Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS AGREGAT DEWASA (PRIA)

“Makalah Ini Dibuat Untuk Menyelesaikan Tugas Keperawatan Komunitas”

Disusun Oleh :

Kelompok 4

SITI MASITAH (1911311041)


ELMA SOVIA ZAIDIR (1911311044)
SUCI AJENG SAFITRI (1911311047)
LUTFIANA FAJRI (1911312002)

Dosen Pengampu:

Ns. Mahathir M.Kep., Sp.Kep.Kom

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah mengizin kan kami menyelesaikan tugas
matakuliah Metodologi Penelitian yang berjudul “Asihan Keperawatan Komunitas
Agregat Dewasa (Pria)” dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
bisa untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah ini adalah sekumpulan
materi tentang Cara Menumbuhkan Karakter Wirausaha dan Motivasi Diri yang dibuat
untuk memenuhi tugas di mata kuliah Metodologi Penelitian

Makalah ini tidak hanya diambil dari satu sumber saja, melainkan dari berbagai
sumber.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini, penulis mohon maaf.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak terutama kepada
dosen pembimbing dalam menyusun makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat terima kasih.

Padang, 3 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...........................................................................................................i

Daftar Isi ......................................................................................................................ii

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang .................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan .............................................................................................2

BAB II Studi Literatur

2.1 Overview Tumbuh Kembang Dewasa .............................................................3

2.2 Permasalahan dan Faktor Resiko Kesehatan Pada Agregat Dewasa Pria .......8

2.3 Proses Asuhan Keperawatan Komunitas pada Dewasa Pria ...........................13

2.4 Promosi Prevensi Kesehatan pada Dewasa Pria ..............................................17

2.5 Program Kesehatan Dewasa Pria.....................................................................20

BAB III Asuhan Keperawatan

3.1 Asuhan Keperawatan Kasus ............................................................................22

3.2 Faktor Resiko yang Dihadapi Kelompok Pria di Komunitas ..........................30

3.3 Program yang Mendukung Pelaksanaan Penyelesaian Kasus .........................33

BAB IV Penutup

4.1 Kesimpulan ......................................................................................................39

4.2 Saran ................................................................................................................39

Daftar Pustaka ............................................................................................................40

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Seiring berkembangnya zaman dan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan, serta
bertambahnya penduduk dan masyarakat maka, maka perlu adanya perawat kesehatan
komunitas yang dapat melayani masyarakat dalam dalam hal pencegahan, pemeliharaan,
promosi kesehatan dan pemulihan penyakit, yang bukan saja ditujukan kepada individu,
keluarga, tetapi juga dengan masyarakat dan inilah yang disebut dengan keperawatan
komunitas.
Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang
ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan
kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pelayanan
keperawatan. (Pradley, 1985; Logan dan Dawkin, 1987)..

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana tumbuh kembang dewasa (pria) ?
2. Apa saja permasalahan kesehatan pada agregat dewasa (pria) ?
3. Apa saja faktor resiko permasalahan kesehatan pada agregat dewasa (pria) ?
4. Bagaimana asuhan keperawatan permasalahan agregat dewasa (pria) ?
5. Apa saja program promosi dan prevensi terkait permasalahan kesehatan agregat
dewasa (pria) ?
6. Apa saja program kesehatan agregat dewasa (pria) ?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui tumbuh kembang dewasa (pria).
2. Untuk mengetahui permasalahan kesehatan pada agregat dewasa (pria).
3. Untuk mengetahui faktor resiko permasalahan kesehatan pada agregat dewasa
(pria)
1
4. Untuk mengetahui asuhan keperawatan permasalahan agregat dewasa (pria).
5. Untuk mengetahui program promosi dan prevensi terkait permasalahan kesehatan
agregat dewasa (pria).
6. Untuk mengetahui program kesehatan agregat dewasa (pria)

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Overview Tumbuh Kembang Dewasa

Pertumbuhan (growth) adalah merupakan peningkatan jumlah dan besar sel di seluruh
bagian tubuh selama sel-sel tersebut membelah diri dan mensintesis protein-protein baru,
menghasilkan penambahan jumlah dan berat secara keseluruhan atau sebagian. Dalam
pertumbuhan manusia juga terjadi perubahan ukuran, berat badan, tinggi badan, ukuran
tulang dan gigi, serta perubahan secara kuantitatif dan perubahan fisik pada diri manusia
itu. Dalam pertumbuhan manusia terdapat peristiwa percepatan dan perlambatan.
Peristiwa ini merupakan kejadian yang ada dalam setiap organ tubuh. Pertumbuhan adalah
suatu proses alamiah yang terjadi pada individu,yaitu secara bertahap,berat dan tinggi anak
semakin bertambah dan secara simultan mengalami peningkatan untuk berfungsi baik
secara kognitif, psikososial maupun spiritual ( Supartini, 2000). Perkembangan
(development) adalah perubahan secara berangsur-angsur dan bertambah sempurnanya
fungsi alat tubuh, meningkatkan dan meluasnya kapasitas seseorang melalui pertumbuhan,
kematangan atau kedewasaan (maturation), dan pembelajaran (learning).

Perkembangan manusia berjalan secara progresif, sistematis dan berkesinambungan


dengan perkembangan di waktu yang lalu. Perkembangan terjadi perubahan dalam bentuk
dan fungsi kematangan organ mulai dari aspek fisik, intelektual, dan emosional.
Perkembangan secara fisik yang terjadi adalah dengan bertambahnya sempurna fungsi
organ. Perkembangan intelektual ditunjukan dengan kemampuan secara simbol maupun
abstrak seperti berbicara, bermain, berhitung. Perkembangan emosional dapat dilihat dari
perilaku sosial lingkungan anak. Istilah dewasa mempunyai pengertian yang banyak.
Menurut Knowles (1979), orang dewasa tidak hanya dilihat dari segi biologis semata,
tetapi juga dari segi sosial, dan psikologis. Ditinjau dari segi umur, bahwa yang disebut
dewasa itu dimulai sejak menginjak usia 20 tahun (meskipun belum menikah) atau sejak
seseorang menikah (meskipun belum berusia 20 tahun). Lebih lanjut Havighust membagi
masa dewasa menjadi tiga fase, yaitu masa dewasa awal 18 – 30 tahun, masa dewasa
pertengahan 30 – 55 tahun, dan masa dewasa akhir 55 tahun lebih (Armin, 2002). Menurut
Hurlock (1968) masa dewasa dibagi menjadi 3 periode, yaitu - Masa dewasa awal / dewasa
muda (berusia antara 18 atau 20 tahun sampai 40 tahun) - Masa dewasa madya / setengah

3
baya / paruh baya (40 - 60 tahun) - Masa dewasa lanjut / masa tua (berusia 60 tahun hingga
akhir kehidupannya atau sampai mati).

Istilah dewasa merupakan organism yang telah matang. Tetapi lazimnya


merujuk pada manusia. Dewasa pria ialah orang yang bukan lagi anak-anak dan telah
menjadi pria. Setelah mengalami masa kanak-kanak dan remaja yang panjang seorang
individu akan mengalami masa dimana ia telah menyelesaikan pertumbuhannya dan
mengharuskan dirinya untuk berkecimpung dengan masyarakat bersama dengan orang
dewasa lainnya. Dibandingkan dengan masa sebelumnya, masa dewasa ialah waktu yang
paling lama dalam rentang kehidupan.

Masa dewasa biasanya dimulai dari usia 18 tahun hingga kira-kira usia 40
tahun dan biasanya ditandai dengan selesainya pertumbuhan pubertas dan organ
kelamin anak yang telah berkembang dan mampu berproduksi. Pada masa ini,
individu akan mengalami suatu perubahan fisik dan psikologis tertentu bersamaan
dengan masalah-masalah penyesuaian diri dan harapan-harapan terhadap perubahan
tersebut.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Manusia Dewasa

Elizabeth B. Hurlock membagi masa dewasa menjadi tiga bagian :

1. Masa Dewasa Awal (Masa Dewasa Dini/Young Adult)

Masa dewasa awal ialah masa pencarian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu
masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial,
periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas dan
penyesuaian diri pada suatu hidup yang baru. Berkisar antara umur 21 sampai 40 tahun.

2. Masa Dewasa Madya (Middle Adulthood)

Masa dewasa madya ini berlansung dari umur 40 sampai 60 tahun. Ciri-ciri yang
menyangkut pribadi dan sosialnya antara lain; masa dewasa madya ialah masa transisi,
di mana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmani dan perilaku masa dewasanya
dan memasuki suatu periode dalam kehidupan dengan cirri-ciri jasmani dan perilaku
yang baru. Perhatiannya kepada agama lebih besar dibandingkan dengan masa

4
sebelumnya, dan terkadang minat dan perhatiannya kepada agama ini dilandasi
kebutuhan pribadi dan sosial.

3. Masa Dewasa Lanjut (Masa Tua/Older Adult)

Usia lanjut ialah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dari
umur 60 tahun sampai akhir hayat, yang ditandai oleh adanya perubahan yang bersifat
fisik dan psikologis yang semakin menurun. Adapun

cirri-ciri yang berkaitan dengan penyesuaian pribadi dan sosialnya sebagai berikut
:perubahan yang menyangkut kemampuan motorik, kekuatan fisik, perubahan dalam
fungsi psikologis, perubahan dalam sistem saraf, dan penampilan. berikut :perubahan
yang menyangkut kemampuan motorik, kekuatan fisik, perubahan dalam fungsi
psikologis, perubahan dalam sistem saraf, dan penampilan.

