Anda di halaman 1dari 9

Hidrokarbon dan Minyak Bumi dalam Prespektif Al Quran

Kuncoro Hadi1
1
Program studi Pendidikan Kimia, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

e-mail:
1
kuncoro.hadi@uin-suska.ac.id

ABSTRACT. Al-Quran integration in chemistry, especially Hydrocarbons and Petroleum


materials can be done. This research is a literature study, using a qualitative descriptive method
using incident data that is explained argumentatively and narrative. Hydrocarbons are chemical
compounds found in the body of living things, consisting of the elements H, C, O and several other
elements, these are found in QS. Ar Rahman verse 14, QS. Al Hijr: verse 28, QS. Ash Shaffaat:
verse 11, QS. Ali Imran: verse 59. The process of forming petroleum is contained in QS. Al-A'la
verses 4-5. Integration can also be done by studying the values of life contained in hydrocarbon
materials. The results of the study are as follows (1) To be grateful in the Al Quran there are signs
for chemistry. (2) Reproducing the unique concept of carbon atoms in life
.

Keywords: Hydrocarbons, Petroleum, Al Quran, Integration, and Chemistry

ABSTRAK. Integerasi Al Quran dalam ilmu Kimia terutama materi Hidrokarbon dan Minyak
Bumi dapat dilakukan. Penelitian ini merupakan studi kepustakaan, menggunakan metode
deskriptif kualitatif dengan menggunakan data pristiwa yang dijelaskan secara argumentatif dan
naratif. Hidrokarbon merupakan senyawa kimia yang terdapat di dalam tubuh mahluk hidup yang
terditi dari unsur H, C, O dan beberapan unsur lain hal ini terdapat dalam QS. Ar Rahman ayat 14,
QS. Al Hijr: ayat 28, QS. Ash Shaffaat: ayat 11, QS. Ali Imran: ayat 59. Proses pembentukan
minyak bumi terdapat dalam QS. Al-A’la ayat 4-5. Integrasi juga dapat dilakukan dengan kajian
nilai-nilai kehidupan yang terdapat dalam materi hidrokarbon. Hasil kajian yaitu sebagai berikut
(1) Mensyukuri di dalam Al Quran terdapat tanda-tanda untuk ilmu kimia. (2) Merepakan khonsep
kekhasan Atom karbon dalam kehidupan sehari-hari.

Kata kunci: Hidrokarbon, Minyak bumi, Al Quran, Integrasi, dan Ilmu Kimia

PENDAHULUAN
Al Quran sebagai pedoman hidup bagi manusia memiliki kebatan nilai, dan terus meningkat
menjadi lebih hebat jika terus kita mempelajarinya. Tidak ada mahluk yang mampu untuk
menadingin dalam pembuatannya. Meskipun hanya sekedar membuat satu ayat. Kehebatan ini
tercermin dari kata dan kalimat, syariat, maupun yang tersirat, serta berita yang disampaikan
(Nadiah Thayarah, 2013).
Al Quran mencakup beberapa penjelasan ilmiah dalam tautan keImanan. Fakta-fakta tertentu
yang baru ditemukan dengan teknologi abad kekinian itu sebenarnya telah diungkapkan dalam
Al Quran 14 abad silam. Hal Ini menunjukkan bahwa Al Quran merupakan salah satu bukti
terpenting yang menegaskan keberadaan Allah (Ridwan Abdullah Sani, 2015).
Kimia bukan merupakan ilmu tentang nilai kehidupan, tetapi dengan mempelajari kimia
peserta didik dapat mengambil manfaatnya berupa nilai-nilai kehidupan. Metode ilmiah
digunakan untuk memperoleh proses kimia, yang di dalamnya terdapat kerja ilmiah. Nilai
kehidupan didapatkan dari sikap ilmiah dalam pembelajaran kimia. Penggambungan aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam proses pembelajaran dengan baik melahirkan manusia
unggul (Supardi, K.I. 2017).
Sikap ilmiah ini dapat menjadi nilai hidup dan kehidupan peserta didik, penanaman nilai-
nilai kehidupan secara terus menerus akan membentuk kepribadian peserta didik. Pada
penanaman nilai di pembelajaran kimia harus dilakukan terus menerus sehingga dapat
terinternalisasi dalam diri peserta didik. Pembelajaran kimia diharapkan bahwa materi yang
diajarkan tidak hanya sebagai pengetahuan ilmiah, tetapi juga menjadi pengetahuan dalam diri
yang akhirnya ditunjukkan dalam bentuk perilaku(Masnur Muslich, 2011).
Guru kimia harus mengajarkan materi kimia pada peserta didik sedemikian rupa sehingga
peserta didik memiliki kemampuan transfer of knowledge dan transfer of value (Ida
S.Widayanti, 2013). Pendidikan sain juga menyumbang pendidikan nilai kehidupan melalui
pendidikan sikap ilmiah dan kerja ilmiah yang merupakan bagian kerja ilmiah. Pendidikan nilai
kehidupan bukan merupakan mata pelajaran tersendiri, tetapi harus ingklut dalam materi
pendukung kompetensi dasar yang sesuai. Pendidikan kimia sudah menyediakan “rumah” bagi
pendidikan nilai kehidupan, yaitu pada dimensi sikap ilmiah dan kerja ilmiah.

