SKRIPSI
Oleh
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016
i
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Judul : Gambaran Tingkat Stres, Ansietas dan Depresi pada
Pasien Penyakit Jantung Koroner di RSUP H. Adam
Malik Medan
Nama Mahasiswa : Poppy Cristina Rotua Siagian
NIM : 121101069
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Tahun : 2016
ABSTRAK
Penyakit Jantung Koroner merupakan suatu penyakit pada jantung yang terjadi
karena adanya kelainan pada pembuluh koroner. Penyakit Jantung Koroner
biasanya diikuti oleh reaksi-reaksi psikologis seperti stres, ansietas dan depresi.
faktor psikologis seperti stres, ansietas dan depresi memiliki efek yang tidak
diinginkan pada prognosis penyakit jantung koroner dan mungkin sebagai
hambatan untuk meningkatkan kondisi pasien. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi gambaran tingkat stres, ansietas, dan depresi pada pasien
penyakit jantung koroner di RSUP H. Adam Malik Medan dengan menggunakan
desain deskriptif dan menggunakan instrumen penelitian yaitu kuesioner DASS
42 (Depression Anxiety Stress Scale). Pengambilan sampel dilakukan dengan
accidental sampling dengan jumlah sampel 40 orang. Data dianalisa sacara
univariat dan menggunakan teknik komputerisasi dengan uji statistik deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien yang tidak stres sebanyak 37,5%,
ringan (10%), sedang (25%), berat (15%) dan sangat berat (12,5%). Tidak
ansietas sebanyak 32,5%, ringan (20%), sedang (22,5%), berat (20%), dan sangat
berat (25%). Tidak depresi sebanyak 50%, ringan (27,5%) dan sedang (22,5%).
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada perawat untuk
memperhatikan kondisi psikis pasien dengan memberikan penanganan yang tepat
tentang cara mengatasi keadaan tersebut. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan
untuk menambah jumlah responden penelitian dan meneliti lebih lanjut tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat stres, ansietas dan depresi pada pasien
penyakit jantung koroner..
Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasihNya
Tingkat Stres, Ansietas dan Depresi pada pasien Penyakit Jantung Koroner di
RSUP H. Adam Malik Medan”. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan pada
Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Wakil Dekan I, Cholina T.
Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.KMB selaku Wakil Dekan II dan Dr. Siti
Saidah Nasution, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku Wakil Dekan III Fakultas
Keperawatan USU.
2. Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing yang
S.Kep, Ns, M.Nurs, selaku dosen penguji I dan II yang telah memberi
telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan uji reliabilitas kepada
peneliti.
5. Keluarga tercinta Ayahanda Fiktor Siagian, Ibunda Rita Sinaga serta adik
Silaban, Mutiara Beatrix, kakak asuh Afriani Purba dan Lee Hyuk Jae yang
ini.
Debi, Iis, Yura, Kiki yang telah banyak memberikan masukan, berbagi
8. Teman teman satu bimbingan peneliti Artia Sari Sidabutar, Nadya Saqinah
dan Yeni Sitepu yang senantiasa membantu peneliti dalam proses pengerjaan
skripsi ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa dan penuh kasih melimpahkan berkat
karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu peneliti. Akhir
Penulis
vi
Halaman
Halaman Judul....................................................................................................... i
Halaman Operasional ............................................................................................ ii
Halaman Pengesahan ............................................................................................ iii
Abstrak .................................................................................................................. iv
Kata Pengantar ...................................................................................................... v
Daftar Isi................................................................................................................ vii
vii
viii
ix
xi
Perubahan pola hidup yang terjadi memberikan suatu dampak terhadap perubahan
pola penyakit dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular seperti
pertama dengan mortalitas 220.000 (14%) (WHO, 2008). Sekitar 239.548 jiwa
pasien jantung yang menjalani rawat inap dan rawat jalan di Rumah Sakit di
Indonesia. Kasus terbanyak adalah penyakit jantung iskemik, yaitu 110.183 kasus
dengan kasus tertinggi terjadi pada infark miokard akut (13,49%) dan kemudian
diikuti oleh gagal jantung (13,42%) dan penyakit jantung lainnya (13,37%)
dengan gejala mirip penyakit jantung koroner adalah 1,1% (Riskesdas, 2013).
1
Universitas Sumatera Utara
2
Penyakit Jantung Koroner merupakan suatu penyakit pada jantung yang terjadi
ke jantung, sehingga suplai darah menjadi tidak adekuat atau terjadi keadaan
dengan persediaan oksigen yang diberikan oleh pembuluh darah koroner (Sumiati,
dkk, 2010)
seperti stres, ansietas dan depresi. Jelas bahwa faktor psikologis seperti stres,
ansietas dan depresi memiliki efek yang tidak diinginkan pada prognosis sindrom
koroner akut dan mungkin sebagai hambatan untuk meningkatkan kondisi pasien.
Penderita jantung koroner memiliki tingkat stres dan kecemasan yang tinggi, yang
berkaitan dengan treatment yang harus dijalani seperti diet atau pengaturan
makanan, konsumsi obat dan juga olahraga. Selain itu risiko komplikasi penyakit
yang dialami penderita juga menyebabkan terjadinya stres (Sholichah, 2009 dalam
Gustina, 2012).
dan disritmia, penurunan ingatan pasien dan kualitas hidupnya dan menyebabkan
(Aghakhani, et al, 2011). Menurut penelitian para ahli kesehatan klinik stres dapat
memicu semburan adrenalin dan zat katekolamin yang tinggi yang dapat
jantung, hal ini akan memicu terjadinya serangan jantung pada penderita PJK dan
juga dapat semakin memperburuk kondisi/ prognosis pnderita PJK (Sumiati, dkk,
2010).