Ciri-ciri Manusia Dewasa

Masa dewasa adalah masa awal seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap pola-pola
kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Pada masa ini, seseorang dituntut
untuk memulai kehidupannya dalam memerankan peran ganda seperti peran sebagai
suami/istri dan peran dalam dunia kerja (berkarier).

Masa dewasa juga dikatakan sebagai masa sulit bagi seorang individu karena pada masa
ini seseorang dituntut untuk melepaskan ketergantungannya terhadap orang tua dan
berusaha untuk dapat mandiri. Ciri-ciri masa dewasa dini yaitu :

1. Masa Pengaturan (Settle Down)

Pada masa ini, seseorang akan “mencoba-coba” sebelum ia menentukan mana yang
sesuai, cocok, dan memberi kepuasan permanen. Ketika ia sudah menemukan pola
hidup yang diyakininya dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, maka ia akan
mengembangkan pola-pola perilaku, sikap, dan nilai-nilai yang cenderung akan
menjadi kekhasannya selama sisa hidupnya.

2. Masa Usia Produktif

Dinamakan sebagai masa produktif karena pada rentang usia ini merupakan masa-
masa yang cocok dalam menentukan pasangan hidup, menikah, dan

5
berproduksi/menghasilkan anak. Pada masa ini, organ reproduksi sangat produktif
dalam menghasilkan keturunan (anak).

3. Masa dewasa dikatakan sebagai masa yang sulit dan bermasalah.

Hal ini dikarenakan seseorang harus mengadakan penyesuaian dengan peran


barunya (perkawinan vs. pekerjaan). Jika ia tidak dapat mengatasinya, maka akan
menimbulkan masalah. Ada tiga faktor yang membuat masa ini begitu rumit yaitu;
pertama, individu ini kurang siap dalam menghadapi babak baru bagi dirinya dan
tidak dapat menyesuaikan dengan babak/peran baru ini. Kedua, karena kurang
persiapan, maka ia kaget dengan dua peran/lebih yang harus diembannya secara
serempak. Ketiga, ia tidak memperoleh bantuan dari orang tua atau siapa pun dalam
menyelesaikan masalah.

4. Ketika seseorang berumur 20-an (sebelum 30-an)

Kondisi emosionalnya tidak terkendali. Ia cenderung labil, resah, dan mudah


memberontak. Pada masa ini juga emosi seseorang sangat bergelora dan mudah
tegang. Ia juga khawatir dengan status dalam pekerjaan yang belum tinggi dan
posisinya yang baru sebagai orang tua. Namun, ketika ia telah berumur 30-an, maka
seseorang akan cenderung stabil dan tenang dalam emosi.

5. Masa Keterasingan Sosial

Masa dewasa dini adalah masa di mana seseorang mengalami “krisis isolasi”, ia
terisolasi atau terasingkan dari kelompok sosial. Kegiatan sosial dibatasi karena
berbagai tekanan pekerjaan dan keluarga. Hubungan dengan teman-teman sebaya
dan juga menjadi renggang. Keterasingan diintensifkan dengan adanya semangat
bersaing dan hasrat untuk maju dalam berkarir.

6. Masa Komitmen

Pada masa ini juga setiap individu mulai sadar akan pentingnya sebuah komitmen.
Ia mulai membentuk pola hidup, tanggung jawab, dan komitmen baru.

7. Masa Ketergantungan

6
Pada awal masa dewasa dini sampai akhir usia 20-an,seseorang masih punya
ketergantungan pada orang tua atau organisasi/instansi yang mengikatnya.

8. Masa Perubahan Nilai

Nilai yang dimiliki seseorang ketika ia berada dalam masa dewasa dini berubah
karena pengalaman dan hubungan sosialnya semakin meluas. Nilai sudah mulai
dipandang dengan kacamata orang dewasa. Nilai-nilai yang berubah ini dapat
meningkatkan kesadaran positif alasan kenapa seseorang berubah nilai=nilainya
dalam kehidupan karena agar dapat diterima oleh kelompoknya yaitu dengan cara
mengikuti aturan-aturan yang telah disepakati. Pada masa ini seseorang akan lebih
menerima/berpedoman pada nilai konvensional dalam hal keyakinan. Egosentrisme
akan berubah menjadi sosial ketika ia sudah menikah.

9. Masa Penyesuaian Diri dengan Hidup Baru

Ketika seseornng telah mencapai masa dewasa berarti ia harus lebih bertanggung
jawab karena pada masa ini ia sudah mempunyai peran ganda (peran sebagai orang
tua dan pekerja).

10. Masa Kreatif

Dinamakan sebagai masa kreatif karena pada masa ini seseorang bebas dalam
berbuat apa yang diinginkan. Namun kreativitas tergantung pada minat, potensi, dan
kesempatan.

Menurut Dr. Harold Shyrock dari Amerika Serikat, ada lima faktor yang dapat
menunjukkan kedewasaan yaitu : cirri fisik, kemampuan mental, pertumbuhan
sosial, emosi, dan pertumbuhan spiritual, dan moral.

Pada dewasa muda tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan individu


adalah :

1. Memilih pasangan hidup.

2. Belajar hidup bersama pasangan hidup.

3. Memulai hidup berkeluarga.


7
4. memelihara dan mendidik anak.

5. Mengelola rumah tangga.

6. memulai kegiatan pekerjaan.

7. bertanggung jawab sebagai warga masyarakat dan warga negara

8. menemukan persahabatan dalam kelompok sosial.

Secara rinci, tugas-tugas perkembangan pada usia dewasa adalah :

a. memiliki tanggung jawab sosial dan kenegaraan sebagai orang dewasa.

b. mengembangkan dan memelihara standar kehidupan ekonomi.

c. membimbing anak dan remaja agar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan
berbahagia

d. mengembangkan kegiatan-kegiatan waktu tenggang sebagai orang dewasa, hubungan


dengan pasangan- pasangan keluarga lain sebagai pribadi

e. menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisik sebagai orang


setengah baya

f. menyesuaikan diri dengan kehidupan sebagai orang tua yang bertambah tua

2.2 Permasalahan dan Faktor Resiko Kesehatan Pada Agregat Dewasa Pria

Permasalahan Kesehatan Penyakit Kronik

Hasil Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi penyakit tidak menular mengalami


kenaikan jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013, antara lain kanker, stroke, penyakit
ginjal kronis, diabetes melitus, dan hipertensi. Dijelaskan Kepala Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Siswanto, prevalensi kanker naik dari 1,4 persen (Riskesdas
2013) menjadi 1,8 persen di 2018 dengan prevalensi tertinggi di Provinsi DI Yogyakarta.
Begitu pula dengan prevalensi stroke naik dari 7 persen menjadi 10,9 persen, sementara
penyakit ginjal kronik naik dari 2 persen menjadi 3,8 persen. Berdasarkan pemeriksaan
gula darah, prevalensi diabetes melitus naik dari 6,9 persen menjadi 8,5 persen; dan hasil
pengukuran tekanan darah, hipertensi naik dari 25,8 persen menjadi 34,1 persen.

a. Kardiovaskular
8
Faktor risiko yang berkontribusi terhadap penyakit jantung dapat dipisahkan menjadi
dua kategori: pribadi dan turun-temurun. Faktor risiko pribadi termasuk jenis kelamin,
usia, ras / etnis, kadar kolesterol, diabetes, obesitas, aktivitas fisik, tekanan darah tinggi,
dan merokok. faktor risiko utama untuk penyakit jantung pada pria yaitu hipertensi,
hiperlipidemia, penggunaan tembakau, diabetes, kurang aktivitas fisik, konsumsi
alkohol yang berlebihan, dan rendah konsumsi buah dan sayuran setiap hari.

b. Kanker

Kanker disebabkan oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal meliputi asap
tembakau (merokok), bahan kimia, radiasi. Faktor internal yang mewarisi mutasi gen,
hormon, kondisi kekebalan tubuh, dan mutasi gen yang terjadi dari metabolisme.
Kanker paru-paru atau kanker bronkial adalah nomor satu penyebab kematian akibat
kanker di kalangan orang dewasa. Merokok adalah faktor risiko utama untuk kanker
paru-paru. Jumlah rokok yang dihisap dan jumlah tahun merokok peningkatan Suatu
risiko individu terkena kanker paru-paru. Faktor risiko lain termasuk pemaparan dalam
pekerjaan atau lingkungan asap rokok, radon, asbes, kerentanan genetik, dan riwayat
TBC.

