Anda di halaman 1dari 63

PSIKODIAGNOSTIKA

Eka Dian Aprilia, M.Psi., Psikolog


Prodi Psikologi
Universitas Syiah Kuala
Psikodiagnostika

• What ?
• Why ?
• Who ?
• When ?
• Where ?
• How ?
Apa Psikodiagnostika itu ?
• Psikodiagnostika merupakan suatu ilmu yang mempelajari
tentang pendekatan dalam mendiagnosa kondisi psikologis
individu.
• Tantangan dalam mendiagnosa kondisi psikologis :
• Objek psikologis bersifat non-fisik sehingga lebih sulit
mengukurnya
• Objek ukur dalam psikologi bersifat relatif, tidak bisa eksak
dalam mengukurnya.
• Banyak konsep mengenai aspek psikologis yang diukur.
• Dalam diagnosa psikologis, kita hanya mengkukur sampel
perilaku, tidak dapat dilakukan secara keseluruhan perilaku.
• Perlu keterpaduan metode agar mendapatkan diagnosa yang
akurat
Fungsi Alat Psikodiagnostik
• Fungsi dasarnya :
Mengukur perbedaan-perbedaan individu atau reaksi individu
terhadap stiulus yang sama.
• Fungsi praktis tes Psikologi :
• sebagai alat assesment
• untuk kepentingan diagnosa
• untuk kepentingan prediktif
• untuk Seleksi
• Untuk Placement
• Fungsi Formatif
• Fungsi Sumatif
Dasar dasar dalam Psikodiagnostika

Memahami arti pengukuran, evaluasi dan tes psikologi


Pengertian Pengukuran
• Suatu Prosedur Pemberian Angka (Kuantifikasi )
terhadap atribut atau variable sepanjang suatu
kontinum.
• Atribut / Objek ukur : Fisik, Psikologis.
• Tidak semua atribut bisa diukur secara langsung.
• Kontinum : Kontinum fisik, Kontinum Psikologis
• Ciri-ciri Pengukuran :
• Merupakan perbandingan antrara atribut yang diukur
dengan alat Ukurnya
• Hasilnya dinyatakan secara kuantitatif (angka-angka)
• Hasilnya bersifat deskriptif
• Ciri-ciri Pengukuran :
• Merupakan perbandingan antrara atribut yang
diukur dengan alat Ukurnya
• Hasilnya dinyatakan secara kuantitatif (angka-
angka)
• Hasilnya bersifat deskriptif
• Bertujuan untuk membangun dasar-dasar
pengembangan tes yang lebih baik sehingga
dapat menghasilkan tes yang berfungsi
secara optimal, valid dan reliabel.
Evaluasi
• Merupakan pembandingan antara hasil ukur dengan suatu norma
atau suatu criteria.
• Hasilnya bersifat kualitatif
• Hasilnya dinyatakan secara evaluatif
Tes
• Tes Adalah Prosedur yang Sistematik :
• Aitem disusun dengan aturan tertentu
• Ada prosedur administrasi dan skoring
• Setiap orang yang dites harus mendapat aitem yang sama
dan dalam kondisi yang sebanding
• Tes berisi sampel perilaku
• Sampel ini harus representasi dari keseluruhan perilaku
agar hasil tes akurat
• Tes mengukur perilaku
• Tes mengukur perilaku yang dapat diamati (observable),
yang merupakan manifestasi dari kondisi psikisnya.
Tes Psikologi

• Tes adalah suatu Prosedur yang sistematis


untuk mengamati perilaku seseorang dan
mendeskripsikan perilaku tersebut dengan
bantuan skala angka atau suatu system
penggolongan. (Cronbach, 1970).
• Tes merupakan prosedur pengumpulan
sample perilaku yang akan dikenai nilai
kuantitatif. (Anastasi, 1976 )
Apa yang diukur dalam tes Psikologi ?