Stres yang terjadi pada pasien PJK disebabkan awalnya karena ansietas yang
awal Infark Miokard Akut dan berlanjut ke tahap pemulihan dan mempengaruhi
ansietas. Ansietas dapat melemahkan kondisi banyak pasien, jika parah dan tidak
ditangani, ansietas dapat menyebabkan kejadian penyakit jantung yang fatal yang
2002).
kasus baru dan dapat meningkatkan morbilitas dan mortilitas penyakit jantung
(Widiyanti, 2014). Gejala depresi tidak hanya sementara setelah Infark Miokard,
termasuk penelitian terhadap pasien jantung yang depresi dan terdapat risiko
relatif terhadap peristiwa aritmia diantara pasien pasca Infark Miokard. Depresi
memberikan prognosis yang buruk terhadap pasien. Respon atau reaksi seseorang
terhadap stressor psikososial yang dialaminya berbeda satu dengan yang lainnya,
ada yang menunjukkan gejala-gejala stres, ada juga yang menunjukkan gejala-
gejala kecemasan dan atau depresi. Tidak jarang ketiga gejala tersebut juga saling
tumpang tindih, sebab dalam pengalaman klinis jarang ditemukan ketiga gejala
penderita didominasi oleh keluhan fisik tetapi dapat pula disertai keluhan psikis.
Pada gejala ansietas, gejala yang dikeluhkan penderita didominasi oleh keluhan
psikis seperti ketakutan dan kekhawatiran, tetapi dapat pula disertai keluhan fisik.
Pada depresi, gejala yang dikeluhkan penderita didominasi oleh keluhan psikis
seperti kemurungan dan kesedihan, tetapi dapat pula disertai keluhan fisik
(Hawari, 2013).
psikologis yang dialami oleh pasien PJK. Upaya-upaya terapi baik yang ditujukan
terhadap stresor psikososial maupun terhadap gangguan fisik ataupun psikis. Agar
seimbang antara intervensi yang diberikan secara fisik dan psikologis, dan dapat
tingkat kecemasan pada pasien PJK di salah satu rumah sakit di Pontianak
terdapat 75% pasien PJK berada pada tingkat kecemasan sedang dan 25% berada
pada tingkat kecemasan berat. Penelitian yang dilakukan oleh Anggraini (2015),
di salah satu Klinik di Sleman, terkait dengan tingkat stres pada pasien jantung
koroner yang memiliki tingkat stres yang normal sebanyak 86,7 %. Sertraline
(2010) menemukan bahwa diantara pasien yang menderita sindrom koroner akut
yang datang ke rumah sakit dengan gejala depresi mayor, 94% telah mengalami
depresi lebih dari satu bulan, 61% telah mengalami depresi lebih dari enam bulan
dan lebih dari separuh pernah mengalami episode depresi mayor sebelumnya.
Sejauh ini belum terdapat penelitian terkait stres, ansietas dan depresi pada
pasien PJK yang dilakukan. RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah
sakit rujukan di Sumatera Utara, peneliti memilih RSUP H. Adam Malik Medan
kuantitas pasien PJK yang memadai. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik
Sesuai dengan latar belakang permasalahan di atas maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah bagaimana gambaran tingkat stres, ansietas dan depresi pada
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan sumber
stres, ansietas dan depresi pada pasien penyakit jantung koroner, dan dapat
psikologis juga.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan atau sumber
data bagi peneliti lainnya yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut
TINJAUAN PUSTAKA
(aterosklerosis koroner) yang ditandai dengan penimbunan lipid atau bahan lemak
struktur dan fungsi arteri dan penurunan aliran darah ke jantung (Smeltzer &
Bare, 2002).
Menurut Smeltzer & Bare (2002) faktor resiko penyakit jantung koroner terbagi
dua yaitu:
1. Riwayat Keluarga
keluarga ada riwayat penyakit jantung. Namun ini bisa dihindari dengan
2. Umur
Telah dibuktikan adanya hubungan antara umur dan kematian akibat PJK.
Sebagian besar kasus kematian terjadi pada laki-laki umur 35-44 tahun dan
menopause (45-0 tahun) lebih rendah dari pada laki-laki dengan umur
8
Universitas Sumatera Utara
9
3. Jenis kelamin.
dilawan oleh ventrikel kiri saat memompa darah. Tekanan tinggi yang
melalui tiga cara yaitu yang pertama, menghirup asap akan meningkatkan
5. Diet. Diet tinggi kalori, lemak, total, lemak jenuh, gula, dan garam
besar. Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak akan menganggu absorbsi
nutrien sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan
menyumbat aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah.
Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi
jaringan parut, selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah
terhambat. Pada lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan cenderung
Kelompok penderita ini tidak pernah mengeluh adanya nyeri dada (angina)
baik pada saat istirahat maupun saat aktifitas. Secara kebetulan penderita
2. Angina Pektoris
Gejala klininya berupa nyeri dada yang timbul saat melakukan aktivitas,
terasa seperti tertekan benda berat atau terasa panas, seperti diremas
ataupun seperti tercekik. Rasa nyeri sering menjalar ke lengan kiri atas/
berlangsung singkat (1-5 menit) dan rasa nyeri hilang bila penderita
Pada subset klinis ini, kualitas, lokasi, penjalaran dari nyeri dada sama
Suatu sindroma nyeri dada sebagai akibat iskemia miokard yang hampir
ataupun angina tidak stabil. Serangan nyeri biasanya terjadi antara tengah
berkurang (Mutaqqin, 2009). Gejala klinis yang terjadi berupa nyeri dada
sternum dan perut atas, adalah gejala utama yang biasa muncul. Nyeri akan
terasa semakin berat sampai tidak tertahankan. Rasa nyeri yang tajam dan
berat, biasa menyebar ke bahu dan lengan biasanya lengan kiri. Nyeri ini
muncul secara spontan (bukan setelah bekerja berat atau gangguan emosi)
dan menetap selama beberapa jam sampai beberapa hari dan tidak akan
napas pendek, pucat, berkeringat dingin, pusing dan kepala ringan, dan
pada NSTEMI kerusakan pada plak lebih berat dan menimbulkan oklusi
yang lebih persisten dan berlangsung sampai lebih dari 1 jam. Kedua, Infark
plak terjadi pada daerah yang lebih besar dan menyebabkan terbentuknya
terhenti secara tiba-tiba yang berlangsung lebih dari satu jam dan
a) Farmakologik:
Selain itu aspirin juga disarankan diberi jangka lama namun perlu
alergi.