c. Obesitas

Obesitas dapat terjadi ketika kita sering mengonsumsi makanan dan minuman tinggi
kalori, dengan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang sesuai. Kebutuhan rata-rata
kalori bagi wanita dewasa yang aktif secara fisik per hari adalah sekitar 2000,
sedangkan bagi pria dewasa yang juga aktif secara fisik adalah 2500 kalori. Masalah
berat badan berlebih atau obesitas timbul saat kita mengonsumsi makanan dengan kadar
kalori dan lemak melebihi dari jumlah yang dibutuhkan. Kalori yang tidak berubah
menjadi energi dan tidak terpakai tersebut akan disimpan dalam bentuk lemak dalam
tubuh. Seiring waktu, penumpukan lemak ini menambah berat badan yang mengarah
pada berat badan berlebih hingga obesitas. Selain pola makan yang tidak sehat serta
tubuh yang kurang aktif bergerak, obesitas juga bisa disebabkan oleh faktor-faktor
lainnya, seperti:

✓ Keturunan atau genetik. Faktor ini dapat berpengaruh pada jumlah lemak yang
diserap tubuh atau digunakan sebagai energi. Contoh masalah genetik yang langka
adalah sindrom Prader-Willi
9
✓ Efek samping obat-obatan. Beberapa jenis obat yang dapat menyebabkan kenaikan
berat badan adalah antidepresan, antipsikotik, antikonvulsan, kortikosteroid, obat
diabetes, dan obat penghambat beta.
✓ Kurang tidur. Perubahan hormon yang terjadi ketika kita kurang tidur dapat
meningkatkan nafsu makan. Hal ini dapat mengarah kepada obesitas
✓ Pertambahan usia. Makin tua usia kita, maka makin besar pula risiko bertambahnya
berat badan. Hal ini diakibatkan oleh metabolisme tubuh yang menurun dan massa
otot yang berkurang.

d. Diabetes

Beberapa faktor resiko diabetes

✓ Genetik
Memiliki riwayat keluarga diabetes, baik tipe diabetes mellitus 1 ataupn 2
✓ Kegemukan
(Berat badan lebih /IMT > 23 kg/m2) dan Lingkar Perut (Pria > 90 cm dan
Perempuan > 80cm)
✓ Kurang aktivitas fisik
Aktivitas fisik bisa membantu seseorang untuk mengontrol berat badan, membakar
glukosa sebagai energi, dan membuat sel tubuh lebih sensitif terhadap insulin. Itulah
mengapa, orang yang kurang beraktivitas fisik akan lebih mudah terkena diabetes
tipe 2.
✓ Dislipidemia(Kolesterol HDL ≤ 35 mg/dl, trigliserida ≥250 mg/dl)
✓ Riwayat penyakit jantung
Hipertensi/ Tekanan darah Tinggi (> 140/90 mmHg)
✓ Diet tidak seimbang (tinggi gula, garam, lemak dan rendah serat)
✓ Usia. Risiko terkena diabetes tipe 2 akan meningkat seiring bertambahnya usia.

Permasalahan Kesehatan Reproduksi

a. HIV

HIV bisa menginfeksi semua orang dari segala usia. Akan tetapi, risiko tertular HIV
lebih tinggi pada pria yang tidak disunat, baik pria heteroseksual atau lelaki seks lelaki.
10
Risiko tertular HIV juga lebih tinggi pada individu dengan sejumlah faktor, di
antaranya:

✓ Hubungan seks tanpa mengenakan kondom. Risiko penularan akan lebih tinggi
melalui hubungan seks anal, dan hubungan seks dengan berganti pasangan.
✓ Menderita infeksi menular seksual. Sebagian besar infeksi menular seksual
menyebabkan luka terbuka di kelamin penderita, sehingga meningkatkan risiko
tertular HIV.
✓ Berbagi suntikan. Pengguna NAPZA suntik umumnya berbagi jarum suntik dalam
menggunakan narkoba.

b. Prostat

Penyebab kanker prostat adalah perubahan atau mutasi genetik pada sel di dalam
kelenjar prostat. Mutasi ini menyebabkan sel tersebut berkembang secara tidak normal
dan membentuk sel kanker. Namun, penyebab mutasi ini sendiri belum diketahui secara
pasti. Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker prostat,
yaitu:

✓ Usia
Risiko kanker prostat akan semakin tinggi seiring pertambahan usia. Sebagian besar
penderita kanker ini adalah pria berusia di atas 65 tahun.
✓ Obesitas
Seseorang yang mengalami obesitas berisiko tinggi menderita kanker prostat yang
lebih agresif.
✓ Riwayat kesehatan keluarga
Jika salah satu anggota keluarga pernah menderita kanker prostat, maka risiko
terkena kanker prostat makin meningkat.
✓ Pola makan
Konsumsi makanan tinggi kalsium diduga dapat meningkatkan risiko
berkembangnya kanker prostat.
✓ Paparan bahan kimia.
Bahan kimia, seperti senyawa kadmium, dapat meningkatkan risiko kanker prostat.
Kadmium adalah senyawa logam yang terkandung di dalam rokok dan beberapa
jenis makanan, seperti daging merah, ikan, dan gandum.

11
✓ Penyakit menular seksual
Beberapa jenis penyakit menular seksual, seperti gonore danmchlamydia, dapat
menyebabkan peradangan pada prostat dan memicu terjadinya kanker prostat.
✓ Vasektomi
Vasektomi atau tindakan sterilisasi pada pria dapat memengaruhi fungsi kelenjar
prostat, sehingga risiko seseorang untuk terkena kanker prostat lebih tinggi

c. Testiskular

Permalasahanyang ditemui yaitu kanker testis. Pemicu utama kanker testis tidak
diketahui secara pasti sampai saat ini. Namun yang jelas, kanker testis terjadi ketika sel-
sel di dalam testis tumbuh secara abnormal dan tidak terkendali. Meski pemicunya
belum diketahui secara pasti, ada beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan
risiko seseorang untuk menderita kanker testis, di antaranya:

✓ Testis tidak turun (kriptorkismus).


Testis dibentuk di abdomen dan biasanya turun ke dalam skrotum setelah bayi laki-
laki dilahirkan atau pada setahun pertama hidupnya. Pada kasus anomali, testis tidak
turun. Istilah medis untuk kondisi ini adalah undescended testicle atau
kriptorkismus.
✓ Pernah menderita kanker testis.
Pria yang sudah pernah mengalami kanker testis disarankan untuk melakukan
pemeriksaan lanjutan setelah pengobatan. Mereka memiliki risiko terkena kanker
testis dengan kemungkinan 12 kali lipat lebih besar dibanding orang normal, pada
bagian testis yang lain.
✓ Riwayat kesehatan keluarga.
Jika terdapat anggota keluarga, seperti ayah dan saudara kandung laki-laki yang
menderita kanker testis, maka peluang seseorang mengalami kondisi ini juga akan
meningkat.
✓ Usia. Kanker testis lebih sering terjadi pada usia antara 15-49 tahun.
Kasus terbanyak terjadi pada pria usia 30-34 tahun. Meski begitu, tidak menutup
kemungkinan kanker ini terjadi di usia-usia yang lain.
✓ Tinggi badan.
Makin tinggi tubuh seorang pria, peluangnya untuk mengalami kanker testis juga
makin besar. Hubungan antara tinggi badan dengan risiko terkena kanker
12
dilatarbelakangi oleh faktor makanan yang dikonsumsi. Anak berbadan tinggi
mungkin lebih banyak mengonsumsi makanan tinggi kalori saat masa pertumbuhan.
Hal itu berpotensi meningkatkan risiko terkena kanker testis.
✓ Pertumbuhan testis yang abnormal.
Kondisi tertentu, seperti sindrom Klinefelter, bisa menyebabkan testis tidak
berkembang secara normal. Hal ini akan meningkatkan risiko kanker testis.
✓ HIV dan AIDS.
Penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh ini juga menyebabkan
penderitanya rentan mengalami kanker testis.
✓ Merokok.
Orang yang merokok secara aktif dalam jangka waktu yang lama berisiko terkena
kanker testis.

2.3 Proses Asuhan Keperawatan Komunitas Pada Dewasa Pria

A. Pengkajian
Pengkajian adalah merupakan upaya pengumpulan data secara lengkap dan
sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah
kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok
yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis, sosial elkonomi,
maupun spiritual dapat ditentukan.
Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi :
1. Data Inti
a. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Termasuk data umum mengenai lokasi daerah binaan (yang
dijadikan praktek keperawatan komunitas), luas wilayah, iklim, tipe
komunitas (masyarakat rural atau urban), keadaan demografi, struktur
politik, distribusi kekuatan komunitas dan pola perubahan komunitas.
b. Data demografi
Kajilah jumlah komunitas berdasarkan : usia, jenis kelamin, status
perkawinan, ras atau suku, bahasa, tingkat pendapatan, pendidikan,
pekerjaan, agama dan komposisi keluarga.

