Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“Bayi Tabung Sebagai Implementasi Teknologi di Bidang Reproduksi


dan Embriologi Manusia”

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Struktur dan Perkembangan Hewan

Dosen Pengampu :

Siti Romlah Noer Hodijah, M. Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 2
 Adi Maulana (2281160004)
 Siti Chusni Nurlatifah (2281160009)
 Aulia Dinar Septiani (2281160022)

JURUSAN PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, Sang pencipta alam
semesta beserta isinya, Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana atas segala
limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan
makalah “Bayi Tabung Sebagai Implementasi Teknologi di Bidang
Reproduksi dan Embriologi Manusia” ini dengan tepat waktu.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah suatu bentuk
tanggung jawab penulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Struktur dan
Perkembangan Hewan.
Penulis menyadari bahwa penulis hanyalah manusia biasa yang tidak luput
dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanyalah milik Allah
SWT. Sehingga sangat wajar jika dalam penulisan dan penyusunan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis senantiasa menanti kritik
dan saran dalam upaya evaluasi diri.
Di samping masih banyaknya ketidak sempurnaan penulisan dan
penyusunan makalah. Penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat dan hikmah serta dapat menambah dan memperkaya wawasan ilmu
pengetahuan bagi penulis, dan pembaca.

Serang, 11 Desember 2018

Kelompok 2

Bayi Tabung Sebagai Implementasi Teknologi di Bidang Reproduksi dan Embriologi Manusia | i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang....................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

2.1 Pengertian Bayi Tabung......................................................................3

2.2 Sejarah Bayi Tabung...........................................................................3

2.3 Tujuan Bayi Tabung...........................................................................4

2.4 Macam-Macam Proses Bayi Tabung..................................................4

2.5 Cara Pembuatan Bayi Tabung............................................................6

2.6 Dampak Melakukan Bayi Tabung......................................................7

2.7 Hukum Bayi Tabung Menurut Islam..................................................9

BAB III PENUTUP..............................................................................................13

3.1 Simpulan...........................................................................................13

3.2 Saran.................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

Bayi Tabung Sebagai Implementasi Teknologi di Bidang Reproduksi dan Embriologi Manusia | ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada dasarnya pembuahan yang alami terjadi dalam rahim melalui cara
yang alami pula (hubungan seksual), sesuai dengan fitrah yang telah ditetapkan
Allah untuk manusia. Setiap pasangan suami istri pasti mengharapkan hadirnya
seorang atau beberapa orang anak sebagai buah hati perkawinan mereka. Akan
tetapi pembuahan alami ini terkadang sulit terwujud, misalnya karena rusaknya
atau tertutupnya saluran indung telur (tuba Fallopii) yang membawa sel telur ke
rahim, atau karena sel sperma suami lemah sehingga tidak mampu menjangkau
rahim istri. Semua ini akan meniadakan kelahiran dan menghambat suami isti
untuk mendapatkan anak.

Dengan pesatnya kemajuan dibidang teknologi, kini banyak teknologi-


teknologi yang mampu menciptakan bermacam-macam produk hasil teknologi
yang berkualitas. Diantara produk teknologi mutakhir adalah di bidang biologi.
Salah satunya adalah bayi tabung untuk mengatasi permasalahan yang telah
diuraikan di atas. Pada dasarnya orang-orang memuji dengan kemajuan dibidang
teknologi tersebut, namun mereka belum tahu pasti apakah produk-produk hasil
teknologi itu dibenarkan menurut hukum agama. Oleh karena hal tersebut di atas,
maka dalam makalah ini Penulis akan menjelaskan lebih banyak mengenai bayi
tabung dan bagaimana menurut hukum Islam tentang bayi tabung tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan bayi tabung?
2. Bagaimankah sejarah bayi tabung di dunia?
3. Apa tujuan dilakukannya bayi tabung?
4. Apa saja macam-macam proses bayi tabung?
5. Bagaimana proses pembuatan bayi tabung?
6. Apa saja dampak dari melakukan bayi tabung?
7. Bagaimana hukum bayi tabung menurut Islam?