sekunder pada pasien dengan PJK. Bila intoleransi terhadap ACE-I dapat
konsumsi oksigen miokard juga akan menurun. Efek samping obat dalah
mengurangi keluhan pada pasien yang telah mendapat nitrat atau penyekat
8. Morfin Sulfat direkomendasikan jika sakit tidak kurang dengan terapi anti
iskemia yang sukup dan jika terdapat kongesti pulmonary atau agitasi
9. Diazepam untuk mengatasi rasa takut dan cemas dan diebrikan dengan
b) Revaskularisasi Miokard
Ada dua cara revaskularisasi yang telah terbukti baik pada PJK stabil yang
2.2. Stres
Stres merupakan suatu keadaan yang menekan diri individu yang disebabkan
yang ada. Stres merupakan mekanisme yang kompleks dan menghasilkan respons
yang saling terkait, baik fisiologis, psikologis, maupun perilaku pada individu
berbeda antar individu yang satu dengan yang lain (Nasir & Muhith, 2011).
terjadinya respon stres. Stresor dapat berasal dari berbagai sumber, baik dari
kondisi fisik, psikologis, maupun sosial dan juga muncul pada situasi kerja, di
rumah, dalam kehidupan sosial, dan lingkungan luar lainnya (Patel, 1996 dalam
Salah satu yang dapat menimbulkan stres dari pribadi sendiri adalah
penyakit dan usia orang tersebut. Hal lain yang dapat menimbulkan stres
orang tersebut berada dalam suatu kondisi dimana dia harus menentuka
Jika kita terlepas dari stres akibat pekerjaan, sangatlah penting untuk
satunya adalah bahwa hampir semua orang pada suatu saat dalam
2.2.3.Respons Stres
Hans Selye (1946 dalam Nasir, 2011) telah melakukan riset terhadap dua
respons fisiologis tubuh terhadap stres, yaitu Local Adaptation Syndrome (LAS)
Respons yang terlibat di dalamnya adalah sistem saraf otonom dan sistem
endokrin. Pada beberapa buku teks GAS sering disamakan dengan sistem
sampai jam. Bila stressor masih menetap, maka individu akan masuk ke
gagal, maka individu tersebut akan jatuh pada tahapan terakhir dari GAS,
Bila usaha melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat
Menurut Potter and Perry (2005) adapun tingkatan stres adalah sebagai berikut:
a. Stres Ringan
Stressor yang dihadapi setiap orang secara teratur, seperti terlalu banyak tidur,
kemacetan lalu lintas, kritikan dari atasan. Situasi seperti ini biasanya
berlangsung beberapa menit atau jam. Bagi mereka sendiri, stressor ini bukan
b. Stres Sedang
Berlangsung lebih lama, dari beberapa jam sampai beberapa hari. Misalnya,
perselisihan yang tidak terselesaikan dengan rekan kerja, anak yang sakit, atau
sedang.
c. Stres Berat
berkepanjangan, dan penyakit fisik jangka panjang. Makin sering dan makin
Gambaran stres biasanya timbul secara lamban, tidak jelas kapan mulainya dan
kesehatan jiwa, para ahli mencoba membagi stres tersebut dalam enam tahapan.
bersangkutan, hal mana yang berguna bagi seseorang dalam rangka mengenali
Robert Van Amberg (1979 dalam Sumiati, dkk, 2010), bahwa tahapan stres adalah
sebagai berikut:
1. Stres tahap pertama (paling ringan): Tahapan ini merupakan tingkat stres
yang paling ringan dan biasanya disertai dengan perasaan perasaan sebagai
sedang menipis.
2. Stres tahap kedua: Dalam tahapan ini dampak stres yang menyenangkan
merasa lelah setelah makan siang, merasa lelah menjelang sore hari,
santai.
sering terbangun malam dan sukar tidur kembali, atau bangun terlalu
pagi), badan terasa loyo, rasa-rasa mau pingsan (tidak sampai jatuh
pingsan).
4. Stres tahap Keempat: Tahapan ini sudah menunjukkan keadaan yang lebih
buruk yang ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut; untuk bisa bertahan
5. Stres tahap Kelima: Tahapan ini merupakan tahapan yang lebih mendalam
saja terasa kurang mampu, gangguan sistem pencernaan (sakit maag dan
usus) lebih sering, sukar buang air besar atau sebaliknya feses encer dan
ini cukup mengerikan, yaitu; debaran jantung terasa amat keras, hal ini
Ada beberapa tips untuk mengelola stres yang efektif menutu Hans Selye
(1946) yang dikutip oleh Sumiati, dkk (2010), adalah sebagai berikut:
dipercaya. Jika tidak ada orang lain yang sekiranya dapat dipercaya, dapat
5. Beri batas waktu untuk bersedih: Kesedihan yang berlarut –larut akan
dan lain-lain.
stres yang dirasakan dengan memfokuskan pikiran pada sesuatu yang tidak
doa. Visualisasikan suatu adegan yang anda rasakan indah, gunakan musik
memerlukan orang lain untuk dapat berbagi pikiran dan perasaan dengan
diri. Bila tidak ada orang yang dipercaya, dapat berbicara dengan ahli di
2.3. Ansietas
kegelisahan yang tidak menentu, atau reaksi ketakutan dan tidak tentram yang
dan penilaian individu yang subjektif yang dipengaruhi oleh alam bawah sadar
dianggap sebagai suatu gangguan yang berkaitan dengan perasaan khawatir tidak
nyata, tidak masuk akal, tidak cocok yang berlangsung terus (intens) atas prinsip
Menurut Pieter, dkk (2011) yang menjadi tingkatan ansietas adalah sebagai
berikut :
a. Ansietas Ringan
hari. Lapangan persepsi melebar dan orang akan bersikap hati-hati dan waspada.