• Dalam tes psikologi, yang diukur adalah atribut


Psikologis, namun yang dapat diukur secara
langsung hanyalah sample perilaku yang tampak
• Atribut Psikologis adalah suatu konstrak teoritik
(theoretical construct) yang berisi konsep untuk
mendiskripsikan dimensi psikologis yang ada
dalam diri individu.
• Ketepatan diskripsi menentukan ketepatan
pengukuran, dan sangat tergantung Konstruk.
Hambatan dalam penyusunan tes yang mengukur
konstruk Psikologis :

• Tidak ada pendekatan tunggal dalam pengukuran konstruk


apapun yang dapat dierima secara universal.
• Pengukuran Psikologis biasanya dilakukan pada sampel perilaku
yang terbatas.
• Pengukuran selalu mungkin mengandung kesalahan (error)
• Satuan dalam skala pengukuran tidak dapat didefinisikan dengan
baik.
• Konstruk teoritis dalam psikologis bervariasi
• Tidak mudah untuk menyusun aitem-aitem tes
• Konstruk Psikologis tidak dapat di definisikan secara operasional
saja, tapi harus menunjukkan hubungan dengan konstrak lain
yang dapat diamati.
Contoh : motivasi >>>>>>>> Motivasi belajar
Sejarah Tes Psikologi
Awal Mula Tes Psikologi
• Pada Abad 206 Sebelum Masehi, pada jaman Dinasti Han sudah
ada tes yang digunakan untuk mengetahui kemampuan fisik dan
mental.
• Tes menjadi pegawai kantor pemerintah di kekaisaran cina
secara tertulis.
• Salah satu Tes menjadi tentara kerajaan secara lisan ( bahkan
sejak tahun 2200 SM) .
• Di Yunani Kuno, testing merupakan pendamping tetap suatu
proses pendidikan.
• Sampai abad ke 19 Testing yang berkembang masih terbatas
pada tes-tes yang mengungkap prestasi dalam belajar
(pendidikan)
Abad 19

• Perkembangan tes psikologi dtandai minat


yang besar dari para ahli untuk meneliti
perbedaan mental retarded dan schizoprenia.
• Pelopornya seorang dokter perancis, Esquirol
(1838) dengan publikasi ilmiahnya tentang
“mental retarded”
• Hampir bersamaan, 1837 didirikan sekolah
mental retarded yang pertama oleh Seguin.
Pengaruh Aliran Eksperimental

• Psikolog Eksperimental mempeloori berdirinya


laboratorium psikologi eksperimen untuk
mendisikripsikan peilaku manusia secara umum.
Mereka tidak begitu mempedulikan perbedaan
individual.
• Dipelopori oleh Wundt di Leipziq, 1879.
• Fokus penelitian kepekaan pada stiimulasi visual,
pendengaran dan indra-indra lainnya.
• Pada masa inilah psikologi mendapatkan
pengakuan sebagai cabang ilmu.
Francis Galton, 1884
• Seorang biolog Inggris yang bertanggungjawab atas
peluncuran gerakan testing.
• Melakukan penelitian tentang hereditas, dengan
programnya “ EUGENIC”.
• Ia juga membuat laboratorium Antropometris.
• Tes pertama yang disusun laboratorium ini meliputi ;
ketajaman visual, ketajaman pendengaran, kekuatan otot,
waktu reaksi, dan fungsi-fungsi inderawi sederhana.
• Asusmsi pokoknya : orang yang memiliki intelektual tinggi
pasti memiliki indera yang baik, begitu pula sebaliknya.
James McKeen CATTELL

• Psikolog Amerika lulusan leipziq (murid dari Wundt)


dan bekerjasama dengan Galton.
• Ia memunculkan istilah Tes mental untuk pertama
kalinya tahun 1890.
• Tes mental yang ia susun beraliran sma dengan
Galton, yang menekankan pada kepekaan inderawi.
Kraepelin, 1895

• Berminat pada pemeriksaan klinis dan


psikiatris.
• Merancang tes kraepelin yang menggunakan
operasioperasi aretmatika sederhana.
• Aspek yang diungkap meliputi ; memori, efek
latihan, kerentanan terhadap kelelahan dan
gangguan.
• Samapai saat ini tes tersebut masih digunakan
Ebbinghaus, 1897

Psikolog Jerman yang membuat tes :