Bayi Tabung Sebagai Implementasi Teknologi di Bidang Reproduksi dan Embriologi Manusia | 1
1.3 Tujuan
1. Untuk memahami pengertian bayi tabung?
2. Untuk mengetahui sejarah bayi tabung di dunia?
3. Untuk mengetahui tujuan dilakukannya bayi tabung?
4. Untuk mengetahui macam-macam proses bayi tabung?
5. Untuk mempelajari proses pembuatan bayi tabung?
6. Untuk mengetahui dampak dari melakukan bayi tabung?
7. Untuk mengetahui hukum bayi tabung menurut Islam?

Bayi Tabung Sebagai Implementasi Teknologi di Bidang Reproduksi dan Embriologi Manusia | 2
BAB II
PEMBAHASA
N

2.1 Pengertian Bayi Tabung


Assisted Reproductive Technology atau yang populer dengan teknologi
bayi tabung merupakan aplikasi teknologi dalam bidang reproduksi manusia. Bayi
tabung dalam bahasa kedokteran disebut In Vitri Fertilization (IVF). In Vitro
berasal dari bahasa Latin yang berarti di dalam sedangkan Fertilization adalah
Bahasa Inggris yang memiliki arti pembuahan. Jadi, bayi tabung adalah suatu
upaya untuk memperoleh kehamilan dengan jalan mempertemukan sel sperma
dan sel telur sehingga terjadi pembuahan dalam suatu wadah atau cawan petri
(semacam mangkuk kaca berukuran kecil) khusus yang hal ini dilakukan oleh
petugas medis. Mungkin karena proses pembuahan tersebut terjadi di cawan kaca
(seolah seperti tabung), akhirnya masyarakat mengenalnya sebagai pengertian
bayi tabung (Nurjannah, 2017).
Bayi tabung merupakan suatu teknologi reproduksi berupa teknik
pembuahan sel telur (ovum) di luar tubuh wanita. Prosesnya terdiri dari
mengendalikan proses ovulasi secara hormonal, pemindahan sel telur dari
ovarium dan pembuahan oleh sel sperma dalam sebuah medium cair. Awal
berkembangnya teknik ini bermula dari ditemukannya teknik pengawetan sperma.
Sperma bisa bertahan hidup lama bila dibungkus dalam gliserol yang dibenamkan
dalam cairan nitrogen pada temperatur -321 derajat Fahrenheit (Nurjannah, 2017).
2.2 Sejarah Bayi Tabung
Tonggak sejarah bayi tabung diukir Profesor
Robert Edwards di Inggris pada 25 Juli 1978. Beliau
seorang dokter yang pada hari itu berhasil melahirkan
Louise Brown, bayi tabung pertama di dunia hasil
eksperimen Edwards dan rekannya, Patrick Steptoe.
Atas prestasi tersebut, Senin 4 Oktober, di Stockholm,
Swedia, Edwards dinyatakan sebagai peraih Nobel
pada kategori kesehatan. “Prestasi Edwards telah

Bayi Tabung Sebagai Implementasi Teknologi di Bidang Reproduksi dan Embriologi Manusia | 3
membuka mata dunia bahwa ketidaksuburan atau kemandulan bisa diatasi. Sekitar
4 juta bayi telah dilahirkan dengan program bayi tabung itu. Hari ini, visi seorang
Robert Edwards menjadi nyata dan membawa kebahagiaan kepada seluruh
pasangan tidak subur di dunia." Begitulah bunyi pernyataan resmi komite
penyeleksi hadiah Nobel. Edwards sekarang berumur 85 tahun. Dia adalah
profesor emeritus di University of Cambridge. Sejak dekade 1950-an, dia sudah
meneliti berbagai hal soal reproduksi manusia. Buah penelitian tersebut
melahirkan in-vitro fertilization, nama resmi teknik bayi tabung. Lewat teknik itu,
sel telur diambil, lalu dibuahi di luar tubuh perempuan. Setelah pembuahan, sel
tersebut ditanamkan kembali ke Rahim (Zahra, 2013).
Kesuksesan perdana program bayi tabung yang dilakukan secara
konvensional/In Vitro Fertilization (IVF) dengan lahirnya Louise Brown
membuat program ini semakin diminati oleh negara-negara di dunia. Di
Indonesia, sejarah bayi tabung yang pertama dilakukan di RSAB Harapan Kita,
Jakarta, pada tahun 1987. Program bayi tabung tersebut akhirnya melahirkan bayi
tabung pertama di Indonesia, yakni Nugroho Karyanto pada tahun 1988. Baru
setelah itu mulai banyak bermunculan kelahiran bayi tabung di Indonesia. Bahkan
jumlahnya sudah mencapai 300 anak (Zahra, 2013).
2.3 Tujuan Bayi Tabung
Program ini bertujuan untuk menolong pasangan suami istri yang tidak
mungkin memiliki keturunan secara alamiah disebabkan tuba falopi istrinya
mengalami kerusakan permanen, atau jika pasangan suami istri memiliki penyakit
atau kelainan lainnya yang menyebabkan tidak dimungkinkan untuk memperoleh
keturunan. Dalam kasus khusus, program ini digunakan oleh wanita lajang yang
ingin memperoleh keturunan tanpa harus mempunyai suami atau pasangan.
2.4 Macam-Macam Proses Bayi Tabung
a. Pembuahan Dipisahkan dari Hubungan Suami-Istri
Teknik bayi tabung memisahkan persetubuhan suami istri dari
pembuahan bakal anak. Dengan teknik tersebut, pembuahan dapat dilakukan
tanpa persetubuhan. Dengan demikian teknik kedokteran telah mengatur dan
menguasai hukum alam yang terdapat dalam tubuh manusia pria dan wanita.