sesekali mengalami napas pendek, naiknya tekanan darah dan nadi, muka
berkerut, bibir bergetar, dan mengalami gejala pada lambung. Respon kognitif
konsentrasi pada masalah dan dapat menjelaskan masalah secar efektif. Adapun
respons perilaku dan emosi adalah tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada
b. Ansietas Sedang
memfokuskan diri pada hal-hal penting saat itu juga dan menyampingkan hal-hal
lain. Respons fisiologis dari orang yang mengalami ansietas sedang adalah sering
napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia, diare,
menyempit, ransangan luar sulit diterima, berfokus terhadap apa yang menjadi
perhatian. Adapun respons perilaku dan emosi adalah gerakan yang tersentak-
c. Ansietas Berat
individu cenderung memikirkan hal-hal yang kecil saja dan mengabaikan hal-hal
lain. Individu sulit berpikir realistis dan membutuhkan banyak pengarahan untuk
memusatkan perhatian pada area lain. Respons fisiologis ansietas berat adalah
napas pendek, nadi dan tekanan darah naik, banyak berkeringat, rasa sakit kepala.
lapangan persepsi yang sangat sempit dan tidak mampu untuk menyelesaikan
masalah. Adapun respons perilaku dan emosi terlihat dari perasaan tidak aman,
d. Panik
Pada tingkatan panik lapangan persepsi seseorang sudah sangat sempit dan
sudah mengalami gangguan sehingga tidak bisa mengendalikan diri lagi dan sulit
panik adalah napas pendek, rasa tercekit, sakit dada, pucat, hipotensi, dan
koordinasi motorik yang sangat rendah. Sementara respons kognitif panik adalah
lapangan persepsi yang sangat sempit sekali dan tidak mampu berpikir logis.
Adapun respons perilaku dan emosi terlihat agitasi, mengamuk dan marah-marah,
perpisahan, kehilangan atau bencana alam, adanya frustasi akibat kegagalan dalam
mencapai tujuan, adanya ancaman pada integritas diri, yakni meliputi kegagalan
konsep diri.
Menurut Pieter, dkk (2011) adapun beberapa terapi untuk mengatasi ansietas
a. Terapi Individual
pada keterbatasan diri dalam serangan ansietas sehingga klien dapat memulai
membentuk kontrol pada semua aspek keterbatasan diri dalam serangan ansietas
ketegangan fisik. Mengkaji dan monitor gejala kecemasan, apakah ada keinginan
b. Terapi Kelompok
Mengajari klien strategi koping untuk mengatasi kejadian hidup yang penuh
stres. Beri kesempatan klien untuk membuat dan mencoba cara-cara baru dalam
bersikap dan berpikir. Dorong klien umtuk menggunakan teman kelompok dalam
c. Terapi Keluarga
Mengajarkan kepada keluarga klien tentang ansietas yang terjadi pada klien.
d. Terapi Obat-Obatan.
panik berat).
2.4. Depresi
Pada kondisi seseorang stres yang berkepanjangan dan tak pernah terselesaikan
Pieter, dkk, 2011) depresi adalah gangguan perasaan, kondisi emosional yang
dan perasaan tidak berdaya serta merasa hilangnya harapan. Depresi merupakan
gangguan mental yang sering terjadi di dalam kehidupan seseorang yang ditandai
dengan gangguan emosi, motivasi, fungsional gerakan tingkah laku, dan kognitif.
perasaan patah atau ketidakberdayaan yang berlebihan sehingga dia tidak mampu
berkonsentrasi dan membuat keputusan, selalu tegang dan adanya keinginan untuk
Menurut Pieter, dkk (2011) adapaun yang menjadi gejala-gejala depresi adalah
sebagai berikut :
a. Gejala Fisik.
Pada gejala fisik dari orang yang mengalami depresi akan terjadi keluhan
fisik (somatic), seperti sakit kepala atau pusing, rasa nyeri lambung, dan
mual bahkan muntah-muntah, nyeri dada, dan sesak napas, gangguan tidur
retardasi psikomotor, tidak nafsu makan atau makan berlebihan, diare, lesu
dan kurang bergairah, gerakan lambat dan berat badan turun, dan
hubungan seks.
b. Gejala Psikis.
menilai dari sisi pribadinya, seperti menilai orang lain sukses, kaya, dan
pandai, sementara diri saya tidak ada apa-apa (merasa tidak berguna) dan
gangguan perilaku pada klien depresi terlihat dari rasa kecemasan yang
murung, pandangan mata kosong (melamun), merasa tidak ada lagi orang
pemikiran untuk bunuh diri. Hal ini disertai halusinasi yang mengatakan
dirinya tidak berguna dan tidak ada perhatian pada kebersihan diri.
c. Gejala Sosial.
untuk menyendiri dan tak mau bergaul, merasa malu dan bersalah apabila
dan pandai. Klien merasa minder, kurang percaya diri untuk membina
pada situasi.
pada kenyataan peristiwa hidup itu tidak selalu menyebabkan depresi. Sangat
jarang sekali jika depresi diakibatkan oleh satu faktor saja, tetapi bersifat
a. Faktor Internal
1. Stres
dkk, 2011)
remaja dan orang dewasa (usia 18-44 tahun) cenderung lebih mudah
antara pria dan wanita ditentukan oleh: (a) faktor biologi, seperti
2011).
3. Kepribadian.
rentan terkena depresi adalah individu yang memiliki konsep diri dan pola
4. Faktor Biologis.
bahan kimia. Selain itu, juga aksis hipotalamus hipofisis adrenalin yang
5. Faktor Psikologis.
tidak aman, perasaan negatif atas diri sendiri, perasaan tidak mampu
kesulitan bergaul, kondisi emosional yang labil, dan merasa tidak berdaya
(putus asa).
b. Faktor Eksternal.
tangga.
