Askep Anak Dengan Dadrs M. 1
Askep Anak Dengan Dadrs M. 1
DI RSIA ASSYIFA
OLEH:
JUWITA N. LAHER
211030230223
PEMBIMBING:
Telp (021)74716128
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGERTIAN
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena
frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair.
(Suriadi, Rita Yuliani, 2001).
Diare didefinisikan sebagai buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa
air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari)
(Depkes RI Ditjen PPM dan PLP, 2002).
Diare merupakan salah satu penyakit yang paling banyak terjadi pada masa kanak-
kanak, didefenisikan sebagai peningkatan dalam frekuensi, konsistensi, dan volume dari
feces (Mc.Kinney, Emily Stone et al, 2000).
B. ETIOLOGI
Diare dapat disebabkan oleh faktor infeksi , malabsorpsi (gangguan penyerapan zat
gizi), makanan, dan faktor psikologis.
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral, yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak. Infeksi enteral ini meliputi:
1) Infeksi bakteri: Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Aeromonas, dll.
2) Infeksi Virus: Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astovirus, dll.
3) Infeksi parasit: Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris), Protozoa (entamoeba
histolitika, giardia lamblia), jamur (candida albicans).
b. Infeksi parenteral yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan, seperti
OMA, tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dsb.
2. Faktor malabsorpsi
a. Malabsorpsi karbohidrat
b. Malabsorpsi lemak
c. Malabsorpsi protein
3. Faktor makanan
Makanan yang menyebabkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun,
terlalu banyak lemak, mentah (misal, sayuran), dan kurang matang.
4. Faktor psikologi
Rasa takut, cemas dan tegang, jika terjadi pada anak akan menyebabkan diare kronis.
C. PATOFISIOLOGI
Menurut Hidayat (2006), proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai
kemungkinan faktor diantaranya:
a. Faktor infeksi
Faktor ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk dalam saluran
pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus
yang dapat menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya terjadi perubahan
kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorbs
cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin bakteri akan menyebabkan
system transport aktif dalam usus sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang
kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.
b. Faktor malabsorbsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan
osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang
dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare.
c. Faktor makanan
Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik. Sehingga
terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan kesempatan untuk
menyerap makanan yang kemudian menyebabkan diare.
d. Faktor psikologis
Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan pristaltik usus yang akhirnya
mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan diare.
D. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala anak yang menderita diare, yaitu:
1. Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah
2. Suhu tubuh meninggi
3. Feces encer, berlendir atau berdarah
4. Warna feces kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu
5. Anus lecet
6. Muntah sebelum dan sesudah diare
7. Gangguan gizi akibat intake makanan kurang
8. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, yaitu penurunan berat badan, turgor kulit
berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung, membran mukosa kering.
E. KOMPLIKASI
Sebagai akibat kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai
macam komplikasi, seperti:
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonic, hipertonik)
2. Renjatan hipovolemik
3. Hipokalemia
4. Hipoglikemia
5. Intoleransi laktosa sekunder
6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
7. Malnutrisi energi protein
F. PENATALAKSANAAN
Secara umum penatalaksanaan diare akut ditujukan untuk mencegah dan
mengobati dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit, malabsorpsi akibat kerusakan
mukosa usus, penyebab diare yang spesifik, gangguan gizi serta mengobati penyakit
penyerta. Untuk memperoleh hasil yang baik pengobatan harus rasional.
1. Pemberian cairan pada diare dehidrasi murni
a. Jenis cairan
1) Cairan rehidrasi oral: Formula lengkap, mengandung NaCl, NaHCO3, KCl,
dan Glukosa, formula sederhana, hanya mengandung NaCl dan sukrosa atau
karbohidrat lain.
b. Cairan parenteral
2. Jalan pemberian cairan
1) Peroral untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan bila anak mau
minum serta kesadaran baik.
2) Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi, tetapi anak
tidak mau minum, atau kesadaran menurun.
3) Intravena untuk dehidrasi berat
3. Jumlah cairan
Jumlah cairan yang hilang didasarkan pada berat badan dan usia anak
4. Jadwal pemberian cairan
a) Belum ada dehidrasi, Oral: 1 gelas setiap kali anak buang air besar, parenteral
dibagi rata dalam 24 jam
b) Dehidrasi ringan: 1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB peroral atau intragastrik,
selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari
c) Dehidrasi sedang, 1 jam pertama: 50-100ml/kgBB peroral atau intragastrik,
Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari
d) Dehidrasi berat
Jadwal pemberian cairan didasarkan pada umur dan BB anak
5. Pengobatan dietetik
Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan berat badan kurang dari
7 kg, jenis makanannya adalah:
a) Susu (ASI dan atau susu formula yang mengandung rendah laktosa dan asam
lemak tak jenuh).
b) Makanan setengah padat (bubur susu) atau makanan padat (nasi tim).
c) Susu khusus, sesuai indikasi kelainan yang ditemukan
Untuk anak di atas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 kg. Jenis makanannya
adalah makanan padat atau makanan cair/ susu sesuai dengan kebiasaan makan di
rumah.