Bayi Tabung Sebagai Implementasi Teknologi di Bidang Reproduksi dan Embriologi Manusia | 4
Dengan pemisahan antara persetubuhan dan pembuahan ini, maka bisa
muncul banyak kemungkinan lain yang menjadi akibat dari kemajuan ilmu
kedokteran dibidang pro-kreasi manusia.
b. Wanita Sewaan untuk Mengandung Anak
Ada kemungkinan bahwa benih dari suami istri tidak bisa dipindahkan
ke dalam rahim sang istri, oleh karena ada gangguan kesehatan atau alasan-
alasan lain. Dalam kasus ini, maka diperlukan seorang wanita lain yang
disewa untuk mengandung anak bagi pasangan tadi. Dalam perjanjian sewa
rahim ini ditentukan banyak persyaratan untuk melindungi kepentingan
semua pihak yang terkait. Wanita yang rahimnya disewa biasanya meminta
imbalan uang yang sangat besar. Suami istri bisa memilih wanita sewaan
yang masih muda, sehat dan punya kebiasaan hidup yang sehat dan baik.
c. Sel Telur atau Sperma dari Seorang Donor.
Masalah ini dihadapi kalau salah satu dari suami atau istri mandul;
dalam arti bahwa sel telur istri atau sperma suami tidak mengandung benih
untuk pembuahan. Itu berarti bahwa benih yang mandul itu harus dicarikan
penggantinya melalui seorang donor. Masalah ini akan menjadi lebih sulit
karena sudah masuk unsur baru, yaitu benih dari orang lain. Pertama, apakah
pembuahan yang dilakukan antara sel telur istri dan sel sperma dari orang lain
sebagai pendonor itu perlu diketahui atau disembunyikan identitasnya. Kalau
wanita tahu orangnya, mungkin ada bahaya untuk mencari hubungan pribadi
dengan orang itu. Ketiga, apakah pria pendonor itu perlu tahu kepada siapa
benihnya telah didonorkan. Masih banyak masalah lain lagi yang bisa
muncul.
d. Munculnya Bank Sperma
Praktik bayi tabung membuka peluang pula bagi didirikannya bank -
bank sperma. Pasangan yang mandul bisa mencari benih yang subur dari
bank
-bank tersebut. Bahkan orang bisa menjual belikan benih - benih itu dengan
harga yang sangat mahal misalnya karena benih dari seorang pemenang
Nobel di bidang kedokteran, matematika, dan lain-lain. Praktek bank sperma
adalah akibat lebih jauh dari teknik bayi tabung. Kini bank sperma malah