• Tes Komputasi Aritmatika
• Rentang Memori
• Melengkapi Kalimat

Dari ketiga tes, yang paling tinggi korelasinya dengan


prestasi adalah tes melengkapi kalimat
Alfred Binet

• Psikolog berkebangsaan Perancis


• 1895 bersama dengan Henri, sudah mengkritik tes-tes yang terfokus pada
kepekaan inderawi.
• Ia juga mencoba metode lain yang disebut sebagai “ Chraniometrik “, untuk
mengungkap kecerdasan seseorang.
• 1905, bekerjasama dengan Simon menyusun skala Binet-Simon yang pertama.
Terdiri ari 30 soal yang diatur dari yang termudah hingga tersulit. Tes
diujicobakan pada 50 anak normal usia 3 – 11 tahun, anak mental retarded dan
orang dewasa untuk mengungkap taraf kesukarannya.
• Tes pertama ini menekankan ; penilaian, pemahan dan penalaran. ( muatan
verbal cukup besar )
• 1908, Skala Binet- Simon yang kedua muncul
dengan jumlah yang lebih banyak. Soal yang
gugur pada sakala pertama dihapuskan.
• Tes dikelompokkan ebrdasarkan umur atas dasar
hasil tes subjek penelitian yang berusia 3 – 13
tahun ( 300 anak normal).
• Muncul istila usia mental ( mental age ) atau
tingkatan mental ( mental level )
• Tes Binet inilah yang menjadi dasar
pengembangan tes inteligensi selanjutnya.
• Tes binet banyak direvisi dan diadaptasi
diberbagai negara di dunia.
• Ahli yang mengadaptasi binet seperti ; H.H.
Goddard, L.M. Terman.
• 1916, muncul istilah Intelligence Qoutient ( IQ),
oleh Terman dan kawan-kawan di Stanford
University.
• Tes Binet berkembang menjadi Tes Stanford
Binet.
Tes Klasikal
• Dikembangkan mulai tahun 1917, ketika rekruitasi
pasukan AS dalam Perang Dunia I.
• Tim ditunjuk oleh APA, dan diketuai oleh Robert M.
Yerkes. Hasilnya diberikan kepada Psikologi Angkatan
Darat AS yang diketuai oleh Arthur S. Otis. Tesnya
disebut tes Otis.
• Tes ini kemudian dikemabangkan menjadi Tes Army
Alpha dan Army Beta.
• Army Alpha untuk umum, Army Betta untuk yang buta
huruf dan tidak tahu bahasa Inggris.
Tes Berikutnya….

• Tes Bakat
• Tes Prestasi yang dibakukan
• Tes Kepribadian
• Computer Based Test
Klasifikasi Tes
Psikologi
Klasifikasi berdasarkan Atribut ukur:

Maximal Performance :
• Performansi terbaik yang mampu diperlihatkan oleh individu dalam
merespons aitem-aitem dalam suatu tes.
• Tes dirancang untuk melihat performansi maksimal, sehingga stimulus
yang diberikan harus terstrukur.
• Biasanya berupa tes-tes kognitif (Abilitas)
• Respon dapat dikategorikan benar atau salah.
• Contoh : Tes WAIS, BINET, Tes Bakat, Tes UMPTN

Typical Performance :
• Performansi yang diperlihatkan individu sebagai proyeksi dari
kepribadiannya.
• Stimulusnya tidak terstruktur, banyak penafsiran.
• Contoh : Tes DAP, Wartegg, TAT, EPPS, dsb.
• Tes yang mengungkap Maximal Performance terbagi atas ;
• Abilitas Potensial
• Tes-tes yang mengungkap kemampuan dasar
• Yang diungkap bukan merupakan hasil belajar langsung dan tidak terkait
dengan pelajaran
• Berbentuk Tes Inteligensi atau tes bakat
• Abilitas Aktual :
• Tes yang mengungkap kemampuan aktual yang berupa hasil belajar
• Contoh ; Ujian akhir semester, SPMB, TOEFL, dll
• Berdasarkan jenis stimulusnya, tes yang mengungkap Typical
performance terdiri atas ;
• Tes Proyektif
• Tes Non proyektif (inventori)
Klasifikasi berdasarkan cara
penyelenggaraan tes
• Tes Individual
• Tes disajikan oleh satu orang tester untuk satu testee
• Biasanya dilakukan untuk kepentingan klinis
• Lebih akurat karena akan memperoleh data dari observasi dan
wawancara
• Kurang efisien jika untuk proses seleksi
• Tes Klasikal
• Penyajian secara kelompok, dimana 1 tester menghadapi beberapa
testee.
• Perbandingan ideal 1 : 10, tetapi untuk kasus khusus bisa lebih dari
itu
• Efisien untuk tes seleksi, kurang pas untuk keperluan klinis
Klasifikasi berdasarkan cara menjawab