METODE
Penelitian ini merupakan penelitian studi kepustakaan. Metode yang digunakan adalah
deskriptif kualitatif dengan menggunakan data berupa peristiwa yang dijelaskan secara
argumentatif dan naratif (Creswell, 2013). Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah (1) analisis isi dengan maksud memprioritaskan isi pesan yang disampaikan ke peserta
didik; (2) analisis pendekatan filosofis merupakan pengambungan penanaman pemahaman
kepada peserta didik melalui pemaduan dua point kajian secara filosofis yang bertujuan untuk
menguatkan nilai-nilai karakter islami dari hukum-hukum ilmiah kimia; (3) model triadik
merupakan analisis yang menggunakan pedekatan filsafat untuk menghubungkan antara agama
dan sains; dan (4) analisis konfirmasi dapat menunjukkan bahwa agama digunakan sebagai
penyokong penuh kajian kajian ilmu kimia dalam memahami alam semesta. Kajian ini
merupakan kajian tentang pola integrasi antara nilai-nilai karaker islami yang terkandung dalam
Al Quran dan As Sunnah dengan materi kimia yaitu hidrokarbon. Analisis – analisis ini
digunakan untuk mencari titik temu yang menunjukkan Al Quran sebagai kitab rujukan dan
menunjukan keagungan Allah yang telah menciptakan alam semesta dengan sebaik-baiknya.
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif yang bersumber dari (1) Al Quran,
(2) Buku kimia, dan (3) jurnal yang mendukung terhadap kajian.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengintegrasian nilai-nilai kehidupan harus di tanamankan dan sangat diperlukan dalam
suatu pembelajaran sains untuk membentuk karakter bangasa yang lebih baik. Hal ini sejalan
dengan pengintegarasikan Al Quran sebagai sumberi motivasi peserta didik dalam menanamkan
sikap positif terhadap sains di kalangan anak sekolah sebagaimana dalam penelitian Yusof, dkk.
(2016). Nilai-nilai kehidupan perlu diajarkan dan diintegrasikan dalam proses pembelajaran
untuk membangun karakter peserta didik yang lebih baik. Ternyata dalam pengintegrasian sains
dan nilai nilai kehidupan dalam dalam pembelajaran kimia di sekolah terbukti berefek dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik (Husna, dkk., 2020; Utama, dkk., 2019; Saputra, dkk.,
2018). Hidrokarbon dan Minyak Bumi adalah salah satu materi kimia yang berisi analisis
konseptual dan ilmiah (Irmi, 2018) dan manfaatnya banyak digunakan dalam kehidupan sehari-
hari.
Nilai–nilai kehidupan yang dimaksud adalah nilai-nilai spiritual yang terkandung dalam
ajaran Agama Islam (Mulyani, dkk., 2018). Hal ini menunjukkan bahwa materi pembelajaran
dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Pembiasaan untuk menggali nilai-nilai kehidupan
dari materi pelajaran kimia merupakan langkah yang tepat untuk ditingkatkan (Anggela, dkk.,
2013). Pengintegrasian nilai-nilai kehidupan yang Islami peserta didik pada materi hidrokarbon
dan Minyak Bumi ini meliputi beberapa hal yaitu 1) menganalisis beberapa ayat Al-Qur’an yang
menjelaskan materi hidrokarbon dan minyak bumi, 2) mengoptimalkan pengintegrasian nilai-
nilai kehidupan dalam materi kimia dan 3) menanamkan nilai-nilai kehidupan untuk dihayati dan
direnungkan secara mendalam oleh peserta didik dalam bentuk kasus produk hidrokarbon dan
minyak bumi.
Model internalisasi nilai tauhid pada pembelajaan kimia adalah sebagai berikut:

ALLAH
Makhluk
Ilmu Kimia

Ilmu Kimia Pengecualian Ilmu Kimia Standar(IKS)

INTERNALISASI TAUHID PADA ILMU KIMIA


IKS tidak terkait langsung IKS terkait langsung dengan
dengan Al Quran Al Quran

Penjelasan Ilmiah

Hikmah Manfaat Islam- Kimia

Kesadaran atas Rasa syukur Kepada Menaati Perintah dan


kekuasaan Allah Allah larangan Allah

TAQWA

Integrasi nilai-nilai kehidupan yang terdapat dalam materi hidrokarbon dan minyak bumi
diantaranya yaitu sebagai berikut:
1. Hidrokarbon dan Minyak Bumi
Hidrokarbon merupakan senyawa yang paling berperan dalam menentukan sifat dari
senyawa organik mahluk hidup, meskipun ada unsur lain seperti, Oksigen dan Nitrogen. Ke
empat unsur ini lah yang menyusun senyawa makromolekul seperti karbohidrat, lemak, protein
dan asam nukleat. Setiap mahluk hidup yang ada baik manusia, hewan, tumbuhan bahkan yang
paing terkecil seperti bakteri, protozoa, jamur tersusun oleh makromolekul tersebut (Markun dan
Anita Sulistiyani, 2008).
Karena keunikan usur karbon di bandingkan dengan unsur unsur lainnya, unsur ini menjadi
penyusun makhluk hidup. Keunikan ini didasari dari banyak bentuk yang dapat di bentuk oleh
karbon, otomatis memiliki banyak sifat, bahkan antar senyawa sangat jauh sifatnya. Perbendaan
inilah yang menjadi ciri khas dari senyawa karbon sifat berbeda walaupun hanya dengan
perbedaan sebuah ikatan saja.
Kekhasan sifat karbon lainnya dapat membetuk ratai pendek bahkan sahant panjang yang
tidak dimiliki oleh unsur lainnya. Dalam bentuk senyawa tunggal karbon dapat membentuk
beberapa molekul seperti jelaga (bola bucky C 60) yang sangat rapuh, karbon ini juga dapat
membentuk intan dengan kondisi suhu tekanan tertentu menjadikan batuan yang sangat keras.
Kondisi kekhasan senyawa karbon menjadikan unsur ini menenpati semua jenis senyawa organik
yang ada dalam mahkluk hidup di dunia ini.
Sebuah catatan penting manusia merupakan senyawa organik yang tetrsusun dari unsur
karbon, maka secara filosofi. Manusia harus menyadari bisa menjadi jelaga, hitam legam, rapuh,
tidah di hargai. Tetapi manusia juga dapat menjadi intan yang keras, indah, mahal dan berkilau
serta dihargai oleh manusia. Perbedaan wujud senyawa karbon ini, dapat terjadi bergantung
kepada bagaimana mereka ditempa oleh alam, meskipun unsur penyusunnya sama, namun belum
tentu hasil dari senyawa tersebut akan sama (Asmara, A.P. 2016).
Derajat manusia bisa serendah jelaga yang hitam, legam, rapuh dan tak bernilai dimata Allah
dan manusia. Kondisi lain manusia juga bisa memiliki derajat seperti intan, berharga, kuat,
berkilauan, dan sangat bernilai dihadapan Allah dan manusia.
Secara ilmiah, yang membedakan antara intan dan jelaga, adalah proses pembentukan yang