Bayi Tabung Sebagai Implementasi Teknologi di Bidang Reproduksi dan Embriologi Manusia | 5
menyimpannya dan memperdagangkannya seolah-olah benih manusia itu
suatu benda ekonomis.
Hukum bayi tabung pada manusia harus diklasifikasikan persoalannya
secara jelas. Bila dilakukan dengan sperma atau ovum suami istri sendiri,
baik dengan cara mengambil sperma suami kemudian disuntikkan ke dalam
vagina, tuba palupi atau uterus isteri, maupun dengan cara pembuahannya di
luar rahim, kemudian buahnya (vertilized ovum) ditanam di dalam rahim istri;
maka hal ini dibolehkan, asal keadaan suami istri tersebut benar-benar
memerlukan proses inseminasi buatan untuk membantu pasangan suami istri
tersebut memperoleh keturunan. Hal ini sesuai dengan kaidah ‘al hajatu
tanzilu manzilah al dharurat’ (hajat atau kebutuhan yang sangat mendesak
diperlakukan seperti keadaan darurat) (Yahya, 2003).
2.5 Cara Pembuatan Bayi Tabung
a. Proses bayi tabung sendiri diawali dengan konsultasi dan seleksi pasien,
dimana baik suami dan istri akan diperiksa sampai dengan ada indikasi
untuk mengikuti program bayi tabung. Jika memang diindikasikan, baru
bisa masuk dan mengikuti program bayi tabung.
b. Melakukan stimulasi atau merangsang indung telur untuk memastikan
banyaknya sel telur. Secara alami sel telur memang hanya ada satu, namun
dalam program bayi tabung, perlu lebih dari satu sel telur untuk
memperoleh embrio.
c. Proses bayi tabung yang ke tiga adalah pemantauan pertumbuhan folikel
atau cairan berisi sel telur di dalam indung telur melalui ultrasonografi.
Pemantauan pertumbuhan folikel ini bertujuan untuk melihat apakah sel
telur sudah cukup matang untuk dipanen atau belum. Baru kemudian
mematangkan sel telur, dengan cara menyuntikan obat agar siap dipanen.
d. Sel telur diambil untuk di proses di laboratorium. Pada hari yang sama,
akan dilakukan pengambilan sperma suami. Jika tidak ada masalah,
pengambilan dilakukan dengan cara bermasturbasi. Namun bila ditemukan
kendala, maka akan dilakukan operasi pengambilan sperma melalui buah
zakar.

Bayi Tabung Sebagai Implementasi Teknologi di Bidang Reproduksi dan Embriologi Manusia | 6
e. Pembuahan atau fertilisasi di dalam media kultur di laboratorium,
sehingga menghasilkan embrio. Baru setelah embrio terbentuk, akan
dilakukan proses transfer embrio kembali ke dalam rahim agar terjadi
kehamilan. Jika ada sisa embrio lebih, maka akan disimpan untuk proses
kehamilan berikutnya.
f. Proses terakhir adalah fase luteal untuk mempertahankan dinding Rahim
dengan memberikan Progesterone. Biasanya dokter akan memberi obat
selama 15 hari pertama untuk mempertahankan dinding rahim ibu agar
terjadi kehamilan. Setelah itu, dilakukan pemeriksaan apakah telah terjadi
kehamilan atau belum, baik dengan pemeriksaan darah maupun USG
(Hanafiah, 1999).

Gambar 2.4.1 Tahapan proses bayi tabung

2.6 Dampak Melakukan Bayi Tabung


a. Dampak Negatif
 Terjadinya stimulasi indung telur yang berlebihan memungkinkan
terjadinya penumpukan cairan di rongga perut dan memberikan
beberapa keluhan, seperti rasa kembung, mual, muntah, dan hilangnya
selera makan.
 Saat pengambilan sel telur dengan jarum menimbulkan risiko
terjadinya perdarahan, infeksi, dan kemungkinan jarum mengenai