• Bentuk-bentuk tes berdasarkan cara menjawabnya :


• Isian tertulis
• Jawaban lisan
• Multiple Choice
• Forced Choice
• Memberi rating
• Mengerjakan suatu tugas
Klasifikasi tes berdasarkan persyaratan
tester
• Tes level A :
• Tes-tes yang boleh dilakukan oleh semua orang tanpa kualifikasi spesifik
• Kualifikasi umum ; dapat menyampaikan tes sesuai instruksi
• Tidak harus dilakukan oleh orang psikologi
• Contoh : Tes WPI, Tes SPM, TOEFL
• Tes level B :
• Tester harus memiliki pendidikan khusus, misalnya S1-Psikologi, S1-Bimbingan
Konseling, S1-kedokteran
• Contoh : Tes CFIT, tes kecemasan, 16 PF, dll.
• Tes level C :
• Tester harus memiliki pendidikan khusus dan terlatih
• Contoh : Tes BINET, Tes WAIS, Tes Rhorschah, Tes TAT
Dasar-dasar Administrasi
Tes Psikologi
Administrasi Tes

• Adalah serangkaian kegiatan penyelenggaraan


tes, mulai dari persiapan, pelaksanaan hingga
skoring hasil test dan diperoleh hasil yang
dapat dimaknai.
• Proses Administrasi tes merupakan bagian
yang sangat penting untuk dipahami agar hasil
tes akurat dan mencerminkan kondisi testee
yang sebenarnya.
Persiapan Tes (1)

• Persiapan Tester
• Tester harus dewasa dan matang, memiliki kemampuan komunikasi
yang baik.
• Tester harus tampil meyakinkan, rapi dan memiliki kemampuan
manajemen forum
• Tester harus menguasai alat tes
• Tester mampu melakukan building rapport
• Persiapan Testee
• Testee harus memiliki motivasi untuk menghadapi tes
• Kecemasan testee harus direduksi, jangan mulai jika testee masih cemas
• Pastikan testee dalam kondisi fit
Persiapan(2)
• Persiapan Alat Tes :
• Kelayakan alat tes dan lembar jawaban
• Jumlah alat dengan jumlah peserta
• Persiapan Tempat Tes
• Kesiapan ruang
• Pencahayaan
• Jarak antar peserta
• Kebisingan suara
• Setting sound-system, media, dll
Penyajian Tes (1)
• Sebelum tes dimulai harus dijelaskan tentang ;
• Tujuan tes
• Peran tester sebagai fasilitator (juru potret)
• Hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama tes
• Waktu tes secara keseluruhan
• Alat tulis yang digunakan, cara menjawab, dsb
• Saat tes berlangsung ;
• Pastikan semua peserta paham instruksi
• Bersikap tegas tetapi tidak menjatuhkan peserta
• Objektif dan tepat waktu
• Memberi pengawasan secara merata.
Penyajian tes (2)

• Setelah tes selesai ;


• Cek jumlah alat tes dan lembar jawaban
• Peserta harus tetap berada ditempat sampai proses
dinyatakan selesai
• Berikan informasi-informasi yang penting bagi peserta
• Ending tes harus baik
Pengenalan Tes-tes
Psikologi
Tes Inteligensi

• Tes Individual :
• Untuk Anak-anak :
• Weschler Preschool and Primary Scale of Intelegence
• Weschler Intelegence Scale for Children
• Binet
• Untuk Dewasa :
• Weschler - Bellevue
• Weschler for Adult Intelegence Scale
Tes Inteligensi
• Tes Klasikal :
• Untuk Anak-anak :
• Children Progressive Matrices (CPM)
• Culture Fair Intelegence Test (CFIT) Skala II A dan B
• Untuk Dewasa :
• Standard Progressive Matrices (SPM)
• Advanced Progressive Matrices (APM)
• CFIT Skala III A dan B
• Intelligenz Structure Test (IST)
• TIKI (Tes Inteligensi Kolektif Indonesia)
• Army Alpha dan Army Betta
Tes Bakat + minat
BAKAT :
• DAT (Differential Aptitude Test)
• GATB (General Aptitude Test Batteries)
• FACT (Flanagan Aptitude Classification Test)