mereka lalui untuk berubah dari unsur karbon biasa menjadi senyawa. Jelaga yang kita temui
sehari-hari, adalah hasil dari proses pembakaran tingkat rendah dengan panas api yang tidak
terlalu tinggi dan menghasilkan kepulan asap hitam, dan menempel pada bebda disikir
mencemari pemandangan serta tidak ada harganya. Berbeda dengan jelaga, intan yang terbentuk
dari unsur karbon mengalami pemanasan di perut bumi yang suhunya bisa mencapai suhu di
permukaan matahari, yaitu 5000 K, kemudian, pada proses pembentukan menjadi senyawa
karbon, intan memerlukan beribu-ribu tekanan atmosfir. Dalam proses pembentukan yang keras
ini menjadikan intan benda paling keras di seluruh jagat raya.
Selayaknya manusia melihat dari bahan pembentuk dirinya, yaitu unsur karbon, bisa
menjadi hina dan tak berharga seperti jelaga, namun dengan penempan dan pembinaan yang
serius dan keras bisa berubah menjadi intan yang sangat berharga. Dalan surat at-tin, Allah SWT
berfirman Allah telah membentuk diri kita dari bahan yang paling baik, tergantung pada keingina
kita melakukan penempanan diri inin menjadi jelaga atau menjadi intan..
Hal ini, nampaknya bersesuaian dengan berita yang terkandung di dalam ayat-ayat Al
Quran, sebagaimana terdapat pada 6 (ayat) berikut:
QS. Ar Rahman (55) ayat 14

Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar,

Kata “fakhkhar“, ialah “zat arang” atau atom karbon (C), sedangkan kata “shal-shal” dalam
ayat ini merupakan tanah kering atau setengah kering atau diyakni sebagai “zat pembakar” atau
oksigen (O).

QS. Al Hijr: ayat 28

dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku akan
menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang
diberi bentuk,

Di ayat ini kata “shal-shal” juga bermakna sama dengan oksigen (O), kata “hamaa-in” ialah
“zat lemas” atau dengan kata lain unsur nitrogen (N).

QS. As Sajadah: ayat 7

yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai
penciptaan manusia dari tanah.

Atom hidrogen (H) dapat di ambil dari penjelasan kata “thien” (tanah) di ayat tersebut.

QS. Ash Shaffaat: ayat 11

Maka Tanyakanlah kepada mereka (musyrik Mekkah) : "Apakah mereka yang lebih kukuh
kejadiannya ataukah apa[1273] yang telah Kami ciptakan itu?" Sesungguhnya Kami telah
menciptakan mereka dari tanah liat.
[1273] Maksudnya: malaikat, langit, bumi dan lain-lain.

Kata “laazib” (tanah liat) di ayat di atas dapat diartikan sebagai hasil persenyawaan
anorganik antara zat besi atau ferrum (Fe), Kalium, Silika, dan Mangaan serta zat zat logam
lainnya.

QS. Ali Imran: ayat 59

Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah
menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: "Jadilah" (seorang
manusia), Maka jadilah Dia.