A. Lima ( atau lebih) gejala berikut telah hadir dalam satu periode
setidaknya satu gejala dari dua gejala berikut ini yaitu (1) Mood
menangis).
menjadi sakit).
diri.
yang berfungsi.
C. Episode tidak disebabkan oleh efek fisiologis dari suatu zat atau
Ringan :Gejala yang ada sedikit, jika ada, gejala lebih dari yang dibutuhkan
Sedang :Jumlah gejala, intensitas gejala, dan/ atau gangguan fungsional adalah
Berat :Jumlah gejala secara substansial lebih dari yang diperlukan untuk
pekerjaan.
Menurut Pieter, dkk, (2011) terapi pada depresi adalah sebagai berikut :
a. Terapi Individu.
perilaku pengalahan diri, harapan yang tidak realistis, dan kemungkinan distorsi
dari realita. Mendorong klien untuk mengungkapkan rasa frustasi, marah, dan
putus asa.
b. Terapi Keluarga
keluarga saat ini. Terapis bekerja sama dengan keluarga dalam menelusuri
dan ketidakpedulian dari setiap anggota keluarga. Ajarkan kepada keluarga klien
Mengajarkan keluarga klien dalam mengatasi secara efektif segala aspek yang
mengancam diri klien. Mengkaji perasaan bersalah dan menyalahkan diri akibat
c. Terapi Kelompok
mengurangi rasa kesepian, mendapatkan umpan balik dari orang lain, dan
mengatasi stresor..
d. Terapi Obat-obatan
depresi. Dalam fase akut, gejalanya ditangani denganmemberikan obat pada dosis
tertentu yang disesuaikan untuk mencegah efek samping yang merugikan klien.
Adapun jenis-jenis obat yang digunakan untuk mengatasi depresi adalah selective
2.5. Stres, Ansietas dan Depresi pada pasien Penyakit Jantung Koroner
berbeda satu dengan yang lainnya, ada yang menunjukkan gejala-gejala stres, ada
juga yang menunjukkan gejala-gejala kecemasan dan atau depresi. Pada gejala
(fisik) tetapi dapat pula disertai keluhan-keluhan psikis. Pada gejala ansietas,
(fisik). Pada depresi, gejala yang dikeluhkan penderita didominasi oleh keluhan
Penderita jantung koroner memiliki tingkat stres dan kecemasan yang tinggi,
yang berkaitan dengan treatment yang harus dijalani seperti diet atau pengaturan
makanan, konsumsi obat dan juga olahraga. Selain itu risiko komplikasi penyakit
yang dialami penderita juga menyebabkan terjadinya stres (Sholichah, 2009 dalam
Gustina, 2012). Menurut penelitian para ahli kesehatan klinik stres dapat memicu
semburan adrenalin dan zat katekolamin yang tinggi yang dapat mengakibatkan
“Perbandingan Tingkat Stres Pada Pasien Jantung Koroner Dan Pasien Hipertensi
Ansietas akan berkembang pada awal Infark Miokard Akut dan berlanjut ke
kejadian penyakit jantung yang fatal yang disebabkan oleh aktivitas simpatik yang
dilakukan oleh Lestari (2015) dengan judul “Pengaruh Terapi Murottal Terhadap
RSUD Dr. Soedarso Pontianak” hasil penelitian yang dilakukan pada saat pre-test
terdapat 75% pasien PJK berada pada tingkat kecemasan sedang dan 25% berada
Depresi sendiri terkait dengan hasil negatif terhadap jantung selama terjadinya
penelitian terhadap pasien jantung yang depresi dan terdapat risiko relatif terhadap
peristiwa aritmia diantara pasien pasca Infark Miokard. Depresi pasca infark
pasien yang menderita sindrom koroner akut yang datang ke rumah sakit dengan
gejala depresi mayor, 94% telah mengalami depresi lebih dari satu bulan, 61%
telah mengalami depresi lebih dari enam bulan dan lebih dari separuh pernah
KERANGKA PENELITIAN
ansietas dan depresi pada pasien penyakit jantung koroner di RSUP H Adam
Malik Medan.
Stres
Pasien Penyakit
Ansietas
Jantung Koroner
Depresi
39
Universitas Sumatera Utara
40
METODOLOGI PENELITIAN
pendekatan Cross-Sectional yaitu subjek diukur sekali saja dalam kurun waktu
yang bersamaan yang bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat stres, ansietas dan
depresi pada pasien penyakit jantung koroner di RSUP H. Adam Malik Medan
(Notoatmodjo, 2012).
Medan dimana terdapat berkisar 400 orang pasien rawat jalan tiap
bulannya
dengan Arikunto (2007) bila total populasi lebih dari 100 maka
42
Universitas Sumatera Utara
43
jalan Bunga Lau No. 17 Medan. Lokasi penelitian ini dipilih karena merupakan
salah satu rumah sakit rujukan sekaligus rumah sakit pendidikan di kota Medan,
jumlah pasien memadai serta efektivitas waktu dan biaya. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan September 2015 sampai dengan Juni 2016 dan
Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin penelitian dari institusi Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara serta izin dari RSUP H. Adam Malik
Medan.
kepada calon responden. Bagi responden yang bersedia untuk diteliti, peneliti
responden untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Pasien memiliki hak untuk
responden pada lembar kuesioner dan hanya memberikan kode tertentu pada
subyek dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri
dari dua bagian, yaitu data demografi dan data tingkat stres, ansietas dan depresi
pasien penyakit jantung koroner. Data Demografi terdiri dari jenis kelamin, umur,
Data Tingkat Stres, Ansietas dan Depresi menggunakan kuisioner dari DASS
Damanik, M.Psi dari Universitas Indonesia serta telah diuji reliabilitasnya dengan
dua kali melakukan uji dengan junlah sampel 144 orang dan didapat nilai α =
terkait Stres (1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, 39), 14 pertanyaan
terkait Ansietas (2, 4, 7, 9, 15, 19, 20, 23, 25, 28, 30, 36, 40, 41) dan 14
pertanyaan terkait Depresi (3, 5, 10, 13, 16, 17, 21, 24, 26, 31, 34, 37, 38, 42).