MINAT :
• RMIB (Rothwell Miller Interest Blank)
• Tes Minat SMA
• Tes Kuder
Masalah dan solusi dalam
Pengembangan alat
Psikodiagnostik
• Masalah-masalah yang ada terkait dengan tes Psikologi di Indonesia
• Alat tes yang tersedia masih produk lama
• Perkembangan tes-tes baru lamban
• Tes-tes yang baru kurang memiliki kekuatan metodologis yang baik
• Banyak kebocoran alat tes, sehingga mengurangi akurasi hasil
• Perhatian organisasi profesi terhadap perkembangan tes psikologi
kurang kuat
• Solusi yang mungkin dilakukan :
• Merubah mind-set lulusan psikologi dari test user menjadi test developer.
• Pengembangan kerjasama antar perguruan tinggi, organisasi profesi
dan dengan negara lain
Adopsi Tes

• Adopsi adalah proses pengambilan suatu tes dari


suatu negara ke negara yang lain, tanpa merubah
isi tes.
• Adopsi dapat dilakukan pada tes-tes yang culture
free atau culture fair.
• Adopsi dilakukan melalui tahap berikut ini ;
• Pengurusan ijin adopsi
• Penterjemahan alat, khususnya dalam instruksi
• Pembuatan norma standar yang bersifat nasional
• Hal-hal yang dapat dilakukan agar tes psikologi dapat
lebih berkembang :
• Penyusunan tes baru
• Revisi Tes yang sudah ada
• Adopsi tes dari negara lain
• Adaptasi tes
Penyusunan Tes baru
• Tahap-tahap yang dapat dilakukan dalam pengembangan tes
baru ;
• Menentukan spesifikasi tes
• Memilih konsep/konstrak psikologis yang dirujuk
• Membuat definisi operasional dari konstrak
• Menulis aitem soal
• Mereview soal yang disusun
• Melakukan ujicoba pada sampel yang tepat
• Analisis data untuk mengetahui : indeks validitas, reliabilitas, taraf
kesukaran aitem, daya beda
• Melakukan standarisasi administrasi, skoring, norma dan interpretasi
secara nasional
Revisi
• Merupakan proses mengevaluasi suatu tes dan
memperbaiki dari sisi penampilan, isi, maupun
norma tes yang dimiliki.
• Revisi sebaiknya dilakukan dalam jangka 5 – 10
tahun sekali.
• Salah satu tujuan revisi adalah untuk menekan
kesalahan sekecil mungkin yang disebabkan oleh
;
• Soal tes yang semakin familier
• Perubahan kemampuan peserta tes
• Kemungkinan adanya kebocoran soal tes
Adaptasi Tes
• Suatu proses penyesuaian suatu jenis tes dari budaya tertentu ke budaya
yang lain.
• Adaptasi tidak sama dengan adopsi, karena dalam adaptasi yang terpenting
adalah kesesuaian tes yang diadaptasi dengan budaya setempat.
• Biasanya dilakukan pada tes-tes yang menggunakan bahasa
• Tahapan dalam adaptasi :
• Perijinan adaptasi tes
• Penterjemahan alat tes ke bahasa Indonesia
• Penterjemahan kembali pada bahasa awal
• Penyesuaian aitem-aitem soal
• Ujicoba soal
• Analisis data ujicoba
• Standarisasi
Standarisasi Tes Psikologi
• Standarisasi = pembakuan, meliputi keseragaman dalam
cara penyelenggaraan tes dan penskoran
• Manfaat Standarisasi : objektivitas, kuantifikasi, ekonomi,
generalisasi ilmiah.
• Kuantifikasi memungkinkan orang menyajikan secara
lengkap/utuh.
• Kuantifikasi memungkinkan penerapan metode analisis
matematis (powerfull)
• Kuantifikasi membuat hasil tes memiliki komunikabilitas
hasil tes yang tinggi.
Standarisasi Admistrasi Tes

• Petunjuk tes (instruksi tertulis maupun lisan)