Zat – zat anorganik dapat di jelaskan terdapat dalam kata kata “turab” (tanah) di ayat ini
atau juga dengan maksud lain ialah “unsur-unsur zat asli yang terdapat di dalam tanah.

QS. Al Hijr: ayat 29


29. Maka apabila aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan
kedalamnya ruh (ciptaan) -Ku, Maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud[796].
[796] Dimaksud dengan sujud di sini bukan menyembah, tetapi sebagai penghormatan.

Dalam proses terakhir lahirnya manusia, melalui ditiupkannya ruh. Proses ini melibatkan
peran Allah SWT sebagai Maha Pencipta. Hal ini, menjadi perbedaan pemahaman antara Kaum
Beriman dengan Kaum Atheis. Penolakan campur tangan Allah SWT dalam penciptaan manusia
dilakukan oleh kaum Atheis.
Proses pembentukan atau penciptaan Nabi Adam sebagai manusia merupakan penjelasan
dari keenam ayat Alquran, terakhir Allah SWT meniupkan ruh sehingga manusia bernyawa
(bertubuh jasmani dan rohani). Pada ayat kelima diatas menjelaskan tentang kata “turab” (tanah)
ialah zat-zat asli yang terdapat di dalam tanah yang dinamai zat anorganik maupun Zat organik.
Zat anorganik dan organik terbentuk proses persenyawaan unsur yang ada di alam.
Dengan adanya pembentukan senyawa antara fakhkhar (atom karbon (C) = zat arang), shal-
shal (atom oksigen (O) = zat pembakar), hamaa-in (atom nitrogen (N) = zat lemas) dan thien
(atom hidrogen (H) = zat air), membentuk senyawa organik dalam tubuh mahluk hidup. Dalam
tanah juga terdapat senyawa anorganik “laazib” yang merupakan zat besi (Ferrum/Fe), Yodium,
Kalium, Silika, dan Mangaan. Zat organik dan anorganik inilah yang menjadi penyusun mahluk
hidup tidak luput juga dengan manusia sebagai mahluk hidup.
Dalam proses pembentukan senyawa mahkluk hidup juga terbentuk “turab” (zat-zat
anorganik) atau mineral dalam QS. Ali Imran (3) ayat 59. Salah satu mineral yang sangat penting
bagi kehidupan manusia adalah “Zat Kalium/Ca” Zat Kalium ini dianggap terpenting walupun
sebagai mineral atau zat anorganik tetapi mempunyai aktivitas dalam proses hayati, yakni dalam
pembentukan otot, tulang.
Atom kabon dalam sistim priodik unsur terletak pada periode 2 golongan IVA mempunyai
nomor atom 6. Konfigurasi elektron atom karbon memiliki 4 elektron valensi terluar yang dapat
digunakan delam bentuk pasangan elektron. Pembentukan pasangan elektron ini atom karbon
harus memenuhi kaidah oktet dengan atom lain jadi memerlukan tambahan 4 buah elektron atau
melepaskan 4 buah elektronnya untuk memenuhi kaidah oktet. Kemungkinan yang dapat
dilakukan adalah menerima elektron karena energi untuk melepaskan elektron jauh lebih besar
dari pada menerima elektron.
Senyawa Hidrokarbon merupakan bentuk senyawa yang khas dari atom karbon (C) dengan
adanya penambahan atom hidrogen (H). Sangat banyak jenis senyawa dari hidrokarbon ini.
Semua mahkluk hidup terbentuk dari rantai hidrokarbon. Secara umum sengayawa hidrokarbon
terbagi menjadi 3 kelompok besar yaitu alifatik, alisiklik dan aromatik. Semua jenis ini
merupakan penyusun utama mahkluk hidup dengan nama lain senyawa organik.