13
c. Vital statistic
Uraikan data tentang: angka kematian kasar atau CDR, penyebab
kematian, angka pertambahan anggota, angka kelahiran.
2. Status Kesehatan Komunitas
Status kesehatan komunitas dapat dilihat dari biostatistik dan vital
statistik antara lain: dari angka mortalitas, morbiditas, IMR, MMR, cakupan
imunisasi. Selanjutnya status kesehatan komunitas kelompokkan berdasarkan
kelompok umur : bayi, balita, usia sekolah, remaja dan lansia. Pada kelompok
khusus di masyarakat: ibu hamil, pekerja industry, kelompok penyakit kronis,
penyakit menular.
Adapaun pengkajian selanjutnya dijabarkan sebagaimana dibawah ini :
a. Keluhan yang dirasakan saat ini oleh komunitas
b. Tanda – tanda vital : tekanan darah, nadi, respirasi rate, suhu tubuh.
c. Kejadian penyakit (dalam satu tahun terakhir)
d. Riwayat penyakit keluarga
e. Pola pemenuhan kebutuhan sehari – hari :
1. Pola pemenuhan nutrisi
2. Pola pemenuhan cairan elektrolit
3. Pola istirahat tidur
4. Pola eliminasi
5. Pola aktivitas gerak
6. Pola pemenuhan kebersihan diri
f. Status psikososial
g. Status pertumbuhan dan perkembangan
h. Pola pemanfaatan fasilitas kesehatan
i. Pola pencegahan terhadap penyakit dan perawatan kesehatan
j. Pola perilaku tidak sehat seperti : kebiasaan merokok, minum kopi
yang berlebihan, mengkonsumsi alkohol, penggunaan obat tanpa resep,
penyalahgunaan obat terlarang, pola konsumsi tinggi garam, lemak dan
purin.

3. Data Lingkungan Fisik


a. Liat bagaimana Konsisi pemukiman

14
b. Bagaimana sanitasinya
1) Bagaimana Penyediaan air bersih (MCK)
2) Kaji Penyediaan air minum
3) Kaji Pengelolaan jamban : bagaimana jenisnya, berapa jumlahnya
dan bagaimana jarak dengan sumber air.
4) Kaji Sarana pembuangan air limbah (SPAL)
5) Kaji Pengelolaan sampah
c. Fasilitas
d. Bagaimana kondisi geografisnya
e. Kaji bagaimana pelayanan kesehatannya
f. Kaji bagaimana perekonomian daerah tersebut
g. Kaji bagaimana keamanan dan transportasinya
h. Kaji Politik pemerintahan
i. Kaji System komunikasi
j. Kaji bagaiaman Pendidikan didaerah tersebut
k. Kaji bagaimana rekreasi

Sumber Data pengakajian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :


1) Data primer
Data yang dikumpulkan oleh pengkaji dalam hal ini perawat kesehatan
masyarakat dari individu, keluarga, kelompok dan komunitas berdasarkan
hasil pemeriksaan atau pengkajian.
2) Data sekunder
Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya :
kelurahan, catatan riwayat kesehatan pasien atau medical record.

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan
baik yang aktual maupun potensial. Masalah aktual adalah masalah yang
diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah masalah
yang mungkin timbul kemudian. Jadi diagnosa keperawatan adalah suatu
pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status dan masalah kesehatan

15
yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan. Dengan demikian diagnosis
keperawatan ditetapkan berdasarkan masalah yang ditemukan.

C. Rencana Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan
yang akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah sesuai dengan diagnosis
keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya kebutuhan
klien.
Langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan kesehatan masyarakat
antara lain sebagai berikut:
1. Identifikasi alternatif tindakan keperawatan
2. Tetapkan teknik dan prosedur yang akan digunakan
3. Melibatkan peran serta masyarakat dalam menyusun perencanaan
melalui kegiatan musyawarah masyarakat desa atau lokakarya mini
4. Pertimbangkan sumber daya masyarakat dan fasilitas yang tersedia
5. Tindakan yang akan dilaksanakan harus dapat memenuhi kebutuhan
yang sangat dirasakan masyarakat.
6. Mengarah kepada tujuan yang akan dicapai
7. Tindakan harus bersifat realistis

D. Implementasi
Pelaksanaan merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan keperawatan
yang telah disusun. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan, perawat
kesehatan masyarakat harus bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainya.
Dalam hal ini melibatkan pihak Puskesmas, Bidan desa dan anggota
masyarakat.
Prinsip yang umum digunakan dalam pelaksanaan atau implementasi pada
keperawatan komunitas adalah :
a. Inovative
b. Integrated, Perawat kesehatan masyarakat harus mampu bekerjasama
dengan sesama profesi, tim kesehatan lain, individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat berdasarkan azas kemitraan.

16
c. Rasional, Perawat kesehatan masyarakat dalam melakukan asuhan
keperawatan harus menggunakan pengetahuan secara rasional demi
tercapainya rencana program yang telahdisusun.
d. Mampu dan mandiri
e. Ugem, Perawat kesehatan masyarakat harus yakin dan percaya atas
kemampuannya dan bertindak dengan sikap optimis bahwa asuhan
keperawatan yang diberikan akan tercapai. Dalam melaksanakan
implementasi yang menjadi fokus adalah : program kesehatan komunitas
dengan strategi, komuniti organisasi dan partnership in community (model
for nursing partnership).

E. Evaluasi
Evaluasi memuat keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan
keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan membandingkan antara
proses dengan pedoman atau
Rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat
dengan membandingkan antara tingkat kemandirian masyarakat dalam perilaku
kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan masyarakat.

2.4 Promosi Prevensi Kesehatan Pada Dewasa Pria

Promosi Kesehatan Pada Dewasa Awal/Dewasa Muda (20-40 Tahun)

Promosi Kesehatan untuk Dewasa Muda


Tes dan Skrining Kesehatan Keamanan
• Pemeriksaan rutin (setiap 1- 3 tahun • Tindakan perlindungan terhadap
untuk wanita; setiap 5 tahun untuk sinar matahari
pria) • Tindakan keselamatan di tempat

• Imunisasi seusai rekomendasi, kerja

seperti booster tetanus-difteria • Dukungan keselamatan di air


(mis., tidak boleh menyelam di air
• Pemeriksaan gigi secara teratur
yang dangkal)
(mis., setiap tahun)
17
• Penyaringan penglihatan dan
pendengaran secara berkala • Nutrisi dan Olahraga

• Pemeriksaan payudara profesional • Pentingnya asupan zat besi yang

setiap 1-3 tahun kuat dalam diet

• Pemeriksaan Papanicolaou smear • Faktor nutrisi dan olahraga yang


dapat menyebabkam penyakit
setiap tahun atau saat mulai
kardiovaskular (mis., obesitas,
aktivitas seksual
asupan kolesterol dan lemak,
• Pemeriksaan testikular sendiri
kurang olahraga)
setiap bulan
• Skrining, untuk penyakit
Interaksi Sosial
kardiovaskular (mis., tes kolesterol
• Mendukung hubungan personal
setiap 5 tahun apabila hasilnya
yang mendorong diskusi
normal; rekanan darah untuk
mengenai perasaan, kekhawatiran
mendeteksi hipertensi; nilai
dan rasa takut
dasar EKG pada usia 35 tahun
• Menyusun tujuan jangka panjang
untuk pria
dan pendek mengenai pilihan
• Uji kulit untuk tuberkulosis setiap 2
pekerjaan dan karier
bulan

(Eliopoulos, 2004 ; Miller, 2003). Berikut ini adalah pembahasan


kebutuhan ini sesuai dengan kegiatan pencegahan primer, sekunder, dan tersier
1. Pencegahan Utama
Seperti dibahas sebelumnya dalam teks ini, kegiatan pencegahan primer
melibatkan tindakan-tindakan yang membuat seseorang tetap sehat.
Kegiatan pencegahan primer seperti pendidikan kesehatan, tindak lanjut dari
praktik kesehatan pribadi yang sehat (misalnya flossing, penggunaan sabuk
pengaman, olahraga), penapisan rutin yang direkomendasikan, dan
pemeliharaan jadwal imunisasi yang

sesuai yang dilakukan oleh orang dewasa yang lebih tua yang dapat mereka
lakukan untuk menjaga kesehatan. menjaga kesehatan mereka. Diambil
dari berbagai sumber,
ini menyediakan kegiatan pencegahan utama yang dapat digunakan petugas

18
kesehatan masyarakat ketika bekerja dengan para penatua, baik secara
individu atau dalam kelompok.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder berfokus pada deteksi dini penyakit dan intervensi
segera (lihat Bab 1). Sebagian besar waktu perawat kesehatan komunitas
dihabiskan untuk mendidik masyarakat tentang tindakan pencegahan dan
perilaku kesehatan yang positif.