pertanyaan nomor 4, 5, 7, 15, 19, 25, 41. Kuesioner DASS 42 berbentuk skala
Likert dengan bentuk jawaban tidak pernah, jarang, sering, selalu. Untuk jawaban
tidak pernah diberi nilai 0, jawaban jarang diberi nilai 1, jawaban sering diberi
nilai 2 dan jawaban selalu diberi nilai 3. Hasil ukur pada Stres dinilai berdasarkan:
Normal = 0 – 14, Ringan = 15-18, Sedang = 19-25, Berat = 26-33, Sangat Berat =
>34. Hasil ukur pada Ansietas dinilai berdasarkan: Normal = 0 – 7, Ringan = 8-9,
Sedang = 10-14, Berat = 15-19, Sangat Berat = >20. Dan hasil ukur pada Depresi
dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat
2013). Uji validitas pada penelitian ini telah dilakukan oleh 1 orang dosen
bahasa yang lebih efektif dan dengan item-item pernyataan yang dapat
mengukur sasaran yang ingin diukur sesuai dengan tinjauan pustaka dan
instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat
data yang dapat dipercaya juga (Arikunto, 2013). Uji reliabilitas dilakukan
Sumatera Utara dan izin dari RSUP H.Adam Malik Medan. Setelah itu peneliti
mengubah data menjadi informasi. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian
beberapa tahap yang terdiri dari editing untuk memeriksa kembali kelengkapan
data responden serta memastikan bahwa semua pernyataan telah diisi. Selanjutnya
data dari lembar observasi ke dalam program komputer (entry data) dan dilakukan
digambarkan secara tunggal dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dihitung
persentasenya.
Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai
gambaran tingkat stres, ansietas dan depresi pada pasien penyakit jantung
ini berjumlah 40 orang. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2016 sampai
penyakit penyerta.
48
Universitas Sumatera Utara
49
Dari tabel 5.1. diketahui bahwa jumlah pasien yang paling banyak
dan setengah dari jumlah responden (52,5%) berusia dewasa lanjut yaitu
dengan rentang >61 tahun dan hampir setengah dari responden (42,5%)
Tabel 5.2. Gambaran Tingkat Stres pada Pasien Penyakit Jantung Koroner
di Poliklinik RSUP H. Adam Malik Medan (n=40)
No. Tingkat Stres Frekuensi (n) Persentase (%)
1. Tidak Stres 15 37,5
2. Ringan 4 10,0
3. Sedang 10 25,0
4. Berat 6 15,0
5. Sangat Berat 5 12,5
tidak mengalami stres (37,5%) lalu diikuti dengan tingkat stres sedang
(25%).
mengalami depresi (50%) lalu diikuti dengan tingkat depresi ringan (27,5%).
5.2. Pembahasan
Hasil penelitian ini disajikan dengan mengacu pada tujuan penelitian yaitu
menggambarkan tingkat stres, ansietas dan depresi pada pasien penyakit jantung
dalam kategori tidak stres yaitu sebanyak 15 pasien (37,5%). Hal ini sesuai
mendapatkan hasil dari 30 responden tingkat stres pada pasien PJK dalam
merupakan bagian alamiah dari kehidupan, misalnya detak jantung yang lebih
keras setelah beraktivitas, takut akan penyakit (Crowford & Henry, 2003).
Stres dapat dipengaruhi berbagai faktor- faktor seperti individu itu sendiri,
keluarga dan juga lingkungan. Tingkat stres yang didapati dalam kategori
normal dikarenakan dukungan sosial keluarga yang baik, hal ini terlihat
ketika pasien berobat ditemani oleh anggota keluarga. Hal ini juga didukung
semakin tinggi dukungan sosial keluarga semakin rendah derajat stres yang
Sementara jika dilihat dari jenis kelamin, tidak ada perbedaan antara
stres yang dialami oleh laki-laki dan perempuan karena mayoritas berada
tingkat dewasa lanjut yaitu > 61 tahun (52,5%) dan berada dalam kategori
stres normal. Individu yang lebih matur merupakan individu yang lebih
tersebut termasuk kategori lansia yang memiliki stres dalam tingkatan rendah,
seperti yang dinyatakan dalam penelitian Pratiwi dan Pribadi (2013) bahwa
tingkat stres pada lansia berada dalam kategori rendah yang hal ini berarti
kesehatan yaitu BPJS. Hampir semua responden bersuku batak (90%) dan
sebagian alasan yang menyebabkan pasien tidak stres seperti yang dinyatakan
bermakna antara faktor ekonomi dengan tingkat stres. Hasil penelitian Yeni,
bermakna antara sosial ekonomi dengan tingkat stres. Kebanyakan dari pasien
tidak memiliki penyakit penyerta, hal ini salah satu alasan yang menjadikan
hasilnya berada didalam kategori tidak stres seperti yang dikatakan Ramita
(2008) bahwa dampak dari komplikasi atau penyakit penyerta lainnya dapat
banyak dalam kategori tidak ansietas yaitu sebanyak 13 pasien (32,5%). Hal
ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2015) yang
mekanisme koping pasien yang baik, hal ini terlihat ketika pasien yang selalu
dengan tenang dan santai menanggapi pertanyaan dari peneliti. Hal ini
Sementara jika dilihat dari jenis kelamin, tidak ada perbedaan antara
ansietas yang dialami oleh laki-laki dan perempuan karena mayoritas berada
dewasa lanjut yaitu > 61 tahun (52,5%) dan berada dalam kategori tidak
ansietas dalam tingkatan rendah, hal ini sependapat dengan hasil penelitian
Yunitasari (2012) yang menyatakan tidak ada hubungan antara usia dengan
kesehatan yaitu BPJS. Hampir semua responden bersuku batak (90%) dan
peneliti melihat bahwa ini salah satu alasan yang menjadikan kategori tidak