• Jumlah soal
• Batas waktu
• Demonstrasi awal
• Cara menjawab, dan cara mengubah jawaban.
• Buku tes
Standarisasi dalam Penyajian Tes

• Kondisi testing( pencahayaan, kebisingan, kepadatan,


dll)
• Penggunaan bahasa ( verbal dan non verbal)
Standarisasi Skoring, Norma dan
Interpretasi
• Pemberian nilai harus standard antara individu satu
dengan yang lain, untuk menjamin objektivitas hasil.
Oleh karena itu, perlu kunci jawaban yang baku.
• Pemberian skor dapat berupa skor benar salah,
maupun dengan pembobotan.
• Total skor bisa jumlah jawaban yang benar, namun
juga bisa jumlah benar dikurangi salah.
• Total skor yang diperoleh merupakan skor mentah (
skor kasar = raw score ) yang harus diubah menjadi
skor standar ( skor yang telah dibobot = Weighted
Score = standard score ).
• Dalam mengartikan skor kasar diperlukan
Norma
• norma = kinerja rata-rata/normal
• Norma bisa berupa ; norma kelompok,
norma usia, norma tingkat pendidikan, norma
jenis kelamin, norma daerah, dll.
• Setelah diubah ke dalam skor standar ( yang
didasarkan norma ), maka hasil tes baru bisa
dibandingkan dan diinterpretasikan.
VALIDITAS –
RELIABILITAS
Dalam
PENGUKURAN
BEBERAPA CATATAN
MENGENAI RELIABILITAS
• Yang dikatakan reliable adalah HASIL
PENGUKURANnya, bukan Alat ukurnya
• Setiap Pengukuran Tidak Mungkin Reliabel
Sepenuhnya, karena pasti ada error
• Reliabilitas dapat diartikan sebagai ; seberapa jauh hasil
pengukuran akurat, sedikit mungkin mengalami error
pengukuran.

• Reliabilitas tidak menyumbang validitas.


Sumber Ketidak-reliabel-an :

1. Instruksi dalam tes tidak baku


2. Error dalam Penyekoran
3. Sampling Isi Tes ( Item-itemnya tidak
sesuai dengan domain pengukuran yang
ada di blue-print)
4. Lingkungan Tes
• Teknik Yang digunakan mengandung subjektifitas
• Fluktuasi Individual
• Faktor Tebakan  Terutama pada soal multiple choice
• Skor yang tidak stabil, akibat objek ukur yang mudah
berubah.
Beberapa Catatan Tentang
Validitas

1. Validitas : Sejauhmana tes mampu mengukur


atribut yang seharusnya diukur.
2. Validitas : Sejauhmana skor tampak X dapat
mendekati besarnya skor murni T.
3. Alat ukur yang tinggi validitasnya, akan
menghasilkan eror pengukuran yang kecil.
Beberapa tipe validitas

a. Validitas Isi
Diestimasikan dengan cara menguji isi tes
dengan analisis rasional (profesional judgment)
Ingin diketahui aspek representasi (item
mewakili komponen-komponen isi objek
ukur) dan aspek relevansi ( item
mencerminkan ciri perilaku dari objek
ukur).
Validitas isi dibagi menjadi 2 :
- face validity
- validitas Logik
2. Validitas Konstrak :
Sejauhmana tes mengungkap suatu trait atau konstrak teoritik
yang hendak diukur
Konstrak teoritik  konstrak logis (definisi operasional).
Konstruk harus ; mengkhususkan hal-hal yang akan diukur,
mengkaitkan dengan konstrak-konstrak lain yang sudah ada.
contoh : motivasi + ……. = …….. ?
Ingat..

Dalam suatu konstrak berisi definisi dan spesifikasi


mengenai suatu konsep secara sistematik dan
terencana, sehingga memungkinkan dilakukan
observasi dan pengukurannya.
3. Validitas Berdasar Kriteria
Alat dikatakan valid jika bisa memprediksi suatu
kriteria/perilaku
Berdasarkan pada “ kapan skor kriteria didapat”, ada 3
macam validitas ini :
a. Predictive (sbg ramalan)
b. concurent ( kriteria diberikan bersamaan dengan
pengukuran)
c. postdiction (sbg estimasi)

Anda mungkin juga menyukai