2. Minyak Bumi
Proses pembentukan minyak bumi akibat adanya percampuran dari senyawa hidrokarbon
dengan unsur lain seperti sulfur dalam tekanan dan suhu yang tinggi. Bahan-bahan hidrokarbon
berasal dari senyawa organik yang berasal dari binatang-binatang kecil dan tumbuh-tumbuhan
yang terkubur jutaan tahun yang lalu. Proses peruraian dan pencampuran dengan tanah dan
lumpur ditambah dengan tekanan dan suhu yang tinggi, membentuk minyak bumi.
Pembentukan minyak bumi ini merupakan proses dari bahan organik merupakan penemuan
teori pembentukan minyak bumi. Pembentukan minyak bumi tersirat dalam Al Quran 15 abad
yang lalu di surah Al-A’la (87) ayat 1-5:
Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi. Yang menciptakan, dan menyempurnakan.
dan Yang menentukan kadar dan mengarahkan (memberi petunjuk), dan Yang (telah)
menumbuhkan/menciptakan rumput-rumputan (al-mar’a), lalu dijadikan-Nya rumput-
rumput itu kering kehitam-hitaman (ghutsaa-an ahwaa).

Dalam ayat ke-4 menggunakan al-mar’a, dapat berarti padang rumput ataupun tumbuh-
tumbuhan jenis rumput-rumputan, bahasa ilmiah juga berarti tanaman mikro seperti protozoa.
Sebelum adanya runtuhan gleser (runtuhan es abadi) membentuk air yang melimpah dan
akhirnya membentuk lautan, tumbuhan tersebut sudah ada dan ikut tertimbun. Mengacu kepada
subtansi organik awal ataupun tumbuh-tumbuhan jenis rumput-rumputan (termasuk pula dalam
kategori al-mar’a ini tumbuh-tumbuhan air seperti protozoa). Al-mar’a ini juga mengacu kepada
tumbuh-tumbuhan di periode awal bumi yang ada di bumi.
Dalam ayat ke-4 dan ke 5 surah Al-A’la (87) di atas terlihat bahwa Allah menjelaskan
bahwa senyawa organik al-mar’a ketika mati dan dijadikan bercampur menjadi suatu sluk
(cairan kental) yang mengalir dan berwarna hitam gelap (ahwaa) menuju tempat yang rendah,
inilah yang dikatakan sebagai minyak bumi. Penggunaan kata Ahwaa, bukannya kata aswad
yang dimaksudkan sebagai hitam, menunjukan bahwa adanya penumpukan dari ghutsaa-an
sehingga warnanya menjadi gelap tetapi ada sedikit kehijau (adanya klorofil).
Dalam surah Al-A’la ayat 4-5 di atas menjelaskan sifat minyak bumi antara lain:
1) Berasal dari bahan organik, atau tumbuh tumbuhan
2) Mengalami mati dan proses pembusukan
3) Mengalir dengan cepat menuju tempat yang rendah
4) Berwarna gelap kehijau-hijauan akibat penumpukan yang lama

Proses pembentukan minyak bumi menurut teori Biogenesis, minyak bumi terbentuk karena
terjadinya kebocoran kecil yang permanen dalam siklus karbon. Daur karbon yang terjadi di
alam adalah reaksi timbal balik atau terjadinya reaksi yang berlawanan arah. Karbon dioksida di
udara diserap oleh tumbuhan dan tumbuhan mengeluarkan Oksigen, Oksigen di serap oleh
mahkluk lain kemudian melepaskan karbon dioksida ke alam kembali proses ini karena adanya
respirasi mahkluk hidup..
Zat organik sebagai asal mula pembentukan minyak bumi dapat dibuktikan sebagai berikut.
Minyak bumi mempunyai susunan hidrokarbon yang terdiri dari atom C dan H sangat mirip
dengan zat organik, yang terdiri dari C, H dan O. Dan juga Minyak bumi berwarna hitam
kehijauan karena mengandung klorofil seperti tumbuhan.