Bayi Tabung Sebagai Implementasi Teknologi di Bidang Reproduksi dan Embriologi Manusia | 7
kandung kemih, usus, dan pembuluh darah. Dengan persiapan yang
baik dan panduan teknologi ultrasonografi, keadaan tersebut
umumnya dapat dihindari.
 Risiko kehamilan kembar lebih dari 2 (dua) akan meningkat dengan
banyaknya embrio yang dipindahkan ke dalam rahim. Hal ini akan
memberikan risiko akan persalinan prematur yang memerlukan
perawatan lama. Dengan mempertimbangkan usia istri dan
pembatasan jumlah embrio yang akan dipindahkan ke dalam rahim
dapat mengurangi risiko tersebut.
 Risiko akan keguguran dan kehamilan di luar kandungan. Melalui
pemberian hormon dan pemindahan embrio dengan panduan
ultrasonografi, keadaan tersebut diharapkan tidak terjadi.
 Risiko lain yang timbul dapat berupa biaya yang dikeluarkan,
kelelahan fisik, dan stres emosional dalam menyikapi antara harapan
dan kenyataan yang terjadi selama mengikuti bayi tabung.
b. Dampak Positif
 Memberi harapan kepada pasangan pasutri yang lambat punya anak
atau mandul.
 Membantu orang lain yang mengidap penyakit.
 Mampu mengatasi permasalahan tidak kunjung memiliki anak bagi
penderita kelainan organ reproduksi ataupun lainnya
 Memberikan harapan bagi kesejahteraan umat manusia.
 Menghindari penyakit (seperti penyakit menurun/genetis, sehingga
untuk kedepan akan terlahir manusia yang sehat dan bebas dari
penyakit keturunan.
 Menuntut manusia untuk menciptakan sesuatu yang baru.
 Tidak perlu melakukan hubungan suami istri berulang kali untuk
mendapatkan anak, melainkan hanya cukup memberikan sel telur dari
sang wanita dan sperma dari sang pria

Bayi Tabung Sebagai Implementasi Teknologi di Bidang Reproduksi dan Embriologi Manusia | 8
2.7 Hukum Bayi Tabung Menurut Islam
Jika hendak mengkaji masalah bayi tabung dari segi hukum Islam, maka
harus dikaji dengan memakai metode ijtihad lajim dipakai oleh para ahli ijtihad,
agar ijtihadnya sesuai dengan prinsip-prinsip dan jiwa Al-Qur’an dan Sunah yang
menjadi pegangan umat Islam. Sudah tentu ulama yang melaksanakan ijtihad
tentang masalah ini, memerlukan informasi yang cukup tentang teknik dan proses
terjadinya bayi tabung dari cendekiawan Muslim yang ahli dalam bidang studi
yang relevan dengan masalah ini, misalnya ahli kedokteran dan ahli biologi.
Dengan pengkajian secara multidisipliner ini, dapat ditemukan hukumnya yang
proporsional dan mendasar (Hasan, 1995).
Bayi tabung / inseminasi buatan apabila dilakukan dengan sel sperma dan
ovum suami istri sendiri dan tidak ditransfer embrionya ke dalam rahim wanita
lain termasuk istrinya sendiri yang lain (bagi suami yang berpoligami), maka
Islam membenarkan, baik dengan cara mengambil sperma suami, kemudian
disuntikkan ke dalam vagina atau uterus istri, maupun dengan cara pembuahan
dilakukan diluar rahim, kemudian buahnya (vertilized ovum) ditanam di dalam
rahim istri, asal keadaan kondisi suami istri yang bersangkutan benar-benar
memerlukan cara inseminasi buatan untuk memperoleh anak, karena dengan cara
pembuahan alami, suami istri tidak berhasil memperoleh anak. Hal ini sesuai
dengan hukum Fiqih Islam.
Hajat (kebutuhan yang sangat penting itu) diperlukan seperti dalam
keadaan terpaksa (emergency). Padahal keadaan darurat/terpaksa itu
membolehkan melakukan hal-hal terlarang.
Sebaliknya, kalau inseminasi buatan itu dilakukan dengan bantuan donor
sperma dan /atau ovum, maka diharamkan, dan hukumnya sama dengan zina
(prostitusi). Dan sebagai akibat hukumnya, anak hasil inseminasi tersebut tidak
sah dan nasabnya hanya berhubungan dengan ibu yang melahirkannya. Menurut
hemat penulis, dalil-dalil syar’i yang dapat menjadi landasan hukum untuk
mengharamkan inseminasi buatan dengan donor, ialah sebagai berikut :
1. Al-Qur’an
Surat Al-Isra ayat 70 :

Bayi Tabung Sebagai Implementasi Teknologi di Bidang Reproduksi dan Embriologi Manusia | 9
“Dan sesungguhnya telah Kami meliakan anak-anak Adam, Kami
angkat mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari
yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan”.