ansietas, terlihat dari persepsi pasien terhadap penyakitnya yang baik dan
penyakit dengan tingkat ansietas pasien. Hal ini juga sejalan dengan pendapat
terhadap keadaan diri akan berdampak pada kepuasan terhadap diri, misalnya
responden 34,4% mengalami depresi ringan, hal ini terkait dengan dukungan
sosial keluarga serta kualitas hidup responden yang baik, hal ini terlihat
ketika pasien berobat diantar oleh anggota keluarga dan penerimaan pasien
keluarga sangat diperlukan oleh individu untuk menyokong rasa percaya diri
tercipta suasana rumah tangga yang tenang yang memiliki rasa aman dan
Sementara jika dilihat dari jenis kelamin, tidak ada perbedaan antara
depresi yang dialami oleh laki-laki dan perempuan karena mayoritas berada
dalam kategori normal. Hal ini berbeda dengan pernyataan yang dinyatakan
Usia responden terbanyak berada dalam tingkat dewasa lanjut yaitu >
61 tahun (52,5%) dan berada dalam kategori depresi normal. Kategori umur
tersebut termasuk kategori lansia dan tidak adanya hubungan yang bermakna
antara usia dengan tingkat depresi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Aprilia (2013) bahwa tidak adanya hubungan yang signifikan antara usia
dengan tingkat depresi. Berbeda dengan hasil penelitian Suryo (2011) yang
peneliti melihat bahwa ini salah satu alasan yang menjadikan kategori tidak
depresi, terlihat dari persepsi pasien terhadap penyakitnya yang baik dan
sudah menerima keadaan fisiologisnya. Hal ini juga sejalan dengan pendapat
terhadap keadaan diri akan berdampak pada kepuasan terhadap diri, misalnya
6.2 SARAN
referensi lagi hal yang tekait dengan tingkat stres, ansietas dan
pasien.
58
Universitas Sumatera Utara
59
DAFTAR PUSTAKA
An, K. (2002). Anxiety after Acute Myocardial Infarction and In- Hospital
Complications. Journal of Korean Academy of Nursing, 32(7), 999-1008.
Diunduh tanggal 17 September 2015, dari
http://www.kan.or.kr/new/kor/sub3/filedata/200207/999.pdf.
Crawford, J. & Henry, J. (2003). The depression, Anxiety, Stress Scale (DASS):
Normative data and latent structure in a large non-clinical sample. British
Journal Of Clinical Psychology, 42, 111-131. Diakses tanggal 17 Juni 2016,
dari
http://homepages.abdn.ac.uk/j.crawford/pages/dept/pdfs/BJCP_2003_DASS
.pdf
Lismawati, I. (2015). Tingkat Depresi & Frekuensi Angina pada Pasien SKA di
Poliklinik Jantung RSUP Hasan Sadikin Bandung. Diakses tanggal 13 Juni
2016, dari http://pustaka.unpad.ac.id/archieves/141312.
Maslim, R. (2013). Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ- III dan
DSM-5. Jakarta : Nuh Jaya.
Nasir, A. & Muhith, A. (2011). Dasar- dasar Keperawatan Jiwa Pengantar dan
Teori. Jakarta : Salemba Medika.
http://www.inilah.com/berita/2008/08/16/44252/penderita_hipertensi_harus
_disiplin.
Sumiati, dkk. (2010). Penanganan Stres Pada Penyakit Jantung Koroner. Jakarta
: TIM.
Takutude, C., Rampengan, S. & Panda, A. (2016). Hubungan Tingkat Depresi &
Kualitas Hidup pada Pasien Gagal Jantung Kronik di Poliklinik Jantung
RSUP Prof. Dr. D. Kandou Manado. Jurnal e-clinic (ecl), Volume 4, nomor
1. Januari – Juni 2016. Diakses tanggal 14 Juni 2016, dari
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/download/10943/10532
Aktivitas September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
No
Penelitian 2015 2015 2015 2015 2016 2016 2016 2016 2016 2016 2016
Minggu Ke- 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan judul
1
penelitian
2 Menyusun Bab 1
3 Menyusun Bab 2
4 Menyusun Bab 3
5 Menyusun Bab 4
Menyerahkan
6 proposal
penelitian
Ujian sidang
7
proposal
Revisi proposal
8
penelitian
Uji Validitas &
9
Reliabilitas
Pengumpulan
10
data
11 Analisa data
Pengajuan
12
sidang skripsi
Ujian sidang
13
skripsi
14 Revisi skripsi
Mengumpulkan
15
skripsi
Gambaran Tingkat Stres, Ansietas dan Depresi Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner
Saya yang bernama Poppy Cristina Rotua Siagian / NIM 121101069 adalah
mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang
mengadakan penelitian dengan judul “Gambaran Tingkat Stres, Ansietas dan Depresi Pada
Pasien Penyakit Jantung Koroner di RSUP H. Adam Malik Medan”. Penelitian ini dilakukan
sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi gambaran
tingkat stres, ansietas dan depresi pada pasien penyakit jantung koroner di RSUP H. Adam
Malik Medan.
responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk
mengisi lembar kuesioner dengan jujur apa adanya. Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini
bersifat bebas untuk menjadi responden penelitian atau menolak tanpa ada sanksi apapun.
Identitas pribadi dan semua informasi yang Bapak/Ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya
akan digunakan untuk keperluan penelitian. Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi responden
Peneliti Responden
Gambaran Tingkat Stres, Ansietas dan Depresi Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner
di RSUP H. Adam Malik Medan
1. Data Demografi
Petunjuk pengisian :
Di bawah ini adalah data demografi yang dibutuhkan sebagai identitas responden penelitian.