6. Obat – obatan
Prinsip pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja
dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa
atau karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras, dll).
a) Obat antisekresi
b) Obat antispasmolitik
c) Obat pengeras tinja
d) Antibiotika, kapan perlu
KONSEP KEPERAWATAN
a) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan seringnya buang air besar dan encer
Tujuan : Keseimbangan cairan dan elektronik dapat dipertahankan dalam batas
normal.
KH : Haluran urine adekuat, capillary refill 2 detik, turgor kulit elastis, membran
mukosa lembab, tidak terjadi penurunan BB.
Intervensi :
• Kaji status hidrasi : ubun-ubun, mata, turgor kulit dan membran mukosa.
• Kaji pengeluaran urine, gravitasi urine atau berat jenis urine (1,005 – 1,020) atau
sesuai dengan usia pengeluaran urine 1-2 ml/kg/jam.
• Kaji pemasukan dan pengeluaran urine.
• Monitor tanda-tanda vital.
• Pemeriksaan laboratorium sesuai program : elektrolit, Ht, pH, dan serum albumin.
• Pemberian cairan dan elektrolit sesuai dengan protokol (dengan oralit dan cairan
parenteral bila indikasi)
• Pemberian obat anti diare dan antibiotik sesuai program.
• Anak diistirahatkan.
b) Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan BAB
Tujuan : anak tidak menunjukkan gangguan integritas kulit yang ditandai dengan kulit
utuh dan tidak lecet
Intervensi :
• Kaji kerusakan kulit atau iritasi setiap buang air besar
• Gunakan kapas lembab dan sabun bayi (atau pH normal) untuk membersihkan anus
setiap buang air besar
• Hindari dari pakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab
• Ganti popok / kain bila lembab atau basah
• Gunakan obat cream bila perlu untuk perawatan perineal
c) Resiko infeksi pada orang lain berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
pencegahan penyebaran penyakit
Tujuan : tidak terjadi penularan diare pada orang lain
Intervensi :
• Ajarkan cara mencuci tangan yang benar pada orang tua dan pengunjung
• Segera bersihkan dan angkat bekas buang air dan tempatkan pada tempat yang
khusus
• Gunakan standar pencegahan universal, seperti gunakan sarung tangan, dll
• Tempatkan pada ruangan yang khusus
d) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya
intake dan menurunnya absorbsi makanan dan cairan
Tujuan : anak toleran terhadap diit yang sesuai yang ditandai dengan BB normal dan
tidak terjadi kekambuhan diare
Intervensi :
• Timbang BB bayi tiap hari
• Monitor intake dan out put
• Setelah rehidrasi, berikan minuman obat oral dengan sering dan makanan yang
sesuai dengan diit dan usia atau berat badan anak
• Hindari makan buah-buahan
• Lakukan kebersihan mulut setiap habis makan
• Bagi bayi ASI tetap diteruskan
• Bila bayi tidak toleran dengan ASI, berikan formula yang rendah laktosa
e) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan perawatan anak
Tujuan : meningkatkan pengetahuan orang tua, orang tua berpartisipasi dalam
perawatan anak
Intervensi :
• Kaji tingkat pemahaman orang tua
• Ajarkan tentang prinsip diit dan kontrol diare
• Ajarkan orang tua tentang pentingnya cuci tangan untuk menghindari kontaminasi
• Jelaskan tentang penyakit, perawatan dan pengobatan
• Jelaskan tentang pentingnya kebersihan
f) Cemas dan rasa takut berhubungan dengan hospitalisasi dan kondisi sakit
Tujuan : menurunkan rasa takut / cemas pada orang tua dan anak, ditandai dengan
orang tua aktif merawat anak, bertanya tentang kondisi anak, anak tidak
menangis
Intervensi :
• Ajarkan pada orang tua untuk mengekpresikan perasaan takut dan cemas
• Gunakan komunikasi terapeutik : kontak mata, sikap tubuh dan sentuhan
• Jelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan pada anak dan orang tua
• Libatkan orang tua dalam perawatan anak
• Jelaskan kondisi anak, alasan pengobatan dan perawatan
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Departemen Kesehatan RI. 2000. Buku Ajar Diare. Jakarta: Depkes RI Ditjen PPM dan PLP.
M.C.Widjaya. 2002. Mengatasi Diare dan Keracunan pada Balita. Jakarta: Kawan Pustaka.
NANDA. 2009. Nursing Diagnoses-Definitions & Classificaions. Philadelphia : Mosby
Company
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Suriadi, S.Kp., Rita Yuliani,S.Kp. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak. Ed.1. Jakarta: P.T.
Fajar Intrapratama.