Surat At-Tin ayat 4 :


“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya”.
Kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan
sebagai makhluk yang mempunyai kelebihan/keistimewaan sehingga melebihi
makhluk-makhluk Tuhan lainnya. Dan Tuhan sendiri berkenan memuliakan
manusia, maka sudah seharusnya manusia bisa menghormati martabatnya sendiri
dan juga menghormati martabat sesama manusia. Sebaliknya inseminasi buatan
dengan donor itu pada hakikatnya merendahkan harkat manusia (human dignity)
sejajar dengan hewan yang diinseminasi.

2. Hadits Nabi :“
“Tidak halal bagi seseorang yang beriman pada Allah dan hari
akhir menyiramkan airnya (sperma) pada tanaman orang lain (vagina
istriorang lain)’’.
(Hadits riwayat Abu Daud, Al-Tirmidzi, dan Hadits ini dipandang sahih
oleh Ibnu Hibban)

3. Hasil Ijtihad Para Ulama’


a. Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Dalam fatwanya menyatakan bahwa bayi tabung dengan sperma dan
ovum dari pasangan suami-istri yang sah hukumnya mubah (boleh). Sebab,
ini termasuk ikhtiar yang berdasarkan kaidah-kaidah agama. Namun, para
ulama melarang penggunaan teknologi bayi tabung dari pasangan suami-istri
yang dititipkan di rahim perempuan lain. "Itu hukumnya haram," papar MUI
dalam fatwanya. Apa pasal? Para ulama menegaskan, di kemudian hari hal itu
akan menimbulkan masalah yang rumit dalam kaitannya dengan warisan.

Bayi Tabung Sebagai Implementasi Teknologi di Bidang Reproduksi dan Embriologi Manusia |
Para ulama MUI dalam fatwanya juga memutuskan, bayi tabung dari
sperma yang dibekukan dari suami yang telah meninggal dunia hukumnya
haram. "Sebab, hal ini akan menimbulkan masalah yang pelik, baik dalam
kaitannya dengan penentuan nasab maupun dalam hal kewarisan," tulis fatwa
itu. Lalu bagaimana dengan proses bayi tabung yang sperma dan ovumnya
tak berasal dari pasangan suami-istri yang sah? MUI dalam fatwanya secara
tegas menyatakan hal tersebut hukumnya haram. Alasannya, statusnya sama
dengan hubungan kelamin antar lawan jenis di luar penikahan yang sah alias
zina.
b. Nahdlatul Ulama (NU)
Nahdlatul Ulama (NU) juga telah menetapkan fatwa terkait masalah
ini dalam forum Munas Alim Ulama di Kaliurang, Yogyakarta pada 1981.
Ada tiga keputusan yang ditetapkan ulama NU terkait masalah bayi tabung.
Pertama, apabila mani yang ditabung dan dimasukan ke dalam rahim
wanita tersebut ternyata bukan mani suami-istri yang sah, maka bayi tabung
hukumnya haram. Hal itu didasarkan pada sebuah hadis yang diriwayatkan
Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada dosa yang lebih besar
setelah syirik dalam pandangan Allah SWT, dibandingkan perbuatan seorang
lelaki yang meletakkan spermanya (berzina) di dalam rahim perempuan yang
tidak halal baginya”.
Kedua, apabila sperma yang ditabung tersebut milik suami-istri, tetapi
cara mengeluarkannya tidak muhtaram, maka hukumnya juga haram. “Mani
muhtaram adalah mani yang keluar/dikeluarkan dengan cara yang tidak
dilarang oleh syara”, papar ulama NU dalam fatwa itu. Terkait mani yang
dikeluarkan secara muhtaram, para ulama NU mengutip dasar hukum dari
Kifayatul Akhyar II/113. "Seandainya seorang lelaki berusaha mengeluarkan
spermanya (dengan beronani) dengan tangan istrinya, maka hal tersebut
diperbolehkan, karena istri memang tempat atau wahana yang diperbolehkan
untuk bersenang-senang” Ketiga, apabila mani yang ditabung itu mani suami-
istri dan cara mengeluarkannya termasuk muhtaram, serta dimasukan ke
dalam rahim istri sendiri, maka hukum bayi tabung menjadi mubah (boleh).