3. Integrasi nilai kehidupan pada materi hidrokarbon dan minyak bumi


Integrasi nilai kehidupan dalam bentuk karakter religius pada proses pembelajaran
merupakan bentuk suri tauladan pendidik yang berorientasikan pada penanaman nilai-nilai
kehidupan yang di dalamnya mencakup nilai-nilai agama, budaya, etika dan estetika. Pendidikan
nilai kehidupan ini bukan merupakan suatu mata pelajaran tersendiri namun harus merupakan
pesan pesan moral yang tergabung dalam proses pembelajaran yang sedang berjalan (Chusnani,
2013).
Pengintegrasian pendidikan nilai kehidupan pelajaran hidrokarbon dan minyak bumi juga
harus dengan memperhatikan materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai
yang akan dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran nilai-nilai kehidupan bukan hanya tataran kognitif , afektifdan pisikomotorik saja,
tetapi menyentuh pada internalisasi, dan pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari
(Susilawati, 2012).
Integrasi nilai kehidupan dalam pembelajaran hidrokarbon dan minyak bumi dilakukan
dengan cara mengintegrasikan Al Quran dan Hadits serta nilai religius pada pembelajaran
hidrokarbon dan minyak bumi, sehingga mendapatkan pemahaman yang mendalam pada peserta
didik untuk mengukur nilai kehidupannya (Mansour, N. 2008). Beberapa karakter relegius dalam
pembelajaran hidrokarbon dan minyak bumi adalah sebagai berikut:
1. Menumbuhkan keyakinan bahwa Allah SWT telah menciptakan alam semesta dalam bentuk
sempurna termasuk unsur karbon yang memiliki sifat yang sempurna.
2. Bersyukur kepada Allah yang telah menciptakan alkana, alkena dan alkuna yang mempunyai
sifat berbeda dan khasan tersendiri.
3. Minyak bumi merupakan salah satu produk hidrokarbon yang terbentuk di alam dapat
dimanfaatkan oleh manusia sebagai bahan bakar minyak.
4. Meyakini bahwa semua reaksi pembakaran makhluk hidup atau senyawa karbon akan
menghasilkan gas karbondioksida/ karbon monoksida dan air.
5. Menyadari bahwa segala peristiwa yang ada di alam sudah termaktub dalam Al Qur’an.
6. Peran manusia di bumi sebagai klaifah merupakn memanfatkan dan menjaga dengan baik
kehidupan yang ada.
7. Keyakinan bahwa antara ilmu kimia terutama materi hidrokarbon dan minyak bumi dan Al
Quran saling berkaitan.

KESIMPULAN
Hasil yang diperoleh dari kajian dalam penelitian ini yaitu berupa kajian yang
mengintegrasikan nilai-nilai kehidupan dengan materi hidrokarbon dan minyak bumi, Hasil
kajian yaitu sebagai berikut (1) Mensyukuri di dalam Al Quran terdapat tanda-tanda untuk ilmu
kimia, dengan adanya ayat ayat al Quran yang mengisyaratkan tentang materi hidrokarbon dan
minyak bumi. (2) Merepakan konsep kekhasan Atom karbon dalam kehidupan sehari-hari.