Ini termasuk mendorong individu untuk mendapatkan skrining rutin untuk


penyakit seperti hipertensi, diabetes, atau kanker, yang, jika diidentifikasi
lebih awal, dapat
berhasil diobati (AHRQ, 2002).
Banyak perawat, yang bekerja sama dengan lembaga-lembaga
masyarakat, berada dalam posisi untuk membuat program penyaringan
berdasarkan keinginan dan demografi komunitas dan fokus lembaga,
membuat mereka dapat diakses oleh populasi yang dilayani. Orang dewasa
yang lebih tua perlu didorong untuk mengikuti jadwal penyaringan
kesehatan yang ditentukan oleh klinik atau penyedia layanan kesehatan
mereka. Jadwal skrining kesehatan yang dijelaskan dalam, Healthwise
Handbook
(2006), Organisasi Pemeliharaan Kesehatan terbesar di dunia, yang
melayani jutaan klien, dan disajikan di sini sebagai panduan. Gugus Tugas
Pelayanan Preventif Amerika
Serikat (USPSTF) (AHRQ, 2007) mengusulkan pandangan yang lebih
komprehensif tentang intervensi dan rekomendasi untuk pemeriksaan
kesehatan berkala terhadap orang yang berusia lebih dari 65 tahun.
3. Pencegahan tersier
pencegahan tersier melibatkan tindak lanjut dan rehabilitasi setelah
penyakit atau kondisi telah terjadi atau didiagnosis dan perawatan awal telah
dimulai. Penyakit kronis yang umum terjadi pada orang dewasa yang lebih
tua, seperti gagal jantung,
stroke, diabetes, gangguan kognitif, atau radang sendi, tidak selalu dapat
dicegah, tetapi sering kali dapat ditunda hingga tahun-tahun selanjutnya
dari kehidupan melalui
19
perilaku sehat seumur hidup (AHRQ, 2002) . Namun, ketika mereka terjadi,
gejala yang melemahkan dan efek yang merusak dapat dikontrol melalui
saluran kesehatan yang didorong oleh perawat kesehatan masyarakat dan
direkomendasikan oleh praktisi perawatan primer (Hazard, 2003). Meskipun
banyak orang dewasa yang dianggap umumnya sehat, 80% memiliki
setidaknya satu kondisi kronis dan 50% memiliki
setidaknya dua (CDC, 2003b). Sebagian kecil menderita penyakit yang
mematikan, seperti penyakit obstruktif kronis (COPD), kecelakaan
pembuluh darah otak, kanker,
atau diabetes mellitus (DM), yang terakhir memerlukan perawatan luas dan
manajemen medis yang sedang berjalan. Masalah kesehatan paling umum
dari lansia dalam komunitas adalah artritis, penglihatan berkurang,
gangguan pendengaran, penyakit jantung, penyakit pembuluh darah perifer,
dan hipertensi. Pada tahun 2002, tiga penyebab utama kematian bagi orang
dewasa A.S. di AS adalah penyakit jantung (32% dari semua kematian),
kanker (22%), dan stroke (8%). Ini menyumbang 61% dari semua kematian
dalam kelompok usia ini. Tragedi dari para pembunuh terkemuka ini
adalah bahwa mereka seringkali dapat dicegah. Meskipun risiko untuk
ketidaknyamanan dan kecacatan jelas meningkat dengan bertambahnya usia,
kesehatan
yang buruk tidak selalu merupakan konsekuensi yang tak terhindarkan dari
pengerjaan. Tiga perilaku — merokok, pola makan yang buruk, dan aktivitas
fisik — adalah akar penyebab hampir 35% penyakit A.Satha di tahun 2000
(Mokdad, Marks, Stroup, & Gerberding)

2.5 Program Kesehatan Dewasa Pria


a. Layanan komunikasi (telepon, akses darurat ke perawatan kesehatan)
b. Layanan perawatan gigi
c. Layanan makanan dan panduan makanan (seperti Roda Makanan,
program komoditas, atau layanan makan kelompok)
d. Layanan pendamping dan perlindungan
e. Latihan dan program kebugaran
f. Bantuan keuangan dan konseling
20
g. Kunjungan dan sahabat yang bersahabat
h. Pendidikan kesehatan
i. Tes pendengaran dan bantuan alat bantu dengar
j. Layanan kesehatan di rumah (termasuk perawatan terampil dan
layanan pembantu kesehatan di rumah)
k. Bantuan perawatan di rumah (pekerjaan rumah tangga, pekerjaan rumah,
dan perbaikan)
l. Hukum bantuan dan konseling
m. Layanan perpustakaan (termasuk kaset dan buku cetak besar)
n. Persediaan atau peralatan medis
o. Supervisi pengobatan
p. Layanan podiatri
q. Program rekreasi dan pendidikan (communitycenters, Elderhostel)
r. Perawatan rutin dari praktisi perawatan kesehatan terpilih
s. Aman, terjangkau, dan perumahan yang sesuai kemampuan
t. Potongan harga warga lanjut usia (makanan, obat-obatan, transportasi, b
anks, toko ritel, dan rekreasi)
u. Layanan bantuan sosial yang ditawarkan bersamaan dengan pemeliharaan
kesehatan
v. Terapi wicara atau fisik
w. Kementerian spiritual
x. Layanan transportasi
y. Perawatan penglihatan (meresepkan dan menyediakan kacamata mata;
diagnosis dan perawatan glaukoma dan katarak)
z. Peluang kerja dan pelatihan (V ista, RSVP) Diadaptasi dari Satuan
Tugas Layanan Pencegahan AS. (2000-2003). Bimbing ke layanan
pencegahan klinis (edisi ke-3).

21
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Studi Kasus Agregat Dewasa Pria

Seorang perawat komunitas yang bertugas di sebuah kelurahan mendapatkan data


bahwa di wilayah kerja puskesmasnya terdapat sebuah lokasi prostitusi dengan jumlah pekerja
seks pria sebanyak 13 orang, dan pekerja seks wanita sebanyak 30 orang, pengguna jasa
layanan pekerja seks tersebut datang dari berbagai wilayah. Data yang tercatat di puskesmas
terdapat 5 orang warga kelurahan X dengan status positif HIV tipe 1, 4 orang diantaranya masih
mengakses metadon dan melakukan kunjungan rutin ke puskesmas. Jumlah penduduk di
kelurahan X adalah sebanyak 35.472, dengan jumlah penduduk dewasa berkisar 20.400
penduduk, saat ini juga tercatat 55 orang ibu hamil. Sementara itu di layanan VCT Puskesmas.
Seorang klien laki laki berusia 28 tahun di bawa ke puskesmas oleh kakak perempuannya, klien
mengeluhkan bahwa mengalami diare berulang, sering lelah, sakit kepala, penurunan berat
badan, dari hasil pemeriksaan fisik perawat ditemukan kulit klien terlihat bersisik, ruam dan
bintil merah pada kulit dan ditemukan lesi pada mukosa mulut dengan cairan bercak-bercak
putih. Klien mengatakan bahwa tidak pernah mengunjungi pelayanan kesehatan sebelumnya
dan pernah menggunakan layanan jasa prostitusi di wilayah tersebut, jika terjadi masalah klien
mengatakan menahan dan membiarkan serta membeli obat di warung saja.

3.1 Asuhan Keperawatan Kasus

1. Pengkajian
Pengkajian Comunity As Patner (CAP)

Core Demografi Sebuah lokasi prostitusi dengan jumlah pekerja seks pria
sebanyak 13 orang, dan pekerja seks wanita sebanyak 30
orang, pengguna jasa layanan pekerja seks tersebut datang
dari berbagai wilayah. Data yang tercatat di diantaranya
masih mengakses metadon dan melakukan kunjungan

22
rutin ke puskesmas. Jumlah penduduk di kelurahan X
adalah sebanyak 35.472, dengan jumlah penduduk dewasa
berkisar 20.400 penduduk, saat ini juga tercatat 55 orang
ibu hamil

Sejarah Tidak dikaji


Nilai & Tidak dikaji
Keyakinan
Subsystem Lingkungan Tidak dikaji
Fisik
Pelayanan Data yang tercatat di diantaranya masih mengakses
Kesehatan & metadon dan melakukan kunjungan rutin ke puskesmas.
Sosial Di layanan VCT Puskesmas. Seorang klien laki laki
berusia 28 tahun di bawa ke puskesmas oleh kakak
perempuannya, klien mengeluhkan bahwa mengalami
diare berulang, sering lelah, sakit kepala, penurunan berat
badan, dari hasil pemeriksaan fisik perawat ditemukan
kulit klien terlihat bersisik, ruam dan bintil merah pada
kulit dan ditemukan lesi pada mukosa mulut dengan
cairan bercak-bercak putih. Klien mengatakan bahwa
tidak pernah mengunjungi pelayanan kesehatan
sebelumnya dan pernah menggunakan layanan jasa
prostitusi di wilayah tersebut, jika terjadi masalah klien
mengatakan menahan dan membiarkan serta membeli
obat di warung saja.