Bayi Tabung Sebagai Implementasi Teknologi di Bidang Reproduksi dan Embriologi Manusia |
c. Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah
Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah juga telah menetapkan
fatwa terkait boleh tidak nya menitipkan sperma suami-istri di rahim istri
kedua. Dalam fatwanya, Majelis Tarjih dan Tajdid mengungkapkan,
berdasarkan ijitihad jama'i yang dilakukan para ahli fikih dari berbagai
pelosok dunia Islam, termasuk dari Indonesia yang diwakili Muhammadiyah,
hukum inseminasi buatan seperti itu termasuk yang dilarang. “Hal itu disebut
dalam ketetapan yang keempat dari sidang periode ke tiga dari Majmaul
Fiqhil Islamy dengan judul Athfaalul Anaabib (Bayi Tabung),” papar fatwa
Majelis Tarjih PP Muhammadiyah. Rumusannya, “cara kelima inseminasi itu
dilakukan di luar kandungan antara dua biji suami-istri, kemudian ditanamkan
pada rahim istri yang lain (dari suami itu). hal itu dilarang menurut hukum
Syara”.
d. Lembaga Fiqh Islam OKI (Organisasi Konferensi Islam)
Lembaga Fiqh Islam OKI (Organisasi Konferensi Islam) mengadakan
sidang di Amman pada tahun 1986untuk membahas beberapa teknik
inseminasi buatan / bayi tabung, dan mengharamkan bayi tabung dengan
sperma dan/atau ovum donor (Mahjuddin, 1990).

Bayi Tabung Sebagai Implementasi Teknologi di Bidang Reproduksi dan Embriologi Manusia |
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Dari penjelasan di atas, maka Penulis dapat menyimpulkan bahwa bayi
tabung adalah suatu upaya untuk memperoleh kehamilan dengan jalan
mempertemukan sel sperma dan sel telur sehingga terjadi pembuahan dalam suatu
wadah atau cawan petri (semacam mangkuk kaca berukuran kecil) khusus.
Bayi tabung merupakan suatu teknologi reproduksi berupa teknik
pembuahan sel telur (ovum) di luar tubuh wanita. Prosesnya terdiri dari
mengendalikan proses ovulasi secara hormonal, pemindahan sel telur dari
ovarium dan pembuahan oleh sel sperma dalam sebuah medium cair.
Bayi tabung ini dapat memberikan dampak postif maupun dampak negatif,
namun hal tersebut tergantung pada kesesuaian proses yang dilakukan terhadap
SOP.

3.2 Saran
Saran dari penulis hendaknya jika seseorang akan melakukan program
bayi tabung dokter hanya mengizinkan dan melayani permintaan bayi tabung
dengan sel sperma dan ovum suami istri yang bersangkutan tanpa ditransfer ke
dalam rahim wanita lain (ibu titipan), dan pemerintah hendaknya juga melarang
keras dengan sanksi-sanksi hukumannya kepada dokter dan siapa saja yang
melakukan inseminasi buatan pada manusia dengan sperma dan atau ovum donor.

Bayi Tabung Sebagai Implementasi Teknologi di Bidang Reproduksi dan Embriologi Manusia |
DAFTAR PUSTAKA

Hanafiah, Jusuf. 1999. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. Jakarta . EGC.
Hasan, M. Ali. 1995. Masail Fiqhiyah Al Haditsah Pada Masalah-Masalah
Kontemporer Hukum Islam. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Mahjuddin. 1990. Masailul Fiqhiyah Berbagai Kasus Yang Yang Dihadapi
Hukum Islam Masa Kini. Jakarta. Kalam Mulia.
Nurjannah. 2017. Hukum Islam Dan Bayi Tabung (Analisis Hukum Islam
Kontemporer). (online). (http://repositori.uin-
alauddin.ac.id/4008/1/NURJANNAH.pdf). Diakses pada 10 Desember
2018 Pukul 15.00 WIB.
Yahaya, A. S. 2003. Bayi Tabung Uji. (online).
(http://www.papisma.org/nota/fekah/testtube.pdf) Diakses pada 10
Desember 2018 Pukul 14.00 WIB.
Zahra, A. N. 2013. Bayi Tabung Dalam Pandangan Islam. (online).
(https://keperawatanreligionafifah.wordpress.com/2013/05/19/sejarah-
bayi-tabung-di-dunia/). Diakses pada 10 Desember 2018 Pukul 14.40
WIB.

Bayi Tabung Sebagai Implementasi Teknologi di Bidang Reproduksi dan Embriologi Manusia |

Anda mungkin juga menyukai