REFERENSI

Anggela, M., Masril, & Darvina, Y. (2013). Pengembangan buku ajar bermuatan nilai-nilai
karakter pada materi usaha dan momentum untuk pembelajaran fisika siswa Kelas Xi
SMA. Pillar of Physics Education, 1(3):63-70.
Asmara, A.P. (2016). Kajian Integrasi Nilai-Nilai Karakter Islami Dengan Kimia Dalam Materi
Kimia Karbon. Jurnal Pendidikan Sains Universitas Muhammadiyah Semarang, 4(2):1-
11.
Chusnani, D. (2013). Pendidikan karakter melalui sains. Jurnal Kebijakan dan Pengembangan
Pendidikan, 1(1):11-19.
Creswell, J. W. (2013). Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitaif, dan Mixed, Edisi
Ketiga. Terjemahan: Achmad Fawaid. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Departemen Agama. (2012). Syaamil Al-Qur'an. Bandung: Sygma.
Hall, S., McKinneya, S., Lowden, K., Smith, M., & Beaumont, B. (2014). Collaboration between
Science and Religious Education Teachers in Scottish Secondary Schools. Journal of
Beliefs & Values: Studies in Religion & Education, 35(1):90–107.
Husna, A., Hasan, M., Mustafa, Syukri, M., & Yusrizal. (2020). Pengembangan modul fisika
berbasis integrasi islam-sains pada materi gerak lurus untuk meningkatkan hasil belajar
peserta didik. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia (Indonesian Journal of Science
Education), 8(1):55-66
Ida S. Widayanti,(2013). Bahagia Mendidik, Mendidik Bahagia, Arga Tilanta, Jakarta, h. 107-
111
Markun dan Anita Sulistiyani, (2008). CFC Cool and Fun with Chemistry; Cara Jitu Jadi
Kimiawan Mulsim, Yayasan Nuansa Cendikia, Bandung, h. 205-234
Irmi. (2018). Penerapan model discovery learning melalui game gets lucky pada materi
hidrokarbon dan minyak bumi dalam peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa Kelas
XI MIPA 2 SMAN Unggul Aceh Timur. (JIPI) Jurnal IPA dam Pembelajaran IPA,
2(1):15-20.
Masnur Muslich, (2011). Pendidikan Karakter, Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional,
Bumi Aksara, Jakarta, h. 34-56
Mansour, N. (2008). Religious Beliefs: a hidden variable in the performance of science teachers
in the classroom. European Educational Research Journal, 7(4):557-576.
Mansour, N. (2010). Science Teachers’ Views of Science and Religion vs. the Islamic
Perspective: Conflicting or Compatible?. Science Education.
Mulyani, A., Asyhar, R., Yelianti, U., & Syarial. (2018). Integrasi ilmu pengetahuan alam dan
nilai-nilai islam untuk pembangunan karakter peserta didik di Madrasah Aliyah. Journal
of Education in Mathematics, Science, and Technology, 1(1):16-19.
Nadiah Thayyarah,(2013). Mausu’ah Al-I’jaz Al-Qur’ani (Buku Pintar Sains dalam Al Quran,
Mengerti Mukjizat Ilmiah Firman Allah), diterjemahkan M. Zaenal Arifin dkk, Zaman,
Jakarta. h. 18-19
Ridwan Abdullah Sani, (2015). Sains berbasis Al Quran, Bumi Aksara, Jakarta, h.7
Saputra, A. & Advida, L. (2018). Development of biology learning module nuanced quran in
learning material of coordination system for Islamic senior high school students.
International Journals of Sciences and HighTechnologies, 11(1):55-60.
Supardi, K.I. (2017). Pembelajaran Kimia Terintegrasi Karakter Religius. Semarang: Unnes
Press.
Susilowati, S. (2017). Pengembangan bahan ajar IPA terintegrasi nilai islam untuk meningkatkan
hasil belajar IPA. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 3(1):78-88.
Utama, N.G., Rahmatan, H., & Azhar. (2019). Penerapan LKPD berbasis learning cycle 5E
terintegrasi nilai islami terhadap hasil belajar peserta didik di SMP. Jurnal Pendidikan
Sains Indonesia (Indonesian Journal of Science Education), 7(1):47-54.
Yusof, A., Rashid, S.A., Osman, K., & Iksan, Z. (2016). Exploring opportunities for achieving
the integration of religion into science education. International Journal of Management
and Applied Science, 2(1):89-92.
Zaelani, K. (2015). Philosophy of science actualization for Islamic science development
Philosophical study on an epistemological framework for Islamic sciences. Pacific
Science Review B: Humanities and Social Sciences, 1:109-113.

Anda mungkin juga menyukai