Ekonomi Tidak dikaji


Keamanan & Tidak dikaji
Transportasi
Politik & Tidak dikaji
Pemerintahan
Komunikasi Tidak dikaji
Pendidikan Tidak dikaji
23
Rekreasi Tidak dikaji
Persepsi Dewasa Seorang yang berusia 28 tahun tidak mengakses layanan
kesehatan saat sakit, hanya menahan dan menggunakan
obat warung

Analisa Data

Data Masalah
Do : Defisit Kesehatan
• 5 orang warga kelurahan X dengan status positif Komunitas b/d Terdapat
HIV tipe 1, 4 orang diantaranya masih mengakses faktor risiko fisiologis dan
metadon dan melakukan kunjungan rutin ke atau psikologis yang
puskesmas menyebabkan anggota
Ds : komunitas menjalani
• Klien mengatakan pernah menggunakan layanan perawatan
jasa prostitusi diwilayah tsb

Do : Defisit Pengetahuan b/d


• Wilayah tsb terdapat lokasi prostitusi dengan jumlah Menunjukkan persepsi yang
pekerja seks pria 13 orang dan wanita sebanyak 30 keliru terhadap masalah
orang
Ds :
• Klien mengatakan bahwa tidak pernah mengunjungi
pelayanan kesehatan sebelumnya

2. Diagnosa

Data senjang :

1. terdapat sebuah lokasi prostitusi dengan jumlah pekerja seks pria sebanyak 13
orang, dan pekerja seks wanita sebanyak 30 orang
2. terdapat 5 orang warga kelurahan X dengan status positif HIV tipe 1
24
3. Seorang klien laki laki berusia 28 tahun di bawa ke puskesmas oleh kakak
perempuannya, klien mengeluhkan bahwa mengalami diare berulang, sering lelah,
sakit kepala, penurunan berat badan, dari hasil pemeriksaan fisik perawat
ditemukan kulit klien terlihat bersisik, ruam dan bintil merah pada kulit dan
ditemukan lesi pada mukosa mulut dengan cairan bercak-bercak putih. Klien
mengatakan bahwa tidak pernah mengunjungi pelayanan kesehatan sebelumnya
dan pernah menggunakan layanan jasa prostitusi di wilayah tersebut, jika terjadi
masalah klien mengatakan menahan dan membiarkan serta membeli obat di
warung saja

Tanda Mayor dan Minor :


1. Defisit Kesehatan Komunitas
a. Gajala dan Tanda Mayor
Objektif
• Terjadi masalah kesehatan di komunitas
• Terdapat faktor risiko fisiologis dan atau psikologis yang menyebabkan
anggota komunitas menjalani perawatan
b. Gejalan dan Tanda Minor
Objektif
• Tidak tersedia program untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas
• Tidak tersedia program untuk mencegah msalah komunitas
• Tidak tersedia program untuk mengurangi masala kesehtan komunitas
• Tidak tersedia program untuk mengatasi masalah kesehatan komunitas
2. Defisit Pengetahuan
a. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
• Menanyakan masalah yang dihadapi
Objektif
• Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran
• Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah
b. Gejala dan Tanda Minor
Objektif
• Menunjukkan perilaku apatis
25
3. Intervensi

No Diagnosa SLKI SIKI


1. Defisit Kesehatan Status Kesehatan Pengembangan
Komunitas Komunitas Kesehatan Masyarakat
Definisi : terdapat Definisi : kondisi Definisi : memfasilitasi
masalah kesehatan atau kesejahteraan fisik mental anggota kelompok atau
faktor risiko yang dapat dan sosial komunitas . masyarakat untuk
mengganggu mengidentifikasi isu
kesejahteraan pada suatu Dengan Indikator : kesehatan komunitas dan
kelompok. 1. Ketersediaan program mengimplementasikan
promosi kesehatan solusi yang ada.
a. Gajala dan Tanda 2. Ketersediaan program
Mayor proteksi kesehatan Tindakan :
Objektif 3. Partisipasi dalam Observasi
• Terjadi masalah program kesehatan 1. Identifikasi
kesehatan di komunitas masalah atau isu
komunitas 4. Keikutsertaan kesehatan dan
• Terdapat faktor asuransi jaminan prioritasnya
risiko fisiologis kesehatan 2. Identifikasi potensi
dan atau 5. Kepatuhan terhadap atau aset dalam
psikologis yang standar kesehatan masyarakat terkait
menyebabkan lingkungan isu yang dihadapi
anggota 6. Penurunan angka 3. Identifikasi
komunitas penyakit menular kekuatan/partner
menjalani seksual dalam
perawatan pengembangan
b. Gejalan dan Tanda kesehatan
Minor 4. Identifikasi
Objektif pemimpin/tokoh
• Tidak tersedia dalam masyarakat.
program untuk

26
meningkatkan Terapeutik
kesejahteraan 1. Libatkan anggota
komunitas masyarakat untuk
• Tidak tersedia meningkatkan
program untuk kesadaran terhadap
mencegah msalah isu dan masalah
komunitas kesehatan yang
• Tidak tersedia dihadapi
program untuk 2. Libatkan
mengurangi masyarakat dalam
masala kesehtan musyawarah untuk
komunitas mendefinisikan isu
• Tidak tersedia kesehatan dan
program untuk mengembangkan
mengatasi rencana kerja
masalah kesehatan 3. Libatkan anggota
komunitas masyarakat dalam
mengembangkan
jaringan kesehatan
4. Bangun komitmen
antar anggota
masyarakat

2. Defisit Pengetahuan Tingkat Pengetahuan Edukasi Kesehatan


Definisi :ketiadaan atau Definisi : kecukupan Definisi : mengajarkan
kurangnya informasi informasi kognitif yang pengelolaan faktor resiko
kognitif yang berkaitan berkaitan dengan topik penyakit dan perilaku
dengan topik tertentu. tertentu. hidup bersih serta sehat.

a. Gejala dan Tanda Dengan Indikator : Tindakan:


Mayor 1. Kecukupan informasi Observasi
Subjektif kognitif yang 1. Identifikasi
kesiapan dan
27
• Menanyakan masalah berkaitan dengan kemampuan
yang dihadapi topik permasalahan. menerima
Objektif 2. Perilaku sesuai informasi
• Menunjukkan anjuran 2. Identifikasi faktor-
perilaku tidak sesuai 3. Perilaku sesuai faktor yang dapat
anjuran dengan pengetahuan meningkatkan dan
• Menunjukkan 4. Menyelesaikan menurunkan
persepsi yang keliru persepsi yang keliru motivasi perilaku
terhadap masalah terhadap masalah hidup bersih dan
sehat
b. Gejala dan Tanda Terapeutik
Minor 1. Sediakan materi
Objektif dan media

• Menunjukkan pendidikan

perilaku apatis kesehatan


2. Jadwalkan
pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
3. Berikan
kesempatan untuk
bertanya
Edukasi
1. Jelaskan faktor
resiko yang dapat
mempengaruhi
kesehatan
2. Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat
3. Ajarkan strategi
yang dapat
digunakan untuk
28
meningkatkan
perilaku hidup
bersih dan sehat.

4. Implementasi dan Evaluasi

NO Hari/Jam Implementasi Evaluasi


1 Senin, 07 Maret • Mengidentifikasi masalah atau S:
2022 isu kesehatan dan prioritasnya • Masyarakat
08.00-14.00 • Mengidentifikasi potensi atau mengatakan sudah
aset dalam masyarakat terkait mampu dalam
isu yang dihadapi bermusyawarah untuk
• Mengidentifikasi mengindentifikasi isu
kekuatan/partner dalam kesehatan yang
pengembangan kesehatan sedang terjadi
• Mengidentifikasi O:
pemimpin/tokoh dalam • Masyarakat tampak
masyarakat. mengerti apa yang
• Melibatkan anggota masyarakat telah dijelaskan
untuk meningkatkan kesadaran A:
terhadap isu dan masalah • Implementasi
kesehatan yang dihadapi dihentikan karena
• Melibatkan masyarakat dalam tujuan telah tercapai
musyawarah untuk P:
mendefinisikan isu kesehatan

29
dan mengembangkan rencana • Mempertahankan
kerja kondisi masyarakat
• Melibatkan anggota masyarakat karena tujuan telah
dalam mengembangkan jaringan tercapai
kesehatan
• Membangun komitmen antar
anggota masyarakat
2 • Mengidentifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi
• Mengidentifikasi faktor-faktor
yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku
hidup bersih dan sehat
• Menyediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
• Menjadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
• Memberikan kesempatan untuk
bertanya

3.2 Faktor Resiko yang Dihadapi Kelompok Pria di Komunitas


A. Penyalahgunaan Narkotika
Salah satu faktor resiko yang dihadapi kelompok pria di komunitas tersebut
yaitu penyalahgunaan narkotika. Narkotika adalah zat atau obat baik yang bersifat
alamiah, sintetis, maupun semi sintetis yang menimbulkan efek penurunan
kesadaran, halusinasi, serta daya rangsang. Obat-obatan tersebut dapat menimbulkan
kecanduan jika pemakaiannya berlebihan. Pemanfaatan dari zat-zat itu adalah
sebagai obat penghilang nyeri serta memberikan ketenangan. Kandungan yang
terdapat pada narkoba tersebut memang bisa memberikan dampak yang buruk bagi
kesehatan jika disalahgunakan. Narkotika golongan 1 seperti ganja, opium, dan
tanaman koka sangat berbahaya jika dikonsumsi karena beresiko tinggi menimbulkan