STIKES WIDYA DHARMA HUSADA ILMU KEPERAWATAN ANAK DALAM
KONTEKS KELUARGA
1. Kemandirian dan Bergaul An.S suka belajar makan memegang sendok sendiri, dan
bermain boneka dengan teman sebayanya
2. Motorik Halus Ibu mengatakan An.S sudah bisa merespon jika diajak bicara dengan
orang tua
4. Motorik Kasar An.S sudah bisa berjalan dan berlari dengan seimbang.
A. ANALISA DATA
Do :
- Pasien terlihat kemah
- Ku sedang, akral hangat
- S : 36 C, N : 70x/m, RR :
22x/m
2. Ds : Resiko Dehidrasi
Ibu klien mengatakan anaknya ketidakseimbangan
muntah mual dan demam cairan
DO :
- Pasien terlihat lemah
- Ku : sedang, akral hangat,
nadi kuat
- S: 37, N: 113x/menit, RR:
22x/m
3. Ds : Bersihan jalan Spasme jalan
klien mengatakan anaknya batuk napas tidak napas
berdahak dan pilek sejak 1 hari efektif
kemarin
Do:
KU : sedang, akral hangat
N : 100x/m, S: 37x/m, Rr: 22 x/m
Masalah keperawatan :
1. Diare yang berhubungan dengan proses infeksi yang di tandai dengan BAB 6x
2. Resiko ketidakseimbangan cairan yang berhubungan dengan dehidrasi
3. Bersihan jalan napas tidak efektiv yang ditandai dengan batuk berdahak yang
berhubungan dengan spasme jalan napas
Tanggal Diagnosa
No Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
dan Jam Keperawatan (PES)
Manajemen diare 1.03101
- Identifikasi penyebab
diare (mis.Inflamasi
gastrointestinal.proses
infeksi, stress efek obat-
Setelah dilakukan Tindakan
obatan, pemberian bototl
keperawatan maka dengan
susu
ekspektasi membaik kriteria
- Monitor warna, volume,
hasil :
frekuensi, dan konsistensi
Diare yang berhubungan 1. Control pengeluaran
tinja.
dengan proses infeksi feses menurun (1)
1.s 08.00 - Monitor jumlah
yang di tandai dengan 2. Keluhan defekasi lama
pengeluaran diare
BAB 6x dan sulit menurun (1)
Terapeutik :
3. Mengenjan saat
- Berikan asupan cairan
defekasi menurun (1)
oral (mis.larutan garam
gula, oralit, Pedialyte,
L.04033
renalyte
Kolaborasi :
- Kolaborasi pemberian
obat antimotalitas (mis.
Loperamide, difeksilat
2. 08.00 Resiko Setelah dilakukan Tindakan Menejmen cairan 1.03098
ketidakseimbangan keperawatan 3 x 24 maka Obs :
cairan yang ekspektasi meningkat dengan
- Monitor status dehidrasi
berhubungan dengam kriteria hasil :
dehidrasi 1. Asupan cairan - Monitor berat badan harian
meningkat (5) - Monitor berat badan sebelum
2. Asupan makanan
dan sesudah dialysis
meningkat (5)
3. Dehidrasi menurun (5) Teraupeutik :
- Berikan asupan cairan sesuai
L.03020
kebutuhan
- Berikan cairan intravena jika
perlu
Kolaborasi
- Pemberian diuretic, jika
perlu
3. Bersihan jalan napas Setelah dilakukan Tindakan Latihan batuk efektif 1.01006
tidak efektiv yang keperawatan 3 x 24 maka
ditandai dengan batuk ekspektasi meningkat dengan Obse:
berdahak yang kriteria hasil :
- Identfikikasi kemampuan
berhubungan dengan 1. Batuk efektif
spasme jalan napas meningkat (5) batuk
2. Produksi sputum - Monitor adanya retensi
menurun (5)
sputum
3. Wheezing menurun (5)
- Monitor input dan output
L.01001 cairan
Teraupeutik :
Edukasi ;
No DK Implementasi SOAP
Manajemen diare 1.03101
- mengidentifikasi penyebab diare
(mis.Inflamasi Ds :
gastrointestinal.proses infeksi,
stress efek obat-obatan, - Ibu klien mengataakan anaknyaa
pemberian bototl susu diare sudah berkurang
Diare yang
- Memonitor warna, volume,
berhubungan
frekuensi, dan konsistensi tinja. Do :
dengan proses
1. - Memonitor jumlah pengeluaran
infeksi yang di - Pasien diberikan oralit dan
diare
tandai dengan
Terapeutik : Pedialyte, dan antimotalitas
BAB 6x
- memberikan asupan cairan oral
- Pasien terlihat tenang
(mis.larutan garam gula, oralit, - Ku sedang, akral hangat
Pedialyte, renalyte
Kolaborasi : S : 36 C, N : 100x/m, RR : 22x/m
Kolaborasi pemberian obat antimotalitas
(mis. Loperamide, difeksilat
Resiko S:
2. ketidakseimbangan Menejmen cairan 1.03098 Ibu pasien mengatakan anaknya BAB
cairan yang sudah mulai berkurang, mual dan demam
Obs :
berhubungan
- Memonitor status dehidrasi menurun
dengam dehudrasi
- Memonitor berat badan harian O:
- Memonitor berat badan sebelum
dan sesudah dialysis Klien di berikan pct oral 1 mg, ceftriaxone