan via
telpon, surat atau internet, sedangkan media komunikasi non personal
mencakup media utama (media massa, papan reklame, poster, media on
line), suasana lingkungan (perusahaan yang dirancang sedemikian rupa
untuk memperkuat daya tarik bagi konsumen), dan event (acara-acara yang
khusus untuk meningkatkan “eksistensi” dan image positif perusahaan tur
promosi, pameran, ikut serta dalam acara social kemasyarakatan).

Kemampuan komunikator untuk memilih sumber pesan akan


menentukan keberhasilan sebuah komunikasi untuk mencapai tanggapan dan
efek yang diharapkan. Hal ini sangat tergantung pada kehandalan, daya tarik
dan kredibilitas komunikatornya. Sumber pesan biasanya orang-orang yang
memiliki daya tarik tinggi, dikenal public, dan berkredibilitas tinggi. Misal
selebriti, tokoh keagamaan, periset, dokter, dll. Pemilihan sumber,
disesuaikan dengan isi pesan produk yang disampaikan.

Hal terakhir yang perlu dilakukan dalam mengembangkan suatu


komunikasi yang efektif adalah mengumpulkan umpan balik yang bertujuan
untuk mengevaluasi keberhasilan penyampaian informasi pada penerima
informasi. Pengumpulan umpan balik dapat dilakukan bisa dilakukan dengan
meluncurkan market research (riset pasar) atau consumer research (riset
pasar). Riset pasar dan riset konsumen secara umum membantu pemasar
untuk mengetahui dengan pasti siapa konsumen mereka, sehingga bisa
menjadi kontribusi untuk strategi marketing selanjutnya.
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Komunikasi merupakan satu hal penting untuk menunjang
kesuksesan organisasi baik dalam meningkatkan kinerja organisasi maupun
adaptasi organisasi terhadap setiap perubahan lingkungan bisnis yang ada
sehingga organisasi bisa tetap survive bahkan meraih keunggulan
kompetitifnya. Melalui komunikasi yang baik antar individu dan pihak-pihak
yang terlibat langsung dalam organisasi maupun diluar organisasi,
organisasi dapat memperoleh informasi-informasi yang dibutuhkan. Untuk
mengembangkan komunikasi yang baik ini diperlukan peran aktif manajer
maupun bawahan melalui aplikasi beberapa teknik yang telah dijelaskan
pada bagian sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai