Anda di halaman 1dari 16

PRAKTIKUM TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN STERIL

PEMBUATAN SEDIAAN AMPUL KLORPROMAZIN HYDROCHLORIDUM

TUJUAN

Untuk mengetahui cara pembuatan dan evaluasi sediaan injeksi klorpromazin HCL

I. PRAFORMULASI
I.1. Tinjauan Farmakologi Bahan Obat
Klorpromazin dapat menyumbat saluran empedu sesudah 2-4 minggu dan kerusakan
ini tidak selalu reversible. Kelainan darah agak sering dilaporkan. Efek samping
lainnya adalah efek sedatifnya yang kuat dan GEP yang sering kali terjadi (Obat-
Obat Penting Hal 456)
Farmakodinamik
Chlorpromazine adalah neuroleptik yang bertindak dengan menghambat reseptor
dopamin post sinap, terutama di area sistem dopaminergik mesolimbik. Obat ini juga
mampu mencegah pelepasan hormon-hormon hipotalamus dan hipofisis.
Chlorpromazine juga bertindak sebagai tranquilizer minor dengan cara menghambat
reseptor histamin.
Farmakokinetik
Farmakokinetik chlorpromazine yang diberikan secara oral akan mengalami first
pass metabolism secara ekstensif, sehingga bioavailabilitasnya hanya 20%.
Absorpsi
Obat chlorpromazine diabsorpsi baik setelah konsumsi per oral. Bioavailabilitas obat
berkisar 20% setelah melewati metabolisme di hepar, denga onset kerja obat per oral
sekitar 30‒60 menit.
Konsentrasi puncak plasma obat oral tercapai dalam waktu 2‒4 jam. Sedangkan,
konsentrasi puncak pada pemberian intramuskular tercapai dalam waktu 15‒30
menit.
Metabolisme
Chlorpromazine per oral, setelah diabsorpsi akan dimetabolisme secara ekstensif di
hepar, melalui jalur utama isoenzim sitokrom P450, yaitu CYP1A2, dan CYP3A4,
menjadi 10‒12 metabolit-metabolit utama. seperti 7-hidroksichlorpromazine, dan
chlorpromazine N-oksida
Distribusi
Distribusi chlorpromazine sekitar 92-97% berikatan dengan protein. Volume
distribusi obat berkisar 20 L/kg. [5] Chlorpromazine melewati sawar plasenta dan
sawar darah-otak. Obat ini juga diekskresikan ke dalam ASI.
Eliminasi
Waktu paruh biologis dilaporkan berkisar 30 jam. Obat dieliminasi melalui urin dan
feses dalam bentuk metabolit aktif dan inaktif.

I.2. Tinjauan sifat fisika kimia bahan obat


a. Klorpromazine HCL (C17H19ClN2S.HC1) [Farmakope Indonesia Ed VI: Hal
935]
Pemerian : Serbuk hablur, putih atau agak krem putih; tidak berbau.
Warna menjadi gelap karena pengaruh cahaya.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air; mudah larut dalam etanol dan
dalam kloroform; tidak larut dalam eter dan dalam benzen.
Stabilitas : Stabil pada suhu dibawah 40°C bahkan lebih baik pada suhu
15-30°C (drug information 2003 hal 2262).
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya.
Kegunaan : Antiemetikum
b. Sodium Metabisulfat [Farmakope Indonesia Ed VI: Hal 1233]
Dinatrium pirosulfit [7681-57-4]
Rumus molekul : Na2 S2O5
Berat Molekul : 190,10
Pemerian : Hablur putih atau hablur putih kekuningan, berbau belerang
dioksida.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam gliserin; sukar larut dalam
etanol.
Identifikasi : Larutan zat (1 dalam 20) menunjukkan reaksi terhadap
Natrium cara A dan B dan Sulfat seperti tertera pada Uji
Identifikasi Umum < 291>.
Penyimpanan : Dalam wadah terisi penuh, tertutup rapat dan hindarkan
dari panas yang berlebihan.
c. Natrium Sulfit (Excipient, 2009; 669)
Nama Lain : Disodium sulfite; exsiccated sodium sulfite; E221; natrii
sulfis anhydricus; sulfurous acid disodium salt
Rumus Molekul : Na2SO3
Berat Molekul : 126,04
Pemerian : Serbuk kristal putih sedikit higroskopis.
Kelarutan : 1 bagian larut dalam 3,5 bagian air 20˚C, larut dalam 2
bagian air pada suhu 100˚C
Stabilitas : Jika terpapar dengan udara bentuk kristalnya akan
terdisintegrasi menjadi natrium sulfit
Inkompabilitas : Bereaksi dengan obat- obat simpatomimetik ,
kloramfenikol, dan fenil merkuri asetat
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan kering, terlindung dari
cahaya
Kegunaan : Antioksidan
d. Natrium Clrorida / NaCl (FI Ed VI : 1225)
Nama Lain : Sodium Chloride
Rumus molekul : NaCl
Bobot Molekul : 58,44
Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak
berbau atau berbau.
Kelarutan :Sukar larut dalam air dalam benzena dan dalam
karbontetraklorida, mudah larut dalam etanol dan dalam
eter.
Penyimpanan : Wadah tertutup baik.
Kegunaan : Pengawet, antimikroba
e. Aqua pro Injectione (Excipient, 2009; 337)
Nama Lain : Aqua pro injeksi
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa.
Stabilitas : Stabil dalam semua keadaan baik minyak, dingin, ataupun
panas
Inkompabilitas : Dalam formulasi sediaan, air dapat bereaksi dengan obat
dan bahan tambahan lainnya terurai atau terhidrolisis .air
juga dapat bereaksi dengan logam alkali, kalsium dioxid
dan magnesium oxid
Kegunaan : Pembawa/pelarut
I.3. Cara sterilisasi masing – masing bahan

Bahan Obat Sterilisasi


Chlorpomazine HCl Sterilisasi filtrasi membrane
Natrii Pyrosulfis Sterilisasi filtrasi membrane
(Handbook of Pharmaceutical Excipien, 6th ed : 654)
Natrii Sulfis Exiocatus Sterilisasi filtrasi membrane
(Handbook of Pharmaceutical Excipien, 6th ed : 669)
Natrii Chloridum Sterilisasi filtrasi autoclave suhu 121oC
(Handbook of Pharmaceutical Excipien, 6th ed : 639)

I.4. OTT atau Obat Tidak Tercampur


a) Klorpromazin inkompatibel terhadap senyawa aminofilin,amfoterisin B,
aztreonam, beberapa barbiturate, kloramfenikol dan beberapa penisilin
(Martindale hal 984).
b) Natrium metabisulfit
Natrium bisulfit tidak dapat digunakan bersama-sama dengan derivate
alcohol, kloram fenikol dan fenil merkuri asetat (Wade and Weller. 1994. hal
451)
c) NaCl
NaCl bereaksi dengan bahan perak, timah, dan garam-garamamerkuri,
oksidator kuat terhadap chlorine yang bereaksi dan larutannatrium klorida,
larutan berair korosif terhadap air (Martindale, 28:287)
I.5. Cara Penggunaan
Chlorpromazin dan garamnya digunakan secara oral, intramuscular, subkutan,
intravena dan dubur. Rute penggunaan tergantung dari kondisi individual pasien;
pasien yang shock diberikan secara intravena untuk memastikan absorbs dari obat.
Dosis anak-anak :intramuskular atau intravena: 0,5-1 mg / kg / dosis setiap 6 sampai
8 jam. Dewasa : Stuntik injeksi IM: 25 mg satu waktu. Jika tidak terjadi hipotensi,
berikan 25 sampai 50 mg setiap 3 sampai 4 jam sesuai kebutuhan, kemudian beralih
ke sediaan oral.

II. FORMULASI
II.1. Permasalahan dan penyelesaian

No
Permasalahan Penyelesaian
.
1. Chorpromazine praktis tidak larut Chlorpromazine diganti dengan
dalam air Chlorpromazine HCL atau dalam bentuk
garamnya karena dalam bentuk garam
(Chlorpromazine HCL) kelarutannya
dalam air tinggi. (Farmakope, 1979)
2. Chlorpromazine HCL harus Menggunakan ampul berwarna coklat
terlindungi dari cahaya
3. Sediaan ampul harus jernih Disaring menggunakan kertas Whatman
4. Chlorpromazine HCL mudah Dibutuhkan antioksidan seperti asam
teroksidasi askorbat, natrium metabisufit atau
natrium bisulfit.
Dalam formula ini yang digunakan
sebagai antioksidan adalah natrium
metabisulfit karena stabil pada pH 3-5
(pH injeksi Chlorpromazine HCL), tidak
OTT pada Chlorpromazine HCL, serta
dapat berfungsi sebagai antimikroba.
5. Syarat sediaan injeksi (termasuk Ada penambahan NaCl sebagai zat
ampul) harus isotonis pengisotonis
6. Persyaratan sediaan ampul harus Dilakukan sterilisasi pada saat
steril pembuatan sediaan ampul
7. Chlorpromazine HCL tidak tahan Dilakukan sterilisasi dengan metode
terhadap pemanasan filtrasi
8. pH Chlorpromazine 3,4 – 5,4 (FI Untuk membuat pH sediaan antara 5- 7,
ed VI : 935) maka dalam sediaan ditambahkan dengan
pH sediaan ampul 5 – 7 NaOH 20% tetes demi tetes sampai pH
(martindale Ed 28, 1982:908) sediaan yang sesuai dengan yang
diinginkan (pH 5)
(FN:177)

II.2. Formula yang akan dibuat 10 ampul ( @ 2mL)


 Formula Standar
Folmularium Nasional / FN halaman 71.

R/ Klorpromazin HCL 25 mg
Acidum Ascorbicum 2 mg
Natrii Pyrosulfis 1 mg
Natrii Sulfis exiocatus 1 mg
Natrii Chloridum 6 mg
Aqua Pro. Injection 1 ml

Penyimpanan : Dalam wadah dosis tunggal atau wadah dosis ganda, terlindung dari
cahaya.
Dosis : Antiemetikum
Catatan : Pada pembuatan dialiri nitrogen; disterilkan dengan cara sterilisasi
A atau C.
 Formula modifikasi yang akan dibuat untuk 10 ampul (2ml @ ampul)
Tiap 1ml mengandung:
R/ Klorpromazin HCl 25mg
Natrii Pyrosulfis 1mg
Natrii Sulfis exicatus 1mg
Natrii Chlorid / Nacl 6 mg
Aqua pro Injection ad 2ml

Catatan: ditambahkan NaOH untuk mengatur pH dan larutan dapar fosfat pH 7 untuk
mengontrol pH.
 Perhitungan tonisitas / isotonis
 Data PTB:
1. Klorpromazin HCL (b1) = 0,058 (FI edisi III, hal 193)
2. Natrii Pyrosulfis (b3) = 0,286 (FI edisi III, hal 193)
3. Natrii Sulfis Exicatus (b4) = 0,37 (FI edisi IV, hal 1251)
4. NaCl (b5) = 0,576 (FI edisi III, hal 193)

Data % Konsentrasi (C):

1. Klorpromazin HCL (c1) = 25 mg/ml ~ 0,025 g/ml


2. Natrii Pyrosulfis (c3) = 1 mg/ml ~ 0,001 g/ml
0,001 g
×100 % = 0,1 %
1
3. NaCl (c4) = 6 mg/ml ~ 0,006 g/ml
0,006 g
×100 % = 0,6 %
1
4. Natrii Sulfis Exicatus (c5) = 1 mg/ml ~ 0,001 g/ml
0,001 g
×100 % = 0,1 %
1

Perhitungan PTB:
C = 0,52−¿ ¿

0,52−(( 0,058.2,5 ) + ( 0,286.0,1 )+ ( 0,576.0 .6 ) + ( 0,37.0,1 ))


C=
0,576

C = 0,52−¿ ¿

0,52−0,5562
C=
0,576

−0,0362
C=
0,576

C = -0,063 g/100ml

Kesimpulan : Tidak perlu dilakukan penambahan Nacl, karena Hipertonis

 Data Ekuivalensi:
1. Klorpromazin HCL (E1) = 0,10 (FI edisi IV, hal 1247)
2. Natrii Pyrosulfis (E3) = 0,67 (FI edisi IV, hal 193)
3. Natrii Chlorid (E5) = 1 (FI edisi IV, hal 1251)
4. Natrii Sulfis Exicatus (E5) = 0,65 (FI edisi IV, hal 1251)

Data % Konsentrasi (C):

1. Klorpromazin HCL (c1) = 25 mg/ml ~ 0,025 g/ml


0,025 g
×100 % = 2,5 %
1
2. Natrii Pyrosulfis (c3) = 1 mg/ml ~ 0,001 g/ml
0,001 g
×100 % = 0,1 %
1
3. NaCl (c4) = 6 mg/ml ~ 0,006 g/ml
0,006 g
×100 % = 0,6 %
1
4. Natrii Sulfis Exicatus (c5) = 1 mg/ml ~ 0,001 g/ml
0,001 g
×100 % = 0,1 %
1
Perhitungan Ekuivalensi:

W = 0,9 – (Ʃc × E)

W = 0,9 – ((2,5 × 0,10) + (0,1 × 0,67) + (0,6.1) + (0,1 × 0,65)

W = 0,9 – (0,25 + 0,067 + 0,6 + 0,065)

W = 0,9 – 0,982

W = -0,082 g /100ml

Kesimpulan : Tidak perlu dilakukan penambahan Nacl, karena Hipertonis

 Perhitungan volume
(V) = (2+n) × V’
Keterangan:
n = Jumlah sediaan yang dibuat
V’ = Volume tiap wadah + Syarat penambahan volume sesuai anjuran FI edisi V
 (V) = (2+n) × V’
= (2 + 10) × (2+0,15)
= 12 × 2,15
= 25,8 ml ~ 30 ml

Kesimpulan : 30 ml untuk 10 ampul.

Perhitungan Berat dan Volume Bahan yang Dipakai

Bahan Perhitungan Hasil

Chlorpromazini 55 mg/m × 30 ml = 1,650 mg 1,650 mg


Hydrochloridum
1 mg/ml × 30 ml = 30 mg 30 mg
Natrii Pyrosulfis
Hasil pengenceran: 3ml
Natrii Sulfis 1 mg/ml × 30 ml = 30 mg 30 mg
exicatus Hasil pengenceran: 3 ml
Natrii Chloridum 6 mg/ml × 30ml = 180 mg 180 mg
Aqua Pro Injection Ad 30 ml Ad 30 ml

 Pengenceran Natrii Pyrosulfis


Dibutuhkan 30 mg untuk 30 ml sediaan ampul. Minimal penimbangan 50 mg,
kemudian dilarutkan dalam 10 ml aqua steril pro injeksi.
Pengenceran 1 : 100
- Bahan obat = 50 mg
- Air = 4500 mg +
5000 mg
30 mg
Hasil pengenceran ¿ ×5000 mg=3000 mg 3 ml
50mg
 Pengenceran Natrii Sulfis exicatus
Dibutuhkan 30 mg untuk 30 ml sediaan ampul. Minimal penimbangan 50 mg,
kemudian dilarutkan dalam 10 ml aqua steril pro injeksi.
Pengenceran 1 : 100
- Bahan obat = 50 mg
- Air = 4500 mg +
5000 mg
30 mg
Hasil pengenceran ¿ ×5000 mg=3000 mg 3 ml
50mg
 Perhitungan 0,2 N NaOH sebanyak 1L
g 1000
0,2 N= x x ekivalen
Mr 400
g 1000
0,2 N= x x1
40 400
g=3,2 gram
 Cara pembuatan Larutan buffer fosfat pH 7
Timbang 6,8 Natrium fosfat monobasa dalam 250 mL aquades ditambahkan 190
mL NaOH 0,2 N setara 400 mL aquadest. Diatur pH larutan hingga 7,0 dengan
NaOH 0,2 N, kemudian encerkan dengan aquadest hingga 1000 Ml.
II.3. Cara pembuatan dan sterilisasi sediaan yang akan dibuat
Sterilkan alat dan bahan dengan cara yang sesuai

Timbang Klorpromazin HCl dengan kaca arloji, masukkan ke dalam beakerglass. bilas kaca arloji
dengan sedikit Aqua pro Injeksi masukkan beakerglass.

Timbang Asam Askorbat dengan kaca arloji, masukkan kedalam beakerglass. Bilas kaca arloji
dengan sedikit Aqua pro injeksi masukkan ke beakerglass.

Timbang Natrii Pyrosulfis dengan kaca arloji, masukkan ke dalam beakerglass bilas kaca arloji
dengan sedikit Aqua Pro injeksi masukkan ke beakerglass.

Timbang Natrii Sulfis exiocatus di kaca arloji lalu larutkan dengan Aqua pro injeksi dalam
beakerglass bilas kaca arloji dengan sedikit Aqua Pro injeksi masukkan ke beakerglass.

Timbang NaCl dengan kaca arloji campurkan ke dalam bekerglass, homogenkan semua bahan, lalu
tambahkan aqua Pro injeksi ad 30 ml, homogenkan

Cek pH sediaan dengan kertas pH. Tambahkan NaOH 0,1 N / HCL 0,1 N secukupnya hingga
mencapai pH yang diinginkan. (pH 5,0).

Basahi kertas saring dengan aqua pro injeksi. Lalu saring larutan di erlenmeyer, bilas gelas ukur
dengan aqua pro injeksi. Tambahkan aqua pro injeksi ad 30 ml.

Tuang larutan ke dalam spuit injeksi, masukkan ke dalam tiap ampul 2 ml sebanyak 10 ampul.
Tutup ampul dengan cara flambeer.

Lalu sterilkan dalam posisi terbalik, beaker glass dilapisi kapas dan diisi dengan sediaan ampul
injeksi dan ditutup kantong perkamen. Sterilisasi dengan sterilisasi autoclave dengan suhu 121 0C
selama 30 menit. Setelah itu didinginkan.

Evaluasi sediaan.dan beri etiket dan masukkan ke dalam kemasan.


III. PELAKSANAAN
III.1. Penyiapan alat

NO. Alat Jumlah Ukuran Sterilisasi Waktu


1 Gelas Ukur 3 buah 100 mL Autoclaf suhu 121ºC 15 menit
2 Corong kaca 2 buah - Autoclaf suhu 121oC 15 menit
3 Sudip 2 buah - Autoclaf suhu 121oC 15 menit
4 Kaca arloji 3 buah - Autoclaf suhu 121oC 15 menit
5 Erlenmeyer 1 buah 100 mL Autoclaf suhu 121oC 15 menit
6 Pinset 1 buah - Autoclaf suhu 121oC 15 menit
7 Pipet tetes 4 buah Panjang Autoclaf suhu 121oC 15 menit
8 Pipet ukur 1 buah 5 mL Autoclaf suhu 121oC 15 menit
9 Kertas 5 buah - 15 menit
Autoclaf suhu 121oC
perkamen
10 Ampul 10 buah 2 mL Autoclaf suhu 121oC 15 menit
11 Kertas saring 5 buah - Autoclaf suhu 121oC 15 menit
12 Pengaduk 2 buah - 15 menit
Autoclaf suhu 121oC
kaca
13 Beaker glass 3 buah 100 mL Autoclaf suhu 121oC 15 menit
14 Air - - Setelah mendidih 15 menit
15 Karet pipet 4 buah - Autoclaf suhu 121oC 15 menit
16 Spuit 1 buah 5 mL Autoclaf suhu 121oC 15 menit
17 Cawan petri 2 buah - Autoclaf suhu 121oC 15 menit
18 Tabung 6 buah - 15 menit
Autoclaf suhu 121oC
reaksi
19 Sumbat 6 buah - 15 menit
Autoclaf suhu 121 C o
tabung

III.2. Pencucian dan pembungkusan alat


a) Alat gelas dan aluminium [Turco, Salvatore, 1979: hal 93]
1. Alat direndam dalam larutan teepol 0,5% kemudian direbus
2. Disikat sampai bersih, dibilas air kran mengalir sebanyak 3 x

3. Dibilas air bebas pirogen sebanyak 3 x

4. Dikeringkan dalam oven suhu +100 ºC dengan keadaan terbalik 5. Dilakukan


pengerekan roda (Alat dicuci kembali jika terdapat noda)
5. Alat bersih dan kering dibungkus rangkap + lalu disterilisasi dengan oven
180ºC selama 30 menit.
b) Alat karet [Turco, Salvatore, 1979: hal 92]
1. Karet direndam dalam Hcl selama 2 hari Direndam lagi dalam larutan teepol
1% dan Na2CO3 1 % selama 1 hari
2. Didihkan 15 menit (diulangi sampai bersih dengan larutan baru)

3. Karet dalam rendaman di autoklaf pada suhu 115ºC selama 15 menit di


lakukan 1 atau 2 kali sampai larutan jernih.
4. Dibilas dengan spritus dilutus dan aquadest sama banyak sampai bersih.