30
efek kecanduan. Sementara narkotika golongan 2 bisa dimanfaatkan untuk
pengobatan asalkan sesuai dengan resep dokter. Jenis dari golongan ini kurang lebih
ada 85 jenis, beberapa diantaranya seperti Morfin, Alfaprodina, dan lain-lain.
Golongan 2 juga berpotensi tinggi menimbulkan ketergantungan. narkotika golongan
3 memiliki risiko ketergantungan yang cukup ringan dan banyak dimanfaatkan untuk
pengobatan serta terapi.
Peredaran dan dampak narkoba saat ini sudah sangat meresahkan. Mudahnya
mendapat bahan berbahaya tersebut membuat penggunanya semakin meningkat. Tak
kenal jenis kelamin dan usia, semua orang berisiko mengalami kecanduan jika sudah
mencicipi zat berbahaya ini. Meski ada beberapa jenis yang diperbolehkan dipakai
untuk keperluan pengobatan, namun tetap saja harus mendapatkan pengawasan ketat
dari dokter. Ada banyak bahaya narkoba bagi hidup dan kesehatan, di antaranya
adalah:
1. Dehidrasi
Penyalahgunaan zat tersebut bisa menyebabkan keseimbangan elektrolit
berkurang. Akibatnya badan kekurangan cairan. Jika efek ini terus terjadi, tubuh
akan kejang-kejang, muncul halusinasi, perilaku lebih agresif, dan rasa sesak pada
bagian dada. Jangka panjang dari dampak dehidrasi ini dapat menyebabkan
kerusakan pada otak.
2. Halusinasi
Halusinasi menjadi salah satu efek yang sering dialami oleh pengguna narkoba
seperti ganja. Tidak hanya itu saja, dalam dosis berlebih juga bisa menyebabkan
muntah, mual, rasa takut yang berlebih, serta gangguan kecemasan. Apabila
pemakaian berlangsung lama, bisa mengakibatkan dampak yang lebih buruk
seperti gangguan mental, depresi, serta kecemasan terus-menerus.
3. Menurunnya Tingkat Kesadaran
Pemakai yang menggunakan obat-obatan tersebut dalam dosis yang berlebih,
efeknya justru membuat tubuh terlalu rileks sehingga kesadaran berkurang
drastis. Beberapa kasus si pemakai tidur terus dan tidak bangun-bangun.
Hilangnya kesadaran tersebut membuat koordinasi tubuh terganggu, sering
bingung, dan terjadi perubahan perilaku. Dampak narkoba yang cukup berisiko
tinggi adalah hilangnya ingatan sehingga sulit mengenali lingkungan sekitar.
4. Kematian

31
Dampak narkoba yang paling buruk terjadi jika si pemakai menggunakan obat-
obatan tersebut dalam dosis yang tinggi atau yang dikenal dengan overdosis.
Pemakaian sabu-sabu, opium, dan kokain bisa menyebabkan tubuh kejang-kejang
dan jika dibiarkan dapat menimbulkan kematian. Inilah akibat fatal yang harus
dihadapi jika sampai kecanduan narkotika, nyawa menjadi taruhannya.
5. Gangguan Kualitas Hidup
Bahaya narkoba bukan hanya berdampak buruk bagi kondisi tubuh, penggunaan
obat-obatan tersebut juga bisa mempengaruhi kualitas hidup misalnya susah
berkonsentrasi saat bekerja, mengalami masalah keuangan, hingga harus
berurusan dengan pihak kepolisian jika terbukti melanggar hukum.

B. Seks bebas/Prostitusi
Seks bebas/prostitusi juga termasuk faktor resiko yang dihadapi oleh kelompok pria
di komunitas tersebut. Dengan jumlah pekerja seks pria sebanyak 13 orang. Seks
bebas adalah hubungan seksual yang dilakukan di luar ikatan pernikahan, baik suka
sama suka atau dalam dunia prostitusi.
Banyak faktor yang mempengaruhi tindakan prostitusi ini, diantaranya adalah:
1. Terpaksa keadaan ekonomi, keadaan ekonomi memaksa seseorang untuk
menjalani prostitusi. Termasuk dalam faktor ini antara lain berasal dari keluarga
dengan sosial ekonomi rendah, kebutuhan mendesak untuk mendapatkan uang
guna membiayai diri sendiri maupun keluarganya, tidak mempunyai sumber
penghasilan, tingkat pendidikan rendah, minimnya keterampilan dan sengaja
dijual oleh keluarganya ketempat pelacuran.
2. Ikut arus, prostitusi dianggap sebagai pilihan yang mudah dalam mencari nafkah
karena rekan-rekan mereka di kampung sudah melakukannya dan bagi
masyarakat daerah pelacuran merupakan alternatif pekerjaan.
3. Gaya hidup yang tidak sesuai dan selalu ingin suatu kemewahan menyebabkan
seorang melakukan segala cara untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tersebut,
sehingga mengambil jalur prostitusi sebagai jalan pintas untuk mendapatkan uang
yang banyak.
4. Frustasi, kegagalan seseorang untuk mencapai tujuan hidup disebut fustasi.
Seseorang yang sangat mendambakan kehidupan rumah tangga yang bahagia
akan frustasi bila mengalami perceraian, seorang yang mencintai kekasihnya akan

32
frustasi bila mengalami kegagalan cinta. Keadaan ini dapat menimbulkan rasa
kecewa dan sakit hati. Pada umumnya mereka yang terlibat dalam prostitusi
karena ingin membalas sakit hatinya.
5. Pelaku biasanya tidak menghormati orang tua sehingga melakukan perbuatan
tersebut diluar pengetahuan orang tua mereka. 6. Karena kurang bersyukur atas
nikmat yang Tuhan berikan, dan karena merasa tidak cukup atas apa yang dia
miliki.

Beberapa penyakit yang timbul akibat prostitusi/seks bebas yaitu :


1. Terkena HIV
Human Immunodeficiency Virus atau HIV merupakan salah satu virus yang cara
penyebarannya melalui cairan tubuh (pada kasus ini, cairan sperma bertemu cairan
vagina). Virus paling mematikan ini, sering kali disebabkan oleh seks bebas,
begitupun dengan hubungan seks dengan PSK. Pada dasarnya, virus menyerang
sistem kekebalan tubuh, ketika sudah berkembang menjadi parah, virus ini akan
berubah menjadi AIDS.

2. Human papillomavirus (HPV)


Human papillomavirus (HPV) adalah salah satu virus yang umum tertular lewat
hubungan seksual.

3. Ketagihan seks
Berbicara soal ketagihan, sesuatu yang dianggap “menyenangkan” pastinya akan
dilakukan terus menerus, maka kebutuhan akan kesenangan ini menjadi adiktif. Bila
sudah ketagihan seks, bila tidak melakukannya akan menjadikannya frustrasi dan
berbagai gejala psikologis lainnya. Studi menemukan bahwa keterusan mencari dan
“menggunakan” PSK, akan menimbulkan kerusakan emosi (emotional damage) pada
pria. Pada tahap ini maka kesadaran diri dan penyesalan tidak cukup, perlu ada terapi
khusus mengatasi ketagihan seks ini.

3.3 Program yang Mendukung Pelaksanaan Penyelesaian Kasus

Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba


33
Program yang cocok untuk pria yang dikasus yaitu Program pengendalian HIV/AIDS
sektor kesehatan meliputi layanan konseling dan testing HIV, pengamanan donor darah
dan produk darah, kolaborasi tuberkulosis-HIV,upaya kewaspadaan universal,
perawatan/pengobatan AIDS, pelayanan farmasi, diagnostik penunjang, dukungan gizi
ODHA, pencegahan penyakit gigi dan mulut terkait HIV/AIDS, penguatan informasi
strategis, pengembangan SDM kesehatan. Juga disusun rencana dan anggaran informasi
dasar HIV/AIDS dan PMS, metode penularan dan pencegahan, mengurangi stigma dan
diskriminasi. Metode pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan narkoba yang
paling efektif dan mendasar adalah metode promotif dan preventif. Upaya yang paling
praktis dan nyata adalah represif dan upaya yang manusiawi adalah kuratif serta
rehabilitatif.

1. Promotif
Program promotif ini kerap disebut juga sebagai program preemtif atau program
pembinaan. Pada program ini yang menjadi sasaran pembinaanya adalah para
anggota masyarakat yang belum memakai atau bahkan belum mengenal narkoba
sama sekali. Prinsip yang dijalani oleh program ini adalah dengan meningkatkan
peranan dan kegitanan masyarakat agar kelompok ini menjadi lebih sejahtera secara
nyata sehingga mereka sama sekali tidak akan pernah berpikir untuk memperoleh
kebahagiaan dengan cara menggunakan narkoba. Bentuk program yang ditawrkan
antara lain pelatihan, dialog interaktif dan lainnya pada kelompok belajar,
kelompok olah raga, seni budaya, atau kelompok usaha. Pelaku program yang
sebenarnya paling tepat adalah lembaga-lembaga masyarakat yang difasilitasi dan
diawasi oleh pemerintah.
2. Preventif
Program promotif ini disebut juga sebagai program pencegahan dimana
program ini ditujukan kepada masyarakat sehat yang sama sekali belum pernah
mengenal narkoba agar mereka mengetahui tentang seluk beluk narkoba sehingga
mereka menjadi tidak tertarik untuk menyalahgunakannya. Program ini selain
dilakukan oleh pemerintah, juga sangat efektif apabila dibantu oleh sebuah instansi
dan institusi lain termasuk lembaga-lembaga profesional terkait, lembaga swadaya
masyarakat, perkumpulan, organisasi masyarakat dan lainnya. Bentuk dan agenda
kegiatan dalam program preventif ini:
a. Kampanye anti penyalahgunaan narkoba
34
Program pemberian informasi satu arah dari pembicara kepada pendengar
tentang bahaya penyalahgunaan narkoba. Kampanye ini hanya memberikan
informasi saja kepada para pendengarnya, tanpa disertai sesi tanya jawab.
Biasanya yang dipaparkan oleh pembicara hanyalah garis besarnya saja dan
bersifat informasi umum.Informasi ini biasa disampaikan oleh para tokoh
asyarakat.Kampanye ini juga dapat dilakukan melalui spanduk poster atau
baliho.Pesan yang ingin disampaikan hanyalah sebatas arahan agar menjauhi
penyalahgunan narkoba tanpa merinci lebih dala mengenai narkoba.
b. Penyuluhan seluk beluk narkoba
Berbeda dengan kampanye yang hanya bersifat memberikan informasi, pada
penyuluhan ini lebih bersifat dialog yang disertai dengan sesi tanya jawab.
Bentuknya bisa berupa seminar atau ceramah.Tujuan penyuluhan ini adalah
untuk mendalami pelbagai masalah tentang narkoba sehingga masyarakat
menjadi lebih tahu karenanya dan menjadi tidak tertarik enggunakannya selepas
mengikuti program ini. Materi dalam program ini biasa disampaikan oleh
tenaga profesional seperti dokter, psikolog, polisi, ahli hukum ataupun sosiolog
sesuai dengan tema penyuluhannya.
c. Pendidikan dan pelatihan kelompok sebaya
Perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan didalam kelompok masyarakat agar
upaya menanggulangi penyalahgunaan narkoba didalam masyarakat ini
menjadi lebih efektif. Pada program ini pengenalan narkoba akan dibahas lebih
mendalam yang nantinya akan disertai dengan simulasi penanggulangan,
termasuk latihan pidato, latihan diskusi dan latihan menolong penderita.
Program ini biasa dilakukan dilebaga pendidikan seperti sekolah atau kampus
dan melibatkan narasumber dan pelatih yang bersifat tenaga profesional.
d. Upaya mengawasi dan mengendalikan produksi dan upaya distribusi narkoba di
masyarakat.
Pada program ini sudah menjadi tugas bagi para aparat terkait seperti polisi,
Departemen Kesehatan, Balai Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM),
Imigrasi, Bea Cukai, Kejaksaan, Pengadilan dan sebagainya. Tujuannya adalah
agar narkoba dan bahan pembuatnya tidak beredar sembarangan didalam
masyarakat namun melihat keterbatasan jumlah dan kemampuan petugas,
program ini masih belum dapat berjalan optimal.

