Anda di halaman 1dari 2

Setelah presiden Abdurrahman Wahid diturunkan dari jabatannya, maka Wakil Presiden

Megawati Soekarnoputri diangkat sebagai Presiden RI yang ke-5 pada tanggal 23 Juli 2001
dan dibantu oleh Hamzah Haz sebagai wakil presiden.

Kabinet Gotong Royong


Setelah Megawati diangkat menjadi presiden, ia membentuk kabinet gotong-royong yang
memiliki lima agenda utama, yaitu :
1. Menghapus KKN
2. Menyusun langkah untuk menyelamatkan rakyat dari krisis yang berkepanjangan
3. Meneruskan pembangunan politik
4. Mempertahankan supremasi hukum
5. Menciptakan situasi sosial kultural yang kondusif

Kebijakan Presiden Megawati dalam bidang hukum dan pemerintahan :


1. Melakukan amandemen terhadap UUD 1945 pada tanggal 10 November 2001.
2. Mengubah kekuasaan kehakiman sebagai kekuasaan independen agar dapat
menyelenggarakan peradilan yang adil dan bersih.
3. Membentuk KPK melalui UU No. 30 tahun 2002.
4. Membentuk Mahkamah Konstitusi selambat-lambatnya tanggal 17 Agustus 2003
5. Mengeluarkan UU No. 32 Tahun 2004. mengenai desentralisasi dan otonomi daerah.
6. Mengeluarkan UU pers dan UU penyiaran.

Kebijakan Presiden Megawati tentang Pemilu :


1. Mengeluarkan UU No. 12 tahun 2003 tentang Pemilu.
2. Mengeluarkan UU No. 22 Tahun 2003 tentang susunan dan kedudukan anggota MPR,
DPR, DPD, dan DPRD.
3. Mengeluarkan UU No. 23 tahun 2003 tentang pemilihan presiden dan wakil presiden.

Kebijakan Presiden Megawati dalam bidang ekonomi :


Pada awal pemerintahannya, Presiden Megawati dianggap telah berhasil membangun
kembali perekonomian Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan rendahnya tingkat inflasi dan
rendahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Hal ini juga berdampak pada
stabilnya harga-harga barang.
Beberapa kebijakan Presiden Megawati di bidang ekonomi diantaranya :
1. Mengatasi utang Indonesia dengan cara mengadakan pertemuan Paris Club 3 dengan
IMF pada tanggal 12 April 2002 untuk membicarakan penundaan pembayaran utang luar
negeri Indonesia.
2. Memutuskan kerjasama dengan IMF dan membubarkan BPPN.
3. Melakukan privatisasi BUMN (menjual saham perusahaan BUMN) kepada STT dengan
tujuan untuk membayar hutang negara.
4. Menaikkan pendapatan perkapita sekitar 930 dollar Amerika, sehingga nilai tukar rupiah
terhadap Dollar menjadi Rp 8.500 bar $1.
5. Mencapai swasembada beras pada tahun 2002 dan pada tahun 2003 ada kebijakan
larangan mengimpor beras berdasarkan Inpres No. 9 tahun 2002.

Kebijakan Presiden Megawati dalam mempertahankan kedaulatan NKRI :


Pada masa pemerintahan Megawati, wilayah yang paling rentan ingin memisahkan diri dari
NKRI adalah provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Papua. Keduanya adalah wilayah
yang kaya akan sumber daya alam, namun mereka hanya mendapatkan sedikit dari hasil
sumber daya alam. Kemudian Presiden Megawati menetapkan beberapa kebijakan yaitu :
1. Mengubah persentase pembagian hasil sumber daya alam, dimana daerah Papua dan
Nanggroe Aceh Darussalam mendapat 70% dari hasil sumberdaya alamnya dan 30%
diberikan kepada pemerintah pusat melalui UU No. 1B tahun 2001 dan UU No. 21 tahun
2001.
2. Memberlakukan UU No. 18 tahun 2001 tentang otonomi khusus provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam.
3. Mengubah status Universitas Malikussaleh Lhokseumawe Nanggroe Aceh Darussalam
menjadi Universitas Negeri.

Kedaulatan wilayah NKRI juga terancam akibat perebutan Pulau Ligitan dan Pulau Sipadan
dengan negara Malaysia. Pada tanggal 17 Desember 2001, Mahkamah Internasional
menetapkan bahwa kedua pulau tersebut merupakan bagian dari negara Malaysia. Hal ini
menunjukkan lemahnya diplomasi luar negeri Indonesia, mengingat juga terlepasnya
wilayah Timor Timur.

Berakhirnya Pemerintahan Megawati


Meski pada awal pemerintahannya Presiden Megawati dinilai berhasil membangun
perekonomian Indonesia, namun antara tahun 2002-2003, pencapaian Presiden Megawati
di bidang ekonomi mulai menurun. Salah satunya adalah ketika presiden Megawati
menetapkan kebijakan kenaikan harga BBM, tarif dasar listrik, dan kenaikan pajak
pendapatan negara. Kepercayaan masyarakat terhadap Presiden Megawati juga semakin
menurun ketika ia mengeluarkan kebijakan privatisasi BUMN, salah satunya adalah menjual
saham Indosat. Kebijakan ini adalah hal yang masih menjadi kontroversi hingga saat ini.

Pemilu tahun 2004 merupakan Pemilu pertama dimana rakyat dapat memilih wakil rakyat di
tingkat pusat dan daerah secara langsung. Secara teknis, pelaksanaan Pemilu tahun 2004
dilakukan dua tahap. Tahap pertama yaitu untuk memilih anggota legislatif yang
dilaksanakan pada tanggal 5 April 2004. Pemilu diikuti oleh 24 peserta partai politik. Partai
politik yang berhasil mendapatkan suara terbanyak adalah Golkar, PDIP, PKB, PPP, Partai
Demokrat, PKS, dan PAN.

Berdasarkan perolehan suara tersebut, KPU meloloskan lima pasangan calon presiden dan
wakil presiden yang dianggap memenuhi syarat yang telah ditetapkan berdasarkan
keputusan KPU No. 36 tahun 2004. Kelima pasangan tersebut adalah :
1. Nomor urut 1, Wiryanto dan Salahuddin Wahid dari Partai Golkar.
2. Nomor urut 2, Megawati dan Ahmad Hasyim dari PDIP
3. Nomor urut 3, Amien Rais dan Siswono dari PAN.
4. Nomor urut 4, Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla dari Partai Demokrat.
5. Nomor urut 5, Hamzah Haz dan Agum Gumelar dari PPP.

Namun, dari Pemilu presiden yang dilaksanakan pada tanggal 5 Juli 2004 ini belum ada
pasangan calon presiden dan wakil presiden yang memperoleh suara lebih dari 50%,
sehingga Pemilu presiden tahun 2004 harus dilaksanakan dalam dua putaran. Pemilu
putaran kedua dilaksanakan pada tanggal 20 September 2004. Hasilnya, pasangan Susilo
Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla berhasil memperoleh 60,62% suara mengungguli
pasangan Megawati dan Ahmad Hasyim yang memperoleh 39,38% suara.

Anda mungkin juga menyukai