5. Alat dibungkus rangkap dua lalu disterilisasi dengan autoklaf suhu 121ºC
selama 15 menit.
III.3. Sterilisasi alat / bahan / sediaan
Waktu sterilisasi alat dengan autoklaf suhu 121 ºC selama 15 menit. 1)
Waktu pemanasan :
Waktu pengusiran udara :
Waktu menaik :
Waktu kesetimbangan :
Waktu pembunuhan :
Waktu jaminan sterlilitas :
Waktu pendinginan :
IV. EVALUASI SEDIAAN
a. Uji sterilisasi (Depkes RI. 1995:855)
- Media yang digunakan adalah TSB (Tryptone Soya Broth) dan FTM ( Fluid
Thioglicolate Medium) 10 ml kemudian disterilisasi suhu 121 C selama 15 menit
dengan autoklaf
- Diinkubasi 0,6 ml sampel ampul ke dalam media
- Diinokulasi media FTM pada suhu 37 c dan media TSB pada suhu ruang
- Catatan :
o Kontrol positif FTM : Bacilus sp
o Kontrol positif TSB : Candida a;bicans
o Kontrol negative media yang disterilkan dan bebas mikroba
- Pengamatan 6-7 hari
b. Uji Kebocoran (Lachman. 1987: 1354)
- Disiapkan beaker glass yang telah berisi larutan metilien blue 0,0025% b/v
dalam larutan phenol 0,0025% b/v
- Sediaan yang telah dikemas dalam ampul, dimasukkan ke dalam beaker glass
dalam keadaan terbalik dan tercelup semua
- Dimasukkan dalam autoklaf dan diautoklaf pada suhu 121o C, 15 menit
- Diamati apakah volume dalam ampul ada yang berubah atau tidak, Jika ampul
berwarna biru maka ampul bocor
c. Uji Kejernihan (Lachman. 1987: 1355)
- Seluruh sediaan diterawang dan dilihat di bawah lampu yang berlatar belakang
hitam-putih
- Jika, ada yang melayang-layang (benda melayang) berarti sediaan tidak jernih
d. Uji PH (Depkes RI, 1995: )
- Diambil sedikit larutan sediaan ampul, dimasukkan dalam plat tetes
- Dimasukkan Indikator universa
- Diamati pH sediaan ampul (Syarat 5 – 7)
e. Uji keseragaman volume (Depkes RI, 1995:1044)
- Diambil isi ampul dengan spuit Setelah diuji kebocoran
- Syarat volume tertera 2,0 ml, kelebihan yang diperbolehkan 0,15 ml

Keterangan : Volume tidak kurang dari volume yang tertera pada wadahnya, bila
diuji satu per satu atau bila wadah volume 1 ml dan 2 ml, tidak kurang dari jumlah
volume wadah yang tertera pada etiket bila diisi gabung (Depkes RI, 1995:1044)
DAFTAR PUSTAKA

Association Prawirosujanto, sunarto dkk;1979; Farmakope Indonesia edisi III; Jakarta;Depkes RI

Anonim. “Formula Ampul”. 22 oktober 2016.http://formulasisteril.blogspot.co.id/2008/05/formula-


ampul.html

Isabela, Poppy Siska. “Injeksi Chlorpromazine”. 22 oktober


2016.https://www.scribd.com/doc/226853249/Injeksi-Chlorpromazine

Niazi K. Sarfaraz;2009;Handbook of Pharmaceutical Manaufacturing Formulati ons; New York; Informa


Healthcare USA

Rowe C Raymond;2009;Handbook of pharmaceutical excipients 6th edition new; Washington;


Pharmaceutical Press and American Pharmacists

Soesilo, slamet dkk;1995; Farmakope Indonesia edisi IV;Jakarta;Depkes RI

Dan, S., Ganan, P. E. N. I., Lucky, D., & Mp, P. 2015. Bio.Unsoed.Ac.Id.

Eddy Efrianto, dkk. 2008. Pengawasan Mutu Bahan/Produk Pangan Jilid 2.Jakarta:PenerbitDirektorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

Indra. 2008.Mikrobiologi dan ParasitologiI. PT. Citra AdityaBakti; Bandung

Lachman, Lieberman, Kanig. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri II. Jakarta : PenerbitUniversitas
Indonesia Press

Lachman, L, et al. Teori dan Praktek Farmasi Industri . Jilid 3. Jakarta: UI Press.

Lukas, Stefanus. 2006. FormulasiSteril . Yogyakarta :Andi.

Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi . Yogyakarta: UGM Press

Ministry of Health of the Republic of Indonesia. Mixing guidelines for injectable drug and cytostatic.
Directorate of Community Pharmacy and Clinic of the Ministry of Health of the Republic of Indonesia;
2009.

Ministry of Health of the Republic of Indonesia. Basic guidelines for sterile dispensing. Directorate of
Community Pharmacy and Clinic of the Ministry of Health of the Republic of Indonesia; 2009.

Anda mungkin juga menyukai