35
3. Kuratif
Program ini juga dikenal dengan program pengobatan dimana program ini
ditujukan kepada para peakai narkoba.Tujuan dari program ini adalah mebantu
mengobati ketergantungan dan menyembuhkan penyakit sebagai akibat dari
pemakaian narkoba, sekaligus menghentikan peakaian narkoba.Tidak sembarang
pihak dapat mengobati pemakai narkoba ini, hanya dokter yang telah mempelajari
narkoba secara khususlah yang diperbolehkan mengobati dan menyembuhkan
pemakai narkoba ini.Pngobatan ini sangat rumit dan dibutuhkan kesabaran dala
menjalaninya.Kunci keberhasilan pengobatan ini adalah kerjasama yang baik antara
dokter, pasien dan keluarganya.
Bentuk kegiatan yang yang dilakukan dalam program pengobat ini adalah:
a) Penghentian secara langsung;
b) Pengobatan gangguan kesehatan akibat dari penghentian dan pemakaian
narkoba (detoksifikasi);
c) Pengobatan terhadap kerusakan organ tubuh akibat pemakaian narkoba;
d) Pengobatan terhadap penyakit lain yang dapat masuk bersama narkoba
seperti HIV/AIDS, Hepatitis B/C, sifilis dan lainnya. Pengobatan ini sangat
kompleks dan memerlukan biaya yang sangat mahal. Selain itu tingkat
kesembuhan dari pengobatan ini tidaklah besar karena keberhasilan
penghentian penyalahgunaan narkoba ini tergantung ada jenis narkoba yang
dipakai, kurun waktu yang dipakai sewaktu menggunakan narkoba, dosis
yang dipakai, kesadaran penderita, sikap keluarga penderita dan hubungan
penderita dengan sindikat pengedar.

4. Rehabilitatif
Program ini disebut juga sebagai upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang
ditujukan kepada penderita narkoba yang telah lama menjalani program kuratif.
Tujuannya agar ia tidak memakai dan bisa bebas dari penyakit yang ikut
menggerogotinya karena bekas pemakaian narkoba. Kerusakan fisik, kerusakan
mental dan penyakit bawaan macam HIV/AIDS biasanya ikut menghampiri para
pemakai narkoba. Itulah sebabnya mengapa pengobatan narkoba tanpa program
rehabilitasi tidaklah bermanfaat. Setelah sembuh masih banyak masalah yang harus
dihadapi oleh bekas pemakai tersebut, yang terburuk adalah para penderita akan

36
merasa putus asa setelah dirinya tahu telah terjangit penyakit macam HIV/AIDS
dan lebih memilih untuk mengakhiri dirinya sendiri. Cara yang paling banyak
dilakukan dalam upaya bunuh diri ini adalah dengan cara menyuntikkan dosis obat
dalam jumlah berlebihan yang mengakibatkan pemakai mengalami Over Dosis
(OD). Cara lain yang biasa digunakan untuk bunuh diri dalah dengan melompat dari
ketinggian, membenturkan kepala ke tembok atau sengaja melempar dirinya untuk
ditbrakkan pada kendaraaan yang sedang lewat. Banyak upaya pemulihan namun
keberhasilannya sendiri sangat bergantung pada sikap profesionalisme lembaga
yang menangani program rehabilitasi ini, kesadaran dan kesungguhan penderita
untuk sembuh serta dukungan kerja sama antara penderita, keluarga dan lembaga.
5. Represif
Ini merupakan program yang ditujukan untuk menindak para produsen, bandar,
pengedar dan pemakai narkoba secara hukum.Program ini merupakan instansi
peerintah yang berkewajiban mengawasi dan mengendalikan produksi aupun
distribusi narkoba.Selain itu juga berupa penindakan terhadap pemakai yang
melanggar undang-undang tentang narkoba. Instansi yang terkain dengan program
ini antara lain polisi, Departemen Kesehatan, Balai Pengawasan Obat dan Makanan
(BPOM), Imigrasi, Bea Cukai, Kejaksaan, Pengadilan. Begitu luasnya jangkauan
peredaran gelap narkoba ini tentu diharapkan peran serta masyarakat, termasuk
LSM dan lembaga kemasyarakatan lain untuk berpartisipasi membantu para aparat
terkait tersebut Masyarakat juga harus berpartisipasi, paling tidak melaporkan
segala hal yang berhubungan dengan kegiatan yang terkait dengan penyalahgunaan
narkoba dilingkungannya. Untuk memudahkan partisipasi masyarakat tersebut,
polisi harus ikut aktif menggalakkan pesan dan ajakan untuk melapor ke polisi bila
melihat kegiatan penyalahgunaan narkoba. Cantumkan pula nomor dan alamat yang
bisa dihubungi sehingga masyarakat tidak kebingungan bila hendak melapor.
Melaporkan kegiatan pelanggaran narkoba seperti ini tentu saja secara tidak
langsung ikut mebahayakan keselamatan si pelapor, karena sindikat narkoba tentu
tak ingin kegiatan mereka terlacak dan diketahui oleh aparat. Karena itu sudah jadi
tugas polisi untuk melindungi keselamatan jiwa si pelapor dan merahasiakan
identitasnya. Masalah penyalahgunaan narkoba adalah masalah yang kompleks
yang pada umumnya disebabkan oleh tiga faktor yaitu: faktor individu, faktor
lingkungan/sosial dan faktor ketersediaan, menunjukkan bahwa pencegahan

37
penyalahgunaan narkoba yang efektif memerlukan pendekatan secara terpadu dan
komprehensif. Pendekatan apa pun yang dilakukan tanpa mempertimbangkan
ketiga faktor tersebut akan mubazir. Oleh karena itu peranan semua sektor terkait
termasuk para orangtua, guru, tokoh masyarakat, tokoh agama, kelompok remaja
dan LSM di masyarakat, dalam pencegahan narkoba sangat penting.

38
BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Berbagai masalah keperawatn dikomunitas bisa dicegah dengan beberapa caracyang
diilakukan perawat salah satungya dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada
masyarakat luas, dan jika telah terjadi suatu masalah dikomunitas yang berhubungan dengan
kesehatan perawat pun mampu untuk memperbaiki nya dengan melaksanakan asuhan
keperawatan pada komunitas.

4.2. Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, diharapkan para pembaca menggunakan
makalah ini selai sebagai bahan tambahan bacaan, pembaca jugabisa mencari referensi lain
utnuk melengkapi hal yang tidak ada dalam makalah ini.

39
DAFTAR PUSTAKA

Bustan,M.N.,2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2 Rineka Cipta, Jakarta.

Kemenkes RI,2016.InfoDatin:Situasi Penyakit HIV/AIDS di Indonesia.Jakarta: Pusdatin


Kemenkes RI.

Judit Ann Alender. Community Health Nursing. 2010 Wolters Kluwer Health | Lippincott
Williams & Wilkins.

Indrayanti1, Junaiti Sahar2, Henny Permatasari. Peningkatan Kemampuan Dan Penurunan


Tekanan Darah Pada Agregate Dewasa Hipertensi Sesudah Mengikuti Intervensi
Modifikasi Perilaku Dengan Hypnocaring (Moluca) Di Curug, Cimanggis, Depok. Jurnal
Kesehatan : 2018

40

Anda mungkin juga menyukai