Isilah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan keadaan Bapak/Ibu yang sebenarnya, dengan
memberi tanda check list (√ ) pada kotak yang telah disediakan.
Petunjuk:
1. Pernyataan di bawah ini biasa digunakan untuk menggambarkan perasaan seseorang.
Bacalah masing-masing pernyataan di bawah ini kemudian beri tanda check list (√ )
pada kotak yang tersedia di sebelah kanan untuk menunjukkan bagaimana perasaan
Bapak/Ibu pada saat mengalami penyakit jantung koroner. Tidak ada jawaban yang
benar atau salah. Jangan habiskan waktu terlalu banyak pada satu pernyataan tetapi
berikanlah jawaban yang paling sesuai dengan perasaan Bapak/Ibu pada umumnya.
2. 0 : Tidak sesuai dengan saya sama sekali, atau tidak pernah.
1 : Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu, atau kadang-kadang.
2 : Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan, atau lumayan
sering.
3 : Sangat sesuai dengan saya, atau sering sekali.
No Pertanyaan 0 1 2 3
sangat sangat
sangat sesuai sesuai sangat sesuai sesuai sesuai sangat sesuai
P : Pernyataan
S : R-Lo
R : Angka yang diberikan oleh penilai
Lo : Angka penilaian validitas terendah (1)
n : Jumlah penilai (1)
C : Angka penilaian validitas tertinggi (4)
n(C-1) : 1(4-1) = 1(3) = 3
v : ƸS/[n(C-1)]
Klasifikasi koefisien : 0-0,33 = tidak sesuai
0,34-0,67 = sesuai
0,68-1 = sangat sesuai
N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.803 14
Item-Total Statistics
Corrected
Scale Mean if Item Scale Variance if Item-Total Cronbach's Alpha
Deleted Item Deleted Correlation if Item Deleted
p1 19.27 24.892 .581 .776
p6 19.50 27.845 .319 .799
p8 19.77 30.806 -.056 .822
p11 19.50 25.569 .555 .779
p12 19.33 29.678 .106 .812
p14 19.80 28.028 .352 .796
p18 19.73 27.375 .435 .790
p22 19.73 29.375 .122 .813
p27 19.47 25.982 .638 .775
p29 19.57 28.392 .243 .804
p32 19.60 24.938 .734 .766
p33 19.67 25.333 .589 .776
p35 19.33 24.782 .650 .770
p39 19.60 24.731 .590 .775
N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.776 14
Item-Total Statistics
Corrected
Scale Mean if Item Scale Variance if Item-Total Cronbach's Alpha
Deleted Item Deleted Correlation if Item Deleted
p2 19.80 28.372 .474 .755
p4 20.30 31.390 .130 .791
p7 19.70 31.045 .203 .781
p9 19.87 27.775 .644 .740
p15 21.27 29.789 .256 .780
p19 20.57 29.013 .435 .759
p20 20.17 26.695 .670 .734
p23 21.10 30.231 .329 .769
p25 20.43 29.495 .465 .757
p28 20.57 31.564 .203 .778
p30 20.30 28.976 .439 .759
p36 20.10 26.231 .751 .726
p40 20.07 30.478 .336 .768
p41 20.90 32.990 .332 .775
N %
Cases Valid 30 100.0
a
Excluded 0 .0
Total 30 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.931 14
Item-Total Statistics
Corrected
Scale Mean if Item Scale Variance if Item-Total Cronbach's Alpha
Deleted Item Deleted Correlation if Item Deleted
p3 13.37 52.585 .687 .926
p5 12.13 53.844 .541 .931
p10 13.53 48.809 .914 .918
p13 12.40 52.731 .619 .928
p16 12.60 52.869 .668 .927
p17 13.57 50.392 .767 .924
p21 13.63 50.792 .882 .920
p24 12.87 54.051 .515 .932
p26 13.13 48.947 .755 .925
p31 12.60 54.593 .540 .930
p34 13.60 52.662 .603 .929
p37 13.43 51.013 .824 .922
p38 13.77 53.495 .839 .924
p42 12.67 57.471 .364 .934
JenisKelamin
Usia
Status
Suku
Pendidikan
Pekerjaan
JaminanKesehatan
LamaMenderita
TerapiYgDijalani
Diagnosa
PenyakitPenyerta
N Valid 40 40 40
Missing 0 0 0
Frequency Table
Tingkat Stres
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Tingkat Ansietas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Tingkat Depresi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Saya menemukan diri saya menjadi tidak sabar ketika mengalami penundaan (misalnya;
menunggu sesuatu)
Saya merasa sulit untuk tenang setelah sesuatu membuat saya kesal
Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi gangguan terhadap hal yang sedang saya lakukan.
Saya tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi saya untuk menyelesaikan hal yang
sedang saya lakukan
2. Ansietas
Saya merasa bibir saya kering
Saya mengalami gangguan dalam sistem pencernaan (seperti: sukar buang air besar atau diare).
Saya mengalami gangguan tidur (seperti: kesulitan untuk tidur, sulit untuk tidur nyenyak,
terbangun pada malam hari, mimpi buruk atau mimpi yang menakutkan
Saya menemukan diri saya berada dalam situasi yang membuat saya merasa sangat cemas dan
saya akan merasa sangat lega jika semua ini berakhir
Saya takut bahwa saya akan ‘terhambat’ oleh tugas-tugas sepele yang tidak biasa saya lakukan
Saya merasa khawatir terhadap situasi yang mungkin membuat saya panik dan mempermalukan
diri sendiri
3. Depresi
Saya sama sekali tidak dapat merasakan perasaan positif
Saya merasa tidak ada hal yang dapat diharapkan di masa depan.
Saya tidak dapat merasakan kenikmatan dari berbagai hal yang saya lakukan
I Proposal :
II Skripsi
Alamat : Jl. Tanjung Anom Gg. Pendidikan No. 475 Kec. Pancur Batu
Riwayat Pendidikan :